PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Joon Ha
pulang ke rumah, sementara Saat itu kakek datang menemui Hye Ja ditaman dengan
senyuman bahagia merasa tidak percaya ingin bertemu terlebih dahulu dan merasa
tersanjung. Hye Ja menyuruh kakek akan
membalikan badan. Si kakek mengikutinya.
“Jangan
berbalik dan dengarkan. Aku mendengar kau memiliki beberapa koneksi dengan
polisi setempat dengan baik.”kata Hye Ja. Si kakek ingin Hye Ja menjelaskan
lebih rinci.
“Aku
ingin Lihat apa yang bisa kau temukan pada Lee Joon Ha di ruang pameran, terutama
tentang apa yang terjadi antara dia dan ayahnya. Jangan tinggalkan cerita apa
pun. Aku ingin mengetahui semuanya.” Tegas Hye Ja.
“Kemudian...
sebagai gantinya, apakah kau akan berkencan dengan ku?” kata Si kakek tersenyum
bahagia, tapi saat membalikan badan Hye Ja sudah tak ada.
“Aku
harus mengatakan, dia sangat menawan.” Kata Si kakek malah makin suka dengan
Hye Ja.
Joon Ha
pulang ke rumah, hanya bisa melonggo melihat rumahnya sudah berantakan dan tahu
pasti ulang ayahnya. Ia pun akhirnya melempar bir untuk melampiaskan amarahnya.
Hye Ja dan Si kakek akhirnya bertem
kembali ditaman.
“Aku
meminta teman-temanku untuk bertanya tentang dia, dan sepertinya dia dalam
situasi yang rumit. Aku merasa tidak enak untuknya. Aku pikir dia bahkan
melukai dirinya sendiri untuk melindungi neneknya, tapi dia meninggal setelah
itu, dan dia telah dituntut karena menuduh ayahnya.” Cerita Si kakek
“Kau bisa
lihat, setiap pria tampan memiliki kehidupan yang keras, sama seperti ku.” Kata
si kakek.
“Terima
kasih untuk informasi... Kau tahu bahwa kau tidak harus memberi tahu orang lain
tentang ini, kan? Itu akan menjadi rahasia kita.”tegas Hye Ja.
“Rahasia kita? Hanya antara
kau dan aku.” Kata si kakek bahagia dan tak melihat Hye Ja ada didekatnya
Hye Ja
pergi ke rumah Joon Ha tak berpikir Joon Ha
belum pulang. Tapi Joon Ha ternyata sudah ada di depan motel. Nyonya
Angkuh melihat Joon Ha menunggu merasa tak enak hati karena pasti lehernya dingin
dan akan memberikan syal.
“Aku
baik-baik saja. Aku masih muda, kau tahu.” Ucap Joon Ha menahan Nyonya angkuh
tak melepaskan syalnya.
“Apa yang
kau lakukan hari ini?” tanya Joon Ha, Nyonya Angkuh pasti Joon Ha tahu kalau
anya menonton TV dan berjalan-jalan.
“Datanglah
ke ruang pameran. kau pasti bosan.” Kata Joon Ha. Nyonya Angkuh mengaku punya
teman. Joon Ha bertanya siapa.
“Ada
seseorang, Aku akan memperkenalkanmu padanya waktu berikutnya.” Kata Nyonya
Angkuh senang lalu memberikan surat pada Joon Ha.
“Maaf aku
harus bertanya padamu setiap saat. Aku harus mengirimnya ke alamat yang sama, kan?”
kata Joon Ha. Nyonya Angkuh membenarkan.
“Dan aku
hanya ingin tahu... Dia belum menjawab, kan?” ucap Nyonya Angkuh. Joon Ha
membenarkan dan yakin akan segera membalasnya.
Tiba-tiba
Tuan Park datang langsung menyindir Joon Ha kalau Sekarang mengerti apa yang sedang terjadi dan
mengira Nyonya Angkuh telah memberinya uang saku. Joon Ha menyuruh Nyonya
Angkuh untuk masuk motel saja dan akan kembali besok untuk menjemputnya.
“Ibu..
Hati-hati. .. Orang ini berbahaya. Dia membangkitkan insting pelindung dengan
matanya yang tampak sedih.” Sindir Tuan Park. Joon Ha bergegas agar Nyonya
Angkuh masuk saja.
“Selamat
malam... Kita bisa bicara di ruang pameran besok.” Kata Joon Ha segera pergi
meninggalkan Tuan Park
“Lihat
dirimu melarikan diri sekarang karena aku sudah menangkapmu.” Sindir Tuan Park
Hye Ja
datang terlihat senang karena sudah menduga datang menemui Nyonya Angkuh. Ia mengatakan
harus berbicara dengan Joon Ha tentang sesuatu. Tuan Park melihat Hye Ja
langsung memperingati Karena Joon Ha itu
penipu.
“Dia Bukan
penipu sepertiku. Tapi Dia benar-benar penipu dengan catatan kriminal. Apakah
kau masih sering mengunjungi pengadilan?” ucap Tuan Park. Joon Ha ingin memukul
tapi Hye Ja lebih dulu menampar Tuan Park.
“Kalau
begitu katakan padaku betapa polosnya hidupmu. Aku akan mendengarkan. Setiap
orang memiliki kekurangan jadi Itu semua sama saja. Kita semua melakukan
perbuatan jahat. Kau harus berusaha untuk bergaul dengan rekan kerjamu.” Kata Hye
Ja.
“Coba kau
lihat, Orang itu memukul ayahnya sendiri
dan membunuh neneknya. Aku tidak bisa berteman dengan bajingan seperti itu.” Kata
si pria
“Astaga,
bagaimana kau bisa mengatakan itu?” ucap Hye Ja. Joon Ha tak bisa menahan
amarah ingin memukul tapi Hye Ja menahan Joon Ha agar menatapnya untuk tak
melakukanya.
“Kau tidak
harus memukulnya. Jangan... Tolong, jangan lakukan itu.” Kata Hye Ja memohon. Joon
Ha seperti bisa melihatnya tatapan tulus Hye ja.
Hye Ja
mengaku ingin memberitahu untuk minta maaf karena terlalu cepat mengambil
kesimpulan tentang Joon Ha. Ia mengaku baru tahu hari in tentang semua yang
telah Joon Ha lalui dan juga mendengar
Joon Ha menyerah untuk menjadi seorang reporter.
“Aku
mungkin tidak menjadi reporter bahkan jika itu tidak pernah terjadi. Bagaimana
jika ini aku saat menjadi reporter? Setiap kali aku marah, aku memukul orang
lebih dulu. Aku tidak bisa mengendalikan amarah ku ... dan selalu menyebabkan
masalah seperti orang gila. Bagaimana jika aku bersikap seperti itu?” kata Joon
Ha.
“Tidak...
Aku tahu betul bahwa kau tidak seperti itu.” Kata Hye Ja menyakinkan.
“Ayahku
adalah sangat bajingan dan ibuku
meninggalkanku ketika aku masih bayi karena dia tidak mau berjuang merawatku.
Jadi Anak mereka tidak bisa menjadi orang baik.” Kata Joon Ha yakin
“Jangan
bicara tentang dirimu seperti itu. Berhentilah mengatakan hal-hal seperti itu!”
ucap Hye Ja.
“Tolong
berhenti mengingatkanku bahwa aku berada di keadaan paling bawah, Astaga, aku hanya hidup karena tidak bisa
mati. Tapi kau terus mengatakan kepadaku bahwa aku di bawah dan aku harus
melakukan yang lebih baik.” Ucap Joon Ha.
“Jangan
membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab seperti itu.” Tegas Hye Ja.
“Apakah mata
ini terlihat seperti mata orang yang hidup? Ini tidak disebut hidup. Jadi Beri
tahu cucumu bahwa Lee Joon Ha yang dia
kenal sudah mati.” Kata Joon Ha terlihat kehilangan semangat hidupnya.
Hye Ja
duduk dikamar terdengar suara ibunya yang mengeluh menyuruh kakaknya untuk mencuci
kaki sebelum tidur dan memohon setidaknya Lepaskan kaus kakinya. Hye Ja hanya
bisa terdiam mendengar perdebatan keluarganya.
