Hye Rim dengan semangat mengebu-ngebu mengatakan
akan memberinya rasa obat
sendiri. Ji Ho bertanya apa maksudnya, Hye Rim menegaskan kalau
dirinya itu sebagai pengawas dari tahan kedua dan subjek
tes adalah Choi Soo Hyun, jadi ia yang akan melakukan eksperimen pada Choi Soo Hyun.
Ji Ho dengan wajah ketakutan bertanya bagaiaman cara Hye
Rim melakukanya. Hye Rim memberitahu akan melakukan sama seperti yang dilakukan
Soo Hyun padanya dengan penuh dendam, yaitu dimulai dengan melakukan tes FMRI.
Suara Soo Hyun yang serak-serak basah terdengar dari
ponsel, Yoo Rim mencoba untuk tidur berteriak pada kakaknya, karena suara yang
sangat mengganggu dan harus mendengarnya setiap malam, berpikir kakaknya itu
ingin menderita lagi di tangan Soo Hyun. Hye Rim menyuruh adiknya diam karena
semua ini adalah rencananya. Yoo Rim bertanya rencana apa.
Di atas tempat tidurnya, Soo Hyun dengan mata terpejam
menyanyikan lagu untuk Hye Rim, sambil menguap bertanya apakah Hye Rim sudah
bahagia sekarang. Hye Rim dengan senyuman bahagia mengungkapkan suara Soo Hyun
yang sangat bagus dan meminta
satu lagi lagi. Yoo Rim mengeluh kakaknya tetap meminta satu lagi. Soo Hyun
dengan mata terpejam tak percaya Hye Rim tetap ingin meminta menyanyikan lagi.
Hye Rim merasa benar-benar sangat bahagia senang mendengar Soo Hyun menyanyi. Soo Hyun melihat jam sudah pukul 3 pagi dan mengajaknya
untuk tidur, Hye Rim langsung marah karena sebelumnya Soo Hyun sudah menyanyi
lebih lama, menurutnya rasa cinta Soo Hyun sudah mulai berkurang. Soo Hyun pikir
tak seperti itu, Hye Rim akhirnya memutuskan untuk tidur saja lalu menutup
telpnya
Hye Rim mengirimkan pesan [ Soo Hyun, kau mau
makan makan
siang bersama hari ini?] lalu menghitung mundur dari sepuluh sampai
enam, pesan masuk ke dalam ponsel Soo Hyun. Baru saja ingin membalasnya, telp
Hye Rim masuk lebih dulu, Soo Hyun tersenyum menerima telp Hye Rim.
“Kau sudah melihat pesanku, kan? Lalu mengapa tidak kau tidak membalasnya?” ucap Hye Rim dengan nada marah,
Soo Hyun mengatakan baru saja akan membalasnya.
“Ini sudah sepuluh detik dan Itu terlalu lama. Aku merasa kira cintamu untukku telah berkurang.” Kata Hye Rim ketus lalu menutup telpnya, Soo Hyun
binggung dengan sikap Hye Rim tiba-tiba marah-marah.
Hye Rim masuk ke dalam ruangan Soo Hyun menanyakan kue
yang baru dipanggangnya tadi. Soo Hyun dengan bangga memperlihatkan piring yang
sudah kosong, kalau rasanya sangat enak. Hye Rim menunjuk sisa remah dipiring
dan mengomel kalau Soo Hyun itu tak memakanya berarti cintanya itu sudah kurang
padanya.
“Tapi aku makan semua. Apakah aku harus menjilat mangkuk atau sesuatu hal yang lainya? Kau pikir Aku ini anjing?” jerit Soo Hyun kesal
“Mengapa kau marah padaku?”kata Hye Rim
“Aku tidak marah, aku hanya
terperangah! Mengapa kau bertindak seperti ini padaku akhir-akhir ini? Kau sudah sering marah padaku tentang hal yang sebenar-benarnya sepele ...” kata Soo Hyun
“Apa maksudmu, sepele? Ini Hal-hal yang sangat penting! Jika Kau benar-benar menyukaiku, Aku akan
sudah dinyanyikan
untukmu sepanjang malam dan bahkan sampai kua harus berangkat kerja! Kau pasti sudah menjawab semua pesan yang aku kirimkan segera dan kau tidak akan meninggalkan remah-remah sisa kue pada piring...” kata Hye Rim
“Sejujur, dengan karakterku, Aku sudah melakukan lebih dari cukup untuk
menunjukkan perasaanku padamu” tegas Soo Hyun
“Tidak, itu jauh di bawah apa yang akuharapkan darimu! Cinta
kita sedang sekarat dan Seperti,
benar-benar mengerut.” Kata Hye Rim sinis
Soo Hyun menanyakan apa yang dinginkan Hye Rim sekarang,
karena tak mungkin bisa membuka hati dalam tubuhnya dan menunjukan perasaanya.
Hye Rim mengatakan ingin Soo Hyun menunjukanya, Soo Hyun bertanya apa yang
harus ditunjukan. Hye Rim mengatakan ingin Soo Hyun memperlihatkan otaknya,
karena selama ini selalu mengatakn bahwa perasaan seseorang itu bukan didalam
hati tapi diotak.
Soo Hyun bertanya cara memperlihatkan otaknya, apakah ia harus membuka otaknya dan memperlihatnya.
Hye Rim mengingatkan ada sesuatu yang berguna yaitu tes fMRI, Soo Hyun menegaskan tes itu bukan sesuatu
yang dapat
digunakan untuk alasan pribadi. Hye Rim
merasa Soo Hyun itu takut kalau mendapatkan persentase rendah dan juga takut pada kenyataanya bahwa Soo Hyun tidak
menyukainya akan terbongkar. Soo Hyun mencoba menyakinkan kalau
tidak seperti itu.
Hye Rim merasa sudah tahu semuanya kalau cinta
mereka sudah mati dan benar-benar sudah membeku seperti es. Soo Hyun
langsung memanggil Hye Rim ketika akan pergi, Hye Rim membalikan badanya, So
Hyun bertanya apakah ini satu-satunya cara membuatnya agar percaya. Hye Rim
menegaskan hanya itu saja, mereka harus melakukan scan fMRI dan ia ingin mengkonfirmasi bagaimana perasaan Soo Hyun sebenarnya.
Soo Hyun masuk tabung untuk melakukan FMRI, Seung Chan
tiba-tiba datang bertanya apakah sudah mulai. Ji Ho binggung Seung Chan datang
juga, Seung Chan mengatakan ini menyenangkan dan menurutnya itu sebuah kesempata untuk melihat apa
yang terjadi pada pikiran kakaknya nya yang tidak biasa. Hye Rim bertanya apa
yang harus mereka lakukan, apakah mereka langsung memperlihatkan fotonya
sekarang.
Ji Ho memberitahu mereka sudah
mulai menempatkan foto dalam komputer dan yang
pertama kelauar adalah foto selebriti. Seung Chan tahu foto yang pertama Anne
Hathaway, hasilnya 42 persen, wajah Hye Rim langsung cemberut. Foto kedua hanya
terlihat bagian pundak, hasilnya 62%.
Foto wainta ketiga terlihat bagian samping yang terbuka
dan terlihat bentuk payudara, Mata Soo Hyun sedikit berkedip dan hasilnya.
Seung Chan dan Ji Ho menjerit karena hasilnya 85 persen. Seung Chan yakin apabila mereka menampilkan lebih lama
lagi maka grafiknya lebih tinggi. Hye Rim makin cemberut dengan mata sinis
melihat Soo Hyun.
Yoo Rim juga dimasukan ke dalam jejeran foto, hasilnya
hanya 20%, dan foto Prof Bae juga dipasang, melihat Foto gurunya membuat Soo
Hyun bergumam “Ini foto Prof
Bae Mengapa dia menempatkan ini di sini?” dan tatapanya mengarah bawah memikirkan tentang nasib
Prof Bae.
“Ngomong-omong, aku
bertanya-tanya Apa dia baik-baik saja dengan kankernya. Dokter itu
mengatakan bahwa kankernya berkembang cukup sedikit.” Gumam Soo Hyun tanpa sadar foto sudah berubah jadi foto
Hye Rim
“ Bukankah Sebaiknya dia
menerima operasi? Jika kita
kehilangan waktu kritis untuknya maka akan terjadi......” gumam Soo Hyun tersadar kalau foto sebelumnya itu Hye Rim
dan tak sempat melihatnya karena sudah berubah dengan foto lain. Hye Rim
melotot melihat hasilnya hanya 11% dimonitor, Seung Chan dan Ji Ho melirik
dengan wajah ketakutan. Hye Rim langsung melotot penuh amarah.
Soo Hyun keluar dari ruangan menanyakan keberadaan Hye
Rim, Seung Chan dengan wajah mengejek memberitahu kalau Hye Rim benar-benar
marah dan pergi begitu saja dan meragukan kakaknya itu benar-benar
menyukai Hye Rim dengan tulis.
Akhirnya Soo Hyun keluar dari ruangan FMRI, berlari
dilorong, Hye Rim berdiri didepan lift. Soo Hyun langsung berteriak meminta Hye
Rim tak salah paham, karena sebelumnya pikiranya sedikit
terganggu jadi tidak
melihat fotonya dengan benar. Hye Rim melirik sinis,
lalu berubah menjadi tersenyum mengatakan kalau itu yang dipikirkanya, karena
tak masuk akal rasa kasih
sayangnya itu hanya sebesar 11 persen.
Soo Hyun menyakinkankan kalau melakukan dengan benar maka
hasilnya akan, Hye Rim mengingatkan perkataan Soo Hyun sebelumnya, kalau tidak
mungkin untuk memanipulasi
hasil fMRIs. Soo Hyun terlihat kebinggungan dan
berusaha menyakinkan kalau sebelumnya memang sebelumnya pikiranya merasa
terganggu.
Hye Rim pikir Soo Hyun tidak
perlu membuat alasan, menurutnya tak mungkin Soo Hyun memikirkan
setiap hari dan tak pedudli seberapa banyak Soo Hyun menyukainya dan
berkomentar cukup bersyukur mendapatkan nilai 11
persen.
“Hye Rim.... Aku akan mengatakan yang
sebenarnya. Aku mulai
rileks karena melihat wajah Yoo Rim dan kemudian foto Dr. Bae muncul, dan kemudian....” kata Soo Hyun berusaha menjelaskan tapi
ditepuk oleh Hye Rim seperti memukul.
“Tidak apa-apa! Aku hanya sedikit cemburu Rachel McAdams, dan semua! Mungkin aku harus mulai
berpakaian sedikit
skimpier juga.” Kata Hye Rim dengan senyuman walaupun
hatinya dongkol, lalu pamit pergi saat masuk kedalam lift dengan menyindir
mengucapkan terimakasih nilanya itu 11 %
Soo Hyun tak bisa menahanya, Hye Rim dengan penuh amarah
merasa semua sudah menjadi kenyatan kalau cinta mereka benar-benar
sudah mati sambil mengumpat Soo Hyun si brengsek.
Hye Rim menemui adiknya yang sedang mengedit, bertanya
apakah ia memiliki teman yang cantik, seperti sosok wanita yang sempurna. Yoo
Rim bertanya alasan kakaknya bertanya seperti itu. Hye Rim menegaskan ingin
membuat Soo Hyun sedikit tergoda, karena ia ingin membayar semua yang dilakukan
Soo Hyun padanya.
Yoo Rim setuju, menurutnya mereka butuh dua wanita, Hye
Rim merasa tidak bisa melakukan sebanyak itu karena
tidak memiliki uang untuk membayarnya tapi hanya ingin membuat Soo Hyun tergoda lalu
dicampakan begitu saja ketika sudah jatuh cinta, karna menurutnya sangat
terlalu dengan hasil FMRinya hanya 11 persen.
Akhirnya Yoo Rim melihat ponselnya untuk mencari wanita
yang mulus dan cantik, lalu menunjukan satu foto. Hye Rim melihat tidak begitu
cantik karena Soo Hyun itu sangat peduli dengan penampilan. Yoo Rim mencari
foto wanita yang lain, Hye Rim melihat wanita tidak memiliki kulit yang putih.
Yoo Rim kesal kakaknya itu terlalu banyak memilih dan mencari foto yang lainya.
Hye Rim melihat foto yang ketiga, Yoo Rim memberitahu
temanya itu model dan pernah
main film walaupun hanya sekali, ditambah sangat tertarik dengan psikologi. Hye Rim melihat teman Yoo Rim terlalu
cantik dan takut kalau nanti Soo Hyun benar-benar jatuh cinta
pada wanita itu. Yoo Rim kesal dengan keinginan kakaknya, sebenarnya ingin
membuat Soo Hyun jatuh cinta pada wanita itu atau tidak.
“Aku ingin dia hanya mencintaiku dan tidak jatuh cinta orang lain bahkan jika seorang gadis
secantik Rachel
McAdams membuatnya tergoda” akui Hye Rim
“Kau mengatakan itu, jadi mengapa kau ingin menggunakan seorang gadis
cantik?” kata Yoo Rim
“Apa yang harus aku lakukan jika ia benar-benar jatuh cinta pada wanita itu?” ucap Hye Rim khawatir, Yoo
Rim merasa kakaknya itu hanya ingin seseorang seperti
Rachel McAdams untuk mengoda Soo Hyun.
Soo Hyun datang ke sebuah gedung, menyapa seorang teman
yang akan menikah dan sudah lama tak bertemu. Pria berjas itu senang melihat
Soo Hyun datang padahal berpikir tidak akan datang karena tahu pasti sangat sibuk. Teman yang lain merasa
Soo Hyun pasti akan datang karena mereka adalah teman SMA.
Lalu memberitahu teman yang menikah itu sekarang adalah
Direktur dari di
Youngjin Group. Soo Hyun tak percaya
menurutnya temanya itu sudah naik pangkat dengan cepat. Teman yang lain merasa tak pernah berpikir saat SMA tapi
ternyata temanya itu bisa berakhir dengan nasib yang baik sekarang, bahkan
sangat pandai dalam bermain sepak bola, berkomentar dua temanya yang satu
seorang Ph.D dari Harvard dan
juga direktur sekarang
dan meminta agar memberikan koneksi juga.
Si teman yang akan menikah merasa belum memiliki kekuatan
seperti itu, pembawa acara dari dalam memberitahu Upacara
akan segera dimulai, jadi
meminta para tamu untuk segera duduk. Calon pengantin pun
pamit lebih dulu dan akan bertemu denganya nanti. Teman Soo Hyun mengaku sangat
iri melihat temannya itu.
Calon pengantin pria sudah berjalan ke atas panggung,
Pembawa acara mengatakan akan memulai
upacara. Seorang pria berjas dan kacamata
hitam masuk ke dalam ruangan, si calon pengantin melihat pria itu mengeluarkan
sesuatu dari dalam jaketnya, setelah itu menembak dengan tangan.
Si Pria langsung jatuh dan
berteriak seperti baru terkena tembakan, semua yang ada didalam ruangan langsung
berlari ke atas panggung. Pria itu melihat orang berkacamata hitam tertawa
mengejeknya lalu keluar ruangan. Soo Hyun melihat temanya yang bernama Tae Hwa
mengerutkan dahi, tanpa ada alasan tiba-tiba merasa seperti tertembak
Seorang wanita menyapa Hye Rim yang sudah menunggu di
cafe. Hye Rim melotot panik melihat si wanita yang ternyata benar-benar cantik.
Wanita itu bertanya apakah memang benar,
kalau wanita yang didepanya kakak Yoo Rim. Hye Rim dengan wajah gugup
membenarkan dan mengucapkan terimakasih karena sudah mau datang menemuinya.
Wanita itu pun merasa Hye Rim bisa berbicara dengan nyaman karena lebih tua.
“Ya. Itu harus menyenangkan, karena kau begitu muda.” Komentar Hye Rim dalam hati.
“Aku
sudah mendengar dari Yoo Rim, tapi tidak tahu semua rincian. Tepatnya Apa yang harus aku lakukan ?”
tanya teman Yoo Rim
“Oh ... kau harus mendekati seorang pria secara alami dan membuatnya jatuh cinta
padamu” jelas Hye Rim
“Oh.. Itu
Dr. Choi Soo Hyun, kan? Itu sangat bagus, Aku penggemarnya” kata Teman Hye Rim bersemangat
“Dia bahkan
penggemar? Haruskah saya beralih saja, meskipun agak terlambat dalam permainan?” gumam Hye Rim agak khawatir
“Jika memang itu dia, aku mungkin hanya
membuat dia jatuh
benar-benar hati padaku dari kepala sampai kaki, Dia
tidak berkencan siapa pun sekarang, kan?” ucap teman
Yoo Rim.
Hye Rim mengatakan Soo Hyun tak memiliki pacar. Teman Yoo Rim pun mengerti dan akan
mencobanya. Hye Rim mengungkapkan kalau Teman
adiknya sangat sempurna untuk eksperimentnya.
Soo Hyun mewawancarai temanya bertanya Apakah
hal seperti kemarin sering
terjadi. Temanya mengangguk, kalau sebelumnya sesekali terjadi tapi
sekarang jauh lebih sering. Soo Hyun menanyakan
gejalanya. Temanya menceritakan mendapatkan sesak nafas dan dadanya terasa tak
nyaman, membuatnya sulit untuk bernapas dan jantungya berdetak sangat cepat.
“Melihat dari gejala, tampaknya seperti gangguan panik. Apakah kau sudah pergi ke dokter?” tanya Soo Hyun, temanya mengaku sudah beberapa kali.
“Kau tidak bisa hanya melihat dengan ringan saja, Memiliki
gangguan kepanikan berarti bahwa kau memiliki aktivitas otak yang
tidak teratur. Misalnya,
alarm keamanan hanya menyala jika
pencuri datang dan akan mati ketika kucing lewat. Itua adalah
jenis gangguan kepanikan, kau harus mendapatkan obat dan juga terapi” jelas Soo Hyun
“Aku tahu... Tapi pil hanya bisa efektif sementara saja. “ ucap Teman Soo Hyun
Soo Hyun pikir temanya itu mengalami sesuatu yang
membuatnya stress dalam kehidupanya, Temanya menceritakan banyak hal yang harus
dilakukan dengan perusahaan, dikarenakan dirinya menjadi direktur diusia muda,
dan semakin tinggi levelnya membuatnya menerima banyak tekanan.
“Orang yang membantuku dipromosikan terus mengatakan bahwa
ia percaya padaku tapi aku merasa sesak
napas setiap kali dia melakukan itu. Aku tetap memiliki kekhawatiran bahwa aku
tidak akan dapat untuk memenuhi harapan mereka” cerita Teman Soo Hyun
“Aku yakin gejalamu itu akan sedikit berkurang jika kau
mengurangi pekerjaan dikantantir, apakah kau tidak ingin bermain sepak bola
lagi? Kau itu cukup baik di olahraga itu.” saran Soo Hyun
Teman Soo Hyun mengaku sangat sibuk lalu merasa sesak
napas lagi sambil menepuk-nepuk dadanya, lalu meminta segelas air. Soo Hyun pun
keluar ruangan untuk mengambil air minum, setelah Soo Hyun pergi, temanya
berjalan kearah meja kerja mengambil gambar dari berkas diatas meja dan juga
piagam yang didapat Soo Hyun di pajang dalam raknya.
Ji Ho keluar dari lift masuk kedalam ruangan yang sedang
sibuk, dengan memberanikan diri menanyakan keberadaan Yoo Rim. Lalu ia pergi ke
lobby melihat Yoo Rim sedang bersama pria yang ingin diwawancarainya. Ia
langsung menghampirinya, Yoo Rim kaget melihat Ji Ho datang ke tempat kerjanya.
“Nunna... ingin direkam lagi olehmu” kata Ji Ho, Yoo Rim
langsung menarik Ji Ho untuk menjauh dari narasumbernya.
“Apa kau tidak bisa lihat, aku sudah merekam orang lain?”
kata Yoo Rim sinis
“Aku akan tertarik padamu dari sekarang, walaupun itu
sedikit terlambat. Jadi rekam aku lagi saja !” ucap Ji Ho dengan senyuman
Yoo Rim langsung menolak karena tidak tertarik dengan Ji
Ho lagi, jadi meminta untuk segera menjauh saat masih bersikap baik. Ji Ho tak
bisa menyela karena Yoo Rim sudah kembali pada narasumbernya dengan merapihkan
mic dibagian dada, wajahnya terlihat sedih.
Di depan gedung, Ji Ho masih menunggu. Yoo Rim keluar
dengan membawa tripod dan kameranya. Ji Ho langsung mengejarnya, mengajak untuk
nonton film bersama. Yoo Rim tak mengubrisnya berjalan ke pinggir jalan untuk
memberhentikan taksi.
Ji Ho mengajak Yoo Rim untuk pergi ke perpus bersama
karena disana ada buku fisika baru keluar yang menyenangkan. Yoo Rim berteriak
memanggil taksi dan langsung masuk. Ji Ho terus berbicara mengajak untuk pergi
ke tempata arcade. Taksi Yoo Rim pun melaju tanpa menghiraukan Ji Ho yang
mengedor jendelanya. Ji Ho terlihat sedih ditinggalkan begitu saja.
Yoo Rim baru pulang kerumah, melihat Ji Ho yang sedang
latihan Hapkido diluar dengan cuaca dingin, kali ini tidak memanggil nama “Go
Hye Rim” tiap membuat tinjuan kedepan. Yoo Rim akhirnya mendekat, senyum Ji Ho
terlihat membanggakan kemampuan Hapkidonya jauh lebih baik, jadi bisa melawan
sendiri apabila diganggu anak SMA.
“Jadi mari kita pergi ke tempat di mana kau memukulinya
terakhir kali, dan juga...” ucap Ji Ho yang langsung disela oleh Yoo Rim
“Aku akan jujur denganmu!!! Kau benar-benar menyebalkan sekarang.
Pada Kenyataan kau tidak menunjukkan rasa peduli pada yang lainya, seperti
ketika kau merekam sebelumnya atau sekarang, dengan
tingkah lakumu seperti ini. Kau bertingkah
seperti tidak bersalah dan berkata apapun yang kau inginkan... Aku muak dengan semua itu
sekarang.” Tegas Yoo Rim
“Aku tidak seperti itu sekarang. Aku bilang sebelumnya mulai tertarik padamu.” Akui Ji Ho
“Kau tidak tertarik, tapi kau Hanya kesepian. Kau membuat kehebohan karena orang yang dulu kau
mainkan sudah pergi dan kau tidak bisa mengambilnya kembali.” Kata Yoo Rim
Ji Ho tertunduk sedih karena terlihat seperti itu dimata
Yoo Rim, lalu bertanya apakah ia tak bisa melakukan itu dengan wajah polosnya.
Yoo Rim dengan wajah kesal menegaskan Ji Ho bisa melakukan itu pada mainan, karena dirinya itu adah manusia, mahluk hidup yang bisa
bernafas.
“Dan Kau... Sudah melewati batas... Jadi aku tak akan
bisa memaafkanmu lagi.” Tegas Yoo Rim dan menyuruh pergi dengan mengancam akan
memanggil polisi apabila tak mau pergi. Ji Ho mengejar Yoo Rim untuk berbicara.
“Selain itu, aku bertemu orang sekeren Subject A dari
eksperimenmu,dan Kau tidak
bisa membandingkan Jadi
berhenti mengganggu dan enyahlah dari
hadapanku” kata Yoo Rim ketus
Ji Ho terus mengejar Yoo Rim yang naik ke lantai dua,
menanyakan siapa orangnya dan tak ingin Yoo Rim melakukan itu padanya,
menurutnya kalau memang itu subject A maka jarak umurnya jauh
lebih tua dan menahan tangan Yoo Rim untuk tak
pergi. Dengan wajah melas berjanji tidak
akan bersikap buruk mulai dari sekarang dan akan menjadi orang baik. Yoo Rim menghempaskan tangan Ji Ho memilih untuk naik ke
lantai tiga.
Hye Rim sudah ada diruang kontrol, melihat teman Yoo Rim
mulai bertemu dengan Soo Hyun. Ji Soo menceritakan alasan memutuskan
pada psikologi. Soo Hyun tak percaya ternyata Ji Soo memilih
psikologi karena penasaran dengan cinta, menurutnya
tak pernah bertemu dengan orang seperti itu dan merasa mereka memiliki kesamaan
dengan hal itu.
Mendengar percakapan keduanya, Hye Rim terlihat tak suka
karena Soo Hyun sudah menyambut mereka berdua itu “kita” dan seperti sudah
sangat dekat, dengan wajah dongkol rasanya ingin mencekik leher pacarnya.
“Jika kau ingin dapat gelar doktor
di psikologi, maka perjalananmu
masih panjang. Jadi apa
pendapatmu soal cinta sekarang?” tanya Soo Hyun
Ji Soo berpikir senjenak, mengingat kata-kata Hye Rim
sebelumnya “Choi Soo Hyun pikir cinta itu hanya trik hormon, atau kegilaan
sementara.” Dan Ji Soo
mengatakan cinta itu hanya sebuah trik hormon dan bisa juga
kegilaan sementara lalu bertanya balik pendapat
Soo Hyun, Mata Soo Hyun melotot kaget mendengar jawaban Ji Soo.
“Itu pendapatku soal cinta juga!” kata Soo Hyun, Ji Soo makin bersemangat menganggap
mereka itu seperti saling berkaitan
satu sama lain.
“Sepertinya seperti itu, Sudah
lama aku tak bertemu
wanita yang
mudah diajak bicara denganku.” Kata Soo Hyun juga
terlihat tertarik dengan Ji Soo, Hye Rim ada diruang kontrol mulai mengumpat
kesal.
“Dokter... Boleh aku minta
nomormu?” tanya Ji Soo mulai memberikan sinyal ketertarikanya.
Soo Hyun terlihat tak nyaman bertanya untuk apa meminta nomor telpnya.
“Aku ingin mendapatkan petunjuk untuk
thesisku.” Kata Ji Soo, Soo Hyun mengaku sedikit
sulit untuk memberikanya. Hye Rim berteriak gembira karena Soo Hyun menolaknya.
Ji Soo tak hilang akal, meminta untuk memberikan emailnya
dan melihat hasil tesis yang ditulisnya. Hye Rim menjerit supaya Soo Hyun tak
memberikanya. Soo Hyun berpikir sejenak dan akhirnya menuliskan disecarik
kertas untuk mengirimkan ke alamat email itu. Hye Rim kembali mengumpat Soo
Hyun yang mau memberikan alamat emailnya.
Soo Hyun turun ke lantai satu memanggil Hye Rim yang
sedang mencuci piring untuk meminta secangkir kopi, Hye Rim langsung menyuruh
Soo Young si pelayan untuk membuatkan kopi untuk Soo Hyun, Soo Hyun sempat
terdiam karena Hye Rim bersikap dingin lagi. Hye Rim akhirnya memutuskan untuk
menuangkan sendiri untuk Soo Hyun sambil melepaskan sarung tanganya.
“Bagaimana jika diganti kacang kedelai dibanding kopi? Ini Lumayan rasanya” ucap Hye Rim sinis
“Apa kau masih marah tentang nilai
11 persen?” tanya Soo Hyun, Hye Rim menyangkalnya
dan mengaku merasa lebih senang sekarang dengan wajah sinis, Soo Hyun makin binggung.
“Kenapa kau sangat playboy?” tuduh Hye Rim, Soo Hyun makin tak mengerti tiba-tiba
Hye Rim berbicara seperti itu.
“Baiklah. Anne Hathaway, 42 persen, Charlize Theron dapat 68 persen, Rachel
McAdams dapat 85 persen. Semua bisa Lebih
dimengerti. Tapi
kenapa....” ucap Hye Rim yang langsung disela oleh Soo Hyun.
“Coba Lihat? Kenyataanya kau mengingat tingkatan
itu berarti....” kata Soo Hyun kembali beradu mulut.
“Aku bilang, berhenti membuatku marah! Aku sudah tidak marah!” teriak Hye Rim dengan mata melotot
Beberapa pelanggan yang ada didalam cafe sampai melirik
kearah mereka karena teriakan Hye Rim, Soo Hyun terlihat binggung. Hye Rim
mulai berbisik merasa Soo Hyun itu terus mempengaruhinya dan berpikir selalu
ingin membuatnya marah. Soo Hyun pikir Hye Rim sangat
marah. Hye Rim menegaskan Soo Hyun tidak
memahami soal wanita, menurutnya karena 11% yang
membuat terprovokasi dan
membuatnya marah.
Soo Hyun mengangguk mengerti dan akan membuat
janji untuk melakuan fMRI
sekali lagi dan kembali ke lantai dua. Hye Rim
berteriak agar Soo Hyun tak mengangunya karena tak ada yang ingin melihat
perasaannya sekarang, dan mengancam akan membuat keributan jika mendekat.
Setelah Soo Hyun pergi, ada rasa penyesalan harus melakukan tes FMRI yang
membuatnya uring-uringan sendiri.
Soo Hyun datang menemui Tuan Kim, ketika Tuan Kim masuk
dengan senang hati menjabat tangan Soo Hyun yang sudah lama tak bertemu, sambil
bertanya alasannya datang ke kantornya, karena kejadian seperti ini sangat
jarang sekali terjadi. Soo Hyun mengaku seharusnya datang lebih awal lagi, Tuan
Kim pun mengajak Soo Hyun untuk duduk.
Sebelum duduk, Tuan Kim merapihkan rambut, jaketnya,
kursi lalu mengibaskan jaketnya agar bisa duduk dengan nyaman. Soo Hyun melihat
Tuan Kim terlihat kesulitan hanya untuk duduk saja, sambil bertanya Apa
ada alasannya melakukan
semuanya 3 kali. Tuan Kim mengaku semua yang dilakukannya membuatnya
lebih tenang.
“Orang Korea ada tiga suka kata, kan? Bahkan ada yang menggabungkan ide
itu.” Kata Tuan Kim
“Sejak kapan kau lakukan ini?” tanya Soo Hyun melihat keanehan, Tuan Kim tertawa
mengatakan dirinya itu tidak gila dan baik-baik saja, karena semuanya itu hanya
sebuah kebiasaan saja.
“Lalu... Ada apa kau datang ke kantorku?” tanya Tuan Kim mengalihkan
pembicaraan.
“Aku akan menghentikan
eksperimenku.” Kata Soo Hyun
Tuan Kim kaget menanyakan alasan Soo Hyun tiba-tiba
mengatakan hal itu, lalu berpikir Soo Hyun itu mendapatkan tawaran dari
perusahaan lain. Soo Hyun mengatakan tak ada, Tuan Kim makin penasaran apa alasan
Soo Hyun tiba-tiba ingin menghentikan eksperimentnya.
Soo Hyun menjelaskan ada masalah pada subjectnya, terjadi
difase pertama jadi mungkin akan terjadi difase kedua. Tuan Kim tetap meminta
agar Soo Hyun membuat keadaan jadi lebih solid lagi dan mengingatkan kalau perusahaanya
berpikir panjang dan lama untuk melakukan investasi, jadi meminta Soo Hyun untuk melakukan sekali
lagi. Soo Hyun mengaku ini sebuah keputusan yang sulit jadi akan menghubungi
tuan Kim lagi, lalu keluar ruangan. Tuan Kim memanggilnya tapi Soo Hyun tetap
meningalkan ruangan.
Hye Rim menerima telp dari Tuan Kim, yang meminta untuk
bertemu dengan putrinya. Ia tak percaya Tuan Kim bisa mengizinkanya bertemu dengan Putrinya. Tuan Kim seperti meminta
Hye Rim untuk datang kerumahnya, Hye Rim meminta maaf karena tak bisa
meninggalkan cafe, lalu menyarankan agar putri tuan Kim datang ke cafenya saja.
Soo Hyun baru saja membuka jaketnya, Hye Rim duduk
dikursi memberitahu namanya Kim Yun Woo, Soo Hyun duduk dikursi kerjanya
bertanya alasan dirinya harus bertemu dengan Yun Woo. Hye Rim memberitahu Yun
Woo itu adalah anak dari Tuan Kim. Soo Hyun tak peduli Yun Woo itu anak Presdir
sekalipun, tapi ingin tahu alasan dirinya harus bertemu dengan orang itu,
karena bukan tuan Kim yang meminta dirinya untuk bertemu dengan sang anak.
“Ini karena ada perasaanku yang buruk, tapi Aku tidak pikir dia orang yang
pantas ditemui.” Kata Hye Rim
“Bilang kau tidak ingin menemuinya dan antar dia pulang” ucap Soo Hyun santai
“Aku sudah bilang untuk
membantunya! Memang Bukan
berarti aku berjanji padanya, tapi Ini
karena aku ingin membantu Ketua Kim. Dia
sudah banyak membantuku.” Jelas Hye Rim.
Soo Hyun tetap ingin tahu alasan dirinya harus melakukan
itu, Hye Rim kembali membahas tentang hasil FMRI-nya yang hanya 11%. Soo Hyun
terdiam, Hye Rim meminta Soo Hyun memutuskan ingin menemuinya atau menolaknya.
Soo Hyun akhirnya mengangkat satu jarinya kalau kali ini hanya satu kali saja. Senyum
Hye Rim pun terlihat diwajahnya.
Yun Woo terlihat binggung, lalu bertanya siapa yang
menjadi peramal. Hye Rim memberitahu kalau ia adalah peramal dan Soo Hyun
adalah seorang psikolog. Yun Woo mengatakan datang ke cafe untuk bertemu dengan
peramal. Soo Hyun langsung bertanya apakah ada yang ingin ditanyakan. Yun Woo
pikir alasan apa yang membuat harus memberitahu Soo Hyun. Soo Hyun mengaku
karena rasa penasaranya.
“Aku yakin kau datang bukan karena ayahmu yang minta. Jadi aku yakin ada yang membuatmu penasaran.” Kata Soo Hyun
“Itu Bukan berarti kau penasaran
soalku ‘kan? Kau ingin tahu kenapa aku kabur.” Ucap Yun Woo, Soo Hyun kaget mendengar Yun Woo yang
kabur. Yun Woo tahu ayahnya itu pasti tak menceritakanya.
“Saat aku keluar rumah, dan aku
tidak pernah pulang, Aku lupa
segalanya” cerita Yun Woo, Soo Hyun makin
penasaran Yun Woo yang lupa dan tak ingin gejala sebelumnya.
“Aku rasa ayahku tidak bilang apa-apa soal itu dan Aku yakin dia malu, Ayahku orang yang takut dengan opini
publik.” Komentar Yun Woo mengejek, Hye Rim ingin menenangkan Yun
Woo tapi Yun Woo lebih dulu menyelanya.
“Dan kau... Kau tidak pikir kalau aku tahu bahwa kau adalah orang yang dimanfaatkan oleh ayahku? Ini sama saja dengan kau ‘kan? Kau dengar
semuanya dari ayah, dan....” ucap Yun Woo sinis pada
Hye Rim dan Soo Hyun
“Aku bukan orang yang bekerja
dibawah perintah orang lain.” Tegas Soo Hyun
“Bila kau ingin menolongku, bilang pada ayahku kalau aku ingin menikah.” Kata Yun Woo, Soo Hyun bertanya kenapa Yun Woo ingin
menikah.
“Karena ayahku melarang itu dan Aku harus keluar dari rumah, jadi Hanya itu caranya aku bisa sedikit bernafas. Kau bilang kau penasihat psikolog ‘kan? Ajari
ayahku lalu baru kau ajari aku. Cari tahu kenapa ia membunuh
ibuku, kakak laki-lakiku dan saudara perempuannya sendiri.” Kata Yun Woo blak-blakan membuka semua misteri. Hye
Rim melonggo dan Soo Hyun terdiam.
Hye Rim merasa dengan kata membunuh mereka itu hanya seperti perumpamaan
yang dikatakan Yun Woo. Soo Hyun juga tak tahu mungkin saja benar Tuan Kim
membunuh keluarganya. Hye Rim merasa tak masuk akal karena melihat Tuan Kim
yang baik terhadapnya.
“Aku tidak bilang begitu. Dia mungkin hanya bosan saja dan membunuh secara psikis.” Jelas Soo Hyun
“Bagaimana menurutmu kondisi Yun Woo sekarang?” tanya Hye Rim khawatir
“Dari yang aku lihat saat aku
bicara dengannya... melihat kenyataan
keluarganya meninggal membuatnya trauma Dan mungkin dia juga terkena disosiatif fugue
“ Ucap Soo Hyun, Hye Rim tak mengerti apa maksudnya.
“Itu terjadi saat kau sangat
stress, Kau melupakan masa lalu dan
kabur. Mereka
tidak bisa mengingat apa yang mereka lakukan dan dalam yang kasus lebih parah, mereka berakhir dengan kehidupan yang berbeda, dan
pekerjaan yang beda.” Jelas Soo Hyun, Hye Rim
bertanya apakah Yun Woo harus mendapatkaan perawatan.
“Aku tahu tentang itu, Sebenarnya,
dia sempat bertanya soal itu sebelumnya
padaku, dilihat dari hal itu aku pikir
dia tahu soal kondisi Yun Woo Tapi dia tidak memberinya
perawatan.” Kata Soo Hyun
Hye Rim pikir Soo Hyun bisa melangkah maju lebih dulu,
Soo Hyun menegaskan ia bukan orang yang memberikan nasehat jika tak diminta, dan pasti Hye Rim
sudah tahu tentang hal itu. Hye Rim meminta maaf karena terlalu cemas
mengetahui hal itu. Soo Hyun pikir kalau memang Hye Rim mau membantu lebih baik
dekati Tuan Kim, supaya bisa memberikan Yun Woo perawatan dan hanya itu saja
yang bisa mereka lakukan.
Teman Soo Hyun sibuk didepan komputernya, sang istri
berteriak memanggilnya untuk tidur karena sudah waktunya. Si pria menyuruh sang
istri tidur lebih dulu karena sedang ada banyak perkerjaan, dilaya monitor
gambar setifikat milik Soo Hyun dari Stanford Univesity diubah namanya menjadi
Kang Tae Hwa
Soo Hyun menelp di ruanganya, terdengar suara kalau nomor
ponselnya tak terjangkau, ditanganya ada kartu nama Kang Tae Hwa - Youngjin
Group. Akhirnya ia menelp kantor Young Jin menanyakan apakah
ia bisa berbicara dengan Kang Tae Hwa. Seorang wanita bertanya pegawai dibagian mana, Soo Hyun
bertanya apakah wanita itu sekretaris Direktur di Youngjin
Group. Wanita itu membenarkan tapi tak memiliki nama direktur
Kang Tae Hwa. Soo Hyun binggung ternyata temanya itu bukan seorang direktur.
Akhirnya Soo Hyun bertemu dengan teman SMA yang bertemu di
pernikahan Tae Hwa, sang teman meminta Soo Hyun tetap tertunduk saat
mendengarnya, lalu menceritakan baru mengetahui beberapa
hari lalu, kalau pria itu adalah pegawai negeri
tingkat 7. Soo Hyun terlihat tak begitu kaget, dan bertanya alasan Tae Hwa
harus berbohong.
“Dia adalah Pegawai Negeri Sipil Tingkat 7! Badan
Intelijen Nasional.” Kata temanya, Soo Hyun tak yakin dan menganggap itu hanya
becandaan saja.
“Dia tidak seperti agent mata-mata seperti 007 , tapi dia
bilang ada dua tipe
nya itu disebut "Black Agents." dan dia
"White Agent."” Jelas temanya, Soo Hyun
bertanya apa yang dilakukan oleh agent itu.
“Seseorang yang membuka sedikit
identitas atau
sebaliknya. Aku rasa
perusahaan itu dilindungi. Dia
bilang selama ini bekerja dengan nama yang
berbeda setiap dia melaksanakan perintah.” Cerita temanya.
Soo Hyun seperti masih tak percaya menurutnya itu aneh,
kalau temanya bisa berkerja seperti itu.
Dua pria tua berdasi sedang duduk diruangan, terdengar
bunyi ketukan pintu. Seketaris membuka pintu dan mempersilahkan Tae Hwa masuk
ke dalam ruangan. Si pria tua meminta maaf karena sudah meminta Tae Hwa datang
padahal jadwalnya sangat sibuk, lalu memperkenalkanya pada temanya.
Pria yang berkaca matapun menyapa dengan menanyakan
namanya. Tae Hwa menjabat tangan dan mengaku sebagia Choi Soo Hyun. Lalu
ketiganya duduk dan si pria tua itu mengaku sangat tertarik dengan dunia
psikologi sambil memujinya sangat hebat.
Di depan kasir, Hye Rim berbisik menelp Ji Soo bertanya
apakah Soo Hyun menelp dan mengajaknya bertemu. Ji Soo dengan wajah sedih
mengatakan selama ini Soo Hyun hanya berbicara tentang psikologi bahkan menolak
untuk bertemu ditempat lain selain diklinik. Hye Rim terlihat bahagia, tapi berpura-pura
kecewa lalu meminta Ji Soo untuk datang ke depan cafenya.
Keduanya sudah ada didepan cafe, Hye Rim meminta Ji Soo
untuk mengirimkan pesan pada Soo Hyun kalau ia sengaja mampir dan memintanya
untuk keluar. Ji Soo mulai mengetik pesannya, Hye Rim bergumam “Kalau kau berani keluar
karena pesan ini, maka Aku akan membunuhmu!”dengan penuh dendam
Ji Soo terlihat ragu untuk mengirimkannya, tapi Hye Rim
menyakinkan supaya Ji Soo segera mengirimkanya. Soo Hyun sedang ada dikantornya
membaca pesan Ji Soo, “Dokter, ini Ji Soo,
aku ada di depan
kantor. Bisakah aku bertemu denganmu sebentar?” Soo Hyun
membalas pesan Ji Soo “Aku sedikit sibuk.” Hye Rim
menyuruh Ji Soo untuk mengirimkan pesan yang lebih agersif lagi. Soo Hyun membaca pesan Ji Soo kembali “ Aku menempuh waktu satu jam untuk datang ke sini,
aku mohon Hanya sebentar.”
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar