PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Perasaanku
sudah berubah.” Gumam Dan Yi mengingat kembali yang dikatakan Seo Joon di restoran.
Flash Back
“Apakah
mungkin karena si pembaca berubah perasaannya? Buku milikmu tak berubah. Aku
yakin kaulah yang berubah. Hati pembacanya sudah berubah.”
Seo Joon
melihat Dan Yi dari belakang hanya bisa tersenyum. Dan Yi memikirkan Bagaimana
bisa berubah, lalu didepan rumah bertanya-tanya apa Hae Rin sudah pulang. Seo
Joon menjawab kalau Sepertinya Hae Rin sudah
pergi.
“Astaga,
maafkan aku... Tadi aku memikirkan hal lain. Kurasa aku tak terlihat malam ini,
dari restoran sampai sini.” Ucap Dan Yi kaget melihat Seo Joon berjalan
dibelakangnya.
“Mobilnya
tak ada, mungkin mereka tak di dalam. Tapi aku tak tahu apa mereka pergi
berdua.” Kata Seo Joon dengan senyuman bahagia.
“Terima kasih
telah mengantarku pulang.” Ucap Dan Yi. Seo Joon pikir mereka tak jalan
bersama.
“Senang
juga berjalan di belakangmu dan aku suka cerita soal buku lamamu. Aku sudah
tanda tangan kontrak dengan Gyeoroo, kita akan sering bertemu, 'kan? Kalau
begitu, mari tos sebelum kita berpisah.” Kata Seo Joon mengangkat tanganya.
Dan Yi
ragu akhirnya mengangkat tangan ingin memberikan high five, tapi Seo Joon malah
mengenggam tangan Dan Yi dengan memasuk ke sela-sela jarinya dengan bahagia karena
Akhirnya menggenggam tangan Dan Yi. Dan Yi hanya terdiam melihatnya. Seo Joon
pun akan bertemu besok pagi di halte bus.
Dan Yi
masuk kamar Eun Ho perlahan, tak melihat ada dikamar lalu menaruh baju diatas
kursi. Ia lalu teringat saat berjalan dengan Eun Ho.
“Apa Kau
ingat pernah membelikanku jaket empuk dengan gaji pertamamu?” ucap Eun Ho. Dan
Yi menganguk mengingatnya.
“Kenapa
kau membelikan itu?” tanya Eun Ho. Dan Yi pikir sudah jelas kalau Saat itu musim dingin dan udaranya dingin.
“Aku yakin
orang lain pun merasa begitu karena musim dingin.” Jelas Dan Yi. Eun Ho ingin
tahu alasan kenapa dirinya.
“Ini
bukan ide bagus. Jika kuberikan ini, dia akan bertanya lagi. "Kenapa
membelikanku kaus?" ucap Dan Yi akhirnya mengurungkan niatnya.
Hae Rin
duduk di meja dengan wajah sedih, orang tuanya memuji kerja Hae Rin dan
mengajak untuk makan Pangsit lembek. Hae Rin hanya diam saja. Tuan Song heran
melihat Hae Rin yang tak makan. Nyonya
Song mengataan He Rin tak makan karena pangsitnya lembek.
“Kenapa
harus makan pangsit lembek? Kenapa kalian hanya berikan pangsit lembek? Kalian
sering melakukan ini. Aku putri tunggal kalian. Kenapa selalu memberiku pangsit
lembek sisa?” ucap Hae Rin menangis dengan nada kesal. Kedua orang tuanya terlihat melonggo binggung.
“Ini
sebabnya aku selalu ditolak oleh para pria. Itu karena kalian hanya memberiku pangsit
lembek.” Kata Hae Rin sambil menangis.
“Apa Si
kepala editor menolakmu? Apa Dia tak menyukaimu? Apa masalahnya? Kenapa tak
menyukaimu?” tanya Tuan Song kaget.
“Aku... Aku
sangat benci pangsit lembek.” Kata Hae Rin kesal
“Apa Dia
merasa dirinya lebih baik? Dia hanya tinggi.” Ucap Tuan Song. Nyonya Song
membela kalau anaknya juga tinggi.
“Menjadi
tampan tak berguna.” Komentar Tuan Song. Nyonya Song pikir anaknya juga cantik
“Aku
harus memberi dia pelajaran! Kita memberi dia banyak kimchi.”ucap Nyonya Song
siap memberikan pelajaran. Suaminya menahan agar tak pergi.
“Beraninya
dia menolak putriku? Beraninya menolak putriku yang berharga? Hae-rin, berhenti
menangis. Ibu janji akan membalas perbuatannya. Sayang, kau harus bantu....
Akan Tamat riwayatnya. Dan jangan berikanpangsit lembek lagi pada Hae Rin, tapi
Hanya berikan yang matang sempurna!” tegas Nyonya Song marah
“Tidak
apa-apa. Rasanya masih enak.” Ucap Hae Rin terlihat tak enak hati pada ibunya
langsun makan pangsit dengan bahagia.
Dan Yi
menaruh hadiah Eun Ho dalam lemari lalu melihat buket bunga dan juga kalung. Ia
melihat itu kalung yang sebelumnya di pilih olehnya dan juga dipasangkan pada
lehernya.
“Eun-ho...
Apa yang merasukimu? Apa yang kau pikirkan?” ucap Dan Yi binggug.
Eun Ho
mencuci kaki pria tua didepanya lalu memberikan selap pada kakinya, seperti
sangat telaten untuk mengurusnya. Pesan
Dan Yi terus masuk, Eun Ho seperti dengan sengaja tak menyalakan ponselnya.
“Hei, ada
apa? Kenapa ponselmu mati? Ini pukul 02.00 lewat. Kenapa belum pulang? Apa maksud
kalung dan bunga ini? Apa Kau akan terus membuatku bingung? Pulang sekarang dan
jelaskan Aku belum menyentuhnya. Masih di kamarku, di tempat yang kau
tinggalkan.”
Esok pagi
Ji Yool
duduk bersama dengan Park Hoon terlihat kedinginan mengeluh karena seharusnya
naik taksi. Park Hoon tahu kalau Ji Yool yang
tak punya uang. Ji Yool tahu tapi menurutnya Park Hoon pasti punya uang
tunai. Park Hoon menegaskan memang punya uang tunai.
“Tapi tak
berarti bisa kugunakan. Bahkan Gajian berikutnya masih lama. Bus pertama akan
tiba sebentar lagi. Kau harus rasakan betapa hebatnya naik bus pertama.” Ucap
Park Hoon
“Haruskah
kutelepon ibuku dan bilang aku akan kencan buta?” kata Ji Yool sudah siap
menelp ibunya.
“Tidak!
Kau tak boleh menyerah! Apa moto perusahaan kita?” kata Park Hoon. Ji Yool
menjawab Gyeoroo Cepat dan terus maju lalu kembali merasakan udara yang sangat
dingin.
“Aku
lihat busnya! Busnya datang... Itu busnya! Sudah datang!”jerit Ji Yool bahagia
sambil memukul Park Hoon. Park Hoon pun hanya bisa mengusap lengannya yang
kesakitan.
Ji Yool
naik ke bus lebih dulu dan mencari tempat duduk yang kosong. Park Hoon pun
membayarkan ongkos taksi untuk dua orang lalu duduk disamping rekan
kerjanya. Ji Yool senang karena dalam
bus terasa hangat lalu melihat banyak orang dalam bus.
“Apa bus
selalu penuh pukul segini?” tanya Ji Yool heran melihat para orang tua naik bus
sambil tertidur.
“Menghasilkan
uang itu sulit.” Kata Park Hoon. Ji Yool hanya bisa terdiam karena terbiasa
hidup enak.
Dan Yi
datang lebih dulu ke kantor menaruh beberapa surat lalu menatap bangku Eun Ho
yang kosong, dengan wajah binggung bergumam dalam hati karena Semalam, Eun-ho
tak pulang dan tak terlihat di kantor juga. Eun Ho masih ada di Gapyong dan
seorang dokter datang.
“Memarnya
tak serius dan Syukurlah tak ada tulang patah.” Ucap Dokter. Eun Ho pun bisa
bernafas lega.
“Ini
bukan kali pertama terjadi. Temanku ini akan bangga pada fakta bahwa dia
mengajarimu dengan baik. Kau lebih baik daripada anaknya.” Ungkap Dokter. Eun
Ho hanya bisa diam saja dengan tatapan sedih.
Dan Yi
kembali mengirimkan pesan “Apa Kau tak masuk kerja?” tapi Eun Ho tak
membalasnya.
Dan Yi
menaruh surat di meja, menyapa Tuan Bong yang baru datang, lalu bertanya surat
penggemar Pak Kang disimpan di mana karena disimpan padanya jadi terus
menumpuk. Tuan Bong pikir Dan Yi belum tahu kalau Di ruang rapat kedua, ada
kotak untuk itu. Dan Yi menganguk mengerti.
Dan Yi
pergi ke ruang rapat, mengambil sebuah kotak untuk menaruh surat pengemar lalu
kaget karena ada banyak surat dan Banyak pembaca yang menunggu buku Pak Kang
selanjutnya.
Dan Yi
pergi ke pantry kaget dengan status keberadaan [KEPALA EDITOR CHA]
dipapan. Tuan Bong pun kaget karena Eun
Ho yang tak masuk padaal butuh dia, karena akan ke konferensi bersama sore
nanti. Dan Yi bertanya apakah Eun Ho tak menelepon. Tuan Bong mengelengkan
kepala.
“Kalau
begitu, siapa yang menulis ini?”tanya Tuan Bong. Tim pemasaran memberitahu
kalau Tuan Kim yang tadi pagi menuliskanya.
“Dia
datang dan menulis ini, lalu pergi.”kata Tim pemasaran. Tuan Bong heran dengan
keduanya
Dan Yi
melihat papan [KEPALA EDITOR CHA - ADA URUSAN PRIBADI] seperti sangat
penasaran.
Tuan Kim
sudah bersama dengan pria yang tertidur dengan luka diwajahnya, Eun Ho menatap
pria dan memegang tanganya. Tuan Kim ingat
Saat sedang mengurus istrinya yang sakit, tiba-tiba Pria itu mengatakan saat
bangun pada suatu hari.
"Aku
bisa istirahat dan tidur dengan damai karena tahu kau di sampingku."
Mungkin dia juga merasa begitu. Karena kau di sampingnya, dia tak merasa cemas dan
tidur dengan tenang.” Ungkap Tuan Kim menepuk pundak Eun Ho dengan wajah sedih
Dan Yi
kembali mengirimkan pesan “Kenapa tak kerja hari ini? Ada apa? "Urusan
pribadi" apa yang tak aku tahu?” Eun Ho tetap tak membalasnya.
Di
ruangan tim pemasaran
Pegawai
mengeluh Tuan Kim sangat menoleransi Eun Ho, temanya lain menegaskan Sebagian besar persentase penjualan berasal
dari buku Eun Ho jadi Itu sebabnya Tuan Kim tak bisa berkomentar apa pun.
Nyonya Seo berteriak memberitahu kalau Rapat akan mulai lima menit lagi.
“Bu Seo, Park
Hoon belum datang.”ucap Tim pemasaran.
Song Il juga memberitahu kalau Pegawai baru juga belum tiba.
“Dia
memang harus berhenti.” Komentar Hae Rin menahan amarah
“Aku tahu
Hoon membantunya menempel stiker semalam” kata pegawai lain
“ Maka
sudah jelas. Ini berdasarkan pengalamanku. Setelah menempelkan stiker, mereka
pasti naik bus pertama. Mereka pasti ke sauna dekat sini untuk tidur sebelum
kemari.” Kata Tuan Bong
“Pasti
mereka tak bisa datang tepat waktu... Dulu, kita juga... Kalian pasti punya
pengalaman yang sama.” Ucap Nyonya Seo seperti tak ingin mengingatnya. Song Il
bertanya apakah harus menelp. Hae Rin meminta agar membiarkan keduanya tidur.
“Kita
bisa terlambat rapat... Aku akan panggil Bu Go.” Ucap Hae Rin.
Nyonya
Seo dan Tuan Bong sampai lebih dulu di ruang rapat, seperti tak percaya meliha yang ada didepan mereka. Tuan Bong
pikir Ini lebih cerdas daripada tidur di
sauna. Nyonya Bong pikir setidaknya mereka tahu keduanya sudah di kantor.
“Mereka
tak dianggap terlambat, 'kan?” ucap Song Il yang sudah berdiri dibelakang.
“Bagaimana
ini? Haruskah kita gunakan ruang rapat di bawah?” kata Dan Yi melihat Park Hoon
dan Ji Yool tertidur diatas meja. Nyonya Go pikir tak perlu lalu akhirnya masuk
ruang rapat.
Nyonya
Goo memulai rapat bertanya pada Hae Rin apakah
Sudah dapat naskah dari Pak Cha, Yang kalian cek bersama. Hae Rin pun
menyerahkan berkasnya, Hae Rin memuji Eun Ho karena setelah dibawa dua kali, lalu
bergadang semalam untuk membacanya sekali lagi.
“Tidak
ada typo satu pun.” Kata Hae Rin bangga.Tuan Bong pikir ahli menyunting untuk melihatnya.
“Tidak usah.
Mereka cek bersama, pasti sudah bagus.” Kata Nyonya Goo. Tuan Bong pikir lebih
berpengalaman.
“Matamu
akan sakit, dan bisa menunda perilisan.” Komentar Nyonya Seo. Tuan Bong pun tak
bisa berkata-kata.
“Hae-rin...
Bagaimana Ji Seo Joon?” tanya Nyonya Goo. Dan Yi terlihat gugup mendengar nama
Seo Joon.
“Aku
dapat kontraknya kemarin untuk lima buku. Ji Seo Joon akan mendesain buku Bu
Yoo” ucap Hae Rin bangga. Semua pun terlihat senang.
“Baiklah.
Kalau begitu, haruskah kita siapkan pembacaan umum sekarang?” Tuan Bong sengaja
membanting keras.
“Apa Kita
hanya harus lakukan itu?” kata Nyonya Seo ikut membanting bekas.
Tapi Park
Hoon dan Ji Yool tetap saja tertidur nyenyak, mereka tak percaya kalau
keduanya tak bangun. Nyonya Goo bertanya
apakah mereka mengadakan pembacaan umum pada peluncuran buku Nyonya Yoo. Nyonya
Seo membenarkan.
“Tim
Pemasaran berencana mengundang 50 tamu.” Ucap Nyonya Seo
“Kedengarannya
bagus... Kita lakukan rencana itu.” Kata Nyonya Goo lalu menyudahi rapat.
Akhirny
rapat selesai, semua melihat Park Hoon dan Ji Yool masih tertidru berpikir pasti
sangat lelah. Tuan Bong akhirnya memberitahu agar keduanya bangun karena Nyonya
Goo sudah keluar ruangan. Keduanya langsung bangun dan meminta maaf.
“Maaf,
Semuanya. Aku hampir pingsan karena jantungku berdebar keras.” Ungkap Park
Hoon. Tuan Bong dan Nyonya Seo akhirnya keluar.
“Kau
tampak sangat jelek.”komentar Ji Yool melihat wajah Park Hoon yang baru bangun.
Park Hoon ikut tertawa melihat Rambut Ji Yool yang berantakan sekali.
Dan Yi
mengejar Nyonya Seo, membahas tentang pembacaan umum lalu menyarankan untuk
mengundang gitaris akustik. Nyonya Seo pikir itu ide bagus karena itu Seperti
konser buku intim jadi meminta Dan Yi mencari gitarisnya juga. Dan Yi pun akan
mencarinya dengan senang hati.
“Kawan...Bisa
bantu aku membuat acaranya?” ucap Nyonya Seo mengoda sambil memberikan hormat.
Dan Yi dengan senyuman ikut membalas dengan hormat layaknya seorang teman.
Nyonya Goo melihat dari kejuahan masuk ke dalam ruanganya.
“Dia bilang
"Kawan"? Apa Setelah nongkrong sekali? Mudah sekali.”keluh Nyonya Goo
sinis duduk di ruanganya.
Suri yang
mendengarnya bertanya “Apa kau tak punya teman?” Nyonya Goo membenarkan dengan
wajah kesal mengaku tak punya siapapun yaitu Tidak ada teman, pacar, dan
keluarga.
“Apa
Perlu kontak informasi untuk Pusat Keluarga yang Terpisah?” kata Suri
“Tidak,
aku tak butuh itu.... Jadi Aku harus makan siang apa?”tanya Nyonya Goo
“Apa
Mencari restoran tempat kau bisa makan sendirian?” tanya Suri. Nyonya Goo mengaku
akan makan sendirian dengan wajah kesal.
Eun Ho
membacakan buku yang berjudul “HATIKU TERPIKAT KEPADAMU”
"Tapi
tiba-tiba, angin berembus entah dari mana. Deru badai pasir mencapai dahan yang
tinggi. Dengan itu, hatiku berdebar. Itu berarti aku merindukan orang yang
kutinggalkan. Keinginan untuk mencintai seseorang lagi membuat hatiku berdebar.”
Ucap Eun Ho
“Mimpi
Dan rindu. Mencintai secara mendalam dan selamanya. Kita tidur, istirahat, dan
merasakan nikmat sementara untuk mengisi kembali diri kita agar bisa kembali ke
dunia penuh penderitaan, agar kita punya mimpi baru, menginginkan hal-hal baru,
dan mencintai lagi secara mendalam dan selamanya."
Eun Ho
seperti terhayut dengan buku “HATIKU TERPIKAT KEPADAMU” pesan dari Dan Yi
kembali masuk “Apa
Kau tak kerja lagi? Kenapa tak menjawab? Aku cemas.” Eun Ho tetap
tak membalas kembali memmbaca buku "Namun aku
masih mencintaimu.Kunikmati setiap momen... Kita putus... Aku bersyukur. Karena
kau meninggalkanku aku bisa belajar mencintai diriku lagi
“Apa Ada
masalah?” tanya Dan Yi dalam pesannya. Eun Ho tetap tak membalasnya.
“Sudah
tiga hari Eun-ho tak pulang. Apa kau punya teman polisi? Aku harus laporkan
orang hilang dan menemukannya lebih dulu.” Ucap Dan Yi melamun lalu tersadar
melihat Seo Joon membaca buku sambil menangis.
“Apa Kau
barusan menangis?” tanya Dan Yi. Seo Joon mengelak sambil menghapus air
matanya.
“Bagian
Mana yang buatmu menangis?”ucap Dan Yi mengambil buku. Seo Joo tetap mengelak.
Dan Yi pun akhirnya melihat kertas yang basah.
“Benar...
Bagian ini juga membuatku sedih. Meski begitu, aku tak percaya pria sepertimu
menangis.”ejek Dan Yi
“Apa pria
tak boleh menangis?” keluh Seo Joon. Dan Yi pikir Seo Joon sebentar lagi akan menangis tersedu-sedu
karena ceritanya makin sedih.
“Aku tak
akan menangis lagi.” Tegas Seo Joon. Dan Yi terlihat masih memikirkan Eun Ho.
Dan Yi
mengirimkan banyak pesan saat ada didalam bus
“Apa Kau akan begini padaku? Kenapa kau abaikan semua pesanku? Sulitkah
membalas pesanku? Begitu kau pulang, aku akan menghajarmu.” Tapi Eun Ho tetap
tak menjawab.
“Hei, Cha
Eun Ho.... Eun-ho... Eun-ho Kirimkan tanda seru jika kau masih hidup. Aku mohon.”
Tulis Dan Yi. Saat itu Eun Ho membalas dengan tanda seru, wajah Dan Yi langsung
sumringah.
“Aku
masih hidup... Kurasa kau sangat merindukanku. Aku akan pulan jika kau bilang
merindukanku.” Balas Eun Ho. Dan Yi mengeluh melihat balasan pesan Eun Ho.
Akhirnya Dan Yi pun terun bus dan langsung berlari dengan kencang.
“Aku
sudah pulang sejam lalu. Jangan berlari pulang meskipun kau rindu. Pelan-pelan
saja.” Tulis Eun Ho
Dan Yi
tak mengubris terus berlari dan sampai dirumah wajahnya bahagia karena melihat
mobil Eun Ho sudah ada didepan rumah. Ia menendang ban mobil dengan penuh
amarah akan memberikan pelajaran. Ia masuk
rumah membuka jaket dan menjatuhkan tasnya berteriak memanggil Eun Ho.
“Kurasa kau
lupa pukulanku sangat kuat. Apa Kau tahu betapa cemasnya aku?” teriak Dan Yi
masuk kamar lalu terdiam karena Eun Ho yang tidur.
“Bagaimana
bisa dia tidur? Setelah membuatku sangat cemas. Wah... ternyata Dia biasa saja.
Apa dia sudah makan malam?” ucap Dan Yi lalu melihat Eun Ho mengeluarkan banyak
keringat.
“Hei, ada
apa? Kau kenapa?” kata Dan Yi panik memegang wajah Eun Ho yang panas. Eun Ho
terbangun mengaku baik-baik saja memegang tangan Dan Yi
“Tidak,
kau sakit. Badanmu panas... Astaga, bagaimana ini? Di mana obatnya? Rasanya aku
melihatnya di sini.” Kata Dan Yi mencari obat dengan panik dan kembali masuk
kamar.
Dan Yi
menaruh termometer di mulut Eun Ho dengan wajah. Eun Ho terlihat sangat lesu
tapi seperti senang melihat Dan Yi yang memberikan perhatian. Dan Yi panik
melihat suhunya 39 derajat Celcius jadi harus ke RS.
“Sejak
kapan kau sakit? Kau di mana saat sakit begini? Sulit kupercaya kau menyetir
selagi demam. Kau dari mana? Lalu kau Tidur di mana? Kenapa tak pulang?” ucap
Dan Yi panik
“Apa Kau
merindukanku?”goda Eun Ho. Dan Yi mengeluh karena Setidaknya Eun Ho bisa kirim pesan.
“Aku
cemas. Kau bahkan mematikan ponselmu.” Kata Dan Yi. Eun Ho makin mengejek Dan
Yi yang menunggunya pulang. Dan Yi mengeluh karen Eun Ho tak pulang.
“Ada yang
ingin kau katakan?” tanya Eun Ho, Dan Yi mengaku Banyak Tapi menurutnya tak sekarang untuk
dikatakan karena Eun Ho sedang sakit.
“Syukurlah
aku sakit. Aku takut kau akan heboh saat melihat kalungnya.” Ucap Eun Ho
“Aku akan
buatkan sup.” Kata Dan Yi seperti tak ingin berlama-lama. Eun Ho menarik tangan
Dan Yi.
Dan Yi
ingin menariknya tapi Eun Ho memegang erat tangan Dan Yi meminta agar tetep
didekatnya sebentar saja sampai tertidur lagi. Dan Yi akhirnya membiarkan
tanganya digenggam oleh Eun Ho yang sudah mulai terbaring kembali.
Eun Ho
terbangun melihat ada kompres di kepalanya lalu keluar dari kamar. Dan Yi
sedang membuat sup melihat Eun Ho meminta agar mencuci tangan sebelum makan
karena harus minum pereda panas lagi. Keduanya akhirnya duduk dimeja makan.
“Apa Sudah
kau coba kalungnya?” tanya Eun Ho sambil mengaduk-ngaduk supnya. Dan Yi terdiam
mengingat yang terjadi sebelumnya.
Flash Back
Saat
turun salju, Dan Yi bertanya apakah Eun Ho yang menyukainya. Setelah itu Eun Ho
menegaskan Jawabannya tidak dan masalahnya sekarang sudah beres.
“Kau
bilang tak menyukaiku.” Komentar Dan Yi. Eun Ho pikir sudah menduga lebih baik
Dan Yi tak tahu.
“Kapan
kau mulai menyukaiku?” tanya Dan Yi. Eun Ho mengaku tak tahu dan ingin Dan Yi
agar menebaknya.
“Aku tak
tahu sejak kapan menyukaimu. Musim semi sampai panas. Musim panas sampai gugur.
Musim gugur sampai dingin. Apa Kau tahu kapan musim berganti? Apa kau Tahu
tepatnya kapan musim dingin berakhir dan musim semi dimulai?”ucap Eun Ho dengan
tatapan serius
“Aku tak
tahu kapan tepatnya perasaanku padamu mulai tumbuh.” Akui Eun Ho. Dan Yi ingin
bicara. Tapi Eun Ho menyela.
“Coba
Lihat... Karena ini aku tak mau bilang.” Kata Eun Ho melihat sikap Dan Yi.
“Kalau
begitu, seharusnya kau tetap merahasiakannya.” Ucap Dan Yi. Eun Ho pikir tak
mungkin bisa merahasiakannya selagi Dan
Yi terus bertanya.
“Kau
Pikir aku orang macam apa? Aku terdesak, tak bisa terus berbohong. Namun, aku
tak akan lakukan apa pun. Aku hanya akan memberikan kalung itu. Itu hal yang
selalu kulakukan. Saat melihat hal bagus, aku ingin berikan kepadamu Dan selalu
kulakukan.” Kata Eun Ho
“Aku selalu
memberimu hadiah, dan kau selalu menerimanya. Jadi, terimalah kalung itu.”
Tegas Eun Ho. Dan Yi pikir itu dulu karena
tak tahu perasaan Eun Ho padanya.
“Dan Yi,
tunggu... Aku sakit.. Kau sendiri yang
periksa demamnya. Jadi, dengarkan aku hari ini... Memang benar... Aku
menyukaimu. Tapi aku tak berniat memaksakan perasaanku padamu. Jadi, lakukan
apa pun maumu seperti biasanya.” Kata Eun Ho.
Dan Yi
hanya diam saja. Eun Ho pun mempersilahkan Dan Yi Kencani Seo Joon kalau memang mau dan tak
perlu berubah. Dan Yi ingin tahu apa yang akan dilakukan Eun Ho dengan wajah
sedih.
“Apa Kau
cemas aku akan menderita dan kesepian? Aku tak pernah menderita karenamu. Aku
bekerja, mengajar, dan menulis buku. Aku selalu sibuk. Dan aku juga mengencani
beberapa wanita. Perasaanku padamu tak sedih dan memilukan. Kenapa korbankan
hidupku demi cinta?” ucap Eun Ho. Dan Yi etetap diam.
“Aku tak
bersikeras. Jadi, jangan terlalu dianggap serius. Sekarang Aku lelah. Aku butuh
tidur... Tolong bereskan ini.” Kata Eun Ho lalu masuk kamar. Dan Yi mengangkat
kepalanya mencoba menahan tangisnya.
“Dari semua
wanita yang bisa dia suka, kenapa aku?” keluh Dan Yi sedih.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Mksih sinopsisnya ontme.lnjut mba
BalasHapus