PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seo Joon
mengajak Dan Yi untuk berkencan karena sudah selesai bekerja menunggu di depan
kantornya. Dan Yi menatap Eun Ho dengan wajah gugup, Hae Rin menatap keduanya
yang terlihat sangat dekat, akhirnya berjlan mendekati Eun Ho memberitahu kalau
sudah waktunya pulang.
“Apa kau
bisa tunggu sebentar? Aku berkemas dulu.” Ucap Dan Yi pada Seo Joon lalu
bergegas pergi.
Eun Ho
menatap Dan Yi pergi meninggalkan buku yang ditinggalnya, Hae Rin melihat keduanya berpikir Eun Ho yang
bersikap dingin lagi. Eun Ho hanya diam saja seperti sedikit kecewa.
Park Hoon
dan Ji Yool serta pegawai lainya pamit untuk pulang kantor. Nyonya Seo juga
akan pulang tapi pesan dari Tuan Bong masuk “Apa kau mau makan malam
bersamaku?” Tuan Bong didepan meja kerjanya menatap mantan istri seperti
berharap dibalas. Nyonya Seo akhirnya
mengambil jaket dan akan pulang
“Siapa
mau ke kelab bersamaku?” teriak Nyonya Seo. Tuan Bong binggung.
“Dan Yi, Apa
kau mau ikut aku ke kelab?” tanya Nyonya Seo, Dan Yi menolak karena ada urusan
mendadak.
“Hae Rin,
ayo ke kelab malam ini.” Ajak Nyonya Seo. Hae Rin pun tak bisa karena Ibunyasedang kurang sehat.
“Pak Cha,
ayo ke kelab.” Ucap Nyonya Seo pada Eun Ho, Eun Ho mengaku masih ada pekerjaan.
“Aku
punya banyak waktu.” Kata Tuan Bong, Nyonya Seo pun tak mengubrisnya. Tuan Bong
pikir harus bekerja lagi jika punya banyak waktu lalu kembali ke meja kerjanya.
Dan Yi
pun pamit pulang lebih dulu, Eun Ho malah memanggilnya mengaku lupa kalau Song
Yi menyerahkan order produksi jadi meminta agar mengoreksi bagian yang ditandai
merah. Dan Yi marah memberi kode agar memberikan pada yang lain. Eun Ho tak
peduli.
“Bukankah
kau ditunggu? Aku saja jika ada yang menunggumu...” ucap Hae Rin ingin membantu
tapi Eun Ho tetap Dan Yi yang melakukanya.
Dan Yi
pun tak bisa menolak karena Eun Ho seniornya dikantor, Hae Rin bingung dengan
sikap Eun Ho.
Seo Joon
masih tetap menungu didepan kantor, Park Hoon dan Ji Yool keluar dari gedung
bersama. Ji Yool dengan wajah bahagia mengaku senang karena untuk sementara bebas
dan Ibunya sangat terkejut karena Ini kali pertama bilang mencintai seseorang.
“Dia
takut dan berhenti mencarikan kencan buta, tapi Ini hanya bertahan sebulan.”
Kata Ji Yool
“Lalu,
apa kau mau makan malam?” ajak Park Hoon dengan wajah sumringah.
“Aku mau
menemui teman-temanku. Kami akan bersenang-senang di tempat populer.” Ucap Ji
Yool lalu pamit pergi.
“Aku akan
makan ramyeon sendirian.” Keluh Park Hoon lalu sempat menatap Seo Joon, tapi
tak mengenal kalau didepanya adalah designer buku.
Dan Yi
akhirnya memberikan tugasnya dengan wajah cemberut pamit untuk pulang. Eun Ho
menahan Dan Yi sambil agar memeriksa tugasnya lebih dulu, lalu bertanya apakah
itu tadi yang menelp Seo Joon sambil memberikan buku yang tertinggal, Dan Yi
membenarkan kalau Seo Joon mengajak makan malam.
“Kau sudah
tahu. Kenapa menyuruhku bekerja lagi?” keluh Dan Yi kesal. Eun Ho pun hanya
bisa diam saja.
“Di rumah
tak ada makanan, Kau Makanlah di luar.” Ucap Dan Yi lalu meminta Eun Ho yang
membawakan buku pertamanya.
Dan Yi
memoles bibirnya dengan lipstik seperti ingin siap-siap berkencan. Eun Ho
datang dengan syal dan juga jas panjangnya lalu memberitahu kalau malam ini
cukup dingin. Dan Yi seperti tak menyadarinya, lalu keduanya masuk ke dalam
lift bersama.
Eun Ho
melepaskan syalnya memberikan pada Dan Yi karena di luar dingin. Dan Yi pun
mengambilnya mengucapkan terima kasih. Eun Ho tak bisa melihat Dan Yi hanya
memegangnya akhirnya memakaikan di leher agar tak kedingingan.
Seo Joon
masih menunggu, Dan Yi langsung menghampirinya meminta maaf karena sudah
membuatnya menunggu. Seo Joon pikir tak masalah. Eun Ho dengan sengaja berjalan
diantara keduanya memperingatkan agar
Jangan pulang larut lalu berjalan pergi.
“Apa aku
mau pergi sekarang?” tanya Seo Joon, Dan Yi menganguk setuju.
“Kau
pasti kedinginan.” Kata Dan Yi sambil berjalan, Seo Joon mengaku baik-baik
saja.
“Apa Kau
tak lapar?” tanya Seo Joon, Dan Yi mengaku sangat lapar.
Seo Joon
pun mengajak makan makanan enak.untuk Keduanya terlihat seperti pasangan yang
sedang melakukan pendekatan. Eun Ho pun membalikan badan menatap keduanya
dengan tatapan iri.
Park Hoon
sudah membuat ramyun dalam mangkuk dan mengambil gambar dari ponselnya,
wajahnya bangga merasa harus membuka kedai ramyeon karena bentunknya terlalu
bagus untuk dimakan. Saat itu terdengar suara bel. Park Hoon bertanya dari
interkom siapa yang datang.
“Petugas
kantor perumahan.” Ucap Seorang pria berjas. Park Hoon binggung tapi akhirnya
membuka pintu.
Tapi saat
itu seorang wanita dan pria masuk ke rumah, Park Hoon bingung dan meminta
mereka membuka sepatunya sebelum masuk rumah.
Si wanita bertanya apakah Park Hoon pemilik tempat ini. Park Hoon mengaku
sewa seharga 500.000 won per bulan.
“Apa ini Bukan
milikmu? Kau penyewa bulanan?” tanya si wanita mengernyitkan dahi.
“Entah
apa yang pemiliknya katakan, tapi aku tak mau pindah. Bahkan Sewaku masih ada
beberapa bulan.” Kata Park Hoon bingung
“Kau Park
Hoon yang bekerja di Penerbit Gyeoroo, 'kan? Aku ibu Ji Yool” ucap si wanita.
Park Hoon mengerti tapi malah melotot tajam
“Apa Kau
pikir bisa menerobos masuk dengan pria tinggi ini hanya karena kau ibu Ji Yool?”
ucap Park Hoon marah
“Ini
menarik. Kebanyakan pria takut saat kubilang aku ibu Ji Yool. Apa Kau punya
saudara?” ucap Ibu Ji Yool.
“Aku punya
Tiga kakak.” Kata Park Hoon, Ji Yool melonggo kaget.
“Orang
tuamu melakukan apa?” ucap Ibu Ji Yool. Park Hoon menjawab kalau mereka sedang
makan malam.
“Maksudku
pekerjaan mereka!!” tegas Ibu Ji Yool. Park Hoon menjawab kalau Ayahnya wakil
kepala sekolah SD dan ibunya ibu rumah tangga.
“Apa Kau
dan Ji Yool berpacaran?” kata Ibu Ji Yool. Park Hoon membenarkan kalau mereka saling
menyukai.
“Jika kau
mengincar uang keluargaku...” ucap Ibu Ji Yool sinis. Park Hoon tak terima
mendengar "Uang keluargamu"
“Aku tak
peduli soal itu. Satu-satunya yang kupedulikan adalah dia, Oh Ji Yool. Aku
mencintai dia secara tulus, Ibu!” ucap Park Hoon yang membuat Ibu Ji Yool dan
Sek-nya ketakutan.
“Kenapa
kau memanggilku "Ibu"? Putuskan hubunganmu dengan Ji Yool!” ucap Ibu Ji
Yool
“Kurasa
beginilah caramu menjauhkan semua pria yang dia kencani, tapi aku berbeda dari
mereka. Jika kau terus begini, maka aku akan membawa Ji Yol dan kabur
bersamanya.” Tegas Park Hoon mengancam. Ibu Ji Yool ketakutan.
“Jika itu
terjadi, kau tak akan pernah bertemu Ji Yool lagi. Seumur hidupmu, sampai mati.
Jadi... kumohon biarkan kami saling mencintai. Kumohon...” ucap Park Hoon
menangis sambil berlutut lalu meminta agar mereka melepas sepatunya.
Eun Ho
pulang ke rumah dengan wajah marah lalu mengambil air minum dan akan menelp Dan
Yi, saat itu seperti sosok dalam hatinya
keluar memperingatkan kalau yang dilakukan tak benar, memperingatakn agar
jangan telepon Dan Yi.
“Dan Yi
sedang bersama Ji Seo Joon. Itu memang
mengganggu, tapi sikapmu seperti pecundang.” Ucap suara hati Eun Ho akhirnya
Eun Ho akan mengirimkan pesan.
“Jangan
kirim pesan juga. Kau mau tulis apa?” ucap suara hati Eun Ho, Eun Ho menjawab
akan tanya kapan Dan Yi pulang.
“Jangan.
Itu payah... Perbuatanmu di kantor tadi sudah cukup payah.” Ucap suara hati Eun
Ho
“Apa Kau
tahu Ji Seo-jun bilang apa kepadaku? Katanya dia menyukai Dan Yi” kata Eun Ho
panik
“Bahkan
bagiku, yang sangat cerdas, sensitif, dan rasional, ini seperti keadaan
darurat.” Ucap Suara hati Eun Ho.
“Apa kau
bahkan tahu perasaanku sekarangAku ingin mencari di seluruh Seoul dan membawa
pulang Dan Yi” keluh Eun Ho
“Benar,
aku paham perasaanmu. Tapi pada saat begini, jangan bertindak seperti
pecundang. Itu tak benar.” Tegas Suara hati Eun Ho.
“Lalu aku
harus apa?” tanya Eun Ho. Suara hati Eun Ho mengajak mereka untuk berpikir.
Kedunya pun menaruh tangan di kepala untuk sama-sama berpikir.
Dan Yi
dan Seo Joon masuk ke sebuah toko buku,
Seo Joon mangku suka toko buku independen karena semua bukunya
dipilih oleh pemiliknya, jadi, apa pun yang dipilih Dan Yi bagus. Dan Yi mengaku juga suka toko
buku lokal independen lalu melihat sebuah buku ditanganya.
“Toko
buku besar seperti pasaraya di mana buku dipamerkan, tapi tempat ini seperti
ruang yang mengenalkan buku kepada pembaca. Di sini Menyenangkan” ucap Dan Yi
lalu bergegas karena ada pesan adri Eun Ho.
Sementara
Seo Joon melihat judul buku yang dipegang oleh Dan Yi [SENANDIKA YANG KUINGIN
KAU DENGAR]
Dan Yi
membaca pesan dari Eun Ho sedikit menjauh “Dan Yi, sepertinya penanak nasinya rusak.... Tisu di mana?..
Dan Yi, sudah bayar tagihan listrik? Ada memo terlambat membayar... Dan Yi,
pemurni airnya pasti rusak. Airnya tak keluar... Dan Yi, aku lapar.”
Dan Yi
terlihat binggung, Seo Joon mengambil beberapa buku lalu mengajak Dan Yi makan
malam sekarang. Dan Yi pun menganguk setuju
Dan Yi
makan steak memuji kalau rasanya enak. Seo Joon pun senang mendengarnya mengaku
datang bersama ibunya, jadi hanya ia dan ibunya
jadi sengaja mencari restoran enak dan mengajak ke restoran. Dan Yi pikir menyenangkan punya putra seperti
Seo Joon.
“Aku dulu
tak begini... Lalu Ibuku sakit saat aku SMA. Karena itu aku menjadi putra yang
lebih perhatian dan peduli.” Cerita Seo Joon. Dan Yi mengerti.
“Lalu Ini
hadiah...” kata Seo Joon memberikan buku yang tadi dilihat oleh Dan Yi. Dan Yi
pun mengucapkan Terima kasih melihat buku “SENANDIKA YANG KUINGIN KAU DENGAR”
Dan Yi
melihat ada tulisan Seo Joon didalamnya [2019, TOKO BUKU MOONLIGHT.. Aku ke
kantor Dan Yi dan meneleponnya. Lalu kami ke toko buku ini, setelah itu makan
malam. Kuharap dia suka restorannya.”
Seo Joon
meminta Dan Yi agar menuliskan pendapatnya soal makanan. Dan Yi setuju dengan
senyuman. Seo Joon memberikan Hadiah sebenarnya sebuah figura besar. Dan Yi sudah
tahu isinya tak percaya kalau sudah selesai. Seo Joon mengangguk.
“Apa kau
suka?” tanya Seo Joon. Dan Yi melihat gambar dirinya yang sedang meminum soju
mengaku suka sekali. Seo Joon pun mengucap syukur menurutnya sangat bagus.
“Seo
Joon... Menurutku aku harus katakan ini sekarang.” Kata Dan Yi, Seo Joon tak
mengerti maksudnya.
“Kita
hanya teman yang bertetangga, 'kan? Namun, aku terus memikirkan perkataanmu, Katamu
ini kencan.” Kata Dan Yi
“Menurutku
ini kencan. Kenapa? Apa Kau tak suka aku?” goda Seo Joon. Dan Yi mengaku bukan
begitu...
“Begitu
tahu lebih banyak tentang aku, mungkin ketertarikanmu akan hilang. Aku
membicarakan soal usia dan masa laluku. Mungkin kau hanya satu atau dua tahun lebih
tua dariku.” Kata Dan Yi ragu.
“Tak
masalah meskipun lebih tua dari itu. Kenapa masa lalumu? Apa Kau punya catatan
kriminal?” tanya Seo Joon. Dan Yi mengaku bukan itu.
“Sebagian
orang berpikir hal ini lebih buruk dari punya catatan kriminal.”kata Dan Yi.
Seo Joon terlihat makin penasaran.
“Aku
janda cerai.” Akui Dan Yi, Seo Joon pun kaget mendengarnya.
Dan Yi
pulang ke rumah dengan wajah kesal menurunkan kaki Eun Ho yang sedang berbaring
disofa lalu mengumpat kalau itu kono. Eun Ho binggung melihat Dan Yi pulang
dengan wajah marah
“Zaman
sekarang, menjadi janda cerai bukan suatu kekurangan. Kalu Ada masalah, orang
pun bercerai.” Ucap Dan Yi
“Ada apa?
Apa sesuatu terjadi?” tanya Eun Ho penasaran. Dan Yi mengaku sudah memberi tahu Seo Joon kalau statusnya
seorang janda yang bercerai.
“Lalu memang
kenapa?” ucap Eun Ho santai. Dan Yi melihat sikap Eun Ho berpikir kalau tak
masalah,
“Tapi
dia...”keluh Dan Yi, Eun Ho dengan senyuman bahagia ingin tahu reaksi Seo Joon.
Di rumah
Seo Joon
terlihat frustasi merasa menyesal karena menjatuhkan pada saat itu.
Flash Back
Dan Yi
mengaku sebagai janda yang bercerai, saat itu garpu dan pisau Seo Joon
terjatuh. Seo Joon pun berusaha
mengambilnya, pelayan pun datang membantu akan mengambilkan yang baru. Dan Yi
melihat sikap Seo Joon shock, seperti menahan rasa kecewa.
“Dan Yi,
jangan salah paham... Maksudku, tidak... Aku tak terkejut. Aku tak peduli kau
janda cerai atau bukan.. Itu Tidak apa-apa... Tapi Belakangan ini pergelangan
tanganku sakit.” Akui Seo Joon mencari alasan
“Apa Keduanya?”
tanya Dan Yi. Seo Joon membenarkan dengan menjelaskan awalnya yang kanan,
“tapi
jika sering gunakan tetikus...Emm. Apa itu? Apa namanya? Sindrom lorong
karpal... Ya, itu penyebab sakitnya.” Ucap Seo Joon gugup. Dan Yi pun mengerti
“Sebenarnya,
aku juga punya anak... Usianya 12 tahun.”akui Dan Yi, Saat itu Seo Joon sedang
minum langsung memuncratkan airnya. Dan Yi pun terkena semburan, Seo Joon pun
memberikan tissue.
Eun Ho
yang mendengar cerita Dan Yi tersenyum berkomentar kalau Seo Joon tak baik. Dan
Yi seperti tak yakin lalu memberitahu kalau ada lagi yang membuatnya
kecewa. Sementara dirumah, Seo Joon
terihat sangat frustasi karena melakukan pada saat yang salah
Flash Back
Dan Yi
membersihkan wajahnya, Seo Joon pun meminta maaf. Dan Yi pikir Seo Joon tampak
sangat terkejut. Seo Joon mengelak kalau
sama sekali tak terkejut menurutnya tak masalah kalau punya anak, lalu
tiba-tiba ia merasakan cekukan.
“Airnya
masuk ke saluran yang salah... Aku sungguh tak apa-apa, Dan-i... Itu semua
kebetulan... Aku memang mengidap sindrom lorong karpal, dan airnya masuk...”
ucap Seo Joon mencoba nepuk dadanya.
“Dan
usiaku 37 tahun. Kau pikir pasti Mungkin hanya "satu atau dua tahun"
lebih tua. Jadi Berapa usiamu? Aku jauh lebih tua darimu, 'kan?” kata Dan Yi
“Aku..
Aku... Usiaku 29 tahun.” Akui Seo Joon yang terlihat sangat gugup. Dan Yi pun
menyuruh Seo Joon agar minum karena cekukan.
Seo Joon
terlihat sangat frustasi berbicara dengan Geum Bi kalau berpikir harus mati
saja. Geum Bi pun menjawab dengan gonggongan. Eun Ho yang mendengar cerita Dan
Yi langsung mengumpat Seo Joon itu
pecundang dan menurutnya itu konyol.
“Lalu?
Apa yang terjadi setelah itu?” tanya Eun Ho menahan rasa bahagianya.
“Menurutmu
Apa? Kami naik taksi bersama.” Ucap Dan Yi. Eun Ho tak percaya kalau Seo Joon
yang tak mengantarnya pulang.
“Dia
menawarkan, tapi kubilang tak perlu.” Kata Dan Yi kesal. Eun Ho memuji sikap
Dan Yi menurutanya Dan Yi Jangan pergi bersamanya lagi.
“Dia
mungkin tak akan meneleponku lagi, 'kan?” ucap Dan Yi sedih. Eun Ho heran melihat
sikap Dan Yi lalu bertanya apakah merasa sedih.
“Maka
seharusnya kau tak bilang, maka Kau bisa terus keluar bersamanya.” Ucap Eun Ho
berpura-pura memarahinya.
“Tapi Aku
harus bilang, karena Sepertinya dia menyukaiku.” Kata Dan Yi, Eun Ho merasa tak
peduli dengan perasaan Seo Joon karena yang terpenting adalah Perasaan Dan Yi
yang lebih penting.
“Katamu
dia hanya teman dekat rumah.” Kata Eun Ho, Dan Yi mengaku terlihat senang.
“Itu...
Dia mengajakku ke toko buku dan restoran bagus. Aku senang saat bersamanya.”
Akui Dan Yi
Eun Ho
langsung berkomentar Selera pria Dan Yi payah. Dan Yi pun mengakuinya, karena
bisa melihat Dong Min lalu masuk ke kamarnya. Eun Ho melihat buku yang dibawa
Dan Yi, dan membaca note yang dituliskan Seo Joon teringat yang dikatakan Dan
Yi “Aku harus bilang. Sepertinya dia menyukaiku.”
Dan Yi
sudah berganti pakaian akan melihat Penanak nasi yang rusak. Eun Ho berlari ke
dapur mengaku tak ada masalah, Dan Yi
ingin mencari Tissue. Eun Ho megaku sudah ketemu dan tagihan listriknya salah
kirim. Dan Yi bertanya apakah Eun Ho sudah makan.
“Belum,
aku sangat lapar.” Kata Eun Ho. Dan Yi menawarkan untuk memasakan mie. Eun Ho
pun dengan senang hati.
“Dan
Yi... Jangan terlalu memikirkan kejadian dengan Seo Joon.” ucap Eun Ho. Dan Yi
pikir itu sudah usai dan merasa baik-baik saja.
“Aku juga
bisa memahaminya... Maksudku, coba pikirkan... Anggap kau mulai menyukai
seorang wanita. Tapi dia delapan tahun lebih tua, janda, dan punya anak... Bukankah
kau akan mundur?” ucap Dan Yi
“Itu tak membuatku
mundur dan semua tak menggangguku.” Kata Eun Ho yang menyukai Dan Yi merasa tak
masalah.
“Apa Kau
mau berkencan dengan janda cerai?!! Sadarlah.”keluh Dan Yi
“Bagaimana
jika aku tetap suka?”ucap Eun Ho menatap Dan Yi, Dan Yi tetap menyuruh agar Eun
Ho sadar sambl memukul keras.
“Berkat
kau aku sadar... Dia terlalu naif untuk tahu perasaanku.” Kata Eun Ho kesal
lalu meninggalkan dapur.
“Kau mau
mi pedas atau sedang?” tanya Dan Yi, Eun Ho yang marah, tak mau makan. Eun Ho
yang masuk kamar merasa kehidupan pribadi Dan Yi yang sangat rumit.
[RAPAT
MINGGUAN]
Tim
pemasaran memberitahu Kang Yeon Joon meenyelesaikan draf prosa yang pertama dan
Hasilnya bagus karena Tuan Kang bekerja
keras membuatnya dan salinan finalnya akan siap pekan depan. Tuan Kim pikir
mereka punya waktu sampai perilisannya.
“Apa Bisa
percepat perilisannya?” tanya Tuan Kim. Eun Ho memberitahu kalau mereka sengaja beri waktu lebih bagi Pak Kang.
“Kurasa
tak perlu diubah agar dia bisa cek ulang semuanya.” Kata Eun ho
“Menurutku
bukan ide buruk mempercepat perilisan jika bisa.” Ucap Nyonya Goo.
“Sebentar
lagi musim semi. Kurasa itu akan laku. Hal sentimental begitu laku pada musim
semi.” Kata Nyonya Seo
Saat itu
seseorang membaca sebuah puisi “ Bersama angin musim semi.. Musim semi... Musim
semi mengalir pada darahku seperti aliran air sungai.” Semua menatap kearah
Tuan Bong yang sedang duduk di samping jendela terlihat sangat frustasi dan
membaca puisi.
“Dia
kambuh.” Kata Tim pemasaran. Park Hoon bertanya apa maksud perkataanya. Si pria
mengaku kalau Tuan Bong sakit parah.
“Dia
terus kambuh saat orang-orang mulai lupa.” Kata si pria. Ji Yool ingin tahu
Tuan Bong yang terus membaca puisi itu sakit apa.
“Penyakit
puisi. Perusahaan rugi karena dia menerbitkan puisi. dan Kali ini tak akan
terjadi. “ucap si Pria seperti sudah biasa melihat sikap Tuan Bong.
Tuan Bong
membagikan berkas diatas meja agar semua bisa melihatnya, Tuan Kim langsung
menyudahi rapat, mereka pun akan siap keluar dari ruang rapat. Tuan Bong bertanya siapa yang butuh pemurni
air, semua langsung pergi mengaku tak pemurni air.
“Hei,
tunggu. Apa Kau tak butuh pemurni air?” ucapTuan Bong pada juniornya. Si pria
megaku meminum air rebusan.
“Sekarang
siapa yang melakukan itu? Bilang saja tak mau beli.” Keluh Tuan Bong dan tak
sengaja bertatap muka dengan Nyonya Seo ingin menawarkan produk.
“Kami sudah
punya pemurni air di rumah. Mantan suamiku terlalu menyayangi orang lain. Kami
beli pemurni air Penyair Jeong Geum-seon, lalu toilet Penyair Yun Seok-yeong, kami
bahkan beli kursi pijat Penulis Yu Min-su. Kami sudah punya itu semua.”ucap
Nyonya Seo penuh penekanan lalu keluar ruangan.
“Mari percepat
perilisan buku Nona Kang...Nona Song, lakukan cek ulang. Pak Bae, cek
pengaturan pencetak.” Kata Eun Ho pada timnya. Keduanya menganguk mengerti lalu
keluar dari ruangan.
“Hei,
Eun-ho... Kita harus terbitkan koleksi puisi...Apa Kau kenal Penyair Choi
Hyeong Soo? Dia menulis puisi tentang musim semi Dan itu luar biasa. Bernilai
sastra, sangat bermakna.” Kata Tuan Bong menyakinkan.
Eun Ho
tak menjawab malah memeluk Tuan Bong dengan erat, lalu berjalan pergi. Tuan
Bong terlihat binggung dan berpikir kalau mereka harus beri kesempatan pada penulis yang
kurang dukungan, karena mereka ada di
bisnis yang sama jadi harus saling bantu. Tuan Kim mencoba menghindar dan masuk
ke dalam ruangan.
Tuan Bong
pikir tak ada yang salah dengan sikapnya, lalu merengek agar Tuan Kim
membelinya karena punya banyak uang dengan meminta agar membayangkan betapa
sulitnya keadaan Pak Park sekarang enurutnya Puisinya yang terakhir terbit tapi
hanya terjual 240 eksemplar.
“Itu
berarti dia hanya dibayar 240.000 won.” Ucap Tuan Bong merasa kasihan.
“Lalu kau
Pikirmu berapa yang didapat perusahaan penerbit jika dia hanya dapat 240.000
won? Perusahaan akan merugi. Kita bahkan tak menerbitkan puisi.” Ucap Tuan Kim
“Jadi,
kenapa tak bantu dia dan beli satu?” ucap Tuan Bong. Tuan Kim mencoba berbicara untuk menyadarkan
temanya.
“Ji-hong...
Kau sudah bercerai dan apa kau masih melakukan ini? Kau sungguh harus
bercermin. Aku paham kau ingin membantu orang yang kesulitan Tapi setidaknya
kau harus masuk akal. Kau harus pikirkan orang-orang di sekitarmu dulu.” Ucap
Tuan Kim. Nyonya Seo mendengar dari depan pintu.
“Setiap
kali kau cuti, kau selalu mengunjungi kakakmu di penjara atau mengajak anak
kakakmu ke taman hiburan. Jika sudah menikah, kau harus pikirkan keluargamu
dulu... Dasar berandal.” Ucap Tuan Kim marah
“Aku
tahu. Aku memang bukan suami terbaik.” Kata Tuan Bong. Tuan Kim pikir begitu
juga dengan masalah puisi ini.
“Kau tahu
benar bahwa kita hanya akan merugi. Tapi setiap pergantian musim, kau selalu
memohon untuk terbitkan koleksi puisi. Kau harus dewasa.” Tegas Tuan Kim.
Tuan Bong
mengerti lalu keluar dari ruangan. Tuan Kim mengeluh Tuan Bong yang menaruh
brosur diatas mejanya. Saat itu Tuan Bong melihat Nyonya Seo didepan pintu tak
mengubrisnya.
Nyonya
Seo masuk ruangan memberikan berkas karena tak sempat selesaikan rapatnya jadi
membuat laporan penjualan buku Sudut Terakhir yang pernah hanya terjual sepuluh
eksemplar. Tuan Kim pikir ini sudah
terbit selama sebulan dan merasa tak akan membaik.
“Tapi aku
tak mau menyerah dengan mudah. Aku memikirkan strategi penjualan baru.” Kata
Nyonya Seo yakin agar Tuan Kim bisa melihat berkasnya.
“Pak
Kim... Itu yang mau kukatakan sebagai manajer Tim Pemasaran. Dan Kini, ada yang
ingin kukatakan sebagai teman.” Ucap Nyonya Seo. Tuan Kim mempersilahkan.
“Apa Kau
anggap Ji-hong lemah? Apa dia tampak lemah karena dia patah hati setelah kami
bercerai? Apa penyitaan tagihan bulanan mantan suamiku merugikanmu? Kau tak
perlu membeli pemurni air atau menerbitkan koleksi puisi. Tapi apa hakmu untuk
menyuruhnya dewasa?” ucap Nyonya Seo marah. Tuan Kim pun hanya diam saja.
“Mungkin
aku sudah berpisah dengan Ji-hong karena akhirnya aku muak dan lelah. Tapi aku
masih tahu bahwa dia pria yang baik. Kami tak bercerai karena dia pria yang
jahat. Aku bercerai karena hidup sebagai istrinya melelahkan. Tapi kau tak
berhak... Kau tak berhak mengajari dia soal perceraian kami.” Ucap Nyonya Seo
meluapkan amarahnya.
Tuan Kim
hanya diam saja, Nyonya Seo akhirnya meminta maaf. Tuan Kim pikir tak masalah
walaupun terlihat shock.
Di pantry
Ji Yool
tak percaya kalau Park Hoon bilang pada ibunya
akan kabur bersamanya. Park Hoon membenarkan dengan wajah bangga, Ji
Yool menceritaka kalau Ibunya sangat kaget dan berkomentar tak pernah bertemu
orang seperti Park Hoon.
“Benar.
Ji Yool, ini pengalaman baru bagimu. Aku berbeda dengan semua pria yang pernah
kau temui. Ibumu datang ke rumahku untuk mengancamku, tapi aku tak mundur.”
Kata Park Hoon bangga
“Tapi
kita tak berkencan.” Ucap Ji Yool, Park Hoon membenarkan hal itu.
“Silakan
manfaatkan aku... Aku mengizinkanmu... Gunakan aku untuk mendapatkan
kebebasanmu... Ibumu takut, berpikir aku sungguh akan kawin lari denganmu.
Jadi, aku yakin, dia tak akan ganggu kehidupan pribadimu.” Ucap Park Hoon
Ji Yool
pikir itu benar. Park Hoon meminta agar Ji Yool memberitahu Jika ibunya
mengganggu lagi karena kalau melakukan ini maka akan menghilang bersamanya. Ji
Yool tak percaya kalau Park Hoon mau
lakukan itu untuknya.
“Terima
kasih.” Ucap Ji Yool yang langsung memeluknya, Park Hoon panik karena mereka
ada di kantor. Tapi Ji Yool tak peduli terus memeluk Park Hoon sebanyak tiga
kali.
“Mari
berhenti.. Astaga, aku kaget saat kau memelukku... Kau memelukku tiga kali.”
Ucap Park Hoon dengan senyuman sumringah. Ji Yool pun terlihat bahagia.
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar