Soo Hyun mengejek kaki Ayam yang dimakan Hye
Rim membalas dendam, Hye Rim
binggung karena sangat menikmati makakan kesukaan anaknya, Soo Hyun memberitahu
Ayamnya meninggalkan jejak kaki di sekitar sudut mulutnya. Hye Rim menyadari sausnya belepotan dimulutnya dan
mencoba menghilangkanya. Soo Hyun melihat Hye Rim hanya
membuat lebih buruk.
Tiba-tiba tanganya langsung mengelpa wajah Hye Rim,
keduanya tiba-tiba langsung terdiam. Soo Hyun pun merasakan ada sesuatu yang
aneh dalam dirinya, Hye Rim pun gugup karena mendapatkan sentuhan dari tangan
pria. Keadaan hening sejenak, Hye Rim dengan senyuman bahagia memasukan ceker ayam ke mulut Soo
Hyun dan mengatakan dirinya itu sudah mengerti. Soo Hyun terdiam karena
menerima makana yang tak disukai ada dalam mulutnya.
Soo Hyun mengantar Hye Rim kembali kerumah, Hye Rim
mengucapkan terimakasih dan sampai bertemu lagi esok. Ketika Hye Rim akan
masuk, Soo Hyun memanggilnya, tanpa menatap matanya mengaku sangat bahagia
melalui hari ini.
“Aku bisa merasakan sedikit ketulusan darimu hari ini. Kau terlalu mudah mengatakan
kalau kau menyukaiku sampai
aku tidak bisa benar-benar mempercayaimu Tapi rasanya sedikit berbeda hari
ini. Apa
terjadi sesuatu?” ucap Hye Rim dengan
senyuman lebar melihat Soo Hyun yang menatapnya.
Soo Hyun teringat fleks tangan ketika membersihkan saus
dimulut Hye Rim, lalu berbohong kalau tak ada yang terjadi. Hye Rim hanya
tersenyum lalu masuk ke dalam rumah. Soo Hyun menatap Hye Rim seperti mulai
gelisah mengatur hatinya.
Hye Rim dan Tuan Kim menonton video Kyung Joo yang duduk
diatas pohon sambil berteriak “Sayang... aku mencintaimu”. Hye Rim menjelaskan
itu adalah salah satu video yang ada di antara file milik Choi Soo Hyun, lalu bertanya apakah Tuan Kim bisa mengira-ngira apa
maksud dari video itu.
“Biarkan Tim Perencanaan
menganalisanya.” Kata Tuan Kim pada
sekertarisnya, akhirnya sang Sekertaris pun keluar ruangan.
“Tapi, um... Apa spesialisasi dari tuan Choi
Soo Hyun? Banyak
orang memiliki spesialisasi yang
berbeda dalam Psikologi.” Tanya Hye Rim penasaran
“Dia berkata kalau ia mengkhususkan diri dalam hal psikologi perempuan, kan?” ucap Tuan Kim
“Dia meneliti hal-hal terkait
kejadian yang
dialami seorang wanita dan juga
membedakan hal-hal
terkait perilaku wanita jadi fokus
utama di antara semua itu adalah
wanita dan cinta. Banyak
dari eksperimennya juga berdasarkan
perempuan dan cinta.” Jelas Sekertaris, Hye Rim
terlihat kurang yakin mengenai Sebuah eksperimen psikologis berkaitan dengan cinta.
“Tepat sekali.... Itu sebabnya kami secara
hati-hati memantau
eksperimennya. Dan eksperimennya
akan menjadi
aset besar untuk kita dalam
membantu kita membuat iklan yang ditargetkan untuk perasaan cinta wanita dan
kosmetik wanita.” Jelas Tuan Ki,
“Kalau begitu, bisakah kita mempertimbangkan eksperimen tentang tipe ideal
seseorang menjadi
eksperimen psikologis terkait
cinta?” pikir Hye Rim binggung
“Ya, kedua subjek itu tidak terkait secara langsung. Tapi... kenapa kamu menanyakan
itu?” ucap Tuan Kim heran
Hye Rim teringat saat bertanya pada Soo Hyun tentang
jenis eksperimentanya, Soo Hyun mengatakan tujuan untuk
membedakan hubungan antara sistem kekebalan tubuh seseorang dan tipe ideal
seseorang.
Soo Hyun baru masuk kliniknya, Ji Ho membawa sebuah surat
atas kesaksian dari seorang peserta ekperimen pertama. Soo Hyun melihat isinya tentang Testimoni dari subjek pertamereka.
Flash Back
Kyung Joo terlihat terkejut mengetahui bahwa tiga orang
pria didatangkan padanya sebagai eksperimen. Soo Hyun menjelaskn kalau sengaja menyembunyikan
tujuan sebenarnya dari
eksperimen yang dibuatnya dan sebenarnya ekspriment
yang dibuatnya tentang cinta.
Kyung Joo langsung memberikan pukulan dengan tasnya dan membuat hidung Soo Hyun
berdarah.
Soo Hyun membaca tulisan yang diketik [Karena kerusakan psikologis yang
disebabkan, penerima
dokumen ini harus membayar 100
juta won sebagai kompensasi]
“Kita menghormati
kontraknya dan
memberinya uang sepantasnya untuk
konsultasi, pemeriksaan kesehatan, dan
bahkan transportasi, Jadi Kesampingkan
ini.” perintah Soo Hyun, Ji Ho mengerti dengan memegang surat
dari Kyung Joo.
Pesan dengan nama “ Subjek
Penelitian” masuk, Soo Hyun membaca pesan dari Hye
Ri “Beritahu aku kalau
kamu sudah selesai bekerja. Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu.”
Hye Rim menemui Soo Hyun ingin melihat
materi yang terkait dengan eksperimen
yang dilakukan padanya. Soo Hyun menanyakan alasanya dan menjelaskn masih
belum selesai, jadi masih takut untuk memberitahukan
hasilnya.
“Kalau begitu setidaknya tunjukkan
kontrak yang aku
tanda tangani. Kau
mendapatkan tanda tanganku, dan
bahkan tidak memberiku salinannya.” Ucap Hye
Rim mencoba mencari tahu
“Kenapa tiba-tiba kau menjadi
penasaran tentang
ini?” ucap Soo Hyun
“Karena ini adalah sebuah
eksperimen yang kau
lakukan kepadaku.” Kata Hye Rim
Soo Hyun mengeluarkan kunci dari saku jaketnya, lalu
memperlihatkan sebuah berkas tapi tak memperbolehkan Hye Rim memegangnya. Hye
Rim memohon untuk bisa melihatnya, Soo Hyun pun memperbolehkan Hye Rim untuk
melihat karena menurutnya surat bukan sesuatu yang gila, sebelum melajutkan ucapanya, Hye Rim menemukan sebuah
kalimat yang janggal.
“Pasal tujuh, nomor tiga. "Dalam keadaan yang tak
terelakkan, maka Penyelenggara
eksperimen bisa menyembunyikan tujuan
eksperimen dari subjek."” Kata Hye Rim
menemuikan Soo Hyun bisa menutupi tujuanya.
“Oh, kami pernah mendapat kasus
seperti itu di
masa lalu. Tapi
untukmu, tidak akan ada......” ucap Soo Hyun
langsung disela lagi oleh Hye Rim
“Aku tidak bertanya apapun, jadi
kenapa tiba-tiba
kau begitu defensif? Soo
Hyun, apa kau benar-benar menyembunyikan tujuan dari penelitian ini
dariku?” tanya Hye Rim curiga
“Kau benar. Eksperimen yang
sebenarnya berhubungan
dengan bagaimana
efek penampilan pria terhadap
pada seorang wanita.!” jelas Soo Hyun mencari cara
lain agar Hye Rim percaya
Hye Ri heran kalau seperti eksperimen tipe ideal tapi Soo Hyun itu harus menyembunyikan tujuan eksperimen
darinya, Soo Hyun menjelaskan Ada hal yang disebut "karakteristik yang
diperlukan." Yaitu Hal
yang mengacu pada manipulasi perilaku tertentu dari subjek
eksperimen dan kalau
ia memberitahu tujuan yang sebenarnya dari eksperimen ini.... Hye Rim kembali memotong seakan malas mendengarkan
penjelasan Soo Hyun terlalu masuk ke psikolog.
“Eksperimen ini adalah tentang
penampilan pria atau
apapun dan kau takut kalau
hasil eksperimen akan rusak kalau aku mengetahuinya...
benarkan?”
ucap Hye Rim menyimpulkan sendiri, Soo Hyun membenarkan sambil memuji Hye Rim
itu pintar.
“Tapi kenapa kau memberitahuku tujuan yang sebenarnya? Hasilnya bisa jadi rusak!” kata Hye Rim berdiri dari tempat duduknya.
“Aku harus mengatasinya sendiri.” Ucap Soo Hyun santai
“Jangan-jangan... apa yang baru saja kau katakan kepadaku juga bohong?” kata Hye Rim curiga, Soo Hyun melotot dan nampak panik.
“Ini jelas bukan sebuah eksperimen yang akan membuatmu rugi, jadi Percayalah kepadaku.” Kata Soo Hyun berusaha memperlihatkan wajah tenang.
Hye Rim keluar ruangan, menurutnya tak mungkin Soo Hyun
bisa begitu saja secara gampang memberitahukan tujuany aslinya.
Soo Hyun kembali mengetik hasil penelitianya, “Subjek penelitian,
Go Hye Rim, sudah mulai merasa ragu tentang tujuan sebenarnya dari eksperimen ini. aku berhasil meyakinkan dia secara kebalikannya dan membuat dia pergi tapi aku harus lebih waspada mulai sekarang. Untuk berjaga-jaga kalau subjek merasakan keraguan lagi tentang eksperimen ini Aku harus menyiapkan alibi yang lebih kuat. Selain itu, aku, yang merupakan Subjek Pria A harus memastikan kalau peranku dalam eksperimen ini tetap menjadi rahasia.”
Ia berhenti sejenak mengingat saat memberikan perhatian
pada Hye Rim waktu mulutnya belepotan dengan saos dan saat itu merasakan
sesuatu yang aneh.
“Selanjutnya, kontak
fisik secara mendadak hanya akan menumbuhkan perasaan tidak pantas dan tidak akan membantu dengan eksperimen ini. Mulai sekarang, harus lebih terang-terangan lagi, Aku akan terus maju
dengan bertekad untuk tetap mengendalikan setiap neuronku.”
Seung Chan bertemu dengan kepala sekolah dan guru untuk
melakukan wawancara, kepala sekolah bertanya apakah Seung Chan menyukai anak
SD. Seung Chan menjawab dengan jujur tak menyukainya dan merasa
paling nyaman dengan orang-orang
yang sebaya dengannya, tapi walaupun begitu
lebih baik dengan anak SD dibanding siswa sekolah menengah
atau tinggi, karena anak sekolah
dasar lebih patuh terhadap
orang dewasa.
“Aku
agak bingung karena kau
sangat jujur.” Komentar si kepala sekolah
“Kalau kau bertanggung jawab untuk
sebuah tim
bisbol, apa yang akan menjadi tujuan
pertamamu?” tanya guru lain
“Untuk menjadikannya menyenangkan.” Kata Seung Chan, tiga orang yang ada didalam ruangan
seperti terkejut karena tak sesuai harapan.
“Jadi Tujuanmu bukan kemenangan?” ucap Si Kepala Sekolah
Seung Chan mengatakan
Kemenangan memang bagus, tapi jika mereka menang kemungkinan
bahwa kita akan menghasilkan pemain
bisbol tingkat profesional adalah tipis
hingga nyaris mustahil walaupun beruntung mungkin
akan memiliki satu atau
dua anak.
“Tapi jujur, terlalu keras kepada
anak berusia dua puluh
tahunan untuk bisa menang hanya
untuk kepentingan dari satu
atau dua anak itu tidak adil. Itu
juga yang kami lakukan di tim bisbolku. Dan karena itu, bisbol menjadi olahraga favoritku dan pada akhirnya, aku berusaha
dengan lebih keras. Lalu karena
kami memiliki banyak masa menyenangkan, aku memenangkan banyak
pertandingan dan
menjadi Pemain Terbaik. Anak-anak
perlu untuk bersenang-senang dan Bersenang-senang
adalah yang terbaik.” Jelas Seung Chan dengan
senyuman dan percaya diri. Kepala sekolah terlihat kecewa dengan wawacaranya
dengan Seung Chan.
Hye Rim membuat kopi di cafenya, teringat dengan Seung
Chan yang mengatakan hari ini ada tes wawancara dan berjanji apabila
mendapatkan pekerjaan itu maka Hye Rim menjadi orang yang pertama kali mengetahuinya.
Diluar mulai gelap tapi belum ada tanda-tanda Seung Chan
pulang, dengan wajah khawatir Hye Rim menduga adik Soo Hyun itu tak berhasil.
Ponsel Hye Rim berdering, Seung Chan menelp memberitahu sudah ada didepan. Hye
Rim keluar melihat Seung Chan berdiri didepan cafe sambil menendang-nendang
tanah.
“Apa kau mendapatkan pekerjaannya?” tanya Hye Rim berjalan mendekat dan masih berbicara di
telp. Seung Chan hanya tertunduk diam dan memberikan senyuman dipaksa.
“Tidak apa-apa. Yang terpenting
adalah kau
memiliki tekad untuk bekerja. Jika
kau jatuh sekali, kau bisa saja...” ucap Hye Rim memberikan semangat dan dipotong oleh
Seung Chan
“Aku mendapatkan pekerjaannya!” jerit Seung Chan bahagia
Hye Rim terlihat ikut bahagia langsung berlari dan
memeluk Seung Chan dengan memberikan semangat. Seung Chan benar-benar kaget
mendapatkan pelukan dari seorang wanita, tapi wajahnya terlihat bahagia
mendapatkan pelukan.
Soo Hyun baru saja akan pulang dan menutup jendela,
betapa terkejutnya melihat Hye Rim yang memeluk Seung Chan didepan cafe.
Jantungnya seperti berdegup kencang karena melihat sesuatu yang tak
dinginkanya, lalu duduk di atas rak untuk menenangkan dirinya. Kemudian kembali
lagi membuka jendelanya, tak ada lagi Seung Chan dan Hye Rim sedang berpelukan,
menurutnya itu hanya halusinasinya saja.
Soo Hyun kembali kerumah, Seung Chan bertanya apakah ini waktu
yang buruk. Soo Hyun ingin membahasnya tapi memilih untuk tak mengatakan
apapun. Seung Chan meyakinkan benar-benar
akan memberikan yang terbaik untuk
eksperimen ini. Soo Hyun pun menegaskan Seung
Chan harus Memberikan semua yang dilakukan dan membuat hal
yang terbaik.
“Aku benar-benar semakin menyukai Go Hye Rim.” Ungkap Seung Chan blak-blakan
“Ada apa denganmu? kau hanya
berpura-pura demi
eksperimen.”kata Soo Hyun duduk dikursi mencoba
menyadarkan adiknya.
“Aku tahu...Tapi perasaanku sekarang adalah
yang sebenarnya.” Ucap Seung Chan yakin
“Dia hanya seorang wanita tua, dan jauh lebih tua darimu. Jadi, bagaimana mungkin kau...” ucap Soo Hyun meremehkan
“Jangan mengejek Go Hye Rim. Kau membuat suasana hatiku menjadi buruk.” Keluh Seung Chan
Soo Hyun pun memutuskan untuk mengeluarkan Seung Chan
dari penelitian, mulai
menyukai Go Hye Rim karena
dirinya yang memberi kesempatan. Seung Chan bahagia bisa keluar dari penelitian, karena tidak
perlu memikirkan tentang penelitian
jadi bisa terus menyukainya lalu ingin keluar rumah. Soo Hyun berteriak memanggil
adiknya sambil bertanya mau kemana.
“Aku akan memberi tahu Hye Rim. Kalau ini semua adalah
penelitian, tapi aku
bukan lagi bagian dari itu dan
aku memutuskan untuk benar-benar
menyukainya.” Ucap Seung Chan yakin
“Aku bisa menjamin kalau dia tidak akan memaafkanmu. Wanita mana yang akan menyukai
pria karena sebuah penelitian? Siapa yang akan percaya setelah kau mengatakan kalau semua yang terjadi sampai saat ini adalah kebohongan, Bukankah begitu?” jelas Soo Hyun menahan Seung Chan untuk tak pergi.
“Aku tidak peduli. Aku akan mulai
dari awal,
seperti yang kau bilang. Aku percaya, dengan ketulusanku, aku dapat meraihnya.” Kata Seung Chan yakin
Soo Hyun teringat kembali pelukan adiknya dengan Hye Rim,
mengejek adiknya benar-benar
polos lalu menganggap sudah mempercayai Seung Chan 100 persen. Seung Chan pun menegaskan akan
membuat keputusan
berdasarkan sikapnya, lalu bertanya apakah ia
masih dalam penelitian atau tidak
“Jadi, kau bilang kalau kau tidak lagi menjadi bagian dari penelitian dan kau akan membuat hatinya goyah sesukamu? Baiklah. Tetaplah di dalam
penelitian.” Ucap Soo Hyun
“Kurasa kau tidak dalam posisi untuk berkata seperti itu.” Ejek Seung Chan
“Maukah... kau tetap... ikut serta dalam penelitian?” kata Soo Hyun
membujuk adiknya. Seung Chan megodanya dengan mengatakan akan
memikirkannya.
Soo Hyun masuk lewat cafe melihat Seung Chan sedang
bersama Hye Rim dimeja kasih, dengan sikap canggung menanyakan sedang apa
adiknya disana. Seung Chan mengatakan sedang belajar membuat kopi dari Hye Rim lalu mulai mencari perhatian dengan bertanya apakah
caranya setipis itu menuangkanya. Hye Rim dengan penuh perhatian memegang
tangan Seung Chan agar menuangkan kopinya dengan benar.
“Apa kau juga ingin belajar membuat drip coffee?” tanya Hye Rim pada Soo Hyun, belum sempat Soo Hyun
menjawab, Seung Chan sudah menyambar.
“Kau tidak perlu mengajarinya. Dia sangat membenci hal-hal yang merepotkan, kau tahu itu kan.”
Ucap Seung Chan mencoba menghindari kakaknya mengambil hati Hye Rim.
“Apa kau punya waktu malam ini? Ada yang ingin kubicarakan
denganmu.” Kata Soo Hyun, Seung Chan kembali
menyuruh untuk bicara saja sekarang dengan mengejek kalau yang dibicarakan
tidak penting.
Hye Rim penasaran apa yang akan dibicarakan Soo Hyun,
Seung Chan menyuruh Hye Rim tak mengubrisnya lebih baik minum saja denganya.
Soo Hyun mengatakan menemukan tempat yang bagus dan sudah menyiapkan Chateau
Palmer tahun 2004, dengan
nada sombong. Seung Chan mengejek sikap kakaknya Kekanak-kanakan
sekali, dengan bangga sudah menyiapkan soju tahun 2016. Soo Hyun langsung memberitahu untuk bertemu jam 7 di restoran
Prancis tempat mereka makan malam sebelumnya lalu menaiki tangganya.
Seung Chan bertanya apakah Hye Rim akan datang, Hye Rim
dengan yakin akan datang karena Soo Hyun bilang
ada yang ingin
dibicarakan.
“Aku mengatakan ini benar-benar demi kebaikanmu. Tapi, jangan percaya pada
kakakku. Aku yakin
apa yang akan dia katakan
hari ini juga bohong.” Tegas Seung Chan
memperingati Hye Rim.
“Kenapa? Kenapa kau sangat yakin?” ucap Hye Rim binggug
“Aku tidak bisa mengatakan
alasannya, tapi yang
kukatakan ini benar. Jadi
saat kau bertemu dengannya hari
ini, berhati-hatilah. Oke?” jelas Seung Chan
Hye Rim masuk ke dalam restoran dengan mengingat ucapan
Seung Chan, melihat Soo Hyun dengan gaya maskulinnya sudah menunggu lalu
berdiri menyambutnya, Hye Rim hanya diam seperti terpana dengan Soo Hyun
terlihat sangat gagah, lalu berjalan perlahan.
Ketika makan steak, Soo Hyun hanya tertunduk diam tak
seperti biasanya. Hye Rim sampai harus melonggokan kepalanya bertanya kenapa
Soo Hyun tiba-tiba hanya diam saja. Soo Hyun mengangkat wajahnya dengan wajah
sedih memberitahu kalau adiknya itu sangat menyukai Hye Rim. Mendengar
pengakuan Soo Hyum, Hye Rim tertawa menurutnya itu bohong.
“Aku serius. Dia bilang padaku
kemarin. Sejak
kecil, dia selalu menginginkan semua
orang untuk dirinya sendiri jadi
dia memperingatkanku juga, Untuk
tidak mendekatimu lagi.” Cerita Soo Hyun sedih
“Bohong. Kau yang paling tahu
kalau Seung
Chan bukan orang seperti itu.” Ucap Hye Rim tak
percaya
“Seung Chan adalah adikku. Menurutmu, siapa yang lebih mengenalnya? Kau atau aku?” ucap Soo Hyun mencoba menyakinkan. Hye Rim menatap Soo
Hyun seperti mulai meyakini ucapan Soo Hyun.
“Bagaimanapun, berkat dia, aku bias berkaca pada diriku sendiri. Apa arti diriku bagimu dan apa yang kaupikirkan
tentangku. Aku tidak
muda seperti Seung Chan, atau
hanya memikirkan satu hal sepertinya. Bagaimanapun,
aku hanyalah pihak ketiga
di antara kalian... benarkan?” cerita Soo Hyun dengan mimik sedih.
“Pihak ketiga, apanya...kita
bahkan tidak berkencan!!! Kau hanya
meributkannya sendiri... apa
yang sebenarnya rencanamu?” keluh Hye Rim kesal
lalu memilih untuk meninggalknya
Soo Hyun memanggil Hye Rim dan menahanya untuk tak pergi,
Hye Rim mengingatkan sebelumnya Soo Hyun menyatakan perasaan padanya tapi
sekarang menjadikan Seung Chan sebagai alasasnya,
menegaskan dirinya tak suka dengan sikap Soo Hyun menurutnya jika memang Soo
Hyun tak menyukainya lagi maka lebih baik katanya dengan jujur saja. Soo Hyun kembali menarik tangan Hye Rim sebelum pergi
menjauh.
“Aku mengatakan ini karena
memikirkanmu dan aku mengatakannya
karena aku benar-benar
ingin kau bahagia...” ucap Soo Hyun dengan
tertunduk menghebuskan nafasnya.
“Saat ini aktingmu terlihat jelas
sekali.” Ejek Hye Rim bisa melihat gerak-gerik Soo Hyun berbeda dan
kembali duduk dikursinya.
Soo Hyun pun kembali duduk menyangkal dan berusaha
menyakinkan, Hye Rim mengerti sikap Soo Hyun berubah karena mendapat 6 persen saat tes fMRI. Soo Hyun sempat kaget Hye Rim mengetahui sebenarnya,
tapi kembali menyangkal mendapatkan nasil 62%. Hye Rim meminta Soo Hyun tak
perlu berbohong lagi kalau Soo Hyun mendapat 6 persen lalu memberikan alasan karena sedang
memikirkan hal lain saat melakukan tas.
“Kenapa? Jangan-jangan... apa kau khawatir
kalau aku mendapatkan
nilai lebih tinggi dari bayanganmu?” ucap Soo
Hyun semakin terkejut dengan pengakuan Hye Rim.
“Aku hanya tidak bisa
berkonsentrasi karena
melihat banyak pria tampan.” Ucap Hye Rim.
“Baiklah, kalau begitu. Jika kau
melakukanya dengan benar,
berapa kira-kira nilai yang kudapatkan?” tanya Soo
Hyun dengan senyuman penasaran, Hye Rim pura-pura tak mengetahuinya.
Soo Hyun pun mengambil contoh hasil adiknya 43% jadi
meminta Hye Rim membayangkanya. Hye Rim pikir Soo Hyun akan mendapatkan 42%,
Soo Hyun merasa Hye Rim dengan sengaja hanya menurunkan 1% saja. Hye Rim
menyangkal, tapi Soo Hyun sudah bisa
menyimpulkan Hye Rim sengaja melakukannya, dan memberikan nilai yang lebih rendah.
“Kenapa kau melakukannya?” ucap Soo Hyun dengan senyuman mengoda
“Karena aku pikir kau akan menjadi
sombong apabila mendapat nilai yang tinggi.” Kata Hye Rim.
“Baiklah. Lalu, bagaimana kalau
kita berdua melakukan
fMRI dengan benar?” saran Soo Hyun
“Mungkin aku akan memberimu nilai
70, dan kau
memberiku nilai 60... Ahh.... tidak,
terbalik. Aku, 60,
dan kau, 70.” Kata Hye Rim terlihat gugup.
Soo Hyun tersenyum lalu memutuskan mereka berdua
akan saling
memberi nilai di atas 60 dan untuk merayakan
naiknya persentase mereka maka mereka akan foto bersama. Hye Rim binggung tiba-tiba Soo Hyun berjongkok dan
mengajaknya foto bersama. Soo Hyun mengatakan kalau foto akan menjadi bukti dan
ingin mengingat kejadian
dimalam ini. Hye Rim yang tadinya binggung, langsung memberikan senyuman saat
foto bersama Soo Hyun.
Seung Chan sedang menonton, menerima pesan dari nama “Kakak
yang Kejam” lalu melihat foto kakaknya yang
tersenyum bahagia dengan Hye Rim direstoran, dengan mengumpat kesal menelp Hye
Rim. Keduanya sudah selesai makan dan akan meninggalkan restoran.
Hye Rim mengangkat telp Seung Chan, dan Soo Hyun
berpura-pura santai dengan berjalan ke bagian kasir. Seung Chan yakin kakaknya
itu pasti mengatakan sesuatu, Hye Rim mengaku tak mengatakan apapun lalu
memberitahu sedang diluar dan akan menelpnya nanti dan ingin menutupnya.
“Tunggu! Tunggu! Aku sudah bilang jangan percaya yang dia katakan! Aku yakin dia mengatakan sesuatu saat kalian makan tapi itu...” ucap Seung Chan meyakinkan, Hye Rim tetap menatap Soo
Hyun dan mengatakan akan bicara lagi nanti. Soo Hyun melirik seperti sudah tahu
pasti adiknya akan menelp.
“Aku harap kau tidak menyuruh
orang untuk
melakukan ini atau itu. Aku tutup telpnya” perintah Hye Rim seperti menyakini
ucapan Soo Hyun. Seung Chan hanya bisa menghembuskan nafas kesak. Soo Hyun
tersenyum karena rencananya berhasil lalu mengajak Hye Rim pergi setelah
membayar makanan dikasir.
Soo Hyun ikut turun ketika mengantar Hye Rim kembali ke
cafe, Hye Rim ingin buru-buru masuk karena sangat kedinginan, tak lupa
mengucapkan terimakasih atas traktiran makan malam Soo Hyun padanya. Soo Hyun
menahan Hye Rim sebelum masuk dengan memakaikan syal pada leher Hye Rim agar
tak kedinginan.
Hye Rim gugup melihat Soo Hyun kembali memberikan
perhatian sebagai seorang pria. Soo Hyun mendengar Hye Rim yang kedinginan dan
tak usah bersikap berani hanya karena jarak rumahnya itu sudah dekat, lalu
sengaja menarik syalnya dan memberikan pelukan. Hye Rim benar-benar tak bisa
berbuat apa-apa dalam dekapan Soo Hyun.
Soo Hyun pikir dengan pelukan akan membuat Hye Rim
hangat, Hye Rim masih saja diam, Soo Hyun pun melepaskan peluknya dengan
mengucapkan selamat malam lalu berjalan pergi. Hye Rim tetap saja diam tak bisa
berkata apa-apa.
Soo Hyun masuk ke dalam mobil, melihat dari kaca spion
Hye Rim masih seperti patung menerima perhatian dan pelukan darinya. Sambil
memundurkan mobil lalu memutar balik meninggalkan cafe, Soo Hyun bahagia karena
misinya kali ini sukses. Hye Rim menepuk pipinya sendiri akan mengembalikan
kesadarannya.
Malam harinya, Hye Rim turun ke lantai dua, dengan
ruangan yang gelap mengunakan senter untuk mencari suatu, lalu ia mengambil
sampah kertas yang dihancurkan dan memasukan kedalam tas yang sudah
disiapkanya.
Dikamarnya, Hye Rim menuangkan sampah kertas keatas meja,
menyatukan kata yang mungkin ditebaknya dan sangat yakin
semuanya akan jelas kalau bisa
mencocokkan ini. Satu persatu dicoba
dicocokan walaupun sambil menguap.
Setelah mencoba beberapa kali, melihat satu kata "Penelitian!" kemudian mengambil sebarang kertas dan langsung bisa
menemukan kata "Sekolah Dasar." Dan mengambil kertas lainnya ada
kalimat "Umur enam." Kemudian bertanya-tanya
maksud dari kata-kata yang ditemukan dalam sampah kertas.
Dikantor, Yoo Rim sedang mengedit mengeluh dengan
kakaknya ditelp ingin membuat pesta ulang tahun yang menurutnya kekanak-kanakkan, Hye Rim pun
memberitahu orang yang ada di pusat konseling ikut juga. Yoo Rim kembali mengeluh terlalu ramai, lalu
terhenti melirik teman kerjanya yang duduk disampingnya, lalu bertanya apakah
ia boleh membawa seorang diperayaan ulang tahunya.
Yoo Rim meniupkan kue pai dengan lilin bertuliskan “Happy
Birthday” dengan bahagia, semua pun bertepuk tangan. Yoo Rim mengucapkan
terimakasih karena sudah datang dan memberikan selamat padanya, Prof Bae
mengatakan dengan cara seperti ini membuat mereka akan jadi lebih dekat lagi,
lalu memberikan hadiah sebuah buku puisi karya Kim Kwang Kyu. Yoo Rim pun menerima dan mengucapkan terimakasih.
Hye Rim pun mengenal teman yang dibawa Hye Rim bernama Sung
Oh, lalu mengajak untuk minum wine. Sung Oh menolak karena tidak
bisa meminum alkohol. Yoo Rim memberitahu julukan
Sung Oh adalah "Lelaki
Baik-Baik" lalu membujuknya hanya satu
gelas saja karena yang diminum itu wine. Sung Oh pun mengizinkan Hye Rim
menuangkan satu gelas saja untuknya.
Yoo Rim melirik Ji Ho yang terlihat santai, ketika Sung
Oh akan minum wine, Yoo Rim mengajaknya untuk melakukan love shot, Sung Oh
terlihat binggung. Yoo Rim sengaja membuat Ji Ho cemburu dengan memberitahu
hubungan Sung Oh sudah sedekat itu sampai minum wine dengan gaya love shot. Ji
Ho seperti tak peduli dan membiarakan Yoo Rim melakukanya.
Seung Chan berteriak tak percaya melihat Yoo Rim yang berani minum dengan
gaya love shot, Ji Ho tak mau kalah langsung mengajak Hye Rim love
shot level
sepuluh denganya. Hye Rim binggung ada levelnya kalau minum
dengan Love Shot, Yoo Rim melirik sinis mendengarnya.
Ji Ho menjelaskan level
pertama yan dilakukan Yoo Rim lalu Level kedua mereka berpelukan dan minum, Level
ketiga ketika sang wanita duduk di
pangkuan pria dan wanita memeluknya. Hye Rim tertawa mendengarnya, Seung Chan tiba-tiba sudah
ada dibelakang Ji Ho mengajak Love Shot, dilevel pertama dengan cara mencekik
sambil minum, lalu Level
kedua ketika memaksa untuk minum. Hye Rim
tertawa mendengarnya lalu tersadar, Soo Hyun sudah tak ada disampingnya dan
memilih untuk duduk sendirian diluar.
Hye Rim keluar dengan membawa botol wine dan juga gelas lalu
mengajak Soo Hyun untuk minum. Soo Hyun menolak karena tidak bisa minum alkohol. Hye Rim tak percaya, Soo Hyun mengatakan kalau memang
Hye Rim ingin mengendongnya nanti kalau ia minum. Hye Rim mengerti saat di
restoran kaki ayam, Soo Hyun tak menyentuh alkohol sedikit pun, lalu akan
mengambilkan jus saja.
Ketika membawa botol wine, tak sengaja tetesannya terkena
tangan Soo Hyun. Wajah Soo Hyun mulai berubah, merasakan kembali tetesan es krim
lalu naik komidi putar setelah itu menangis histeris. Hye Rim melihat tangan
Soo Hyun yang mengenggam keras ujung bangku menanyakan apa yang terjadi. Soo
Hyun mengaku tak terjadi apa-apa lalu mengusap tanganya dengan cepat seperti
terkena sesuatu yang menjijikan.
“Bukankah ini juga pernah terjadi padamu sebelumnya?” ucap Hye Rim mengingatnya.
“Aku... hanya mengingat sesuatu dari masa laluku.” Akui Soo Hyun, Hye Rim makin penasaran cerita masa lalu
seperti apa.
“Aku juga tidak terlalu yakin. Aku merasa sedang asyik
bermain... tapi,
perasaan di akhir tidak menyenangkan.” Cerita Soo
Hyun
“Apa ada hubungannya dengan ibu
kandung yang kau ceritakan sebelumnya?” tanya Hye Rim
“Ya....Tapi,
dari mana kau tahu itu
ibu kandungku?” ucap Soo Hyun binggung
“Seung Chan yang memberitahuku. Apa aku... sudah melewati batas?” kata Hye Rim tak enak hati.
Soo Hyun pikir tidak karena semua itu bukan rahasia besar. Hye Rim ingin tahu ingatan seperti apa yang ada didalam
pikiran Soo Hyun, Soo Hyun menceritakan seperti taman
hiburan dan
semacamnya. Hye Rim yakin Soo Hyun sedang bersenang-senang dengan ibunya lalu bertanya
apakah ia mengingat waja ibunya. Soo Hyun yakin bisa mengingatnya karena waktu
itu sudah berumur enam tahun.
Sementara didalam cafe, Sung Oh duduk sendirian sambil
meneguk wine dan mulai terlihat mabuk.
Yoo Rim duduk diruang lain sambil meminum wine, Ji Ho datang menanyakan
keberadaan Hye Rim sekarang.
“Apa kau hanya bisa melihat
kakakku dan bukan
aku?” keluh Yoo Rim kesal
“Aku melihatmu, Kau sedang minum sekarang.” Ucap Ji Ho polos
“Bukan itu! Aku membawa pacarku, dan kau tidak punya perasaan apa-apa?” jerit Yoo Rim.
“Perasaan? Perasaan "akhirnya Noona punya pacar juga" seperti
itu?” kata Ji Ho bingung, Yoo Rim berdiri dengan wajah kesal,
karena Ji Ho tak mengerti juga. Terdengar jeritan dari ruangan tengah.
Seung Chan kaget melihat Sung Oh yang mabuk berteriak
menyuruh semua diam karena ia sedang
bicara sekarang. Ji Ho dan Yoo Rim binggung
melihat Song Oh yang mabuk tapi seperti orang kerasukan setan. Soo Hyun dan Hye
Rim pun masuk ke dalam cafe, melihat Sung Oh sudah berteriak sendirian.
“Aku... benci nasi bekal! Nasi bekal!” teriak Sung Oh histeris.
Ji Ho berkomentar pacar Yoo Rim itu aneh, Yoo Rim
binggung melihat Sung Oh tak seperti biasanya, lalu berlari mendekat dan
meminta maaf pada semuanya. Sung Oh malah mendorong Yoo Rim sampai jatuh, Hye Rim
pun membantu adiknya untuk berdiri.
Seung Chan pun menarik Sung Oh yang sudah terlalu banyak
minum, tapi Sung Oh malah makin marah dan mendorongnya bahkan ingin memukulnya
dengan botol wine, jeritan Hye Rim dan Yoo Rim pun menghentikan tangan Sung Oh
dan langsung membantingnya dilantai
Sung Oh berlari keluar dari cafe, sambil membuka jaket
dan bajunya lalu naik di kap mobil, Seung Chan dan Ji Ho berusaha mengejarnya,
tapi Sung Oh seperti orang gila bertelanjang dada dimusim dingin lalu
melompat-lompat dan berteriak histeris.
Yoo Rim benar-benar binggung melihat Sung Oh diluar
kendali ketika minum wine, Hye Rim melonggo melihat efek dari wine, Sung Oh
seperti orang gila. Soo Hyun sedari tadi hanya mandangi Sung Oh seperti
merasakan sesuatu yang tersembunyi dari Sung Oh sampai diluar batas kendali
ketika minum wine. Yoo Rim ingin mendekat, tapi Soo Hyun menahanya.
“Tolong atur jadwal agar kita bisa bertemu dengannya besok saat dia sadar.” Perintah Soo Hyun.
Diruang tengah, Soo Hyun menuangkan kopi dan duduk
bersama Prof Bae dan Hye Rim.
“Sepertinya dia memiliki
pertahanan diri yang
sangat kuat di dalam hatinya. Aku
tidak bisa menyimpulkan apa-apa selain fakta bahwa dia tidak mengalami alcohol
abuse.” Cerita Soo Hyun dengan kasus Sung Oh
“Pada dasarnya, memberikan
konseling kepada
pria lebih sulit daripada wanita.” Jelas Prof
Bae, Hye Rim penasaran dengan masalah yang dimiliki oleh Sung Oh sebenarnya.
“Dia memang sedikit keterlaluan
semalam tapi
bukankah pria biasanya akan bertingkah aneh
kalau sedang mabuk?” pikir Hye Rim
“Fakta bahwa mereka melakukan itu
adalah suatu
indikasi adanya masalah. Hal-hal
yang dilakukan oleh orang-orang saat mereka
mabuk biasanya kekanak-kanakan dan
keinginan untuk menjadi kekanak-kanakan itu harus dilampiaskan bagaimana pun
caranya.” Jelas Soo Hyun,Hye Rim tak percaya menjadi kekanak-kanakan sesekali itu
wajar.
“Tentu saja. Kau tahu tipe orang yang pintar berbicara dengan anak-anak? Tipe orang-orang seperti itu
adalah orang
dewasa yang sehat. Karena
mereka tahu bagaimana cara mengembalikan jiwa kanak-kanak mereka secara
alami.” Jelas Prof Bae
“Tapi, untuk orang-orang yang
membuat kekacauan
saat mereka mabuk meskipun
sebenarnya mereka adalah orang kaku ketika sedang sadar dan mencoba mengatasi kebutuhan semacam itu dengan alkohol. Dan ketidakalamian itu berarti ada sesuatu yang salah.” Jelas Soo Hyun
Hye Rim terlihat khawatir bertanya kembali apa sebenarnya
yang salah dengan Sung Oh, Soo Hyun juga belum tahu menurutnya Pastinya
ada masalah, karen dilihat
dari fakta Sung Oh terus
mengatakan "diamlah" tapi
tidak mau berbicara selain itu mengatakan tidak suka dengan nasi bekal merupakan suatu
indikasi. Prof Bae juga
merasa aneh dengan hal itu lalu meminta agar
bicara dengan Yoo Rim untuk membujuk Sung Oh agar datang berkonsultasi.
Yoo Rim baru saja pulang, Hye Rim bertanya apakah
hasilnya gagal lagi. Yoo Rim menceritakan sudah berbicara baik-baik pada Sung
Oh tapi tetap saja menolaknya, lalu meminta maaf pada kakaknya karena sudah
membawa pria aneh saat perayaan ulang tahunya.
Ponsel Yoo Rim berdering, ketika mengangkatnya Yoo Rim
langsung berdiri dengan wajah gembira karena mendapatkan juara kedua. Hye Rim
bertanya juara apa yang didapat adiknya. Yoo Rim berbisik memberitahu ikut Pameran
terbuka untuk videografi.
Lalu berbicara kembali ditelp meminta agar ditukar
hadiahnya dengan juara ketiga. Hye Rim masih saja binggung, Yoo Rim sumringah
memberitahu kakaknya memenangkan hadiah di sebuah pameran terbuka dan mendapatkan drone. Hye Ri tersenyum bahagia, lalu bertanya apa itu Drone.
Ji Ho bahagia ketika memainkan drone yang mulai terbang
tinggi, Yoo Rim tersenyum melihat Ji Ho seperti anak kecil yang bahagia ketika
mendapatkan sebuah mobil. Ji Ho menanyakan cara menyesuaikan
ketinggiannya. Yoo Rim sengaja memegang tangan Ji Ho dengan
mengajarkan cara memaikan remote drone, Ji Ho menjerit bahagia karena berhasil
membuat Drone-nya lebih tinggi lagi.
“Tapi, apa kau tidak mengantuk?
Bukankah kau begadang
semalaman untuk mengeditnya?” kata Ji Ho
“Ah, tidak. Aku merasa sangat segar dan Tidak
mengantuk sama sekali.” Kata Yoo Rim yang sengaja
melakukan itu semua demi Ji Ho. Keduanya benar-benar bahagia ketika Drone
semakin tinggi dan memperlihatkan sekeliling cafe dari atas.
Hye Rim binggung karena Soo Hyun menyuruhnya untuk minum
dengan Sung Oh. Soo Hyun menjelaskan mereka masih
memerlukan informasi yang berhubungan
dengan kebiasaannya saat mabuk, tapi karena Sung Oh
menolak untuk datan jadi mereka tak punya pilihan lain untuk melakukannya.
“Aku ingin memeriksanya, tapi aku tidak bisa minum. Dan , kau
peminum yang baik. Kau
akan membantuku, kan?” ucap Soo Hyun
“Entahlah... tapi kenapa kau
bersikeras dan
mengikutinya, dia
bahkan tidak
menginginkan pengobatan?” kata Hye Rim heran
“Karena dia menolakku dan Beraninya dia menolak diobati
olehku.” Kata Soo Hyun dengan dagu terangkat dan mata melotot.
Hye Rim tersenyum mendengarnya lalu setuju akan
mencoba membuat rencana
dengan Yoo Rim dan memberikan semangat. Soo Hyun pun
sangat bersemangat agar rencana kali ini berhasil
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar