PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Young Soo
akhirnya bangun langsung menatap komputernya ingin tahu apa yang dikatakan para
penontonya, kalau hampir membuatnya selama 48 jam, tetapi gagal karena mereka
terus berbicara kepadanya.
“Apa yang
salah dengan sudut kamera? Aku yakin sudah menyesuaikannya ke arah ini tadi
malam.” Ucap Young Soo menatap layar komputernya.
“Aku
benar-benar tidak melakukan apa-apa. Kamera baru saja bergerak sendiri...
Wahh.. Seharusnya Aku bisa mengumpulkan banyak bintang. Aku bertanya-tanya
berapa banyak yang aku terima.” Kata Young Soo melihat jumlah bintang
“Satu, sepuluh, seratus, seribu ...” ucap
Young Soo memastikan jumlah bintang 11.250 seperti tak percaya dan terus
mengulang menghitungnya.
“Apa
Sepuluh ribu? 11.250 bintang?” jerit Young Soo tak percaya lalu mengucapkan
terimakasih dan ingin tahu Siapa yang mengirimikan semua bintangny.
Young Soo
pun ingin tahu apa yang terjadi dengan melihat seorang komentar kalau ada
Seorang nenek. Young Soo binggung tapi berpikir kalau itu pasti Hye Ja.
Akhirnya Ia mencoba melihat siaran ulangnya tadi malam.
Hye Ja
ada didepan camera mengaku benar-benar berumur
25 tahun, Penonton merasa tak percaya karena Hye Ja yang terlihat sangat tua.
Hye Ja mengaku kalau ia menjadi tua terjadi dalam sekejap sambil mengumpat marah.
“Sekarang
kau menghabiskan waktu menonton pertunjukan orang tidak berharga ini, tapi,
tiba-tiba, kau akan berakhir seperti aku. Aku juga tidak tahu, Bahwa aku
tiba-tiba menjadi begitu tua.” Akui Hye Ja.
Penonton
berkomentar kalau tak suka dengan wanita tua yang bau, Hye Ja mengomel kalau benar-benar benci
pecundang seperti pria itu juga. Akhirnya Hye Ja banyak mendapatkan bintang 100
bintang, Hye Ja memintaa gar mereka berhenti untuk pengiriman bintang.
“Berhenti
mengirim mereka. Belikan minuman untuk ibumu dengan uang itu. Berhenti mengirim
mereka. Kenapa kau tidak mendengarkan? Aku bilang berhenti!” jerit Hye Ja
kesal.
Young Soo
menonton siara ulang Hye Ja seperti terharu meneteskan air mata dan bahagia
karena menerima banyak bintang.
Hye Ja mengajak ibunya pergi belanja di mall.
Nyonya Lee melihat penggorengan. Hye ja mengeluh ibunya lebih baik mendapatkan sesuatu yang daripada persediaan
dapur. Nyonya Lee mengaku ingin penggorengan baru dan itu sudah cukup.
“Jangan
menyesalinya nanti.” kata Hye Ja. Nyonya Lee pun akan membayar ini dan mendapatkan sertifikat
hadiah jadi meminta Hye Ja menunggu.
Hye Ja
menganguk mengerti, lalu tiba-tiba ada suara sirine seperti kebakaran terjadi.
Semua pengunjung Mall pun berlari, Hye Ja kebingungan akhirnya masuk ke dalam
lift dan terdesak sampai ke depan pintu.
Lift
berbunyi, tanda terlalu banyak orang. Hye Ja ada didepan pintu ditatap sinis.
Semua anak muda seperti tak peduli dengan seorang nenek, Akhirnya Hye Ja pun
terpaksa keluar dari lift. Nyonya Lee berlari dengan wajah panik sampai dilobby
terdiam melihat Hye Ja ada depanya.
Terdengar
suara dari speaker “Ini pengumuman... Alarm berbunyi karena kesalahan. Kami
mohon maaf atas keprihatinan dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan.” Semua pengunjun mengeluh dan tak terlihat
khawatir,
“kau
pasti takut.. Apakah kau baik-baik saja?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku baik-baik
saja. Keduanya pun akhirnya berpelukan.
Hye Ja
berjalan melewati minimarket, seorang pria mengenalinya kalau Hye Ja terlihat seperti wanita yang suaranya
didengar yaitu "Telur untuk dijual". Hye Ja membenakan kalau suara
penjual telur miliknya. Si pria memberitahu kalau temanya menceritakan hal itu.
“Pak Choi
bercerita banyak tentang kau. Dia bilang kau tinggal di salon rambut di jalan, jadi
aku bermaksud mengunjungimu.” Ucap Si Paman. Hye Ja sudah tahu dan kenapa ingin
bertemu.
“Kau memiliki
suara yang mengharukan. Tema kami untuk kuartal ini adalah makanan buatan ibu. Aku
mendapat karyawan wanita muda untuk merekamnya, tetapi itu tidak baik. Jika kau
baik-baik saja dengan itu, aku ingin kau merekam promosi penjualan kami.” Ucap
si pria
“Tidak, aku tidak bisa... Bahkan terakhir
kali, aku terus mengatakan aku tidak bisa melakukannya, tetapi pemilik truk
telur tampak sangat menakutkan sehingga aku harus ..” kata Hye Ja menolak
“Aku akan
membayarmu dengan baik.” Ucap Si pria. Hye Ja akhirnya mencoba membersihkan
tengorokanya dan akhirnya mengajak masuk. Si pria terlihat kaget tapi akhirnya
senang.
Hye Ja
berbicara di mic “Bulgogi diasinkan ini dijual seharga 12 dolar per 600g di bagian daging segar kami saat ini. Makanan
rumahan ibu selalu yang terbaik, kan?” Si pria terlihat bahagia mendengar suara
Hye Ja yang sangat lembut.
“Apakah
kau seorang artis sulih suara atau sesuatu? Kau sangat pandai dalam hal ini.”
Kata Si pria bangga
“Aku
pikir suaraku akan turun dengan pilek. Apakah itu baik-baik saja?” ucap Hye Ja.
Si pria mengaku tak masalah.
“Kami
mendapat tuna dan sashimi segar lusa. Akan lebih bagus jika kau bisa membantu
kami lagi.” Ucap Si Pria
“Aku
perlu memeriksa jadwalku, jadi aku tidak bisa mengkonfirmasi itu sekarang, Tapi
aku akan mencoba menyesuaikannya.” Ucap Hye Ja.
“Oke,
terima kasih... Jadi berapa banyak yang cukup untuk gaji mu? Berapa banyak yang
kau pikirkan?” kata si pria.
“Bisakah
kau membayarku dalam produk, bukan uang?” tanya Hye Ja memberikan penawaran.
Hye Ja
berjalan mendorong trolly dengan banyak barang, lalu membeli banyak sarung
tangan karet karena Tangan ibunya selalu pecah-pecah. Ia lalu mencari pembalut
ultra tipis dengan sayap. Seorang pegawai menghampiri Hye Ja.
“Kebanyakan
wanita muda menggunakan ini. Putriku juga menggunakannya. Aku akan memberimu
banyak sampel. Katakan cucumu untuk mencobanya.” Kata Si pegawai. Hye Ja
menolak tapi Si pegawai merasa tak pelu
“Apakah
kau ingin lebih banyak sampel Tidak apa-apa. Semoga harimu menyenangkan. Aku
akan memberimu dua sampel lagi. Ambil yang ini ...” kata Pegawai.
Hye Ja
akan pergi tapi melihat si nenek angkuh sedang berdiri didepan rak. Pegawai
kembali menghampirinya dengan menyarankan Produk bagus karena tipis dan sangat
menyerap dan si nenek yang langsing jadi akan baik-baik saja.
“Apa yang
kau bicarakan? Mengapa aku membutuhkan ini?” kata si nenek angkuh.
“Ada apa
dengannya? Aku hanya berusaha membantu.” Ucap si pegawai binggun.
Hye Ja
melihat dari kejauhan akhirnya berjalan melihat Nenek angkuh akan membeli popok
untuk orang dewasa tapi terlihat malu.
Hye Ja
baru saja selesai berbelanja, tak sengaja melihat mobil dari “Aula Pameran Hyoja”.
Joon Ha pun membantu Hye Ja para nenek yang turun dari mobil. Hye Ja menatap
Joon Ha, tapi Joon Ha tak peduli kembali masuk mobil dan pergi.
“Dia
melihatku tetapi bahkan tidak menyapa. Dia perlu diajari cara menghormati orang
tua.” Kata Hye Ja marah.
“Mengapa
kami belum melihatmu di ruang pameran? Kemarin, seorang penyanyi datang dan
bernyanyi untuk kami.” Kata salah satu nenek.
“Tempat
itu tidak menyenangkan. Bahkan saat itu, aku hanya pergi ke sana untuk
memeriksanya.” Ucap Hye Ja.
“Wanita Chanel
atau apa pun namanya tidak datang hari ini juga. Tempat itu terasa kosong tanpa
kalian.” Kata nenek lainnya.
“Wanita Chanel?
Mengapa? Apakah dia sakit?” tanya Hye Ja panik. Si nenek tak tahu karena si
Nenek itu selalu begitu sombong.
“Aku
ingin tahu apa yang membuat dia kesal kali ini.” Kata si nenek. Hye Ja
mengingat kalau bertemu si nenek di supermarket.
Hye Ja
berjalan pulang, tiba-tiba si pria tua datang ingin membantu. Hye Ja binggung
karena pria itu datang dari arah rumahnya.
Si pria mengetahui Hye Ja tidak datang hari ini, jadi berpikir mungkin
sakit. Hye Ja mengaku baik-baik saja, tetapi tiba-tiba mulai merasa sakit
menetap sinis.
“Coba Lihat
dia bermain keras untuk mendapatkannya. Dia membuatku gila...” kata si pria
seperti makin gemas mengejar Hye Ja.
Young Soo datang memanggil Hye Ja dengan panggilan Nenek.
“Orang
tua itu terus mengikutiku. Tolong, lakukan sesuatu.” Bisik Hye Ja.
“Apa yang
akan kau lakukan untukku jika aku membuatnya pergi?” tanya Young Soo
“Aku akan
melakukan apa pun yang kau minta, jadi lakukan sesuatu.” Kata Hye Ja
Young Soo
pun menghadang si pria mengajak untuk bicara,
saat itu si kakek membuka bajunya dan terlihat ada tatoo macan
dilenganya. Young Soo terlihat ketakutan. Si kakek mengaku perlu mengobrol dengan
Hye Ja jadi meminta untuk minggir.
“Yah, aku
kakaknya ...emm... Maksudku, aku cucunya.” Ucap Young Soo. Si kakek kaget dan
bersikap baik karena mengetahui Young Soo adalah cucu Hye Ja.
“Nenekku
tidak menyukaimu, jadi silakan pergi.” kata Young Soo, Si kakek mengajak minum
untuk merayunya.
“ Pak,
tolong pergi.” kata Young Soo tak peduli., Si kakek menawarkan samgyeopsal.
“Aku tahu
tempat samgyeopsal yang bagus... Ayo pergi.” kata Young Soo akhirnya luluh.
Hye Ja
pulang ke rumah dengan banyak barang. Nyonya Lee binggung berpikir Hye Ja merampok
toko kelontong atau sesuatu. Hye Ja mengaku hanya mencatat penjualan supermarket
dan mendapatkan banyak barang sebagai gantinya.
“Apa yang
membuatnya begitu lama?” ucap Hye Ja binggung. Nyonya Lee bertanya apakah itu
yang dimaksud Young Soo dan ingin tahu apa yang dilakukan anak sulungnya.
“Aku
memintanya untuk melakukan sesuatu.” Akui Hye Ja. Nyonya Lee meminta agar
mengatakan Young Soo untuk segera pulang.
“Yang dia
lakukan adalah duduk di depan salon dan menguap sepanjang hari. Semua tetangga
kami mengatakan asap briket batubara mengubahnya
menjadi idiot.” Kata Nyonya Lee.
Hye Ja
meminta ibunya agar jangan membereskan barangnya akan melakukannya ketika
kembali lalu bergegas pergi.
Akhirnya
Young Soo dan si kakek duduk di restoran daging babi. Young So memberitahu
kalau Hye Ja mengaku sebagai neneknya tidak bisa berkencan denganmu karena
punya sedikit situasi dan berada di kapal yang sama.
“Aku
tidak pernah dalam situasi di mana aku bisa berkencan dengan seseorang. Dan 40
tahun berlalu seperti itu. Tapi masalahnya ... “ kata Si kakek. Young Soo
menyela menyuruh si kakek membalik daging babi.
“Bagaimanapun,
itulah situasimu. Nenekku memiliki alasan yang sah mengapa dia tidak bisa
berkencan denganmu.” Kata Young Soo menolak
“Omong-omong,
apakah samgyeopsal sudah cukup? Kita juga harus punya tulang rusuk.” Kata Si
kakek kembali merayu. Young Soo setuju.
“Apakah
kau benar-benar ingin berkencan dengan nenekku? Maka kau harus melewati
beberapa tes.” Kata Young Soo. Si kakek pun menyetujuinya.
“Oke, kedengarannya
bagus. Kemudian pesanlah hal kedua dari atas menu di sana. Kau membutuhkan
penglihatan yang baik untuk mengenali nenekku, kan?” kata Young Soo.
Si kakek
mencoba melihat papan, tapi matanya rabun dengan sama-sama membaca “Rib eye, 16
dolar per 100g” . Ia lalu memanggil pelayan
ingin memesan yang kedua dari atas menu yaitu rusuk dua porsi. Young Soo
terlihat senang mendengarnya.
“Bingo!
Kau mendapatkannya! kau mendapat jawaban yang benar!” kata Young Soo memuji.
Hye Ja tiba-tiba datang dan langsung memukul Young Soo dengan wajah penuh
amarah.
Young Soo
duduk dibawah dengan Hye Ja duduk ditempat tidurnya. Hye Ja mengeluh Young Soo
yang bisa makan daging dalam situasi itu, bahkan akan makan tulang rusuk. Ia
pikir Young Soo itu akan menjadi seperti Si kakek di masa depan. Young Soo
terdiam melirik ke sisi komputernya.
“Young
Soo, maukah kau menjawab aku?” kata Hye Ja. Young Soo terlihat binggung.
Tiba-tiba
komentar masuk “ Apakah dia dimarahi nyata? Itu Persis seperti saat ibuku
memarahiku.” Hye Ja tersadar kalau Young Soo sedang melakukan siaran Live
dengan ponselnya dan langsung mematikanya.
Hye Ja
pikir Young Soo sudah gila karena menyiarkannya. Young Soo beralasan semua
orang penasaran. Hye Ja heran merasa tak mungkin ada orang yang ingin melihat Young Soo
dimarahi. Young Soo menegaskan bukan itu tapi penontonya ingin tahu tentang Hye
Ja.
“Aku? Mengapa?
Apakah kau memberi tahu mereka tentang ku?” ucap Hye Ja binggung.
“Kau yang
melakukannya.” Kata Young Soo lalu memperlihatkan video saat malam sebelumnya.
Hye Ja
mengaku berumur 25 tahun, sambil mengumpat kalau Ia menjadi tua terjadi dalam
sekejap. Young Soo pikir Hye Ja memiliki bakat, Sementara Hye Ja terus
berbicara dikamera kalau mereka sudah
menghabiskan waktu menonton pertunjukan pria tak berguna ini ...
“Apa itu?”
tanya Hye Ja memelihat dilayar komputer.
“Mereka
memberikan bintang untuk mendapatkan ku proyektor, untuk menonton pertandingan
sepak bola.” Kata Young Soo. Hye Ja mengaku tak mengerti.
“Maksudku,
monitor komputer ini terlalu kecil. Dan Juga, game luar negeri disiarkan larut
malam. Aku tidak bisa menonton mereka di ruang tamu.” Kata Young Soo
“Kau
harus Hapus video... Hapus dari setiap situs.” Pinta Hye Ja.
“Tidak!
Apakah kau tahu berapa banyak pemirsa baru yang mendapatkannya? Kenapa kita
tidak siaran bersama? Aku sudah punya beberapa ide.” Kata Young Soo penuh
semangat.
“Young
Soo, apakah ini menyenangkan?” kata Hye Ja sedih. Young Soo pikir kalau ini
menyenangkan
“Hei!
Apakah kau pikir aku lucu? Tidakkah kau merasa kasihan dengan adik perempuanmu
yang menjadi tua? Apakah kau pikir itu lucu?” ucap Hye Ja.
“Tidak...
Sekarang itu terjadi ... Maksudku... Jika kau sudah tua, menghasilkan uang, mungkin
membuatmu merasa lebih baik.” Kata Young Soo
“Young
Soo! kau tahu itu bodoh, kan?” ucap Hye Ja memegang wajah Young Soo untuk
menatapnya. Young Soo membenarkan.
“Tapi
bayangkan seseorang pergi ke tempat yang ramai
dan berteriak, "Kim Yeong Soo bodoh!" Maksudku, apa yang aku
katakan adalah ... kau memintaku untuk siaran denganmu tidak berbeda dengan
itu.” Jelas Hye Ja
“Aku tahu
tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menjadi tua. Tetap saja, aku tidak mau beriklanlah
untuk semua orang!” tegas Hye Ja. Young Soo pun mengerti.
Nyonya
Lee sedang menonton di salon lalu melihat Hye Ja masuk salon berpikir kalau
membangunkannya karena memang menolak volume. Hye Ja bertanya apakah sedang menonton pertandingan sepak bola.
Nyonya Lee mengaku tidak benar-benar menontonnya.
“Hanya
saja menopause membuatku tetap terjaga.” Ucap Nyonya Lee seperti sedang tidak
mood.
“Ibu
Bagaimana menopause? Apakah ini sulit?” tanya Hye Ja.
“Bahkan
jika ini musim dingin dan kau hanya duduk diam, kau mendapatkan hot flashes.
Kau bisa tiba-tiba pelupa juga. Tubuhmu terasa berat sepanjang waktu. Dan Juga,
kau menjadi sangat mudah tersinggung.” Cerita Nyonya Lee
“Jadi Itu
sebabnya kau seperti itu pada Ayah.” Komentar Hye Ja sedih
“Aku
selalu seperti itu kepada ayahmu.” Akui Nyonya Lee. Hye Ja ingin tahu alasanya.
“Apakah
kau tidak enak badan?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku Bukan itu.
“Aku
hanya ingin tahu seberapa buruk itu akan
terjadi. Hari ini, Aku terkejut setiap pagi ketika bangun. Aku menjadi lebih
buruk setiap hari. Kemarin aku berhasil sejauh itu. Tapi hari ini aku kehabisan
nafas..” Ucap Hye Ja.
“Seberapa
buruk aku akan mulai sekarang? Aku ingin tahu itu.. Aku mendengar orang tua
bahkan kesulitan pergi ke kamar mandi. Jika aku menjadi tua secara bertahap, Apakah
lebih mudah bagiku untuk menerimanya? Aku penasaran.” kata Hye Ja.
“Sepertinya
kau akan kembali menjadi bayi. Kau bahkan tidak bisa berdiri, tanpa bantuan
seseorang. Jika kau melihatnya seperti itu, maka itu sederhana. Kau akan
kembali seperti dulu, kau tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain lagi.” Kata
Nyonya Lee
“Tapi
Bayi setidaknya lucu.” Keluh Hye Ja sedih saat masuk kamar.
Nyonya
Lee memanggil anaknya, lalu tersadar dengan memanggil Bibi. Hye Ja keluar dari
kamar tergesah-gesah dan melihat si paman pemilik supermarket datang. Si paman
mengatakan butuh bantuan dengan pengumuman hari ini. Hye Ja bertanya Pengumuman apa.
Di
Supermarket
Hye Ja
mengaku tidak pandai dalam hal ini dan pembohong yang buruk. Tapi di
tempat-tempat seperti ini, harus berpura-pura
bahkan pada produk buruk pun baik dan melihat “flatfish” ini tampak
hebat. Paman memberitahu kalau ikan ikut diambil tempat yang tak biasa.
Akhirnya
Ibu-ibu mulai berkumpul karena mendengar harga yang murah, tapi ikan terlihat
sangat segar. Si bibi bertanya di mana belajar bicara. Hye Ja mengaku Dari
tempat ipergi ke beberapa hari yang lalu dan bertanya apakah terlihat bagus. Si
paman memuji.
“Astaga,
wanita tua yang menjengkelkan.” Ucap si pegawai melihat Nenek Angkuh. Hye Ja
melihatnya seperti kasihan karena nenek itu malu ingin membeli popok.
Hye Ja
makan dengan lahap di restoran cina. Hyun Joo baru pulang setelah mengantar
langsung mengambil minum. Hye Ja pun menyapanya, Hyun Joo kaget melihat temanya
bertanya kapan datang. Hye Ja menyindir Hyun Joo yang terlihat kaget.
“Apa kau
masih belum terbiasa melihatku?” sindir Hye Ja. Hyun Joo mengaku bukan seperti
itu.
“Aku baru
saja mengirimkan pesanan grup. Itulah yang mengalihkan perhatianku.” Kata Hyun
Joo mencari alasan.
“Ayahmu
sepertinya tidak mengenaliku. Aku bahkan meminta chunjang sebagai tambahan nasi
gorengku seperti yang biasa ku lakukan
untuk mengetes ingatannya.” Cerita Hye Ja.
“Dia sedikit
terganggu akhir-akhir ini. Dia menjadi pelupa, menjadi tua itu ...” kata Hyun Joo lalu
terhenti tak ingin Hye Ja tersinggung lagi.
Nyonya
Angkuh masuk ke restoran, sempat bertatapan dengan Hye Ja tapi tak
mengubrisnya. Hyun Joo pun melayaninya, Nyonya Angkuh memesan jjajangmyeon. Tak lama, pesananay pun datang.
Nyonya Angkuh mulai makan dan tiba-tiba terbatuk-batuk.
“Apakah
kau ingin air? Atau sup jjamppong?” tanya Hyun Joo, Nyonya Angkuh menolak hanya
mengambil tissue.
“Apa kau
kenal dia?” tanya Hyun Joo, Hye Ja hanya diam saja. Nyonya Angkuh kembali
tersedak. Hyun Joo pun dengan baik hati memberikan minum.
“Aku
bilang, tidak apa-apa...Aku tidak ingin air.” Kata Nyonya Angkuh menjatuhkan
minum, lalu menaruh uang diatas meja dan pergi.
“Apakah
aku melakukan sesuatu yang salah? Apa Seharusnya aku tidak memberinya air?”
kata Hyun Joo binggung.
“Kau tidak mengerti karena
kau masih muda.” Ucap Hye Ja lalu pamit pergi.
Hyun Joo
melihat ponsel Nyonya Angkuh yang tertinggal. Hye Ja pun mengambilnya karena bisa
memberikannya padanya. Nyonya Angkuh berjalan dengan cepat, Hye Ja tak bisa
mengikutinya mengeluh si Nyonya Angkuh itu pejalan kaki saat masih muda karena
berjalan sangat cepat.
Hye Ja
melihat si Nyonya Angkuh masuk ke Praha Motel lalu terlihat tak percaya temanya
itu masuk ke motel. Tapi ia masih harus mengembalikan teleponnya, padahal tidak
pernah masuk ke dalam sebuah motel ketika
masih muda, tapi karean sudah tua memberanikan masuk.
Saat itu
Hye Ja terlihat malu karena ada pasangan
yang baru saja keluar motel. Seorang bibi pun datang menyapa Hye Ja. Hye Ja terlihat bingung, Si bibi pikir Hye Ja
ingin bertemu dengan wanita tua di kamar 203.
Hye Ja membenarkan kalau itu wanita tua yang cantik.
“Iya yang kau maksud Lady Praha.. Apakah kau
temannya?” kata si bibi
“ Aku perlu
memberinya ponsel ini. Tapi Kenapa dia dipanggil Lady Praha?” tanya Hye Ja.
“Wanita
di kamar 203 adalah tamu jangka panjang di motel ini. Aku pikir sudah hampir
satu tahun. Dahulu kala, aku mendengar dia pergi ke Praha dengan suaminya bulan madu. Aku pikir dia
cukup kaya. Dia melakukan perjalanan ke luar negeri ketika semua orang bahkan tidak mampu membeli
beras.” Cerita si bibi.
Hye Ja
tak percaya kalau Nyonya Angkuh tinggal selama 1 tahun di motel. Saat itu
Nyonya Angkuh turun seperti baru menyadari kalau ponselnya tertinggal. Hye Ja
menatap Nyonya Angkuh lalu mengembalikan ponselnya. Nyonya Angkuh langsung
mengambilnya dan bergegas kembali menaiki tangga.
Tuan Park
mengeluh kalau sempat berpikir bahwa harus melihat para orang tua itu sampai
mereka menjadi 100 tahun menakutkan. Hee Won tak percaya kalau Tuan Park hanya
mendapatkan lima orang. Tuan Park mengeluh kalau Hee Won bisa keluar dan
mencoba sendiri.
“Mereka
bahkan tidak bisa mendengar dengan baik, dan aku harus mengatakan hal yang sama
kepada mereka puluhan kali. Begitu aku memberi tahu mereka, mereka langsung
lupa. Ini Sangat menyebalkan. Aku lebih suka pergi menjual pakaian dalam di
pasar atau sesuatu.” Keluh Tuan Park. Joon Ha masuk ruangan.
“Tuan
Lee, kau datang dengan tangan kosong.” Komentar Tuan Park. Joon Ho terlihat
binggung bertanya apakah tentang asuransinya. Tuan Park membenarkan.
“Apakah
aku harus melakukan itu? Aku hanya bisa menjual lebih banyak produk.” Ucap Joon
Ha santai
“Kapan
kita akan menghasilkan cukup uang dengan menjual vitamin dan suplemen?” sindir
Tuan Park
“Jangan
khawatir tentang itu. Kinerja penjualanmu selalu terkemuka. Kau terus bekerja
dengan baik.” Kata Hee Won
“Dan saat
kau menjual produk, terkadang kau harus mempromosikan produk asuransi kami. Aku
hanya mengatakan, maksudnya itu akan jauh lebih baik. Aku belum melihat Lady
Chanel datang ke sini belakangan ini. Dia harus mengeluarkan uang untuk
meningkatkan penjualan kami. Kau harus membawanya.” Ucap Tuan Park
“Apakah
kau pikir dia anak kecil yang bisa ku bawa ke sini?” balas Joon Ha sinis
“Haruskah
aku pergi dan membawanya? Sebagai gantinya, jika aku membawanya dan
meningkatkan penjualan kami, kau sebaiknya tidak menghalangi ku. Apa kau setuju?”
kata Tuan Park mengancam.
“Apakah
kau masih kecanduan hal-hal seperti judi dan membuat taruhan?Apa kau membuat
taruhan pada orang sekarang?” sindir Joon Ha.
“Mengapa?
Apakah kau takut? Jika kau takut, pergi.” balas Tuan Park. Joon Ha tak
menanggapinya memilih untuk pamit pulang pada Hee Won.
Hee Won
pun dengan santai memuji kalau sudah bekerja bagus hari ini. Setelah Joon Ha
keluar Ia memarahi Tuan Park yang bersikap
jahat padanya. Tuan Park melihat Joon Ha itu sangat arogan lalu
mengumpat marah. Hee Won akhirnya memukul Tuan Park
“Kami
berdua melakukan sesuatu yang tidak boleh dibanggakan. Apakah dia pikir berbeda
atau apa?” sindir Tuan Park
“Bukankah
aku sudah memberitahumu sebelumnya? Dia bukan orang seperti kau atau aku... Kau
dan aku sama...Mari kita lihat siapa yang bertahan lebih lama di sini.” Kata
Hee Won.
Hye Ja
akhirnya pulang ke rumah, Tuan Kim melihat Hye Ja yang pulang terlambat. Hye Ja mengaku pergi menemui Hyun
Joo dalam perjalanan pulang lalu memberikan sesuatu pada kakaknya. Young Soo
bertanya-tanya apa isinya.
“Ini
sebuah proyektor! Sebuah proyektor! Apakah ini untukku? Apakah ini benar-benar
untuk ku? Apa kau Serius?” jerit Young Soo tak percaya terlihat sangat bahagia.
“Datanglah
ke kamarku nanti. Aku akan membuat kau menjadi bintang. Sampai jumpa lagi.”
Kata Young Soo lalu masuk ke kamar.
“Seseorang
terlihat sangat bahagia. Dari mana kau mendapatkan uang itu?” tanya Tuan Kim
yang sedang mengunting kuku.
“Aku
dibayar untuk bekerja di supermarket dan menabung.” Kata Hye Ja. Tuan Kim pikir
Hye Ja harus menghabiskannya sendiri.
“Tidak
ada yang ingin ku beli setelah menjadi tua.. Tapi Ayah... Kau harus lebih baik
kepada Ibu. Aku mendengar wanita kehilangan kesabaran karena tidak mengalami
menopause.” Cerita Hye Ja. Tuan Kim hanya diam.
“Dan Kau
sendiri benar-benar pria yang membuat frustrasi, bahkan Ayah tidak pernah
membalas ketika seseorang berbicara kepadamu. Aku terus bertambah pendek,
tetapi kuku kaki ku terus bertambah.” Kata Hye Ja melihat kuku kakinya.
“Aku akan
memotongnya untukmu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja menolak. Tuan Kim ingin memotong
kuku anaknya karena bahkan tidak bisa melihat dengan baik.
“Aku bisa
memakai kacamata yang kau beli untukku.” Kata Hye Ja tapi Tuan Kim tetap
menarik kaki Hye Ja untuk memotong kuku kakinya. Hye Ja pun meminta maaf pada
ayahnya.
Di dalam
kamar
Hye Ja
seperti terpana melihat gambar besar yang ada di dinding seperti tak percaya
kalau terlihat jauh lebih jelas daripada yang dikira. Young Soo pikirini luar
biasa karena Sepertinya berada di
bioskop. Hye Ja bertanya apakah ini sulit untuk dinyalakan.
“Tidak.
kau bahkan dapat menghubungkan ini dengan telepon mu. Jadi ke mana pun kau
pergi dengan ponselmu dan barang ini akan menjadi bioskop. Luar biasa kan? Itu
mengagumkan.” Kata Young Soo.
“Tolong
aku.” Kata Hye Ja. Young Soo dengan siap membantu kakaknya apapun yang diminta.
Nyonya
Angkuh baru saja selesai menulis surat terdengar suara bel kamarnya, saat
membuka pintu Hye Ja memberikan senyuman. Nyonya Angku bertanya apa yan
dinginkan Hye Ja. Hye Ja mengaku tidak
akan lama.
“Aku tidak
punya apa-apa untuk dikatakan, jadi pergi saja” kata Nyonya Angkuh lalu menutup
pintunya.
“Dia
menyuruhmu pergi.” keluh Young Soo yang ada dibelakang pintu. Hye Ja pikir
Young Soo yang tidak pernah mendapatkan waktu yang tepat dan kembali menekan
bel.
“Apa yang
kau inginkan?” tanya si Nyonya Angkuh, akhirnya mereka melihat gambar kota
Praha.
Nyonya
Angkuh seperti terharu melihat kenangan yang pernah ditinggalinya. Hye Ja
terlihat senang bisa membantu Nyonya Angkuh yang bisa sedikit bahagia.
Young Soo
menunggu diluar merasa mati kedinginan dan Hye Ja yang belum juga keluar motel.
Saat itu Hyun Joo datang dengan motornya melihat Young Soo bertanya apa yang
dilakukan didepan motel. Young Soo malah bertanya balik kenapa Hyun Joo datang
ke motel. Hyun Joo menunjuk box makananya.
“Apa kau
mengantar Di motel ini? Bagaimana mungkin seorang gadis masuk ke sana
sendirian? Berikan padaku. Aku akan mengirimkannya.” Kata Young Soo
“Aku bilang tidak apa-apa, karena Dia sudah sering
memesan.” Ucap Hyun Joo
“Aku
tidak peduli siapa itu. Aku tidak ingin kau masuk ke sana! Jangan kirim ke
tempat-tempat seperti ini mulai sekarang. Jika ayahmu sibuk, kau bisa
memanggilku.” Tegas Young Soo lalu mengantar box makanan.
“Apa yang
terjadi padanya? Wah... Aku benci perasaan ini... Aigoo. Mengapa hatiku
berdebar? Mengapa? Apakah itu terlihat keren bagimu? Dia bahkan memiliki ingus
berlari dari hidungnya.” Keluh Hyun Joo kesal sendiri karena tiba-tiba merasa
berdebar.
“Mengapa kau memberikan pangsit gratis untuk
dua mangkuk jjajangmyeon? Kau akan bangkrut.” Keluh Young Soo keluar dari motel
“Kenapa
kau malah memakan itu?” balas Hyun Joo, Young Soo pun bertanya apakah Hye Ja selalu
menaruh daun bawang di jjajangmyeon.
“Aku
tidak bisa makan bawang, jadi itu
sebabnya aku selalu pergi ke restoranmu. Tapi aku melihat bawang di sana.” Kata
Young Soo. Hyun Joo tak mengubrisnya masuk ke dalam moor.
“Bagaimana
bisa tidak ada bawang di jjajangmyeon? Dasar Bodoh.”kata Hyun Joo sambil
berbisik lalu pergi dengan motornya.
Di dalam
kamar
Nyonya
Angkuh mengucapkan Terima kasih, Hye Ja
bertanya apakah Nyonya Angkuh itu tidak
takut tinggal di motel karena menurutnya
harus kembali ke rumah. Nyonya Angkuh menceritakan Setelah suami nya
meninggal, dan putra satu-satunya pergi ke AS dan rumah terasa sangat kosong.
“Jadi aku
terus berpikir akan tinggal selama satu malam lagi di motel, tapi kenyataanya
sudah lebih dari setahun. Itu kamar 203... Kamar yang aku dan suamiku
tinggal di Praha.” Cerita Nyonya Angkuh.
Hye Ja mengerti kalau itu sebabnya.
“Aku
hanya menceritakan kisah ini kepadamu dan Tuan Lee.” Akui Nyonya Angkuh. Hye Ja
binggung lalu mengerti yang dimaksud adalah Joon Ha. “Kalian berdua harus
sangat dekat.” Komentar Hye Ja. Nyonya Angkuh pikir Orang yang kesepian biasanya mengenali orang
yang kesepian lainnya.
“Tuan Lee
juga orang yang kesepian. Dia ditinggalkan sendirian setelah neneknya
meninggal. Dan masalah itu dengan ayahnya ...” kata Nyonya Angkuh.
Hye Ja
mengingat saat ayah Joon Ha mengatakan “Ya, kami orang asing sekarang. Jadi
mari kita bagi uang dan berpisah.” Wajahnya pun terlihat sedih.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar