Yoo Shi Jin berlari ke helikopter yang sudah
menjemputnya, sebelum naik ia melihat kearah Kang Mo Yun yang menatapnya dengan
mata berkaca-kaca. Shi Jin seperti menguatkan hati untuk meninggalkan Mo Yun
lalu masuk ke dalam helikopter dan masang sabuk pengamanya.
Mata Mo Yun terus melihat kearah helikopter yang akan berangkat,
Shi Jin terus menatap kebawah melihat Mo Yun masih berdiri dilandasan
helikopter, ada perasaan sedih tapi senyumanya sedikit terlihat. Mo Yun melihat
helikopter semakin menjauh. Di dalam helikopter Shi Jin tersenyum sendiri
seperti bahagia akan pergi berkencan setelah menyelesaikan tugasnya.
Mo Yun terus menatap langit dengan sedih, Song Sang Hyun
datang dengan memegang sebatang rokok bertanya apa yang dilakukan Mo Yun diatap
rumah sakit. Melihat tatapan Mo Yun kearah langit, mencari-cari apa sebenarnya
yang dilihat oleh juniornya.
“Sunbae... Jika kau tentara sedang melakukan tugas. Apa kau akan dijemput helicopter dan tertembak oleh senjata?” tanya Mo Yun terus menatap langit.
“Tak ada pria yang ikut WaMil tertembak senjata begitu. Kita hanya sering
"tertembak" oleh
air hujan dan juga salju. Bahkan
setelah itu pula, kami
harus membersihkan sisanya lagi.” Jelas Sang
Hyun
“Benarkan? Lalu, tentara seperti apa dia hingga dia bisa terbang begitu?” ucap Mo Yun penasaran
“Pria yang terbang? Apa dia kabur berlari dengan cepat atau
terbang? Dia pasti
punya alasan tersendiri.” Kata Sang Hyun, Mo Yun tersenyum mendengarnya.
[Perbatasan Afganistas – Pakistan / Camp.
Perdamaian Pasukan PBB]
Tentara bule memberitahu dua foto wanita dan pria sebagai
2 pekerja PBB, yang aktif di wilayah Gandamak dan telah diculik oleh Taliban. Shi Ji dkk bergabung dengan tentara dari negara lainya
mendengarkan penjelasanya.
“Ini adalah gedung tempat para sandera itu ditahan. Satu tim akan masuk dari timur
laut, Tim lainnya akan masuk dari arah
tenggara.” Jelas si tentara membuat rencana dengan
peta yang dibuatnya.
Shin Ji dkk masuk kedalam sebuah gedung, bersiaga dengan
senapanya. Setelah semua tempat dinyatakan “clear” semua masuk ke sebuah
ruangan penuh dengan kardus.
“Kalian memiliki
waktu 90 detik untuk menyelesaikan misi ini. Mulai dari langkah masuk sampai penyelamatan
para sandera. Apa sudah jelas?”
Anak buah Shi Jin maju lebih dulu, Dae Young berteriak
tak boleh melakukanya, saat itu juga
asap mengepul didalam ruangan, seperti tanda kalau bom akan meledak. Shi Jin
pun melepas helmnya, melapor Misinya gagal dan Semua pasukannya "mati".
“Ini adalah Booby Trap (bom tiruan). Kita harus kembali!” teriak Dae Young, Kim Chul Ho yang masih lugu meminta
maaf pada atasanya.
Tiba-tiba sebuah pisau terlempar dan tertancap di kardus
tepat disamping wajah Shi Jin. Tentara bule berteriak dengan mengejek menyuruh para
pramuka Korea
pulang ke rumah saja, dan
latihan dengan ibu mereka lalu tertawa
dengan keras.
Shi Jin menarik pisau merasa tak bisa memaafkannya ucapan si bule, lalu melempar balik pisaunya dan tepat
melewati selangkangan si bule dan tertancap di kardus. Keduanya langsung
melepaskan semua atribut dan berkelahi, Shi Jin lebih dulu mendorongnya dan
memukulnya. Teman dari si tentara bule menyuruh temanya agar bisa berdiri.
Tentara bule berdiri dan
ingin menendang dengan sepatu bootsnya, tapi Shi Jin bisa menghindar. Shi Jin
bisa menarik lawanya dengan meminting bagian kaki, Si tentara bule bisa
melepaskan diri lalu mengambil kursi untuk memukul Shi Jin, beberapa kali Shi
Jin bisa menghindar dari kursi yang siap menghantamnya.
Chul Ho berteriak panik merasa Shi Jin bisa mati dengan perkelahian itu, Dae Young
menahan Chul Ho untuk tak membantu Shi Jin karena Pilihannya
hanya ada terbunuh
atau membunuh.
“Saat dua Pasukan Khusus bertemu dalam operasi gabungan, kedua tim itu harus bertarung
untuk melihat
apakah tim satu dapat dipercaya. Ini
bukan lagi latihan, tapi
pertempuran yang sebenarnya. Kau
tak akan bisa menghentikannya.” Tegas Dae Young
membiarkan Shi Jin berkelahi dengan tentara bule
Shi Jin menangkis beberapa kali saat si tentara bule
ingin memberikan pukulan, lalu keduanya sama-sama jatuh karena saling
menendang. Si tentara bule lebih dulu berdiri, Shi Jin menendang kaki lawanya
yang membuat si tentara kembali terjatuh.
Tentara mulai memberikan perlawanan dengan mengunakan sekop
panjang, Shi Jin bisa menaiki badan si tentara bule dan memiting kepalanya dan
terjatuh bersamaan, dengan teknik Judo menarik tanganya. Tentara bule kembali
melepaskan diri. Shi Jin bisa memberikan pukulan dan membuat hidung si tentara
bule berdarah.
Akhirnya tentara lain datang dengan membunyikan pluit,
Shi Jin dan tentara bule saling mencengkram. Tentara yang baru datang langsung
menodongkan pistol ke arah Shin Jin dan tentara bule.
“Kapter Pasukan Delta, Black Bull.” Ucap ketua tentara, Black Bull pun berteriak “Siap,
Pak!” dengan melepaskan cengkramanya begitu juga Shi Jin
“Kapten 707, Big Boss.” Kata Ketua tentara, Shi Jin pun berteriak “ Siap,
Pak.”
“Istirahat sudah selesai. Kembali bekerja, sekarang. Apa ada yang punya masalah?” ucap Ketua tentara, Keduanya saling melirik dan
bersamaan berteriak “Tidak, Pak!”
Dikamar mandi
Mo Yun menceritakan waktu dulu pertama kali interview, dirinya tak gugup sama sekali tapi sekarang sangat gugup
sekali. bahkan tak mengerti pertanyaannya. Dokter Pyo Ji Soo yang duduk dikursi roda meminta Mo Yun
tak perlu mengkhawatirkanya karena Mo Yun pasti
akan lulus dan tak mungkin gagal 3 kali.
“Benarkan? Kepala bilang, nilai presentaseku lah yang tertinggi
tadi.” Cerita Mo Yun cukup yakin.
“Wow~ Dr Kim..... Apa kau mau pergi
blind-date?” ucap Ji Soo melihat juniornya
mengunakan pakaian yang terlihat sexy.
“Aku baru saja interview tadi dan masuk setelah dia.” Kata Kim Eun Ji, Ji Soo heran karena Mo Yun tak
menceritakan, Mo Yun juga merasa tak tahu Eun Ji ikut wawancara juga.
Eun Ji membahas tentang pertanyaan interview hanya sedikit
saja. Mo Yun dengan sinis merasa para dokter senior pasti
khawatir Ji Soo tak akan bisa
menjawab banyak pertanyaan. Eun Ji tertawa
berpikir kalau memang dirinya itu tak memerlukan pertanyaan, lalu pamit pergi karena ada jadwal operasi. Ji Soo tak percaya Eun Ji itu ikut interview untuk posisi profesor, padahal Ujian spesialis bedahnya saja sudah gagal 3 kali. Mo Yun meralatnya kalau sudah empat kali gagal,
menurutnya pasti orang dalam yang mengurus itu semua.
Eun Ji masuk ke dalam ruang operasi, Mo Yun menyindir Eun
Ji yang tak mengingat ruang operasinya, karena ini ruangan operasi milik Prof Park. Eun Ji mengatakan Prof Park sudah
berubah pikiran jadi ia yang
akan melakukan bedah hari
ini dan Mo Yun sebagai
asistenya. Semua terlihat semakin tegang dalam ruang operasi
Choi Min Ji memberitahu kondisi pasien Tingkat
pernapasannya adalah 1 dan EKG juga
stabil. Eun Ji pun memulai operasi meminta pisau bedah, Mo Yun
pun mencoba untuk tenang melakukan operasi.
Ketika operasi berlangsung, Eun Ji sambil mengajak
ngobrol Mo Yun yang meringkas makalah dari Prof. Baek dan membelikannya jam tangan. Mo Yun membenarkan, Eun Ji mengejek Mo Yun memang
selalu berusaha menarik
perhatiannya.
“Dia pasti senang dengan hadiah jam tanganmu itu. Tapi, aku juga baru mendapat penghargaan.” Kata Mo Yun bangga
Tiba-tiba monitor
memberikan tanda darurat, Mo Yun berteriak menanyakan apa yang disentuh oleh
Eun Ji, dasar segar pun masuk kedalam tabung. Suasana semakin tegang dalam
operasi.
Sama dengan Shi Jin yang sedang melakukan penyergapan
pada tentara taliban, Dae Young pun menyusup melihat ada bom yang dipasang.
Mo Yun melihat pasien itu mengalami
Tension Pneumotoraks. (Akumulasi
udara di dalam rongga pleura) jadi harus
melakukan dekompresi lalu meminta Jarum
jahit 14. Eun Ji menegaskan bahwa ia ahli bedah di
ruangan itu jadi akan melakukanya, Mo Yun dengan nada tinggi menyuruh Eun Ji
cepat melakukanya.
Eun Ji yang terlihat gugup meminta jarum jahit nomor 14,
tapi saat ditusukan darah segar muncrat ke wajah Mo Yun. Perawat Ha Ja Ae
melotot kaget, Mo Yun berteriak apa yang dilakukan Eun Ji dan mengatakan 28
french CTD. Eun Ji mengikuti pentunjuk Mo Yun
meminta 28
french.
Shi Jin dkk masuk kedalam ruanga yang gelap, salah satu
tentara masuk kedalam jebakan dengan jaring-jaring dibagian lantai. Tentara
bule memberitahu ada jebakan jadi menyuruh semuanya turun, tiba-tiba peluru
langsung tertuju pada tentara bule. Dae Young dan Shi Jin bersembunyi dibalik
dinding, terlihat lawan yang berusaha
menyerang.
Aksi tembak-tembakan terjadi, Dae Young naik kelantai dua
dan menembak beberapa orang ada dilantai bawah. Shi Jin melepaskan bom molotop
pada pasukan taliban.
Diruang operasi, Mo Yun akhirnya yang mengambil alih
dengan meminta 10 joule, charge. Shi Jin bisa masuk ke dalam maskar taliban, dengan
peluru yang terus dilontarkan. Darah dibotol mulai menetas, Mo Yun meminta 30
joule, charge. Dua-dua seperti sama-sama sedang
berperang melawan sesuatu.
Shi Jin bertatapan langsung dengan tentara taliban dan
bisa menembak mati, di layar terlihat tentara taliban yang ingin membuat video
kembali dengan sandera. Shi Jin dkk pun bisa masuk bisa melumpukan tentara
taliban, tentara Bule masuk dan ingin mendekat. Shi Jin tiba-tiba memberikan
tembakan ke arah bawah.
Tentara bule kaget dan bersiaga dengan senapanya, Shi Jin
menunjuk ke sisi kanan ada sebuah bom yang siap meledak apabila mereka
mendekat. Tentara bule pun berjalan mundur. Shi Ji melapor pada pos, Misi
selesai dengan sandera yang bisa mereka lepaskan.
Diruangan operasi, Jae Hae Eun melihat monitor
memberitahu Jantung
dan tekanan darahnya sudah normal. Mo Yu
mengucap syukur dan menyindir mereka hampir
tamat tadi dan menyuruh Eun Ji menyelesaikan
jahitan, Eun Ji yang sudah mengunakan senter bedah mengerti
dengan wajah tertunduk.
Mo Yun dengan kesal membuka baju operasinya, mengumpat
Eun Ji yang sombong padahal harus lebih banyak berlatih lagi, dan juga
melakukan sesuatu yang sebenarnya tak bisa dilakukan. Hee Eun mengaku sangat
khawatir saat operasi tadi tapi menurutnya Mo Yun sungguh
hebat hari ini.
“Kau juga sudah berusaha keras. Tapi, bagaimana dengan ibumu ini? Apa dia masih menjadi single mom?” kata Mo Yun berbicara pada perut Hee Eun.
“Ahh Tidak...” kata Hee Eun lalu memperlihatkan cincin yang
disimpan dalam kantungnya.
“Kau pasti sudah senang sekarang. Apa dia sudah melamarmu?” tanya Mo Yun, Hee Eun membenarkan karena mereka sudah
bertukar cincin.
Lee Chi Hoon datang, Hee Eun pun menyapa calon suaminya
yang datang. Chi Hoon dengan senyuman lebar bertanya apakah operasinya
berhasil, Hee Eun mengangguk. Mo Yun mengejek keduanya itu Pasangan aneh. Chi Hoon mendekati Mo Yun mengatakn kalau sebelumnya
ingin mengajaknya bicara.
Mo Yun terlihat binggung tapi melihat Chi Hoon memberikan
kode memang akan berbicara dan pamit pergi. Hee Eun bertanya apa yang akan
mereka bicarakan. Chi Hoo mengatakan Tentang pasien mereka, mengenai informasi
pribadi pasien, jadi Pembicaraan
khusus antara
dokter dan pasiennya. Hee Eun mengerti dan
meninggalkan keduanya.
Setelah Hee Eun pergi, Mo Yun bertanya apa lagi sekarang
yang terjadi. Chi Hoon dengan wajah panik memberitahu Cincinnya hilang sambil mencari di tempat baju kotor bekas operasi,
karena masih mengingat menaruhnya disaku sebelum operasi. Mo Yun mengeluh juniornya
itu memang sungguh tak berguna.
“Apa cincinnya jatuh ke dalam tubuh pasien selama operasi?” ucap Chi Hoon terus mencari-cari
“Apa kau gila?” teriak Mo Yun melotot kaget ingin menendang juniornya.
Chi Hoon berteriak kalau sudah ketemu dan ada disaku baju
operasi. Mo Yun menghela nafas menyuruh Chi Hoon untuk berdiri
tegap dan akan memberikan pukulan apabila bertingkah lagi. Chi
Hoon pun langsung menyengir kuda dan buru-buru pergi.
Mo Yun heran dengan Chi Hoon dan Hee Eun yang bekerja
sepanjang hari tapi bisa hamil. Ji Soo menegasaka kalau rumah sakit tempat mereka
berkerja ini sangat besar. Mo Yun menutup wajah malu karena temanya bisa
berpikir sevulgar itu. Ji Soo mengejek temanya dengan menyuapi ke mulut
temanya.
“Bagaimana dengan pria itu? Apa dia sudah meneleponmu?” tanya Ji Soo menopang dagunya, Mo Yun mengelengkan
kepalanya sambil mengeser kursinya.
“Sepertinya dia pria yang tak bisa sering menelp” kata Mo Yun membuka komputernya.
“Sebenarnya apa pekerjaannya? Tentara. Luka tembak. Helikopter... Apa dia seorang mata-mata?” dugaan Ji Soo
Mo Yun pikir itu bisa juga, Ji Soo melihat Mo Yun
tersenyum menanyakan apa yang dilihatnya. Mo Yun mengatakan sedang melihat Foto
pria itu, karena Hanya itu yang dimilikinya. Ji Soo pikir temanya sudah gila karena
melihat foto ronsen dada Shi Jin.
Berita di TV [Dua sandera PBB telah diselamatkan di Afganistan] Mo Yun berjalan keluar, Chi Hoon menyapanya bertanya
apakah Seniornya sudah makan dan mengatakan kalau tak akan bertingkah lagi. Mo
Yun menyuruh Chi Hoon pergi saja karena hari ini sedang
tak bertugas jadi me meminta tak hubunginya karena tak
akan mengangkatnya.
Chi Hoon panik bertanya apakah terjadi sesuatu, Mo Yun
dengan senyuman kalau ia mau kencan dulu. Chi Hoo yakin seniornya itu tak mungkin serius, Mo Yun
tak menjawab hanya melambaikan tangan meninggalkan rumah sakit.
Mo Yun melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku didepan
rumah sakit, Shi Jin sudah berdiri didepan mobil melihat Mo Yun terlihat lusuh,
hanya bisa tersenyum. Mo Yun masih saja mengangkat tanganya keatas, sampai
akhirnya sadar Shi Jin sudah ada didepanya, buru-buru ia menutup wajahnya
dengan lenganya. Shi Jin pun berjalan mendekat menanyakan kabarnya.
“Kenapa kau cepat sekali
datangnya? Kita Janji kan
2 jam lagi. Apa jamku
yang salah?” ucap Mo Yun tetap menutupi wajahnya.
“Aku yang memang datang lebih
awal. Rasanya
aku senang sekali, ada
yang menungguku hari ini.” goda Shi Jin,
“Tapi, kau boleh datang 2 jam
lagi.” Kata Mo Yun tetap menutup wajahnya.
“lalu , kenapa kau tak mau melihatku?” tanya Shi Jin
“Karena aku malu, tak pakai make up. Jadi Aku mau pulang, lalu mandi dan ganti baju.” Kata Mo Yun
“Kau sudah cantik sekarang.” Puji Shi Jin, Mo Yun tak percaya, Shi Jin mengangguk
untuk menyakinkan
Mo Yun pikir Shi Jin tak serius tapi menurutnya mungkin
karena inner
beautynya jadi tak perlu mandi. Shi Jin tersenyum mengajak Mo
Yun masuk ke dalam mobil karena akan
mengantarnya pulang. Mo Yun merasa Shi Jin itu tak mau bertemu kalau ia belum
mandi lalu berjalan lebih dulu. Shi Jin hanya tersenyum melihat tingkah Mo Yun.
Mo Yun mengajak Shi Jin masuk dengan bangga mengatakan
rumahnya itu bersih, karena tak punya waktu untuk membuatnya berantakan. Shi Jin pun masuk dengan melihat rumah Mo Yun memang
sangat bersih. Mo Yun mengatakan hanya akan keramas saja dan mengaku sangat lapar karena belum makan apapun.
“Apa kita bisa pesan makanan dan makan di rumah dulu?” tanya Mo Yun
“Aku mau meneraktirmu nanti. Tapi, apa kau serius mau makan di rumah?”
ucap Shi Jin tak enak hati
“Tak masalah bagiku. Karena aku akan makan dengan pria ganteng dirumah, Nomornya aku taruh di kulkas. Jadi, kau yang pesan yah” ucap Mo Yun berjalan ke kamar mandi.
Shi Jin berteriak Mo Yun ingi makan apa, Mo Yun berteriak
ingin makan Dolsot bibimbap. Shi Jin
tersenyum melihat Mo Yun memang aneh dan sangat
cantik.
Shi Jin pun mengambil brosur makanan untuk memesan
dikulkas, lalu mengamati sekeliling ruangan. Ia melihat foto Mo Yun diwisuda
tertempel di kulkas dua foto lainya dengan teman-temanya, wajahnya tersenyum
melihat foto saat Mo Yun merayakan ulang tahunya. Dibagian samping ada
selebaran bertuliskan [Pemberitahuan Pemberhentian
Air]
Mo Yun sedang asik membahasi rambutnya dan mengambil
shampo untuk mencuci, tapi tiba-tiba air showernya mati. Dengan panik berusaha
untuk mengoyangkan kerannya yang mungkin macet, sambil mengeluh kalau belum
membilas rambutnya.
Mo Yun keluar dengan membungkus rambutnya mengungkapkan
dirinya merasa segar sekarang, lalu bertanya apakah Shi Jin sudah memesan makanan.
Shi Jin menatap Mo Yun dengan wajah heran. Mo Yun bertanya kenapa Shi Jin
menatapnya seperti itu.
“Kau... belum membilas rambutmu,
'kan? Pemberitahuan
pemberhentian saluran
air dari jam 4 sore.” Kata Shi Jin memperlihatkan
lembaran di kulkas.
Mo Yun malu langsung
mengambil dua botol air minum didalam kulkas dan berlari ke kamar mandi. Shi
Jin berdeham, memberitahu kalau airnya sangat dingin dan menawarkan untuk menghangatkannya dulu. Mo Yun berteriak tak
perlu. Shi Jin tersenyum melihat tingkah Mo Yun yang malu karena ketahuan
bohong.
Mo Yun terlihat sangat lahap makan bibimbap, sementara
Shi Jin menatapnya mengaku ingin
menanyakan sesuatu, Mo Yun pikir Shi Jin Tak
usah bertanya. Shi Jin pikir Mo Yun itu tahu dengan
pertanyaanya.
“Dari ekspresimu saja sudah terlihat kau akan mengejekku
lagi.”kata Mo Yun
“Ekspresi apanya? Inilah yang namanya ekspresi berkarisma.” Ucap Shi Jin bangga, Mo Yun pun memperbolehkan Shi Jin
mengajukan pertanyaanya sambil menyalakan lilinya.
“Apa kau selalu memikirkanku?”tanya Shi Jin, Mo Yun menjawab sudah pasti memikirkanya
dan bertanya balik. Shi Jin dengan
menatap Mo Yun menegaskan selalu memikirkanmu karena dirinya adalah pria
sejati.
“Terima kasih, untuk tak membahas tentang insiden rambutku
tadi, Sekarang Kita bisa minum kopi di bioskop
saja.” Ucap Mo Yun, Shi Jin pun setuju.
“Ahh.... aku jadi mau minum air es
sekarang.” Ejek Shi Jin, Mo Yun berteriak karena
Shi Jin mengejeknya.
Keduanya sudah duduk didalam gedung bioskop, tapi
terlihat sangat canggung. Mo Yun membahas tentang saat yang menyenangkan dari bioskop yaitu Saat sebelum lampunya dipadamkan. Shi Jin tersenyum lalu berbisik saat yang paling menyenangkan dalam hidupnya adalah duduk
bersama wanita cantik saat
lampu itu akan dipadamkan.
“Bukannya aku ini, "Orang
tua" bagimu?” ejek Mo Yun
“Oh iya! Aku mungkin salah liat karena lampu di sini redup
sekali.” Balas Shi Jin dengan senyuman, Mo Yun pun
memperlihatkan wajah cemberutnya.
“Em... sebelumnya kau selalu curiga padaku, 'kan?” ucap Shi Jin, Mo Yun membenarkan dan bertanya kenapa
Shi Jin menanyakan hal itu.
“Berapa umurmu? Kau pasti tahu umurku dari catatan kesehatanku.” Kata Shi Jin
“Yang kemarin itu kan karena Oppa yang selalu membuatku marah.” Ucap Mo Yun
Shi Jin yang mendegar Mo Yun memanggil Oppa, mengartikan
kalau ia itu lebih tua. Mo Yun mengatakan bukan, kalau ia adalah “Nunna”. Shi
Jin tak percaya meminta memperlihatkan ID karena mungkin saja umurnya
bahkan jauh lebih muda. Mo Yun tertawa mendengarnya, Shi Jin pun ikut tertawa.
Ponsel Shi Jin bergetar, wajahnya langsung berubah serius
dengan nada seorang tentara mengataka ia adalah Kapten
Yoo Shi Jin. Mo Yun melihat wajah Shi Jin yang serius bertanya apa
sebenarnya yang terjadi, Shi Jin merasa harus pergi sekarang.
Mo Yun kaget karena Shi Jin harus pergi sekarang, Shi Jin
meminta maaf dengan wajah sedih, Mo Yun merasa dirinya sekarang aka
ditinggalkan lagi, Shi Jin mengaku benar-benar sangat menyesal dan mengajak Mo
Yun untuk menonton lain kali dan mereka bisa pulang sekarang. Mo Yun menolak
karena bisa menonton sendiri saja dan Shi Ji bisa pergi.
Shi Jin merasa tak enak hati, tapi Mo Yun mengatakan akan
baik-baik saja dengan menonton sendirian, tapi setelah itu wajahnya cemberut.
Shi Jin walaupun berat hati akhirnya keluar dari ruang bioskop tanpa bisa
menonton film dan berjanji akan menelpnya nanti.
Mo Yun menghela nafas, ponselnya bergetar. Juniornya
menelp meminta tak mau
mengganggunya tapi ada sesuatu. Beberapa saat
kemudian Mo Yun sudah berlari masuk kedalam Rumah Sakit
Haesung.
Sang Hoon melihat Mo Yun yang berlari dengan cepat
bertanya apakah Chi Hoon yang menelpnya. Chi Hoon membenarkan, karena
menurutnya Dunia harus tahu, bahwa Mo Yun lah yang akan terpilih. Sang Hoon tak setujur, menurutnya yang
dunia akan tahu adalah
Eun Ji yang akan terpilih.
“Orang yang mengalahkannya
bukanlah senior
tapi malah rekannya sendiri. Mo
Yu n pasti sangat kesal.” Kata Sang Hoon sedih
“Hidupnya seperti hanya untuk ruang operasi.” Ungkap Jae Ae
“Dan itulah yang lebih
menyedihkan. Dia seharusnya tak hidup seperti itu. Keluarga Eun Ji adalah pemegang saham terbesar di Haesung Group jadi Mo Yun tak mungkin terpilih.” Jelas Sang Hoon
“Kenapa mereka tak adil sekali? Seorang Dokter harus memiliki kemampuan.” Kata Chi Hoon tak terima
“Siapa yang bilang? Kemampuan bukanlah tujuan utama. Dokter itu berbicara tentang kekayaan setelah itu baru
kemampuan.” Tegas Sang Hoon
Jae Ae dengan sinis merasa Sang Hoon itu setuju dengan
keputusan itu. Sang Hoo mengatakan hanya bicara realitanya saja.
Mo Yun sudah bertemu dengan kepala rumah sakit yang
mengatakan kalau ia akan mendapatkan posisi itu dan yakin akan berhasil kali ini, selain itu ia juga sudah
interview sebanyak 3 kali, pada Interview
pertama gagal karena masih muda. Yang kedua tak bias mengerjakan makalah.
“Apa aku yang memutuskan
kelulusanmu?” ucap Ketua rumah sakit marah
“Ya, aku tahu kau tak bisa menuntut apa-apa. Aku tahu, koneksi adalah bagian penting dalam kompetesi ini. Tapi, siapa yang akan lulus
selanjutnya? Menantu
Menteri? Keponakan
Direktur rumah sakit? Apakah
tidak bisa sekali saja, koneksi
itu tidak berlaku?” ucap Mo Yun tak terima
“Sepertinya kau tak akan percaya diri mengulang
interview-mu?” ucap Kepala rumah sakit
Ketukan pintu terdengar, Eun Ji masuk dengan cepat Kepala
Rumah sakit berdir menyapa Eun Ji mengatakan mereka sudah selesai bicara dan hanya
memberikan instruksi mengenai
promosi pada Mo Yun jadi
bisa bersama-sama menuju
ke mobil Prof. Park. Eun Ji mengatakan akan
segera menyusul.
Mo Yun ingin memanggil Kepala rumah sakit, Eun Ji menahan
dengan menaruh brosur didepan wajah Mo Yun, memberitahu Mo Yun itu harus
menggantikannya untuk melakukan promosi besok karena Profesor mengajaknya makan malam.
“Kau memintaku menggantikanmu?” ucap Mo Yun Sinis
“Iya. Aku adalah professor sekarang, jadi kau
harus mendengarku. Karena
ini adalah live, jangan
sampai ada yang salah, Kau
harus menghafal kata demi kata. Rumah
sakit membayar banyak
untuk promosi ini.” kata Eun Ji
“Bagaimana jika aku tak mau?” tantang Mo Yun, Eun Jin pikir Mo Yun akan
tahu akibatnya nanti
“Jadwal makan malammu dan
syutingnya tidak
bersamaan, kenapa kau mau digantikan?” keluh Mo
Yun
“Aku mau berpesta sepanjang malam
karenn ini pesta kelulusanku menjadi professor dan Aku tak
bisa bangun pagi besok.” Ucap Eun Ji bangga
Mo Yun mengumpat Eun Ji itu licik bahkan tak
punya malu. Eun Ji mengakuinya tapi menurutnya walaupun
memalukan tapi sekarang diirnya sudah menjadi professor dan menurutnya Mo Yun juga
merasa malu karena tak bisa menjadi apa-apa. Mo Yun pun mengumpat dengan sangat
kasar, sambil menyinidir akan merasa kasihan pada pasien yang dipegang oleh Eun Ji nanti
Eun Ji tak terima langsung menarik rambut Mo Yun karena
sudah membuatnya marah. Mo Yun merasa seharusnya dirinya yang marah dengan
tindakan Eun Ji yang mengambil posisinya. Keduanya akhirnya saling menjambak
rambut dan saling mendorong, sambil berteriak untuk melepaskan tanganya.
Mo Yun menegaskan tak akan rela Eun Ji itu menjadi
professor, Chi Hoon masuk ke dalam ruangan langsung berlari menrelaikan duanya,
Jae Ae juga mencoba memisahkan keduanya. Sang Hoon berteriak menyuruh keduanya
berhenti karena bertengkar diruang kepala rumah sakit. Keduanya akhirnye
melepaskan tanganya, Mo Yun dengan mata berkaca-kaca merasa dirinya sudah gila
melakukan itu semua.
Dilorong rumah sakit yang gelap, Mo Yun duduk sendirian
sambil menangis mengatakan “Bagi pasien yang diduga menderita aritmia...” lalu mencoba menahan tangisnya mengatakan kembali “Bagi
pasien yang diduga menderita
aritmia... 10 ml EKG
harus...” dan akhirnya menangis tersedu-sedu.
“Kenapa aku tak bisa menghapalnya?” ucap Mo Yun dan kembali mencoba menghafal walaupun
otaknya sedang tak bisa dimasukan apapun karena perasaan sedih terama dalam.
Dua boneka dari permainan tembakan-tembakan sudah
bertengger di posko tentara, Shi Jin memuji anak buahnya yang sudah berkerja
keras. Dae Young meminta anak buahnya untuk Periksa
peralatan sebelum istirahat. Letnan Yoon masuk ruangan,
Shi Jin pun langsung menyiapkan pasukannya untuk istirahat ditempat.
“Kalian telah berhasil menggantikan Tim Bravo. Apa ada yang terluka?” tanya Letnan Yoon, Shi Jin menjawab tidak ada dan semua
pasukan
baik-baik saja.
“Terima kasih.... Kalian sudah sangat berjasa dalam operasi domestik dan luar
negeri. Jadi, aku
sudah memutuskan untuk... mengirim
tim kalian "liburan"
selama 8 bulan.” Kata Letnan Yoon, semua
langsung mengarankan pandanganya pada Letnan Yoon, Shi Jin dengan wajah shock
bertanya kemana mereka akan pergi.
“Ke Negara
Urk.... Kalian
memeliki waktu selama 2 minggu untuk
menemui pacar dan keluarga kalian dans setelah Kalian harus berkemas
secepat mungkin.” Tegas Letnan Yoon lalu
menyuruh semuanya bubar. Shi Jin pun memberikan hormat pada atasanya.
Shi Jin pergi
kerumah sakit sambil menelp, tak sengaja bertemu dengan Jae Ae bertanya apakah
Mo Yun sedang bertugas karena sedari tadi tak mengangkat telpnya. Jae Ae
menunjuk keberadan Mo Yun sekarang, yaitu ada dilayar TV melakukan siaran
langsung untuk promosi. Mo Yun dengan terlihat sangat fasih berbicara saat
wawancara
“Aritmia... atau disebut irama pada jantung akan meningkat seriring dengan meningkatnya usia.” Jelas Mo Yun,
“Pengobatan apa yang tersedih untuk aritmia ini?” tanya host
“Saat mendiagnosa dan mengobati pasien aritmia, kami bisa menggunakan EPS, yang merupakan pengobatan terbaru Metode ini akan meminimalisirkan efek sampingnya.” Jelas Mo Yun
“Ahh.. Begitu, ya, anda bilang ini adalah pertama kalinya anda
masuk TV, tapi,
anda tak terlihat gugup, seperi Anda
bisa menjelaskan semuanya.” Komentar Host, Mo Yun
pikir host itu tak melihatnya karena kakinya sekarang sedang gemetar.
Shi Jin menatap layar TV dengan senyuman sumringah,
seperti ada merasa bangga melihat wajah Mo Yun masuk TV dan dilihat banyak
orang.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Mbak dee.. sinopsis episode 1 nya dimana ? Kok langsung episode 2??
BalasHapusiya mba... episode 1 nya mana nih.. hiks..
BalasHapusini uri oppa... drama yg paling di tunggu2.