Prof Bae memberikan lembaran kertas memberitahu itu adalah
tes melengkapi kalimat dan yang perlu dilakukan hanya
menulis apa yang
pertama terpikirkan olehnya, dengan contoh "sahabat
yang baik adalah..." lalu meminta Sung Oh
menuliskan jawaban yang terlintas dalam pikiran. Sung Oh menjawab nama Jang
Ki Hoon sebagai nama dari sahabatnya, Prof Bae mengangguk
membenarkan jawaban seperti itu.
“Tapi, kalau kau mengisinya dengan kata sifat dan perasaan dibandingkan nama, itu akan lebih
baik.” Jelas Prof Bae dan memberikan pensil agar memulai
melakukanya. Sung Oh terlihat gugup mengisi kuestioner yang harus dikerjakan.
Soo Hyun masuk ke dalam sebuah rumah dengan Ji Ho,
memberitahu kalau rumah seseorang hampir sama dengan jendela dari hati pemiliknya, ketika mereka menghadapi pasien seperti Sung
Oh yang tak bisa mengungkap tentang dirinya sendiri maka cara 'snooping' akan membantu, jadi mengajak Ji Ho untuk
memeriksanya. Ji Ho pun memula dari bagian TV, Sung Oh
melihat kearah jendela.
Sementara Sung Oh di kantor terlihat banyak melongkapi
pertanyaan, tanpa menjawabnya dan sudah membalik lembaran belakangnya. Prof Bae
menatap Sung Oh yang banyak tak menjawab pertanyaanya.
Soo Hyun masuk ke kamar tidur banyak poster film, lalu
bertanya pada Ji Ho apakah ada kesamaan dari film-film yang ada dikamar. Ji Ho
mengatakan tak tahu. Soo Hyun menyindir Ji Ho untuk lebih belajar lagi. Ji Ho
melihat poster-poster sambil berpikir.
Prof Bae masih melihat Sung Oh yang menuliskan jawabnya.
“Hal yang sangat ingin aku
lakukan” Sung Oh menjawab Tidak
ada. “Hal yang merupakan kesalahanku ketika kecil” Sung oh pun menjawab Tidak
ada. “Kenangan yang paling diingat ketika kau kecil” Sung Oh sempat menatap Prof Bae sebelum menjawabnya,
menuliskan [Pintu
lemari...]
Soo Hyun membuka pintu lemari, melihat ada bantal didalam
lemari. Sung Oh masih menuliskan jawabnya [Sinar matahari yang berkilauan dari celah-celah pintu lemari] Soo Hyun melihat action figure yang ada didekat jendela
sambil bergumam nama yang dikenalnya “Jedi, Yoda, R2D2, Chewbacca.” Ponsel Soo Hyun berdering, Prof Bae memberitahu tentang
Sung Oh.
Hye Rim baru turun ke lantai dua, melihat Ji Ho membawa
kotak barang dan bertanya apa yang sedang dilakukanya. Ji Ho memberitahu Soo
Hyun menyuruh mulai membereskan barang-barang
di pusat konseling dan mengeluarkan barang-barang
pentingnya terlebih dulu.
“Apa pusat konseling... benar-benar akan ditutup?” tanya Hye Rim khawatir
“Benar. Tapi, jangan khawatir. Walaupun ditutup, aku akan datang menemuimu setiap hari.” Ucap Ji Ho lalu turun ke lantai satu.
Soo Hyun menatap sedih ke lorong teringat saat wawancara
Soo Hyun mengaku sedikit tertarik padanya, ketika Soo Hyun mendesaknya ke dinding lalu membuat
jarak wajahnya sangat dekat lalu bertanya apa yan diinginkanya.
Ketika mewawancari Ma Ri dengan memegang tanganya untuk Jangan
gugup karena akan membantunya, dan memujinya ketika mengunakan earphone kalau
dirinya sangat cantik. Hye Rim menahan air matanya lalu melihat ponselnya
terlihat foto Soo Hyun yang memakan ceker ayam. Air matanya menetes lalu
menyadarkan dirinya yang seharusnya tak perlu sedih tapi tetap saja sedih.
Soo Hyun bertemu dengan Sung Oh diruang konsultasi lalu
bertanya apakah ia menyukai Star Wars karena dikamarnya melihat action figure
yang di pajang. Sung Oh membenarkanya, Soo Hyun bertanya adegan apa yang paling
disukainya. Sung Oh mengaku menyukai semua adegan dalam film.
“Adegan yang paling ku sukai adalah saat Darth Vader mengungkapkan identitas
sebenarnya. Terutama
saat dia bilang "I
am your father."” Kata Soo Hyun
“Aku tidak menyukainya... Darth Vader... dia penjahat.” Ucap Sung Oh
“Jadi Karena itu, kenapa hanya patung Darth Vader yang tidak ada?” tanya Soo Hyun, Sung Oh hanya bisa tertunduk diam.
“Anggap saja kau adalah produser film tersebut. Menurutmu, apa yang akan membuatnya jadi penjahat?” tanya Soo Hyun
Sung Oh mengatakan ia kejam, Soo Hyun bertanya siapa yang
dimaksud. Sung Oh tak menjawabnya, Soo Hyun menyimpulkan Sung Oh tidak
ingin memberitahukanya. Sung Oh tetap saja
diam, Soo Hyun pun membiarkan lakukan yang dinginkan Sung Oh lalu bersandar di
kursi. Sung Oh tetap saja diam.
Akhirnya Soo Hyun memilih untuk membaca buku. Sung Oh menatap
Soo Hyun yang masih menunggunya. Sampai pukul empat kurang, Sung Oh belum juga
membuka mulutnya dan Soo Hyun hampir tertidur dikursinya. Tepat jam empat, Soo
Hyun melihat waktu mereka sudah habis.
Sung Oh terlihat panik karena mereka sudah selesai
konsultasi, Soo Hyun menunjuk ke arah jam dinding sudah satu jam jadi menyuruh
Sung Oh membayar 70rb won untuk biaya konsultasi segera keluar ruangan. Sung Oh
protes karena Soo Hyun bahkan tak berbicara apapun mengenai masalahnya.
“Aku hanyalah orang yang berusaha membantumu. Tapi kalau kau tidak mengatakan
apa-apa padaku,
aku tidak bisa membantumu.” Jelas Soo Hyun lalu
pamit pergi.
“Ayahku.....” ucap Sung Oh akhirnya membuka mulutnya, Soo Hyun
pun kembali duduk didepan pasienya.
“Ayahku... juga punya kebiasaan saat mabuk. Setiap malam, dia akan pulang dengan keadaan mabuk dan membangunkan kami, walaupun kami sedang tidur. Lalu dia akan membariskan kami dan bertanya... pelajaran apa yang kami dapat
hari itu. "Jika sains, katakan sains. Jika matematika, katakan matematika. Beri tahu aku
semuanya." Jika
kami ragu-ragu sedikit saja... maka dia
akan menampar kami.” Cerita Sung Oh
Sung Oh masih kejadian teriakan ayahnya yang mabuk
memukul kakaknya laki-laki dan perempuan lalu ia yan masih kecil. Bahkan sampai
menendang kakak tertua Sung Oh, tanpa rasa malu pun mengumpat marah.
“Setiap hari rasanya seperti mimpi
buruk. Aku akan
ketakutan, tidak bisa tidur, bertanya-tanya
kapan ayahku akan pulang... dan
saat aku mendengar pintu terbuka... kakiku
akan gemetar.” Cerita Sung Oh menahan tangis.
Sung Oh ingat saat masih kecil bersembunyi dalam lemari
pakaian, tapi sang ayah bisa menemukanya lalu menyeretnya keluar dan
mendorongnya ke ruang tengah, ibunya ingin menahan sang suami tapi malah kenapa
pukul juga. Ayahnya langsung menyeret Sung Oh ke dapur, dan kali ini yang kena
pukulan ada ibu Sung Oh dan melempari dengan semua peralatan makan.
“Bersembunyi pun
tidak ada gunanya. Dia akan mencari kami ke seluruh rumah dan memukuli kami. Dan jika dia masih
belum puas memukul kami...maka Dia akan pergi ke
dapur...dan memukuli ibu, menyalahkannya karena tidak mendidik kami
dengan baik.”
“Sejak itu, aku tidak ingin pergi ke sekolah...dan membenci
nasi bekal... aku
bahkan membenci pertanyaan tentang
pelajaran yang kusukai... Aku
ingin... membunuh
ayahku. Jadi, aku
langsung meninggalkan rumah
setelah berumur 20. Aku...
aku tidak akan pernah... Aku
tidak akan pernah memaafkannya!” cerita Sung Oh sambil
menangis. Soo Hyun hanya menatap Sung Oh seperti merasakan penderitaan yang di simpanya
selama ini.
Sung Oh duduk di bawah pohon tanpa daun dengan mengingat
percakapannya dengan Soo Hyun. Soo Hyun bertanya apaka Sung Oh ingin bertemu
dengan ayahnya sekali saja, Sung Oh menolaknya.
“Aku tidak menyuruhmu untuk memperbaiki hubungan dengannya. Aku mengatakan ini untuk
kebaikanmu Kalau kau
tidak menemuinya secara langsung, kau
tidak akan bisa mengatasi trauma ini. Kau
akan membawa beban ini
selama hidupmu.” Jelas Soo Hyun
Langit berganti menjadi gelap, Sung Oh masih duduk bahkan
sampai tertidur lalu terbangun setelah merenungi kata-kata Soo Hyun. Beberapa
saat kemudian Soo Hyun datang, Sung Oh pun berdiri dari tempat duduknya.
Soo
Hyun membawa Sung Oh ke sebuah ruangan, Sung Oh sempat terdiam didepan pintu,
perlahan berjalan masuk ke dalam ruangan. Terdengar suara bunyi alat detak jantung, seorang pria
tertidur yang mengunakan alat bantu nafas. Sung Oh melihat ayahnya yang tak
berdaya, tiba-tiba sang ayah terbatuk sangat keras, wajah Sung Oh panik menatap
Soo Hyun seperti tak tahu yang harus dilakukan. Soo Hyun menekan bel untuk
memanggil dokter.
Dokter dan perawat datang memeriksa ayahnya, Sung Oh
bertanya kenapa keadaan ayahnya seperti itu. Dokter memberitahu kondisinya
semakin buruk dan meminta agar mengawasinya lalu keluar ruangan. Sung Oh
mulai menangis melihat ayahnya yang
terus saja batuk. Ayahnya berhenti batuk dengan nafas tersengal-sengal
mengetahui Sung Oh yang datang mengucapkan permintaan maafnya.
“Kau minta maaf untuk apa? Jangan berpura-pura menyedihkan seperti itu. Kau kira aku akan memaafkanmu?” teriak Sung Oh melihat ayahnya yang sudah mengeluarkan
darah dari mulutnya.
“Aku tidak akan pernah
memaafkanmu! Mati
sajalah kau! ” jerit Sung Oh histeris duduk dilantai sambil menangis.
Soo Hyun membiarkan Sung Oh melampiaskan amarahnya setelah menahanya selama
bertahun-tahun.
Hye Rim menonton film horor dengan mata melotot tak ada
sedikitpun rasa ketakutan. Hye Rim masuk ke dalam rumah bertanya apakah Ji Ho mencium kakaknya, Hye Rim melirik sinis lalu menghela nafas. Yoo
Rim mengartika kalau jawabanya tidak, Hye Rim menyuruh adiknya agar Berhenti
berkata yang tidak-tidak.
“Apa yang kau rasakan pada Ji Ho?” tanya Yoo Rim duduk disamping kakaknya. Hye Rim kembali
menghela nafas
“Apa kau, barangkali, melihatnya sebagai seorang pria...” ucap Yoo Rim yang langsung dijawab dengan pukulan
bantal. Yoo Rim menjerit seharusnya sang kakak bisa mengucapkan kata-kata
dibanding memukulnya dan akan
beranjak pergi.
Tapi menyadari kakaknya tak seperti biasa menonton film
romantis setiap hari tapi
sekarang menonton film horor padahal dulu sangat takut. Hye Rim tetap menonton
film dengan mata melotot. Yoo Rim merasa lebih baik dibanding selalu mengeluh
setelah menonton film romantis.
“Apa maksudmu? Kapan aku begitu? Apa menonton film romantic itu suatu kejahatan?” teriak Hye Rim tak terima
“Siapa yang bilang begitu? Kenapa kau berlebihan sekali?” ucap Yoo Rim dan berjalan pergi, tapi kembali lagi
ingin menanyakan perasaan kakaknya pada Ji Ho, Hye Rim menjawabnya dengan
lemparan bantal.
Di depan sebuah gedung
Ji Ho memberitahu seseorang yang ada didalam adalah CEO
perusahaan yang mengembangkan sebuah permainan saat umur 23, dan memulai bisnisnya ketika masih muda. Selain itu
memiliki banyak gedung di jalan Gangnam dan benar-benar
sangat kaya.
“Kau yakin dia tidak punya banyak utang? Jika dia seorang pengusaha,
seharusnya dia
berkonsentrasi saja pada itu... untuk
apa dia membeli gedung juga?”keluh Soo Hyun
Di sebuah ruangan dengan pernak pernik games, seorang
pria kacamata menyambut Soo Hyun dan Ji Ho, melihat penampilan Soo Hyun
menurutnya seperti elf, Soo Hyun binggung siapa yang dimaksud elf. Pria itu
yakin Soo Hyun tidak tahu karena tidak pernah bermain game.
“Legolas dari Lord of the Rings adalah seorang elf. Tidak salah mengatakan kalau
kebanyakan game
fantasi berakar dari itu.” Jelas si pria, Soo Hyun
mengerti dengan senyuman dipaksa.
“Apa Anda menyukai gelas dengan gambar karakter? Kami biasanya menyediakan minuman untuk para tamu di sebuah cangkir dengan gambar
karakter yang
mirip dengan tamu itu. Karakter
apa yang ingin Anda...” ucap Si pria. Soo Hyu
langsung memotong
“Maaf. Tapi satu-satunya karakter
yang saya tahu
adalah Mickey Mouse.” Akui Soo Hyun,
“Itu terlalu kuno. Aku akan memberi kalian Legolas
dan Aragorn yang
cocok dengan wajah kalian.” Ucap Si Pria tak
peduli dengan pendapat Soo Hyun lalu menyiapkan minuman.
Soo Hyun berbisik pada Ji Ho kalau pria itu terlalu
seenaknya jadi lebih baik cari kandidat yang lain.
Ji Ho merasa pria itu bukan seenaknya tapi ramah, menurutnya menyenangkan bertemu dengan CEO yang rendah hati. Soo Hyun melihat pria itu hanya berakting agar terlihat
baik bahkan pakaianya disamakan dengan gaya berpakaian Steve Jobs, menurutnya
itu palsu dan orang yang tak jujur jadi meminta Ji Ho mencari yang lain. Ji Ho
hanya bisa menghela nafas panjang.
Yoo Rim melihat Ji Ho yang baru datang, membahas kalau ia
belum memberikan kecupan untuk kakaknya, berkomenta kalau kakaknya itu tak
pernah melihat Ji Ho sebagai pria. Ji Ho menegaskan karena alasan itu ingin
memberikan kecupa pada Hye Rim. Yoo Rim panik saat Ji Ho ingi masuk cafe dan
langsung menyuruh tak melakukanya.
Ji Ho binggung, Yoo Rim mencari alasan kakaknya belum menggosok giginya tadi pagi. Ji Ho merasa tak peduli, Yoo Rim kembali mencegahnya
dengan memberitahu kakaknya yang tidak mencuci muka. Ji Ho pikir pun tak masalah dan ingin masuk, Yoo Rim
kembali menahanya.
“Sebenarnya... kakakku tidak menyukainya. Dia hanya menyukai ciuman yang sesungguhnya.” Kata Yoo Rim
“Ciuman yang sesungguhnya? Aku belum pernah melakukannya...” ucap Ji Ho binggung
“Karena itu... banyak yang harus
kau ketahui dulu
sebelum melakukannya. Mau
aku ajarkan?” kata Yoo Rim menawarkan diri, Ji Ho pun
langsung setuju.
Yoo Rim menarik syal Ji Ho, sambil memberitahukan
tahapannya yang pertama adalah memeriksa kondisi bibirnya sendiri, apabila ada yang kering maka segera hilangkan. Lalu
yang kedua adalah menempelkan bibirnya, dan memberika
tips ketika berciuman tidak
bisa menarik atau menekan
bibirnya terlalu kuat.
Ji Ho terlihat kaget ketika Yoo Rim mulai menyandarkan di
dinding, Yoo Rim yakin Ji Ho sudah mengerti jadi sekarang akan langsung
praktek, dengan tangan memegang lehernya dan langsung menciumnya. Ji Ho yang
kaget sempat memukul lengan Yoo Rim untuk melepaskanya. Tapi Yoo Rim terus menciumnya,
sampai akhirnya Ji Ho menikmati dengan menutup matanya dan membalika keadaan
dengan menyandarkan Yoo Rim dinding, Yoo Rim melotot karena Ji Ho membalas
ciumannya.
Soo Hyun melihat CV dari seorang pria, merasa tak percaya
Seorang profesor teknik mesin,
menurutnya pria itu pasti kutu buku. Ji Ho mengingatkan Soo Hyun itu juga seorang profesor.
Soo Hyun mengertakan giginya dengan kesal. Ji Ho pun hanya diam.
Tak sengaja Soo Hyun melihat bibir Ji Ho yang bengkak,
dan menduga asistennya itu sudah menggigit-gigiti kulit keringnya dibagian bibirnya. Ji Ho membenarkan dan mengaku orang
lain yang sudah melakukanya. Soo Hyun binggung dengan jawabanya, Ji Ho memilih
tak membahas dengan mengalihkan kalau mereka sudah sampai.
Seorang Prof Jo Won Gook menyambut Soo Hyun dan Ji Ho yang baru datang. Ketiganya
pun duduk bersama, Prof Jo mengaku tak terlalu pantas tapi Ji Ho yng terus
memintanya jadi menyetujuinya.
“Dia sangat baik, kan? Tidak ada cela, kan? Jika kau juga menolaknya, kita tidak punya orang lagi.” Gumam Ji Ho seperti berbicara dengan Soo Hyun.
“Tapi, ehm... saya penasaran
kenapa seorang
profesor teknik mesin memutuskan untuk
ikut serta dalam penelitian ini.” tanya Soo
Hyun
“Saya memiliki sebuah proyek di
mana saya
harus membuat mesin dengan
menggunakan prinsip psikologis. Tapi
untuk proyek itu, sangat penting untuk bisa
mengerti apa yang wanita pikirkan jadi
saya memutuskan untuk ikut
serta dalam penelitian ini.” jelas Prof Jo
Soo Hyun mengerti lalu melihat nilai dari Prof Jo dalam
bayanganya, mulai Kepribadian, penampilan, karakter hasilnya 100 poin. Prof Jo bertanya apakah ada sesuatu yang tak disukai
Soo Hyun darinya. Soo Hyun mengelengkan kepala menurutnya Prof Jo terlihat
sempurna. Prof Jo merendahkan hati lalu bertanya apakah ia bisa ikut dalam
penelitianya, Soo Hyun menyetujinya walaupun terlihat senyuman dipaksa.
Prof Jo masuk ke dalam cafe, Hye Rim melihat tamu yang
datang menyapa dengan ramah. Prof Jo pun membalas dengan anggukan, lalu
berjalan dan masuk ke dalam ruangan konsulatasi yang dibuat Hye Rim untuk
meramal. Hye Rim datang membawa gelas minum bertanya apakah ia ingin memesan
atau menunggu yang lain, Prof Jo mengaku hanya datang sendirian.
“Sebenarnya... Aku dengar kita bisa diramal di
kafe ini.” ucap Prof Jo, Hye Rim pun dengan senang
hati memperkenalkanya sebagai peramal lalu bertanya apakah Prof Ji ingin
diramal.
Diruanganya, Soo Hyun gelisah apakah Prof Jo sudah
bertemu atau belum sambil menatap ponselnya. Akhirnya ia memutar ruanganya lalu
bersandar di mejanya dan mengirimkan pesan pada Prof Jo. Ponsel Prof Jo pun
berbunyi, Prof Jo membaca pesan dari Soo Hyun “Apa Anda
sudah bertemu dengan Go
Hye Rim.
Prof Jo pun bertanya nama peramal yang duduk didepanya,
Hye Rim pun mengenalkan namanya. Prof Jo tak menyangka berpikir kalau seorang
peramal biasanya sudah tua tapi ternyata masih muda. Hye Rim tersipu malu
mendengar pujianya, lalu bertanya apa yang ingin diramalnya. Prof Jo berpikir
sejenak.
Hye Rim bisa menebak itu ramalan cinta, Prof Jo tak
percaya Hye Rim bisa mengetahuinya. Hye Rim mengaku bukan dia yang
mengetahuinya tapi Marie Antoinette yang memberi tahu, lalu mulai melakukan triknya dengan menutupi wajahnya
dengan kipas dan berbicara dalam bahasa Prancis.
Prof Jo tiba-tiba bisa membalas ucapanya dengan bahasa
inggris, Hye Rim melotot kaget klienya bisa mengetahui bahasa prancis, Prof Jo
mengetahui Hye Rim sedang berbicara tentang Paris dengan Marie Antoinette, Hye Rim membenarkan lalu mencoba mengajak bicara bahasa
spanyol, Prof Jo dengan lancar membalasnya.
“Anda juga bisa bahasa Spanyol! Bahasa apa lagi yang Anda bias selain Prancis dan Spanyol?” tanya Hye Rim,
“Sedikit Bahasa Italia dan sedikit Bahasa Jepang.” Kata Prof Jo
Hye Rim pun membuka kembali kipasnya dengan mengunakan
bahasa jerman, Prof Jo terlihat binggung. Hye Rim memberitahu ia mengunakan
bahasa jerman, Karena Marie Antoinette berasal dari Austria dan sedang memikirkan kampung
halamannya, jadi berbicara
dengan Bahasa Jerman. Prof Jo mengangguk mengerti, Hye Rim pun mulai
mengunakan bahasa jermanya.
“Anda merasa kesepian, kan?” ucap Hye Rim mulai menebak, Prof Jo pun mengaku memang
sedikit merasakan itu.
“Dan Anda tidak memiliki kekasih.” Kata Hye Rim. Prof Jo merasa takjub Hye Rim bisa
mengetahuinya.
“Tapi Anda akan segera
mendapatkannya. Yang
sangat cantik, lucu...” ucap Hye Rim terhenti
karena bunyi telp dari ponsel Prof Jo.
Prof Jo melihat pesan dari Soo Hyun lagi “Tolong berikan
balasan. Apakah Anda sudah bertemu dengannya? Bagaimana
tanggapannya? Baik?” ia pun
meminta waktu karena harus membalas pesan, lalu mengetik “Saya sedang bersamanya
dan akan menghubungi jika
sudah selesai.”
“Setelah selesai? Kau harus
melaporkannya sekarang
juga! Ini adalah penelitian!” jerit Soo Hyun kesal
membaca pesan balasan dari Prof Jo
Hye Rim kembali menebak Prof Jo orang yang sangat sibuk. Prof Jo menyangkalnya, lalu memuji suara Hye Rim yang
terdengar sangat indah seperti nyanyian burung. Hye Rim tersenyum karena sudah banyak orang yang berkomentar
seperti itu lalu berkomentar Prof Jo tidak terlalu buruk.
“Aku biasanya tidak menyukai
akademisi karena
mereka sangat sombong tapi
Anda sangat pemalu. Seperti
anak laki-laki.” Komentar Hye Rim. Prof Jo
tersenyum mendapatkan pujian,
“Aku sebenarnya agak pendiam, tapi saat bersama Anda...” kata Prof Jo dan terhenti kembali karena pesan Soo Hyun
masuk lagi. “Tolong kirimkan
pesan setidaknya "ya" atau
"tidak".”
Prof Jo pun meminta maaf kembali karena harus membalas
pesannya, “Saya sudah bilang akan menghubungi setelah
selesai.Karena pesan Anda yang terus-terusan akan menjadi
gangguan."
“Gangguan? Kenapa aku harus melakukan itu? Hah?” jerit Soo Hyun makin kesal
Hye Rim mengantar Prof Jo sampai ke depan cafe, Prof Jo
mengucapkan terimakasih karena berkat Hye Rim membuatnya merasa
lebih baik.Hye Rim mengaku hanya
mengatakan apa yang
dikatakan Marie Antoinette Dari
kampung halamannya di Austria.
“Jika tidak mengganggu, boleh aku datang untuk menemui Anda lagi?” kata Prof Jo
“Tentu saja boleh! Jika Anda dating tiga kali, yang keempat kali
gratis!” ucap Hye Rim dengan senang hati
“Ehm... apa Anda... menyukai film?” tanya Prof Jo blak-blakan, Hye Rim terkejut mendapat
pertanyaan itu.
“Seorang sutradara kenalanku meluncurkan filmnya besok. Jika tidak keberatan, apa Anda mau datang bersamaku?” ucap Prof Jo mengajak Hye Rim menonton
Hye Rim binggung dengan ajakan Prof Jo tiba-tiba, Prof Jo
pikir kalau memang merasa keberatan, Hye Rim bisa menolaknya. Hye Rim mengaku ingin menonton tapi menurutnya terlalu
tiba-tiba, Prof Jo memberitkan kartu nama membiarkan Hye Rim memikirkanya setelah
itu boleh menghubunginya lalu pamit pergi.
Hye Rim melihat kartu nama yang ada ditanganya Universitas
Dong Hwa Profesor
Jo Won Gook, dengan helaan nafas menaruhnya diatas
meja, lalu mengeluarkan lembaran kertas dari amplop coklat, Surat
Penghentian Karyawan. Akhirnya memilih untuk
menelp Prof Jo.
Ji Ho menyapa Hye Rim saat masuk ke dalam cafe, Hye Rim
melihat Ji Ho langsung menghampirinya dan memberikan amplop coklat agar
diberikan pada Soo Hyun, Ji Ho bertanya surat apa itu, lalu terkesima melihat
Hye Rim sangat cantik hari ini.
Hye Rim mengaku akan pergi dengan seseorang, Ji Ho ingin
tahu siapa tapi Hye Rim merahasiakanya kalau itu hanya seseorang. Ji Ho menebak
ada prof yang datang ke tempat itu. Hye Rim binggung Ji Ho bisa mengetahuinya,
Ji Ho tak bisa menjawabnya.
Soo Hyun baru saja mengambil cafe, Ji Ho datang
memberitahu subjek Pria
A jauh lebih hebat
daripada yang mereka bayangkan. Soo Hyun tak mengerti, Ji Ho menceritakan Prof Jo akan bertemu
dengan Hye Rim Noona hari ini dan waktunya Hanya
sehari setelah bertemu. Soo Hyun tertunduk
memikirkan progres yang dilakukan Prof Jo sangat cepat.
“Apa mungkin kita memasangkannya dengan yang terlalu baik?” ucap Ji Ho khawatir
“Tidak apa-apa. Dia juga mungkin akan memilih pria berumur 30-an. Kalau dia memilihnya, hipotesisku akan terbukti...” kata Soo Hyun berusaha untuk santai
“Walaupun begitu... ini terlalu tiba-tiba. Dia berdandan sangat cantik, bahkan memakai makeup.” Ucap Ji Ho tak setuju
“Tenang. Sekarang, yang kita
perlukan adalah bersikap
selayaknya pengawas...” jelas Soo Hyun
Ji Ho merasa saat Soo Hyun masih
ikut dalam penelitian, tidak
ada hal besar yang terjadi dan menyesali Soo Hyun
harus mundur dari
penelitian, lalu menaruh amplop diatas meja. Soo
Hyun bertanya apa itu, Ji Ho dengan wajah lesu mengaku tak tahu karena Hye Rim
hanya menyuruh untuk memberikanya lalu pergi.
Soo Hyun melihat surat penghentian karyawan dan sudah
ditanda tangani, teringat kembali kata-kata Hye Rim saat menerima surat itu
darinya. “Saat aku
merasa kau tidak memerlukanku lagi, aku
akan berhenti dengan senang hati.”
Wajah Soo Hyun langsung panik dan menelp Prof Jo ingin
tahu mencari tahu apa ia berencana bertemu dengan Go Hye
Rim lagi, ternyata Prof Jo sudah bertemu, Soo Hyun dengan senyuman
dipaksa memuji itu bagus. Dengan alasan ingin menulis di
jurnal penelitian, jadi ingin tahu dimana dan
kapan mereka akan bertemu.
Prof Jo dan Hye Rim sudah membeli tiket bioskop, Soo Hyun
menutup wajahnya dengan syal dan kacamata langsung memesan dengan kursi tetap
dibelakangnya.
Keduanya sudah duduk didalam bioskop, Hye Rim menceritakan
sangat menyukai film sutradara dan bertanya apakah itu temanya, Prof Jo
mengaku sama-sama mengikuti klub film sewaktu kuliah dengan sutradara itu. Hye Rim terlihat bahagia karena
memiliki kesamaan dengan mengikuti klub drama ketika kuliah.
Prof Jo pun ingin berbicara tapi kaki Soo Hyun sengaja
menendang bangku depan dan berpura-pura mengikat sepatunya. Hye Rim melirik, Prof
Jo pun melanjutkan pembicaranya, kalau mereka memiliki
banyak kesamaan dan bertanya film apa yang
disukai Hye Rim. Hye Rim menceritakan menyukai Film
romantis, seperti "Love Actually." Prof Jo pun
sangat menyukainya, Soo Hyun sengaja menendang bangku Hye Rim dan buru-buru
keluar bioskop.
Setelah menonton, Prof Jo mengajak Hye Rim pergi makan
disebuah gedung, dengan syal dan kacamata hitamnya Soo Hyun tetap mengamatinya
dari jauh, terlihat Hye Rim tertawa saat Prof Jo berbicara, Soo Hyun terlihat
menahan rasa kesalnya dengan melipa tanganya didada.
Pelayan ingin membawakan pesanan kopi untuk keduanya, Soo
Hyun sengaja berjalan menyenggol tubuh si pelayan akhirnya air putih yang ada dinampan tumpah mengenai
celana Prof Jo. Soo Hyun dengan santai mengucapkan permintaan maaf lalu pergi
masuk ke dalam toilet.
Beberapa saat kemudian, Prof Jo meminta bill pada pelayan
begitu juga Soo Hyun karena tak ingin hilang dari pengawasanya. Hye Rim kembali
tertawa mendengar Prof Jo yang menceritakan sesuatu. Wajah Soo Hyun yang
ditutupi syaler seperti semakin cemberut.
Prof Jo dan Hye Rim akan turun mengunakan lift, Soo Hyun
telat sedetik sebelum lift ditutup karena bertabrakan dengan wanita yang keluar
dari toilet, akhirnya ia berlari untuk
menuruni tangga sampai syalnya harus jatuh. Ketika didepan pintu, Hye Rim
sempat jatuh karena pria yang membawa box tanpa melihat didepannya ada orang.
Soo Hyun sempat sembunyi dibalik tembok dan langsung
mengikuti keduanya, terlihat Hye Rim dan Prof Jo jalan terburu-buru tanpa
menengok, bahkan saat mencapai belokan berlari bersama-sama dan masuk ke kantor
polisi. Soo Hyun binggung keduanya harus masuk ke kantor polisi.
Akhirnya Soo Hyun hanya menunggu diluar, dua polisi
keluar langsung meminta kartu identitas Soo Hyun, Soo Hyun binggung ketika
ingin menjelaskan, Hye Rim dan Prof Jo keluar dan ia pun harus membuang muka
agar tak terlihat. Soo Hyun ingin mengejarnya ketika tak jauh, Polisi menahan
Soo Hyun yang pergi dan meminta menunjukan kartu identitasnya. Soo Hyun tetap ingin mengikuti keduanya,
Polisi kembali menahanya dan mengajaknya masuk dulu ke kantor.
Soo Hyun keluar dengan wajah geram, lalu menelp Ji Ho
kalau ia akan kembali menjadi pria dari objek A, Ji Ho kaget mendengarnya. Soo
Hyun menyuruh Ji Ho mencari tahu dimana keberadan Prof Jo dan Hye Rim berada.
Prof Jo dan Hye Rim sedang ada dipelataran toko, Soo Hyun
yang datang tiba-tiba membuat Hye Rim ketakutan. Prof Jo pun memegang tangan
Hye Rim untuk melindunginya, bertanya siapa orang itu.
“Lepaskan tangan itu sekarang
juga!” teriak Soo Hyun dengan mata melotot setelah membuka
kacamatanya.
Hye Rim kaget ternyata pria yan dicurigainya itu adalah
Soo Hyun begitu juga Prof Jo. Soo Hyun menarik Hye Rim untuk pergi, Prof Jo
memanggil Soo Hyun, Hye Rim terhenti. Prof Jo bertanya apa yang sedang
dilakukan Soo Hyun sekarang. Hye Rim kaget keduanya saling mengenal, Soo Hyun
binggung karena penelitianya bisa terbongkar.
bersambung ke episode 7
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Sukaaaaa. .liat soo hyun cemburu kayak gitu. .kayaknya yg bakalan naik dipohon sambil teriak-teriak "i love you" bukan hye rim tapi Soo hyun. . Hahaha
BalasHapusSumpah luthu bget ...
BalasHapus