PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dan Yi
pergi berbelanja dengan banyak barang ditanganya, lalu tak sengaja melihat
sebuah baju abu-abu ditanganya. Sementara Eun Ho pergi ke sebuah toko
perhiasan, pegawai bertanya apakah berencana melamar seseorang. Eun Ho mengaku
tidak.
“Astaga,
bukankah kau Cha Eun-ho? Aku sangat suka buku-bukumu. Aku sudah lama jadi penggemarmu.
Serial “Orang-Orang”terbarumu adalah favoritku!” kata Si pegawai penuh
semangat. Eun Ho pun hanya bisa tersenyum.
“Aku mau
membeli kalung.” Ucap Eun Ho, Si pegawai pun akhirnya memperlihatkan 3 model
kalung.
Dan Yi
membayar baju yang sudah dibeli meminta agar tak perlu dibungkus karena akan
langsung saja untuk adiknya. Eun Ho menelp
memberitahu sedang di mall. Dan Yi mengaku kalau ada di mall juga
bertanya keberadaanya sambil mencari-cari.
“Ada apa?
Kenapa menyuruhku ke sana?” ucap Dan Yi binggung melihat Eun Ho ada di dalam
toko perhiasan. Eun Ho melambaikan tangan mengajak Eun Ho mendekat.
“Mana
yang paling kau suka?” tanya Eun Ho meminta memilih. Dan Yi bertanya untuk
siapa. Eun Ho menjawab itu Bukan urusan Dan Yi.
“Aku
harus tahu agar rekomendasiku tepat, Tidak semua wanita punya selera yang sama.”
“Tapi
mereka pasti suka barang yang cantik... Akan kuberi tahu tentang dia. Wajahnya
mungil, mata indah, hidung dan bibirnya sangat pas dengan wajah mungilnya. Dia
orang yang teliti. Lehernya panjang dan mata besar. Dia selalu ingin tahu dan
mudah menangis. Dia cenderung berani dan jujur jika berhubungan dengan hal
kesukaannya.” Kata Eun Ho menatap Dan Yi
“
Kesimpulannya, dia cantik dan baik.” Ucap Dan Yi. Eun Ho heran Dan Yi yang menyimpulannya
seperti itu.
“Pria hanya
peduli akan dua hal itu.” Ucap Dan Yi. Eun Ho mengaku juga suka tubuh bagus. Dan Yi mengeluh
mendengarnya.
“Jadi,
yang mana yang kau suka?” tanya Eun Ho, Beberapa pegawai saling berbisik dari
kejauhan.
Dan Yi
pun memilih kalung dengan kalung seperti tanda silang dan bertanya balik pada
Eun Ho. Eun Ho meminta agar mencobanya,
menyuruh Dan Yi angkat rambut sebentar. Dan Yi terlihat binggung hanya diam
saja. Akhirnya Eun Ho memakaikan kalung di leher Dan Yi.
“Cantik.... Itu Bagus dipakai olehmu...” puji Eun Ho lalu
ingi melepaskanya. Dan Yi menjauh.
“Jangan
bergerak.”kata Eun Ho lalu melepaskan dari leher Dan Yi. Wajah Dan Yi seperti
kecewa.
“Apa Kau
akan ke kantor?” tanya Eun Ho, Dan Yi membenarkan dan hanya diam saja.
“Aku akan
ke sekolah untuk mengajar. Kau akan pergi, 'kan?” ucap Eun Ho melihat Dan Yi
hanya saja.
Dan Yi
pun akhirnya pamit pergi walaupun dengan wajah gugup, lalu memikirkan sikap Eun
Ho yang tak seperti biasanya padahal
bilang tak menyukainya. Ia berpikir kalau mencoba mengejeknya dengan
sikap itu.
Akhirnya
Dan Yi sampai di meja menaruh sesuatu, Hae Rin sedang foto kopi bertanya
bisakan pinjam stapler. Dan Yi memberikan, Hae Rin pun melihat baju diatas meja
Dan Yi seperti tak curiga.
Hae Rin
sudah membuat surat [KONTRAK DESAIN BUKU.] Seo Joon menerima pesan Hae Rin “ Pak
Ji, mohon teken kontrak hari ini Aku akan ke tempat tinggalmu.”
Hae Rin
datang ke pantry meminta Dan Yi memberikan gelas untuk minum. Dan Yi
memberikanya lalu memperlihatkan toko yang berisi soju dan juga mie instan
dibawa meja. Hae Rin terlihat bahagia mengucapkan Terima kasih dan memuji Dan Yi memang yang terbaik.
Eun Ho
mengirimkan pesan “Hae-rin, jangan minum di ruang kerja lagi. Lain kali akan
kucatat.” Hae Rin mengeluh memperlihatkan pesan Eun Ho kalau memang sangat teliti dan mengingatkan
“Saat kau
mengerjakan naskah Bu Yu, bagaimana keadaan di rumah Pak Cha?” ucap Hae Rin
penuh semangat. Dan Yi binggung maksud dari
Keadaan rumahnya
“Apa ada
orang lain di sana?” tanya Hae Rin. Dan yi mengaku Tidak ada.
“Apa Hanya
kau dan Pak Cha?” tanya Hae Rin memastikan. Dan Yi mengaku tak ada.
“Dasar
Eun-ho... Ini sudah kuduga.” Kata Hae Rin terihat bahagi. Dan Yi pun hanya bisa
terdiam.
Di depan
tumpukan kardus buku PENERBIT GYEOROO, satu persatu Ji Yool menempelkan stiker
pada bagian biografi. Tapi beberapa kali
terlihat miring dan akhirnya mencoba lagi, lalu Ia mengeluh karena merasa lapar.
Dan Yi
masuk lift, saat itu Park Hoon berteriak memanggilnya agar menahan pintu lift.
Dan Yi pun bisa menahanya. Park Hoon memuji Dan Yi sebagai Rekan kerja yang paling berbakat dan juga punya refleks
bagai dewa.
“Apa Kau
akan pulang?” tanya Dan Yi. Park Hoon mengaku tidak karena memilih untuk lembur.
“Kami
juga punya kolega yang suka mengacau.” Ucap Park Hoon. Dan Yi mengaku ingin
pergi menemui Ji Yool juga.
“Cara
pikir kolega memang mirip... Tapi Aku tak mau kau ke sana.” Kata Park Hoon. Dan
Yi binggung dan ingin tahu alasanya.
“Karena
aku yang akan ke sana.” Kata Park Hoon seperti tak ingin digangung. Dan Yi
pikir makin banyak yang membantu maka makin baik.
“Kau mungkin
andal dalam pekerjaanmu, tapi kau tak pandai membaca petunjuk... Ji Yool di
sana sendirian, dan aku akan menemaninya. Jadi Pikirmu akan bagaimana? Ji Yook itu
lajang, aku juga. Kami berdua bisa berakhir bersama bagai keajaiban.” Ucap Park
Hoon
“Tapi Kau
tak akan sanggup selesai sebelum tengah malam.” Komentar Dan Yi yang tak bisa
membaca maksud Park Hoon
“Bu Go meninggalkan
sesuatu di mejamu. Apa Kau sudah lihat?” tanya Park Hoon. Dan Yi panik brtanya
kapan.
“Apa Kau
belum lihat? Kau harus melihatnya.” Ucap Park Hoon. Dan Yi semakin panik
akhirnya Park Hoon keluar lift lalu memberitahu kalau yang dikatakan hanya
bohong dan bercanda.
Ji Yool
menumpuk kardus buku yang sudah selesai, tak sengaja menjatuhkan tasnya. Ia
menjerit panik melihat tas kesayanganya, berpikir lecet dan Pasti sakit, lalu minta
maaf. Ia mengumpat marah pada Hae Rin karena Seharusnya mengecek sendiri.
“Di mana
Ji-yul? Ji-yul, di mana kau?” teriak Park Hoon datang dengan tergesah-gesah
dengan nafas tak teratur. Ji Yool terlihat berkaca-kca melihat Park Hoon yang
datang.
“Jangan
terlalu tersentuh.” Ucap Park Hoon dengan bangga. Ji Yool meliat tas berisi makanan yang dibawa Park
Hoon.
“Aku
sangat kelaparan... Wah.. Ini dari restoran favoritku... Aku tak sabar
memakannya” ucap Ji Yool melihat isi tas yang dibawa Park Hoon.
“Apa aku
tak terlihat bagimu?” keluh Park Hoon. Ji Yool mengaku bisa melihatnya dengan
jelas.
“Hoon,
kau penyelamatku... Terima kasih!” kata Ji Yool memeluknya. Park Hoon kaget
tapi bisa tersenyum bahagia memberitahu kalau
membeli sushi juga.
Seo Joon datang
ke restoran tempat Hae Rin yang sudah menunggu. Hae Rin melihat buku yang
dibawa Seo Joon adalah buku yang disunting. Seo Joon pikir membaca buku terkadang
menunjukkan karakter editornya dans sedang mempelajari partnernya.
“Menurutmu
aku bagaimana?” tanya Hae Rin penasaran. Seo Joon melihat Hae Rin Keras kepala,
tapi fleksibel.
“Mudah
berterus terang... Maksudku bukunya... Aku yakin kau juga begitu.” Komentar Seo
Joon.
“Kau
pintar membaca orang. Seperti yang sudah kita bicarakan, ini kontrak untuk tiga
buku, termasuk tulisan Bu Yoo, Dua lagi adalah pilihanmu.” Ucap Hae Rin
menunjuk surat kontrak untuk design buku.
“Aku
punya satu persyaratan.” Ucap Seo Joon. Hae Rin mempersilahkan mengatakanya.
“Aku tak
nyaman bekerja dengan orang lain. Aku ingin bekerja terpisah dari tim desainmu.”
Kata Seo Joon. Hae Rin memperbolehkan sambil mencatatnya.
“Aku juga
tak suka jika orang membawa buku lain dan bilang mereka suka desainnya. Itu
hanya menyiratkan agar aku mengusulkan ide yang mirip.” Ucap Seo Joon. Hae Rin
mengerti.
“Apa kau
sungguh mendengarkanku? Jawabanmu tampak terlalu mudah.” Kata Seo Joon melihat
Hae Rin hanya mencatat dan mengiyakan.
“Aku tak
begitu memikirkannya, jadi Aku terima begitu saja. Aku suka orang yang
spesifik, walaupun pemilih. Ini tentang membuat buku yang bagus, 'kan?” Akui Hae
Rin lalu mengeluarkan sesuatu.
“Sebenarnya
ada kontrak yang lain... Yang ini untuk
tiga buku, sementara yang ini untuk lima buku. Kenapa tak kerjakan lima buku? Aku
janji akan kerja keras.” Ucap Hae Rin.
“Apa kau
suka membuat buku?” goda Seo Joon. Hae Rin mengaku sangat menyukainya.
“Aku juga
suka. Jadi Berikan kontraknya kalau begitu.” Ucap Seo Joon. Hae Rin tak percaya
kalau Seo Joon bisa cepat setuju untuk
lima buku
“Ya.
Ternyata editornya dan aku punya visi yang sama.” Kata Seo Joon. Hae Rin lalu
berpikir kalau sepuluh buku saja. Seo Joon
mengejek kalau Itu harus ditolak. Hae
Rin tersenyum berusaha merayu dengan nada bercanda.
Dan Yi
menaiki bus menatap keluar jendela dengan wajah kebingungan lalu teringat
dengan kata-kata Eun Ho sebelumnya, ketika melihat bulan bersama Eun Ho
mengatakan “Aku hanya butuh kau juga. Seseorang yang sangat mengenalku.”
Saat Dan
Yi memegang dada Eun Ho dan mendorongnya sampai ke lantai. Eun Ho menegaskan
dirinya memang seorang pria dan Sebenarnya, pria yang hebat. Ketika ia
mengatakan tak memiliki siapapun Eun Ho terlihat marah.
“Kau
bicara apa? Kau punya aku.... Kau terus bilang tak punya tujuan.. Hentikan
itu... Aku rumahmu.. Aku selalu ada untukmu.” Ucap Eun Ho marah.
Eun Ho
menelp diatas meja sudah ada sebuket bunga dan juga kotak perhiasan yang baru
saja dibeli. Ia bertanya kapan Dan Yi akan pulang. Dan Yi balik bertanya kenapa
Eun Ho menanyakan hal itu. Eun Ho mengaku Hanya ingin tahu.
“Aku
masih di kantor.”kata Dan Yi berbohong.
Eun Ho mengerti lalu menutup telpnya. Dan Yi pun bertanya-tanya kenapa
Eun Ho menayakan hal itu.
Seo Joon
dan Hae Rin akhrinya keluar dari restoran. Seo Joon bertanya apakah Hae Rin
akan kembali ke kantor, Hae Rin mengaku tidak tapi akan ke tempat Pak Cha karena tinggal di
sekitar sini. Seo Joon mengajak pergi bersama karena tinggal di area ini juga.
“Apa Kau
tahu tempat tinggal Pak Cha?” kata Hae Rin kaget. Seo Joon pikir seperti itu.
Dan Yi
berjalan pulang dengan wajah tertunduk teringat kembali saat Eun Ho memasangkan
kalung untuknya. Ia kebingungan dengan sikapnya nanti ada Eun Ho, saat itu Hae
Rin dan Seo Joon sampai didepan rumah Eun Ho. Dan Yi buru-buru bersembunyi
dibelakang mobil.
Hae Rin
pamit pada Seo Joon lalu menekan bel rumah. Didalam rumah Eun Ho menata bunga
dan juga hadiah dalam kamar Dan Yi, wajahnya terlihat penuh semangat dan bahagia. Seo Joon melihat Dan Yi bersembunyi
dibelakang mobil. Dan Yi langsung memperingatkan Seo Joon agar diam.
Eun Ho
mendengar bunyi bel rumah berpikir Dan Yi yang datang wajahnya terlihat sangat
bahagia, Tapi ternyata Hae Rin yang datag. Hae Rin datang dengan wajah bahagia.
Eun Ho mengeluh padahal sudah memberitahu sebelumnya.
“Kubilang
jangan kemari saat mabuk... Jangan membuatku mengulangnya.” Keluh Eun Ho
“Tidak
ada orang di rumahmu. Kau berbohong soal teman serumahmu. Lagi pula, aku tak
minum hari ini.” Kata Hae Rin. Akhirnya Eun Ho pun mengajak Hae Rin masuk
rumah.
Seo Joon
pun menemui Dan Yi yang bersembunyi lalu bertanya Apa orang kantor tahu Dan Yi tinggal bersama
Eun Ho. Dan Yi mengaku tak ada yang tahu.
Seo Joon memberitahu kalau sudah tanda tangan kontrak Gyeoroo hari ini karena Dan Yi yang
menyuruhnya.
“Kita
akan sering kerja sama.” Ucap Dan Yi. Seo Joon pun bertanya apakah Dan Yi sudah
makan malam dan mengajak untuk makan malam. Dan Yi pun setuju mendengarnya.
“Omong-omong...
Apa kau tak menerima pesanku?” ucap Seo Joon. Dan Yi terlihat gugup
“Itu... Aku
sangat sibuk dan lupa membalasnya.” Akui Dan Yi
“Kau tak
tahu berapa kali aku mengecek ponsel, menunggu jawabanmu.” Keluh Seo Joon. Dan
Yi tak ingin membahasanya mengajak Seo Joon pergi saja.
Hae Rin masuk
rumah dengan penuh semangat memberikan lemabran berkas sebagai Kejutan dan
meminta Eun Ho menebaknya. Eun Ho hanya bisa terdiam. Hae Rin memberitahu Seo
Joon sudah tanda tangan kontrak.
“Aku
harus dihargai untuk ini... Dia akan mengerjakan lima buku.” Ucap Hae Rin bangga.
Eun Ho memujinya itu bagus tapi tatapan dingin.
“Ada apa?
Apa Tak senang aku kemari? Ji Seo Joon tinggal di sekitar sini... Jadi setelah
menyelesaikan surat kontrak.. “ ucap Hae Rin dan Seo Joon memotong ucapanya.
“Hae-rin...
Kau lupa bukumu... Kau meninggalkan karangan Pascal Quignard di sini. Jadi Ambilah selagi ada dirumahku” ucap Seo Joon. Hae
Rin binggung kapan meninggalkan buku itu.
“Cek di
rak kedua... Di sebelah buku “Admonitions on Governing the People” kata Eun Ho
pergi ke dapur untuk membuat teh.
Hae Rin masuk
ke dalam rak buku mengumpat kesal pada Eun Ho yang bodoh, karena Masih tak tahu sengaja menaruhnya agar
Eun Ho bisa membaca pesanya. Ia melihat surat yang ditinggalkanya masih ada
ditempat semula, lalu mencari buku yang di katakan Eun Ho.
Saat itu
sebuah surat dengan amplop merah jatuh, Eun Ho terdiam melihat Hae Rin akhirnya
melihat surat yang jatuh. Hae Rin kaget melihat isi surat yang dituliskan Eun
Ho.
“Hae-rin, aku sudah membaca semua
suratmu untukku.”
“Apa kau
tahu perasaanku padamu? Tapi dia tetap berlagak tak tahu.” Gumam Hae Rin kaget
“Banyak hal yang kupikirkan, Harus
kujelaskan hubungan kita? Haruskah aku menjaga jarak darimu? Aku juga
mempertanyakan apa itu satu-satunya cara untukmu. Sekeras apa pun kupikir, kurasa
bukan itu jawabannya. Perasaanmu padaku itu indah dan berharga Jadi, aku tak
mau salah menyikapinya.”
Eun Ho
menuliskan surat balasa dengan semua surat yang Hae Rin tuliskan sampai di
nomor 13
“ Wanita yang kukenal tiga tahun adalah
wanita yang bersemangat, disiplin, dan cantik. Itu sebabnya kau akan menemukan pria
yang lebih baik dariku. Orang yang menganggapmu, Orang yang buat kau tersenyum.
Orang yang membahagiakanmu.”
Setidaknya, orang yang tak akan pura-pura tak
tahu tentang perasaanmu. Aku tak mau menjadi salah satu kekasihmu dalam
ingatanmu. Aku lebih baik menjadi kolegamu Dan aku akan menunggu.”
“Aku akan menunggu sampai kau
bertemu kekasih yang baik. Menunggu di sampingmu, sebagai kolega baik. Terima
kasih untuk segalanya Dan telah menyukaiku.”
Eun Ho
akhirnya berdiri membawakan secangkir teh ke depan ruang kerjanya. Hae Rin hanya
bisa menangis lalu membalikan badan mencoba untuk tersenyum memberitahu kalau
belum pernah punya kekasih sejak bekerja di Gyeoroo Jadi, artinya belum pernah
diputuskan oleh pria siapapun.
“Itu
semua bohong... Aku mengaku Bertengkar dengan kekasihku dan diputuskan jadi memintamu
untuk mentraktir dan mengantarku pulang, karena hanya saat itu kau
memperhatikanku.” Akui Hae Rin
“Dasar Sial..
Kali ini aku benar-benar dicampakkan seorang pria.” Keluh Hae Rin mencoba agar
tetap tersenyum.
“Makanya
kau harus belajar memilih pria yang lebih baik.” Ucap Eun Ho, Hae Rin tak habis
pikir dengan sikap Eun Ho.
“Kau tak
bisa menolakku semanis ini... Ini lebih buruk.” Keluh Dan Yi. Eun Ho pikir
mereka Sebaiknya lewatkan minum tehnya saja.
“Kau
harus Pegang janjimu... Kau menuulis akan menunggu hingga aku mendapatkan
kekasih. Prosesku masih panjang sampai aku bisa melupakanmu.” Tegas Hae Rin .
Saat itu
Eun Ho melihat telpnya berdering dan itu dari “GAPYONG” wajahnya terlihat
sedikit gundah.
Di
cafe CAMELLIA
Dan Yi
hanya menganduk mie dalam mangkuk dengan tatapan binggung. Seo Joon bertanya apakah
Dan Yi memikirkan sesuatu karena Hari ini terlihat berbeda. Dan Yi mengelak mengaku
hanya sedang tak selera Seo Joon tahu kalau Ada yang dipikirkan.
“Ceritakanlah.
Aku pendengar yang baik.... Aku serius... Kau Nanti menyesal jika tak cerita...
Ayo Ceritakanlah untuk meringankan bebanmu... Apa soal pekerjaan?” ucap Seo
Joon menyakinkan melihat Hae Rin terlihat ragu.
“Bukan...
Ini Bukan soal pekerjaan.. Aku punya sebuah buku... Buku yang sudah lama.” Cerita
Dan Yi
“Apa
judulnya?” tanya Seo Joon. Dan Yi menyebut dalam hati kalau Judulnya “Cha Eun
Ho”
Sementara
Eun Ho dengan wajah tegang mengemudikan mobilnya menuju Gapyong, Kyoonggi-Do
sambil berbicara pada sesorang di telp kalau sedang di perjalanan.
“Bukunya
sangat bagus, kapan pun aku merasa sedih, senang, atau hampa, maka aku
membacanya. Aku akan mengingat kutipan dari situ karena sering membacanya. Tapi
belakangan ini buku itu terasa agak aneh.” Cerita Dan Yi
“Apa
Terjadi secara Tiba-tiba?” tanya Seo Joon. Dan Yi pikir seperti itu.
“Walau
aku membaca kalimat yang pernah kutandai, aku tak tahu kenapa aku menandainya. Padahal
itu buku yang telah kubaca berulang kali, tapi aku terus melihat
kalimat-kalimat baru.” Cerita Dan Yi
Ia mengingat
saat Eun Ho mengatakan “Kau sebenarnya cukup manis, Da Yi .. Dan cantik... Aku
mencintaimu, Dan Yi” seperti Eun Ho benar-benar mengungkapkan perasaanya.
“Aku
menyadari bahwa banyak kalimat yang terlewat. Rasanya seperti aku membaca buku
baru.” Akui Dan Yi
“Apakah
mungkin karena si pembaca berubah perasaannya?” komentar Seo Joon. Dan Yi
seperti tak menyadarinya.
“Begitulah
buku yang bagus... Jika kau membaca ulang buku sama saat berumur sepuluh tahun,
rasanya akan berbeda karena kita sudah berubah. Buku milikmu tak berubah. Tapi
Aku yakin kaulah yang berubah. Hati pembacanya sudah berubah.” Ucap Seo Joon.
Dan Yi hanya bisa diam saja.
Eun Ho
akhirnya sampai di Gapyong, menaiki tangga rumah dengan wajah panik. Seorang
pria menyambutnya melihat Eun Ho yang datang. Eun Ho ingin tahu keadaannya. Si
pria memberitahu kalau Baru saja tidur Tapi
lukanya karena jatuh cukup parah dengan wajah sedih.
Eun Ho
akhirnya masuk kamar melihat seorang pria yang tertidur dengan kaki dan tangga
yang diikat, wajahnya pun terlihat ada bekas luka. Ia mencoba melepaskan tali
yang teringat tapi rasa sedihnya tak bisa ditahan, air matanya pun mengalir
dengan deras melihat sosok pria tua terbaring.
Bersambung
ke episode 10
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar