PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dan Yi
berjalan pulang melihat anjing milik Seo Joon bertanya sedang apa berjalan
sendirian dan tak melihat tali serta Tuan Payung pemiliknya, karena tak boleh
berkeliaran sendirian. Sementara Seo Joon panik karena anjingnya hilang.
“Permisi...
Aoa Kau melihat anjing besar? Talinya lepas.” Tanya Seo Joon panik. Sepasang
pria wanita mengelengkan kepala karena tak mengenalnya.
“Astaga,
ke mana dia? Ini sangat mahal... Seorang teman membelikannya Tapi akan
kupinjamkan untukmu sekarang. Aku harus membawamu ke pemilikmu.” Kata Dan Yi
mengikat syalnya pada anjing milik Seo Joon.
Seo Joon
panik mencari anjingnya, lalu melonggo melihat Dan Yi berjalan dengan anjing
mengunakan syalnya. Dan Yi mengulurkan tanganya meminta bayaran kalau Harganya
200.000 won. Seo Joon menceritakan mengikatnya
di depan toserba.
“Tapi ia
sudah pergi saat aku keluar dengan ramyeon” cerita Seo Joon terlihat bisa
bernafas lega.
“Bagaimana
kau akan membayar penaltimu?” tanya Dan Yi, Seo Joon mengaku tak tahu.
“Tapi,
apa kau membayarkan payungku? Aku bahkan menemukan sepatumu. Kau belum
kembalikan payungku.” Ejek Seo Joon. Dan Yi pun hanya diam saja.
Akhirnya
mereka berjalan pulang, Seon Joo bertanya apakah Dan Yi sudah memikirkan nama
anjingnya. Dan Yi mencoba mengingat kalau mereka bertiga bertemu untuk kali
pertama hari itu dirinya adalah Daun Bawang dan Seo Joon adalah Payung.
“Lalu,
apa nama untuk anjingmu?” ucap Dan Yi memikirkan. Eun Ho pikir namanya Sepatu.
Dan Yi pikir itu terlalu aneh
“Kita
bertemu saat hujan.” Ucap Dan Yi, Seo Joo pikir kalau namanya “Bi” [Hujan]
“Bagaimana
jika Geum-bi?” kata Dan Yi, Seon Joon pikir
Kedengarannya bagus.
“Hei...
Apa kau suka nama "Geum-bi"?” tanya Seo Joon pada anjingnya. Dan Yi
meminta agar Seo Joon menunggu di sini sebentar
“Aku akan
mengambilkan payungmu...Hanya lima... Tidak. Hanya sepuluh menit.” Ucap Dan Yi
“Daripada
ke rumah, bagaimana kalau makan ramyeon jika kau belum makan?Akan aku tambahkan
daun bawang.” Ucap Seo Joon. Dan Yi pun semangat mendengarnya.
Di
restoran PANGSIT SUNHA yang sudah kosong, Ibu Hae Rin memberikan sekotak kimchi
untuk Eun Ho, Eun Ho pun mengucapkan Terima kasih kimchi-nya. Ibu Hae Rin merasa
kalau tak perlu seperti itu karena selalu punya persediaan kimchi.
“Kau
Jangan sungkan... Ahh... Harusnya kuberi pangsit juga.” Ucap Ibu Hae Rin akan
mengambilkanya. Hae Rin menahan ibunya agar tak perlu.
“Lain
kali aku kemari untuk pangsitnya.” Kata Eun Ho lalu pamit. Hae Rinpun pamit
karena akan mengantar Eun Ho. Ibu Hae Rin senang untuk menunggu Eun Ho datang.
Keduanya
berjalan bersama, Hae Rin pikir kalau Ibunya pasti sungguh konyol. Eun Ho merasa Hae Rin itu masih awam untuk jadi orang dewasa dan
membuatnya sedih karena tak punya ibu.
Hae Rin meminta maaf karena lupa.
“Aku suka
mengunjungi ibumu sebab mengingatkanku pada ibuku. Walau ibuku bukan tipe ibu
yang hangat.” Ucap Eun Ho
Hae Rin
senang mendengarnya dan ingin merangkul lengan Eun Ho tapi teringat perkataan
sebelumnya “Jangan
mampir saat mabuk. Kau Tidak boleh lagi datang. Kini aku tinggal dengan wanita.
Jadi, tak boleh datang” Akhirnya
mengurungkan niatnya.
Dong Min
keluar restoran mengucapkan terimakasih pada pelanggan yang keluar. Eun Ho
melihatnya restoran KEDAI DAGING BABI BAEKILMONG. Hae Rin bertanya ada apa. Eun
Ho menyuruh Hae Rin agar pergi saja
“Apa Kau
tahu dia?” tanya Hae Rin, Eun Ho mengaku tak kenal tapi hanya akan makan babi
goreng. Hae Rin binggung tapi akhirnya membiarkan Eun Ho sendirian.
“Hati-hati
di jalan. Sampai besok.” Kata Hae Rin, Eun Ho melihat menatap kedai restoran
milik mantan suami Dan Yi.
Eun Ho
mengingat Dan Yi mengatakan tentang Dong Min “Dia tak di sini sekarang. Dia ke luar negeri
bersama wanita lain dan tak akan kembali.” Eun
Ho terlihat sangat marah karena ternyata Dong Min ada di korea akhirnya masuk
ke dalam restoran.
Dong Min
menyapa pelanggan yang masuk, kaget ternyata Eun Ho yang datang, Seorang wanita
bertanya pada Dong Min siapa yang datang. Eun Ho tak percaya melihat wanita
hamil disamping Dong Min. Dong Min menjauhkan istrinya agar duduk di sudut
restoran.
“Siapa
dia?” tanya istri Dong Min, Tapi Dong Min tak menjawab meminta suaminya duduk
saja.
“Eun-ho...
Eun-ho. Di sini dingin. Kenapa... Biar kujelaskan. Akan kujelaskan semuanya.”
Ucap Dong Min panik melihat Eun Ho sudah membuka jaketnya.
“Apa
Pikirmu ini bisa kau jelaskan dengan tenang? Apa Kau sedang bercanda?!” kata
Eun Ho marah.
“Untuk
apa aku bercanda denganmu? Aku tak bercanda! Akan kujelaskan yang terjadi. Kau
sudah tahu ini omong kosong.” Kata Dong Min berusaha untuk kabur ke dalam dapur.
“Hei!
Kumohon... Hentikan! Dia hamil!” ucap Dong Min karena tak bisa kabur. Eun Ho
meminta agar satu pukulan saja.
Dong Min binggung,
Eun Ho akhirnya mendekati Dong Min untuk memberikan pukulanya. Dong Min marah karena berani mengatakan itu, padahal
Eun Ho bukan adik kandung Dan Yi. Eun Ho tak peduli menarik Dong Min untuk
memberikan pelajaran.
Di depan
restoran, tertulis kalau restoran tutup lebih cepat. Dong Min pun sudah babak
belur setelah dipukul oleh Eun Ho. Eun Ho ingin tahu apa yang diketahui oleh
Dan Yi tentang ini. Dong Min mengaku
kalau Dan Yi tahu kalau dirinya berselingkuh. Tapi kabar kehamilan itu tetap
dirahasiakan.
“Lalu
kami ke Kanada. Tapi apa Harus kuceritakan semuanya? Apa untungnya jika Dan Yi
tahu aku hidup seperti ini?” ucap Dong Min seperti tak merasa bersalah.
“Apa Kau
bercanda? Apa kau tahu dia... Ah... Sudahlah... Berikan ponselmu.” Kata Eun Ho,
Dong Min bingung untuk apa ponselnya lalu memberikan pada Eun Ho
“Ini
nomorku, jawab jika kutelepon.” Kata Eun Ho setelan menyimpan nomor Dong Min,
Tapi Dong Min pikir Tak ada yang harus dibicarakan.
“Kirimlah
email pada Dan Yi, lalu minta maaf dan bilang keadaan kacau.” Perintah Eun Ho
“Baik.
Itu saja? Aku akan bilang tinggal di Kanada juga.” Kata Dong Min masih dengan
nada angkuh.
“Aku akan
kirim nomor rekeningnya. Kirim tunjangan anak dan alimentasi.” Perintah Eun Ho,
Dong Min kaget.
“Tunggu.
Kedai ini bukan milik kami. Ini milik orang tuaku.” Ucap Istri Dong Min, Eun Ho
langsung menatap sinis. Dong Min pun meminta istri barunya untuk diam saja.
“Aku akan
kirim tunjangan anak karena dia putriku. Tapi alimentasinya... Kami sudah
kelompokkan detailnya saat bercerai.” Kata Dong Min
“Kirim
uangnya jika tak mau melihatku tiap
hari. Haruskah aku datang tiap hari? Apa Besok juga?” ucap Eun Ho mengancam
“Berapa? Berapa
banyak yang harus kukirim padanya?” tanya Dong Min panik lalu mengeluh pada
istrinya yang membuat tubuhnya sakit karen merengek.
Eun Ho
mengemudikan mobilnnya mengingat saat Dan Yi ketahuan kalau tinggal dirumahnya,
“Aku
bilang kehilangan rumahku. Mereka akan bongkar rumah itu, aku tinggal di sana
diam-diam tanpa air dan listrik. Aku telah cukup menangis setahun ini. Satu hal
yang diajarkan air mata itu adalah fakta bahwa menangis tak selesaikan apa pun.”
Eun Ho
mengingat semua ucapan Dan Yi dan keadaan Dong Min sekarang mengeluh kalau
orang yang disukainya itu sangat bodoh.
Seo Joon
menaruh panci diatas meja, Dan Yi sangat bersemangat karena ramyun dengan dauh
bawang tampak lezat. Keduanya pun makan ramyun bersama. Eun Ho pulang ke rumah
memanggil Dan Yi tapi tak ada sahutan lalu mengetuk pintu kamar pun ternyata
Dan Yi belum pulang.
Akhirnya
Eun Ho duduk di depan meja rias melihat di kalender tertulis “GAJI PERTAMA HADIAH
UNTUK JAE-HUI DAN EUN-HO” lalu tak percaya cream yang dipakai Dan Yi hanya
sampel padahal sudah beli baru.
Eun Ho
melihat di laci ada sebuah cincin dan itu adalah cincin pernikahan dengan Dong
Min yang masih disimpan. Ia lalu melihat buku tabungan milik Dan Yi sengaja
mengambil gambarnya untuk Dong Min.
Dan Yi
melihat lukisan dan itu seperti dirinya yang sedang minum soju. Seo Joon mengaku
kalau lukisan itu belum selesai. Dan Yi meminta izin agar bisa untuknya saat
selesai. Seo Joon menganguk setuju lalu menyuruh agar Dan Yi bisa minum tehnya.
Dan Yi duduk melihat pintu yang terkunci
“Salah
satu pintuku berkunci digital... Pasti menurutmu itu aneh.” Kata Seo Joon.
“Aku
yakin ada alasannya. Kita semua punya alasan untuk sesuatu.” Kata Dan Yi santai
“Tapi orang
lain anggap itu aneh. Kau menyenangkan, Nona Daun Bawang. Oh Yah... Kau bahkan
belum tanya namaku. Bukankah orang biasanya bertanya itu? Umur, nama,
pekerjaan, Mungkin itu urutannya.” Kata Seo Joon penasaran.
“Aku juga
harus jawab itu... Umur, nama, pekerjaan. Yang mana? Tapi Semua itu terlarang....
Bukan tiga pertanyaan itu masalahnya. Setelah tiga pertanyaan itu terjawab,
orang ingin tahu lebih banyak. Kisah hidupku tak sesederhana itu.” Ucap Dan Yi
“Tampaknya
sederhana... Tak pakai alas kaki, makan daun bawang, tanpa payung. Kau bahkan
minum soju di hari pertama kita bertemu.”kata Seo Joon
“Nona
Daun Bawang dan Pak Payung. Bagus, 'kan? Kita seperti tetangga yang berteman.” Komentar
Dan Yi. Seo Joon mengaku menyukai panggilan itu.
“Kita
bisa bermain badminton di akhir pekan Dan makan ramyeon saat hujan. Seharusnya
panekuk daun bawang. Jika kau sedang bepergian, aku akan mengurus Geum-bi.” Ucap
Dan Yi. Seo Joon senang mendengarnya.
Dan Yi
memanggil Eun Ho yang baru pulang. Eun Ho keluar dari kamar mandi bertanya
darimana. Dan Yi langsung memperingatkan Eun Ho agar mematikan lampu, lalu
menaruh sandal dengan benar. Eun Ho melakukan semuanya walaupun itu rumahnya.
“Pasti
kau tak mencabut pengering rambutnya.” Keluh Dan Yi dan mencoba kimchi buatan
Ibu Hae Rin.
“Ini
Lezat.. Apa Kau sering ke sana?” ucap Dan Yi sambil menyuapi Eun Ho, Eun Ho mengaku orang tua Hae-rin mengaguminya.
“Mereka harus
lihat betapa malasnya kau di rumah.” Ejek Dan Yi sambil menaruh kimchi di
kulkas.
“Kau dari
mana malam ini? Apa kau sudah makan malam?” tanya Eun Ho, Dan Yi mengaku tadi
bersama teman tetangga.
“Dia
orang yang baru kutemui.” Ucap Dan Yi, Eun Ho ingin tahu pekerjaannya
“Apa Kau
makan malam dengan orang yang tak kau kenal?” kata Eun Ho heran. Dan Yi mengaku
tak tahu namanya.
“Aku
panggil dia Pak Payung dan dia panggil aku Nona Daun Bawang.” Akui Dan Yi, Eun
Ho mengejek kalau sungguh kekanakan.
“Aku
makan ramyeon di rumahnya.”kata Dan Yi, Eun Ho kaget kalau yang dimaksud itu
seorang pria.
“Apa Kau
ke rumah pria yang tak begitu kau kenal?”ucap Eun Ho tak percaya. Dan Yi pikir
boleh-boleh saja.
“Apa Kau
tak tahu arti makan ramyeon ? Yoo Ji-tae bilang kepada Lee Young-ae di film One
Fine Spring Day. Dia tanya, "Mau tinggal untuk makan ramyeon ?" lalu
setelah itu... Apa yang terjadi?” ucap Eun Ho panik
“Mereka
tidur bersama.” Kata Dan Yi santai. Eun Ho tak percaya mendengarnya komentar
Dan Yi
“Itu
tawaran yang berbahaya.. Wah.. Aku kesal memikirkannya... Dia orang mesum.” Kata
Eun Ho
“Aku tak
percaya kami baru saja makan ramyeon.. Eun Ho Apa aku tak menarik dimata pria?”
ucap Dan Yi, Eun Ho kesal mendengar pertanyaan itu.
“Sebaiknya
kau hati-hati. Setidaknya cari tahu nama dan pekerjaannya. Kau tak tahu apa pun
soal pria ini, tapi bagaimana bisa berteman? Dunia ini berbahaya.” Tegas Eun Ho
seperti tak ingin Dan Yi gagal lagi dalam percintaan.
“Apa
bagusnya sangat mengetahui seseorang? Aku hanya butuh orang yang cocok
denganku. Seseorang yang mengenalku dan kukenal baik juga. Hanya itu.” Ucap Dan
Yi lalu menyuruh Eun Hoa agar sikat gigi. Eun Ho terdiam mendengar ucapan Dan
Yi yang masuk kamar.
“Dan
Yi... Orang itu aku, 'kan? Seseorang yang sangat mengenalmu.” Kata Eun Ho
akhirnya membuka pintu kamar. Dan Yi
pikir Siapa lagi kalau bukan Eun Ho.
Eun Ho
keluar kamar langsung menari-nari bahagia lagu theme song Produce 101 season dua.
Pagi hari
Dan Yi
datang lebih awal seperti semangat kerjannya sangat tinggi membersihkan meja
lalu memilih buku dirak. Nyonya Seo datang meliaht Dan Yi datang sangat pagi.
Dan Yi pun menyapa seniornya dengan ramah. Nyonya Seo melhat Dan Yi tertarik
pada pemasaran.
“Yah..,
di agensi periklanan...” kata Dan Yi mengingat sebelumnya selama 6 tahun
sebagai penulis naskah iklan tapi tak memakai untuk melamar kerja.
“Aku
pernah bekerja paruh waktu... Itu Sudah lama sekali, saat aku masih muda...
Wahh..Waktu cepat berlalu, Aku Harus banyak belajar. Jadi, aku memulai dari
awal.” Ucap Dan Yi menutupi pengalaman pekerjaanya.
“Buku ini
tak akan berguna karena terbit tahun 2003. Buku ini hanya membahas strategi yang
sudah kuno. Ditulisnya setengah hati. Jadi, membacanya hanya buang waktu.” Ucap
Nyonya Seo lalu memilih beberapa buku untuk Dan Yi
“Coba kau
baca buku ini, Media sosial sedang mendominasi. Kau harus tahu pemasaran
daring.”kata Nyonya Seo memberikan sebuah buku. Dan Yi mengucapkan terima kasih
“Kau bisa
Baca ini dan cari aku lagi.. Aku akan merekomendasikan yang lain.” Ucap Nyonya
Seo. Dan Yi menganguk mengerti.
Dan Yi
membaca buku yang direkomendasikan Nyonya Seo. Nyonya Seo bertanya Apa kepala
editor kerja di luar hari ini. Hae Rin
memberitahu kalau Eun Ho yang pergi bertemu Ji Seo Joon. Tuan Bong menambahkan
kalau Presdir Kim pergi bersamanya. Nyonya Seo heran kenapa Tuan Kim ikut.
“Kesempatan
Pak Cha lebih bagus jika pergi sendiri.” Kata Nyonya Seo. Dan Yi mendengar para
seniornya bicara.
Tuan Kim
berjalan dengan Eun Ho mengaku tak sekadar datang sebagai Presdir menurutnya Eun Ho harus berpikir "Aku
pasti sangat penting karena Presdir akan ikut rapat." Eun Ho hanya meminta
Tuan Kim untuk diam saja.
“Kali terakhir
rapat bersama Bu Kang, kau memberi tahu dia akan dapat untung. Jangan bilang
itu lagi.” Pinta Eun Ho
“Dia
setuju dengan kita karena kata-kataku menggugahnya.” Kata Tuan Kim
“Jika
bilang itu lagi hari ini, kau akan malu.” Tegas Eun Ho, Tuan Kim pun mengajak
untuk mempertaruhkan gaji bulanannya. Eun Ho setuju kalau Tuan Kim juga
mempertaruhkan gajinya.
Keduanya
masuk kedalam cafe, Tuan Kim langsung terpesan melihat Pemandangan yang bagus
karena Seorang pria harus membaca saat di kafe. Ia pun melihat buku yang dibaca
oleh pria itu karena Dari Eropa sampai Jepang, buku ini sangat sensasional.
“Itu
dia.... Si desainer, Ji Seo Joon. Kau
akan kalah taruhan hanya dalam lima detik.” Ejek Eun Ho lalu mengajak mendekat.
Tuan Kim kaget karena pria itu adalah orang yang didekati saat di toko buku.
Keduanya
mendekati Seo Joon, Eun Ho memperkenalkan dirinya begitu juga Tuan Kim mengaku
sebagai Presdir Gyeoroo dengan mengulurkan tanganya, tapi Seo Joon tak
membalasnya menyuruh mereka untuk duduk saja. Tuan Kim tak mempermasalahkan,
sementara Eun Ho seperti menahan amarah.
“Sepertinya
kita berjodoh... Saat kita bertemu di toko buku, kukira kau model. Aku belum pernah
melihat desainer yang tampan.” Puji Tuan Kim
“Buku
yang kau promosikan tampaknya tak laris. Kau pasti merasa buruk.” Kata Seo Joon.
Tuan Kim membenarkan.
“Aku
sudah membaca semua bukumu yang telah diterbitkan.” Ucap Seo Joon pada Eun Ho
“Terima
kasih. Aku pun terus memantau sampul-sampul karyamu.” Balas Eun Ho
“Aku
penasaran soal alasanmu mengontakku duluan. Aku tak minta banyak karena aku
ingin melihatmu secara langsung.” Ucap Seo Joon. Eun Ho ingin tahu kesimpulannya
“Kau
lebih baik secara langsung... Kau pasti kesal.” Goda Seon Joon. Eun Ho
tersenyum membenarkan.
“Menatap
wajahnya tak membuatmu lelah dan Melihat Kau saja membangkitkan semangat.” Goda
Tuan Kim dan langsung meminta Seo Joon bekerjalah
bersama mereka.
“Kami
akan membayarmu lebih dari orang lain. Dua kali lipat Wolmyeong.” Kata Tuan Kim
memberikan penawaran.
Seo Joon
hanya bisa tertawa, Tuan Kim heran Seo Joon malah tertawa. Seo Joon pikir Tuan Kim serupa dengan rumor dan mendengar Tuan Kim
itu seorang pebisnis, yang bangun gedung
kantor dari menjual buku, serta beli gedung sebelahnya.
“Mobilmu
paling mewah di industri ini Lalu ada insiden toko buku. Hal yang luar biasa
kau sama dengan rumor.... Aku tertarik.” Ucap Seo Joon menyindir. Eun Ho mulai
memperingatinya.
“Rumor
tak memberi tahu segalanya tentang seseorang. Aku orang yang lebih baik jika
kau sudah kenal. Omong-omong, kami...” ucap Tuan Kim yang langsung disela.
“Aku tak
berniat bekerja dengan Gyeoroo. Seperti yang sudah kukatakan, aku kemari untuk
bertemu Pak Cha.” Tegas Seo Joo
“Apa kau
tak suka Gyeoroo Atau karena aku?” tanya Tuan Kim. Seo Joon pikir tak ada
alasan kalau tak suka Gyeoroo atau Tuan Kim
“Bidang
kita sama... Tapi Aku ada pertanyaan.” Ucap Seon Joon. Tuan Kim mempersilahkan.
“Tanyakan
saja. Kau bisa lebih tahu tentang kami jika kau memutuskan bekerja sama” kata
Tuan Kim
“Akankah
kau mejawabnya?” ucap Seo Joon menantang. Tuan Kim mengaku akan menjawab apa
pun itu.
“Namun, jika
kau puas dengan jawabanku, maka bekerjalah dengan Gyeoroo.” Ucap Tuan Kim
“Kau
masih berhubungan dengannya, 'kan?” kata Seo Joon, Tuan Kim ingin tahu siapa
yang dimaksud.
“Penulis,
Kang Byung Joon... Jujurlah. Aku yakin begitu... Bisakah kau beri tahu
kegiatannya saat ini?” kata Seo Joon menyindir.
Eun Ho
memperingatkan agar menghentikanya, Seo Joon pikir kala rasanya Mustahil tak
penasaran karean Suatu hari, tiba-tiba penulis terbaik Korea yang aktif menulis
lalu mulai menarik hak penerbitan dan mengumumkan akhir karier.
“Lalu menyerahkan
hak cipta ke penerbit kecil yang belum pernah bekerja dengannya. Kemudian, si
penulis pensiun dan Penerbit menggunakan hak penerbitan sebagai batu loncatan
Lalu perusahaannya berkembang. Kenapa
dia menyerahkan hak cipta penerbitannya kepada Gyeoroo?” ucap Seo Joon curiga.
“Kami tak
ada alasan untuk memuaskan rasa penasaranmu.” Kata Eun Ho berjalan pergi.
“Apakah
rumor itu benar? Rumor Gyeoroo mengincar hak cipta dan mengunci Pak Kang karena
itu.” Ucap Seo Joon yang membuat Eun Ho berhenti berjalan. Tuan Kim yakin
menegaskan kalau itu mustahil
“Kau juga
salah satu pendirinya, Pak Cha... Kau pasti tahu...” kata Seo Joon Eun Ho
datang langsung mencengkram baju Seo Joon.
“Kau
pasti penggemar Pak Kang. Kau tahu banyak.. Pengumumannya ditulisnya sendiri...
Tiap orang berhak untuk dilupakan... Itulah yang dia inginkan.” Ucap Eun Ho
“Apa dia
menghilang? Apa kau mengurungnya?” sindir Seo Joon, Tuan Kim panik meminta Eun
Ho melepaskan tanganya.
“Setelah
hilangnya Pak Kang, rumor-rumor aneh tersebar. Banyak rumor seperti ini...
Namun... kami pun belum pernah bertemu... Kami tak tahu apa pun.” Tegas Tuan
Kim
“Aku tak
yakin soal itu, tapi aku tahu Pak Cha mengetahui sesuatu. Aku tahu itu hari ini.” Kata Seo Joon yakin.
Eun Ho menahan amarahnya.
Tuan Kim
dan Eun Ho minum bersama, Tuan Kim meminta Eun Ho agar Tidak usah dipikirkan karena pasti tahu
selalu saja ada rumor di industri ini dan Setelah Tuan Park umumkan akhir
kariernya memberikan mereka hak publikasi lalu menghilang.
“Setelah
itu, hanya kita yang menjual buku-bukunya. Rumor buruk memang selalu ada di
industri ini.” Kata Tuan Kim
“Kita tak
mendulang keuntungan... Kita menyumbangkan keuntungannya.” Kata Eun Ho
terdengar masih kesal
“Tapi
kita tetap diuntungkan... Artikel "Perusahaan yang diberi hak oleh Kang
Byeong-jun." Perusahaan kita bertumbuh pesat berkat label itu. Kita bisa
investasi berkat itu Dan penulis lain bekerja dengan kita berkat itu.” Ucap Tuan
Kim
“Maaf.
Semuanya salahku.” Kata Eun Ho, Tuan Kim pikir Eun Ho tak perlu katakan itu.
“Kau yang
menanggung beban. Bukan aku.” Ucap Tuan Kim. Eun Ho menatapnya. Tuan Kim panik
meminta agar Jangan menatapnya begitu.
“Aku tahu
diriku juga keren... Aku juga tahu kau menyukaiku. Terlepas dari segalanya, jika
masih ingin bilang sesuatu, cepatlah.” Ucap Tuan Kim
Eun Ho
tahu kalau Tuan Kim yang tak digaji, Tuan Kim pun meminta Eun Ho agar yang
bayar ini dan melihat Eun Ho tak minum. Eun Ho mengaku harus menyetir nanti. Tuan Kim bertanya
apakah Eun Ho akan mengunjunginya dan berpikir kalau ikut denganya. Eun Ho
menolak karena ingin pergi sendiri saja.
Tuan Kim pun membiarkan.
Eun Ho
berdiri di pingir jalan dengan sambil merokok mengingat yang dikatakan Seo Joon
“Apakah rumor itu benar? Bahwa Gyeoroo mengincar hak cipta dan mengunci Pak
Kang.” Dan juga ucapan Tuan Kim “Kau yang menanggung beban. Bukan aku.”
Ia
berdiri di depan papan nama “GAPYEONG, SARYOUNG-RI” seperti berusaha
menenangkan diri.
Dan Yi
telah menganti profilenya, lalu tersadar kalau Eun Ho yang belum pulang
akhirnya keluar rumah. Eun Ho bisa melihat Dan Yi keluar dari rumah lalu
menerima pesan “Kenapa belum pulang? Cepat pulang.< Aku menunggumu.”
Eun Ho
hanya diam melihat Dan Yi terlihat gelisah, Dan Yi binggung Eun Ho yang tak
menjawab pesanya membuanya khawatir. Akhirnya Dan Yi pun menghilangkan rasa
khawatirnya mulai menyanyi sendiri lalu tersadar Eun Ho duduk dibangku taman
“Eun-ho...
Kenapa kau di sini? Kenapa tak masuk?” ucap Dan Yi duduk disamping Eun Ho
“Bulannya
terlalu indah.” Ucap Eun Ho menatap ke arah langit. Dan Yi membenarkan.
“Aku
hanya butuh kau juga... Seseorang yang sangat mengenalku. Walau dunia berpaling
dariku... "Dia pasti punya alasan. Selalu ada alasan untuk segalanya. Dia
pasti melakukannya untuk melindungi sesuatu yang ingin dia lindungi."
Kau... Setidaknya, kau akan mempercayaiku, 'kan?” ucap Eun Ho
Dan Yi
menganguk, Eun Ho melihat bulan yang sangat indah. Lalu meminta agar menyanyikan lagu Yang tadi
dinyanyikan. Dan Yi pun tanpa malu menyanyikan lagu saat menunggu Eun Ho sambil
menikmati bulan bersama.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar