PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Eun Ho
bangun dari tidurnya, lalu panik karena mengingat saat mabuk dan pergi ke rumah Dan Yi Setelah itu...
“Apa aku
memeluknya? Atau aku hanya bermimpi? Apa yang terjadi setelah itu?” gumam Eun
Ho mencoba mengingat semuanya, kalau datang ke rumah Dan Yi lalu memeluknya
saat pulang.
Dan Yi
memanggil Eun Ho dari dapur, Eun Ho
panik langsung bersembunyi dibalik selimutnya. Dan Yi membuka pintu mengaku
tahu kalau Eun Ho sudah bangun dan mengajak untuk sarapan. Eun Ho hanya diam
saja dibalik selimut.
“Apa Aku
mengajarimu mabuk seperti itu?” ucap Dan Yi menarik selimut Eun Ho yang
menutupi tubuhnya.
Flash Back
Eun Ho
dan Dan Yi duduk bersama dibar, Dan Yi melihat Eun Ho yang sudah cukup usia jadi akan kuajari cara menikmati
alkohol yang benar. Eun Ho hanya tersenyum melihat Dan Yi yang duduk didepanya.
Dan Yi mengatakan kalau Eun Ho harus
Pelajari etika minum dari orang yang lebih tua dan bijak.
Saat itu
banyak botol berbagai jenis Wine, Whiski. Beberapa pengunjung melihat tak
percaya kalau keduanya bisa menghabiskan semua. Pelayan memberikan juga soju
ditempat lain hanya untuk pelanggan VIP. Dan Yi senang lalu memberikan tip
untuk pelayan.
“Syukurlah
kau VIP di sini.” Ucap Eun Ho hanya tersenyum.
“Aku
punya koleksi ini karena harus memuaskan berbagai cita rasa klien. Itu tugas
pegawai kantoran.” Kata Dan Yi
“Baiklah.
Ayo... Nona Pegawai Kantoran.” Kata Eun Ho, Dan Yi pun akan memalui dengan
botol wine
“Kau
harus tahu cara membukanya.” Ucap Dan Yi mencoba membuka tapi kesusahan.
Akhirnya Eun Ho yang membuka mengejek akan mengananggap saja Dan Yi yang membukanya.
“Saat ada
yang menuangkanmu wine...” kata Dan Yi, Eun Ho mengambil salah satu gelas.
“Jangan
pegang gelasnya seperti itu. Dasar bodoh.” Teriak Dan Yi marah, Eun Ho hanya
terdiam karena hanya akan mengeser dan memberikan gelas dengan besar.
“Apa Gelas
untuk wine merah yang lebih lebar?” ucap Dan Yi seperti tak yakin
“Anggap
saja kau bingung. Lalu Apa lagi?” kata Eun Ho melihat Dan Yi menganggap dirinya
tak tahu apapun.
“Begini
cara tuang wine, lalu Putar begini.” Kata Dan Yi dan Eun Ho yang sudah lebih
dulu melakukanya tap meminta Dan Yi terus mengajarkanya.
“Aku akan
mengajarimu minum wiski. Tergantung di mana ia dibuat, wiski... Ini akan
kuminum langsung... Karena kau kali pertama, harus pakai batu es.” Ucap Dan Yi
memberikan dua pilihan.
Eun Ho
pun dengan cepat meminum Wiski dengan es, Dan Yi hanya bisa melonggo karena
ternyata Eun Ho bisa minum lalu berpikir
mengetahui soal minuman ini sudah cukup tapi Yang paling penting pelajari
cara buat bom soju.
Dan Yi
pun dengan bangga membuat Soju dengan Bir memperlihatkan busa yang dibuat lalu
menyuruh Eun Ho agar meminumnya. Eun Ho minum tapi Dan Yi seperti yang sudah
mulai mabuk bahkan membagikan minuman pada semua pengunjung.
Dan Yi
mabuk mengedor pintu toilet, pria yang ada didepan berteriak marah karena
merasa terganggu. Eun Ho melihatnya langsung menariknya karena Dan Yi salah
berdiri di toilet pria lalu mendorongnya masuk ke Toilet wanita dan menunggu diluar.
Di dalam
toilet, Dan Yi seperti tak begitu mabuk melihat bibirnya, Eun Ho menunggu
diluar terlihat khawatir memanggil Dan Yi, tapi tak ada sahutan lalu berpikir
kalau akan masuk. Saat itu juga Dan Yi keluar dengan lipstik yang belepotan
dibibirnya seperti mengoda Eun Ho .
“Bertahanlah.
Coba Lihat aku sebentar.” Kata Eun Ho meminta Dan Yi bisa berdiri
“Apa Ada
sesuatu di wajahku?” tanya Dan Yi mengoda sengaja mendekatkan wajahnya. Eun Ho
“Bukan
apa-apa.” Ucap Eun Ho sempat memalingkan wajahnya, lalu membersihkanya dan
pergi. Dan Yi mencoba mengoda berpikir dirinya tampak seksi.
Eun Ho
akan membayar tagihan dengan Totalnya 356.000 won. Tiba-tiba terdengar bunyi
suara bel tanda [BEL TRAKTIR SEMUA] Wajah Eun Ho panik dan beberapa orang
langsung berkumpul ditengah, Dan Yi sudah berdiri diatas podium dengan mic.
“Para
hadirin... Adikku akhirnya berusia 20 tahun. Bukankah aku harus lakukan hal
spesial untuk merayakan ini? Karena itu, aku akan mentraktir kalian semua...
Eun-ho! Selamat.... Adikku!” teriak Dan Yi yang mabuk.
“Firasat
buruk selalu benar.” Gumam Eun Ho melihat tingkah Dan Yi
Keduanya
duduk di pingir jalan berjauhan, Eun Ho mengeluh Dan Yi yang menghamburkan
uangnya. Dan Yi mengaku kalau itu hanya karena ingin, lalu memberitahu
pemiliknya sangat menyebalkan dengan menceritakan Bedebah itu memegang
bokongnya.
“Dimana bedebah
itu?” tanya Eun Ho marah, Dan Yi menunjuk ke arah jalan. Eun Ho pun
berpura-pura akan mengajarnya.
“Namun,
aku senang telah menghabiskan uang yang kudapat berkat bedebah itu. Kini aku
merasa lebih baik.” Ungkap Dan Yi, Eun Ho pun sudah tak peduli.
“Kau
benar-benar bodoh. Apa Kau sadar dirimu bodoh?” komentar Eun Ho, Dan Yi mengaku
sudah tahu.
“Aku
sadar... Aku bodoh...” kata Dan Yi lalu merasa kedinginan dan mengajak Eun Ho
pulang saja.
“Katamu
dingin. Ayo Kemari.” Ucap Eun Ho lalu memakaikan jaket untuk Dan Yi agar tak
kedingingan.
“Coba
Lihat ini. Bagaimana lenganku?” keluh Dan Yi, Eun Ho pikir Lebih baik Dan Yi tak gunakan lengannya
karena ada didalam jaketnya.
“Buka
ini.. Aku tak bisa pulang begini.” Kata Dan Yi, Eun Ho tak peduli mengajak Dan
Yi pergi saja.
“Seharusnya
kulakukan dari tadi.” Kata Eun Ho, Dan Yi kesal sengaja memberikan pukulan
dengan lengan bajunya seperti tamparan.
“Aku
bertindak berlebihan dan menghabiskan uangku untuk mengajarimu minum. Kenapa
masih mabuk seperti itu? Lalu Kau ke mana semalam?” tanya Dan Yi penasaran.
“Ke rumah
wanita yang kusuka.” Akui Eun Ho, Dan Yi tak percaya Eun Ho pergi ke rumah
wanita
“Seharusnya
kau bilang. Kenapa pulang? Harusnya kau menginap. Apa Kau tidur dengan semua
orang yang kau suka? Hei.. Ada apa dengan kepalamu? Kurasa, pikiran kotor...
Wahh... Aku sudah lama tak berhubungan seks.” Ucap Dan Yi blak-blakan. Eun Ho
langsung tersedak.
“Wajahmu
memerah lagi... Astaga...” goda Dan Yi, Eun Ho hanya bisa terdiam.
“Semalam,
apa aku tidur begitu tiba di rumah?” tanya Eun Ho. Dan Yi mengaku kalau Eun Ho
tampak tidur.
“Bukan
itu yang kutanyakan Sebelum aku tidur” gumam Eun Ho
“Hei, kau
memelukku semalam.” Kata Dan Yi santai, Eun Ho tersedak dengan mengeluarkan
semua makanan dari mulutnya.
“Dasar
Menjijikkan Bahkan Kau juga mengileriku semalam... Kenapa kau menjijikkan?
Hei... Mulutmu berlepotan makanan.” Ucap Dan Yi ingin membersihan wajah Eun Ho
tapi Eun Ho seperti merasa canggung dan menjauh.
Dan Yi
terlihat santai membersihkan mulut Eun Ho sambil mengeluh terlihat menjijikan.
Eun Ho membersihkan mulutnya.
Eun Ho
selesai mandi lalu melihat ada pakaian milik Hae Rin yang masih tertinggal
dilemarinya. Akhirnya Ia memasukan ke dalam tas dan mengambil minum di kulka,
lalu berteriak karena Dan Yi melihat isi tasnya. Dan Yi mengaku hanya penasaran
dan melihat isinya bra merah.
“Ayo.
Kembalikan.” Ucap Eun Ho, Dan Yi bertanya apakah Eun Ho akan mengembalikan
“Bukan
urusanmu.” Kata Eun Ho sinis, Dan Yi sadar kalau privasi itu penting lalu
mengambil gelas dari tangan Eun Ho yang mengambil minum.
Eun Ho
menatap Dan Yi seperti merasakan sesuatu, Dan Yi pun pamit pergi lebih
dulu. Eun Ho pikir bisa berangkat
bersama, Dan Yi menolak karena Jika
orang-orang tahu maka akan tak nyaman.
Eun Ho
baru turun dari mobil, Hae Rin melihatnya langsung memanggilnya. Eun Ho
langsung memberikan tas isi pakaianya, Hae Rin melihat isinya binggung karena
Eun Ho yang bilang kalau biarkan saja
pakaiannya di rumah Eun Ho, karena pasti nanti kalau mabuk dan datang. Eun Ho
memperingatkan Hae Rin agar jangan datang saat mabuk.
“Kau Tak
boleh melakukan itu lagi” tegas Eun Ho, Hae Rin melonggo binggung.
“Kini aku
tinggal dengan wanita... Jadi, tak boleh datang” akui Eun Ho lalu mengajak
pergi. Hae Rin terlihat penasaran.
Dan Yi
membawa buku baru dengan melihat judul [PUCAT, SUATU KEKEJAMAN - PERTARUNGAN
AKAL SENGIT YANG AKAN MEMBUATMU TAKJUB] Wajahnya terlihat sangat kecewa karena
dianggap bukan miliknya, akhirnya hanya mendorong trolly lalu membagikanya.
Eun Ho
menerima buku yang baru rilis, Nyonya Seo, Tuan Bong, Hae Rin juga menerima
buku baru. Dan Yi hanya diam saja seperti memedam perasan kecewa.
Eun Ho
mengingat saat Dan Yi ingin tahu pedapatkanya tentang judul uraian. Hae Rin pun tak enak hati karena tahu itu
milik Dan Yi saat memberikan tanda bintang “PERTARUNGAN AKAL SENGIT YANG AKAN
MEMBUATMU TAKJUB”
Dan Yi
pun memberikan buku pada Nyonya Go di ruanganya. Nyonya Goo bertanya pada Dan
Yi tentang uraian buku baru. Dan Yi pikir itu
Tepat sasaran dan itu sempurna untuk bukunya. Nyonya Go yakin kalau Dan
Yi berpikir kalau ia mencurinya.
“Sebenarnya,
aku juga terpikirkan itu. Dan dari awal sudah kuputuskan untuk memakainya.
Jangan bilang kau berasumsi aku tak bisa memikirkan ide yang sama denganmu.
Kuharap tak begitu.” Ucap Nyonya Go sinis
“Seperti
katamu, mungkin kau memikirkan uraian yang sama persis Dan tak mustahil kau
yang lebih dulu. Tapi menurutku, jika memang begitu seharusnya kau bilang saat
aku memberitahumu, Sebelum itu dipilih saat rapat. Namun, aku akan berusaha
memahamimu dengan caraku.” Ucap Dan Yi
“Bagaimana
caranya?” tanya Nyonya Go dingin. Dan Yi mengetahui kalau orang Inuit tak butuh kata untuk menyatakan
keunggulan.
“Tak ada
yang namanya paus hebat atau beruang kutub hebat. Begitu juga dengan kita,
manusia. Tidak ada yang bisa sempurna... Sekarang Aku harus kembali bekerja.”
Kata Dan Yi berjalan pergi. Nyonya Go hanya bisa terdiam.
Nyonya
Seo melihat pengumuman berpikir kalau pegawai
baru sedang ke percetakan. Tuan Bong heran Nyonya Seo yang tak ikut. Tuan Bong
merasa tak mungkin karena bisa sakit hati. Keduanya pun berjalan pergi
Di papan
tertulis [JADWAL KUNJUNGAN PERCETAKAN HARI INI] dengan nama Cha Eun Ho, Oh Ji
Yool, Park Hoon, Kang Dan Yi.
Di sebuah
tempat, seperti ada hujan kertas yang sudah dipotong dan juga buku-buku yang
masuk mesin lalu menjadi kertas yang ditumpuk dengan tinggi. Dan Yi, Park Hoon,
Ji Yool hanya bisa melonggo melihat semua karena semua buku masih tampak bagus.
“Apa
kalian Lihat dua truk itu? Itu semu buku kita. Dan sebentar lagi, mereka akan
berakhir seperti ini.” Ucap Eun Ho menunjuk buku yang akan menjadi lembaran
sampah.
“Apa kita
hanya bisa menghancurkannya? Tidak ada yang salah.” Kata Park Hoon heran
“Kita tak
bisa menyimpan semua buku yang tak laku.” Pikir Ji Yool. Eun Ho menjawab kalau Itu
butuh biaya.
“Buku ini
dikembalikan dari toko, Sebagian rusak karena dibaca. Bahkan Lebih dari
setengah yang dikembalikan dari toko sudah rusak, dan penerbit harus menanggung
kerugiannya.” Cerita Eun Ho
Di toko
buku, beberapa orang sengaja membuka plastik dan membacanya tapi pengunjung tak
sengaja menjatuhkan kuah ramyun, melipatnya, menekanya dengan ponsel bahkan tak
sengaja menjatuhkan air saat membacanya.
“Buku itu
hasil kerja keras. Itu buku pengembangan diri, tapi aku mau pembaca tersentuh.”
Gumam Eun Ho melihat judul buku “BAHAGIA DAN DERITA BEKERJA”
Flash Back
Eun Ho
membawa buku “BAHAGIA DAN DERITA BEKERJA seperti sesuatu yang berharga. Tuan
Kim langsung mencium buku baru merasa itu aroma buku terlaris. Eun Ho mengeluh
kalau Tuan Kim tak harus lakukan itu pada semua buku baru
“Ini akan
dilakukan Seumur hidupku, sampai aku mati. Apa Mau coba?” ucap Tuan Kim. Eun Ho
menolaknya.
“Buku ini
baru muncul kemarin. Ia muncul di hadapan kita sekarang. Menarik, 'kan? Coba
Lihat keindahan ini... Kita membuatnya.” Ucap Tuan Kim bangga melihat
Eun Ho
melihat kembali buku "Bahagia dan Derita Bekerja." Edisi pertama,
Karya Im Seong-mok, Penerbit Kim Jae-min, Namanya tertulis Cha Eun-ho dan Bong
Ji-hong di Tim Editorial, Go Yu-seon dan Seo Yeong-a di Tim Pemasaran.
“Tidak
ada buku yang terbit dengan sendirinya. Sebuah buku mengandung nama dan jiwa dari
banyak orang yang bekerja keras di balik layar.” Gumam Eun Ho seperti
mengingatnya saat membuat buku.
Flash Back
Nyonya
Goo sedang ada di salon melihat berita [PENULIS MIN YEONG-HAN TERDUGA KEKERASAN
SEKSUAL] wajahnya langsung panik memanggil pegawai agar bisa melepaskanya tapi
tak ada yang mengampiri. Nyonya Go pun sampai terjatuh duduk kembali karena tak
bisa melihat alat spanya.
Eun Ho
menunggu di gudang penerbit, Hae Rin datang dengan sepatu berbeda dengan taksi.
Eun Ho bertanya apakah Hae Rin sudah baca artikelnya, mereka pun bergegas masuk
dan melihat tumpukan buku [LANGIT BIRU DI EKUATOR] dengan Tuan Kim dkk sedang
mengeluarkan postcard Tuan Min.
“Kenapa
kemari? Kami tak sengaja menelepon.” Ucap Nyonya Seo. Tuan Bong pikir Ini hari
Minggu jadi mereka anak muda harus berkencan.
“Aku tak
ada kegiatan.” Kata Hae Rin, Eun Ho mengaku ada kencan jadi menyalahkan Tua
Bong jika diputuskan.
“Benarkah?
Aku akan menikahimu... Anak-anak, Apa kau mau Paman Eun-ho menjadi ayah tirimu?”
ucap Tuan Kim. Dua anak Tuan Kim langsung menjawab menginginkanya.
“Pak Kim
datang dari taman bermain.” Kata Nyonya Seo, saat itu seseorang masuk dengan
rambut terlihat mengembang didepan pintu, semua menutup mata karena silau.
Nyonya Go
datang dengan rambut yang masih mengunakan dikepalanya, semua membantu
mengeluarkan semua poscard didalam buku. Mereka seperti berkerja sama saat
masih menjadi penerbit kecil, bahkan anak Tuan Kim juga membantu ayahnya.
“Anak-anak...
Ini akan menjadi buku terbitan baru, tapi penulisnya melakukan hal buruk...
Jadi, tak bisa dijual... Karena itu dibuang.” Jelas Tuan Kim menjelaskan pada
anaknya.
“Putriku,
apa pekerjaan ayahmu?” tanya Tuan Kim, Dua anaknya menjawab kalau Ayah mereka
membuat buku.
“Anakku,
apa impian ayahmu?” tanya Tuan Kim, Dua anaknya menjawab kalau Memastikan buku yang dibuat ayah mereka dibaca
semua orang di seluruh dunia.
“Maaf
merusak hari Minggu kalian karena hal seperti ini. Aku juga berutang maaf pada
kalian.” Kata Tuan Kim pada semua pegawainya.
“Ini
sangat bodoh... Tak perlu minta maaf.” Kata Nyonya Seo, semua terlihat bahagia
dalam susah dan senang bersama membangun penerbitan.
“Aku suka
keyakinan Pak Kim. Yakin jika kita lakukan yang terbaik bahkan pada hal kecil, orang
akan lebih banyak baca. Dan keyakinan bahwa satu buku itu bisa mengubah hidup
seseorang.” Gumam Eun Ho melihat buku
LANGIT BIRU DI EKUATOR
“Kenapa
tak diobral saja? Diskon 50 persen? Kurasa orang-orang akan beli.” Kata Nyonya
Seo
“Ada
sistem harga pada buku.. Jadi, ada batas diskon.” Jelas Eun Ho. Dan Yi pikir
bisa disumbangkan.
“Buku yang
dikembalikan dari toko tak bisa dijual atau disumbangkan. Jika yang
disumbangkan lalu dijual di toko barang bekas, penjualan kita bisa terhambat.
Jika dihancurkan begini, setidaknya dapat uang untuk kertasnya.” Kata Eun Ho
Seorang
petugas datang memastikan kalau mereka dari Gyeoroo memebritahu kalau sudah
hitung jumlahnya dan memberikan amplopnya. Ji Yool melihat kalau tipis sekali.
Park Hoon yakin kalau pasti cek. Ji Yool semangat mengeluarkan dan hanya ada
150ribu won saja.
“Kami menghancurkan
dua truk buku. Uang yang didapat dari menghancurkan ribuan buku bahkan tak
cukup untuk beli 30 buku.” Gumam Eun Ho sedih
Ji Yool
dan Park Hoon hanya bisa melonggo, Dan Yi sedikit shock akhirnya berjalan
melihat buku [BAHAGIA DAN DERITA BEKERJA] lalu sengaja mengambil buku yang
sudah robek, dan berteriak “Kita bisa!” Ketika hanya bisa melonggo melihatnya.
“Buku-buku
ini tak hilang selamanya. Setelah dihancurkan, mereka akan didaur ulang. Lalu
melalui tangan kami, mereka akan menjadi buku baru.” Gumam Eun Ho lalu berjalan
keluar dari gudang.
Park Hoon
mengaku ingin makan daging. Ji Yool setuju sementara Eun Ho menerima telp dari
Tuan Kim memberitahu kalau ada di percetakan dan akan kembali setelah
menunjukkan proses penghancuran. Tuan Kim mengetahui Eun Ho yang masih disana.
“Aku tak
bisa ke sana karena aku akan sedih. Itu semua uang, Apa kau tahu! Uang kita
berubah jadi debu! Itu mengesalkan” jerit Tuan Kim hanya bisa menangis. Eun Ho
hanya menatap ponselnya karena Tuan Kim yang berlebihan.
“Pak Cha.
Bisa buka pintunya?” kata Park Hoon bersama dengan Dan Yi dan Ji Yool sudah ada
didepan pintu mobil.
Saat itu
Hae Rin datang, ketiganya langsung menyapa. Dan Yi melihat tas yang tadi pagi
dilihatnya sekarang ada ditangan Hae Rin jadi kemungkinan kalau itu milik
Seniornya di kantor. Hae Ri mengajak Eun
Ho pulang bersama.
“Ahh... Sudah
waktunya pulang.” Kata Eun Ho melihat jam tanganya.
“Ibuku
memasak kimchi dan mau kau mencobanya. Apa Ada yang bisa menyetir?” ucap Hae
Rin. Park Hoon dengan penuh percaya diri mengangkat tanganya kalau bisa
“Kau
Kembalikan ini ke kantor sebelum kau pulang. Sampai jumpa besok.” Ucap Hae Rin.
Dan Yi seperti melihat Hae Rin yang punya hubungan dengan Eun Ho hanya bisa
diam saja.
Akhirnya
ketiganya pulang dengan Park Hoon yang mengemudikan mobil. Ji Yool membahas
kalau keduanya berkencan. Park Hoon bertanya siapa yang dimaksud. Ji Yool
mengeluh Park Hoon masih bertanya karena pasti membahas Pak Cha dan Bu Song.
“Kurasa
mereka lebih dari sekadar rekan kerja. Bukan begitu, Dan-i? Kau merasakan
sesuatu, 'kan? Dia mengendarai mobil kantor ke sana agar bisa pulang bersama. Keluarganya
bahkan berikan kimchi. Dia juga biasanya dingin, tapi dia tersenyum lebar pada
Pak Cha. Aku bisa merasakan sesuatu. Benar, 'kan?” kata Ji Yool yakin
“Entahlah.”
Komentar Dan Yi tak ingin banyak komentar, Park Hoon yakin kalau Ji Yool itu
salah karena merasa biasanya sangat cekatan mengetahuinya.
“Tunggu.
Kurasa bukan itu masalahnya. Apa Kau yakin mobil kita berjalan pada kecepatan
yang benar? Kenapa lambat sekali?” kata Dan Yi melihat disampingnya.
Saat itu
dibelakang mobil banyak yang mengantri, lalu menyalip mobil Park Hoon sambil
berteriak agar menyetir yang benar. Park Hoon merasa tak ada masalahnya lalu
mengaku takut dengan mengemudikan di jalur tengah dan tak bisa pindah.
“Kenapa
kau bilang bisa?” keluh Ji Yool kesal. Park Hoon engaku sangat menakutkan
menyuruh Ji Yool diam.
“Bukankah
kau baru dapat SIM?” kata Dan Yi. Park Hoon mengaku baru kemarin.
“Pemasar
harus ke mana-mana. Jadi, wajib bisa menyetir.” Ucap Park Hoon lalu panik
melihat truk yang menyalip didepanya dan sangat besar!
Sementara
Eun Ho terlihat menyetir dengan nyaman, Hae Rin duduk disampingnya mengaku ingin
membawa kimchi ke kantor besok Tapi karena sedang di pusat logistik jadi
sengaja mampir. Eun Ho juga senang karena
sudah kehabisan kimchi.
“Hei, aku
mencari tahu soal Ji Seo-jun, desainer yang kau sebutkan. Usianya 29 tahun. Sejak
awal karier, dia hanya bekerja untuk Wolmyeong. Tapi Apa tahu yang menarik? Dia
jurusan sastra Korea.” Ucap Hae Rin
“Apa
alasannya hanya bekerja untuk Wolmyeong?” tanya Eun Ho
“Aku
berusaha mencari tahu, tapi hanya ada satu wawancara.” Kata Hae Rin mencari
hasil wawancara memperlihatkan wajah Seo Joon di tabnya.
“Dia
tampan, 'kan?” kata Hae Rin senang, Eun Ho melirik dan teringat kalau pria itu
yang didekati Seo Joon oleh Tuan Kim dan tahu kalau bekerja di penerbit karena buku itu semua itu
diterbitkan yaitu Penerbit Gyeoroo.
“Astaga,
kenapa harus dia?” keluh Eun Ho, Hae Rin
mengaku sudah meminta nomornya dari kepala editor di Wolmyeong jadi akan
mengirimkan pada Eun Ho.
Park Hoon
panik melihat petunjuk ke UNIVERSITAS HONGIK lalu mencoba agar pindah ke lajur
kiri. Ji Yool menyuruh agar pindah, Park Hoon merasa Tangannya tak boleh dilepas
dari setir dan meminta Ji Yool agar menyalakan lampu sen.
Ji Yool
mencoba menyalakan tapi salah memakainya, Park Hoon panik menyuruh Ji Yool
untuk menghentikan. Ji Yool panik malah menyalakan air untuk jendela. Park Hoon
akhirnya mengeluh karena sudah melewati plangnya.
“Jangan salahkanku... Kalian, tenanglah.” Ucap
Park Hoon. Dan Yi menyuruh Park Hoon agar meminggirkan mobilnya saja.
“Akan
kulakukan jika tahu caranya.” Kata Park Hoon. Ji Yool mengeluh kalau mereka
bisa ke Busan saja.
“Lepaskan
setirnya... Kau Lepaskan tanganmu dari setir.” Kata Dan Yi mencoba membantu dan
menyuruh agar menginjak rem. Tapi Park Hoon akhirnya bisa pindah jalur lalu
berhenti.
“Kurasa
ini membuatmu berani.” Kata Park Hoon bisa membuat mobil berhenti.
“Dan Yi,
apa kau punya SIM?” tanya Ji Yool. Dan Yi mengaku bisa tapi harus diperpanjang.
“Bagaimana
cara kita pulang? Ibuku menelepon... Aku janji akan kencan buta hari ini.” Kata
Ji Yool menangis melihat Ponselnya.
“Apa Kau
akan kencan buta? Kau baru saja putus. Apa Kau sangat ingin menikah?” sindir
Park Hoon
“Kata
siapa akan menikah?!! Itu hanya kencan minum kopi dan makan. Kencan buta itu
untuk menikah. Aku kencan buta agar dapat uang dari ibuku.” Tegas Ji Yool
“Baiklah.
Akan kupastikan kau dapat uang. Apa Kau senang?” ucap Park Hoon senang lalu
akan mencoba untuk menyetir lagi.
Dan Yi
menolak memilih untuk naik bus saja. Park Hoon pun memikirkan tentang dirinya
karena tak mungkin agar mobilnya bisa ditinggal. Ji Yool pun meminta agar jangan
menyetir. Beberapa saat kemudian Park Hoon terlihat santai mengemudikan mobil
mengajak Ji Yool untuk mendengarkan musik.
“Lupakanlah.”
Ucap Ji Yool kesal. Park Hoon dengan bangga merasa kalau Menyetir itu mudah.
“Aku bisa
menyetir dengan kaki.” Kata Park Hoon sampai akhirnya terlihat kalau mobil
mereka ditarik oleh mobil derek.
Didepan
restoran PANGSIT SUNHA, Ibu Hae Rin terlihat bahagia melihat Eun Ho yang datang
dengan anaknya. Hae Rin mengeluh karena Ibunya
hanya bisa melihat Eun Ho dan melihat anaknya.
“Ibu bisa
melihatmu... Aku melihat kalian sebagai pasangan.” Goda Ibu Hae Rin mengajak
untuk segera masuk karena dingin.
“Kalian
Duduk di sini... Sulit dipercaya ada bangku kosong saat ramai begini. Kurasa
alam semesta tahu kalian akan datang.” Kata Ibu Hae Rin pergi karena Akan mebawakan
menu favorit Eun Ho.
“Setengah
daging dan kimchi, 'kan?” kata Ibu Hae Rin, Eun Ho mengangguk.
“Astaga,
pelanggannya banyak. Apa kita tak mengganggu, datang saat ramai begini?”kata
Eun Ho melihat restoran yang penuh
“Apa Kau
tak lihat senyum ibuku tadi? Kurasa dia lebih menyukaimu.” Keluh Hae Rin
“Itu
Mustahil... Dia baik padaku, agar aku baik padamu.” Kata Eun Ho.
Saat itu
ada pelanggan yang meminta tambah kimchi. Ibu Hae Rin memanggil suaminya, Tapi
suaminya tak keluar akhirnya Eun Ho tak enak hati membantu mengambilkan kimchi.
Dan Yi melihat sikap Eun Ho seperti merasa bahagia.
Dan Yi
menaiki bus, mengingat yang saat Hae Rin mengatakan “Ibuku memasak kimchi dan
mau kau mencobanya.” Lalu mencoba mengambar dengan spidol di jendela kalau
menemukan bra di rumah Eun Ho, lalu Eun Ho menaruh bra itu di tas belanja.
“Tas
belanja itu ada pada Song Hae-rin. Ibunya memberikan kimchi buatan rumah.” Kata
Dan Yi mengambar kotak KIMCHI
“Artinya
mereka pasti berkencan.” Gumam Dan Yi lalu mengingat saat bertanya alasan Eun
Ho yang tak mengangkat telpnya.
“Aku
sibuk dan baru diputuskan.” Kata Eun Ho
saat itu. Dan Yi ingin tahu alasanya. Eun Ho mengaku wanita itu aneh.
“Apa Dia
yang meninggalkan bra? Katanya aku tak kenal cinta. Tapi katanya dia sudah
putus.” Gumam Dan Yi mencoba mengingat kembali
Dan Yi
saat bertanya ke mana Eun Ho semalam. Eun Ho menjawab kalau pergi Ke rumah
wanita yang disuka. Dan Yi pikir kalau keduanya
pasti berbaikan malam itu jadi
Itu sebabnya Eun Ho menerima kimchi dari orang tuanya. Setelah mengambar
semua pikiranya, buru-buru menghapus dari jendela bus.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar