PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
terbangun dari tidurnya, teringat kalau semalam mabuk akhirnya tertidur. Ia
teringat saat mengatakan pada Joon Ha kalau ada kesempatan memundurkan waktu.
Joon Ha pikir ituBagus kalau memang benar.
“ApaKau
sungguh ingin melakukan itu? Apa kau bersungguh-sungguh, kan? Jangan menyesal
nanti” ucap Hye Ja memperingati akan memutar waktu
“Cobalah,
sungguh.” Kata Joon Ha merasa itu hanya bercanda
“Setelah
selesai, tidak akan kembali.” kata Hye Ja. Joon Ha yakin
Hye Ja
panik turun dari tempat tidur melihat wajahnya, ternyata masih sama tapi ada
lingkaran hitam dan kulitnya mengendur berpikir kalau terlihat lebih tua dan
berjanji tak akan memutar arloji lagi.
Hye Ja
akhirnya minum sup lubak di dapur mengurangi rasa mualnya, lalu mencampurnya
dengan nasi. Ibunya datang langsung memukul anaknya. Hye Ja kaget bertanya
kenapa ibunya memukulnya. Nyonya Kim makin kesal anaknya malah bertanya.
“Aku
orang dewasa yang boleh minum semauku.” Ucap Hye Ja merasa tak masalah
“Aku tak
pedulikan itu... Kau ingin jadi pewarta tapi minum sampai larut malam dan
menghantamkan kepalamu.” Ucap Nyonya Kim
“Kepalaku?
Di mana?” tanya Hye Ja binggung lalu tersadar ada plester didahinya.
“Apa Aku
tak hampir mati tadi malam?” tanya Hye Ja panik. Nyonya Kim mengatakan Bukannya hampir mati, tapi hari ini anaknya
akan mati dan siap memukul anaknya.
“Ibu...
Ini, aku... Bisakah setidaknya biarkan aku makan sedikit sebelum mati?” kata
Hye Ja memohon. Nyonya Kim pikir ini
bukan waktu yang tepat untuk makan. Hye Ja pun kabu keluar rumah mengaku
tak mau makan!
Hye Ja
mengeluh merasakan sakit terkena pukulan dan melihat ayahnya sedang
membersihakan taksi, sambilk mengejek anaknya yang masih membersihkan mobil
usang itu karena Tak ada yang peduli.
Tuan Kim menyindir anaknya janji akan
belikan taksi baru sesudah dapat banyak uang.
“Jadi
mobil ini Harus Ayah gunakan sampai saat itu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja
merasa Sepertinya akan sulit.
“Beli
saja mobil baru terlebih dahulu.” Kata Hye Ja. Tuan Kim mengejek Hye Ja tak konsisten.
“Bukankah
kau punya pacar?” goda Tuan Kim. Hye Ja tak mengerti maksud ucapan ayahnya.
“Lalu Kepalamu
tak apa? Apa Kau tahu kenapa kepalamu terluka?” tanya Tuan Kim
“Tentu
saja. Karena aku tak terlalu mabuk.” kaya Hye Ja memegang kepalanya.
“Sudah Ayah
ceritakan kenapa stainless disebut stainless, kan? Kau pasti sudah pelajari
itu.” Kata Tuan Kim menyindir. Hye Ja binggung apa itu Stainless.
Flash Back
Hye Ja
mabuk memastikan agar Jangan menyesal lalu karena tak tahan akhirnya
menjatuhkan kepala dimeja membuat mangkuk melayang lalu menghantam kepalanya.
Ia pun terjatuh ke belakang dari tempat duduknya. Joon Ha yang melihatnyanya
hanya bisa melonggo.
Akhirnya
Hye Ja mengerti tentang stainless yaitu
mangkuk udon yang membuat kepalanya terlihat. Tuan Kim berkomentar Hye Ja
adalah supir yang sangat baik yang membuat Ayahnya kaget. Hye Ja tak mengerti
maksudnya menyetir lalu memikirkan sesuatu.
“Benar.
Kau mengendarai dia.” Kata Tuan Kim, Hye Ja hanya bisa melonggo.
Flash Back
Hye Ja
digendong pulang oleh Joon Ha tapi tanganya menarik rambut Joon Ha dianggap seperti sedang main bombomcar. Joon
Ha pun tak mengeluh sakit padahal Hye Ja berteriak agar berjalan dengan benar.
“Dasar
Gila! Gila! Gila! Betapa gilanya kau tadi malam.” Jerit Hye Ja akhirnya
membaringkan tubuhnya diatas mobil.
“Tanganmu
penuh dengan rambutnya yang kau cabut. Kau bisa cabutin lagi yang banyak lain
kali. Lalu Ayah akan menanamnya di kepalaku.” Ejek Tuan Kim
“Apa Dia
bilang sesuatu?” tanya Hye Ja panik. Tuan Kim menceritakan Joon Ha tak berbuat
salah, tapi terus meminta maaf.
Hye Ja
ingin tahu apa yang dikatakan lagi oleh Joon Ha. Tuan Kim pikir anaknya tak ingat sama sekali
lalu mengeluh Hye Ja terus meminta menceritakan kejadian semalam.
“Ayah
bilang akan membunuhnya jika dia membuat anakku minum sebanyak itu lagi.” Ucap
Tuan Kim. Hye Ja panik ayahnya mengatkan hal itu.
“Kenapa?
Apa Khawatir takkan pernah berjumpa pacarmu lagi?” goda Tuan Kim. Hye Ja
mengeluh kalau Joon Ha sebagai pacarnya
“Reaksimu
mengatakan dia pacarmu.” Ejek Tuan Kim, Joon Ha tetap mengelak akan masuk rumah
tapi kembali menemui ayahnya.
“Menurut
Ayah, dia bagaimana?” tanya Hye Ja penasaran. Tuan Kim pikr Joon Ha tampak
seperti orang baik. Hye Ja tak percaya mendengarnya.
“Kau tak
boleh berkencan dengannya.” Tegas Tuan Kim. Hye Ja pun memilih pergi
Young Soo
sedang mencoba teknik mematikan lilin dengan kibasan tanganya, wajahnya
terlihat bahagia tapi dikagetkan oleh sosok wanita yang menempelkan wajahnya di
jendala. Hye Ja seperti mengangguk kakaknya. Young Soo menyuruh Hye Ja agar
pergi.
“Apa yang
kau lakukan? Jadi, Apa kau buat angin dengan tangan?!” ucap Hye Ja masuk kamar
kakaknya.
“Apa kau
barusan tak lihat? Lilin itu padam?” kata Young Soo bangga. Hye Ja mengeluh
kakaknya menyedihkan.
“Oh ya,
di mana rumah bedebah itu?” ucap Young Soo marah. Hye Ja bertanya Siapa yang
dimaksud lalu panik alasan kakaknya mengetahuinya.
“Menurutmu
kenapa pria membuat wanita minum? Akan kubunuh bedebah itu. Jangan
menghalangiku.” Ucap Young Soo
“Tetap
diam jika tak ingin dihajar olehnya” kata Hye Ja mengancam. Young Soo tak yakin
bisa dihajar. Hye Ja pikir mengejek Young Soo dihajar Hyun Joo juga.
Flash Back
“Jika itu
yang kau inginkan, maka aku akan bertarung dengan taekwondo.” Ucap Young Soo
dengan penuh keyakinan, Tapi saat itu bisa memberikan tendangan yang tinggi.
Young Soo
mengingat kejadian memalukan mengaku tak mungkin bisa menghajar wanita jadi membiarkan Hyun Joo
yangmenghajarnya. Hye Ja tak ingin membahasnya lagi lalu meminta kakaknya agar
mengambilkan sup untuk mabuk dan nasi.
“Kenapa?
Apa Kau melakukan kesalahan?” ucap Young Soo lalu ingin berteriak memanggil
ibunya. Hye Ja panik.
“Akan
kujodohkan kau dengan wanita.” Ucap Hye Ja. Young Soo pikir kalau itu Sang Eun
atau Hyun Joo
“Ada
teman lain... Dia sangat cantik.” Kata Hye Ja memberikan penawaran. Young Soo
pun setuju.
“Percayakan
pada Kakak kalau begitu.” Ucap Young Soo yakin. Hye Ja meminta agar Jangan
sampai Ibu tahu.
“Aku
putra tertua keluarga ini.” Kata Young Soo yakin lalu berteriak mengaku lapar pada
ibunya dan meminta agar diberikan makan.
Hye Ja
tak percaya kakaknya membawa nampan dengan sup dan juga nasi, Young Soo dengan
bangga memberitahu kalau ibunya yang membuatkan sendiri untuknya. Hye Ja pun
langsung melahap sup pereda mabuk. Young Soo pikir Hye Ja akan makan keripik
juga.
“Kau
bahkan tak dapat membuka bungkus itu dengan benar karena Ibu... Hei.. Berhenti
tipu-tipu.” Ucap Hye Ja akhirnya melihat bentuk tamparan diwajah kakaknya yang
disembunyikan saat masuk.
“Aissh....
Kau hanya mengisap kimchi lobak itu.” Keluh Young Soo. Hye Ja mengelak kalau
mengunyahnya dan berpikir kalau harus mengeluarkan suara makannya.
Saat itu
Nyonya Kim masuk kamar marah melihat Hye Ja yang makan. Young Soo panik meminta
agar Nyonya Kim sabar memberitahu ibunya kalau sudah menampar di wajah sebelah
kiri. Hye Ja mencoba bersembunyi didepan rak buku kakaknya.
"The
Prohibition Against Double Jeopardy". Tak seorang pun akan dikenakan
pelanggaran yang sama dua kali.” Ucap Young Soo
“Ini
pelanggaran lain... Kau mengambil uang dari dompet Ibu.” Ucap Nyonya Kim marah
“Aku
bermaksud beritahu Ibu, tapi aku lupa karena sesuatu yang mendesak.” Kata Young
Soo panik
“Apa yang
mendesak itu?” tanya Nyonya Kim, Young Soo mengaku sangat ingin makan keripik... Young Soo makin
marah siap memukul anaknya dengan stick baseball.
Young Soo
mengaduh kesakitan, Hye Ja mencoba kabur juga dari ibunya. Nyonya Kim pun
mengejar anaknya, saat itu Hyun Joo dan Sang Eun datang. Hye Ja memberitahu
ibunya kalau teman-temannya datang main. Hyun Joo pun menyapa Nyonya Kim.
“Halo,
Hyun Joo dan Sang Eun... Karena sup ikan akan segera matang, kalian harus
makan.” Kata Nyonya Kim ramah. Keduanya pun masuk kamar dengan wajah bahagia.
“Ibu,
bisakah bawakan minuman untuk teman-temanku?” kata Hye Ja, Nyonya Kim pun tak
bisa memukul anaknya.
Sementar
diminimarket. Joon Ha melihat tiga orang wanita yang berjalan bersama berpikir
itu Hye Ja tapi tak juga datang. Akhirnya Ia melihat jam tangan yang
ditinggalkan oleh Hye Ja.
Sang Eun
mendengar cerita Hye Ja berkomentar itu
Romantis. Hyun Joo heran dengan Sang Eun yang berpikir romantis padahal terkena
mangkuk udon. Hye Ja pikir kalau tak akan bisa menjumpai Joon Ha Karena sudah
mempermalukan diri di depannya.
“Begitulah
cinta dimulai.” Ucap Sang Eun. Hyun Joo pikir Sang Eun beruntung jika Joon Ha tak berpikir kalau
temanya itu gila. Hye Ja tak percaya mendengarnya.
“Kau
layak disebut itu.” Ejek Hyun Joo, Hye Ja pun tak bisa mengelak membenarkan
ucapan temanya.
“Tetap
saja aku iri padamu. Dalam 10 tahun aku sebagai trainee, aku tak pernah
berkencan. Yang kulakukan hanyalah membersihkan kantor, dan aku sudah tua
sekarang. Aku sungguh menyia-nyiakan 25 tahun hidupku.” Ucap Sang Eun sedih
“Hei,
umur 25 tahun bagi wanita adalah umur ketika kita tak dapat melakukan sesuatu
yang benar-benar bermakna. Mereka bertanya padaku setiap kali aku wawancara.
"Memulai sekolah lebih awal?" Itu berarti wajahku terlihat tua.”
Keluh Hye Ja.
“Setidaknya
kalian melakukan apa yang ingin kalian lakukan. Tapi aku Tidak ada yang ingin
dilakukan, dan aku tak punya keahlian. Orang lain sibuk mencari pekerjaan dan
berkencan. Aku hanya akan menua dan mati membuat chunjang.” Kata Hyun Joo sedih
“Ini Tak
boleh begini. Ya, ayo pergi... Kita perlu mengangkat semangat kita. Go!”kata
Hye Ja penuh semangat.
Ketiganya
berada didepan jendela, Sang Eun heran melihat Young Soo perlahan membuka
bungkus mie lalu mencelupkan pada air, brtanya apa yang dilakukan kakak Hye Ja.
Young Soo pun mulai makan mie tanpa dimasak.
“Karena dia
akan ketahuan ibu jika mengeluarkan suara.” Ucap Hye Ja.
“Sungguh
menyedihkan... Sudah kuputuskan untuk mensyukuri atas semua yang kumiliki dan
bekerja keras. Perasaanku sudah lebih baik sekarang.” Komentar Hyun Joo
“Tapi,
aku ingin mencoba yang dia makan.” Ucap Sang Eun, saat itu Young Soo melihat
Hye Ja dan teman-temanya mengintip.
Hyun Joo
panik karena Young Soo melihatnya dan akhirnya mereka pun kabur. Saat itu Young
Soo keluar dari kamar memanggil Hyun Joo sebelum pergi menjauh.
“Apa yang
kau lakukan di sini?” tanya Young Soo akhirnya duduk didepan rumah. Hyun Joo
binggung akan mengaku kalau Hye Ja... Tapi Young Soo kembali bicara.
“Apa Kau
di sini untuk melihatku?” ucap Young Soo. Hyun Joo mengaku bukan seperti itu,
Young Soo kembali bicara sebelum Hyun Joo.
“Kukatakan
kita sudah selesai... Kau Pasti sulit pindah ke lain hati, Kuyakin kau sangat menyesal... Aku yakin, kau
sudah mencoba menemukan apa yang kau sukai dariku pada pria lain. Tapi Hyun
Joo, hatiku tak tertarik untuk memulai lagi.” Ucap Young Soo percaya diri. Hyun
Joo hanya menatapnya.
“Kedepannya
berhenti memanfaatkan Hye Ja sebagai alasan untuk melihatku. Kenyataan aku
adalah pacar pertamamu adalah berkah bagi hidupmu.” Kata Young Soo, Hyun Joo
sudah tak bisa menahan diri ingin melempar pot, Hye Ja dan Sang Eun menahanya
lalu mengajak pergi.
Hye Ja
menenangkan temanya kalau Hyun Joo bersikap seperti itu hanya karena masih SMP.
Hyun Joo merasa Hidupnya hancur ketika mengingat masa-masa SMP walaupun sadar
tapi seperti tak percaya saat masih remaja bisa
memiliki standar yang begitu rendah.
“Dia
tampan...” ucap Sang Eun. Hyun Joo akan marah tapi heran melihat temanya
berhenti disebuah cafe.
“Siapa
yang dia lihat?” ucap Hye Ja akhirnya melihat Joon Ha. Hyun Joo bisa tahu kalau
Joon Ha dalah pria yang membuat temanya malu karena wajah Hyun Joo langsung
berubah.
“Siapa
wanita itu?” tanya Sang Eun. Hye Ja menjawab Seo Yeon. Sang Eun bertanya Siapa
Seo Yeon.
“Juniorku
yang sekarang jadi pewarta.” Kata Hye Ja. Sang Eun mengerti kalau yang dimaksud
adalah gajah di lapangan itu.
Hye Ja
dengan wajah kesal berpikir Seo Yeon adalah "Dia menjual kerang
laut."Sang Eun dan Hyun Joo berpikir kalau Joon Ha adalah pria yang lucu
yang dipikirkan temanya. Hye Ja mengelak kalau Joon Ha tak seperti itu.
“Lalu dia
menargetkannya... Dia terus tertawa lepas. Dia benar-benar main mata dengannya.”
Kata Sang Eun dan Hyun Joo bersamaan melihat Seo Yeon mengoda Joon Ha.
“Apa Hye
Ja kau baik-baik saja?” kata Sang Eun khawatir. Hye Ja pikir kenapa menanyakan
hal itu karena Joon Ha bukan pacarnya lau mengajak pergi.
Sang Eun
melihat Hyun Joo terus melihat ke arah restoran. Joon Ha pun sadar ada dua
wanita yang mentapanya. Dua teman Hye Ja menatap Joon Ha dengan tatapan sinis.
Joon Ha makin binggung.
Nenek
Joon Ha menarik gerobak tapi tak bisa menanjak berpikir banyak tak bisa
bergerak. Tapi saat itu gerobaknya
tiba-tiba berjalan dengan cepat, Ternyata Hye Ja mendorongnya dari belakang.
Nenek Joon Ha merasa tak enak hati. Hye Ja merasa tak masalah bisa membantu
Nenek Joon Ha.
“Bagaimana
jika kau terluka sebelum ujian pentingmu?” kata Nenek Joon Ha
“Tidak,
tak akan.. Aku pun pergi lewat jalan ini” ucap Hye Ja terus mendorong gerobak
nenek Joon Ha.
“Gara-gara
aku, kau berjalan jauh kemari untuk membantuku. Bagaimana ini?” ucap Nenek Joon
Ha akhirnya sampai ke depan rumah.
“Tak
apa... Rumahku tak terlalu jauh dari sini.” Kata Hye Ja dan akan pamit pulang.
“Tidak...
Kau Masuk kedalam, makan malam dulu... Kau Belum makan, kan?” ucap Nenek Joon
Ha. Hye Ja menolak karena akan makan
dirumah.
“Aku
harus makan sendirian karena cucuku belum pulang.” Kata Nenek Joon Ha sedih.
Hye Ja kasih merasa tak enak akhirnya akan menemani Nenek Joon Ha makan.
Nenek
Joon Ha membawa nampan diatas meja, Hye Ja pun membantunya. Nenek Joon Ha pikir
tak ada lauk pauk jadi akan menggoreng telur. Hye Ja mengaku tak perlu karena tak
suka telur. Nenek Joon Ha pun mengajak Hye Ja duduk.
Saat itu
Joon Ha pulang, Hye Ja pun akhirnya mau tak mau menyapanya lalu mereka duduk
bersama dengan wajah gugup. Nenek Joon Ha memberitahu kalau ia makan makanan
pedesaan jadi tak tahu Hye Ja akan suka atau tidak.
“Tidak...
Rasanya sangat lezat.” Kata Hye Ja makan senyuman. Nenek Joon Ha memuji Hye Ja wanita
yang luar biasa.
“Saat
makan pun dia terlihat cantik, kan?” kata Nenek Joon Ha. Joon Ha pun
membenarkan.
“Bagaimana
jika wajahku memerah? Apa ini terlihat merah?”gumam Hye Ja melihat wajahnya
dari cerminan sendok.
“Kimchi daun
bawang hijau nenekku sangat enak. Makanlah.” Kata Joon Ha bangga. Hye Ja pun
mulai makan tanpa terputus.
“Nenek,
kimchi bawang merahmu terasa paling enak dengan ramyeon.” Kata Joon Ha
tersenyum melihat Hye Ja seperti makan dengan lahap. Hye Ja tersenyum
mendenagrnya.
“Aku akan
mengemas beberapa untuk kau bawa pulang. Cobalah dengan ramyeon di rumah.” Kata
Nenek Joon Ha. Hye Ja pikir tak perlu.
“Tak usah
sungkan. Dia membuatku tersanjung.” Kata Nenek Joon Ha. Hye Ja pun mengucapkan Terima
kasih.
Nenek
Joon Ha mengaku hanya ada sedikit kimchi yang tersisa dan meminta maaf karena
hanya bisa memberi Hye Ja sewadah kecil. Hye Ja melonggo karena ditanganya
kotak besar yang dianggap kecil. Dan itu artinya banyak.
“Kubantu
membawanya.” Kata Joon Ha. Hye Ja pikir tak masalah karena bisa membawanya
sendiri.
“Jalanan Gelap.
Antar dia pulang dengan selamat.” Ucap Nenek Joon Ha. Hye Ja pun pamit pergi
dan Joon Ha mengantarnya.
“Terimakasih
untuk makan malamnya.” Kata Hye Ja. Joon Ha berjanji tak akan lama menyuruh
neneknya segera masuk ke dalam rumah.
Keduanya
berjalan pulang, Joon Ha bertanya apakah Kepala Hye ja baik-baik saja. Hye Ja mengaku baik-baik saja
Karena kepalanya sekeras batu dan bertanya balik apakah rambutnya baik-baik
saja. Joon Ha mengaku untungnya masih tersisa banyak.
“Terima
kasih.” Kata Joon Ha. Hye Ja binggung untuk apa mengatakan itu.
“Atas tawaran
memundurkan waktu untukku... Walaupun bercanda, terima kasih. Aku hampir ingin
mempercayainya.” Ucap Joon Ha lalu merasa bingung untuk mengatakanya.
“Haruskah
kukatakan kau tumbuh dengan orang tua yang penuh kasih? Aku iri padamu karena
bisa bicara omong kosong dengan penuh percaya diri.” Ucap Joon Ha.
“Apa Kau
membenciku secara halus saat ini?” komentar Hye Ja.
“Kukira
aku tak cukup baik. Aku selalu memastikan melakukan semuanya dengan benar. Jika
aku tak melakukan sesuatu dengan sempurna, kupikir kekurangan akan menjadi
kelemahanku.” Kata Joon Ha.
“Terdengar
seperti kau kurang cinta... Aku tak membenci diriku sendiri. Tak bisa kubilang,
aku sangat mencintai diriku sendiri, hanya sepertinya aku baik-baik saja... Tentu
saja aku punya kekurangan Tapi kupikir aku cukup imut.” Ucap Hye Ja merasa
dirinya sudah gila mengatakan hal itu.
“Yah,
yang coba kukatakan adalah kau harus lebih mencintai dirimu sendiri. Itu akan
membantumu menjadi lebih murah hati pada diri sendiri.” Kata Hye Ja. Joon Ha
mengaku suka kata-kata itu.
“Kemudian...
mari kita coba untuk jadi lebih murah hati dan bicara santai satu sama lain. Mengingat
apa yang kita lalui kemarin, kita harus bicara santai.” Ucap Joon Ha
“Mengenai
kemarin, aku dengan tulus meminta maaf... Maksudku, aku minta maaf. Dan
kedepannya, takkan terjadi lagi.” Ucap Hye Ja memohon. Joon Ha melihat
apartement didepanya lalu mengajak untuk ikut denganya.
Hye Ja
tersenyum melihat Joon Ha mengajak ketempat yang romantis diatap apartement
hanya berdua saja. Ia berpikir Joon Ha akan memberikan ciuman, kakinya sudah
berjinjit dengan mata terpejam. Dan mulutnya sudah maju.
“Pada malam
hari, pemandangan di sini sangat cantik, kan?” ucap Joon Ha. Hye Ja pun membuka
matanya dengan wajah malu membenarkan ucapan Joon Ha.
“Di sini,
kau mungkin dapat melihat dengan jauh.” Kata Joon Ha bahagia melihat
pemandangan dimalam hari.
“Benar
juga. Aku sudah lama tinggal di lingkungan ini, tapi aku tak tahu... Aku tak
bermaksud mengintai, tadi kulihat kau dengan Seo Yeon.” Ucap Hye Ja penasaran.
“Ya, dia
meminta untuk bertemu tiba-tiba.” Ucap Joon Ha santai. Hye Ja ingin tahu alasan
dengan wajah kesal.
“Dia
ingin berkencan.” Akui Joon Ha. Hye Ja kaget dan ingin tahu jawabanya.
“Aku tolak.”
Kata Joon Ha. Hye Ja tersenyum bahagia mendengarnya lalu merasa Pemandangan di
atas sangat cantik.
“Coba kau
Lihat bulan... Bulan pun terlihat cantik... Ini Sejuk!” jerit Hye Ja bahagia.
Mereka pun menikmati pemandangan malam hari.
Hye Ja
perlahan diam-diam masuk rumah, saat itu Young Soo sudah ada didepan pintu
kamarnya. Hye Ja memohon agar tak
memanggil ibunya. Young Soo pun menyuruh Hye Ja agar ikut ke dalam
kamarnya. Hye Ja binggung melihat ada
makanan di kamar kakaknya. Young Soo menyuruh adiknya duduk.
“Kau mau
apa lagi?” keluh Hye Ja sinis. Young Soo mengomel adiknya yang Beraninya bicara seperti itu pada kakaknya.
“Ada
sesuatu, kan?” ucap Young Soo. Hye Ja menyangkal kalau tak ada.
“Aku
kakakmu... Aku mengenal kau lebih baik daripada orang lain.” Kata Young Soo.
Hye Ja pikir Kakaknya bahkan tak ingat ulang tahunnya.
“Yang
kumaksud bukan hal materi seperti itu... Maksudku secara mental.” Ucap Young
Soo. Hye Ja mengaku tak ada.
“Aku tahu
ada sesuatu yang terjadi. Apa itu? Katakan padaku. Apa masalah pria?” kata
Young Soo yakin. Hye Ja mengelak tak ada.
“Apa masalah
kerjaan?”kata Young Soo. Hye Ja merasa tak ada dan meminta agar tak
membahasnya. Young Soo mengaku sangat
membenci melihat adiknya menderita.
“Sejujurnya,
aku sudah menyerah jadi pewarta.” Akui Hye Ja, Young Soo tak percaya
mendengarnya.
“Apa Ibu
tahu?” tanya Young Soo. Hye Ja mengelengkan kepala. Young So pikir ibunya pasti
akan sangat kecewa.
“Satu-satunya
impian Ibu adalah kau menjadi pewarta.” Kata Young Soo.
“Itulah yang
paling kukhawatirkan.” Kata Hye Ja. Young Soo merasa kasihan sambil mengelus
kepala adiknya.
“Aku tak
tahu suatu hari akan dihibur kakak.” Ucap Hye Ja. Young Soo mengaku merasa
kasihan.
Hye Ja
tak percaya melihat sikap Young Soo meminta agar tak berlebihan. Young Soo
mengaku sengaja melakukan karena Ibu mereka akan memukulm Hye Ja dengan kejam.
Hye Ja panik, Young Soo berteriak memanggil ibunya.
Young Soo
berteriak kalau Hye Ja tak akan jadi pembaca berita. Hye Ja makin panik
mengejar kakaknya keluar dari kamar. Ibu dan ayah Hye Ja keluar dari kamar. Hye
Ja mengeluh karena Seharusnya tak pernah
mempercayai kakaknya.
“Apa
katamu?” tanya Nyonya Kim. Hye Ja meminta ibunya agar tenang dan mendengarkan
perkataanya.
“Ya, ibu
tahu aku tak cukup baik untuk menjadi pewarta. Jadi secara objektif, aku tak
punya kesempatan.” Jelas Hye Ja
“Orang
tua seperti apa yang bisa objektif mengenai anak mereka sendiri? Aku tak butuh
anak yang tak mengerti keprihatinan orang tua mereka.” Ucap Nyonya Kim marah
“Aku akan
menemukan sesuatu yang lain. Aku tak berencana bermalas-malasan seperti dia.”
Ucap Hye Ja menunjuk ke arah kakaknya.
“Tentu
saja. Jadi, apa yang akan kau lakukan?”kata Nyonya Kim. Hye Ja mengaku masih
memikirkanya.
“kau
bilang “masih Pikir-pikir"? Berapa usiamu? Bagaimana bisa kau masih
pikir-pikir? Kau sudah 25 tahun... Karena kau ingin menjadi pewarta, sejauh ini
aku baik bagimu.” Ucap Nyonya Kim tak bisa menahan amarahnya.
Hye Ja
panik mencoba kabur dari ibunya, Tuan Kim pun membantu anaknya untuk masuk
kamar dan menahanya agar tak terdorong. Nyonya Kim berteriak agar meminta
dibuka pintunya. Tuan Kim terus menahan pintu agar tak beruk.
“Awas ibu.
Aku bisa membukanya dalam waktu 10 detik.” Ucap Young Soo yakin, tapi ibunya
malah memukul anaknya.
“Kenapa
kau memukulku?” keluh Young Soo. Nyonya Kim menyuruh Young Soo agar pergi dari
hadapannya.
Hye Ja
sudah ada ditempat tidur dengan posisi panik akhirnya Pintu pun bisa
terkunci.Tuan Kim memastikan kalau keadaan sudah baik-baik saja. Hye Ja pun duduk
dengan tenang disamping ayahnya mengaku sangat lelalh.
“Ayah... Maafkan
aku...” ucap Hye Ja merasa bersalah.
“Aku
tidak pernah berpikir kau cocok menjadi pewarta. Kau akan lebih cocok
menjadi... Miss Korea.” Goda Tuan Kim
“Kau seharusnya
membuatku minum lebih banyak susu.” Keluh Hye Ja. Tuan Kim pikir sudah
menyuruhnya tapi Hye Ja tidak ingin mendengarkan. A
“Aku
benar-benar ingin menjadi pewarta dan membeli mobil baru.” Kata Hye Ja sedih
“Tapi kau
tidak perlu menjadi pewarta untuk melakukan itu.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja merasa
Tuan Kim begitu berhati dingin.
“Bukannya
Ayah harus bilang, "Tidak apa-apa, putriku... Aku senang selama kau
sehat"?” keluh Hye Ja.
Tuan Kim
pikir kalau Hye Ja sudah cukup sehat. Hye Ja pikir benar lalu menanyakan nanti
ibunya. Tuan Kim yakin istrinya akan merengek selama beberapa hari Tapi setelah
itu, akan berhenti dan mulai mengkeriting rambut lagi.
“Bagaimana
denganmu?” tanya Hye Ja pada ayahnya. Tuan Kim pikir hanya harus menanggungnya.
“Bukan
itu maksudku.. Tapi Bagaimana perasaanmu?” kata Hye Ja. Tuan Kim mengaku
baik-baik selama Hye Ja agar baik-baik saja.
“Aku
sangat senang kau ayahku.”ungkap Hye Ja merangkul ayahnya.
Hye Ja
terbangun dari tidurnya terdengar suara ayahnya yang pamit pergi pada istrinya
akan berangkat kerja meminta agar jangan terlalu keras pada Hye Ja. Akhirnya
Hye Ja terbangun melihat ada tudung saji diatas meja, saat membukanya ada menu
makanan lengkap yang dibuat ibunya. Ia pun tak bisa menahan rasa harunya.
Nyonya
Kim sedang membersihkan salon, Hye Ja masuk salon melihat hari yang sempurna
untuk mengkriting rambut dan akan punya banyak pelanggan hari ini sambil
melipat handuk. Nyonya Kim hanya diam saja. Hye Ja pikir kalau harus mengikuti
program tata rambut. Nyonya Kim kaget.
“Maksudku,
Ju Young mendapat pekerjaan baru-baru ini. Dia bekerja sampai larut malam
setiap hari, bosnya psikopat, dan dia juga bekerja di akhir pekan. Itu ide yang
baik untuk mengambil alih salonmu...” ucap Hye Ja yang langsung disela oleh
Ibunya.
“Apa Kau
pikir kerjaanku mudah?” kata Nyonya Kim. Hye Ja tahu kalau tidak bilang mudah dan tahu betapa sulitnya
itu.
“Kau
berdiri memotong rambut sepanjang hari sampai semua jari-jarimu bengka Dan
mengkriting rambut yang sulit.” Ucap Hye Ja
“Jika kau
tahu semua itu, kenapa kau ingin melakukannya?” ucap Nyonya Kim sinis lalu
mengambil handuk yang dilipat oleh anaknya.
“Tidak
ada lagi yang bisa kulakukan.” Ucap Hye Ja. Nyonya Kim menyuru agar menemukan hal
yang lain.
“Seperti
apa?” tanya Hye Ja. Nyonya Kim pikir itu urusan Hye Ja dan jangan tanyakan
padanya.
“Kau
berusia 25 tahun, ingat? Cukup. Jangan datang ke sini lagi... Pergi sekarang.
Cepat!” ucap Nyonya Kim mendorong pergi.
Hye Ja
akhirnya masuk rumah lalu melihat kotak makan dan teringat itu milik Nenek Joon
Ha. Ia pergi ke rumah Joon Ha lalu mengintip ada pria di dalam rumah lalu
berpikir kalau seorang pencuri. Tiba-tiba si pria membuka pintu, Hye Ja kaget
dan akhirnya menyapa.
“Siapa
kau?” tanya Si pria sinis. Hye Ja mengaku sebagai teman Joon Ha. Si pria bertanya
kenapa datang.
“Aku
ingin mengembalikan ini... Omong-omong, siapa...” kata Hye Ja memberikan kotak
makan tapi si pria langsung mengambilnya dan menutup pintu.
Hye Ja
berjalan pulang bertanya-tanya, siapa pria yang ada dirumah si nenek. Saat itu ibunya
dan kakaknya berlari panik keluar rumah, Hye Ja bertanya ada apa. Nyonya Kim
sambil menangis memberitahu kalau ayah Hye Ja . Hye Ja pun berlari ingin tahu
apa yang terjadi pada ayahnya.
**
Di rumah
sakit Tuan Kim sudah dibawa masuk dengan alat bantu nafas. Semua panik dan
shock, akhirnya Tuan Kim pun masuk ruang operasi. Young Soo berbicara dengan Polisi memberitahu
kalau Tuan Kim tertabrak truk karena belok
kiri di persimpangan dan tampaknya rem truk itu rusak.
Saat
kejadian, Tuan Kim berbelok mengemudikan taksinya saat itu truk langsung
menghantamnya lalu menyeret sampai Lingkungan Sekolah. Young Soo menganguk
mengerti.
Nyonya
Kim menjerit histeris tak bisa terima kalau suaminya pergi begitu saja. Young
Soo terlihat sangat frustasi karena kehilangan ayahnya. Hye Ja terdiam akhirnya
berlari keluar dari rumah sakit.
Hye Ja
pulang ke rumah mencari jam tanganya tapi tak ada dikotaknya, lalu mencari
ditumpukan baju, tak ditemukan juga. Akhirnya Ia mengingat kejadian saat mabuk
dan bergegas pergi ke minimarket.
“Berikan
jamku.” Ucap Hye Ja panik. Joon Ha melihat Hye Ja mengku ingin mengembalikannya
padanya.
“Cepat...
Berikan padaku.” Ucap Hye Ja lalu bergegas pergi. Joon Ha bingung melihat Hye
Ja langsung pergi.
Hye Ja
memutar waktu yakin kalau akan berhasil akhirnya kembali saat ayahnya pamit
untuk berangkat kerja meminta istirnya jangan terlalu keras pada anak
perempuanya. Saat itu Hye Ja langsung berlari mencoba mengejar ayahnya, tapi
kejadian tabrakan lebih dulu terjadi.
Hye Ja
tak bisa terima begitu saja, kembali memutar waktu mencoba mencegah kecelakaan
ayahnya. Tapi kecelakan tetap terjadi, Hye Ja tak mau menyerah terus memutar
waktu agar bisa menyelamatkan ayahnya dari kecelakan.
Saat
berlari Hye Ja melihat sepeda lalu mencoba mengejar ayahnya, tapi Hye Ja tak
bisa mengemudikan beberapa kali mencoba tetap terjatuh. Hye Ja terus memutar
waktu sampai akhirnya bisa mengayuh sepeda dengan lancar.
Tapi saat
akan berbelok, sebuah mobil malah menabraknya. Hye Ja pun gagal menyelamatkan
Ayahnya. Hye Ja mencoba sampai akhirnya hanya bisa menangis karena semua
usahanya tak bisa menyelamatkan ayahnya. Saat itu ibu dan kakaknya pun berlari
sambl menangis karen tahu Tuan Kim kecelakaan.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar