In Ho memainkan pianonya dengan irama cepat tanpa ada
rasa, seperti mengambarkan amarahnya. Prof Shim masuk kedalam dengan mengumpat
kalau In Ho itu sedang mabuk sambil melihat wajah anak muridnya yang babak
belur. In Ho menyembuyikan wajahnya, Prof Shim mengatakan tentang tangan In Ho. Dengan gugup In Ho mengatakan tanganya baik-baik saja.
Prof Shim mengangkat tangan In Ho, mengejek ada seorang pianis yang suka kelayapan dan berkelahi, sambil memukul memperingatkan kalau nanti tangan In Ho
bisa cedera lagi.
In Ho berteriak sakit dan memberitahu tanganya baik-baik
saja dan tidak terluka sambil mengerak-gerakan jarinya. Prof Shim menasehati In
Ho kalau nanti tanganya cedera lagi, maka apa yang akan dilakukanya. In Ho pun
mengucapkan permintaan maafnya. Prof Shim merasa In Ho tak perlu meminta maaf
karena semua ini menurutnya adalah masa depanya, dan In Ho tak boleh ceroboh
seperti sekarang, sambil mengejek anak murinya itu menyedihkan.
“Apa kau menganggapku orang yang menyedihkan juga?” kata In Ho sedih
“Apa ada orang yang menganggapmu menyedihkan? Wow, orang itu pintar sekali menilai orang, yah” ejek Prof Shim .
“Baiklah.... Aku akan memperbaiki
hidupku sekarang, dengan ikut
kompetisi dan
memenangkannya. Aku akan
memenangkan hadiahnya dan
menyebut namamu di sana.” Kata In Ho penuh semangat.
“Aku senang mendengar semangatmu
itu. Apa kau
sudah memilih musikmu?” tanya Prof Shim, In Ho
memilih Piano Chopin Sonata no. 3.
“Chopin terlalu susah. Masih banyak musik yang mudah
lainnya. Kau hanya
punya waktu 1 bulan. “ kata Prof Shim
“Kau ini, sebagai pria aku harus melakukan yang sulit
seperti ini.” kata In Ho, Prof Shim mengumpat In Ho
memang sombong
sekali dan meminta untuk meyakinkanya. Keduanya tersenyum dan
memulai latihan.
Hong Sul bersandar di dinding sambil bergumam dengan
wajah binggung “Sunbae pasti sangat
pusing sekarang, Apa aku berhenti mengajar Baek Ini Ho saja ? Tapi, akulah yang duluan menawarkan
diri. Pasti dia akan menganggapku jahat
nanti.”
In Ho melihat Hong Sul hanya berdiri didepan gedung,
bertanya apa yang sedang dilakukanya. Hong Sul kaget mengaku baru saja mau masuk, lalu menanyakan keadaan In Ho masih penuh luka lebam.
In Ho malah bertanya balik pendapat Hong Sul tentang wajahnya. Hong Sul
bertanya apakah In Ho sudah mengobati lukanya.
“Kau harusnya marah karena aku
memukul pacarmu,
kenapa malah mengkhawatirkanku?” keluh In Ho kesal lalu
masuk ke dalam perpus lebih dulu
Di perpustakaan, In Ho menanyakan tentang pelajaran
matematika, Hong Sul pun berusaha menjelaskan kalau namanya itu "x" adalah akar
kuadrat dari "a". In Ho berusaha mengerti
kalau itu namanya adalah akar kuadrat.
Hong Sul melihat ponselnya, pesan dari Yoo Jung masuk
membuatnya tersenyum karena menanyakan apakah ia sudah makan. Ia pun membalas
kalau sudah makan dan bertanya balik, lalu kembali menjelaskan soal yang sedang
dikerjaan In Ho pada buku latihanya.
Ponsel Hong Sul kembali bergetar, In Ho melirik Hong Sul
yang sibuk membaca pesannya. Hong Sul kembali tersenyum membaca pesan dari Yoo
Jung, “Aku sedang di jalan setalah makan siang di luar.” Hong Sul membalas “Bagaimana dengan wajahmu? Rekan kerjamu pasti
terkejut.”
In Ho berusaha kembali mengerjakan latihanya, tapi
getaran ponsel Hong Sul membuatnya kembali melirik . Hong Sul membaca pesan Yoo
Jung “Semua karyawan wanita menjadi heboh. Aku kan populer di sini. Lalu Kau sedang apa?” Ia terlihat
binggung membalasnya karena sedang bersama In Ho, Akhirnya menyuruh In Ho untuk
tetap mengerjakan tugasnya dan keluar dari perpustakaan. In Ho terlihat tak
bersemangat ketika melihat Hong Sul yang keluar meninggalkanya.
Hong Sul berbicara di telp, menceritakan sedang membantu
Baek In Ho belajar
di perpustakaan, karena sudah
berjanji, lalu bertanya apakah Yoo Jung tak masalah dengan hal
itu. Yoo Jung mengatakan tak suka sama sekali. In Ho keluar dari perpus melihat Hong Sul sedang
berbicara di telp mengucapkan permintaan maafnya.
“Lalu Aku harus bagaimana lagi?” ucap Hong Sul binggung
“Tak apa, kau kan sudah berjanji. Jika kau tak menepatinya, kau pasti akan khawatir lagi. Jadi Kau bisa tetap membantunya.” Kata Yoo Jung tersenyum seperti mengoda pacarnya.
“Tapi, aku hanya mengajarnya saja, tidak lebih dari itu” ucap Hong Sul, In Ho yang mendengarnya memilih
untuk pergi meninggalkan perpus.
“Oh ya, aku penasaran tentang
sesuatu hal. Berapa banyak karyawan wanita yang bekerja di perusahaan itu? Pasti banyak, 'kan?” kata Hong Sul terdengar cemburu, Yoo Jung mengodanya
dengan melihat kebanyakan pria dan mengatakan jumlahnya ada 58.000
orang.
Hong Sul kembali ke perpus dan melihat In Ho sudah ada ditempat duduk semula, secarik kertas bertuliskan “Aku pulang duluan.” Sambil duduk dikursinya merasa In Ho seharusnya memberitahunya tadi.
In Ho berjalan keluar kampus dengan wajah melas, lalu
berteriak kalau ia harus latihan untuk pertandingan dan memilih jalan yang lainya.
Bo Ra membahas Oh Young Gon sudah tak datang
membuatnya jadi semangat ke kampus. Hong Sul juga tak melihatnya seharian. Eun Taek pikir Young Gon kembali mengambil cuti dan itu
membuat akan lama lulus dari kampus.
“Kenapa mereka serius sekali? Ujian akhir kan masih lama? Bikin emosi saja.”keluh Bo Ra sambil membuka tutup gelas kopinya.
“Oh, ujian kelulusan, ya? Mereka memang harus dapat nilai bagus agar bisa wisuda. Hong,
kau tak ikut ujian juga? Walaupun masih junior, kau tetap bisa ikut dengan
senior. ” kata Eun Taek melihat banyak senior yang sedang
belajar serius.
“Aku juga mau, Tapi, apa aku punya waktu untuk belajar? Kudengar, ujian kelulusan di jurusan kita yang tersulit.” Ucap Hong Sul khawatir
“Hei.... nilaimu bahkan akan lebih tinggi dari Sang Chul dan Do Hyun
nanti.” Kata Bo Ra, Hong Sul pun mengajak Bo Ra ikut juga
bersamanya, Bo Ra dengan senyuman manis menolaknya.
Eun Taek diam-diam mengambil gambar Bo Ra yang sedang
berbicara dengan Hong Sul. Bo Ra tahu selama ini selalu setuju dengan Hong Sul,
tapi untuk yang satu ini tak bisa, karena ingin membuka sebuah bisnis, ditambah
lagi mereka sebentar lagi akan ada magang.
Hong Sul pikir memang Bo Ra tak perlu ikut dan merasa
temannya itu memang sangat beruntung. Bo Ra ingin mengambil ponsel Eun Taek
yang sedari tadi menatap ponselnya sambil tersenyum-senyum sendirian, Eun Taek
menegur Bo Ra yang ingin mengambil ponselnya.
Bo Ra merasa Eun Taek juga sering mengambil ponsel
miliknya. Eun Taek memperingatkan Bo Ra untuk tak melakukan lagi, karena harus
melindungi privasinya. Bo Ra mengumpat Eun Taek itu hanya pesuruh yang tak
perlu privasi, Eun Taek membawa semua barang-barangnya dan pamit pergi.
Bo Ra merasa sikap Eun Taek akhir-akhir ini sangat aneh,
Hong Sul bertanya aneh seperti apa. Bo Ra menceritakan Eun Taek yang selalu
meninggalkanya, tak membalas pesannya bahkan tak menelp seperti biasanya dan
bertanya-tanya ada apa dengan Eun Taek.
Hong Sul menduga Eun Taek itu sudah punya pacar, Bo Ra
merasa itu tak mungkin dan Hong Sul itu sudah tahu seperti apa Eun Taek itu.
Hong Sul rasa itu mungkin karena Eun Taek terlihat tampan, tinggi dan seorang
pria sejati jadi pasti banyak wanita yang mengejarnya. Bo Ra menyuruh Hong Sul
pacaran saja dengan Eun Taek, Hong Sul mengumpat Bo Ra sudah gila karena ia
sudah memiliki pacar.
Keduanya saling berdiam diri didepan pintu kereta, Hong Sul akhirnya menanyakan
alasan In Ho yang meninggalkanya di perpustakaan, menurutnya jika bukunya
dibakar lalu memakanya akan percuma saja hasilnya, bahkan masih
suka membolos. In Ho pikir Hong Sul tak
perlu mengkhawatirkan pelajarannya karena bisa
melakukannya sendiri.
“Apa dia menolaknya karena dia tak enak padaku? Sikapnya jadi aneh sekarang. Tapi, kenapa? Apa mungkin...” gumam Hong Sul menatap In Ho
“Apa karena aku?” tanya Hong Sul, In Ho berpura-pura tak mengerti dengan
ucapan Hong Sul
“Aku sedang tak punya waktu karena sibuk latihan untuk kompetisi.”
Cerita In ho
“Jadi Kau mau ikut kompetisi? Kapan? Kontes seperti apa?” tanya Hong Sul bersemangat. In Ho mengatakan kalau itu
hanya kompetisi skala kecil saja.
“Memangnya itu penting? Kenapa kau tak memberitahuku?” kata Hong Sul semakin bersemangat.
In Ho melirik melihat Hong Sul yang terlihat sangat
bersemangat, Hong Sul bertanya kenapa In Ho menatapnya. In Ho mengatakan bukan
apa-apa, Suara terasa canggung, Hong Sul pun hanya bisa cemberut karena sikap
In Ho yang dingin padanya.
In Ho berbaring di kamarnya, dalam otaknya seperti
merasakan Hong Sul yang memanggilnya “Oppa” lalu memegang kepalanya agar bisa
tidur sambil memejamkan matanya. Tapi suara Hong Sul semakin bergema
ditelinganya untuk memanggilnya “Oppa” Akhirnya ia memiringkan badannya,
rengekan suara Hong Sul yang memanggil “In Ho Oppa” semakin terdengar.
Ia pun memiringkan badanya kesebelah kanan, ingatan
bermain piano dengan Hong Sul kembali muncul, senyumannya terlihat sangat
lebar. Akhirnya ia bangun dan mengumpat dirinya itu sudah gila, lalu mencoba
menyadarkan dirinya dengan push up.
In Ha keluar dari kamar memarahi adiknya yang tak bisa
tidur saja kalau tidak maka kulitnya akan tambah rusak. In Ho terus saja push
up tak peduli dengan terikan kakaknya. In Ho pikir adiknya itu sudah gila
setelah berkelahi dengan Yoo Jung, makanya sekarang berolahraga di malam hari
supaya bisa berkelahi kembali untuk menang.
“Siapa bilang aku kalah?” teriak In Ho yang masih push up
“Kau memang kalah dalam hal fisik dan finansial juga, bahkan kalah tentang cinta. Hei.... Pecundang, orang yang kesepian dan juga bermuka jelek. Apa Hong Sul tahu bahwa kau menyukainya? Mungkin dia masih bias terus bertemu denganmu. Tapi, saat dia tahu, maka tamat sudah dirimu itu.” Ejek In Ha, In Ho duduk menyuruh kakaknya diam dan
tidur saja.
“Kau bahkan tak menyangkalnya lagi
sekarang. Oh, kau
sudah jatuh cinta? Apa
kau mau kakakmu ini membantumu?” kata In Ha menawarkan
bantuan, In Ho langsung melembar bantal agar kakaknya tidur saja daripada
ngoceh terus.
In Ha bisa menghindar dengan menutup pintu kamarnya, lalu
membuka kembali merasa adiknya itu pasti membutuhkan bantuannya dan mengejek wajahnya yang banyak memar. In Ho
mengumpat kakaknya sudah gila dan memperingatkan kembali agar tak keluar dari
kamarnya lagi. In Ha tak kalah berteriak agar adiknya itu diam, tak membuat
kegaduhan. Akhirnya In Ho berjanji tak akan membuat kegaduhan dengan
kembali pusa up, tapi In Ha malah mengejeknya dengan berteriak menghitung pusa
up yang dilakukan adiknya. In Ho pun mengejar adiknya yang tak akan mau masuk
kamar.
Hong Sul berbicara di ponsel dengan senyuman sumringah
akan segera datang, In Ho tiba-tiba datang menyindir Hong Sul yang terlihat
bahagia sekali dan melihat pasti akan pergi berkencan. Hong Sul bertanya kenapa
In Ha ada disekitarnya. In Ha menegaskan bahwa itu lingkunganya juga jadi Hong
Sul tak bisa marah.
“Kau selalu saja mencurigaiku, dan kau pasti membenciku, benarkan? Aku sangat tak suka dengan tatapanmu itu. Dan aku baru sadar sekarang, kau ini orangnya pemarah juga, Ahh.... Karena
itulah Jung menyukaimu.” Ejek In Ha
“Karena kebetulan kita bertemu, aku akan memberitahumu sesuatu. Aku tak suka caramu memberitahuku tentang Yoo Jung Dan
jangan berbohong lagi bahwa
kau ini pacarnya. Akan
jadi masalah jika mereka
percaya padamu.” Tegas Hong Sul dengan mata
melotot
“Ternyata Kau berani juga, ya? Hei.... Sepertinya kau salah paham. Bahkan jika kau bisa dekat dengan
mereka berdua,
sampai kapan kau bisa bertahan? Kau
pasti merasa sudah jadi Cinderella
sekarang ini. Bahkan Kau merasa seperti pemain drama yang diperebutkan 2 pria.” Sindir In Ha dengan membuka kacamatanya.
“Tapi, tunggu. Memangnya sudah berapa lama kau mengenalnya? Aku sudah 15 tahun bersama
mereka. Sudah
banyak pasang surut
yang kami lalui, kau
bahkan tak pernah
melaluinya. Jadi, tak
usah sombong.” Kata In Ha memperingati sambil memegang
syal Hong Sul.
“Ya, aku tahu. Mereka bertiga memiliki masa lalu yang tak
kutahu Dan aku tak punya
ruang di sana. Tapi, aku lah yang berada di sisi Yoo Jung Sunbae sekarang.” Gumam Hong
Sul
“Sebuah hubungan yang lama belum tentu bahagia. Kau memang teman lamanya, tapi apa benar hubungan kalian baik? Sepertinya tidak.” Balas Hong Sul menyindir
“Kau mau mati, ya? Kau pikir kau siapa? Apa kau tahu sudah berapa wanita sombong yang pernah kutampar?” kata In Ha dengan mata melotot
Hong Sul merasa tak perlu menjawabnya, Mungkin
hubungan mereka bertiga baik saat kalian masih
kecil dan apakah In Ha tahu arti
sebuah pukulan
dalam usia dewasa seperti ini, lalu menantang In Ha untuk memukulnya saja. In Ha pun
tak takut akan memukul Hong Sul, tanganya terhenti karena melihat hidung Hong
Sul sudah mimisan sebelum dipukul.
Dengan wajah panik In Ha meminta Hong Sul tak memberitahu
Yoo Jung, karena belum memukulnya, dan mengejek hidung Hong Sul itu aneh lalu
buru-buru pergi. Hong Sul pun menyadari kalau hidungnya mimisan.
Yoo Jung masuk ke dalam cafe, melihat Hong Sul terus
menatap kaca. Hong Sul langsung menutup wajahnya dan tertunduk malu. Yoo Jung
melihat Hong Sul yang mimisan, lalu tersenyum. Hong Sul heran Yoo Jung malah
tersenyum, padahal seharusnya khawatir melihat pacarnya yang mimisan.
“Aku khawatir, Tapi, lucu saja.
Lihatlah wajahmu yang disumpal dengan kapas” kata Yoo Jung dengan
senyuman.
“Tidak lucu, kau nya yang lebih lucu. Coba lihat di cermin.” Balas Hong Sul menunjuk bekas memar yang masih memerah.
“Memarnya sudah hampir hilang” kata Yoo Jung menutupi wajahnya dengan syal. Hong Sul
pun melihat memang memarnya hampir hilang, lalu keduanya tertawa bersama.
“Aku bisa berhenti untuk mengajar Baek In Ho. Dia akan ikut kompetisi bulan ini jadi dia akan sibuk
latihan.” Cerita Hong Sul, Yoo Jung pikir itu bagus lalu bertanya
apa lagi yang aka diceritakannya.
“Aku berjanji untuk
jujur.” Gumam Hong Sul tak ingin menyimpan
masalahnya sendiri.
“Aku bertemu kakak Baek In Ho tadi. Kami tinggal di kompleks yang sama, jadi pasti akan bertemu. Dia selalu saja memberitahuku tentangmu dan sangat galak. Sejujur, aku tak begitu menyukainya.” Cerita Hong Sul,
“Ahh. Begitu, yah.... Maaf, aku akan menyuruhnya berhenti mengganggumu dan memberitahunya nanti.” Kata Yoo Jung sambil menurunkan syalnya, Hong Sul pun
mengangguk mengerti
“Aku merasa senang sekarang. Kau berjanji akan jujur padaku, dan kau sungguh menceritakan
semuanya.” Ungkap Yoo Jung dengan senyuman bahagia
“Kita memang berjanji untuk saling
jujur. Tapi, aku
merasa sedang mengadukan orang lain saja.” Kata Hong Sul yang tak biasa menceritakan masalahnya.
Yoo Jung pikir tak ada yang salah karena memang lebih
suka pacarnya mengadukan hal yang terjadi disekelilingnya dan bertanya apakah
masih ada lagi yang ingin diceritakanya. Hong Sul mengatakan sudah tak ada
lagi, Yoo Jung merasa ingin mendengar cerita yang lainya. Hong Sul memilih untuk
memesan makanan saja. Yoo Jung mengodanya, Hong Sul ingin menceritakan yang
lainya.
Keduanya berjalan bersama, Hong Sul tahu Yoo Jung sudah
magang dan bertanya apakah ia mau ikut ujian kelulusan juga.
Yoo Jun menceritakan sudah mengikutinya tahun lalu. Hong Sul baru tahu Yoo Jung
sudah melakukanya dan memberitahu baru saja ingin mengikutinya.
“Jika aku lebih cepat selesai, maka akan lebih memudahkanku juga Tapi, entah aku punya waktu atau tidak untuk belajar.” kata Hong Sul,
“Apa kau mau meminjam kisi-kisi dan catatatnku?” tanya Yoo Jung menawarkanya.
“Sunbae, kau punya kisi-kisi
ujiannya?” ucap Hong Sul tak percaya
“Aku juga punya catatan untuk ujian akhir.” Kata Yoo Jung
Hong Sul tak percaya Yoo Jung masih punya juga ujian
akhir, dengan memegang lengan pacarnya merasa sangat beruntung. Yoo Jung
melihat Hong Sul terlihat sangat senang sekali. Hong Sul mengaku sangat senang
karena bisa memiliki catatan dari pacarnya.
Yoo Jung merasa kalau Hong Sul suka karena bisa
mendapatkan kisi-kisi ujian, Hong Sul menyangkalnya sambil menyandarkan
dikepalanya. Yoo Jung pikir tak jadi memberikanya saja, dengan melirik sinis
mengatakan tak mau memberikanya. Hong Sul melepaskan peganganya merasa Yoo Jung
itu marah padanya dan mengejek ada pria yang cepat sekali marah. Yoo Jung
merasa tak pernah seperti itu.
Hong Sul mengingatkan Yoo Jung sering seperti itu, selalu
marah apapun yang terjadi, dan teringat kembali "penderitaannya" saat-saat itu. Yoo Jung pikir bukan hanya Hong Sul yang menderita
karena menurutnya Hong Sul Yang selalu saja
membesar-besarkan masalah,
gampang sekali emosi dan selalu membuatnya
menunggu.
“Sunbae, kau telah berubah. Kau sekarang sudah banyak bicara. Aku tak akan menderita lagi, Aku ingin selalu bertengkar manja seperti ini denganmu. Kita harus lebih sering
melakukannya.” Kata Hong Sul dengan senyuman merangkul
lengan Yoo Jung kembali
“Aku tak akan meminjamkannya
padamu.” Ucap Yoo Jung sinis
“Kumohon! Apa yang harus kulakukan agar kau mau meminjamkannya?” rengek Hong Sul sambil menyadarkan kepalanya pada
lengan Yoo Jung.
“Tergantung dari sikapmu.” Kata Yoo Jung dengan senyuman bahagia memeluk pacarnya.
In Ho keluar restoran membuang sampah, Ponselnya berbunyi
dari nomor yang tak dikenal. Suara berbisik memangilnya, In Ho tahu itu suara Sang Keun, teman lamanya lalu bertanya untuk apa menelpnya. Sang
Keun memberitahu In Ho berada dalam bahaya, karena Boss datang ke Seoul.
“Kenapa dia di Seoul sekarang?” tanya In Ho
“Kau ingat dengan Bos besar yang kau selamatkan dulu?” kata Sang Keun, In Ho mengingat-ingat
“Bos besar itu sedang mencarimu, jadi Bos sedang gila sekarang. Dia memanggil dan memukulinya. Sekarang dia ada di Seoul, mencarimu In Ho, aku takut. Sekarang Bos sudah datang, kau harus
sembunyi. ” Cerita Sang Keun berbisik ketakutan
dan langsung menutup telpnya.
In Ho berteriak memanggil Sang Keun, lalu membungkuk
memikirkan apa yang harus dilakukanya sekarang. Lalu menepuk tanganya agar bisa
tenang dan menduga Bosnya itu pasti akan pergi ke tempat les yang dulu tapi tak
mungkin tahu alamatnya sekarang. Dengan sangat yakin keduanya tak akan tahu
jadi dirinya tak perlu takut, lalu kembali masuk kedalam restoran.
In Ho terdiam melihat Hong Sul yang berjalan memegang
perutnya yang terasa sakit, Hong Sul melihat In Ho ada didepanya mencoba
mendekat tapi In Ho malah berjalan mundur.
“Apa kau latihan hari ini?” tanya Hong Sul, In Ho mengangguk dengan berjalan
mundur.
“Hei!!!... Apa kau marah padaku?” tanya Hong Sul, In Ho menyangkal sambil berjalan
menengok kebelakang.
“Lalu, kenapa sikapmu aneh belakangan ini? Apa yang terjadi?” kata Hong Sul
In Ho pura-pura tak mengerti dan memilih untuk kabur,
langkahnya terhenti melihat Sang Keun dan Bosnya bertanya pada mahasiswa yang
lewat dan ditanganya ada lembaran brosur saat menjadi model di tempat les
bahasa inggris.
Dengan cepat In Ho menarik Hong Sul pergi, Hong Sul
binggung kenapa In Ho menariknya, In Ho langsung menutup mulut Hong Sul agar
tak bicara dan bersembunyi dibalik dinding. Hong Sul meminta In Ho melepaskan
tanganya, tapi tangan In Ho terus membekap mulut Hong Sul agar tak bicara.
In Ho mengintip melihat Sang Keun yang berbicara dengan
bosnya kalau dikampus itu tak ada yang mengenal In Ho.Bosnya yakin ada banyak
mahasiswa dikampus jadi pasti ada yang mengenalnya. Setelah keduanya pergi, In
Ho melepaskan tanganya meminta maaf karena membuat Hong Sul tak bisa bernafas.
Hong Sul terlihat terus memegang perutnya, In Ho panik melihat Hong Sul
terlihat kesakitan, bahkan berkeringat sangat banyak dan memintanya untuk tetap
sadar.
In Ho berlari mengendong Hong Sul untuk pergi kerumah
sakit, Hong Sul seperti sudah tak sadarkan diri. Sesampai di IGD, lansung
meminta tolong dokter untuk membantunya. Dokter pun meminta In Ho membaringkan
di atas tempat tidur, In Ho menceritakan sudah menutup mulutnya, Dokter
bertanya apakah mencekiknya.
Beberapa saat kemudian, In Ho melihat wajah Hong Sul yang
pucat masih tidur, Tanganya sudah di infus. Pelahan In Ho ingin memegang tangan
Hong Sul yang dicintainya, tapi suara Hong Jun yang memanggilnya.
Ayah dan ibu Hong Sul datang serta adiknya, dengan wajah
panik. Hong Jun menanyakan keadaan kakaknya, In Ho mengatakan sudah baikan. Ibu
Hong Sul bertanya apa yang terjadi pada anaknya. In Ho mengatakan dari dokter,
kalau Hong Sul pingsan akibat stress dan sakit di bagian perutnya sudah
menghilang jadi tak perlu khawatir dan harus beristirahat selama 2 hari maka
akan menjadi baikan.
Ayah Hong Sul pun mengucap syukur, lalu mengeluh Kebiasaan
buruk dari ibunya menurun pada Hong Sul, karena tahun lalu pernah terjadi juga. Ibu
Hong Sul mengaku jantungnya sampai copot mendengar kabar anaknya. Hong Jun
melihat wajah In Ho yang pucat dan menebak itu karena mengkhawatirkan kakaknya.
In Ho menyuruh Hong Jung diam saja.
Ibu Hong Sul yakin In Ho pasti terkejut juga, lalu
mengucap syukur karena sudah menemani anaknya dan berterimakasih. In Ho merasa
tak masalah, dengan senyumanya. Hong Sul terbangun dari tidurnya dan terkejut
melihat seluruh anggota keluarganya datang ke rumah sakit. Ibu Hong Sul memarahi
anaknya yang sakit tapi tak mau pergi kerumah sakit.
Ayah Hong Sul binggung anaknya bisa mengalami stress
sampai pingsan, dan menyuruh untuk istirahat dan melupakan semuanya. Hong Sul
mengangguk mengerti, Hong Jun pikir harus menelp Yoo Jung. Hong Sul mengatakan
akan menelpnya nanti, karena sekarang masih jam kerja. Tuan Hong pikir itu tak
penting karena sekarang Hong Sul sedang ada dirumah sakit dan menyuruh Yoo Jung
segera datang.
Ibu Hong Sul merasa anaknya bisa melakukan sendiri jadi
mereka tak perlu ikut campur dan membuat Hong Sul semakin stress. In Ho yang
mendengarnya memilih untuk keluar dari rumah sakit. Dengan wajah lesu,
mengedumel karena Sang Keun dan Bosnya bisa tahu tentang kampusnya, lalu
berpikir kalau nanti mereka berdua bisa tahu tempat kerjanya sekarang.
“Jika
Bulu Anjing terluka karena aku, kau
mungkin akan mati juga.”gumam In Ho memikirkannya.
In Ho langsung mendapatkan tendangan didadanya, lalu
mengumpat kesal karena tak memberitahu sebelum ingin memukulnya. Bos menegaskan
kalau bersikap seperti itu karena tingkah In Ho, sambil menepuk kepala In Ho
mengakui dulu adalah anak buah yang paling difavoritkan, tapi sekarang malah mengkhianati
dan mencuri uangnya.
“Kaulah yang seharusnya pintar menyimpan uangmu itu.” Kata In Ho mendongkan kepalanya. Bosnya langsung
menendang kakinya.
“Kau sudah kurang ajar ? Sudahlah.... Kau bisa kembali padaku. Aku akan melupakan semua
pinjamanmu itu.” Ucap Si Bos menarik rambut
In Ho
“Uang 5 juta won itu ‘kan? Aku akan membayarnya.” Kata In Ho melepaskan tangan Bosnya
“Kau bilang 5
juta won? Kau pasti
tak pintar menghitung. Ingat
bunganya, semunya 10 juta won. Aku memberimu diskon karena kita sudah berteman lama, mengerti?”
kata si bos
In Ho pikir bosnya itu bercanda, Bosnya itu pun menantang
In Ho pergi ke Busan karena Bos besar sedang menunggunya, menurutnya jika mereka bisa bersatu maka mereka bisa
mengambil alih daerah itu, Karena
5 atau 10 juta, tak
akan mampu membayarnya. In Ho menegaskan bukanlah
gangster dan sangat yakin pasti
akan membayarnya.
Si Bos pun memberikan waktu 1 minggu dan akan
menunggunya, jika tidak maka harus ikut dengannya, tapi melihat In Ho suka
sekali menetap
di Seoul karena menyukai seorang wanita di sini. In Ho melirik sinis, Si Bos pun mengungkapkan kalau
sangat menyukainya lalu mengancam untuk tidak macam-macam karena bisa
menghancurkan semua orang
yang ada di dekat In Ho dan mengingatkan 10
juta won dalam satu minggu, setelah itu mengajak
Sang Keun pulang sambil menendang dada In Ho. Sang Keun dengan wajah ketakutan
pamit pulang pada In Ho.
Hong Sul sudah berganti pakaian rumah sakit, dengan
menghela nafas merasa terlalu
memaksakan diri dan mungkin juga karena
kelelahan. Lalu mengirimkan pesan pada Yoo Jung.
“Sunbae, aku sedang
di rumah sakit karena sakit maag, Aku akan dirawat selama sehari”
Yoo Jung langsung menelp Hong Sul, dengan wajah panik
menanyakan keadaanya. Hong Sul tersenyum karan Yoo Jung menelpnya. Yoo Jung
menanyakan apakah keluarganya dirumah sakit, Hong Sul mengatakan hanya
sendirian. Yoo Jung akan keluar kantor mengatakan akan segera datang ke rumah
sakit.
Seniornya menahan Yoo Jung memberitahu akan ada rapat
satu jam lagi, dan meminta untuk menyiapkan materinya. Yoo Jung heran karena
tiba-tiba ada rapat. Seniornya memberitahu atasan mereka ingin memeriksa semua bahan pemasaran
bulan ini karena sepertinya
ada yang salah, dan memberitahu Direktur akan ikut
rapat jadi meminta Yoo Jung memeriksa semuanya, Yoo Jung pun tak bisa
menolaknya dengan statusnya sebagai anak magang.
“Aku tiba-tiba saja harus rapat, mungkin akan terlambat. Aku akan ke sana secepat mungkin. Maaf…” tulis Yoo Jung
“Tidak apa-apa. Tak usah buru-buru.” Balas Hong Sul
Hong Sul menekan nama In Ho dalam ponselnya, seperti
ingin menghubunginya karena belum mengucapkan terimakasih. Lalu merasakan ada
In Ho menyembunyikan sesuatu, tapi menurutnya tak perlu memikirkan saja dan memilih
untuk berbaring.
“Ya, aku harus
menghindarinya demi Sunbae. ini adalah keputusan yang benar. Tapi, dia yang selalu membantuku dalam
masa-masa sulit. Apa aku harus menghindarinya demi
Sunbae?” gumam Hong Sul
In Ho pulang kerumah dan melihat buku-bukunya sudah
berantakan, lalu mencari di lembaran buku pianonya ada sebuah amplop tapi
uangnya sudah hilang. Dengan wajah kesal pasti diambil oleh kakaknya, ia pun
mengambil buku tabunganya hanya ada 500ribu Won saja.
“Bagaimana ini? Apa aku harus pindah dan mencari uang? Lalu bagaimana dengan Baek In Ha?” kata In Ho dalam keadaan terdesak masih memikirkan
kakaknya yang mengambil uangnya.
Pesan dari Hong Sul masuk “Terima kasih untuk hari ini. Tapi, apa semuanya baik-baik saja?” In Ho ingin membalas dengan menuliskan “Untuk apa kau bertanya?” tapi diurungkan niatnya.
Yoo Jung memegang erat tangan Hong Sul yang tertidur
pulas, Hong Sul membuka matanya melihat Yoo Jung sudah ada didepanya dan
berusaha untuk duduk. Yoo Jung menanyakan apakah Hong Sul sudah baikan. Hong
Sul mengangguk kalau keadaanya sudah baikan.
“Benarkah? Aku sangat khawatir
padamu dan hampir pingsan tadi.” Kata Yoo Jung bersikap berlebihan
“Kenapa kau terdengar seperti Eun Taek?” ejek Hong Sul dengan senyumanya.
“Aku sudah tenang melihatmu sudah bisa tersenyum. Tapi Aku serius sangat khawatir tadinya dan hampir bolos rapat tadi.” Cerita Yoo Jung
“Kau bisa dipecat jika bolos
rapat.” Goda Hong Sul, Yoo Jung mengatakan tak mungkin dipecat
dari kantor ayahnya. Hong Sul tak bisa membalasnya.
Yoo Jung bertanya dimana keluarganya, Hong Sul
menceritakan sudah menyuruh ibunya pulang karena mungkin bisa kurang tidur dan
harus membuka restoran esok. Yoo Jung tahu dari Hong Jun kalau In Ho yang
membawa Hong Sul kerumah sakit.
Hong Sul terlihat sedikit gugup, menceritakan tak sengaja
bertemu ketika dikampus, ketika perutnya terasa sakit. Yoo Jung merasa
bersyukur karena In Ho sudah membantu pacarnya, tapi tetap merasa kesal karena seperti
tak berguna ketika Hong Sul
kesusahan maka tak ada disampingnya. Hong Sul bisa mengerti karena Yoo Jung
sedang berkerja.
Keduanya sama-sama tersenyum, Yoo Jung meminta Hong Sul
bergeser sedikit. Hong Sul merasa tempat tidurnya sudah sempit, Yoo Jung tetap
menyuruh Hong Sul bergeser. Dengan malu-malu Hong Sul bergeser. Yoo Jung pun
naik keatas tempat tidur dan membiarkan Hong Sul berbaring diatas lengannya.
Hong Sul meminta Yoo Jung berhati-hati dengan infusnya,
Yoo Jung membaringkan tubuhnya dengan memegang tangan Hong Sul yang di infus.
Ia tahu pacarnya itu merasa tertekan karena ulah Son Min
Soo dan Oh Young Gon serta Baek
In Ha.
“Maafkan aku.... Aku tak akan membuat
menderita lagi. Mulai
sekarang... Aku akan
selalu berada di sisimu.” Kata Yoo Jung berjanji,
Hong Sul menatap Yoo Jung tak percaya, Yoo Jung mengangguk untuk menyakinkan.
Hong Sul pun tersenyum dengan tidur dipelukan Yoo Jung.
In Ho menunggu didepan rumah sakit dengan memegang bungkus
obat. Hong Sul keluar sambil menghela nafas karena harus segera pergi ke
kampus. In Ho menatap Hong Sul yang sedang merasa bahagia merasakan cuaca sedang bagus. Hong Sul melihat In Ho yang sudah menunggunya, In Ho pun
mendekat memberikan bungkus obatnya.
“Ayahmu memintaku untuk memberikannya padamu. Kau pasti mau langsung ke kampus.” Kata In Ho yang mengingatkan untuk minum penghilang
sakit maagnya, setelah itu pergi begitu saja.
“Kau tak mau ke kampus juga?” tanya Hong Sul
“Aku harus pergi ke suatu tempat.” Kata In Ho dan kembali berjalan pergi.
“Apa Dia jauh-jauh ke sini hanya untuk memberiku ini?” ucap Hong Sul bertanya-tanya lalu berteriak mengucapkan
terimakasih pada In Ho. Tapi In Ho terus berjalan tanpa menoleh.
“Dia bahkan tak mengucapkan
selamat tinggal. Dia
itu kenapa sebenarnya?” kata Hong Sul kebinggungan.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar