PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
pria sedang tidur lelap dikamarnya, Lee Joon Ha tertidur dengan siaran di live
di Channel Pangeran Yeong Soo TV - [Tantangan "Sleeping Room" 48 Jam.
Tanpa makan, tanpa ke kamar mandi, tanpa pengeditan!]
Akhirnya
penonton pun datang bertanya Channel apa ini, penonton lain memberitahu kalau
Ini "Sleeping Room". Joon Ha tanpa sadar memasukan tangannya, mereka
menonton berkomentar kalau akan meembuat pertunjukan 19+.
[Jika
admin lihat ini, dia akan dibanned.] Saat itu seorang nenek masuk ruangan melihat
Joon Ha tertidur tapi laptopnya masih menyala. Penonton bertanya-tanya siapa
nenek itu.
“Dia tak
mengeluarkan sepeser pun untuk tagihan listrik. Setidaknya pastikan matikan
komputer.” Keluh Kim Hye Ja.
Penonton
kembali berkomentar kalau Hye Ja terlihat
seperti hantu. Hye Ja akhirnya melihat kalau Joon Ha sedang melakukan siaran. Tantangan
"Sleeping Room" 48 Jam, lalu bertanya
Apa itu "Sleeping Room". Penonton pun menjawab.
[Siaran
di mana tak melakukan apa-apa selain tidur. Berbaring lalu mendapatkan candies
gratis.]
“Siaran
di mana tak melakukan apa-apa selain tidur? Kenapa kalian menontonnya?” ucap
Hye Ja heran
Penonton
yang mendengarnya menertawakan Hye Ja, lalu bertanya umurnya berapa. Penonton
lain mengejek Hye Ja terlihat seperti
dari zaman batu.
“Aku
berumur 25 tahun.” Ucap Hye Ja tersenyum bahagia, Penonton tak percaya
mendengarnya.
Flash Back
“Halo.
Namaku Kim Hye Ja...Tahun ini, aku berusia 25 tahun. Meskipun tak seperti yang
terlihat..Aku wanita biasa berusia 25 tahun yang tinggal di Korea.”
Hye Ja
sedang berbaring dengan kacamata hitam seperti ada dipantai. Terdengar teriakan
suara memanggil namanya “Kim Hye Ja!” Dengan wajah kesal Hye Ja mengeluh kalau
namanya yang agak kuno untuk era ini.
“Sudah kubilang
jangan memanggil namaku di tempat umum.” Keluh Hye Ja yang memanggil namanya.
“Kim Hye
Ja! Kim Hye Ja!” kata Kim Young Soo dengan sengaja mengulangi. Hye Ja menyuruh
agar Young Soo menyingkir.
“Wah,
lapar. Di mana Ibu dan makanan lautnya? Dia naik perahu, kah?” ucap Young Soo
langsung memakan diatas meja.
“Dasar
Bodoh... Itu Bukan makanan, itu plastik” ucap Hye Ja. Young Soo merasa kalau
masih bisa dimakan.
“Itu daun
bambu dan Sangat jelas itu plastik.” Kata Hye Ja yakin duduk di meja yang
berantakan.
“Kau
bahkan belum pernah melihat daun bambu. Ini bukan dari Korea. Aku bisa mencium
aroma rempah-rempah Cina di sini... Dari Cina. Daerah Shaanxi...” ucap Young
Soo menyakinan
“Kau
sangat payah...”komentar Hye Ja tak percaya. Young Soo pikir ini sebabnya panda
memakan daun ini
“Kau tahu
xylitol, kan? Xylitol terbuat dari pohon birch. Ini terasa menyegarkan di
mulutku. Rasanya seperti pasta gigi.” Kata Young Soo terus mengunyah makaannya.
“Dasar
Bodoh. Apa Maksudmu itu beneran daun bambu asli?” keluh Hye Ja. Young Soo
menyuruh Hye Ja agar mencobanya kalau tak percaya.
Nyonya
Kim ibu Hye Ja langsung memukul kepala Young Soo karena Hye Ja yang sudah
dibodohi selama 25 tahun. Ia mengeluh Hye Yang yang masih percaya dengan ucapan
Young Soo. Hye Ja mengumpat kesal,Nyonya Kim menyuruh Hye Ja agar Memuntahkan
segera.
“Wah,
hampir kutelan.” Kata Young Soo. Nyonya Kim mengeluh anaknya memang sangat
bodoh.
“Tetap
saja agak mendingan daripada sebelumnya. Ketika kecil, kau percaya apa pun yang
dia katakan dan memasukan mothball ke mulutmu, mengira permen mint.” Ucap Tuan
Kim
“Serius!
Aku memuntahkannya lagi sesudah tiga detik tapi masih tak bisa merasakan apa
pun selama tiga hari karena kampret itu.” Ucap Hye Ja.
“Hei.
Jangan menyebut kakakmu kampret. Apa Kau tak ingin menjadi pewarta berita? Jaga
mulutmu.” Ucap Nyonya Kim. Hye Ja tak peduli
“Siapa
pewarta berita ? Aku bukan pewarta. Tapi Aku hanya bercita-cita jadi pewarta.”
Kata Hye Ja. Tuan Kim pikir juga berpikir anaknya belum melakukanya.
“Dia akan
mewujudkannya segera... Hei. Sudah kubilang jangan duduk di sebelah jendela.
Kau akan mendapatkan bintik hitam. Duduklah
di tempat yang tak terjangkau matahari.” Kata Nyonya Kim.
Tuan Kim
akhirnya bertukar tempat dengan Hye Ja. Young Soo ingin ikut juga tapi Nyonya
Kim langsung menatap sinis, Young Soo pun duduk kembali.
“Baik
aktris, pewarta, atau penyanyi yang berkaitan dengan TV, wajah sangatlah
penting, kudengar seluruh keluarga harus membantu. Tahu sendiri kami tak mampu mengirimmu ke
klinik skincare.” Ucap Nyonya Kim
“Kenapa? Setidaknya,
Ibu membantuku melakukan perawatan wajah menggunakan mentimun setiap hari. Dan
Ayah membuatkanku perawatan rambut dengan putih telur kocok setiap malam.
Inilah sebabnya aku terlahir sebagai putri kalian.” Kata Hye Ja bangga.
“I love
you... Kudengar ketidakberuntunganmu akan berakhir tahun ini. Jadi Berhati-hatilah.”
Pesan Nyonya Kim, Hye Ja menganguk mengerti.
“Ibu... Kau
tak pernah memperlakukanku seperti ini ketika aku gagal ujian penerimaan. Apa
hanya perasaanku saja?” komentar Young Soo cemburu.
“Ya,
perasaanmu saja... Kau tidur lebih banyak daripada bayi saat kau harus belajar.
Bisakah mengurus diri sendiri dengan baik? Bayi yang baru lahir setidaknya punya
harapan dan impian.” Ucap Nyonya Kim marah
“Harapan
dan impian? Aku juga punya. Impianku makan samgyeopsal.” Ucap Young Soo dengan
wajah serius.
Nyonya
Kim sudah siap mengangkat mangkuk, Youn Soo pikiri ibunya terlalu ambisius. Hye Ja pikir kalau ini
hanyalah hari biasa dengan keluarganya lalu pamit pergi keluar dari rumah.
Nyonya Kim menyuruh Hye Ja untuk memakai topi.
Hye Ja
berjalan sendiri di tapi pantai merasa kalau Laut punya tempat istimewa di
hatinya. Ia lalu menemukan sebuah alorgi di dalam pasir kalau saat usia lima tahun, menemukan arloji di tepi pantai.
Flash Back
Hye Ja
memegang jam tangan, Saat itu Young Soo datang memanggil Hye Ja lalu
menyemburkan biji semangka dari mulutnya. Hye Ja meminta agar jangan lakukan
sambil memanggil ibunya, lalu memutar jam tangannya.
Waktu
seperti berjalan mundur, Young Soo kembali menyemburkan biji semangka. Hye Ja
yang binggung pun hanya diam saja lalu memutar kembali arloji yang ditemukan
ditepi pantai seperti alat memutar balik waktu.
“Arloji
yang kudapatkan di laut ini memungkinkanku memutar waktu. Kenapa? Bukankah
aneh? Tak sembarang orang menemukan arloji seperti ini dilaut.”
“Bagaimanapun,
sesudah menemukan arloji ajaib, aku jadi sangat semangat seolah-olah punya
kekuatan yang luar biasa. Meskipun aku hanya seorang wanita kecil, Aku punya
banyak rasa sesal.”
Hye Ja bisa melawan semua seemburan biji semangta, dan saat itu mengeluh karena ingin tidur lebih lama saat dibangunkan oleh
ibunya. Ia pun memutar jamnya agar bisa tidur lima menit lagi pada pagi hari,
setelah itu Hye Ja memutar waktu saat melakukan tes.
“Untuk
mendapatkan skor kuis lebih tinggi. Sesudah memutar mahkota arloji ajaib
berkali-kali...” ucap Hye Ja.
Saat itu
seorang pria tambun marah bertanya siapa ketua kelasnya. Murid-murid menjawab Hye
Ja. Si pria yang terlihat takut hanya bisa diam saja, karena melihat Hye Ja
yang tubuhnya lebih tinggi dibanding dirinya.
“Dan ada yang harus kubayar atas
memutar waktu terlalu sering. Semakin sering kuputar waktu, semakin cepat
berlalunya waktuku.”
Hye Ja
pun terlihat lebih dewasa dibanding umurnya. Seorang pegawai karcis merasa Hye
Ja tak terlihat seperti siswa. Nyonya Kim akhirnya sering membawa akte
kelahiran [Tanggal Lahir: 25 Oktober 1994, Usia: 10
Tahun. ]
“Ibu dan Ayahku berusaha untuk tak
menunjukkan betapa mengkhawatirkannya mereka karena aku tumbuh sangat cepat, tapi
mereka terus menghela nafas. Karena itu, aku memutuskan untuk tak mendapatkan
bantuan arloji lagi.” Gumam Hye Ja lalu menaruh arloji
di dalam lemarinya.
“Tapi ketika aku mulai terlihat
seusia dengan teman-temanku kembali, aku hancur lagi.”
Hye Ja
dan Young Soo menonton TV, tubuh Young Soo yang lebih kecil bersikap tak sopan
pada adiknya. Hye Jae melihat film superhero.
“Aku menyadari tak ada karakter dengan
kekuatan istimewa dalam film atau kartun superhero menjalani kehidupan normal. Bagaimana
jika kemampuan ini diberikan kepadaku sehingga aku dapat menyelamatkan umat
manusia?”
“Bagaimana jika aku benar-benar tak
"menemukan" arloji? Mungkin arloji memilihku dari semua manusia di
planet ini.Sehingga aku bisa menjadi pahlawan yang menyelamatkan umat manusia.”
“Pertama, kupikir bisa menjadi ilmuwan,
tapi segera kusadari, aku tak cocok untuk itu, saat aku menyerah pada
matematika.” Hye Ja tertidur di kelas saat
belajar matematika.
“Selanjutnya, menjadi pahlawan untuk
menyelamatkan umat manusia, menyadari betapa malas dan lemahnya aku, kuakhiri
impianku yang tak realistis.” Hye Ja
tak bisa bertahan di pelajaran olahraga.
“Namun, hidup selalu terungkap seperti yang seharusnya.”
Young So
memanggil Hye Ja bertanya mau pergi kemana. Hye Ja terlihat sinis bertanya
balik kenapa bertanya. Young Soo memberitahu temanya kalau Hye Ja adalah wanita
yang dibicarakan lewat telepon. Temanya seperti tak percaya Hye Ja adalah adik
Young Soo dengan suara yang cantik.
“Kau Mau
kemana?”ucapYoung Soo. Hye Ja menyuruh kakaknya diam saja.
“Kenapa?
Jangan bertingkah malu-malu..” ejek Young Soo
“Suaramu
mirip pewarta TBC, Jang Eun Joo. Pewarta
Jang Eun Joo tipe idealku.” ucap Si pria. Hye Ja tersipu malu mendengarnya.
“Benar... Karena aku cepat jatuh
cinta begitu saja, Aku memutuskan untuk menjadi pewarta, yang tak ada
hubungannya dengan pahlawan.”
Hye Ja
sudah dewasa duduk dibelakan meja HBS radio, seperti sedang membawakan berita.
“Pengumuman
buat para hadirin... Pemilik babi baru-baru ini kehilangan babinya. Jika para
hadirin melihatnya, silakan hubungi kantor registrasi segera. Kim Hye Ja dari
HBS akan terus melakukan yang terbaik. Terima kasih.” Ucap Hye Ja.
Operator
diluar studio merasa suara Hye Ja sudah cukup,
Hye Ja seperti tak yakin kalau pembaca berita harus melakukan ini.
Operator pikir kalau Hye Ja bisa menganggap saja sebagai pengalaman.
Akhirnya
Hye Ja berusaha berbicara dengan mengigit pulpen dimulutnya, tapi karena
terlalu banyak bicara malah membuat air liurnya tumpah. Ia akhirnya berbaring mengeluh merasa semua
yang dilakukan tak berguna dan Semuanya sia-sia.
“Kuharap
aku dilahirkan di Zaman Batu. Bahkan jika hanya makan, tidur, dan bernapas, takkan
ada yang akan mengkritikku karena menganggur. Bagaimana kau mencari nafkah, Hye
Ja?” ucap Hye Ja kesal
Terdengar
teriakan suara Young Joo dari luar kamar, Hye Ja datang menemui kakaknya yang
terdengar panik. Tapi ternyata Young Joo sedang membaca komik meminta agar
menyalakan lampu karena sedikit gelap.
“Hei, kau
bisa mencapai saklar lampu bahkan tanpa bangun. Apa Kau malas melakukannya?”
keluh Hye Ja
“Ini buku
baru... Jika lepas tangan, halamannya akan terbalik. Itu benar-benar akan
merusak momentum.” Kata Young Soo kembali membaca komiknya.
Hye Ja
yang kesal menyalakan lampu lalu keluar dari kamar. Young Soo kembali
memanggilnya. Hye Ja berteriak marah kenapa memanggilnya lagi. Young Soo
bertanya apakah adiknya ada waktu hari ini. Hye Ja balik bertanya kenapa
menanyakan hal itu.
“Jika ada
waktu, lakukan sesuatu pada wajahmu. Pertimbangkan orang-orang yang tinggal
bersamamu.”ejek Young Soo. Hye Ja kesal memukul kakaknya dengan bantal.
Young Soo
seperti sedang bermain basket mencoba “defense” melindungi wajahnya dengan
tangan. Hye Ja melihat kakaknya lengah akhirnya bisa memukul wajah kakaknya
sampai terjungkal.
Hye Ja
keluar kamar kakaknya, melihat ibunya bergegas masuk kamar mandi bertanya
apakah di salon tak ada air lagi. Ibunya pikir Hye Ja sudah tahu kalau Tekanan
airnya rusak lagi dan Pelanggan terus berdatangan. Jadi Butuh waktu lama untuk
cuci tangan di sana.
“Ibu... Mau
sampai kapan tak pakai sarung tangan? Itu sebabnya kulit jari Ibu mengelupas.”
Keluh Hye Ja melihat ibunya.
“Aku
punya waktu dari mana buat pakai sarung tangan. Ibu harus cepat mengecat dan
memotong rambut. Sehingga bisa segera selesai.” Kata Nyonya Kim
“Banyak
pelanggan, kan? Mau kubantu?” ucap Hye Ja. Nyonya Kim menolak menyuruh Hye Ja
agar melakukan yang harus dilakukan saja.
[Happy
Beauty Salon]
Nyonya
Kim sedang melayani pelanggan salonya dan ada banyak nenek yang ikut menunggu.
Hye Ja pun membantu ibunya untuk melepaskan alat pengeriting rambut.
“Ya
ampun, bahkan Hye Ja sudah ahli sekarang. Dia tahu persis apa yang harus
dilakukan.” Komentar Nenek yang sedang di potong rambut oleh Nyonya Kim
“Sejak
kecil, dia memperhatikan apa yang dilakukan ibunya. Kami akan senang jika Hye
Ja terus membantu ibunya di sini.” Kata Nenek Lainya.
“Tidak,
Hye Ja-ku akan menjadi pewarta. Jika dia sudah menjadi pewarta, akan kujual salon
ini, dan bertamasya saja.” Ucap Nyonya Kim bangga. Hye Ja hanya bisa diam saja.
“Pewarta?
Orang yang ada di berita itu? Astaga. Jika Hye Ja menjadi pewarta, dia akan
membuat seluruh keluarganya bangga, dan bahkan semua tetangganya akan sangat
bangga padanya. Aku harus menjabat tangannya sebelum dia terkenal.” Ucap si nenek bangga
“Yah, aku
hanya bersiap test, itu saja.” Kata Hye Ja seperti tak bisa memberikan harapan
pasti.
[Reuni Klub Penyiaran Universitas Hojung]
Hye Ja
berdiri diatas panggung memberitahu kalau ada yang belum membayar biaya hari
ini lalu memanggil Senior Lee Nam Gyu dan Senior Eun Ji Soo. Seorang pria
mengeluh kalau Hye Ja sudah tak
mengelola keuangan.
“Dan kau,
Park Gwang Soo... Tolong bayar sebelum aku mabuk dan menjadi jahat.” Ucap Hye
Ja. Gwang Soo panik mengaku akan membayarnya lalu menarik Hye Ja untuk duduk,
dan berbisik kalau bukan sekarang.
“Aigoo..Kupikir
kau jadi salesman sukses... Kenapa kau belum bayar?” ejek Hye Ja.
“Kau
bilang "Sukses"? Mengenai ini... Sesama teman kelas seharusnya saling
bantu, kan? Jadi bisa silakan tanda tangan.” Ucap Gwang Soo memohon
“Apa Kau
belum dengar? Aku tak punya pekerjaan jadi jelas tak mampu membayar asuransi”
ucap Hye Ja geram
Beberapa
pria melihat seorang wanita cantik masuk, Gwang Soo terpana melihat Seo Yeon
datang yaitu pembawa berita TBC. Seo Yeon menyapa seniornya karena datang
terlambat, Gwang Soo mengelengkan kepala lalu mengeser Hye Ja agar Seo Yeon
duduk disampingnya.
“Senior,
Apa kabarmu baik.. Maaf aku terlambat.” Ucap Seo Yeon pada Hye Ja. Hye Ja
mengaku baik dengan wajah seperti canggung dan malu.
“Hyun
Jong menyarankanku ada di program berita besok.” Kata Seo Yeon dengan nada
bangga.
“Pewarta
Kim Hyun Jong? Apa Kau dekat dengannya?” tanya Gwang Soo bersemangat. Seo Yeon
mengaku masih pendatang baru.
“Dia
menyarankan orang lain juga.” Kata Seo Yeon. Seniornya memuji Seo Yeon
benar-benar terlihat seperti pewarta.
“Tidak.
Ini baru tahun pertamaku. Aku hampir tak dapat menemukan jalan di sekitar
stasiun penyiaran.” Ucap Seo Yeon
“Luar
biasa. Kau menjadi pewarta TBC. Bukankah dia anggota klub pertama yang masuk ke
TBC dalam enam tahun terakhir?” kata Gwang Soo bangga
Seo Yeon
mencoba rendah hati seperti tak percaya,
lalu bertanya pada Hye Ja apakah sudah melamar di Perusahaan TBC,
mengaku sudah bermaksud mencari lamaran
tapi sangat sibuk di kantor jadi tak sempat.
Hye Ja meminum birnya dengan cepat merasa Seo Yeon tak perlu
melakukanya.
“Aku tak
daftar, jangan khawatir, Karena aku sudah menyerah.” Ucap Hye Ja dengan harga
diri yang tinggi.
“Lalu
kenapa kau mencoba menjadi reporter, berkeliling kota, disengat tawon, dan
benjol-benjol sesudahnya? Kau belum sepenuhnya menyerah, ada apa dengamu?” ejek
Gwang Soo. Hye Ja marah menyuruh Gwang Soo diam.
“Senior, Apa
kau ingat? Di tahun pertamaku, kau mengoreksi pelafalanku. Kau bilang aku punya
masalah dengan suara S, dan membuatku mengulangi kalimat, "Dia menjual
kerang", berkali-kali... Sepertinya aku masih belum berhasil.” Ucap Seo
Yeon dengan nada menyindir.
Hye Ja
mengingatnya dan hanya bisa terdiam, Gwang Soo tak percaya kalau Hye Ja
melakukan hal itu. kepada pewarta TBC masa depan. Hye Ja pikir dirinya pasti
sudah gila dantak tahu tempat dengan nada merendah.
“Omong-omong,
dari Seo Yeon mau pun Jang Ho, aku senang banyak anggota klub kita sukses.”
Kata teman Hye Ja berambut pendek.
“Kudengar
Senior Jang Ho kembali ke Korea. Dia mengunjungi direktur stasiun penyiaran. Dia
benar-benar tampak menjalani kehidupan sepenuhnya. Saat bekerja sebagai pewarta
TBC, dia melihat foto kamp pengungsi, berhenti dari pekerjaannya segera, dan
menjadi Reporter.” Cerita Seo Yeon bangga. Hye Ja terdiam mdengar nama Jang Ho
“Apa Kau
tak memintanya untuk datang hari ini?” tanya Gwang Soo penasaran.
“Dia
bilang akan menghadiri pertemuan keluarga. Namun dia berjanji untuk mampir pada
workshop minggu depan di Pulau Ganghwa. Senior juga ikut, kan?” ucap Seo Yeon
bertanya pada Hye Ja. Hye Ja terlihat gugup.
“Bukankah
sejak dulu kau suka dia?” sindir Seo Yeon. Hye Ja pikir bukan dia satu-satunya
yang suka Jang Ho.
“Tapi kau
mengajaknya kencan, jika yang kudengar benar.” Ucap Seo Yeon sengaja ingin
membuat Hye Ja malu. Hye Ja memilih untuk minum bir dengan menahan amarah.
“Benar,
aku mengajaknya kencan!... Tapi aku tak ditolak... Aku hanya diabaikan. Aku tak
peduli Kwon Jang Ho atau siapa pun lagi. Aku tak butuh siapa pun!” teriak Hye
Ja diatas bukit dan dikagetkan dengan sosok pria mengunakan topi tanpa terlihat
wajahnya.
“Siapa
kau? Kenapa kau tak mengeluarkan suara?” ucap Hye Ja bingung
“Aku tak
ingin membuatmu malu.” Ucap Joon Ha dengan wajah di tutup topi. Hye Ja pikir
Joon Ha itu cabul
“Kau
memperhatikan orang lain di tempat gelap.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengaku datang
lebih dulu.
“Aku akan
berdiri dan pergi, tapi akan membuatmu malu. Jadi aku memutuskan untuk diam di
sini sampai kau pergi.” Jelas Joon Ha
“Orang cabul
macam apa yang akan berpikir seperti itu? Tetap saja jika kau perhatikan orang
datang ke sini...” kata Hye Ja marah tapi Joon Ha terlihat tak peduli memilih
untuk pergi.
“Astaga,
ada apa dengan dia? Apa dia tunawisma?” kata Hye Ja melihat pria yang tak
dikenalnya meninggalkan koran dengan lingkaran lowongan pekerjaan.
Lee Hyun
Joo mengeluh kalau pria itu cabul dan berharap agar tak muncul di hadapannya.
Hye Ja merasa Joon Ha tak terlihat seperti orang cabul. Hyun Joo heran karena
Hye Ja yang berpikir seperti itu, karena Pria itu bersembunyi sendirian di taman pada malam
hari dan memperhatikan Hye Ja.
“Itu
hanya perasaanku.” Ucap Hye Ja yakin. Saat itu Yoon Sang Eun datang meminta
maaf karena kerjaan shift malam sampai larut.
“Kenapa
bawa gitar sedangkan tak bisa memainkannya?” keluh Hyun Joo, Hye Ja meminta
agar jangan berkata seperti itu karena Sang Eun seorang musisi.
Sang Eun
memberikan kimbap segitiga yang akan kadaluarsa. Hyun Joo tersenyum bahagia karena Sang
Eun sangat pintar. Hye Ja mengingatkan
Sang Eun kalau Pekerjaan paruh waktunya bukanlah hal penting, karena bilang
akan menyelesaikan masalah dengan agensinya.
“Apa Mereka
akan memperbarui kontrakmu?” tanya Hye Ja penasaran. Sang Eun mengaku sudah
diperbarui. Hye Ja tersenyum bahagia.
“Untuk
berapa lama?” tanya Hyun Joo. Sang Eun memikirkanya mengaku mereka tak
mengatakannya.
“Lalu Debutmu?”
tanya Hyun Joo, Sang Eun binggung mengatakan kalau pihak agency bilang ia bisa
debut jika mau.
“Mereka
seharusnya mendebutkanmu. Jadi apa kesepakatannya?” tanya Hye Ja penasaran.
Sang Eun
menyanyi lagi Gashina didepan ketua agency, pria itu hanya mengelengkan kepala
karena melihat Sang Eun tak ada perkembangan. Sang Eun menceritakan kalau dapat
menggunakan ruang latihan semaunya bahkan bisa datang dan pergi semuanya.
“Aku bisa
debut sesuka hatiku, dan memutuskan durasi kontrak semauku.” Kata Sang Eun
bangga.
“Lalu,
apa yang tak bisa kau lakukan sesuka hatimu?” tanya Hyun Joo
“ Mereka hanya
tak ingin aku memberitahu siapa pun aku milik mereka.”kata Sang Eun yang polos.
Hyun Joo
menahan amarahnya bertanya pada Hye Ja apa yang akan mereka lakukan. Sang Eun
pikir tak ada yang salah karena dua temanya
ingin kontraknya diperpanjang. Hye Ja akhirnya hanya bisa memuji Sang
Eun sudah berkerja baik.
“Sang Eun
bertanya Hye Ja dari mana. Hyun Joo menjawab kalau Hye Ja pergi ke reuni klub penyiaran, lalu Jang Ho
kembali ke Korea. Sang Eun dan Hyun Joo kaget memastikan kalau yang dimaksud
pria itu.
“Hei, ini
bukan tempat yang tepat.” Ucap Hyun Joo lalu mengajak pindah ke depan restoran,
sambil minum soju
[Restoran Kenduri]
Hye Ja
mengingat saat Jang Ho bilang akan
menjadi Reporter perang, berpikir kalau sedang berbohong karena menolaknya,
menurutnya itu tak masuk akal karena seorang pembaca berita yang tiba-tiba
menjadi Reporter perang.
“Tapi dia punya banyak alasan untuk menolakmu.
Kau tak akan menyangkalnya, kan?” ucap Sang Eun
“ Kau
juga tahu sendiri kau juga ikut bertanggung jawab karena memintaku untuk
mengajaknya kencan, kan?” kata Hye Ja kesal
“Kau
bilang harus mabuk dan meminta minuman
keras sendiri. Kau mencampur anggur Kaoliang dengan bir dan menelannya.” Ucap
Hyun Joo tertawa mendengarnya.
Flash Back
Hye Ja
terlihat sedang mabuk, melihat Jang Ho yan sudah menunggu ditaman. Hye Ja tersenyum
bahagia lalu mendekati Jang Ho, tapi yang terjadi adalah adalah Hye Ja malah
muntah didepan Jang Ho.
“Kenapa
kalian tak menghentikanku? Kau tahu apa yang paling menggangguku? Keesokan
harinya, aku ingat semuanya. Tapi dia bertindak seolah-olah tak ada yang
terjadi.” Keluh Hye Ja malu
“Dia pria
yang baik sampai akhir. Kau ingin melihatnya, kan?” ucap Sang Eun. Hye Ja
mengaku hanya sekali saja bertemu.
“Lupakan.
Jika dia melihatmu lagi, yang bisa dia ingat adalah kau muntah.” Ucap Hyun Joo.
Hye Ja pikir benar juga.
“Tapi
kudengar semua pria memiliki perasaan positif terhadap wanita yang mengajak
kencan.” Kata Sang Eun. Hye Ja seperti percaya.
“Apa Kau
pikir itu benar? Jika benar, dia akan berkencan denganmu bahkan jika kau
muntah.” Ucap Hyun Joo
“Wahh...
Terdengar sangat romantis... Bukankah itu cinta sejati?” ucap Sang Eun bahagia.
Hye Ja
pikir benar merasa yakin ada alasan kenapa
Jang Ho tak berkencan dengannya dan
seharusnya tak pergi. Ia yakin tak akan pergi karena akan terlalu
memalukan dan makan popcorn. Sang Eun memberitahu kalau itu baru jatuh ke
lantai. Hye Ja langsung melepehkanya.
Salon Happy
Beauty belum buka, Nyonya Kim sibuk membua sarapan. Young Joo pun duduk bersama
dengan ayahnya. Tuan Kim bertanya Di
mana Hye Ja, Young Soo mengaku tak tahu. Nyonya Kim merasa pasti ada sesuatu
yang mengganggu Hye Ja karena masih
tertidur karena mabuk lalu mengeluh karena
harus mengurus pria dewasa seharian?
“Hye Ja,
mari makan.”panggil Tuan Kim. Nyonya Kim menyuruh membiarkan saja karena Hye Ja
bisa mengurus dirinya sendiri dan minum terlalu banyak. Hye Ja mencoba untuk
bangun.
“Makan
malam harus makan apa ? Kita tak punya makanan di rumah.” Ucap Nyonya Kim.
“Ibu,
bagaimana jika aku pergi beli samgyeopsal?” ucap Young Soo penuh semangat
“Haruskah
buat sujebi? Dengan biji perilla. Kedengarannya bagus.” Kata Nyonya Kim tak
mengubris ucapan anaknya.
“Biji
perilla sujebi sarat dengan vitamin C dan zat besi terdengar bagus. Tapi untuk
asupan protein dan lemak yang seimbang, bagaimana jika makan samgyeopsal?” kata
rahYoung Soo terus berusaha
Nyonya
Kim mengumpat marah menyuruh Young Soo untuk diam menyuruh kalau Jika ingin
samgyeopsal maka harus menjual ibunya. Young Soo mengaku berharap bisa
melakukanya. Nyonya Kim melotot tajam, Young Soo panik mengaku hanya bercanda.
“Kubilang
ingin makan samgyeopsal.” Keluh Young Soo. Nyonya Kim sudah tak bisa menahan
amarahnya.
“Ini
peringatan terakhirku. Aku tak ingin mendengarmu bicarakan samgyeopsal lagi.”
Ucap Nyonya Kim memperingati. Young Soo menganguk mengerti lalu tiba-tiba
menangis.
“Kenapa?
Apa Supnya terlalu hambar? Apa Mau ditambahin garam?” ucap Nyonya Kim sinis
melihat anaknya tak mau makan.
“Kau tak
membelikanku samgyeopsal dan membiarkanku menangis.” Keluh Young Soo.
Young Soo
membawa minum pergi ke tempat donor darah dengan mendapatkan tiket untuk setiap
donor. Seorang paman menimbang daging babin mengaku biasanya tak menerima tiket film tapi akan
menerima karena mereka tetangga.
“Ahjussi.
Beri aku yang daging yang tak ada tulangnya.” Ucap Young Soo yang terlihat
pucat tapi wajahnya bahagia bisa makan daging.
Hye Ja
akhirnya bangun langsun mengambil minum dan membuat kimbap, Young Soo pulang ke
rumah. Hye Ja melihat kakaknya bertanya apakah sakit karena terlihat pucat.
Young Soo mengaku baik-baik saja lalu pamit ke dalam rumah.
Kemana
saja kau seharian? Apa itu?” kata Hye Joo melihat kakaknya membawa bungkusan.
“Jangan
ajak aku bicara, Karena aku pusing.” Ucap Young Joo mengambil kompor dan
meminta Hye Joo membantunya bangun.
Hye Ja
pun masih membantu kakaknya bangun bertanya ada apa karean terlihat lemah.
Young Joo bertanya keberadaan ibunya, Hye Ja menjawab kalau sedang kerja. Young
Soo berteriak bahagia.
“Apa Kau
menjual tiket film sesudah menyumbangkan darah? Kau akan dapat masalah besar.”
Kata Hye Ja marah
“Tunggu..
Hei.. Apa kau baru saja kau tak dengar sesuatu?” ucap Young Soo panik. Hye Ja
pikir kalau khawatir menyuruh keluar saja.
“Apa Kau
bodoh? Jika aku bertemu orang yang kukenal, aku harus berbagi. Aku tak mau. Aku
akan makan sendirian.” Ucap Young Joo panik
“Apa Kau
pikir tak akan ketahuan jika memanggangnya di rumah?” keluh Hye Ja
“Itulah
perbedaan antara kau dan aku.” Kata Young Soo dengan bangga mengeluarkan
plester. Hye Ja pikir bisa membantu.
“Sekarang
kau bisa meninggalkan ruangan ini. Hei. Jika beri tahu Ibu, kubunuh kau.” Ucap Young
Soo mengancam. Hye Ja pikir tak mungkin karena kakaknya sudah berusaha sangat
keras.
Setelah
Hye Ja keluar, Young Soo menempelkan plester dan juga jendela agar tak tercium
keluar. Ia dengan bangga memanggang daging dengan api.
Nyonya
Kim dan anaknya sibuk makan bibimbap sambil menonton TV, Hye Ja mengeluh
karena wanita tua itu memberi bayaran
tanaman pakism, dibanding uang padahal setidaknya harus membayar dengan sayuran
tapi selalu memberi pakis.
“Jika
mereka membawakanku sayuran berdasarkan seleraku, mereka tak akan merasa
menyesal sejak awal.” Ucap Nonya Kim
“Tidak
ada orang yang membawakan Ibu sayuran ke salon dan tak merasa kasihan padamu.”keluh
Hye Joo
“Bukannya
mereka kurang ajar, tapi mereka hanya tak punya uang... Tak punya uang bukanlah
dosa.” Ucap Nyonya Kim santai.
Hye Ja
pikir benar juga. Nyonya Kim sudah selesai makan dan menyurh Hye Ja makan
sisanya. Hye Ja merasa sudah kenyang juga. Nyonya Goo merasa Berat badannya
bertambah banyak akhir-akhir ini. Hye Ja pikir
tak boleh membuang makanan jadi akan menghabiskanya.
“Hei,
sudahlah... Lebih baik berat badanku bertambah... Aku akan memakannya.” Kata
Nyonya Kim makan bimbimbap.
“Omong-omong,
kenapa Young Soo begitu tenang hari ini?” kata Nyonya Kim penasaran. Hye Ja
hampir berbicara pulang membawa sanggyeop...
“Dia suda
pulang, dan dia mungkin ada di kamarnya.” Kata Hye Ja. Nyonya Kim menyuruh Hye
Ja agar memberikan cemilan.
“Jika dia
tak makan, dia akan sakit.” Kata Nyonya Kim khawatir. Hye Ja menganguk
mengerti.
Hye Ja
mengetuk pintu kamarnya bertanya apakah terasa enak, lalu tak ada suara sahutan
kakaknya. Ia mencoba membuka pintu tapi dikunci, lalu mengeluh karena bahkan
mengunci pintu untuk makan sendiri dan akan pergi tapi akhirnya kembali
berbicara didepan pintu .
“Apa Kau
membawa kimchi?” tanya Hye Ja. Young Soo tetap tak ada suara. Lalu mengeluh
karena kakaknya terlalu sibuk makan sampai tak dengar apa pun
“Apa tetangga
memanggang samgyeopsal? Tercium sangat bau daging” kat Nyonya Kim.
Hye Ja
panik, akhirnya Nyonya Kim pun mengetuk pintu kamar anaknya tap pintunya
terkunci. Hye Ja heran berapa banyak plester
yang di pasang. Nyonya Kim terlihat binggung, lalu mencoba marah karena
tak bisa terbuka pintunya.
“Hei,
Young Soo. Young Soo! Buka pintu!” teriak Nyonya Kim dan Hye Ja mulai panik.
Akhirnya
pintu terbuka dan Young Soo sudah pingsan dengan daging yang masih dibakar
dengan asap dalam ruangan.
Akhirnya
mobil ambulance datang, Para tetangga berpikir kalau Young Soo pingsan karena kekurangan oksigen. Saat itu
petugas yang membawa Young Soo ke dalam mobil, melihat pasienya ingin bicara.
Young Soo membuka penutup oksigenya.
“Dia meminta
untuk membalik daging babi agar tak gosong.” Kata Petugas.
Keluarganya
melonggo, Nyonya Kim mengambil sapu ingin memukul anaknya. Petugas segera pergi
dengan ambulance. Tuan Kim menahan ibunya agar tak memukul anaknya. Para
tetangga pun melihatnya.
Daging
babi yang sudah gosong akhirnya diberikan pada kucing. Tiga orang nenek
berpikir Young Soo meninggal. Salah satu nenek
menegaskan kalau Young Soo tak mati berpikir kalau anak Tuan Kim ingin
mati, jadi menyalakan bara di dalam kamarnya.
“Ambulans
datang ke sini, dan benar-benar heboh. Apa karena dia sedang stres?” komentar
Nenek lain merasa sangat tragisnya.
“Meski
begitu, dia sangat beruntung bisa selamat. Kudengar mereka mencium bau daging
yang gosong dari kamarnya. Kuharap tak parah terbakarnya.” Kata nenek lainya.
Dua nenek
lainya pun setuju, Hye Ja dkk mendengar
tiga nenek dari pinggir jalan berkomenta kalau tiga nenek terlalu banyak bicara
dan hanya mengarang cerita palsu.
Mereka
pun duduk di taman, Sang Eun berpikir
kalau Hyun Joo, pasti melegakan, karean Young Soo adalah cinta pertamanya. Hye
Ja panik meminta Sang Eun agar menjaga mulutnya sambil menahan Hyun Joo agar
tak pergi.
“Ya,
benar. Kita semua pernah mencoba hal gila dalam hidup kita. Jangan marah.” Ucap Hye Ja menyuruh Sang Eun
menyadarkan kepalanya.
“Hei, Sang
Eun. Aku akan memberitahumu untuk terakhir kalinya, dengarkan baik-baik. Saat
itu... aku tak tahu dia tumbuh menjadi pecundang.” Ucap Hyun Joo lalu akhirnya
kembali duduk.
“Kau tahu
apa harapanku? Mendapatkan mesin waktu dan kembali ke saat aku menyukainya dan
mencabut semua rambutku.” Ucap Hyun Joo marah.
“Hei,
kami mengerti. Tenang. Aku akan mencabut semua rambutnya untukmu.” Kata Hye Ja
menenangkan.
“Kenapa?
Bukankah sangat berani untuk mengungkapkan perasaanmu?” ucap Sang Eun. Hye Ja
panik menyuruh Hyun Joo agar menjaga mulutnya.
“Omong-omong,
bagaimana denganmu? Apa Kau tak akan pergi menemui Senior itu? Dia bilang akan
datang ke pelatihan staf.” Ucap Sang Eun
“Bukankah
kau harus tetap berpartisipasi dalam acara-acara seperti itu? Kenapa? Apa itu
karena gajah di lapangan itu?” kata Hyun Joo
“Aku
bilang dia rusa di hutan... Mana ada gajah di lapangan?” keluh Hye Ja
“Tetap
saja, menyedihkan... Kau bilang Jang Ho tinggal di luar negeri Kau bahkan tidak
tahu kapan dia akan kembali.” ucap Sang Eun
“Tidak, aku
tidak akan terpengaruh lagi. Aku harus menjalani hidupku. Entah itu pekerjaan
atau pria... Lupakan saja! Meskipun kau mungkin merasa seperti itu, tapi aku
tidak peduli sama sekali. Jadi hentikan. Aku tidak akan pergi. Aku tidak akan
mau hidup lemah lagi. Aku akan mengucapkan selamat tinggal padanya untuk
selamanya.” Tegas Hye Ja yakin.
Esok
harinya
Hye Ja
pergi ke pantai melihat teman-temanya sudah berkumpul, lalu menyakinkan
diri hanya akan bertemu Jang Ho sekali
saja dan kembali. Ia yakin akan benar-benar akan pergi lalu berjalan pergi ke
pantai.
Tuan Kim
keluar rumah masang plang salon kalau akan bukan, tiga orang nenek seperti
sudah menunggu menyapanya. Ia pun bertanya kenapa mereka datang pagi sekali. Si
nenek memberikan kimchi air lobakkarena
itu makanan yang terbaik untuk menyembuhkan keracunan gas.
“Ini
telah difermentasi selama lebih dari tiga tahun. Setelah dia mencium bau ini,
maka dia benar-benar akan sembuh.” Ucap si nenek yakin. Tuan Kim berusaha
menjelaskan bukan keracunan gas tapi nenek lain menyela.
“Kudengar
itu batu bara.” Ucap Si nenek. Tuan Kim mengaku Young Soo sedang memanggang
daging.
“Pak
Kim... Di hari tua, mereka bilang anak tertua berasal dari langit. Itu artinya dia
orang yang sangat berharga. Aku tidak mengatakan ini karena kehilangan anak
tertuaku selama retret 4 Januari.” Cerita si nenek sedih. Tuan Kim menganguk
mengerti.
“Kau
harus mendengarkan kami.” Pesan si nenek. Tuan Kim menganguk mengerti.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar