Soo Hyun berjalan ke jendela melihat Ji Soo berdiri
disamping pohon, Ji Soo memberitahu Soo Hyun tak membalas pesanya. Hye Rim
ingin berbicara tapi Ji Ho tiba-tiba datang bertanya apa yang sedang
dilakukanya dengan wajah polosnya. Hye Rim rasa Ji Soo sudah tahu bahwa semua
ini dilakukan sama seperti eksperiment yang dilakukan Soo Hyun padanya jadi
menyuruhnya untuk cepat pergi saja.
Ji Soo pun pergi dengan wajah cemberut, Hye Rim
memerintahkan Ji Soo untuk mengirimkan pesan yang membuat Soo Hyun tak bisa
menolak, jari-jari Ji Soo mulai mengerti di ponselnya. Soo Hyun sibuk mengerti
membaca pesan Ji Soo “Dokter, aku akan menunggu sampai kau keluar. Aku mohon hanya sebentar.” Dengan percaya diri Ji Soo yakin Soo Hyun akan keluar
jadi Hye Rim tak perlu khawatir. Hye Rim tersenyum tapi dalam hatinya menjerit
agar Soo Hyun tak keluar dari kliniknya.
Soo Hyun keluar, Hye Rim buru-buru bersembunyi dibalik
pohon, Ji Soo tersenyum lebar melihat Soo Hyun datang menemuinya. Hye Rim
mengumpat kesal, Ji Soo mengaku sangat ingin bertemu dengan Soo Hyun karena
merindukanya. Soo Hyun menegaskan keluar itu bukan karena ingin menemuinya.
“Tapi tetap, kau keluar dari klinik, Jika Kau tidak
datang menemuiku maka membuatmu
khawatir ‘kan?” ucap Ji Soo yakin
“Maaf, tapi tidak sedikitpun aku
tertarik padamu Dan
juga, aku sudah punya wanita yang aku suka. Aku tidak akan jatuh cinta padamu
bahkan kalau kau mengirim 100 pesan atau menungguku semalaman. Jadi tolong pulanglah.” Tegas Soo Hyun
Ji Soo kaget dan Hye Rim tersenyum sumringah mendengarnya
karena Soo Hyun bisa membuatnya yakin kalau hanya memikirkan dirinya.
Soo Hyun masuk ke cafe, melihat dari jendela Hye Rim yang
sedang berbicara dengan Ji Soo terlihat sangat akrab.
Flash Back
Soo Hyun membaca pesan Ji Soo Aku menempuh waktu satu jam
untuk datang ke sini, aku mohon Hanya sebentar.”
Lalu melihat ke jendela setelah itu menelp Ji Ho untuk
menghampiri wanita di depan
kantor dan lihat apakah ada Hye Rim disana.
Ji Ho dengan wajah polosnya datang menemui Hye Rim
bertanya apa yang sedang dilakukanya, Hye Rim mengaku sedang melakukan
eksperimen pada Choi Soo Hyun dan menyuruhny cepat
pergi.
Dibawah tangga Ji Ho menelp Soo Hyun memberitahu Hye Rim bersembunyi di sebelah wanita itu. Soo Hyun bertanya sedang apa Hye Rim disana. Ji Ho mengaku tak tahu. Soo Hyun pikir Hye Rim
sedang melakukan
eksperimen padanya.
Ji Ho mengingat ancaman Hye Rim yang mencekik lehernya
kalau akan menguburmu
hidup-hidup kalau memberitahu atasanya. Dan mengatakan pada
Soo Hyun kalau ia tak tahu apa-apa. Soo Hyun pikir Ji Ho untuk memang tak tahu
apapun.
“Baiklah, Hye Rim, Aku akan
melakukan apa yang kau ingin aku lakukan.” Gumam So Hyun memandang sinis didepan jendela.
Soo Hyun turun dan langsung menegaskan dirinya tidak
tertarik pada Ji Soo, dengan lirikan matanya
dibelakang pohon mengatakan sudah
menyukai seorang wanita. Hye Rim pun tersenyum mendengarnya.
“Aku tidak akan jatuh cinta padamu
bahkan kalau kau mengirim 100 pesan atau menungguku semalaman. Jadi tolong pulanglah.” Tegas Soo Hyun dengan lirikan kearah Hye Rim yang
bersembunyi lalu meninggalkan Ji Soo.
“Yah...
aku suka ini..., sangat bagus untuk masalah 11 persen.” Gumam Soo Hyun bahagia bisa membuat Hye Rim percaya
padanya
Hye Rim tak sengaja melihat Prof Bae akan pulang, Prof
Bae yang akan pulang pun pamit dan akan bertemu kembali esok. Hye Rim akan
membawakan buku menu untuk pelangganya, Seung Chan datang dengan nafas
terengah-engah bertanya apakah Prof Bae sudah pulang. Hye Rim mengatakan baru
saja keluar dan bertanya kenapa Seung Chan mencarinya.
Seung Chan mengatakan syal milik Prof Bae tertinggal,
lalu berlari keluar cafe. Hye Rim melihat dari kaca Seung Chan yang memasangkan
syal ke leher Prof Bae, terlihat senyuman bahagia. Ia teringat dengan kertas
bucklet list yang dibuat Prof Bae, [1.
Menjadi sangat, sangat dekat pada Seung
Chan] lalu di rumah sakit sambil menyisir
rambutnya berlatih untuk menyapa Seung Chan yang akan datang menemuinya setelah
berkerja. Senyuman Hye Rim terlihat ikut bahagia karena Prof Bae bisa dekat
dengan Seung Chan.
Ji Ho membawa sekantung snack dalam satu bingkisan besar,
berharap Yoo Rim akan menyukainya dengan melirik ke lantai tiga. Dikamarnya,
Hye Rim bertanya apakah Yoo Rim mengetahui sesuatu, Yoo Rim bertanya apa yang
dimaksud kakaknya. Hye Rim memilih untuk tak membahasnya.
Keduanya sedang berolahraga saling tarik menarik, Yoo Rim
tak terima menurutnya sangat tak adil dan ingin kakaknya memberitahu kalau bisa
menjaga rahasia. Hye Rim melepaskan tanganya, bertanya lebih dulu apakah
adiknya mengenal Prof Bae yang ada diklinik. Yoo Rim mengangguk mengingat
dengan Prof itu.
“Aku pikir.... Dia
punya... perasaan pada Seung
Chan !” ucap Hye Rim, Yoo Rim menjerit mendengarkanya karena Jarak
usianya sangat jauh.
“Yeah... Aku pikir dia sudah salah
paham dan pasti menjadi seperti itu sekarang” bisik Hye Rim,
Yoo Rim malah merasa Seung Chan itu malah cukup
muda untuk jadi anaknya.
“Apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus membantunya atau tidak?” tanya Hye Rim
“Ahh...Bagaimana bisa membuat mereka
bersama? Apa kau
akan memasangkan aku dengan kakek jika dia bilang suka padaku?” ucap Yoo Rim tak setuju
Hye Rim pikir akan buruk juga apabila Seung Chan
mengetahui hal itu, Yoo Rim yakin itu sudah pasti jadi memutuskan mereka tak
boleh bicara pada siapapun tentang hal ini, menurutnya jika Prof Bae
tahu apa yang orang ketahui mengenai
dirinya maka dia akan sedih dan juga malu.
Hye Rim mengerti dan
berjanji tak akan memberitahu siapapun, jadi meminta adiknya tak membuka mulut
sedikitpun. Keduanya saling mengunci mulut mereka, didepan pintu rumah ada Ji
Ho yang melonggo, tak sengaja mendengar karena ingin membawakan snack untuk Yoo
Rim.
Ketika sampai dirumah, Ji Ho langsung melapor pada Soo
Hyun kalau Prof Bae itu menyukai Seung Chan. Soo Hyun sedang memegang cangkir
kopinya menjerit kaget. Ji Ho menceritakan sudah mendengar pembicaraan Hye Rim
dan Yoo Rim dirumahnya, yang mengatakan kalau Prof Bae sangat menyukai Seung
Chan.
Soo Hyun tak percaya lalu teringat saat dirumah sakit,
dengan wajah bahagia Prof Bae mengatakan ingin sekali berkencan seseorang. Ji
Ho membayangkan kalau itu sangat menjijikan. Soo Hyun langsung tak setuju
membela Prof Bae.
“Apa Kau pikir orang tua tidak boleh
menyukai orang yang lebih
muda? Dan kau
tahu, bagi Prof Bae menyukai
orang di usianya adalah berkah. Hal menyedihkan yang bisa terjadi jika seseorang berhenti merasakan
getaran karena semakin tua.” Tegas Soo Hyun, Ji Soo
hanya bisa diam.
“Tolong rahasiakan ini dan Jangan berani kau beritahu yang
lain.” Perintah Soo Hyun dengan mata melotot.
Soo Hyun datang ke klinik, melihat adiknya yang akan
pergi pagi-pagi sekali. Seung Chan
mengatakan akan berolahraga dengan Prof Bae, setelah itu akan sarapan bersama.
Soo Hyun bertanya apakah Seung Chan akan menganggapnya hanya berolahraga biasa saja. Seung Chan mengangguk.
“Lalu Kau akan makan apa?” tanya Soo Hyun
“Seperti biasanya, Ramen instan dan kimbap” kata Seung Chan, Soo Hyun mengomel adiknya makan
seperti itu.
Seung Chan pikir tak masalah karena Prof Bae menyukainya,
Soo Hyun mengeluarkan dompetnya dan memberikan adiknya uang 100rb won. Seung
Chan tersenyum melihat kakaknya yang memberikan uang. Soo yHyun menyuruh Seung
Chan mengajak Prof Bae makan yang lebih lezat jadi dia bisa
membuatnya lebih kuat.
Seung Chan bahagia dan bertanya bagaiamana dengan
sisanya, Soo Hyun menyuruh adiknya mengajak Prof Bae pergi ke cafe untuk makan
cake. Seung Chan mengangguk mengerti. Sebelum masuk kedalam ruanga, Soo Hyun
memperingatkan adiknya agar bersikap baik pad Prof Bae.
Di cafe
Prof Bae yang mendengar cerita kalau Soo Hyun yang
menyuruh makan dicafe merasa tak enak hati. Seung Chan pikir itu karena
kakaknya mengkhawatirkan Prof Bae setelah kejadian pingsan kemarin, dan tak
perlu memikirkannya karena kakaknya itu orang kaya.
Ia menawarkan kue strawberry miliknya, Prof Bae menolak
menyuruh Seung Chan memakannya saja. Seung Chan tetap ingin Prof Bae mencobanya
dengan menyuapi buah strawberry. Prof Bae tertunduk malu karena ada orang yang
melihat. Seung Chan tak peduli menyuruh Prof Bae cepat membuka mulutnya karena
lengannya lelah. Prof Bae menerima suapan Seung Chan dengan wajah tersipu malu.
Hye Rim melihat Seung Chan dan Prof Bae datang bersaman
lalu bertanya apakah keduanya baru saja makan bersama. Seung Chan membenarkan
dan menceritakan kakaknya yang menyuruh untuk memberikan nutisi pada Prof Bae,
lalu naik ke lantai dua. Hye Rim
berkomentar pada Prof Bae merasa senang melihat mereka berdua, Prof Bae
tak mengerti dengan komentar itu. Hye Rim pun dengan senyuman memberikan
semangat pada Prof Bae.
Seung Chan dan Prof Bae berjalan bersamaan masuk ke
klinik, Soo Hyun baru keluar dari ruangan melihat keduanya bertanya apakah
makaannya enak dan apakah adiknya menjaga Prof Bae dengan baik. Seung Chan
pikir sudah pasti dan menceritakan melayani Prof Bae layaknya seorang ratu.
Prof Bae tertunduk malu mendengarnya, Soo Hyun bisa tersenyum
melihatnya. Ji Ho datang langsung berkomentar, keduanya terlihat cocok. Semua
terlihat kaget mendengarnya. Seung Chan tertawa memuji Ji Ho yang memiliki mata
yang jeli dengan menaruh tangan Prof Bae dilenganya. Prof Bae menahan senyuman
bahagianya.
Hye Rim dan Seung Chan makan spaghetti bersama dilantai
dua. Hye Rim membahas Prof Bae yang mudah disukai oleh banyak orang. Seung Chan
pikir itu sudah pasti karena Prof Bae itu sangat baik padanya dan juga imut,
Hye Rim menambahkan Prof Bae cantik.
Seung
Chan setuju dan menganggap Prof Bae seperti bibinya dan membuatnya sangat
nyaman didekatnya. Hye Rim tak setuju karena menurutnya Prof Bae itu masih
muda, Seung Chan pikir seperti itu kalau saja bertemu orang yang baik seperti
itu. Hye Rim pun ingin mengatakan sesuatu tapi ponselnya lebih dulu berdering,
Soo Hyun menelpnya.
Soo Hyun berjalan masuk ke dalam cafe, berpikir Hye Rim
belum makan malam jadi mengajaknya untuk makan bersama. Hye Rim pikir untuk apa
makan dengan Soo Hyun dan memberitahu kalau ia sedang makan malam sekarang,
jadi tak perlu mengkhawatirkanya, lalu menutup telp dengan wajah sinis. Soo
Hyun pun menaiki tangga untuk masuk ke kliniknya.
“Apa Kau masih marah padanya? Dari yang aku dengar dari Ji Ho,
bukankah eksperimenmu sukses?” ucap Seung Chan
binggung
“Tapi tetap... dia masih tidak
memberitahuku soal eksperimen itu, jadi Aku
harus lebih menyiksanya.” Kata Hye Rim dengan nada
kesal.
Soo Hyun berjalan masuk mengingat-ngingat menyimpan
filenya, lalu melihat diruang tengah Seung Chan sedang menyuapi buah jeruk pada
Hye Rim. Seung Chan dan Hye Rim kaget melihatnya, dengan wajah dingin Soo Hyun
memilih untuk meninggalkan klinik. Hye Rim mengejarnya, walaupun Seung Chan
berusaha menahanya.
“Bagaimana bisa kau pergi begitu saja? Bagiaman kau melihatku tadi?” ucap Hye rim
“Apa maksud pertanyaanmu itu Kau
seperti Go Hye Rim, yang makan malam dengan Choi Seung Chan bukan denganku, dan aku dianggap seperti anjing yang mengemis
untuk sepotong daging” kata Soo Hyun, Hye Rim menjelaskan kalau ia hanya makan.
“Terserah kau saja, tiada ada orang yang akan mengatakan
kalau tak boleh melakukan” kata Soo Hyun dingin dan akan pergi.
“Kenapa kau sangat picik?” keluh Hye Rim menarik tangan Soo Hyun
Soo Hyun makin marah Hye Rim mengangapnya picik lalu
menegaskan selama ini sudah menahan sebisanya, dengan penjelasan alasan nilai FMRI itu 11% bahkan
mengalah pada wanita yang disukainya lalu pria yang mengakui perasaan pada
wanita yang disukainya itu makan malam bersadm dan walaupun itu berbohong
padanya, bertanya apalagi yang diinginkan Hye Rim darinya.
“Kapan aku bohong padamu? Aku bilang aku baru makan malam...” ucap Hye Rim membela diri
“Kau seharusnya bilang padaku, kau sedang bersama Seung Chan!” teriak Soo Hyun sangat marah, Hye Rim menghela nafas
melihat Soo Hyun yang benar-benar marah padanya.
Soo Hyun masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu, Ji Ho
mengejarnya bertanya apakah Soo Hyun menulis buku. Soo Hyun mengatakan tidak dan bertanya balik kenapa Ji
Ho menanyakan itu. Ji Ho menceritakan baru menerima telepon dari penerbit yang mengatakan setuju untuk menulis buku bahkan tanpa bayaran jadi merka ingin tahu alasan Soo Hyun yang belum
menuliskan sesuatu.
Mendengar cerita Soo Hyun merasa itu tak masuk akal
karena tidak pernah melakukannya dan berpikir kalau ada seseorang yang namanya sama
denganya. Ji Ho mengertiakan bilang saat pihak penerbit menghubungi
kembali. Soo Hyun duduk dimeja kerjanya dengan memegang kepalanya
yang pusing karena masalahnya dengan Hye Rim.
Pagi harinya, Soo Hyun mengendarai mobilnya, menerima
pesan yang masuk ke dalam ponselnya. “Ini Koryo Times. Kapan kita bisa lihat artikel yang kau tulis?” Soo Hyun heran ada yang mengirimkan pesan seperti itu
padanya lalu menaruh ponselnya dengan wajah kesal.
Tae Hwa bertanya pada pihak penerbit yang menelp ke
klinik karena mengaku sedang istirahat. Penerbit sudah tahu tapi itu karena Soo Hyun (Tae Hwa)
tak mengangkat telpnya dan ternyata diklinik itu ada yang nama Choi Soo Hyun
juga. Tae Hwa menyangkan kalau Penerbitnya itu salah
dengar.
“Ahh Aku mengerti, Lalu, kapan kau akan menulis?” tanya penerbit.
“Aku belum taku, karena harus melihatnya sekali
lagi secara perlahan, jadi aku mungkin tidak bisa membuat
deadlinenya.” Jelas Tae Hwa
“Ahh benarkah? Tapi tidak bisa... karena sudah membuat
iklan untuk bukunya itu” kata Penerbit
“Tapi tetap saja, aku menaruh namaku jadi aku tidak bisa langsung
melakukannya dengan sembarangan” kata Tae Hwa dengan
wajah menyakinkan.
Penerbit bisa mengerti, Tae Hwa ingin mengajukan satu permintaan.apakah ia bisa mendapatkan lebih dulu royalti
untuk bukunya, penerbit sedikit terkejut. Tae
Hwa menjelasakan harus membayar bagian
editing dan juga memberikan bantuan dari Stanford University serta biaya tambahan lainnya, tapi ia berjanji dengan
mengunakan namanya itu maka tulisan dibukuanya akan sangat bagus.
Soo Hyun turun ke lantai satu dengan membawa buku
diarynya, dengan sinis bertanya apakah Hye Rim melanjutkan
makan malam dengan Seung Chan. Hye Rim membalas kenapa Soo Hyun datang ke cafe hanya
untuk mendengarkan itu.
“Aku ingin tahu apakah kau akan dating dan menyadari sesuatu setelah kejadian tadi malam.” Kata Soo Hyun
“Apakah
sesuatu seperti 11 %
itu harus dikatakan
sekarang?” sindir Hye Rim
“Tapi ini seperti kau tidak pernah melakukan apapun
untukku” kata Soo Hyun
“Bagaimana bisa kau bisa berkata seperti itu, ketika aku sering bertemu klien denganmu beberapa kali?” ucap Hye Rim kesal
Soo Hyun menginginkan selain itu juga, sesuatu yang biasa
pasangan saling mencintai, bahkan ia ikut tes fMRI untuknya dan juga menulis
buku harian, lalu bertanya apakah Hye Rim akan
melakukan untuknya. Hye Rim bertanya alasannya harus melakukan itu. Soo Hyun
mengulang kata-kata Hye Rim yang menganggap cinta mereka sudah mati tapi
menurutnya tidak karena orang yang sudah berubah perasaanya yaitu Hye Rim
sendiri.
Hye
Rim menegaskan ketika memintanya menulis diary
karena sebelum tak percaya padanya,
Soo Hyun mengatakan sama juga dengan dirinya, jadi meminta Hye Rim untuk
menuliskan diary juga untuknya dan berpikir kalau permintaan itu berlebihan dan
memilih untuk kembali ke lantai dua. Hye Rim menghela nafas karena melihat
temprament Soo Hyun cukup buruk sekarang, menurutnya dengan menulis diary itu
tak mungkin
Sebelum masuk kedapur melirik diary yang ditaruh diatas
permen dan akhirya membaca karena penasaran.
“19 Februari, cuaca berawan... Aku menulis buku
harian hari ini. Aku menulis tanpa mendapat balasan, ini akan
menyenangkan bila Hye Rim memberikan komentar padaku. Walaupun dia hanya
bilang "good job," Aku senang. Aku rasa ini akan
menjadi pertanyaan untuk menulis buku harian dan menukarnya dengan satu
sama lain?”
Hye Rim membuang buku harian dengan wajah sinis.
Hye Rim menemui Ji Ho diruang tengah bertanya Berapa
lama Soo Hyun menulis
buku harian, apakah 10 menit atau 5 menit. Ji Ho tak
tahu tapi menurutnya Soo Hyun sangat serius ketika menuliskanya. Hye Rim
binggung kenapa harus serius padahal hanya beberap baru saja.
“Ahh... bukan mencatat tentang kemajuan tapi buku harianmu,
Dia menulis di kantor setiap pagi.” Jelas Ji Ho
“Tunggu.... Apa maksudmu, mencatat tentang kemajuan? Apa yang
kau bicarakan?” tanya Hye Rim penasaran.
Hye Rim masuk malam-malam ke ruangan Soo Hyun dengan
mengunakan senter, mengingat penjelasan Ji Ho sebuah catatan Soo Hyun dari eksperimen,
selama ini dimenulis untuk merekam apa yang terjadi selama
eksperime dan bisa melihatnya dalam brangkas
karena pasti ada didalam sana.
Akhirnya Hye rim menemukan amplop dengan berkas [Madame Antoine Project Pilot Study Blueprint] dan yang satunya [Madame Antoine Project Experiment Log] pelahan membuka lembaran demi lembaran.
“11 Desember. Aku
bertemu Go Hye Rim satu sama lain pertama kalinya. Aku melihat pontensi dia untuk menjadi kekasihku. Kontak fisik yang sengaja aku lakukan padanya di parkiran cukup bagus.”
Hye Rim mengingat kejadian saat Soo Hyun mengulurkan
tanganya padanya, dengan wajah kesal ternyata Soo Hyun sudah merencanakan semua
ini, dengan umpatan kembali melihat lembaran berikutnya.
“26 Desember, 10:35
malam. Aku pikir sel-sel sarafku yang akhirnya
mulai hidup kembali.” Hye Rim
mengingat-ingat apa yang dilakukan pada tanggal itu, apakah terjadi sesuatu hal
yang sangat besar, lalu membalikan kembali lembarannya.
“Aku merasakan hal
serius di otak. Aku harus membuat jarak dengan Go Hye Rim. Aku tidak bisa melihatnya lagi. Out of sight, out
of mind. Hanya itu jawabanya.”
Hye Rim mengingat saat di tempat cuci mobil, Soo Hyun
yang panik meminta maaf karena memecatnya, lalu bertanya apa yang ada pikiran
Hye Rim ketika ia melakukanya. Hye Rim menembak itu karena Soo Hyun sangat
menyukainya jadi ingin mengeluarkanya. Soo Hyun membenarkan. Mengingat itu semua mulai mengakui kalau Soo
Hyun ternyata memang benar bukan berbohong lalu membalikan lagi lembaranya.
“Bagian mana dariku yang meminta Go Hye Rim berkencan? Choi Soo Hyun sebagiai manusia telah mengambil alih Choi Soo Hyun, sebagai Male Subjek A. Aku gugup seperti seseorang yang jatuh cinta untuk pertama kalinya dan pada kencan pertama aku bahkan sedikit takut.”
Hye Rim ingat terlihat wajah Soo Hyun yang gugup ketika
ada dicafe melihat orang yang berciuman lalu mengajak pergi dan tak ingin
memegangnya. Hye Rim mengerti alasan Soo Hyun bersikap seperti itu, wajahnya
pun tersenyum.
“8 Februari. Fase
pertama berakhir dengan scan fMRI dan aku harus memulai fase kedua....tapi
pengawas Choi Soo Hyun dan Choi Soo Hyun sebagai manusia biasa yang mencintai
Hye Rim berjuang keras dalam diriku. Apakah aku bisa melakukan tahap dua pada
Hye Rim yang aku cintai?” Hye Rim terdiam membaca
semua catatan eksperiment yang dibuat Soo Hyun.
Hye Rim masuk ke dalam ruangan Soo Hyun, menaruh sesuatu
dibangku lalu membaca buku yang dibawanya.
“20 Februari, hari
yang cerah,
Hari ini, aku memikirkan
Soo Hyun sejak tadi pagi. Aku yakin dia sudah
siap. Hatiku berbunga-bunga karena aku akan bertemu dengannya. Aku yakin ada banyak versi berbeda darinya. Stanford professor Choi Soo Hyun, Psychologist Choi Soo Hyun, Eksperiment
psikologi Choi Soo Hyun dan manusia biasa Choi Soo Hyun. Aku rasa manusia biasa Choi Soo Hyun yang paling
berkarisma. Dan aku tulus berharap manusia biasa Choi Soo Hyun
sukses.”
Soo Hyun tersenyum mendengarnya, lalu Hye Rim membawa
seperti pom-pom memberikan semangat pada Soo Hyun sebagai manusia biasa. Soo
Hyun makin sumringah melihat Hye Rim.
Lalu Hye Rim duduk diatas meja, bertanya Choi Soo Hyun
mana yang dilihatnya sekarang sebagai psikologi atau... Soo Hyun memotong kalau
ia adalah orang yang diharapkan. Hye Rim tersenyum lalu meminta Soo Hyun mengatakannya
saja apabila ada yang dikhawatirkanya, menurutnya mengikuti hanyanya adalah
jawabanya.
Soo Hyun tertunduk tersenyum, Hye Rim bertanya apakah Soo
Hyun menyukai diary yang ditulisnya. Soo Hyun pikir apabila memiliki cap "good
job" maka akan memberikanya. Hye Rim rasa Soo
Hyun bisa memberikan cap ditempat yang lain. Soo Hyun berdiri dengan memberikan
cap dibibir Hye Rim, keduanya pun berciuman.
Seorang wanita terlihat sangat gelisah diruang tunggu,
tanganya terus saja meremas-rema jarinya. Seung Chan memanggilnya karena sudah
pukul tiga jadi bisa masuk kedalam untuk konsultasi. Wanita itu hanya diam
saja, akhirnya Seung Chan mendekatinya bertanya apakah wanita itu yang membuat janji
jam 3:00, wanita itu pun tersadar dari lamunanya. Seung
Chan memberitahu kembali kalau ia sudah bisa masuk ruang konsultasi.
Wanita itu mulai menceritakan kalau ia tinggal di Amerika
Dan suaminya menjalankan
bisnis kecil. Soo Hyun bertanya apakah wanita itu
memiliki anak. Wanita itu mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Soo Hyun bertanya apakah wanitaitu membawa anak itu
Korea, atau datang dengan keluarganya. Wanita itu menjawab hanya datang
sendiri.
Soo Hyun menanyakan alasanya, wanita itu tak bisa
menjawabnya hanya tertunduk dengan mata melihat kesana kemari. Soo Hyun pikir
kala memang wanita itu tak nyaman bisa menceritakan nanti dan bertanya alasanya
ingin melakukan konsultasi. Wanita itu mengaku memiliki insomnia
parah.
“Aku merasa kesulitan dan gugup... Dan aku sering mendapat gangguan
perncernaan.” Cerita si wanita
“Apa yang membuatmu sulit?” tanya Soo Hyun sambil mencatat di lembaran kertasnya.
“Mungkin karena hubunganku dengan
suamiku tiba-tiba memburuk atau
mungkin aku cepat bercerai atau
karena aku khawatir anakku
akan tersakiti.” Cerita si wanita, Soo Hyun
bertanya balik apakah ada alasan lainya.
“Aku bercerai sekali.” Akui si wanita, Soo Hyun menanyakan bagaimana itu bisa
terjadi.
“Mantan suamiku sangat keras
kepala. Dia
begitu karena sedang menderita kesulitan...”
cerita si wanita seperti merasa menyesal.
“Apa Kau
punya anak dengan mantan suamimu?” tanya Soo Hyun
Wanita itu menatap Soo Hyun lalu tertunduk mengatakan
memiliki anak sambil menceritakan anaknya sangat
pintar. Soo Hyun bertanya siapa yang merawat anak itu. Wanita
itu menceritakan mantan suaminya yang memutuskan untuk merawat anaknya. Soo
Hyun bertanya bagaimana rasanya berpisah dengan anaknya.
Si wanita dengan mata berkaca-kaca menatap Soo Hyun
kembali lalu tertunduk menangis. Soo Hyun pun menyodorkan sekotak tissu sebagai
tanda simpati. Si wanita mengusap air matanya sambil mengucapkan kata maaf. Soo
Hyun bertanya untuk apa meminta maaf. Si wanita mengatakan hanya ingin meminta
maaf semuanya pada anaknya. Soo
Hyun hanya menatap si wanita yang menangis didepanya.
Si wanita duduk dicafe sambil mengatur nafasnya, setelah
menangis. Tatapanya mengarah pada Soo Hyun dan Hye Rim yang sedang mengobrol
dimeja kasir dan terlihat begitu dekat. Wajahnya tersenyum, lalu melihat buku
menu diatas meja, Soo Hyun pamit pergi ke lantai dua. Si wanita pun memanggil Hye
Rim untuk membaca keberuntunganya.
Hye Rim mengeluarkan kipasnya kembali mengeluarkan ritualnya
dengan berbahasa prancis, lalu menebak si wanita itu baru datang dari Amerika. Wanita
itu tak menyangka Hye Rim bisa langsung tahu. Hye Rim mengaku melihat style
Amerika dimatanya.
“Ngomong-ngomong, Apa ini
soal anakmu?” ucap Hye Rim, Si wanita tak percaya Hye
Rim bisa mengetahui sebelum diceritakan. Hye Rim mengaku kalau hanya Marie
Antoinette yang memberitahukanya.
“Tapi, ... Kapan dokter di atas
buka kliniknya?”
tanya si wanita, Hye Rim mengingat itu Sekitar
November tahun lalu.
“Bagaimana kepribadiannya?” tanya Si wanita, Hye Rim pikir sebelumnya si wanita
sudah bertemu. Si wanita mengaku Soo Hyun tidak
banyak bicara.
Hye Rim ingin menceritakan Soo Hyun itu tak cukup baik,
tapi meralat ucapanya, kalau Soo Hyun pribadi yang cukup sulit dan seorang pria
sejati. Wanita itu bertanya lagi, tentang kesehatan Soo Hyun apakah dia sakit,
Hye Rim mulai curiga kenapa wanita itu bertanya terus. Si wanita mengaku hanya
penasaran. Hye Rim menceritakan So Hyun tidak terlihat sakit.
“Ahh begitu, Kalian berdua kencan ‘kan?” kata si wanita, Hye Rim bertanya apakah mereka terlihat
sedang berkencan
“Yah.. Kalian pasangan yang cocok, aku akan senang jika semua berjalan dengan baik untuk
kalian berdua” komentar si wanita, Hye Rim mengucapkan terimakasih walaupun
diwajahnya terlihat binggung.
“Lalu Seperti apa ibu dari dokter Choi?”
tanya Si wanita, Hye Rim kaget dengan pertanyaan itu. Si wanita terlihat gugup
merasa panasan bagaiamana Soo Hyun dibesar dan melihata seperti tumbuh dengan
sangat baik, tapi akhirnya meminta Hye Rim tak perlu menanggapinya kalau ia
seperti wanita tua yang
cerewet jadi ingin tahu segalanya. Hye Rim bisa mengerti dengan senyumanya.
Ji Ho masuk ke dalam cafe bertanya apakah Yoo Rim ada
dirumah, Hye Rim melirik sinis karena akhir-akhir ini Ji Ho sering
mencarinya. Ji Ho bertanya kembali apakah Yoo Rim
ada dirumah atau tidak. Hye Rim membeirtahu adiknya itu sedang berkerja dan bertanya kenapa Ji Ho mencarinya.
“Ada sesuatu yang ingin aku
berikan padanya...Apakah ini pas untuk Yoo Rim
nunna. ” kata Ji Ho mengeluarkan sesuatu dari kantung belanjanya.
“Geez... Kau sebut itu hadiah? Kau lebih baik beri dia sarung
tinju!” keluh Hye Rim yang melihat Ji Ho memberikan baju
hapkido.
“Haruskah aku memberikan itu? Aku
akan membelinya dan membawanya
besok.” Kata Ji Ho yang menganggap serius.
Hye Rim akhirnya menarik Ji Ho ke dalam kasir sebelum
beranjak pergi, bertanya tentang Soo
Hyun akhir-akhir ini. Ji Ho binggung dengan pertanyaanya, Hye
Rim bertanya apakah Soo Hyun melakukan fase keduanya karena ini sudah dua
minggu setelah fase pertama berakhir dan belum melakukan apapun.
“Dia bahkan belum menyuruhku apapun, dalam pikirkan pada fase kedua, dia akan
memintaku untuk melakukan hal-hal yang aneh. Tapi dia belum
menyuruhku sampai sekarang. Dia melakukan FMRI
ketika aku memintanya, apakah mungkin ia menyerah untuk melakukan eksperiment
itu?” tanya Hye Rim sedikit tersenyum.
“Apakah Dia tidak memintamu menyanyi?” tanya Ji Ho, Hye Rim mengelengkan kepala, Ji Ho
bertanya apakah memintanya untuk menari, Hye Rim juga mengelengkan kepala.
Ji Ho bertanya bagaimana dengan menulis diary, Hye Rim
melotot karena Soo Hyun sudah menyuruh menulis dan memberikan
padanya dan bertanya apakah itu bagian dari fase kedua. Ji Ho
mengangguk, Hye Rim melonggo.
Diruanganya Soo Hyun membuka lembaran berkasnya, tentang fase
keduanya eksperiment dan memberikan tanda lingkaran pada kolong menulis diary.
Hye Rim mengumpat Soo Hyun masih melakukan itu padanya,
selama ini hanya berakting tak terjadi apapun padahal sudah menipunya lagi. Ji
Ho bertanya apakah Hye Rim sudah menuliskan dan Soo Hyun membacanya. Hye Rim
yang marah menyuruh Ji Ho menutup mulutnya saja, dan bertanya apa lagi yang
akan dilakukan Soo Hyun selanjutnya.
Ji Ho memberitahu mereka Pergi dan
menghabiskan malam bersama Dan
memakai kaos couple. Hye Rim pikir bukan seperti itu
tapi yang lebih gila lagi pada fase kedua eksperiment. Ji Ho mengatakan ada
cara pengakuan dengan buku sketsa dan mengirim pesan video. Soo Hyun melihat kembali berkasnya, memikirkan pilihan
ketiganya. Ji Ho memberitahu ada pengakuan cinta dengan menaruh bunga
dirambutnya. Hye Rim menjerit dengan
tahapan yang aneh menurutnya.
Soo Hyun buru-buru menyelipkan berkasnya di bukunya
ketika ada yang mengetuk pintu ruanganya. Hye Rim dengan senyuman memberitahu
kalau sudah waktunya Soo Hyun selesai berkerja. Soo Hyun mengaku ingin lebih
lama dikliniknya dan mengajak Hye Rim untuk makan malam bersama.
“Sebelum itu, Soo Hyun...Aku ingin
dengar kau mengatakan kau mencintaiku.” Ucap Hye Rim dengan mencondongkan tubuhnya dimeja. Soo
Hyun pikir sudah menunjukan dengan sikapnya.
“Itu Belum cukup, kau harus lakukan itu sekarang, aku mohon.” Rengek Hye
Rim
Soo Hyun ingin mengatakan kalau ia sangat menyukainya,
Hye Rim mengatakan tak ingin yang seperti itu, tapi yang Special. Soo Hyun bertanya bagaimana cara melalukanya. Hye Rim
meminta Soo Hyun melakukan pengakuanya dengan makai bunga di
rambut seperti wanita gila.
“Apa? Ini
adalah bagian dua dari fase kedua” gumam Soo
Hyun melotot kaget.
“Apa kau Bisa melakukannya?” kata Hye Rim semakin menatap Soo Hyun tanpa berkedip
“Bagaimana
dia bisa tahu hal itu?” gumam Soo Hyun makin
panik,
“Kau haru melakuan pengakuan padanya seperti wanita gila,
kau bisakan melakukan semuanya untukku?” kata Hye Rim. Soo Hyun terlihat shock
mendengar permintaan Hye Rim.
bersambung ke episode 12
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Lanjut lanjut lanjut mba', makin seru nih...
BalasHapusLanjut makin seru.....
BalasHapustolong lanjut terus sinopsisnya mbak. Gamsahamida :)
BalasHapus