Hye Rim masuk ke perpustakaan dengan rak buku yang tinggi
dan juga besar, ketukan sepatu heelsnya terdengar ketika berjalan mencari Soo
Hyun yang sudah menunggunya. Ia menemukan Soo Hyun yang sedang berdiri didepan
sebuah rak dengan kemeja dan celana bahan serta dasi yang sedikit longgar,
dilengannya ada jas yang sengaja di lepas.
“Ya
ampun. Ini
adalah sosok pria yang bekerja.” Gumam Hye Rim
benar-benar terpana, Soo Hyun merasakan Hye Rim yang memandanginya dari jauh
lalu mengubah gaya berdirinya agar lebih menarik
Kemeja
putih yang menyilaukan, dengan
lengan yang tergulung. Dan
dasi yang sedikit longgar.” Gumam Soo Hyun lalu
berpura-pura mencari Hye Rim dan memberikan senyuman tipis dengan melambaikan
tangan ketika melihat Hye Rim ada didepannya. Hye Rim pun berjalan mendekat
sebelumnya sempat menyapa dengan tundukan kepala.
“Sebagai seorang
"ahjumma", tubuhmu
bagus juga.” Komentar Soo Hyun dengan nada mengejek
“Kau juga. Sebagai seorang
"ahjussi", kau
cukup berotot.” Balas Hye Rim tak mau kalah
Hye Rim bertanya apakah Soo Hyun akan mengajarinya
psikologi atau tidak, Soo Hyun pikir akan melihatnya apakag Hye Rim bias mengikuti pelajarannya atau tidak, lalu melihat tak ada tempat duduk kosong jadi
mengajaknya untuk duduk dilantai saja. Hye Rim tak percaya Soo Hyun bisa duduk
dilantai dengan pakaian seperti itu.
Soo Hyun mengatakan ia bahkan bisa berguling-guling di lantai lalu duduk dilantai lebih dulu dengan mengeluarka sapu
tanganya untuk alas Hye Rim duduk, setelah Hye Rim duduk dengan perhatian
memberikan jasnya agar bisa menutupi bagian kaki Hye Rim. Hye Rim berkomentar
Soo Hyun menjadi sangat sopan hari ini. Soo Hyun mengakui karena ingin menaikkan
persentasenya. Hye Rim tersenyum mengejek, kalau
Soo Hyun harus menarikan persentasenya sangat banyak sekali. Soo Hyun memilih
tak membalas ungkapan Hye Rim dan memulai pelajaran
“Menurutmu, apa yang mereka
ajarkan di
Pengantar Psikologi?” tanya Soo Hyun, Hye Rim
menjawab Perasaan manusia
“Neuron. Itu adalah sel otak. Kau mempelajari tentang aktivitas
otak. Dalam
psikologi, semua yang ada di
dalam hati manusia sebenarnya
tidak terjadi di hati. Itu
terjadi di dalam otak. Dengan
kata lain, aktivitas otak yang menentukan
hati seseorang.” Jelas Soo Hyun
“Oh... jadi karena itu, ada banyak
hal yang berhubungan
dengan biologi di buku ini. Aku
tidak tahu itu, dan
langsung melewatinya.” Kata Hye Rim sambil
membalikan lembaran dengan gambar otak
“Begitu juga halnya dengan tipe idealmu.” Ucap Soo Hyun lalu meminta Hye Rim mengulurkan
tanganya. Hye Rim menatap Soo Hyun lalu mengulurkan tangan dan membiarkan Soo
Hyun memegang tanganya.
“Di saat peristiwa seperti ini tertanam di dalam otak kita, ribuan neuron akan bekerja. Lalu, hormon seperti
norepinephrine akan
diproduksi. Kemudian , detak
jantungmu akan meningkat dan
napasmu menjadi tidak beraturan Dan
pupilmu juga melebar. Semua
itu terjadi dalam waktu kurang
dari satu detik. Begitulah
untukku.” Jelas Soo Hyun dengan saling menatap. Hye Rim binggung
dengan penjelasanya,
“Maksudku, ketika pertama kali aku melihatmu. Hormon apa yang saat ini diproduksi oleh tubuhmu?” tanya Soo Hyun, Hye Rim ingin melepaskan tanganya tapi
Soo Hyun menahanya.
“Hormon canggung dan malu.” Jawab Hye Rim menarik tanganya dari genggaman Soo Hyun.
Soo Hyun bertanya apakah Hye Rim masih ingat saat
mengatakan kalau ia menyukainya. Hye Rim dengan wajah gugup menganggukan
kepala, Soo Hyun merasa sekarang saatnya Hye Rim memberikan jawabanya, keduanya
saling menatap begitu lama. Hye Rim merasa belum.... Soo Hyun langsung menyela
mengatakan kalau ia akan mendengar jawabannya lain kali lalu cepat-cepat keluar dari perpustakaan, seperti sudah
tahu penyataan cintanya akan ditolak.
Hye Rim duduk diatas tempat tidurnya merasa kesal karena
sudah mengatakan hal itu pada Soo Hyun, padahal seharusnya mengatakan “yes”
saja lalu memukul mulutnya sendiri karena merasa bodoh.
Kemudian ia mengingat saat Soo Hyun mengungkapkan
perasaanya direstoran, dan wajah Soo Hyun yang ketus menyuruhnya untuk mengepel
lantai dan terakhir kali ketika mengingatkan tentang pernyataan rasa sukanya di
perpustakaan.
“Tidak... aku tidak melihat
ketulusan. Aku rasa
itu semua hanya omong kosong.” Ucap Hye Rim yang bisa
melihat dari mimik wajah Soo Hyun.
Soo Hyun mondar-mandir dalam ruangan sambil mengumpat dan
berpikir apa yang akan dilakukanya sekarang. Ji Ho melihat wajah Soo Hyun
merasa gurunya itu sudah gagal lagi dalam melakukan pendekatan pada Hye Rim.
Soo Hyun menegaskan bukan gagal karena semuanya belum berakhir.
“Tapi... kenapa kau terlihat begitu senang?” tanya Soo Hyun melihat Ji Ho tersenyum sumringah. Ji Ho
memilih untuk pamit pergi saja.
“Mau ke mana kau? Kau bilang akan merapikan bahan-bahan penelitian.” Kata Soo Hyun, Ji Ho mengatakan kalau ada kesempatan
datang maka akan mengambilnya lalu
segera pamit pergi. Soo Hyun hanya bisa berteriak memanggil asistenya.
Hye Rim sedang membuat kopi binggung melihat Ji Ho
tiba-tiba datang menemuinya. Ji Ho langsung bertanya apakah Hye Rim menyukai
pria yang pintar. Hye Rim pikir tentu saja menyukai dibandingkan pria bodoh
lalu menanyakan alasan Ji Ho bertanya seperti itu.
Ji Ho memberitahu IQ nya 210 lalu memperlihatkan pemain
rubik dengan cepat bisa menyamakan semua sisinya. Hye Rim seperti anak kecil
mengodanya dengan menepuk pantatnya dan berkomentar Ji Ho memang anak yang
pintar. Ji Ho hanya bisa diam karena caranya tak berhasil, lalu meminta izin
untuk mengambil fotonya.
Hye Rim memperbolehkanya, Ji Ho pun mengambil foto Hye
Rim dengan gaya berbeda mulai berkomentar gayanya sangat keren sampai akhirnya
memuju Hye Rim memang cantik.
“Tapi, Noona... kapan kau akan mengganti bajumu ini?” tanya Ji Ho, Hye Rim binggung berpikir ada
sesuatu di bajunya.
“Bukan begitu... Karena kau terlihat sangat seksi...” kata Ji Ho keceplosan
“Apa yang kau bilang? Anak kecil ini... Keluar sekarang” ucap Hye Rim mengusir Ji Ho dengan melempar kotak tissue.
Akhirnya Ji Ho pindah keruangan sisi lain cafe, sambil
melihat foto Hye Rim merasa kalau memiliki videonya pasti lebih enak. Akhirnya
ia mencari dalam tabnya dengan keyword “Drone” sebuah pesawat terbang tanpa awak. Yoo Rim masuk
melihat Ji Ho dan berpikir stylenya kali ini tak aneh lalu duduk didekat Ji
Ho.
“Hai! Bagaimana penampilanku? Aku terlihat beda, kan?”tanya Yoo Rim sudah mengubah cat rambutnya.
“Wajahmu terlihat semakin bundar.” Komentar Ji Ho, Yoo Rim cemberut meminta Ji Ho
berkomentar yang lain
“Kau bertambah gemuk.” Kata Ji Ho, Yoo Rim hanya bisa menghela nafas dan
mengajaknya untuk memulai wawancara saja sambil mengeluarkan kamera.
Ji Ho masuk sibuk melihat tabnya, Yoo Rim bertanya untuk
apa Ji Ho mencari drone. Ji Ho
mengatakan ingin memiliki yang bagus dan juga kuat, jadi bisa
meletakkan kamera video
yang bagus di dalamnya. Yoo Rim mengerti karena
sekarang banyak pria seusia Ji Ho sedang tergila-gila pada
benda itu tapi harganya mahal sekali. Ji Ho tahu
dengan wajah sedih, Yoo Rim melihatnya sambil mempersiapkan wawancaranya.
Dokter melihat dari rekam medis dari layar komputer,
memberitahu Kankernya sudah menyebar ke kelenjar getah bening jadi perlu dioperasi. Prof Bae menatap dokte lalu tertawa seperti baru saja
mendengar cerita lucu. Dokter terlihat binggung, Prof Bae pun meminta maaf atas
sikapnya.
“Rasanya seperti mendengar tentang
kondisi orang
lain, dan bukannya aku dan ini Rasanya
sangat aneh.” Kata Prof Bae terlihat masih menahan
tawanya. Dokter terlihat khawatir dan berpindah tempat duduk didepan temanya.
“Dalam psikologi, ini disebut
sebagai mekanisme
pertahanan diri. Ini
adalah reaksi tubuh ketika menghadapi
situasi yang sulit dihadapi dalam
usaha untuk melindungi diri sendiri. Aku
tidak percaya akan mengalaminya
sendiri. Ini Lucu sekali.” Ungkap Prof Bae
Dokter meminta Prof Bae
dioperasi kalau tidak maka akan meninggal, Prof
Bae berharap temanya tak memperlihatkan wajah kasihan padanya, karena menurutnya keadaan seperti ini bukanlah
hal yang serius dan hanya beprikir dirinya itu akan
meninggal sedikit lebih
dulu dari orang lain. Dokter mencoba membujuknya,
Prof Bae tetap memutuskan tidak akan melakukan operasi.
“Aku sudah memikirkannya sejak
lama. Daripada
berputus asa karena umurku yang
tidak panjang lagi... aku
akan melakukan semua yang tidak bisa kulakukan sebelumnya, dan meninggal dengan
bahagia.” Jelas Prof Bae lalu keluar dari ruangan. Dokter mencoba
menahanya, Prof Bae menegaskan dirinya itu masih waras dan tidak gila.
Sebelum keluar ruangan, dengan wajah bahagia mengajak
temanya itu pergi ke klub, agar bisa seperti anak muda yang menari dengan
bahagia. Dokter menatap sedih Prof Bae yang tersenyum menutupi penyakit yang
dideritanya.
Prof Bae duduk diruang tunggu rumah sakit lalu menangis,
mengeluarkan semua kesedihan yang ditahan. Terdengar suara anak kecil yang
tertawa, Prof Bae melihat seorang anak kecil yang tertawa duduk dikursi roda
dengan tangan terinfus, ibunya mendorongnya dengan wajah tersenyum pula.
Ia seperti mulai menyadari tak boleh menangis dan kalah
dari anak kecil yang sudah terkena penyakit. Teringat kembali ucapan Seung Chan
saat memboncengnya di motor “Wah, Anda sangat cantik! Anda seperti gadis penjual korek api di cerita itu!” membuat dirinya tersenyum bahagia mendengarnya.
Prof Bae menulis dalam bukunya di point ke sepuluh “Melihat aurora dari dalam igloo di Alaska.” Lalu
membalik lembaran sebelumnya, di point enam tertulis “Pergi ke Las Vegas dan mempertaruhkan 10 juta won.” Dihalaman
paling depat tertulis judul “Bucket List” dan di nomor paling atas “Menjadi dekat
dengan Seung Chan”
Lalu mengubahnya dengan kalimat “Menjadi sangat sangat dekat dengan Seung Chan” dengan
senyuman bahagia melihat point ke dua “Backpacking ke Machu Picchu di Peru” lalu yang ketiga “Mencoba semua macam bir di dunia dan mabuk
sesukaku.” Ke empat “Belajar memainkan
sonata milik Mozart yang paling mudah”
Seung Chan baru saja selesai berkerja lalu akan pergi ke
dapur, Hye Rim baru saja turun dari lantai tiga, dan sama-sama melihat. Hye Rim
lebih dulu memberikan senyuman, Seung Chan membalasnya walaupun terlihat dingin
setelah pertengkaran keduanya di dapur cafe. Hye Rim menatap sedih Seung Chan karena
sikap yang berbeda.
Yoo Rim melihat kakaknya dilantai dua, dengan nafas
terengah-engah bertanya apakah sudah mulai. Hye Rim binggung, Yoo Rim
memberitahu tentang Pertandingan bisbol dan orang – orang sedang heboh lalu mengajaknya ke
lantai tiga.
Yoo Rim melihat tayangan pertandingan baseball akan mulai
dan membuatnya sangat tegang, Hye Rim menonton TV tapi pikiran melayang pada
ucapan Seung Chan di dapur yang membuat mereka bertengkar. “Oh iya, aku
mendapat tawaran menjadi pelatih bisbol di SD. Belum ada keputusannya, tapi aku akan melakukan
wawancara dulu.” Cerita Seung
Chan saat itu.
Hye Rim memilih keluar rumah dengan membawa ponselnya, Yoo
Rim duduk di sofa sambil memainkan buah jeruk seperti bola base ball. Ponselnya
berdering, melihat nama Hye Rim membuatnya menghela nafas sebelum
mengangkatnya. Hye Rim bertanya apakah Seung Chan sedang menonton pertandingan
baseball di TV. Seung Chan membenarkan.
“Kau mendukung siapa?” tanya Hye Rim, Seung Chan pikir sudah pasti Tim Korea.
“Aku mendukungmu dan berharap kau akan menang.” Kata Hye Rim membuat Seung Chan terdiam mendengarnya.
“Baik. Aku akan melakukan
wawancara dan pasti
akan memenangkannya.” Ucap Seung Chan dengan
senyuman sumringah, Hye Rim juga tersenyum bahagia mendengarnya.
Soo Hyun baru keluar dari ruanganya, tiba-tiba Seung Chan
berteriak memanggilnya dan langsung memeluknya, mengungkapkan seperti merasa
dunia ini sangat
indah. Soo Hyun kaget menerima pelukan dari adiknya, Seung
Chan memberitahu Hye Rim mendukunya. Soo Hyun melepaskan pelukan adiknya
bertanya apa sebenarnya maksud ucapanya.
Seung Chan mengatakan tidak
bisa memberitahu karena rahasia,
mengumpamakan kalau dunia ini hanya milik dirinya dan juga Hye Rim, lalu
menepuk pundak kakaknya dan pergi dengan senyuman bahagia. Soo Hyun melirik
sinis mendengar adiknya sudah mengunakan kata “kita” untuk dirinya dan juga Hye
Rim, berpikir untuk mengeluarkan saja dari penelitianya.
Hye Rim akan mengepel lantai, Ju Ni dengan pegawalnya
masuk ke dalam cafe. Hye Rim pikir Ju Ni memiliki janji konsultasi jam 11 dan
kenapa datang pagi sekali. Ju Ni berjalan mendekat dengan wajah dengki, merasa
bukan urusanya. Hye Rim melotot marah karena Ju Ni bersikap tak sopan padanya.
Ju Ni malah makin kesal mendengar Hye Rim memanggilnya “Hei”
“Apa kau baru saja mengatakan "hei" padaku? Coba Lihat! Dia berkata tidak sopan padaku! Sepertinya perutmu terlalu besar hingga terlihat ke mana-mana.” Jerit Ju Ni mencari pembelaan
“Yang benar adalah "hatimu
terlalu besar" (sangat berani). Dasar
bodoh!” kata Hye Rim dengan mata melotot
“Kau berbicara seperti itu padaku, dan sekarang memanggilku bodoh Wah... Aku yakin setelah ini kau akan mengumpatku.” Ucap Ju Ni dengan nada tinggi.
Seung Chan menuruni tangga memanggil Hye Rim untuk makan
dan naik kelantai dua, lalu dikagetkan dengan Ju Ni sudah datang pagi-pagi
sekali ke klinik. Ju Ni mendengar Seung Chan akan makan Brunch langsung berlari
mendekatinya karena menginginkan makannya itu. Tanganya langsung bergelendot
dilengan Seung Chan. Seung Chan berusaha
melepaskannya mengatakan kalau itu hanya untuk staf diklinik saja. Ju Ni
merengek agar diajak makan bersama, Hye Rim hanya bisa melonggo melihat Ju Ni benar-benar
berlebihan.
Ju Ni mencium aroma sosis, srambell eggs, dan roti
panggang dengan bahagia mulai memakannya. Soo Hyun melirik sinis pada adiknya
dan berbicara dalam hati “Siapa yang
menyuruhmu untuk mengajaknya juga?”. Seung Chan membalasnya dengan tatapan matanya dan
menjawab dalam hati “Dia merengek dan tidak mau melepaskanku, jadi aku harus bagaimana?” Ju Ni makan
sosis dengan gaya cantik untuk membuat para lelaki terpesona.
Hye Rim ingin mengambil mentega, Seung Chan dengan sigap
memberikanya. Hye Rim dengan senyuman mengucapkan terimakasih, Soo Hyun sinis
melihat tingkah adiknya mencari perhatian. Ju Ni melihat dua laki-laki
didepannya, berubah jadi menjadi ganas cara makan sosisnya.
Soo Hyun melihat cara makan Ju Ni, berusaha mengalihkan
kenapa Ju Ni datang pagi-pagi apakah memiliki masalah. Ju Ni dengan gaya genit
mengatakan tidak ada tapi datang karena benar-benar memikirkan apa yang Soo Hyun katakan. Hye Rim melirik melihat gaya Ju Ni mencoba mengoda Soo
Hyun.
Seung Chan melihat kue diatas meja, lalu bertanya apakah
Ji Ho yang membawanya. Ji Ho membenarkan karena Hye Rim menyukainya lalu mengedipkan kedua wanitanya. Hye Rim binggung
melihat mata Ji Ho berkedip dua-duanya.
Ji Ho mengatakan memberikan kedipan, dan kembali
memejamkan matanya. Hye Rim pikir Ji Ho itu tak bisa mengedipkan satu matanya
saja, Ji Ho mengakuinya lalu menutup satu matanya agar telihat bisa memberikan
kedipan. Hye Rim menyuruh Ji Ho tak perlu melakukanya saja. Ju Ni menatap sinis
melihat keduanya nampak dekat.
Seung Chan memberikan
perhatian dengan menuangkan air minum, Hye Ri memuji Seung Chan yang
memilih bentuk gelas dengan corak yang bagus. Ju Ni tiba-tiba ingin muntah lalu
tak sadarkan diri dilantai, semua mulai panik melihat Ju Ni tiba-tiba tak
sadarkan diri. Soo Hyun menyuruh Ji Ho menelp ambulans.
Soo Hyun berusaha menyadarkan Ju Ni saat dibawa ke dalam
rumah sakit, meminta untuk membuka mata apabila mendengarnya. Ju Ni membuka
matanya, tapi kembali histeris ketika melihat Hye Rim ada didepanya, menyuruh
untuk pergi dan jangan ada didepanya. Soo Hyun meminta Hye Rim menjauh, Hye Rim
pun tak bisa mengantar Ju Ni pada sampai ruang rawat.
Di VIP Room, Soo Hyun keluar ruangan. Hye Rim menanyakan
keadaan Ju Ni dengan wajah khawatir. Soo Hyun menceritakan Ju Ni berpura-pura
pingsan agar bisa mendapat perhatian. Hye Rim sadar itu semua karan dirinya jadi ingin masuk
kedalam dan bicara.
Soo Hyun menahanya, merasa itu bukan ide yang baik lalu
menceritakan Saat ini Ju Ni sangat cemburu padanya jadi tidak akan
mendengarnya dan tak peduli dengan apapun. Hye
Rim menatap sedih melihat ke dalam hanya terlihat Ji Ho, Seung Chan dan
managernya menunggu didalam.
Ju Ni terbangun dari tidurnya, baru menyadari sedang ada
dirumah sakit, lalu melihat Ji Ho tertidur didepanya. Ia bangun dari tempat
tidurnya melihat Soo Hyun sedang berbicara di luar ruangan, perlahan ia
mengambil ponsel Ji Ho ada diatas meja
dan mencari nomor Hye Rim lalu
menaruh kembali ponsel Ji Ho.
Dengan senyuman licik, Ju
Ni mengetik pesan dari ponselnya. Hye Rim sedang memberikan pesanan pada
waiter, ketika akan kembali ke dapur ponselnya berbunyi, nomor dari yang
berbeda dari Soo Hyun.
“Ini Choi Soo Hyun.
Aku meninggalkan catatan konsultasi Ju Ni di ruanganku. Bisakah kau bawakan ke tempat parkir rumah sakit
untukku?”
Soo Hyun dan Ji Ho sudah ada didepan lift, manager Ji Ho
mengucapkan terima kasih atas pertolongan keduanya. Ketika masuk ke dalam lift,
Soo Hyun memastikan apakah Ju Ni sekarang sedang tidur, Manager Ju Ni
membenarkan dan akan membatalkan jadwalnya untuk besok jadi membiarkannya istirahat satu hari. Soo Hyun mengangguk mengerti, Ji Ho pun
menekan tombol untuk turun.
Ju Ni mengintip dari pintu, melihat Managernya sedang
berbicara dengan PD di telp membahas tentang jadwal Ju Ni esok. Ju Ni perlahan
mengendap-ngendap dengan membawa kunci mobil dan melewati tangga darurat.
Hye Rim sampai di parkiran mencari-cari Soo Hyun dengan
berteriak memanggilnya. Mobil Sport kuning memberika lampu jatuh ketika Hye Rim
lewat didepanya, Hye Rim merasakan silau ketika akan menelp Soo Hyun, Ju Ni
keluar dari mobil, Hye Rim kaget melihat Ju Ni ada diparkiran menemuinya.
“Kau datang secepat kilat karena Dokter memanggilmu.” Sindir Ju Ni, Hye
Rim menanyakan keadaan Ju Ni sekarang.
“Kenapa kau harus peduli? Kau menyukai apa pun yang tidak memakai rok, kan? Kau sangat senang karena para pria sangat baik padamu, kan?” ucap Ju Ni, Hye Rim menjelaskan kalau Ju Ni salah paham
dengan kalimat sopan.
“Kau Memakai bahasa sopan, hah? Sejak kapan kau memakai bahasa yang sopan padaku? Dalam hati, kau pasti meremehkan aku! “ teriak Ju Ni dengan mendorong Hye Rim
“Aku tidak pernah melakukannya. Aku sangat senang kalau kau cepat
sembuh…” tegas Hye Rim
Ju Ni marah karena Hye Rim menganggapnya sakit dan juga
gila. Hye Rim ingin menjelaskan, tapi Ju Ni terus menyerangkan karena Hye Rim begitu
suka merayu
para pria dan senang karena orang-orang
memperlakukan seperti hantu. Hye Rim berteriak menyuruh Ju Ni tenang karena
bukan itu maksudnya. Ju Ni sekarang
kesal mendengar Hye Rim mengunakan bahasa tak sopan padanya lalu memberikan
tamparannya.
Hye Rim kaget menerima tamparan dari wanita yang jauh
lebih muda darinya, dengan lirikan sinis. Ju Ni malah menantang Hye Rim yang berani menatapnya seperti itu. Hye Rim masih
tak percaya Ju Ni baru saja menamparknya, Ju Ni membenarkan kalau ia
menamparnya dan merasa tak bersalah sama sekali, lalu berpikir Hye Rim akan
membalaskanya dan menyodarkan pipinya untuk ditampar, dengan berteriak
histeris. Hye Rim tanpa banya kata-kata langsung menamparnya. Ju Ni kaget
menerima tamparan dari Hye Rim dengan memegang pipinya.
“Kenapa kaget? Apa Kau kira aku tidak akan bisa
melakukannya? Baiklah, aku bukan konsultanmu atau dokter. Jadi, ayo kita
lakukan. Siapa
yang mendekati para pria
terlebih dulu? Itu adalah Kau. Siapa yang mengatakan omong kosong dan berpura-pura? Itu Kau!” tegas Hye Rim dengan mata melotot, mendorong tubuh Ju
Ni seperti yang dilakukan pertama kali.
“Kapan aku pernah melakukannya? Mana buktinya?” kata Ju Ni tak merasa melakukanya.
“Meminta bukti seperti ini
menunjukkan betapa
kekanak-kanakannya kau. Ada
banyak saksi mata, jadi
bukti apa yang ku maksud? Apa kau sangat menginginkan perhatian orang-orang seperti
itu? Apa kau
harus bertindak sejauh itu, sampai berpura-pura
muntah atau pingsan?” teriak Hye Rim kembali
mendorong Ju Ni, akhirnya Ju Ni berteriak histeris melihat perlakuan Hye Rim
padanya.
“Yang benar saja! !! Kau yang pertama bersikap tidak hormat. Beraninya kau, pada orang yang
setidaknya lebih tua
10 tahun darimu? Berlutut
sekarang.dan minta maaf.” Teriak Hye Rim memerintahkanya. Ju Ni kembali menjerit
histeris karena Hye Rim menganggapnya orang gila
“Kau tidak gila. Tapi, kau
tergila-gila dengan
perhatian dari orang lain. Baiklah, katakan saja begitu dan kau memerlukan semua perhatian karena kepribadianmu yang buruk. Tapi kenapa kau bersikap seperti
itu kepada
orang-orang?” kata Hye Rim
“Itu Tidak hanya padaku. Tapi,
kudengar kau pergi berlibur
setelah manajer-mu meninggal! Kenapa
tidak menjadi manusia dulu, sebelum
menjadi artis? Kau sebut
dirimu manusia, ketika
kau memilih berlibur daripada memberi
hormat pada seseorang yang sudah menghabiskan
waktu bertahun-tahun denganmu?” teriak Hye Rim dengan
mata melotot
“Apa yang kau tahu? Aku tanya, apa yang kau tahu?” jerit Ju Ni seperti orang gila
“Aku tahu semuanya kecuali yang tidak kau ketahui. Wajar bagi seseorang untuk
menangis, bahkan
untuk anjing peliharaanmu tapi
itu bahkan bukan anjing, itu manajer yang
bersamamu selama bertahun-tahun. Tapi
kau mengabaikannya, dan...” kata Hye Rim dan
terhenti dengan pengakuan Ju Ni.
Ju Ni mengaku sangat menyukai Managernya, tapi karena dirinya adala seorang bintang
jadi pria itu itu tak bisa menyukainya dan membuat harga dirinya terluka, jadi
ia selalu menggoda dan mengganggunya setiap saat tapi managernya itu tidak
pernah menunjukkan kalau
menyukainya. Hye Rim terdiam mendengar pengakuan Ju Ni
“Dia sangat sabar, tidak peduli apa yang kulakukan Dan dia menyukai lagu lama yang
konyol dari
orang seperti John Denver jadi
harga diriku semakin terluka, jadi aku
lebih sering mengganggunya, tapi......” cerita Ju
Ni lalu berjongkok sambil menangis
“Si bodoh itu... meninggal pada kecelakaan hari itu! Dia meninggal bahkan sebelum aku
sempat mengatakan
perasaanku padanya” ucap Ju Ni dengan menangis
histeris. Hye Rim benar-benar Shock mendengar cerita Ju Ni.
Flash Back
Polisi datang ke TKP, melihat mobil sudah dalam keadaan
terbalik, ambulance dan pemadam pun sudah ada ditempat. Ju Ni menangis histeris
melihat Managernya yang sudah bersiba darah dibagian kepalanya, Petugas mencoba
mengeluarkan dari mobil.
Ju Ni terus memanggil managernya berusaha untuk meraih
tanganya, tapi tangan Manager terlihat sangat lemah dan tak bisa meraihnya. Ju
Ni ditarik untuk menjauh, saat itu juga Managernya tak sadarkan diri ketika
dibawa ambulance. Ju Ni terus menjerit histeris melihat managernya dibaa
ambulance.
Dari dalam mobil terdengar suara lagu yang mengalun, tape
dalam mobil memutar sebuah lagu “John Denver - Annie's Song” dengan album tergeletak bersama dengan pecahan kaca.
Ju Ni dengan wajah pucat menceritakan mengalami
kecelakaan di bulan
November, sejak saat itu ketika bulan November datang seluruh
tubuhnya terasa sakit dan jika mendengar Annie's Song
milik John
Denver, langsung hilang kesadaran.
“Bukan masalah besar jika manajer-ku meninggal.. dia pria yang sangat kaku, dan sama sekali tidak cocok denganku.” Cerita Ju Ni, Soo Hyun mendekat memberikan sapu tangan
karena Ju Ni mulai menangis.
“Lagipula, aku yang lebih kejam
padanya, bahkan
mencium pria lain. Aku
tidak ingin mengakui kalau
aku menyukainya. Aku
masih belum bisa percaya. Fakta
bahwa dia sudah tidak
ada lagi di dunia ini...” cerita Ju Ni akhirnya
menangis mengeluarkan rasa sedih yang selama ini ditahan olehnya. Soo Hyun
menepuk pundak Ju Ni, merasakan apa yang dirasakan pasiennya.
Hye Rim melihat dari balik dinding, matanya ikut menangis
merasakan yang dirasakan Ju Ni mencintai seseorang tapi tak bisa diungkapkan
dan orang itu akhirnya pergi untuk selamanya tanpa tahu perasaan yang
sebenaranya.
“Do Kyung. Walaupun begitu, aku iri pada Ju Ni yang bisa menyukai seseorang dengan sangat dalam seperti itu.” Gumam Hye
Rim seperti sedang berbicara dengan anaknya.
Soo Hyun menjelaskan "More exposure effect" adalah
semakin sering kita
melihat sesuatu atau seseorang maka semakin
besar kemungkinan untuk
menyukainya. Hye Rim duduk disamping Soo Hyun
menatapnya dalam-dalam.
“Apa kau pikir Ibu juga bisa? Bisakah aku meletakkan semuanya dan menyukai seseorang?” gumam Hye Rim bertanya pada anaknya, tentang pria yang
duduk disampingnya.
Soo Hyun merasakan Hye Rim terus menatapnya, memberitahu
kejadian itu sangat familiar, maka
bisa efektif, lalu menyentuh tangan Hye Rim dengan jari telunjuknya agar segera
menulis dalam catatanya. Hye Rim tersadar, Soo Hyun kembali memperlihatkan
wajah sombongnya karena bisa mengoda Hye Rim sekarang.
Hye Rim tersadar dan mengucapkan terimakasih sudah
mengajarinya lalu menawarkan untuk membuatkan kopi
dan buru-buru berdiri dari bangkuknya. Soo Hyun menolak karena sudah terlalu
banyak minum kopi, terdengar suara dari laptop Hye Rim, ia melihat ada pesan
email masuk, Hye Rim pikir hanya spam jadi tak perlu dipikirkan. Soo Hyun
memberitahu email dari Do Kyung, Hye Rim kembali duduk melihat laptopnya untuk
membaca surat dari anaknya.
“Ibu, ini Do Kyung. Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini? Aku baik-baik saja. Ayah dan bibi juga menjagaku
dengan baik.” Tulis Do
Kyung dengan memperlihatkan foto dengan ayah dan ibu tirinya. Hye Rim terlihat
sedih, Soo Hyun ikut melihat dari belakang.
“Tapi... akhir-akhir
ini aku terus memikirkanmu. Apakah kau tidak kesepian, setelah membolehkanku tinggal dengan Ayah? Jangan bilang kalau kau baik-baik saja. Bahkan saat bersamaku, kau menonton film-film melodrama sendirian.”
Hye Rim menyadari Soo Hyun sedari tadi ikut membacanya,
Soo Hyun berpura-pura melihat Hye Rim dan anaknya sangat mirip tapi berharap Do Kyung tidak punya kepribadian seperti ibunya, lalu meninggalkan ruangan. Hye Rim kembali membaca
dengan lirikan sinis melihat Soo Hyun yang pergi.
“Oh ya. Ayah bilang
dia merasa ada seorang pria yang menemanimu ke bandara. Apa itu benar? Kata Ayah, pria itu sangat keren. Apa hubungan kalian? Aku penasaran orang
seperti apa dia. Kalau boleh, kirimkan fotonya padaku.”
“Do Kyung. Aku juga
penasaran. Orang seperti apakah dia.” Gumam Hye Rim melirik ke lantai atas
Soo Hyun sedang membuat catatan dari buku yang dibacanya,
Ji Ho mengetuk pintu memberikan sebuket bunga kalau itu untuk Soo Hyun, lalu
bertanya apakah sekarang Soo Hyun memiliki pacar. Soo Hyun melihat sebuket
bunga mawar dan didalamnya ada amplop, sebuah tiket untuk menonton Happy
Musical: Gadis di Toko Rokok. Wajahnya terlihat
berpikir, menduga-duga siapa yang mengirimkan tiket itu padanya.
Soo Hyun duduk di dalam tempat pertunjukan dengan
disamping, depan dan belakang
berpasangan semua. Lalu mencari-cari siapa sebenarnya yang diam-diam
mengajaknya untuk menonton dari pintu masuk. Lampu mulai dipadamkan, Soo Hyun
berusaha mengikuti pertunjukan.
Ketukan sepatu terdengar mendekat, Soo Hyun melihat
sepatu heels lalu mengangkat wajahnya. Hye Rim memberikan senyuman lalu duduk
disampingnya, Soo Hyun sempat kaget dan memberikan senyumannya. Hye Rim
menyindir dirinya tidak pernah membuat seseorang menonton pertunjukan musikal
sendirian. Soo Hyun pun tersenyum karena Hye Rim
tak membalas sikapnya telah membuatnya untuk menonton sendirian.
Hye Rim tak bisa menutupi rasa bahagianya bisa menonton
bersama Soo Hyun, di atas panggung memperlihatkan pertujukan gadis yang
memasang tanda dilarang merokok pada didepan rumahnya.
Setelah menonton, Soo Hyun menanyakan alasan Hye Rim
tiba-tiba ingin menonton theater . Hye Rim menceritakan Sewaktu kuliah, bergabung di klub drama dan Pemeran utamanya tadi adalah juniornya, tapi ketika sekolah dirinya yang
lebih sukses dikala itu.
“Aku mendapat peran ratu, dan dia menjadi seorang pelayan.” Cerita Hye Rim bangga
“Ratu? Maksudmu seperti Marie Antoinette?” tebak Soo Hyun, Hye Rim terkejut Soo Hyun bisa
mengetahuinya.
Soo Hyun mengerti Hye Rim hanya
berakting seperti
waktu SMA, lalu dengan sopan mengajak Ratu untuk makan
malam dengan menu prancis dan memberikan pilihan antara
choucroute, bouillabaisse,
atau flamiche. Hye Rim mengangkat ketiga jarinya, Soo
Hyun berpikir Hye Rim ingin makan ketiganya dengan wajah berbinar-binar.
Soo Hyun menatap ceker ayam didepanya dan menegaskan tidak
bisa memakannya. Hye Rim membujuk Soo Hyun untuk
mencoba satu saja, karena Do Kyung sangat menyukai tempat
ini dan meminta untuk mengirimkan foto padanya, lalu menyodorkan ceker ayam agar Soo Hyun mencobanya.
“Jika aku memakan ini, aku merasa
ada ayam
berlarian di dalam tubuhku.” Kata Soo Hyun menunjuk
dadanya.
“Aku bahkan memakan hati angsa untukmu.” Keluh Hye Rim kesal
“Kau memakan itu untukku? Kau
tidak tahu
betapa mahalnya foie gras?” kata Soo Hyun kesal
“Dibandingkan dengan itu, kaki ayam jauh lebih enak. Lagipula Makanan di sini murah dan juga enak, selain itu makannan ini juga
mengandung kolagen.” Jelas Hye Rim lalu
membiarkan Soo Hyun tak mau makannya karena akan memakan semuanya.
Soo Hyun melihat Hye Rim makan dengan lahap ceker ayam
sampai meninggalkan tulangnya, Hye Rim benar-benar menikmati ceker ayam yang
benar-benar lunak dimulutnya. Soo Hyun hanya bisa memalingkan wajah heran
dengan wanita yang ada didepanya.
Beberapa saat kemudian, Soo Hyun hanya meminum soda
sementara Hye Rim masih asik makan ceker ayam. Soo Hyun menyindir sudah berapa
banyak ceker ayam yang dimakanya, Hye Rim memberitahu baru saja memesan dua
porsi lagi, jadi sayang kalau tak dimakan habis, lalu merasakan mulutnya terasa
pedas.
“Coba Lihat? Ayam-ayam itu membalas dendam padamu. Mereka itu meninggalkan jejak kaki di sekitar mulutmu.” Ejek So Hyun, Hye Rim mengerti kalau ada saus
dimulutnya dan mencoba membersihkanya.
“Kau hanya membuatnya tambah
parah. Jangan
seperti itu...” kata Soo Hyun langsung menyentuh bibir
Hye Rim untuk membersihkanya, Hye Rim terdiam menerima perhatian Soo Hyun
seperti didrama yang sering ditontonya.
“26 Desember, pukul 10.30 malam. Akhirnya, reseptor sarafku mulai bekerja.” Gumam Soo Hyun
bersambung ke episode 5
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Soo hyun sebenarnya membersihkan saos dibibir hye rim itu karna penelitian atau tangan nya memang sudah refleks (yang tandanya soo hyun tulus)..?
BalasHapusUhm.. :-) ;-) sprtx s0o hyun mulai suka nc sma hye rim
BalasHapusFighting mbk dyah
BalasHapusLanjut ters mbak tetap semangat
BalasHapusMasukkan komentar Anda...kegnya udh mulai suka tu soo hyun
BalasHapusFighting min
BalasHapusPemeran managerny jyuni yg meninggal itu sapa y?
BalasHapus