PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
akan naik ke lantai atas, berpikir kalau ini
satu-satunya cara lalu meminta maaf pada ayah dan Ibunya serta untuk
kakaknya. Dibawah, Joon Ha sedang minum soju seperti untuk menenangkan diri.
“Terimakasih
untuk semua waktu selama ini... Ini saatnya pergi.” kata Hye Ja akan menaiki
pagar tapi sepatunya malah jatuh dan mengenai kepala Joon Ha.
Joon Ha
berteriak marah sambil mengumpat, Hye Ja panik langsung bersembunyi dan menutup
mulutnya. Joon Ha bisa melihat kalau
seorang nenek yang akan melompa dari atas apartement.
“Nenek...
Kau tidak akan mati dari sana. Meskipun kau jatuh dari sana, kau tidak akan
mati. Kau hanya akan mematahkan pinggulmu dan tulang belakangmu, Lalu dirawat
dirumah sakit selamanya. Dan keluargamu akan semakin menderita merawatmu selama
hidup mereka.” Ucap Joon Ha
“Oleh
karena itu kau harus hidup. Tetaplah hidup. Tetap hidup sampai kau bisa. Itulah
bagaimana kau bisa membuat keluargamu tidak terlalu menderita.” Kata Joon Ha.
Hye Ja seperti tersadar dengan ucapan Joon Ha.
Akhirnya
Hye Ja pulang ke rumah panik karena tak menemukan suratnya diatas meja sudah
tak ada. Ia membuka kamar kakaknya berpikir kalau Young Soo yang mengambilnya,
tapi Young Soo tertidur pulas setelah makan ramyun. Nyonya Kim akhirnya keluar
dari kamar. Hye Ja buru-buru bersembunyi.
“Bagaimana
jika ibu melihatnya? Ah... Benar, melihat kepribadian Ibu, dia akan mencariku
jika dia melihat suratnya. Lalu apakah itu... Kemana suratnya pergi? Apakah aku
jadi pikun karena aku tua?” gumam Hye Ja binggung melihat ibunya sedang masak
didapur.
“Astaga,
aku menua semalaman ini, tetapi semua perubahan usia masih terjadi sekarang.
Coba Lihat rambutku... Dulu aku terlihat luar biasa.” Gumam Hye Ja menatap
wajahnya di cermin lalu membaringkan kepala diatas meja.
Saat Hye
Ja mendengar suara ibunya yang mengetuk pintu brtanya apakah sudah bangun. Hye
Ja hanya diam saja. Nyonya Kim pikir akan
turun hujan karena masih terlihat gelap lalu mengeluh karena Pergelangan
tangannya sangat sakit dan ingin benar-benar ingin menutup salon untuk hari ini
dan masuk ke kolam air panas di pemandian.
“Kau suka
pergi ke pemandian. Apa kau mendengarnya” ucap Nyonya Kim. Hye Ja hanya diam
saja.
“Aku
ingin tahu apakah musim gugur akan menghilang dalam waktu dekat. Aku merasa
seperti musim panas kemarin, tapi benar-benar terasa dingin.” Aku meninggalkan sarapanmu di depan pintu.”
Kata Nyonya Kim. Hye Ja yang masih frustasi hanya diam dikamar.
Kim Hee
Won berteriak memanggil Joon Ha dari depan pintu. Joon Ha hanya diam di dalam
rumah terlihat masih sangat frustasi dengan kehilangan neneknya. Hee Won
memastikan kalau Joon Ha ada didalam rumah.
“Ayoo...
Buka pintunya, Aku akan memberimu bubur yang ku bawa lalu pergi.” kata Hee Won
khawatir.
“Apa Dia
tidak di rumah?” tanya seorang nenek yang datang dengan dua temanya.
“Aku
tidak yakin, tapi dia tidak menjawab.” Ucap Hee Won.
“Masalahnya,
neneknya meninggal tiba-tiba.” Kata Nenek lainya. Hee Won mengaku sudah tahu.
“Dia sudah
mengetahuinya... Pria muda yang tinggal disini tidak memiliki keluarga. Dia
mungkin tidak memiliki apapun untuk dimakan, jadi aku membawakannya makanan.”
Ucap si nenek
“Aku
pergi hiking di musim semi dan memnawa beberapa mugwort. Ini adalah mugwort
yang dikukus dengan tepung. Dan aku membuat ini dengan prem yang aku beli ketika
aku pergi ke Gwangyang. Aku menjadikannya acar. dan aku bumbui dengan
gochujang. Itu memuaskan nafsu makanmu seperti yang lain tidak bisa
melakukannya. Kau bisa makan dengan mudah semangkuk nasi dengan ini dan air
sendirian.” Jelas si nenek panjang lebar.
Hee Won
hanya menganguk mengerti, Nenek lain kembali memberitahu kembali kalau nenek
Joon Ha meninggal tiba-tiba. Hee Won pikir kalau sudah mengatakan sebelumnya.
Nenek lain mengeluh karena Hee Won sudah mengetahuinya. Hee Won kembali
mengedor pintu.
Nyonya
Kim melihat mangkuk nasi yang masih utuh didepan kamar, akhirnya membawa
kembali ke atas meja. Tuan Kim sedih melihat anaknya yang tidak makan lagi.
Young Soo merasa Nasinya sangat panas dan lebih suka nasi dingin, ingin menukar
nasi dengan ibunya.
“Ibu, aku
tidak ingin nasi panas. Aku hanya ingin menggali nasi dingin.”ucap Young Soo
“Jangan
terlalu cerewet. Kau makan saja, oke?” kata Nyonya Kim sinis dan mengancam
kalau akan mengambilnya. Young Soo mengerti.
“Mari kita
buka pintunya. Mari kita membukanya dan bawa
dia ke rumah sakit atau apapun. Kita tidak bisa meninggalkannya seperti
itu.” Kata Tuan kim
“Apa Kau
pikir itu mudah? Apa Kau pikir dia tidak keluar karena tidak bisa membuka
pintunya? Kau bahkan tidak pernah mencoba untuk mengerti bagaimana orang lain
mungkin merasakan.” Ucap Nyonya Kim. Suaminya pun tak bisa berkata-kata lagi.
Young Soo
sengaja bermain games didepan pintu sambil mengejek kalau Hye Ja kau pergi
kesana dan mati, lalu mengaku kalau Bermain
game ini sendirian tidak seru jadi butuh
seseorang melihatnya bermain, seperti berharap agar adiknya keluar kamar. Tapi Hye Ja tak keluar.
“Aku membawa
beberapa pangsit kimchi Kau suka pangsit ini. Kau harus memakannya sebelum
dingin. Dan beritahu aku jika ada sesuatu yang ingin kau makan.” Ucap Nyonya
Kim lalu pergi.
“Kau
tidak usah keluar, tapi kau harus makan sesuatu. Kau butuh makan untuk hidup.”
Kata Young Soo akan makan pangsit untuk adiknya, tapi menahanya karena tak
ingin ibunya berpikir Hye Ja sudah memakanya.
Di sebuah
gudang
Joon Ha
seperti melampiaskan rasa sedihnya dengan bekerja, membungkus kardus lalu
menariknya dengan trolly besar dan menumpuknya. Saat akan mengangkat kardus,
Joon Ha akan terjatuh karena tubuhnya yang lemas. Seniornya datang menolong
meminta agar Joon Ha lebih fokus.
“Ini
sebabnya aku bilang untuk istirahat... Kau harus pulang ke rumah.” Ucap
seniornya. Joon Ha hanya diam saja.
Saat jam
makan, seniornya memanggil untuk makan ramyung bersama. Joon Ha yang kehilangan
semangat hidupnya hanya bersandar dibawah tangga karena tak ingin makan.
Hye Ja
terbangun karena tertidur diatas mejar riasnya, lalu kaget karena sudah jam
tiga pagi. Ia pikir biasanya baru bisa tidur jam 3 pagi jadi tidak pernah
bangun secepat ini.
“Kudengar
orang tua bangun lebih cepat pada pagi hari.” Ucap Hye Ja sedih akhirnya
perlahan-lahan keluar dari kamar.
Hye Ja
pergi ke kedai bar yang sepi, pemilik terlihat tertidur. Hye Ja pun bertanya
apakah sudah tutup. Si pemilik mengaku belum dan bertanya apa yang ingin
dimakan. Hye Ja memesan semangkuk udon. Pemilik pun menyuruh Hye Ja agar duduk
untuk menunggu.
Saat Joon
Ha datang memesan Sebotol Soju. Hye Ja panik menutupi wajahnya. Si pemilik
mengeluh karena Joon Ha minum soju lagi lalu bertanya apakah sudah makan. Hye
Ja melihat Joon Ha dari kejauhan seperti kehilangan semangat hidup.
“Makanlah
sesuatu ketika kau minum, mengerti? Astaga, wajahmu menjadi sangat kurus. Aku
tidak tahan melihatmu seperti itu.” Ucap Pemilik pada Joon Ha dengan membawakan
soju dan cemilan.
“Baiklah,
ini udonmu... Silahkan Nikmatilah... Kau tidak tinggal disekitar sini,
benarkan?” ucap Pemilik pada Hye Ja. Hye Ja mengaku tak tinggal disana.
“Oh,
anakmu pasti tinggal di sekitar sini... Aku mengerti.” Kata pemilik. Hye Ja
hanya diam saja, terlihat gugup. Si pemilik pikir kalau Setiap orang punya cerita lalu bergegas pergi
karena Airnya mendidih.
Hye Ja
menatap Joon Ha yang minum soju tanpa makan apapun. Joon Ha pun tak mengenali
Hye Ja yang sudah berubah menjadi nenek-nenek pun terus minum. Akhirnya Hye Ja
tak tahan mendekati Joon Ha yang terus minum.,
“Apa yang
mengganggumu? Kenapa kau minum sangat banyak? Apapun itu, Aku rasa kau berada
dalam masalah yang dalam dibandingkan aku. Aku menjadi tua dalam semalam, demi
kebaikan. Setelah beritahuku untuk tidak membunuh diriku, kenapa kau terlihat
sangat depresi?” gumam Hye Ja sedih akhirnya datang mendekati Joon Ha dan
langsung memukulnya.
“Siapa
kau memberitahuku untuk hidup? Siapa yang memberikanmu hak? Kau pikir kau
siapa? Apa yang sangat mengganggumu? Apa ini?” teriak Hye Ja marah. Joon Ha
hanya bisa melonggo binggung.
Nyonya
Kim melihat piring di depan kamar yang masih utuh, akhirnya ingin kembali
membungkusnya, tapi emosinya tak bisa ditahan membuatnya menjatuhkan semua
pangsit. Ia mencoba cara agar bisa masuk ke dalam kamar Hye Ja mengunakan
pisau, Hye Ja sedih tertidur dikamarnya.
“Kenapa kau
tidak makan pangsit? Kenapa? Apa Kau akan mati untuk pangsit-pangsit itu! Kau bahkan bilang Choi Min Sik di
"Oldboy" tidak akan menjadi sangat marah jika diberikan Pangsit Kimchi
bukannya yang dipanggang. Kau tidak akan keberatan dikurung jika kau bisa
mendapatkan pangsit kimchi. Kenapa kau tidak memakannya sekarang?” teriak
Nyonya Kim marah
“Aku tidak
menginginkannya.” Ucap Hye Ja dengan wajah tanpa gairah.
“Apa Kau
hanya makan jika menginginkan makanan? Kau tidak bisa menipu perutmu. Apa Kau
tahu berapa lama semenjak kau terakhir makan? Apa yang kau pikirkan?”teriak
Nyonya Kim
“Aku
ingin mati... Dalam kondisi ini, bahkan tidak mengejutkan jika aku mati besok.”
Kata Hye Ja.
“Keluarlah...
Kubilang, keluar!” teriak Nyonya Kim seperti ingin memberikan peringatan pada
anaknya.
Tapi
Nyonya Kim mulai memotong rambut Hye Ja berkomentar kalau anaknya beruntung
karena bisa mewarnai rambutmy gratis selama sisa hidupnya. Hye Ja pikir kalau
ibunya cemburu maka jadinya tua. Nyonya Kim pikir dirinya sudah tau dan akan
mewarnai rambut Hye Ja.
“Karena
aku bekerja sangat keras, kau pikir aku masih muda.” Keluh Nyonya Kim.
“Aku
selalu bertanya-tanya ketika melihat wanita tua datang kemari. "Bagaimana wanita
itu terlihat saat masih muda? Dan bagaimana aku akan terlihat ketika aku
tua?" Ternyata Inilah rupaku.”ucap Hye Ja
“Astaga,
kau memiliki banyak sekali rambut. Aku perlu lebih banyak pewarna. Tunggu
sebentar. Aku akan mengambilkannya.” Kata Nyonya Kim bergegas pergi, tapi
ternyata ia tak bisa menahan tangis dan menangis sendirian agar anaknya tak
mendengarkanya.
“Seorang
anak yang menjadi tua sebelum ibunya. Seorang ibu yang mewarnai rambut milik
anaknya yang tua. Ini mimpi buruk. Aku tidak bisa membiarkan keluargaku hidup
dengan aku yang tua untuk sisa hidup mereka. Kim Hye Ja yang berusia 25 tahun sudah
pergi sekarang.” Gumam Hye Ja memilih baju dimasukan ke dalam koper.
“Apakah
ada koper yang lebih besar? T-shirt... Ini mungkin berguna juga. Tas anyaman
jerami untuk musim panas... Apa aku akan pergi berlibur? Meskipun aku sudah
tua, aku masih seperti anak-anak... Apa yang kau lakukan sekarang, Hye Ja?”
gumam Hye Ja selesai memilih baju ke dalam koper.
[Seoul Express Bus Terminal]
Hye Ja
akhirnya pergi hanya membawa tas kecil mengantri di loket tiket, Petugas
bertanya akan pergi kemana. Hye Ja terlihat binggung akhirnya berkata akan
pergi ke pantai. Petugas bertanya ingin ke pantai mana. Hye Ja melihat tujuanya
Yeosu.
“Apa kau
ingin naik bus berikutnya dalam satu jam? Semuanya 14.8 dollar.” Ucap Petugas.
Hye Ja
ingin akan mengambil uang dalam dompet lalu terdiam melihat foto wajah dirinya
saat masih 25 tahun, wajahnya pun terlihat sangat sedih. Pegawai pun
menyadarkan Hye Ja apakah akan membeli tiketnya. Hye Ja pun memberikan uang
untuk membeli tiket.
Hye Ja
menunggu bus, Dua orang wanita mendekatinya bertanya bagaimana caranya bisa
sampai di Sinchon. Hye Ja mengetahuinya kalau
Sinchon di line nomor dua, Naik kereta bawah tanah dan transit satu
kali. Si wanita mengucapkan terimakasih.
“Tapi kau
tidak terlihat baik. Apa kau baik-baik saja?” ucap si wanita khawatir. Hye Ja tak
percaya kalau bisa terlihat di wajahnya.
“Ya,
sangat terlihat.. Apa sesuatu tidak adil terjadi padamu akhir-akhir ini?” ucap
si wanita. Hye Ja membenarkan.
“Kami
mempelajari hal-hal ini. Kami bisa melihat energi buruk di sekitarmu bahkan
dari kejauhan. Kami ingin menolongmu.” Kata si wanita menyakinkan.
“Bagaimana
kau bisa menolongku?” tanya Hye Ja lalu terdengar suara perutnya lapar.
“Bagi
mereka yang sudah melalui banyak... Kita tahu beberapa orang, siapa yang akan
membantu mereka dalam melalui banyak hal. Jika kau pergi dengan kami.... Kukira
kau belum makan.” Ucap si wanita. Hye Ja ingin menyangkal tapi perutnya terus
berbunyi.
Mereka
pun makan di sebuah restoran sup, Hye Ja makan dengan lahap karena sudah
beberapa hati tak makan. Si wanta berkomenta untuk seseorang yang sudah melalui
banyak hal,merasa Hye Ja. memiliki nafsu makan yang baik.
“Tidak
satupun yang salah terjadi pada keluarga sampai sekarang.”kata Hye Ja lalu meminta
bibi agar mendapatkan lebih banyak lauk.
“Tapi
jika aku memikirkan keluargaku, dan memiliki pemikiran kedua.” Cerita Hye Ja.
“Kakekkku
meninggal beberapa bulan lalu. Aku ditipu, dan dipecat dari pekerjaanku. Aku
bahkan jatuh sakit karena penyakit yang tidak dikenal. Apa Kau ingat?”ucap si
wanita rambut panjang.
“Tentu
saja... Tapi setelah kau melakulan ritual leluhur, kau segera sembuh dan
segalanya berjalan dengan baik.” Kata Wanita rambut pendek. Hye Ja memikirkan
tentang Ritual leluhur.
“Ya. Ada
pepatah yang bilang bahwa nenek moyang kita akan membantu kita. Kita harus
menghormati leluhur untuk memberikan
keberuntungan untuk diri kita dan keluarga kita.” Ucap si rambut panjang
menyakinkan.
“Apa
maksudmu jika aku melakukan itu, semuanya akan diurus? Lalu akankah aku kembali
menjadi aku ketika aku masih 25 tahun?” kata Hye Ja mulai bersemangat. Dua
wanita terlihat binggung.
“Kuberitahu
kebenarannya, aku berusia 25 tahun.” Akui Hye Ja. Keduanya hanya bisa melonggo
lalu mencoba menahan tawa.
“Aku
memiliki jam yang bisa membuatku kembali ke masa lalu. Itu cerita yang panjang,
kita lewati saja... Bagaimanapun, aku 25 tahun. Tapi tiba-tiba aku menjadi tua.
Apakah ritual leluhur dapat mengurus masalahku?” ucap Hye Ja
“Kapan kau
berusia 25 tahun?” tanya si wanita. Hye Ja berpikir sekitar dua bulan lalu.
“Aku
tiba-tiba menjadi wanita tua. Sampai sekarang, aku mengalami penuaan sedikit
demi sedikit, tapi serius, ketika aku berubah menjadi setua ini, apa kau tahu
betapa terkejutnya aku?” cerita Hye Ja.
Keduanya
sambil menahan tawa mengaku kaget. Hye Ja pun bertanya Apa tempat untuk ritual leluhur jauh.
Keduanya panik berpikir kalau Hye Ja akan pergi. Hye Ja menganguk. Kedua wanita
mengaku itu sangat jauh bahkan memakan
waktu 3 jam untuk sampai disana.
“Aku
punya banyak waktu luang.” Ucap Hye Ja bergegas mengambil minum. Dua wanita pun
bergegas pergi meminta tagihannya
makanan.
“Tapi
Kemana mereka pergi? Mereka bilang melakukan ritual leluhur akan menyelesaikan
segalanya.... Ah... Tasku!” kata Hye Ja binggung lalu mencoba mencari di
terminal tapi tak menemukanya.
Hye Ja
akhirnya pergi ke kantor polisi menceritakan tas kecil yang sebesar kardus, terbuat
dari kain. Dan warnanya sama dengan warna baju polisi Dan itu ditutupi dengan
polkadot putih. Polisi mengerti, mengetik
ini warna biru dan ditutupi dengan polkadot putih.
“Jika
kita menemukannya, Kita akan menghubungi dirumah sekarang juga. Kau bisa pulang
dan menunggu. Dimana kau tinggal?” ucap Polisi. Hye Ja binggung tempat
tinggalnya.
“Ya.
Beritahu aku alamatmu.” Kata Polisi. Hye Ja mengaku tidak memilikinya. Polisi terlihat binggung.
“Aku
tidak memiliki rumah.” Ucap Hye Ja. Polisi berpikir Hye Ja yang sudah
nenek-nenek pasti melupakan alamatnya.
“Tidak
Aku Tidak punya rumah untuk diingat. Bagaimana bisa aku mengingatnya saat aku
tidak memiliki rumah? Kuberitahu kau, Aku tidak memiliki rumah. Itu maksudku.”
Akui Hye Ja.
“Lalu
dimana kau tinggal sampai sekarang?” tanya Polisi. Hye Ja mengaku Dijalan dan tidur
di jalan.
“Kau
tahu, itu seperti tunawisma tidur di jalanan.”ucap Hye Ja. Polisi pun meminta
Hye Ja untuk scan sidik jarinya.
“Jika
kita bisa scan sidik jarimu, kita bisa menemukan alamatmu sekarang juga.” Kata
Polisi. Hye Ja panik lalu berpura-pura merasakan perutnya sakit.
Hye Ja
keluar dari toilet melihat polisi wanita yang menunggunya, lalu mengeluh kalau
sudah memberitahu baik-baik saja tapi
polisi masih berdiri didepan toilet, lalu menunjuk ke arah lain. Hye Ja dengan
cepat kabur dari kantor polisi, sampai Polwan melonggo binggung.
***
Hye Ja
berjalan di trotoar, berpikir Sebelum orangtuanya menemukan dirinya maka harus
pergi sejauh apapun yang bisa dilakukan.
Ia bahkan tidak memiliki tas dan benar-benar hancur. Sebuah bus pun
berhenti, Hye Ja memberikan senyuman manis pada sopir bus, tapi pintu langsung
tertutup
“Aku
tersenyum padanya sangat baik. Kenapa dia tidak bisa membiarkanku masuk?” keluh
Hye Ja akhirnya memberhentikan sebuah taksi.
“Aku
harus pergi ke laut, tapi aku tidak punya uang.” Ucap Hye Ja, semua taksi menolaknya dan pergi begitu saja.
“Yahh..
Memang Benar. tidak setespun minyak diproduksi di negeri ini. Siapa yang akan
membiarkanku naik gratis?” ucap Hye Ja sedih
“Nenek...
Kemana tujuanmu?” ucap Seorang supir taksi. Hye Ja mengaku tidak punya uang.
“Aigoo.
Aku juga tidak punya uang. Jadi Kemana tujuanmu?” tanya supir taksi. Hye Ja
mengaku akan pergi ke pantai.
“Ayo Masuk.
Aku akan memberikanmu tumpangan.”kata Supir. Hye Ja terlihat sangat bahagia
lalu masuk ke dalam taksi.
Hye Ja
melihat nama supir taksiKim Byeong Seop seperti ingin membalas budi nanti. Tuan
Kim mengaku sudah menyalakan penghangat kursi mobil dan bertanya apakah terasa
hangat. Hye Ja menganguk merasa hangat.
“Jika
ibuku masih hidup, dia seumuran denganmu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja ingin tahu
berapa umur ibunya.
“Ketika
orang-orang bertanya pada ibuku berapa umurnya di rumah sakit, dia menjawab
Kelas 7-5 pada usia itu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja berpikir itu maksudnya usia 75.
“Kau
bilang dia meninggal. Kapan itu?” ucap Hye Ja. Tuan Kim ingat sudah Lima tahun lalu.
“Lalu 75
ditambah 5 adalah.... Apa maksudnya aku terlihat seperti berumur 80 tahun?”
ucap Hye Ja terlihat kaget.
“Oh,
astaga... Kau bahkan lucu, seperti ibuku.”god Tuan Kim. Hye Ja tak bisa terima
karena dianggap candaan.
“Aku
hanya bilang kau mengingatkanku pada ibuku. Dia menderita sepanjang hidupnya
sebelum meninggal. Astaga, dia sangat tidak beruntung. Dia sedang dalam
perjalanan dari pedesaan untuk melihat rumah baruku dan menghilang hari itu.”
Cerita Tuan Kim
“Lalu Aku
menemukannya di penampungan 6 bulan kemudian. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi
dia terlihat seperti setengah mati. Dia meninggal di rumah sakit setelah itu. Aku
bahkan tidak pergi menjemputnya untuk menghasilkan uang dan itulah yang paling
aku sesali dalam hidupku.” Ucap Tuan Kim sedih. Hye Ja hanya bisa diam saja.
Hye Ja
tertidur setelah mendengarkan cerita Tuan Kim, lalu seseorang membangukanya. Ia
mengeluh kalau tidak ingin sarapan
apapun. Si pria melihat Hye Ja tertidur sangat pulas dan meminta agar
bangun. Hye Ja mengeluh kalau mengantuk
setelah makan akhirnya terbangun.
“Kenapa
aku di kantor polisi lagi?” keluh Hye Ja tersadar melihat polisi yang
membangunkanya.
“Sopir
itu bilang kau sepertinya hilang, dan membawamu kesini.” Ucap Polisi. Hye Ja
mengeluh kalau tak hilang. Tapi polisi menarik Hye Ja ke dalam kantor polisi.
Tuan Kim pun seperti merasa senang bisa membuat Hye Ja menemukan keluarganya.
“Aku
telah membuat semua jenis orang berbicara dalam 30 tahun sebagai polisi, tapi
aku tidak pernah bertemu dengan seseorang sepertimu.” Puji polisi sambil
mengangkat jempolnya.
Hye Ja
pun ikut mengangkat jempolnya polisi lain bergegas menempelkan pada mesin sidik
jari. Hye Ja terlihat kaget ternyata dibodohi, Polisi pun mengucapkan
terimakasih pada Hye Ja yang sudah membantu.
“Bagaimana
bisa polisi membodohi warga sipil yang tidak bersalah seperti ini?” keluh Hye
Jae marah.
“Nenek,
ini adalah dunia yang baru, dan kita bisa mencari alamatmu secepatnya saat kita
punya sidik jarimu. Jadi Tunggulah sebentar.” Ucap Polisi
“Kuberitahu
kau, Aku tidak ingin kau mencarinya!” kata Hye Ja lalu pandangan melihat Joon
Ha masuk dengan polisi lain.
Hye Ja
bertanya-tanya kenapa Joon Ha ada di kantor polisi, dan berpikir Joon Ha untuk
mewawancarai seseorang. Joon Ha duduk dengan polisi lainya, Sang polisi mengaku
mendengar semuanya dari kantor polisi lain dan tahu mengalami banyak kerugian
baru-baru ini.
“Aku
ingin mengirimkan ini.” Ucap Joon Ha membawakan sebuah berkas. Polisi melihat
surat “Permintaan komplai”
“Aku
mengerti...Sulit menerima hukuman karena membuat tuduhan palsu... Kudengar itu
Ayahmu... Kelihatannya alih-alih menghukumnya,Apa kau hanya ingin memberinya
masalah? Apa ini tentang uang?” ucap Polisi.
Joon Ha hanya diam saja.
Hye Ja
terlihat kesal, Polisi meminta Hye Ja
mencoba lagi karena tidak bisa mencari sidik jarinya. Hye Ja menolak mengaku
benar-benar tidak punya rumah. Polisi menjelaskan akhir-akhir ini ada banyak
wanita tua ... yang kabur dari rumah untuk tidak mengganggu keluarga mereka.
disiini.
“Dia
tinggal di lingkunganku.” Ucap Joon Ha mengenal wajah Hye Ja yang berubah
menjadi nenek. Hye Ja panik langsung memalingka wajahnya.
“Apa kau
yakin?” tanya polisi. Joon Ho membenarkan alamtanya diJagok-2 dong. Akhirnya
polisi meminta Joon Ha mendekat.
“Nenek..
Apa kau tahu dia?” ucap polisi, Hye Ja menyangkalnya. Tapi Joon Ha yakin nenek itu tinggal di
Jagok-2 dong. Hye Ja terus mengelak.
“Kau
memukul kepalaku di bar makanan ringan terakhir kali. Kau bertanya apa yang
sangat menggangguku.” Kata Joon Ha. Hye Ja pun hanya bisa terdiam.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar