In Ha menghalangi Yoo Jung saat masuk apartement, karena
berniat untuk menginap dirumahnya sementara, sambil menyindir sudah diusir
dari apartmennya karena
ulah seseorang dan mengancam akan
memaksa untuk
tinggal di rumah Tuan Kim. Yoo Jung
mempersilahkan kalau memang In Ha mau ayahnya langsung membencinya.
“Kau harusnya menggunakan uang itu untuk membeli rumah yang
baru.” Kata Yoo Jung sinis
“Apa kau tahu dia memberiku uang?” jerit In Ha tak percaya
“Aku yang memintanya dan aku sudah tahu reaksimu akan seperti ini.” ungkap Yoo Jung sudah mengenal sifat In Ha
“Jadi, kau sengaja melakukan ini agar ayahmu kesal padaku?” jerit In Ha
“Akhirnya otakmu bisa berfungsi juga.” Sindir Yoo Jung, In Ha sempat ingin mengumpat tapi Yoo
Jung langsung memalingkan wajahnya.
In Ha mencari cara lain lagi, sambil mengangkat telpnya
mengatakan Hong Sul menelpnya hari ini lalu mengaku penasaran karena namanya
sangat familiar dan menduga kalau Hong Sul itu disukai oleh si pencundang
“Young Gon
“Aku sempat juga shock karena kupikir dia adalah pacarmu. Apa lagi rencanamu sekarang? Jika kau mau menyingkirkan wanita itu, kau bisa bilang saja. Menyingkirkan permen karet
seperti dia
adalah pekerjaan mudah bagiku. Jika
kau membiarkanku menginap, akan
ku bantu seperti yang dulu lagi.” Kata In Ha mengancam, Yoo Jung langsung mengambil
ponselnya dari tangan In Ha
“Kenapa kau mengambil ponselku?!” teriak In Ha, Yoo Jung menghalangi In Ha yang ingin
mengambil ponselnya
“Apa kau masih belum mengerti? Apa kau tak tahu siapa yang permen karet di sini?” tegas Yoo Jung denga mata mendelik marah
In Ha malah bertanya siapa orangnya, Yoo Jung menatap
penuh amarah, In Ha menduga kalau yang dimaksud itu dirinya dan tak terima
dirinya itu seperti permen karet. Yoo Jung menyuruh In Ha diam kalau memang sudah
tahu. In Ha menolak dan tak terima dianggap sebagai permen
karet, serta memperinngatkan Yoo Jung tak akan bisa
menyingkirkannya.
“Baiklah.....Semoga beruntung. Sekarang... aku sedang menahan emosiku
setelah melihat
masalah yang timbulkan hari ini. Sebaiknya
jangan datang
menemuiku lagi.” Tegas Yoo Jung mata
benar-benar marah, lalu membuka pintu dengan kartu dan menutup dengan cepat.
In Ha berteriak sambil membawa kopernya, Yoo Jung tak
peduli masuk ke dalam lift. In Ha terus berteriak mengedor pintu agar meminta
dibuka dan merasa tak bersalah.
Yoo Jung masuk ke dalam apartementnya sambil membaca
pesan-pesan yang sudah dikirimkan In Ha selama ini pada Young Gon, membuat jadi
masalah untuknya dengan Hong Sul.
“Kau
harus jujur dan mengakuinya Kenapa kau tak membelikannya hadiah??”
“Mungkin
kau akan sulit menemuinya saat liburan. Kenapa tak masuk
tempat lesnya saja?”
“Kau
tahu kan wanita itu suka jual mahal.
Hong Sul juga menyukaimu. Dia
hanya jual mahal saja. Jangan menyerah. Kalian sangat serasi.”
Yoo Jung menahan amarahnya sejenak sambil mengatur
nafasnya, setelah itu langsung membuang ponselnya ke tempat cuci piring dan
sengaja mengalirkan air diatasnya.
Hong Sul sedang mengetik tugas-tugas dalam laptopnya,
lalu terhenti sejenak karena sedang gundah memikirkan hubungannya dengan Yoo Jung.
“Apa Yoo Jung-sunbae
yang tahun lalu itu adalah wajahnya yang sebenarnya? Apa selama ini aku tertipu? Tapi, apa aku
sungguh ingin putus dengannya?” gumam Hong Sul galau.
Hong Sul melihat ponselnya kalau ujian tengah semester
tinggal 1 hari lagi, kembali mensugesti dirinya untuk tetap kuat menghadapi
semuanya lalu melanjutkan kembali mengerjakan tugasnya.
Pagi hari, Yoo Jung mempersiapkan bajunya untuk berkerja,
tiba-tiba terdiam memikirkan tentang hubungan dengan Hong Sul, ia pun mengambil
ponselnya dan menuliskan pesannya.
[Aku
rindu padamu. Soal yang
kemarin...] tapi ia menghapusnya dan mengantinya [Tak
usah marah lagi ya hari ini?] jarinya kembali
menghapusnya, dengan helaan nafas kebinggungan.
Hong Sul baru saja keluar dari rumah dengan topinya,
pesan masuk ke dalam ponselnya, Yoo Jung hanya menuliskan “Semangat
untuk ujiannya.” Hong Sul seperti tak peduli
memilih untuk berjalan pergi, In Ho sudah menunggu didepan rumah menyapa Hong
Sul yang akan pergi ke kampus. Hong Sul bertanya kenapa In Ho ada didepan
rumahnya pagi-pagi sekali. In Ho menyindir bukan hanya Hong Sul yang kuliah
lalu mengajak untuk pergi bersama.
“Kenapa wajahmu pucat begitu Ataukah
memang seperti itu, ya?” ejek In Ho
“Ya, wajahku memang sudah begini.” Kata Hong Sul tak bergairah untuk membalas candaan In
Ho. Akhirnya In Ho memberikan sebotol minuman berenergi.
“Ini adalah minuman yang manjur saat kau bertengkar dengan
pacarmu.” Kata In Ho, Hong Sul berhenti berjalan karena In Ho
bisa tahu tentang hubunganya.
“Jadi Kau melihat kami?” ucap Hong Sul berhenti berjalan, In Ho berpura-pura
tebakannya benar lalu memuji dirinya seperti paranormal saja. Hong Sul memilih untuk lebih dulu berjalan dengan
langkah cepat.
“Sudah kubilang, 'kan, Kau bisa membuat sungai Han yang baru dengan tangisanmu itu. Karena Aku sangat mengenal Yoo Jung. Jika kau beritahu aku apa masalahmu.....” ucap In Ho terus mengoceh dan disela oleh Hong Sul
“Aku sudah tahu apa yang akan kau katakan. Kau pasti bilang dia itu pria aneh dan Tegas In Ha kesal
In Ho membenarkan dan menganggap tak ada sisi baik dari
pria seperti Yoo Jung, Hong Sul dengan nada kesal pasti tanggapan In Ho seperti
itu lalu mengambil minuma dari tangan In Ho dan mengucapkan terimakasih atas
minumanya, dengan cepat meminumnya sambil berjalan. In Ho mengejarnya ingin
mengambil karena Hong Sul mengunakan bahasa Banmal padanya, mengatakan kalau
minuman itu sudah diludahi. Hong Sul tak peduli mengatakan minumanya sangat
enak, setelah itu mengembalikan bekas botolnya pada In Ho untuk membuangnya.
Hong Sul masuk kelas, Young Gon duduk disamping Min Soo
dengan lambaian tanganya mengoda Hong Sul dengan mengucapakan selamat ujian,
Hong Sul tak mengubrisnya memilih bangku ujian dibagian belakang. Young Gon pun
menurunkan tanganya merasa canggung karena Hong Sul tak membalas lambaian
tanganya.
Dengan senyuman licik, Young Gon memainkan ponselnya.
Hong Sul membaca pesan yang masuk ke dalam ponselnya “Apa Kau sudah putus dengan Yoo Jung?”
tulis Young Gon. Hong Sul melirik sinis dan Young Gon mengangkat dua jarinya
dengan wajah bahagia. Hong Sul memilih untuk membiarkan saja.
Young Gon kembali mengirimkan pesan, Hong Sul sempat
membacanya “Sudah kubilang, hanya aku
yang peduli padamu.” Matanya melirik dan Young Gon memperlihatkan ponselnya
yang berisi percakapanya dengan Yoo Jung. Hong Sul pun memilih untuk menaruh
ponselnya didalam tas agar tak terganggu.
Akhirnya Young Gon memilih untuk mengajak bicara Min Soo yang
belum meminta maaf pada Hong Sul tentang presentasi yang diambilnya. Min Soo
pikir untuk apa ia duluan yang meminta maaf karena tak berniat untuk menjiplak
dan juga menurutnya Hong Sul juga punya salah padanya. Young Gon kembali
menghasut Min Soo kalau itu sikap yang membuatnya tak bisa menang sambil
merangkulnya membisikan rencana bodohnya dengan memberitahu kelemahan Hong Sul
itu tak mau jadi pusat perhatian.
In Ho kembali memainkan musiknya dengan asal-asalan,
terikan Prof Shim membuatnya terkejut. In Ho mengaku hanya ingin bermain-main
saja karena merasa bosan bermain musik Hanon terus menerus. Prof Shim berjalan
mendekat dengan mata sinis, In Ho mengerti akan memainkan musik Hanon sampai
mati.
“Oh, bagaimana ini yah? Padahal aku mau bilang kau sudah bebas dari Hanon hari
ini.” ejek Prof Shim membawakan buku note ditanganya, In Ho
langsung mengambil dan memdekapnya didada.
“Musik ini Akan kumainkan, aku pasti akan berusaha dan bersungguh-sungguh.” Kata In Ho
Prof Shim mengejak In Ho tadi ingin memaikan musik Hanon
saja, In Ho mengeleng lalu melihat buku Not yang diberikan Prof Shim berjudul “Fur
Elise” dengan wajah kesal mengatakan kalau ia ingin memaikan
musik yang sebenarnya. Prof Shim menegaskan kalau musik itu menyenangkan dan
mengambil kembali buku Not-nya kalau memang In Ho tak ingin memaikanya.
In Ho langsung berlari mengejar Prof Shim yang akan
keluar ruangan, dan mengambil kembali buku Not sambil mengumpat Prof Shim yang
tua dan jahat, lalu mulai memaikan musi
Fur Elise yang bisa dimainkan oleh pemain piano pemula.
Ujian pun selesai, Eun Taek mendatangi Bo Ra menanyakan
ujianya, Bo Ra menceritakan Pertanyaannya susah sekali lalu bertanya balik. Eun Taek juga tak tahu hasilnya
yang penting bisa menjawab semuanya. Min Soo tiba-tiba datang mendekati Hong Sul
“Hong Sul... Tentang presentase
kemarin, aku minta
maaf, Aku hanya takjub melihat hasil penelitianmu saja, jadi... Kau mau menerima permintaan
maafku, 'kan?” kata Min Soo, Hong Sul melihat
gantungan ponsel yang diberikan Yoo Jung dipasang pada tas Min Soo.
“Entahlah... Aku bisa atau tidak memaafkan kau, Karena bukan hanya presentasi itu saja.” Ucap Hong Sul sinis
Min Soo merasa tak memilik kesalahan yang lain, lalu
mengadu pada Da Young kalau ia sudah meminta maaf dan mengejek Hong Sul pendendam sekali. Young Gon tersenyum puas membuat Hong Sul malu, Da
Young membela Min Soo kalau temanya itu sudah cukup mempermalukannya kemarin dan Teman yang lainya juga mengejek Hong Sul ternyata
wanita yang jahat bahkan berani menuduh
meniru gaya anehnya.
Teman satunya juga merasa kalau baju yang dipakain Hong Sul itu banyak
dijual dipinggir jalan. Min Soo
mengaku salah tentang presentasi tapi menurutnya mengenai pakaianya itu tak
terima dengan tuduhan Hong Sul. Da Young merasa Min Soo tak perlu memikirkan
dan meminta maaf, Hong Sul memilih untuk keluar kelas.
Bo Ra berteriak kalau permintaan maaf Min Soo itu tak
tulus, menurutnya keduanya tak tahu malu. Eun Taek dan Hong Sul menarik Bo Ra
agar tak adu mulut lagi. Da Young terlihat kesal lalu mengajak pacarnya untuk
makan siang bersama, Young Gon meminta maaf dan buru-buru keluar seperti ingin
mengejar Hong Sul kembali.
Da Young kesal melihat Young Gon yang pergi begitu saja,
Min Soo berkomentar Da Young pasti senang karena sudah memiliki pacar. Da Young pikir Min Soo juga punya pacar yang
tampan lalu bertanya apakah pria itu junior mereka. Min Soo nampak binggung
sambil sama-sama berjalan keluar dari kelas.
“Aku sudah melihatnya, foto pria yang jadi wallpaper ponselmu. Apa Dia bukan pacarmu?” tanya Da Young
“Dia... Ya, dia pacarku.” Kata Min Soo kembali berbohong
Dua teman dibelakang terlihat tak percaya dan penasaran
berapa umur dan bagaimana orangnya. Min Soo menceritakan pacarnya itu lebih
muda darinya, pria yang lucu yang
pernah dikenalnya dan mengatakan sangat menyukainya, sikapnya pun sangat baik.
Temanya meminta Min Soo memperlihatkan fotonya, Min Soo
menolak dan berjanji akan memperlihatkan nanti. Da Young memeluk Min Soo untuk
berjalan lebih dulu, menurutnya Min Soo takut pria itu direbut jadi tak ingin
memperlihatkanya, Min Soo menyangkalnya sambil tersenyum bahagai membiarkan Da
Young dkk keluar gedung lebih dulu.
“Yah~ aku tak berbohong sepenenuhnya, 'kan? Mungkin suatu saat nanti dia akan jadi pacarku.” Ucap Min Soo sambil menatap foto Hong Joon dalam
wallpapernya.
Hong Joon menendang pohon tanpa alasan, Ah Young menyuruh
Hong Joon untuk kerja di restoran saja kalau memang bosan bukan selalu datang
ke kampusnya. Hong Joon heran Ah Young mengatakan hal itu, seperti tak
menyukainya kalau datang. Ah Young menjelaskan kalau Hong Joon sudah menganggu konsentasinya
mengerjakan tugas jadi menyuruhnya pulang saja.
“Hei, Tangerine. Apa aku pindah kuliah di kampus ini saja, yah.. Lalu kita bisa keluar jalan seperti waktu SMA lagi.” Kata Hong Joon duduk disamping Ah Young
“Bukannya kau senang bias kuliah di luar negeri?” ejek Ah Young, Hong Joon mengaku karena sebelumnya
selalu berpikir Amerika adalah menjadi tempat yang menyenangkan tapi kenyatanya
tidak
“Selain itu aku terus merindukan seseorang yang ada di Korea. Saat aku kesepian, aku selalu memikirkanmu,
Tangerine.” Goda Hong Joon
“Berhenti memanggilku Tangerine. Kenapa aku jadi Tangerine?” keluh Ah Young,
“Kau kan memang Tangerine. Dari dulu kau tak pernah berubah, masih pendek saja. Bukannya kau senang punya pacar
yang memanggilmu
dengan "panggilan sayang?"” goda Hong
Joon, Ah Young tak membahasnya lagi.
Hong Joon pun ingin menelp kakaknya untuk mengajak
double date dan minta Yoo Jung mentraktir mereka. Ah Young pikir kalau Hong Joon terus
saja bercanda lebih baik pulang saja lalu membereskan buku-bukunya untuk pergi
ke perpus. Hong Joon menarik Ah Young agar menemaninya saja, Ah Young menyuruh
Hong Joon pulang saja, dengan senyumanya.
Young Gon mengendap-ngendap melihat Hong Sul di sela-sela
rak buku, Hong Sul sedang duduk sendirin belajar dalam perpustakaan. Young Gon
sengaja menaruh buku dibawah lalu mengambil gambar Hong Sul sedang belajar,
menurutnya Hong Sul memang wanita yang menarik dengan Wajahnya yang kecil dan matanya sangat indah.
Hong Sul pergi mencari buku-buku lainya, Young Gon pun
mengambil kesempatan dengan mencari-cari sesuatu diatas meja Hong Sul, lalu
menemukan agenda dan sengaja mengambil foto jadwal kuliah Hong Sul disemester
ini.
Tiba-tiba Hong Sul datang dengan suara berbisik
menanyakan apa yang dilakukan Young Gon di mejanya. Young Gon berpura-pura tak
mengetahui milik Hong Sul karena jatu dilantai. Hong Sul buru-buru memasukan
semua barang-barangnya dan keluar perpus. Young Gon mengejarnya tak ingin
subject kejahilannya pergi.
Young Gon meminta Hong Sul mendengarkan perkataanya lebih
dulu, Hong Sul dengan cepat berlari untuk menghindar. Young Gon akhirnya bisa
menariknya, Hong Sul dengan cepat ingin melepaskanya. Dibalik semak-semak, Eun
Taek dan Bo Ra sengaja merekam kejadian Young Gon yang selalu menganggu Hong Sul.
“Aku sudah memberitahumu siapa Yoo Jung yang sebenarnya. Sekarang kau sudah tahu pria mana yang baik itu.” Jerit Young Gon, Eun Taek melihat rekaman Video yang
dibuat Bo Ra meminta agar nanti dikirimkan padanya juga
“Apa kau pria baiknya? Kau pasti sudah gila.” Ejek Hong Sul kesal
“Aku sudah berubah. Sekarang Aku adalah pria populer di kampus dan Keluargaku juga kaya. Kau pasti mau jadi pacarku, 'kan?” goda Young Gon, In Ho datang melihat Bo Ra dan Eun Taek
diam-diam merekam sesuatu, Eun Taek langsung menarik In Ho dan membekap
mulutnya
“Aku akan memutuskn Da Young, karena aku hanya memanfaatkannya agar orang-orang menyukaiku dan Aku akan memutuskannya demi kau.” Kata Young Gon
“Apa Kau tahu... Kau pria yang sangat menyedihkan di mataku sekarang. Kau itu menyedihkan. Aku belum pernah melihat pria paling menyedihkan seperti kau ini.” Sindir Hong Sul
Bo Ra yakin sebentar lagi mereka akan berhasil, karena
tinggal menunggu Young Gon
marah. Young Gon ingin memegang tangan Hong Sul tapi
ditolaknya, amarahnya mulai naik dengan mengumpat Hong Sul rubah
sialan. In Ho ingin marah tapi Eun Tak dan Bo Ra langsung
menyuruh diam
Young Gon dengan percaya diri Hong Sul itu sebenarnya
ingin meminta agar dipeluk olehnya, lalu memaksa Hong Sul agar mau dipeluknya.
Hong Sul menjerit untuk melepaskanya. In Ho tak bisa lagi menahan amarahnya,
langsung keluar dari semak-semak. Young Gon pun berlari ketakutan.
Hong Sul bertanya apakah Bo Ra sudah merekam semaunya,
Eun Taek berteriak kesal karena In Ho sudah mengacaukan semuanya. In Ho
melonggo binggung setelah kembali karena tak bisa mengejar Eun Taek. Bo Ra
menyalahkan Eun Taek karena sudah mengacaukan semua rencana mereka.
In Ho mengikuti Hong Sul di perpustakanya, merasa tak
menyangka Hong Sul berani melakukan cara tadi, menurutnya Hong Sul sudah jadi pemberani sekarang. Hong Sul sedang membereskan buku di rak menyuruh In Ho
diam saja karena mereka sedang diperspustakaan.
“Apa Kau mau bukti? Lalu, kau mau dibuat apa bukti itu? Kau harusnya langsung membunuh pria macam itu, kau tahu itu’kan?”
ejek In Ho, Hong Sul menyuruh In Ho diam saja karena harus segera belajar
setelah menyusun buku-buku dan mengusirnya untuk pulang lebih dulu.
“Tidak akan, bahaya jika wanita pulang sendirian. Mungkin saja si gila itu akan kembali lagi? Kenapa kau tak belajar bela diri saja?” kata In Ho tapi menurutnya tak mungkin karena bisa
membuat tulang Hong Sul patah
In Ho menyuruh Hong Sul untuk membawa
senjata sajan dan akan membelikanya. Hong Sul menegaskan bisa
jaga diri dengan memukulnya
dengan buku tebal yang dipeganganya. In Ho mengejek
kalau itu hebat sekali, karena
Young Gon pasti di
bawa ke rumah sakit setelah itu.
Hong Sul sibuk mencari-cari rak buku dengan benar, In Ho
membantu sambil mengutarakan niatnya untuk menemani Hong Sul sepanjang
waktu jadi membuatnya tak
khawatir lagi. Hong Sul melihat In Ho yang menaruh buku
disembarang tempat, dengan kesal mengambilnya kembali dan menyusun dengan
benar.
Keduanya berjalan bersama keluar dari kampus, Hong Sul
mengatakan sudah memikirkan sesuatu, lalu menyarankan In Ho untuk ikut tes GED
yang bisa membuatnya bisa lanjut kuliah, dengan begitu juga bisa bermain piano.
In Ho langsung menolaknya, karena sudah tahu tak mungkin lulus dengan sifatnya
tak pernah serius belajar.
Hong Sul tak banyak komentar, In Ho melihat wajah Hong
Sul seperti banyak pertanyaan. Hong Sul memberanikan diri menanyakan tentang
kakak In Ho.
“Apa dia sangat dekat dengan Yoo Jung-sunbae?” tanya Hong Sul penasaran
“Kenapa kau terus menghubungkan dia dengan kakakku? Kau aneh sekali.” Keluh In Ho kesal
“Bukan begitu. Hanya saja, mereka mungkin pernah mempunyai hubungan serius.” Jelas Hong Sul
“Mereka hanya dekat saja dan tidak akan pernah pacaran, jadi tak perlu khawatir. Hidup itu dipenuhi dengan orang-orang negative, Begitulah kehidupan.” Ungkap In Ho ingin membuat Hong Sul tenang
“Kalian memang saudara yang mirip, bahkan mirip
sekali. Wajah
yang cantik dan sikap
blak-blakannya juga sama.” Komentar Hong Sul
In Ho menghentikan langkahnya, berusaha menyangkal mereka
berdua itu tak mirip, menurutnya sang kaka adalah
orang yang sangat menakutkan jadi memperingatkan
Hong Sul harus jauh-jauh dari kakaknya, apabila bertemu
dijalan maka harus cepat lari, kalau memang tak bisa
lari maka Hong Sul harus menjambaknya rambutnya, karena Orang yang menyerang pertama biasanya yang akan menang.
“Kau harus melawan, jika tidak kau bisa mati.” Ungkap In Ho, memperingatinya. Hong Sul pikir In Ho
hanya bercanda saja dan kembali berjalan, In Ho menegaskan dirinya tak bercanda
lalu terhenti karena ada pesan yang masuk, Hong Sul melihat wajah In Ho berubah
dan menghampirinya.
In Ho langsung berlari setelah menelp dengan menanyakan
keberadaanya, In Ha dengan kaca mata dan memagang kopi, terlihat sangat
kedinginan mengaku sekarang sudah menjadi gembel. In Ho pikir tak ada hubungan
denganya, In Ha meminta agar adiknya membawaakan koper kedalam rumahnya karena
sudah lapar. In Ho memilih untuk masuk
ke dalam rumahnya. Sang kakak pun akhirnya membawa sendiri kopernya
dengan badan gemetar karena kedinginan.
Di dalam rumah, In Ho akan membuatkan ramen kalau memang
kakaknya ingin makan, In Ha membuka kacamatanya dengan merasakan mual mencium
bau rumah adiknya, lalu melihat kamar adiknya yang kecil dan juga kamar mandi,
lalu bertanya-tanya apakah ada kecoak didalam rumah adiknya. In Ho melirik
sinis karena kakaknya masih saja mengejek padahal tak memiliki tempat tinggal.
“Kenapa kau kalem sekali hari ini? Dan Tidak berteriak-teriak seperti biasanya?” ejek In Ho sambil membuatkan ramen untuk kakaknya.
“Kau harus tahu, kita harus menjaga sikap untuk bertahan hidup. Tapi, aku tak bisa sesabar itu.” Ucap In Ha dengan melotot penuh dendam.
In Ho tahu sifat kakaknya yang benar-benar tak berubah,
In Ha melihat ada buku piano diatas meja, In Ho mengambil buku dari tangan
kakaknya meminta agar tak menyentuhnya. In Ha melihat adiknya kembali bermain
piano lagi, In Ho memberikan mie instan untuk kakaknya. In Ha dengan sengaja
menjatuhkan diatas buku piano adiknya dan berpura-pura tanganya keseleo, In Ho menjerit
kesal.
Kakaknya mengaku tak bisa makan ramen, In Ho hanya bisa
menahan amarah dengan mengambil tissue dan menyelamatkan buku yang ada dibawah
tak terkena siraman kuah ramyon. In Ha menyadarkan adiknya yang masih
menganggap dirinya jenius bahkan memiliki mimpi menjadi
pianis terkenal di dunia sambi mengambil bir didalam
kulkas
“Kau tak akan menetap di sini,
'kan? Kenapa
kau jadi seperti ini?” keluh In Ho
“Entahlah kenapa aku jadi seperti ini sekarang? Masa lalu begitu indah dulunya.” Ungkap In Ha menikmati bir diatas meja makan.
Flash Back
In Ho duduk diatas meja mengajak Yoo Jung untuk pergi
bermain ski. Yoo Jung menolak karena harus menghafal
pelajaran In Ho merasa Yoo Jung tak perlu seserius itu. Dua orang pria datang mengaku Bolpoin
yang dipinjamkan Yoo Jung hilang dan hanya
bisa mengembalikan tutupnya.
“Hei, kau keterlaluan sekali.” Jerit In Ho tak terima, Yoo Jung dengan santai tak
mempemasalhanya.
“Apanya yang tak masalah? Bukannya bolpoin itu barang yang berharga untukmu? Cepat ganti.” Perintah In Ho tak terima.
“Yoo Jung bilang kan tak apa, kenapa kau yang marah? Apa kau pikir bisa seenaknya karena kau sahabat Yoo Jung?” ejek si pria
“Kau sendiri siapa bisa seenaknya? Apa karena kau punya antek-antek? Aku tak menyangka gengster bisa sekolah di sini.” Balas In Ho
Yoo Jung memberhentikan adu mulut dan bisa menerima kalau
pulpenya hilang, Pria itu pun menyuruh In Ho diam saja karena Yoo Jung tak
merah sambil mengebrak meja pamit pergi.
“Kenapa kau mau seperti ini terus? Apa kau mau selalu mengalah? Dia pasti berbohong, dan mau menjualnya besok di internet. Apa kau tak marah?” keluh In Ho kesal melihat sikap Yoo Jung
“Aneh saja jika harus bertengkar karena bolpoin. Apalagi itu hanyalah bolpoin
biasa.” Kata Yoo Jung kembali duduk
“Apanya yang aneh? Ini Tidak aneh sama sekali!! Tapi Merekalah yang aneh. Jika kejadian tadi terulang, kau tak perlu sabar dan hajar
mereka. Aku tak
akan memberitahu ayahmu, oke?” kata In Ho
“Jadi Kau ingin aku melawan?” ucap Yoo Jung
“Tentu saja. Dia bukanlah apa-apa bagimu, lihatlah dirimu ini. Kau menyia-nyiakan kemampuanmu
saja. Hajar
mereka dan Tak perlu sabar lagi.” Tegas In Ho
Yoo Jung tiba-tiba menampar pipi In Ho dengan tangan
kirinya lalu tertawa. In Ho heran Yoo Jung melakukan itu padanya, Yoo Jung
mengatakan tadi In Ho menyuruh untuk menghajar. In Ho menjelaskan bukan dirinya
tapi anak-anak yang selalu memanfaatkanya. Yoo Jung tertawa bahagia karena bisa
merasakan untuk menampar orang, In Ho ikut tertawa tapi menyuruh Yoo Jung
melakukan pada orang lain bukan temanya.
Disebuah bukit, In Ha memainkan kembang api dan In Ho
memegang kembang api yang tertembak diudara. Yoo Jung datang melihat keduanya
yang sebelumnya sudah dicari-cari. In Ha merasa bahagia melihat Yoo Jung datang
menemukan tempat mereka main kembang api. Yoo Jung memperingatkan keduanya
kalau nanti ayahnya tahu.
In Ho mengejek Yoo Jung itu membosankan, padahal mereka
sedang liburan dan sekarang waktunya tidak perlu belajar, Yoo Jung merasa
keduanya beruntung sekali karena tak perlu melakukan hal apapun. In Ho mengajak
Yoo Jung bergabung saja karena hidup itu singkat seperti kembang api dan
menikmati hidup, lalu menunjuk kakaknya yang sudah gila karena kembang api.
“Hei.... Apa rencanamu sepuluh tahun lagi?” tanya Yoo Jung
“Mungkin bermain piano dan Kau mungkin akan meneruskan perusahaan ayahmu, lalu mungkin kita bias kabur dan bermain seperti ini. Tapi, Baek In Ha masalahnya. Dia tak memiliki masa depan.” Kata In Ho melihat kakaknya berputar-putar memainkan
kembang api
“Kenapa memangnya? Kita bahkan tak tahu tentang hari esoknya, 'kan? Tapi, apakah kita akan tetap bersama-sama begini?” kata In Ho lalu melihat kakaknya membuang sembarangan
bekas kembang api.
In Ho mulai menanam kembang api lain dalam tanah, lalu
bergantian dengan Yoo jung menyalakan kembang api dan terlihat ledakan kembang
api yang sangat indah dilangit. Terlihat tawa bahagia mereka dimasa liburan
sekolah walaupun hanya bermain kembang api.
In Ha tertidur dengan kacamata yang masih dipakainya dan
memegang ponslenya, In Ho membuka pintu melihat kakaknya tertidur pulas
walaupun dikasur yang kecil dan kamar yang sumpek, Perlahan menarik selimutnya
tapi melihat wajah kakaknya membuatnya langsung menutup sampai ke kepala.
Tapi ia pun tak tega dan kembali menurunkan selimutnya
lalu membuka kacamata yang digunakan kakaknya, dan kembali menutup wajah
kakaknya karena sangat kesal dan keluar dari kamar.
Yoo Jung masuk rumah menyalakan lampu, lalu terdiam
memikirkan masalahnya dengan Hong Sul dan mengingat kembali kata-kata terakhir
saat bertemu dengan Hong Sul “Aku sungguh tak
mengerti.. Aku selalu ingin mendekatimu. Tapi, entah kenapa tak bisa. Mungkin kita perlu
waktu.”
Yoo Jung mematikan lampu lalu menyalakan kembali,
berulang-ulang sambil bergumam “Pada awalnya, aku menyukai kau karena kita itu
mirip. Tapi, ternyata kita sangat
berbeda.” Akhirnya membiarkan
lampu ruanganya tak menyala dan ia masih berdiri didepan pintu masuk.
In Ha keluar dari kamar sambil menari-nari dan menyanyi
mengambil kotak corn flake untuk sarapan. In Ho sedang makan pisang di meja
makan heran melihat kakaknya berubah 180 derajat merasa ada sesuatu
mencurigakan, berpikir sudah mendapatkan lotre.
“Jika kau mau keluar, keluar saja sana, jangam rusak mood-ku.” Kata In Ha ketus
“Tak usah bermalas-malasan, belajarlah di akademi. Kau harus lulus dan bisa cari pekerjaan serta uang.” Teriak In Ho
In Ha menyuruh adiknya diam saja dan pergi, In Ho
menghabiskan pisang lalu berajak pergi dan menyuruh kakaknya untuk membersihkan
bekas makan diatas tempat tidurnya.
“Apa dia sudah tahu kesepakatanku dengan Yoo Jung? Bagaimana dia bisa tahu tentang
uang itu? Kenapa dia pandai sekali membaca ekspresi orang? Begitulah akibatnya menjadi orang yang baik.” Jerit In Ha lalu melihat ponselnya dan mengatakan akan
memulai rencananya
hari ini untuk Jung dengan mencari nama “Designer
Peanut.”
Jae Woo membeli sekotak minuman, In Ha datang membayar
dengan uang yang sudah dibentuk seperti bunga, sengaja memberikan suprise
dengan alasan janjinya akan mengembalikannya dan tak suka berhutang. Jae Woo menatap kebinggungan
“Kenapa? Apa Kau tak suka? Kau makan di tempat lain?” ucap In Ha mengoda, Jae Woo merasa bukan seperti itu.
“Kenapa? Apa kau tak mau makan denganku ini?” kata In Ha. Jae Woo semakin gugup menjawabnya
In Ha pun langsung mengajak Jae Woo pergi dan menariknya
keluar dari minimarket, lalu menanyakan apakah Jae Woo mengenal Young Gon dari
jurusan yang sama. Jae Woo ingat kemarin In Ha mencari
Yoo Jung, menurutnya In Ha itu memiliki banyak
kenalan dijurusanya. In Ha mengaku kalau hanya tahu namanya dari teman dan
hanya merasa penasaran.
“Young Gon sudah punya pacar.” Kata Jae Woo
“Jadi Dia sudah punya pacar? Dia ada di mana? Apa Kau bisa menemaniku?” ucap In Ha mengebu-gebu
“Aku tak dekat dengannya.” Kata Jae Woo, In Ha pikir Jae Woo bisa tahu tempat
biasa Young Gon nongkrong, seperti Restoran favorit
“Apa bias kita tak membicarakan dia? Dan Aku tak
akan terima ini, karena Perutku
jadi sakit.” Ucap Jae Woo memulangkan minuman yang
dibelikan In Ha dan melepaskan tanganya lalu pergi meninggalknya. In Ha
berteriak meminta tolong supaya Jae Woo memberitahukanya.
Young Gon sedang duduk bersama Da Young hanya memainkan
bukunya, Da Young meminta pacarnya untuk berKonsentrasi karena mereka Besok ada ujian. Young Gon mengerti walaupun terlihat sangat malas, pesan
masuk ke dalam ponselnya dan melihat bukan nomor yang dikenalnya.
“Sudah
lama, ya
tak bertemu...Kau masih ingat aku? Pacar
adalah Yoo Jung.”
“Pacar
Yoo Jung kan Hong Sul” balas Young Gon heran
“Aku
adalah pacar sungguhannya, kau ingat nomor lama Jung?” tulis In Ha
Young Gon tersenyum bahagia tak percaya kesempatan itu
kembali padanya, Da Young merasa Young Gon itu senang membuatnya marah, dan
meminta untuk memberikan ponselnya. Young Gon melarang wanita yang ikut campur
masalah wanita. Da Young tak mau tahu dan mendekati Young Gon, disisi lain In
Ha terlihat sinis bisa membuat Young Gon percaya.
“Dia masih pecundang. Nah, karena ini masih tahap satu, kita mulai dengan ini saja. Dan Yoo Jung, kau pasti syok melihat caraku ini...Karena aku adalah Baek In Ha!!!” jerit In Ha dengan mata liciknya.
Kyung Hwan melihat Hong Sul baru masuk kelas lalu menujuk
bangku dibelakangnya. Hong Sul melihat ada Yoo Jung duduk disana, Akhirnya
memilih untuk duduk didepan saja. Bo Ra heran kenapa mereka harus duduk
didepan. Eun Taek mendorong Bo Ra untuk cepat duduk saja karena tak peka dengan
situasinya.
Young Gon tersenyum puas karena bisa membuat keduanya
bertengkar, Kyung Hwan bertanya apakah Yoo Jung sedang bertengkar dengan Hong
Sul, Yoo Jung menyangkalnya. Do Hyun merasa keduanya itu sudah putus, Sang Chul
pikir tak akan ada orang yang mau berpacaran dengan wanita seperti Hong Sul,
menurutnya hanya Yoo Jung yang buta.
“Apa kalian bertengkar?” tanya Bo Ra penasaran, Hong Sul pun menyangkalnya. Bo
Ra yakin keduanya itu pasti sedang bertengkar.
“Kau Diam saja.... Kenapa kau ini tak peka sekali?” bisik Eun Taek agar Bo Ra tak banyak tanya.
“Aku mau beli kopi, Apa kalian mau juga?”
ucap Hong Sul mencoba mengalihkan pembicaraan, Bo Ra menolak karena takut nanti
ke kamar mandi saat ujian. Yoo Jung melihat Hong Sul yang pergi keluar ruangan.
Hong Sul pun menikmati minuman sendirian, berpikir tak
seharusnya menghindar dengan sikap seperti tadi.
Akhirnya ia menghabiskan kopinya dan akan kembali ke kelas. Yoo Jung lewat dan keduanya berpapasan tapi tak
menyapanya. Hong Sul melirik sinis karena Yoo Jung malah mendiamkan begitu
saja.
Sebelum kekelas, Hong Sul mencuci tanganya dengan wajah kesal karena Yoo Jung malah
mengabaikanya. Ia pun akan kembali kekelas dan melihat Yoo Jung sedang
menunggunya ditangga dan memberikan sekaleng minuman. Hong Sul menolak karena
sudah minum, Yoo Jung menariknya ketika Hong Sul akan menuruni tangga lalu
memeluknya dari belakang, seperti meluapkan rasa rindunya karena harus terpisah
dengan pacarnya.
bersambung ke episode 10
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Suka scene terakhir nya wkkkk
BalasHapusSemangat mba dee
Di tunggu kelanjutan nya
Katanya minggu depan gk tayang yah waaahh bakal lama nunggu kelanjutan nya
Gk pa2 ding tetap setia mnunggu hahaha
Dah q tunggu2 mb dee...... semangat ya ditunggu eps 10
BalasHapusMasa minggu depan ga tayang..... haduchhhh.... bakal kangen berat dong..
Yoo jung sunbae sweet banget sih....... suka suka banget
BalasHapusPalagi eps 11 ada bed kissnya makin ga sabar sebenere hehehe harus nunggu 2 minggu
Lanjutkan :)
BalasHapussuka bgd sma sinopsisnya mba, makasih yaa udah di buatin.. aku tunggu looh kelanjutaannya ..
BalasHapusmakin penasaran sma hubungan mereka . heheheh
Sukaaaa adegan terakhirnya. . ^_^
BalasHapus