“Astaga,
lepaskan kaus kakimu. kau tidak pernah melepas kaus kakimu sendiri. Ketika aku
mati, aku ingin kau mengambil kaus
kakimu dan kenakan ...” ucap Nyonya Lee marah. Akhirnya Hye Ja berdoa.
“Tolong
beri aku satu kesempatan saja. Jika aku bisa kembali ke masa . dan membuat
semuanya kembali seperti semestinya, Tolong, sekali saja.” Pinta Hye Ja sambil menangis memohon.
Hye Ja
terbangun dari tidurnya terlihat tak sadar kalau tertidur. Tiga nenek sudah ada
di salon dan Nyonya Lee sedang mengeriting rambut. Hye Ja bergegas membersihkan
lantai dari rambut. Dua nenek memanggil Hye Ja meminta secangkir kopi. Hye Ja
mengerti akan membuatkana.
“Apa yang
baru saja kau katakan?” ucap Hye Ja tersadar lalu menatap cermin tak percaya
wajahnya kembali seperti dulu.
Ia
langsung menjerit memeluk ibunya seperti tak percaya melihatnya dan memastikan
pada ibunya dan juga pada dua nenek kalau wajahnya yang masih muda. Si nenek
pun mengatakan Hye Ja itu terlihat seperti seorang wanita muda berusia 20-an
lalu bergegas masuk kamar.
“Hye
Ja....Kau cantik ini.” Puji Hye Ja pada dirinya sendiri lalu berlari ke luar
rumah dan berdiri menghadang Hyun Joo yang mengemudikan motornya.
“Astaga,
apakah kau kehilangan akal sehat? Aku hampir memukulmu!”teriak Hyun Joo
“Hei,
lihat aku. Ini aku, Hye Ja.” Kata Hye Ja menunjuk wajahnya. Hyun Joo binggung.
Hye Ja tak peduli langsung berlari menjerit bahagia karena sudah kembali
menjadi muda.
“Ada apa
dengan dia? Apakah dia mendapatkan sesuatu dari Yeong Sono?” ucap Hyun Joo
melihat temanya.
Beberapa
anak sedang bermain bola melonggo karena
tiba-tiba daun berterbangan. Hye Ja berlari dengan sangat cepat, wajah Hye Ja
tersenyum bahagia karena bisa lari sekarang dan bisa menggerakkan kakiny seperti
yang diinginkan.
“Coba Lutut
ku tidak lagi membuat suara retak itu!” kata Hye Ja bisa berlari saat menaiki
tangga yang banyak.
Ia
menari-nari bahagia, lalu kembali menuruni tangga dengan cepat, kakinya seperti
tersandung dan jatuh. Hye Ja seperti masih tetap bahagia karena mengaku sangat
suka seperti dalam mimpi saja.
Sang Eun
sedang membersihakan meja di minimarket dikagetkan dengan Hye Ja yang tiba-tiba
sudah muncul dijendela. Hye Ja bergegas masuk memberitahu kalau dirinya Hye Ja
yang berusia 25 tahun. Sang Eun heran bertanya apakah Hye Ja ditolak lagi. Hye
Ja tak mengerti maksudnya.
“Apakah
kau ditolak oleh pria itu , siapa yang ingin menjadi reporter dan menjadi gila?”
ucap Sang Eun.
“Oh, Joon
Ha” kata Hye Ja teringat dengan Joon Ha lalu bergegas pergi.
Hye Ja
pergi ke rumah Joon Ha terlihat tergesa-gesa bertemu dengan Nenek Joon Ha. Nenek
Joon Ha mengetahui Hye Ja putri penata rambut memberitahu kalau Joon Ha tidak
ada di rumah.
“Tapi dia
tidak akan pulang terlambat Karena pekerjaan paruh waktunya. “ ucap Nenek. Hye
Ja mengaku sudah tahu
“Tapi
Kenapa kau kehabisan nafas? Apakah kau ingin air minum?” ucap Nenek Joon Ha
lalu memberikan minum. Hye Ja pun meminumnya.
Baiklah,
Nyonya aku Harap kau tetap sehat. “ kata Hye Ja. Nenek Joo Ha bingung tapi
akhirnya mengucapkan Terima kasih.
“Berjanjilah
padaku.” Kata Hye Ja memohon. Nenek Joon Ha menganguk mengerti.
Hye Ja
menunggu didepan rumah, Tuan Kim turun dari mobil menyapa anak gadisnya
bertanya kenapa ada diluar rumah. Hye Ja terdiam melihat kaki ayahnya yang
masih baik-baik saja. Tuan Kim memuji anaknya karena yang terbaik. Hye Ja langsung memeluk ayahnya.
“Apa yang
kau katakan, bagaiman dengan semangkuk udon bersamaku?” ucap Tuan Kim. Hye Ja
pun setuju.
Keduanya
akhirnya duduk dibar sambil minum soju, Tuan Kim menatap anaknya. Hye Ja
bertanya Apakah ada yang salah dengan wajahnya. Tuan Kim mengaku Hanya saja
anaknya sangat cantik. Hye Ja mengeluh dengan godaan ayahnya.
Hye Ja
melihat Joon Ha yang baru pulang melewati bar, saat akan mengejarnya mie udon
datang. Si paman mengatakan kalau memberika Mie ekstra untuk pelanggan
tetapnya. Hye Ja bergegas memakannya karena ingin bertemu dengan Joon Ha.
“Hei.. Makan
perlahan. kau akan sakit perut.” Kata Tuan Kim
“Ayah,
aku harus berada di suatu tempat.” Kata Hye Ja lalu pamit pergi.
Hye Ja
berlari keluar dari bar, Joon Ha ditarik keluar oleh neneknya yang terlihat
marah, Neneknya memberitahu kalau ayah Joon Ha akan segera pergi. Hye Ja
melihat Joon Ha yang berlari keluar dari rumah lalu mengikutinya dari belakang.
“Jangan...
Itu akan menyakitkan... Itu akan menyakitimu... Itu akan menyakitimu untuk
waktu yang lama.” Pinta Hye Ja menahan Joon Ha yang akan memukul kepalanya
dengan baik. Joon Ha akhirnya hanya bisa
menangis meluapkan amarahnya. Hye Ja pun memeluknya dengan erat.
Keduanya
akhirnya duduk di taman, Joon Ha mengaku merasa lebih baik, tetapi tadi sangat
memalukan. Hye Ja melihat kalau Joon Ha terlihat lucu dan menurutnya tadi Tidak
apa-apa. Joon Ha mengaku semua tempat pernah ditinggali
“Aku
belum tinggal di seluruh korea, kecuali untuk Pulau Jeju. Ayahku terus
mengalami masalah uang. Jadi Aku pindah setiap tahun di sekolah dasar.” Cerita Joon
Ha. Hye Ja pikir Kedengarannya sulit.
“Kau
Pasti sulit berteman.” Kata Hye Ja. Joon Ha berpikir Dimanapun akan hidup,
pasti hanya tinggal di sana hanya sementara.
“Aku
tidak pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi terikat pada suatu daerah. Tapi
sekarang... Aku mulai memahaminya. “.” Kata Joon Ha.
“Mengapa?
Aku agak suka lingkungan ini Kecuali bahwa orang terlalu banyak bicara Disini
Cukup bagus di musim semi...Bunga ada di mana-mana ... itu terlihat Cantiknya.”
Kata Hye Ja.
“Mari
kita lihat bersama.. Musim semi.” Ucap Joon Ha, keduanya saling menatap.
Hye Ja
terlihat gugup berpikir pasti mabuk dan merasa tiba-tiba tubuhnya seperti terbakar.
Joon Ha bertanya apakah mereka bisa pergi bersama. Hye Ja pun tak menolak
walaupun terlihat gugup.
Joon Ha
mengantar Hye Ja pulang ke rumah, Hye Ja berpesan agar Joon Ha Pulang dengan
selamat, keduanya terlihat sumringah. Joon Ha pun berpesan sampai jumpa besok.
Hye Ja akhirnya masuk dengan wajah sumringah tak percaya kalau akan bertemu
dengan Joon Ha.
“Apa yang
harus aku lakukan? "Sampai jumpa besok." Kenapa dia mengatakan itu?”jerit
Hye Ja tak percaya. Joon Ha pun pulang ke rumah dengan wajah bahagia.
Hye Ja
keluar dari rumah dengan pakaian rapih, tiga nenek menyapanya berpikir kalau
akan berkencan. Nenek satu mengaku iri dengan Hye Ja dan berpesan harus
menikmatinya ketika bisa. Hye Ja dengan malu-malu mengaku ini bukan kencan.
“Siapa
pria itu? Apakah dia tampan?”tanya Nenek Dua penasaran.
“Aku
tidak dapat menyangkal bahwa dia menarik.”kata Hye Ja.
“Pria harus
memiliki tubuh yang besar Dan mereka harus tinggi.” Ucap Nenek tiga.
“Dia
tidak setinggi itu... Apa Hanya sekitar 187cm?” kata Hye Ja mengukur tinggi
Joon Ha yang mejulang.
“Aku kira
kau bisa mengatakan dia pria yang cukup tinggi.” Goda si nenek.
“Astaga,
aku tidak yakin. Semua orang mengatakan dia sangat tampan, jadi aku hanya
mengangguk.” Kata Hye Ja malu-malu lalu pamit pergi.
Joon Ha
sudah menunggu dengan style Jins dan kaos, duduk dengan menekuk satu kakinya.
Hye Ja diam-diam melihat dari kejauhan lalu mengagumi Joon Ha yang sangat
tampan dan terlihat sangat gagah.
“Yah.... kau
telah lulus!” ucap Hye Ja terlihat senang. Saat itu Joon Ha melihatnya, Joon Ha
malu langsung bersembunyi dengan wajah panik.
Akhirnya
Hye Ja keluar dan Joon Ha tersenyum melihatnya. Keduanay pun pergi kencan
bermain billiard, lalu dance di arcade dan Joon Ha mencoba mengambil boneka
dari mesin, setela itu bermain tembak-tembakan. Joon Ha terus menatap Hye Ja
yang terus bercerita sambil minum wine.
Hye Ja
tanpa sadar sudah membuat mulutnya terkena bekas wine, Joon Ha tak peduli terus
menatap Hye Ja penuh cinta. Keduanya pun berjalan bersama, Hye Ja terus
bercerita tanpa sadar Joon Ha sudah tak berjalan disampingnya.
Joon Ha
tiba-tiba datang dengan memberikan sebuket bunga, Hye Ja tersenyum bahagia dan
Joon Ha pun tersenyum lebar seperti keduanya terlihat sangat bahagia.
Akhirnya
Keduanya akan berjalan pulang, tangan mereka sempat bersentuhkan dan membuatnya
jadi gugup. Hye Ja mencoba mencium bunga agar mengurangi rasa gugupnya, tapi
malah daun yang menempel di hidungnya.
“Haruskah
aku membawanya jika berat?” tanya Joon Ha. Hye Ja menolak mencoba mengeluakan
daun dari hidungnya.
Saat itu
sebuah mobil lewat, Joon Ha menarik Hye Ja untuk minggir, Hye Ja terdiam
melihat tangan Joon Ha dilenganya, akhirnya Joon Ha pun mengambil kesempatan
dengan mengandeng tangan Hye Ja berjalan pulang.
“Apakah
kau mengurus hal itu sebelumnya?” tanya Joon Ha. Hye Ja bertanya apa maksudnya.
“Ketika
kau datang untuk mengambil kembali arloji mu, kau mengatakan itu adalah sesuatu
yang kau tidak bisa menyerah.” Kata Joon Ha. Hye Ja mengucapkan terimakasih
karena sudah menyelesaikanya.
“Ngomong-ngomong,
dapatkah kau menjanjikan satu hal padaku? Berjanjilah padaku kau akan menjadi
reporter. Berjanjilah padaku, Jangan tanya alasanya” kata Hye Ja memohon. Joon
Ha setuju.
“Dan kau
tidak harus katakan padaku untuk menjadi
pembawa berita atau semacamnya. Itu kejam.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengaku tidak
akan mengatakan itu.
“Aku akan
menjadi reporter seperti yang kau katakan. Jadi kau harus ... Jadilah Pacarku...Jangan
tanya kenapa.” Kata Joon Ha. Hye Ja terlihat malu.
Hye Ja
tiba-tiba menjatuhkan bunga diatanganya, lalu panik karena tanganya yang
terlihat tak terlihat. Ia seperti
merasakan waktunya berputar, lalu memberitahu Joon Ha kalau merasa sangat aneh
dan tubuhnya seperti aneh.
“Apa kau
merasa mual? Apakah kau ingin pergi ke rumah sakit?” ucap Joon Ha panik
“Joon
Ha... Bisakah aku ... memelukmu sekali ini saja?” kata Hye Ja panik dan
akhirnya Joon Ha memeluknya. Keduanya berpelukan dengan erat.
“Joon
Ha...Bahkan jika...Aku kembali, kau lebih baik jangan lupakan aku. Ingatanku adalah satu-satunya hal yang bisa ku jalani.
Jika kau melupakan aku, Aku akan sangat marah.” Kata Hye Ja.
“Aku...
akan menjadi wanita tua... Bukankah ini lucu? Aku juga merasa lucu. Ketika aku
bangun dari mimpi ini, maka Aku akan kembali menjadi wanita tua. Maafkan aku,
Joon Ha...Maafkan aku.” Ucap Hye Ja menangis.
Hye Ja
masih tertidur sambil menangis lalu terbangun dan mengeluh karena Seandainya tahu akan bangun seperti ini, maka
akan menciumnya. Ia pun merasa haus keluar dari kamar dan kembali menjadi tua
setelah bermimpi kembali seperti sebelumnya
Hye Ja
masuk ke kamar kakaknya mengatakan ingin
70 persen. Dan mengajak Jika mengeluh
maka akan membuatnya 80. Young Soo yang tertidur binggung apa maksud adiknya.
Hye Ja akhirnya meminta 90 persen. Young Soo setengah sadar seperti tak
mengerti.
“Aku akan
berada di siaran langsungmu, tapi aku ingin 90 persen bintang. Tidak akan ada
negosiasi. Kita akan mulai malam ini. Jadi Kau Siap-siap dan lakukan.” Kata Hye
Ja lalu keluar kamar. Young Soo seperti tak peduli kembali tidur.
Nyonya
Angkuh keluar dari motel terlihat canggung karena memakai popok. Hye Ja
memberikan senyuman manisnya pada Nyonya Angguh, menunjuk kalau memakai popok yang sama. Keduanya akhirnya pergi bersama menaiki
mobil.
“Jangan
khawatir. Kita ramping, jadi tidak ada yang tahu.” Kata Hye Ja menyakinkan
sebelum masuk mobil.
Nyonya
Angkuh akhirnya masuk lebih dulu, lalu Hye Ja naik dan sempat saling menatap
Joon Ha yang mengemudikan mobil. Tapi keduanya seperti berusaha saling acuh.
Di dalam
ruangan, para nenek dan kakek sedang berlatih menyanyi trot. Hye Ja dan nenek
Angkuh ikut menyanyi terlihat sangat bahagia tak seperti sebelumnya. Hye Ja
juga menyuapi temanya yang sebelumnya memberikan permen untuknya, Nyonya Angkuh
dan Hye Ja seperti suda sangat dekat.
Keduanya
akan pergi ke taman, Hye Ja melihat seorang kakek yang duduk sendirian terlihat
sangat lesu. Nenek Angkuh meminta tak perlu khawatir tentang dia. Hye Ja pikir
hanya akan memperbaiki celemeknya.
“Jangan
repot-repot....Dia sangat rewel. Aku bahkan berpikir dia mandi. Dia pasti bau.”
Kata Nenek angkuh.
“Aku akan
cepat memperbaikinya” ucap Hye Ja lalu mendekati si pria.
Hye Ja
mendekati si pria meminta izin untuk memperbaiki celemeknya, lalu apakah ada
hal lain yang dibutuhkan. Tiba-tiba Ia melhat jam yang dipakai oleh pria itu,
yaitu jam yang sebelumnya dibuang karena tidak bisa diperbaiki.
“Pak,
arloji ini ...” ucap Hye Ja melonggo tak percaya kalau melihat jam itu kembali
berjalan, jadi mungkin bisa kembali ke masa lalunya.
Bersambung
ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar