Soo Hyun akan memulai yang sesungguhnya, Ji Ho memilih
foto dalam komputer. Seung Chan melihat fotonya saat memakai pakaian baseball,
terlihat warna merah memudar, Soo Hyun tersenyum sinis melihatnya. Seung Chan
pikir yang penting warnanya masih terlihat merah, Ji Ho memberitahu Tingkat
kemerahannya adalah 43 persen. Soo Hyun menyuruh
selanjutnya.
Ji Ho akan memulai dengan foto dirinya sendiri, Hye Rim
tersenyum melihat foto Ji Ho yang ditampilkan. Seung Chan ingin tahu berapa
persen warna merah milik Ji Ho, terlihat 18% menurutnya warnanya semakin
memudar jadi pasti kurang dari itu. Ji Ho langsung memutuskan untuk menganti
foto Soo Hyun saja. Soo Hyun tersenyum dengan wajah sombongnya, dengan sangat
yakin bisa menang.
Seung Chan melihat foto Soo Hyun pasti terlihat sangat
percaya diri bisa menang, Hye Rim nampak kaget melihat foto Soo Hyun. Warna di
merah semakin mudar, Seung Chan tertawa melihatnya, karena tak terlihat warna
merah sama sekali. Ji Ho menahan tawanya, bibir Soo Hyun bergerak-gerak menahan
amarah. Ji Ho memberitahu tingkah warna merahnya hanya 6%, Seung Chan
mengejeknya kalau Hye Rim ternyata lebih menyukainya.
Ji Ho pun memberitahu kalau Soo Hyun ada di peringkat
bawah, Seung Chan makin mengodanya dengan kata – kata Soo Hyun kalau yang kurang
dari 5% akan keluar dari penelitian, menurutnya kakaknya itu nyaris tidak
berhasil. Bibir Soo Hyun tersenyum bergerak
menahan amarah, dua pria didepannya terus saja tertawa melihat hasilnya. Seung
Chan mengejek menurutnya untuk apa memberikan “permen”, Soo Hyun hanya bisa
memuji kerja keras mereka berdua lalu keluar ruangan.
“Dan juga, dari yang kulihat... wanita itu sedikit bodoh.” Komentar Soo Hyun melirik sinis, Seung Chan dan Ji Ho
tak bisa lagi menahan tawanya.
Hye Rim baru saja melepaskan earphonenya, Soo Hyun dengan
nada tinggi bertanya apakah ia pernah melakukan kesalahan padanya, Hye Rim mengelengkan kepala.
“Atau apa aku pernah membuatmu marah?” ucap Soo Hyun dengan mata melotot, Hye Rim juga merasa
Soo Hyun tak pernah melakukanya.
“Lalu, kenapa kau melakukan ini
padaku?” jerit Soo Hyun tak terima, Hye Rim terlihat binggung
melihat Soo Hyun tiba-tiba marah padanya. Soo Hyun memperlihatkan wajah
cemberutnya lalu keluar ruangan.
Hye Rim teringat sebelum melakukan tes, Soo Hyun dengan sengaja
mengikat talinya dengan dagu yang menyentuh pundaknya. Dalam hatinya
bertanya-tanya, peneliatan apa sebenaranya yang dilakukan Soo Hyun padanya dan
mengingat ucapan Soo Hyun “Tentang hubungan antara tipe
ideal seseorang dengan
sistem kekebalan mereka.”
Flash Back
Saat berbaring di dalam tabung, Hye Rim terus bergumam
dalam hati. “Apa dia benar-benar mencoba mengetahui tipe idealku?” Lalu melihat foto Seung Chan dan berganti wajah Ji Ho
lalu Soo Hyun
“Gawat kalau dia sampai mengetahui perasaanku yang sebenarnya.. Apa yang akan terjadi kalau perasaanku terlihat? Kalau aku yang terlihat lebih
menyukainya, maka aku
akan kalah.” Jerit Hye Rim dalam hati.
Ketika melihat foto Soo Hyun sempat melotot kaget,
akhirnya ia menutup matanya dan memilih untuk menyanyi agar tak terbaca
perasaan yang sebenarnya.
Soo Hyun melihat hasil tes mulai dari Ji Ho 18%, Seung
Chan 48% dan ia hanya memiliki tingkat kemerahan 6%, nyaris gagal. Seung Chan
datang membawakan kopi untuk kakaknya, Soo Hyun mengomel karena adiknya
memasukan gula kedalam kopinya.
“Kau yang memohon padaku untuk dipekerjakan tapi, kau bahkan tidak bisa
membuat kopi atau
teh dengan baik? Cepat buat
lagi.” Perintah Soo Hyun ketus
“Katakanlah, ada sebuah titik pemancingan di sini. Kita tidak akan bisa mendapatkan
ikan di sini, tidak
peduli musim apa itu Dan
kemudian, seekor ikan akhirnya tertangkap, tapi ternyata ikan itu
benar-benar mesum. Dia
berbohong dan bilang talinya terlepas sebelum
pemeriksaan, lalu memeluknya. Menurutmu,
bagaimana perasaan para
pelanggan? Mereka
semua akan pergi! Tempat pemancingan
itu akan bangkrut. Apa
yang akan kita lakukan sekarang?” ejek Seung
Chan menganggap gelas kopi kolam pemancingan.
“Aku tidak pernah melakukan hal
mesum.” Tegas Soo Hyun dengan mata mendelik
“Itu yang kau pikirkan. Dan Kau bilang tes selanjutnya sebulan lagi, kan? Berusaha keraslah mulai saat ini. Sebelum aku benar-benar mencuri
hatinya.” Ejek Seung Chan lalu membawa kembali gelas kopinya, Soo
Hyun terlihat menahan amarahnya
Jari Soo Hyun diketuk-ketukan diatas meja, seperti
otaknya berpikir untuk membuat Hye Rim jatuh hati padanya lalu mencoba melihat
lagi file rahasia berjudul [Proyek
Madame Antoine Rancangan
Studi Pendahuluan] lalu melihat profile dari
tipe A untuk mengoda Hye Rim.
Tanganya memegang mulutnya membaca dengan wajah serius [Pertengahan
30-an; kepribadiannya mempunyai poin paling rendah di
antara subjek pria yang lain. Namun, dia mempunyai pendapatan per tahun lebih dari 100 juta won. Seorang profesional yang kaya dan juga dihormati.] Lalu dia memikirkan dirinya itu adalah orang kaya dan
juga dihormati.
Hye Rim baru saja menuruni tangga dan melihat dilantai
dua tak ada orang, perlahan berjalan ke ruangan bagian receptionist dan melihat
komputer Seung Chan untuk mencari folder yang membuatnya penasaran. Tapi nama
file “burung bubut” sudah tak ada desktop.
Tiba-tiba ia dikagetkan dengan getaran ponselnya, Soo
Hyun mengirimkan sebuah peta dan pesannya “Hari ini kau punya waktu, kan? Datanglah ke sini jam 4 sore.”
Seorang pegawai menyambut Hye Rim baru masuk ke dalam
toko, lalu bertanya apakah ia sudah memesan sesuatu. Hye Rim mengaku tak tahu
karena hanya disuruh datang oleh seseorang, Soo Hyun sudah menunggunya berdiri
menyambut Hye Rim dan menyuruhnya untuk memilih yang disukainya. Hye Rim binggung dan menanyakan alasanya, Soo
Hyun mengatakan karena ingin membelikannya jadi meminta untuk memilih barang yang dinginkan.
Hye Rim berjalan melihat bagian tas mahal berjejer
didepanya, sambil bertanya-tanya dalam hati “Berapa harga semua ini?” lalu
menjerit binggug dalam hati “Bagaimana ini? Aku ingin semuanya!” Setelah itu ingin menenggok ingin melihat wajah Soo Hyun
yang terlihat sombong karena bisa membelikan barang-barang mewah.
“Kalau aku asal
memilih, dia pasti akan menertawakanku. Aku tidak boleh terlihat murahan... Apa tidak usah memilih saja? Tapi... mereka
terlihat sangat cantik!! Haruskah aku menutup mata dan memilih salah satu?” gumam Hye Rim binggung
“Jangan terlalu banyak berpikir dan cepatlah pilih. Aku tidak akan menganggapmu sebagai wanita materialistis. ” Kata Soo Hyun dengan nada mengejek
“Hei... Choi Soo Hyun, ada apa denganmu? Kau tiba-tiba memanggilku dan berkata akan membelikanku tas kemudian membahas tentang
materialisme... Kenapa
kau seperti itu?” jerit Hye Rim tak terima,
Soo Hyun mendengarnya terlihat agar panik karena dibelakang ada pegawai yang
bisa mendengarnya, akhirnya meminta agar pegawai itu pergi.
“Go Hye Rim, apa kau menyukaiku?” ucap Soo Hyun akhirnya berjalan mendekat, Hye Rim heran
tiba-tiba Soo Hyun mengutarakan pertanyaan itu.
“Kau terus saja mengubah topik pembicaraan. Jangan kau pikir aku senang melakukan hal seperti ini. Aku paling benci dengan wanita yang suka jual mahal.” Tegas Soo Hyun, Hye Rim tiba-tiba menatapnya.
“Ada sesuatu yang terjadi
padamu... ‘kan? Pasti ada alasan kenapa kau harus mendapatkan hatiku Atau, ada sesuatu yang tidak bisa kau selesaikan. Jadi kau mencoba menyelesaikannya
dengan terburu-buru
dan dengan barang-barang bermerek tapi
kau tidak ingin merendahkan harga
dirimu. Jadi kau
menyebutku kekanak-kanakan untuk
membuatku merasa buruk.” Kata Hye Rim, Soo Hyun
tertunduk karena terbaca dari sikapya.
“Sebenarnya, Ada apa? Jika kau memohon dengan baik,
mungkin aku akan
memberimu kesempatan.” Ucap Hye Rim penasaran, Soo
Hyun mengangkat tanganya.
“Tolong Bawakan aku tas yang paling mahal di sini.” Pinta Soo Hyun
Keduanya membayar di kasir, Hye Rim berteriak kesal saat
Soo Hyun membayar dengan kartu kreditnya. Soo Hyun memutuskan akan
mengembalikan tas itu jadi meminta dikembalikan
uangnya, kasir memberitahu Soo Hyun akan dikenakan biaya dari kartu kreditnya. Soo Hyun bertanya berapa banyak, Kasir memberitahu
jumlahnya Sebesar
3.567.400 won.
“Tolong sumbangkan uang tersebut
ke yayasan kesejahteraan
anak-anak di dekat sini,Atas nama
Go Hye Rim.” Perintah Soo Hyun pada kasir
“Sekarang Aku membelikanmu tas, dan kau juga melakukan hal yang
baik. Kau puas,
kan?” kata Soo Hyun melihat Hye Rim masih melonggo
disampingnya.
“Tapi tidak ada tas di tanganku, Belikan aku tas dibagian sana.” Ucap Hye Rim menunjuk tas ada di bagian pojok, Soo Hyun
mengangguk setuju.
Hye Rim memilih 3 tas dan juga satu gaun yang ada
dipatung, Soo Hyun merasa semua barang itu berlebihan tapi melihat wajah Hye
Rim seperti ada gambaran kalau ia sebelumnya hanya mendapatkan nilai 6%, dengan
senyuman dipaksa memperbolehkan Hye Rim mengambil semuanya.
Hye Rim duduk dibelakang dengan wajah bahagia mengucapkan
terimakasih karena Soo Hyun membelikan semua barang untuknya, Soo Hyun pikir
Hye Rim seharusnya meminta untuk membelikan tokonya saja sekalian karena
melihat Hye Rim tidak
akan puas hanya
dengan beberapa tas. Hye Rim pikir benar juga
seharusnya meminta untuk membelikan toko itu.
“Kalau begitu, haruskah kali ini kita pergi ke toko di sebelah
sana?” kata Hye Rim menunjuk ke depan
“Oh, mereka juga punya barang bagus di sebelah sana. Ada Bank didepan saja” ajak Soo Hyun mengejek
“Apa sekarang kita sedang syuting "Mission Impossible"?” kata Hye Rim mengodanya.
“Apa sekarang persentaseku naik?” tanya Soo Hyun, Hye Rim terlihat binggung.
“Saat kita melakukan tes untuk
tipe idealmu waktu
itu, aku mendapat enam... puluh
dua persen. Sekarang
sudah sedikit naik, kan?” kata Soo Hyun berbohong
dengan hasilnya.
Hye Rim heran mengapa persentasi itu sangat penting,
karena pikir Soo Hyun hanya
ingin mengetahui
tipe idealnya. Soo Hyun mengaku harga dirinya
terluka walaupun meraka sering sekali bertengkar. Hye Rim melirik merasa ada yang mencurigakan dan pasti lebih daripada yang dikatakanya.
“Kau harus menyelamatkan harga
diriku. Dengan
membuat persentasenya menjadi
100 persen.” Tegas Soo Hyun
“Bagaimana ya... Kau membelikanku empat tas dan satu gaun jadi mungkin aku akan menambah
satu persen
untuk masing-masingnya.” Kata Hye Rim kembali
mengodanya, Soo Hyun membanting stir dan memberhentikan mobilnya.
“Jangan ditambahkan..... Sekalian saja kau kurangi.” Teriak Soo Hyun kesal dengan mata melotot
“Kau marah ya? Baiklah.... Kau sudah bekerja keras, jadi Aku akan menambahkan 10 persen.” Ucap Hye Rim dengan senyuman.
Soo Hyun mengeluarkan tas belanja dari mobilnya, ingin
memberikan pada Hye Rim. Tapi Hye Rim malah menolak karena tak menginginkannya,
Soo Hyun yang tadinya sangat kesal heran tiba-tiba Hye Rim menolak semua barang
yang sudah dibeli dengan uangnya.
“Alasanku melakukan itu karena
penasaran kenapa kau
mau mengeluarkan banyak uang seperti itu. Tapi... aku sudah tahu alasannya. Jadi...” kata Hye Rim terdiam sejenak
“Jadi, bagaimana dengan semua tas
ini?” tanya Soo Hyun menahan amarahnya.
“Kau bisa menyumbangkannya. Kali ini atas namamu Dan... jika kau memang ingin menambah persentasemu ajarkan aku tentang psikologi.” Kata Hye Rim, Soo Hyun melonggo mendengarkan permintaan
Hye Rim
“Aku seorang konsultan di sebuah
pusat konseling tapi
aku bahkan tidak tahu dasar-dasar
psikologi. Apa
mungkin, bayaranmu sangat mahal?” ucap Hye
Rim.
Soo Hyun mengangguk tapi kalau memang Hye Rim ingin cepat belajarm maka akan memberikan beasiswa. Hye Rim mengucapakan terimakasih pada Soo Hyun yang
mengajaknya berbelanja hari ini Walaupun pada akhirnya hanya melihat-lihat saja. Soo Hyun hanya bisa melihat barang belajaan yang
harus dikembalikan.
Pagi hari, Hye Rim baru keluar dari rumahnya untuk membuang sampah
melihat tas belanja yang tergantun di gagang pintunya. Note dari Soo Hyun
tertempel “Paling tidak, terimalah
gaunnya.” Hye
Rim hanya bisa tersenyum seperti tak percaya Soo Hyun memberikan hadiah itu
padanya.
Ji Ho turun ke lantai dua dengan membawa sekotak coklat,
bertanya pada pelayan keberadaan Hye Rim sekarang. Pelayan memberitahu Hye Rim
belum turun dari lantai tiga. Ji Ho pergi ke lantai tiga melihat pintu rumah
terbuka, ketika masuk wajahnya tegang karena melihat Hye Rim sedang menganti
pakaiannya.
Ia melangkah mundur tak ingin melihat Hye Rim, tapi
akhirnya memberanikan diri melihat lebih jelas dari kaki Hye Rim sangat mulus
dan langsing sedang mencoba gaun, mulutnya langsung melonggo langsung terpana
dengan tubuh Hye Rim yang sexy, bahkan saat mengangkat rambutnyan terlihat
bagian lehernya.
Ji Ho duduk lemas didepan cafe dengan melempar coklatnya,
Ju Ni baru saja datang melihat Ji Ho duduk sendirian menghampirinya untuk
mengodanya.
“Walau hanya seminggu kita tidak
bertemu, tapi
rasanya lama sekali. Benar,
kan?” ucap Ju Ni dengan gaya imutnya,
“Kau datang untuk sesi
konsultasi, kan? Silakan
pergi ke pusat konseling.” Kata Ji Ho terlihat masih
shock melihat Hye Rim berganti baju
Ju Ni melihat ada coklat dibangku dan bertanya apakah boleh
memakannya, Ji Ho menyuruh makan saja. Ju Ni pikir tak seru hanya memakanya
jadi meminta Ji Ho untuk menyuapinya dan mulutnya sudah terbuka lebar. Ji Ho
pikir lebih baik tak usah dimakan lalu pergi meninggalkanya, Ju Ni mendengus
kesal karena dicampakan.
Seung Chan menyapa Ju Ni yang baru datang dan memberitahu
Soo Hyun sudah menunggu dalam ruanganya, Ju Ni membuka jaketnya lalu
mengibaskan rambutnya dengan sedikit menunduk memberitahu kancing baju
belakangnya lepas dan meminta Seung Chan untuk mengaitkanya kembali.
Terlihat mata Seung Chan tergoda dengan bagian pundak Ju
Ni nampak putih mulus, dan ingin mengaitkanya tapi matanya langsung terpejam
memberitahu letak kamar mandi jadi Ju Ni bisa mengancingkan bajunya ditempat
itu. Ju Ni kembali menjerit kesal tak bisa membuat Seung Chan tergoda padanya.
Hye Rim baru saja turun dari lantai tiga melihat Ju Ni
dengan managernya dan pengawalnya. Ju Ni mengejek rambut Hye Rim masih utuh
padahal sebelumnya sudah dijambak olehnya, Hye Rim melirik sinis melihat Ju Ni
sangat berlebihan padanya.
“Apa kau tidak perlu memakai krim penumbuh atau semacamnya?” ejek Ju Ni
“Pergi berkonsultasi sajalah.” Ucap Hye Rim sinis, Ju Ni dengan mendengus kesal masuk
ke dalam ruangan Soo Hyun
“Astaga... bagaimana kalau aku
yang justru
perlu konsultasi gara-gara dia?” keluh Hye Rim
Ju Ni menopang wajahnya dengan wajah cemberut mengadu
pria yang ada dalam klinik sama
sekali tidak
menyenangkan, lalu kembali mengibaskan rambutanya
kebelakang agar Soo Hyun tertarik padanya. Hye Rim melihat tingkah Hye Rim
dibalik dinding.
“Lagi-lagi begitu... Sekeras apapun mencoba, tetap
saja aku tidak
bisa menerima perilakunya.” Ucap Hye Rim kesal
Soo Hyun melihat Ju Ni mengalami
banyak kecelakaan
tahun kemari, yaitu satu kali di bulan
Juni, dua kali pada Oktober, dan
satu kali lagi pada November.
“Kalau kau sesibuk aku, hal-hal seperti itu pasti
terjadi. Apa kau
pernah mengalami kecelakaan
sebelumnya?” ucap Ju Ni dengan bergaya seksi
mengubah car duduknya, Hye Rim benar-benar heran melihat sikap Ju Ni.
“Saat kecelakaan di bulan
November, penata
gayamu terluka dan
bahkan manajer-mu sampai meninggal. Apa
itu tidak menjadi bagimu?” tanya Soo yun
“Yah... itu tidak terlalu buruk.. Berkat itu, aku bisa beristirahat
dan bahkan
berlibur ke luar negeri.” Cerita Ju Ni, Hye Rim
mendengarnya semakin heran karena ada yang meninggal tapi Ju Ni malah pergi
berlibur. Seung Chan masuk meminta Hye Rim keluar membuatkan kopi, Hye Rim pun
keluar dari ruang rahasia.
Ju Ni mulai melancarkan serangnya, dengan mengatakan kalau
ia jatuh cinta pada Soo Hyun.
Soo Hyun dengan mengerutkan dahi menanyakan kenapa bisa seperti itu. Ju Ni
mengaku Soo Hyun terus saja muncul di pikirannya, sambil memuji Soo Hyun yang keren, pintar dan juga
lembut.
“Itu benar, tapi aku takut tidak bisa menerima perasaanmu.” Tegas Soo Hyun, Ju Ni menanyakan alasan ditolak.
“Bagaimana rasanya ditolak olehku?” tanya Soo Hyun
“Aku merasa ingin mati dan Aku akan mati!” kata Ju Ni dengan mencekik lehernyanya sendiri untuk
mencari perhatian.
“Silakan saja, kalau kau mau. Aku punya pensil yang tajam dan Juga ada gelas kaca, bahkan pisau saku.” Ucap Soo Hyun santai. Ju Ni heran dengan sikap Soo Hyun
yan membiarkanya.
“Kau tidak mencintaiku. Dan kalaupun benar itu karena kau sedang diobati. Ini bukan...” jelas Soo Hyun yang disela oleh Ju Ni
“Ini semua karena Go Hye Rim. Semua orang di sini hanya
menyukainya! Kau juga
diam-diam menyukainya, kan?” jerit Ju Ni tak terima
“Bagiku, dia hanyalah seseorang. Seseorang yang menjalani hidupnya
tanpa terlalu
banyak memikirkan diri sendiri.” Kata Soo Hyun
“Jadi kau bilang, aku bukan orang?” Jerit Ju Ni tak terima
Soo Hyun menjelaskan Ju Ni itu terlalu
memikirkan bagaimana
orang lain melihatnya. Ju Ni menegaskan dirinya
seorang artis jadi harus... Soo Hyun menyela dengan bertanya bagaimana jika Ju
Ni bukan seorang artis dan bertanya Apa pandangan orang lain
kepadanya tetap sangat penting. Ju Ni pikir tak seperti lalu mengakui hanya ingin semua orang mencintainya. Soo Hyun menanyakan alasanya.
“Bukankah sudah jelas? Setiap orang itu....” kata Ju Ni dipotong oleh Soo Hyun
“Itu tidak mungkin....Jika ada orang yang menyukaimu, maka ada juga yang tidak. Berusaha membuat semua orang
menyukaimu, bukan
hanya sia-sia tapi juga
akan membuatmu lebih terluka.” Jelas Soo Hyun
“Lalu, kenapa orang-orang
membenciku? Aku
berusaha keras untuk dicintai
oleh semua orang..” kata Ju Ni dengan mata
berkaca-kaca
“Dan kenapa itu sangat penting
untukmu? Kenapa
kau membiarkan orang lain yang menentukan nilai dirimu yang sesungguhnya?” tanya Soo Hyun
Ju Ni melirik kearah atas seperti ingin mencari alasanya
dan terlihat kebinggunan. Soo Hyun bisa menebak karena Ju Ni adalah
orang yang buruk. Ju Ni menatap Soo Hyun
bertanya apakah dokternya itu melihat seperti itu juga. Soo Hyun menjelaskan
bisa melihat Ju Ni menilai dirinya seperti itu. Ju Ni mmbenarkan ucapan Soo
Hyun.
“Kenapa aku sangat buruk seperti
ini? Aku tidak
punya rasa percaya diri... dan selalu takut
kalau orang lain mengetahuinya. Semuanya
sangat mengerikan, Dokter.” Cerita Ju Ni menahan
tangisnya, Soo Hyun bisa melihat Ju Ni apa adanya bukan berlebihan seperti
diawal pertemuan.
Prof Bae mengucap syukur dengan hasil yang didapat dengan
pasien Ju Ni, karena Soo Hyun bisa membuat Ju Ni menyadari kalau mempunyai self-esteem yang
rendah. Soo Hyun merasa Ju Ni masih terlihat sangat binggung dan
belum sepenuhnya tertanam
di diri pasienya.
“Jika mempertimbangkan hidupnya hingga saat ini, itu sangatlah
alami. Aku
dengar ayahnya yang
membesarkannya? Apa
tidak ada masalah dengan cara
mendidiknya?” tanya Prof Bae duduk dikursinya.
“Kelihatannya, dia dibesarkan
dengan kurang konsisten. Jadi,
Ju Ni memperoleh nilai dirinya melalui kriteria
yang senantiasa berubah-ubah. Bagaimana
dengan gangguan distimik lainnya? Apa Kau
sudah memeriksanya?” kata Soo Hyun
“Aku Sudah melakukanya, Sepertinya
tidak ada yang terlalu serius. Aku
memang melihat beberapa tanda
dari gangguan depresi tapi
aku belum melihat gejala dari
gangguan somatoform ataupun gangguan disosiatif.”
Jelas Prof Bae
“Aku masih belum bisa mengetahui
alasan kenapa John
Denver bisa menjadi pemicu baginya Atau
alasan kenapa dia tidak
menyukai bulan November.” Kata Soo Hyun
“Benar... dan aku yakin pasti ada sesuatu di balik itu.” Ucap Prof Bae lalu merasakan sesuatu yang tak dienak
ditenggorokanya.
Soo Hyun melihat Prof Bae berpikir gurunya itu sedang tak
sehat, Prof Bae mengatakan baik-baik saja sambil memegang lehernya dan meminum
tehnya.
Hye Rim masuk ke toko pohon natal bertanya seberapa besar
pohon yang akan dibelinya dengan wajah bahagia. Seung Chan menunjuk pohon natal
yang sangat tinggi dan besar, Hye Rim tertawa menurutnya jika membeli sebesar itu
bisa menembus atap cafenya, lalu menunjuk pohon natal setinggi pundaknya.
Seung Chan setuju dan juga bertanya dengan dekorasi dari
pohon natalnya. Hye Rim ingin melihat tema dari pohon natal, lalu menyadari
Seung Chan mulai mengunakan bahasa informal padanya. Seung Chan beralasan
karena mereka sudah akrab dan mengingatkan mereka juga harus membeli kado ulang
tahun untuk Yoo Rim. Hye Rim merasa hanya perlu memberikan uang karena adiknya
lebih menyukai hadiah itu, lalu menunjuk hiasan pohon bertema sinterclass.
Keduanya mendorong trolly bersama-sama, Seung Chan
berlari ketika pintu lift akan tertutup lalu mengajak Hye Rim segera masuk.
Didalam lift, Seung Chan mengingat mereka memarkir mobil dilantai dua, lalu
meminta Hye Rim menekan tombol lift. Hye
Rim menekannya lalu tersadar kalau tadi Seung Chan memanggil Go Hye Rim bukan “nunna”
seperti biasanya.
“Bocah ini... kau memanggil yang lebih tua dengan panggilan seperti
itu?” kata Hye Rim kesal
“Bukankah kau juga wanita? Aku memakai bahasa informal pada
semua wanita. Kalau kau
tidak menyukainya, aku
akan menggantinya lagi. Apa
yang harus kulakukan? Apa kau ingin aku menggunakan bahasa yang sopan lagi? ” Ucap Seung Chan,
Hye Rim pikir terserah saja, akhirnya Seung Chan
memanggil nama bukan dengan panggilan “nunna”. Hye Rim tiba-tiba merasakan hawa
yang sangat panas dalam lift sambil mengipas-ngipas wajahnya. Seung Chan
tersenyum lalu mengucapkan terimakasih karena sudah memberikan nilai 43 %
dengan begitu dirinya jadi yang pertama. Hye Rim binggung tapi bisa menembak
maksudnya itu adalah penelitian tentang tipe pria ideal.
“Jadi Kau ada di urutan pertama, dengan 43 persen, Lalu, bagaimana dengan Soo Hyun?” ucap Hye Rim
“Dia memperoleh Enam persen dan berada di Posisi terakhir.” Kata Seung Chan
Hye Rim ingat dengan kata-kata Soo Hyun dimobil “Tes
untuk tipe idealmu waktu itu, aku
mendapat enam... puluh dua persen. Sekarang
sudah sedikit naik, kan?” lalu tertawa bahagia. Seung
Chan menanyakan kenapa, tapi Hye Rim mengatakan bukan apa-apa sambil menahan
tawanya.
Seung Chan membantu Hye Rim membawa pohon natal kedalam
cafe, Soo Hyun turun melihat keduanya baru
saja datang setelah berbelanja, Hye Rim melihat Soo Hyun tak bisa menahan
tawanya. Soo Hyun mendekat bertanya kenapa Hye Rim tiba-tiba tertawa.
“Tidak apa-apa... kau ingin makan,
kan? Ada sebuah restoran, Mereka
menjual yuk (enam) gejang seharga
6.000 won di blok
keenam apartemen di depan... Cobalah.” Kata Hye Rim dengan nada mengejek, Soo Hyun binggung
medengarnya.
Seung Chan mengajak Hye Rim untuk pergi makan bersama
saja, Soo Hyun kaget mendengar adiknya memanggil nama pada Hye Rim bukan “nunna”,
Hye Rim mengalihkan pembicaraan kalau dicafenya sedang sibuk jadi menyuruh
mereka makan diluar saja, lalu mendorong keduanya untuk pergi.
Hye Rim pergi ke lantai dua membawa vacum cleaner,
pertama – tama memastikan tak ada orang lalu masuk keruangan Soo Hyun dengan
membawa vacum cleaner. Sementara Seung Chan baru selesai makan berjalan kekasir
sambil menelp berbicara tentang Pelatih bisbol di SD, menurutnya itu dari
jangkauan jadi tidak mau
melakukannya dan mengucapkan terimakasih atas
tawaranya.
“Apa sekarang kau memutuskan untuk
memakai bahasa
informal dengan Go Hye Rim?” ucap Soo Hyun sinis
membayar tagihan makan mereka.
“Iya..
kita ‘kan juga sudah sangat dekat. Kau tahu apa artinya bagi untuk wanita
yang lebih tua dengan membiarkan
pria yang lebih muda memanggilnya
dengan nama saja, kan?” kata Seung Chan yakin sudah
mendapatkan hati Hye Rim.
“Sepertinya kau menggunakan
ototmu.” Sindir Soo Hyun
“hanya itu yang kau bisa lakukan. Lalu, apa yang kau lakukan dengan otakmu yang hebat itu?” ejek Seung Chan
“Walaupun ku beri tahu, kau juga tidak akan mengerti apa
rencanaku. Karena,
massa otakmu sudah diambil alih
semuanya oleh ototmu. Dan Bagaimanapun
juga, Go Hye Rim adalah
subjek penelitian. Setidaknya,
jaga kelakuanmu.” Tegas Soo Hyun
memperingatinya.
Hye Rim mulai memeriksa laci meja Soo Hyun, di laci nomor
dua pun tak menemukan apapun. Ia mengingat kembali dengan perintah Tuan Kim “Cobalah cari tahu lebih banyak tentang penelitiannya saat ini. Jika kau melakukannya, aku akan memberikan uangnya padamu
sekaligus.”
Flash Back
Hye Rim merasa tak bisa
menerima uang sebanyak itu lagipula menurutnya Soo Hyun pasti menyembunyikan data-datanya dengan sangat baik. Tuan Kim menyakinkan kalau perkerjaan itu tak terlalu
sulit dan mengingatkan Hye Rim itu perlu uang untuk membayar uang sekolah
putrinya. Hye Rim pun terdiam mendengar karena memang butuh
uang.
“Penelitian itu bernilai 5 miliar won jadi, walaupun aku memberikan insentif sebesar 1 persen padamu maka itu berjumlah 50 juta won.” Kata Tuan Kim memberitahu jumlahnya.
Hye Rim binggung tak menemukan apapun dalam laci, lalu
melihat komputer Soo Hyun mencoba mencarinya dengan file berjudul penelitian
kalau tidak “test” dan mencoba mengeja “experiment” dalam bahasa inggris, lalu ia menemukan judul file
bertuliskan “study” dan merasa itu memang yang dicarinya.
Soo Hyun dan Seung Chan kembali ke klinik, ketika ingin
masuk ruangan Soo Hyun binggung tak bisa membukanya dan berpikir ada yang masuk
kedalam. Hye Rim ada didalam mulai panik mencoba melihat file dengan judul burung
puyuh, sama seperti dengan judul file Burung
bubut. Soo Hyun dari luar mencoba membuka pintunya.
Hye Rim bergumam dalam hati, berpikir video yang disimpan
itu video porno, tapi teringat folder namanya itu “study”akhirnya ia mengeluarkan
USBnya dan tak sengaja menyengol tong sampah dengan CPU. Soo Hyun dan Seung
Chan kaget mendengarnya, Soo Hyun mengetuk pintu berteriak menanyakan siapa yang ada didalam. Hye Rim
cepat memasangkan USBnya.
Seung Chan akan mengambilkan kunci duplikat untuk
membukanya, Hye Rim dengan cepat ingin mengcopy video sebesar 173Mb, Soo Hyun
berteriak menyuruh orang itu keluar dan mengancam akan memanggil pihak
keamanan. Seung Chan datang membawa kunci tapi binggung memilih kunci ruangan,
Soo Hyun menelp perusahaan sekuriti, melaporkan Ada penyusup di kantornya. Hye Rim mengigit jarinya karena filenya belum tercopy
dengan sempurna, Soo Hyun meminta adiknya segera membuka pintunya. Seung Chan
mencoba terus sampai akhirnya menemukan kunci yang cocok dan bisa membuka
pintu.
Soo Hyun denga mata melotot ingin tahu siapa yang ada
didalam, Hye Rim terlihat sedang mengunakan vacum cleaner dan mendengarkan
musik mengunakan earphone. Seung Chan dan Soo Hyun saling menatap binggung,
lalu Soo Hyun mendekati Hye Rim dengan mencolek pundaknya. Hye Rim melepaskan
earphonenya berpura-pura tak tahu apa yang terjadi.
“Apa yang kau lakukan di sini? Sampai mengunci pintunya segala.” Ucap Soo Hyun curiga
“Jadi Pintunya terkunci? Bagaimana bisa? Kau harus memperbaikinya.
Terakhir kali aku
bersih-bersih, juga seperti itu. Sekarang Aku
juga harus membersihkan di
sekitar lorong, kan?” kata Hye Rim ingin keluar ruangan, Soo Hyun menahanya dengan
menatap Hye Rim penuh curiga
“Apa yang kaulihat? Berkali-kali
dilihat pun, kecantikanku
tidak akan berubah.” Ejek Hye Rim
“Apa kau benar-benar hanya membersihkan ruanganku ?”
kata Soo Hyun curiga. Hye Rim malah menantang bagaimana kalau ia melakukan hal
yan lain.
“Apa yang dia bayangkan? Apa
kalian menyembunyikan sesuatu
yang penting di sini? Kalau
kau tidak percaya, kau
boleh menggeledahku. Tapi
jika kau tidak menemukan apa-apa, aku
akan melaporkanmu ke polisi.” Kata Hye Rim
mengangkat tanganya sambi mengancam. Soo Hyun akhirnya melepaskan Hye Rim dan
membiarkan keluar.
“Aku rasa kita harus meningkatkan keamanan di sini menjadi A plus. Sekarang Berikan juga semua berkas yang
kau punya Dan
singkirkan semua dokumen.” Perintah Soo Hyun pada
adiknya.
Hye Rim memasang Usb dalam komputernya, lalu mengecek
video yang sudah didapatkannya. Kyung Joo duduk diatas pohon dengan bergantung
pita lalu berteriak “Sayang! Aku mencintaimu!”
“Ya ampun... senangnya.... tapi sebenarnya penelitian apa yang sedang dia kerjakan?” ucap Hye Rim penasaran sambil menonton video yan
didapatkan dari komputer Soo Hyun.
Seung Chan turun ke lantai satu dan mengagetkan Hye Rim
yang sedang mencuci piring dengan panggilan informalnya. Hye Rim benar-benar
kaget lalu mengaku belum
terbiasa mendengar
panggilan itu. Seung Chan dengan sengaja memangilnya
nama Hye Rim berkali-kali. Hye Rim tertawa menyurh Seung Chan untuk berhenti.
“Jadi apa yang kau lakukan di ruangan kakakku kemarin?” kata Seung Chan bersandar di counter dapur.
“Kau sudah melihatnya ‘kan Aku hanya bersih-bersih.” Ucap Hye Rim, Seung Chan seperti tak percaya
“Lalu, apa yang aku lakukan disana ?
Kaupikir aku menari-nari sendirian
di sana? Apa kau ingin melihat debu-debu yang berhasil ku kumpulkan?” kata Hye Rim berusaha menyakinkan.
“Bukan begitu maksudku, Oh
iya. Aku mendapat tawaran untuk menjadi
pelatih bisbol di SD.” Cerita Seung Chan
Hye Rim dengan gembira merasa itu tawaran yang bagus dan
bertanya kapan akan memulainya. Seung Chan mengatakan Belum ada
keputusannya, karea akan
melakukan wawancara dulu. Hye Rim yakin Seung Chan pasti
akan langsung
lolos wawancara itu jadi tak perlu khawatir. Seung
Chan menaku tak berniat mengambilnya, Hye Rim heran Seung Chan menolak peluang
didepan mata.
“Aku adalah Pemain Pendatang Baru Terbaik tahun kemarin. Apa masuk akal kalau aku menjadi pelatih di SD?” kata Seung Chan merasa tak pantas
“Memangnya kenapa? Kau membesarkan masa depan bisbol Korea!” kata Hye Rim, Seung Chan merasa yang diajarkanya itu masih
sangat kecil.
“Kau bilang ingin menjadi pemimpin di bisbol. Kalau begitu, kau harus mengambil
langkah kecil dulu dan Kau tidak
bisa langsung melompat ke puncak.” Ucap Hye
Rim
“Tapi itu bukan aku dan Dan tidak ada yang bisa
kulakukan.” Tegas Seung Chan pada prinsipnya.
“Walaupun begitu, itu langkah
pertama. Apa kau pikir mereka akan meminta
seseorang yang tak
pernah melakukan push-up selama setahun untuk menjadi pelatih bisbol
profesional? Apa kau
mengharapkan keajaiban
dari langit?” omel Hye Rim meyakinkan
Seung Chan merasa mengajar pada anak tingkat SD lalu
tersadar kenapa Hye Rim tiba-tiba jadi marah padanya. Hye Rim menjelaskan bukannya
marah, tapi ini semua karena Seun Chan terlalu meremehkannya.
Soo Hyun menuruni tangga melempar buku diarynya diatas
mangkuk coklat lalu mendengar adiknya yang terteriak didapur, kalau Hye Rim
sendiri yang mengatakan untuk mengikuti kata hatinya. Hye Rim dengan nada
tinggi menegaskan bukan berarti Seung Chan bisa hidup dengan
malas-malasan seperti ini.
“Jika kesempatan datang, ambillah! Itu yang namanya hidup!” tegas Hye Rim
“Apa kau sedang mencoba menjadi kakak perempuan untukku?” kata Seung Chan
“Benar... Mulai sekarang panggil aku
"Noona" Dan
jangan menggunakan bahasa informal.” Tegas Hye
Rim dengan mata melotot, Seung Chan setuju dengan wajah kesal keluar dari
dapur.
Soo Hyun langsung bersembunyi setelah mendengar adu
mulut, Hye Rim berteriak kesal karen sudah terlalu
membebaskannya. Soo Hyun terlihat bahagai
melihat Hye Rim akhirnya menganggap Seung Chan seperti adik laki-lakinya. Hye Ri menengok seperti merasa
ada orang yang lewat, Soo Hyun langsung bersembunyi lalu dengan cepat mengambil
buku diarynya dan kembali kelantai dua.
Hye Rim baru selesai melayani pelanggan melihat buku
diary di meja kasir, dengan gambar buku, Soo Hyun menuliskan pesanya “Kau bilang ingin belajar tentang psikologi, bukan? Datanglah ke Perpustakaan Joong Ang jam 1 siang.”
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Postingan Korean Drama Addicted selalu web version ya.bisa g̲̮̲̅͡åк̲̮̲̅͡ kalo diuba mobile version.
BalasHapus