PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dan Yi
dengan dua seniornya akhirnya keluar dari club,
Nyonya Seo bertanya sekarang mau ke mana. Dan Yi mengaku mau pulang.
Nyonya Seo mengajak untuk kembali minum karena ini hari Jumat. Seorang pria
muda memuji ketiganya yang luar biasa.
“Kami mau
minum lagi. Apa Kau mau ikut?” goda Nyonya Seo. Si pria meminta maaf karena
bersama pacarnya. Si wanita menatap sinis pada tiga ahjumma lalu mengajak
pergi.
“Apa itu?
Aku harap semua pasangan di dunia akan putus.” Kata Nyonya Seo kesal
“Biarkan
saja... Hubungan mereka tak akan lama.”kata Nyonya Go yakin. Nyonya Seo pun
setuju.
“Aku akan
pulang sekarang.” Kata Dan Yi berjalan pulang, Nyonya Go dan Nyonya Seo
langsung menatap dingin. Dan Yi mengaku hanya bercanda.
“Tak akan
seru jika kita semua bertingkah sama.”kata Dan Yi. Nyonya Seo pun bertanya
kemana Nyonya Go akan pergi.
“Ke mana
pun kita pergi, aku akan lakukan yang terbaik untuk membuat malam ini berguna bagi
kalian berdua... Ayo.” Kata Nyonya Go, Keduanya pun mengikuti Nyonya Go.
Keduanya
masuk ke dalam rumah, Nyonya Go mengajak masuk meminta agar mereka Jangan
terkejut. Dan Yi sempat membantu Nyonya
Go untuk melepaskan sepatu bootsnya. Nyonya Goo masuk rumah lebih dulu, Dan Yi
dan Nyonya Seo melonggo melihat ruangan yang berantakan , banyak baju dan
kardus diruang tengah.
“Apa Kau
mau pindahan? Mungkin baru pindahan.” Ucap Nyonya Seo. Dan Yi pun juga berpikir
Nyonya gao baru pindahan.
“Tempat
ini luar biasa.” Ucap Nyonya Seo akhirnya duduk di ruangan tengah melihat
ruangan yang luas.
“Sudah
tiga tahun aku pindah Aku jadi orang yang minimalis,mengeluarkan beberapa
furnitur. Jadi Tak ada tempat menaruh barang. Memang Apa salahnya? Lagi pula
aku tinggal sendiri.” Kata Nyonya Go membawakan minuman untuk rekan kerjanya.
“Gelas
pertama selalu habis.” Kata Nyonya Go, Nyonya Seo menanyakan makanan dan
melihat banyak makanan diatas meja, tapi ada yang masih enak tapi tak tampak
busuk.
Mereka
pun akhirnya kembali minum wiski,Dan Yi seperti tak enak hati meminum habis.
Nyonya Go berpikir kalau merasa tak nyaman, Dan Yi mengaku tak seperti itu lalu
menghabiskan dan mengaku merasa di rumah
karena rasanya tak asing dan nyaman.
“Tentu
saja dia tak nyaman... Ayolah, Bu Go. Tentu saja dia tak nyaman. Dia mungkin
lebih nyaman jika kita bicara seperti teman.” Ucap Nyonya Seo.
“Silakan,
Bu Seo. Kau bisa mulai.” Kata Nyonya Go. Nyonya Seo meminta memanggil Yoo Seon.
Dan Yi pun ikut tertawa bahagia.
“Aku
senang-senang... Macan Gangnam..” akui Dan Yi. Nyonya Seo pikir masih terasa
tak nyaman.
“Aku merasa
dia akan galak pada kita pada hari Senin.” Goda Nyonya Seo. Nyonya Go mengaku tak
suka mendendam.
“Dia
benar. Yoo Seon tampak tak suka mendendam... Kau tak begitu buruk di luar
pekerjaan. Tapi kau sungguh menyebalkan saat bekerja.” Kata Dan Yi
“Yu-seon,
kau sungguh kacau di luar pekerjaan. Rumahmu berantakan, hanya ada alkohol di
rumah. Aku ingin bergaul denganmu lebih sering. Tiap Jumat ketiga dalam
sebulan.” Ucap Nyonya Seo
Nyonya Go
pun setuju lalu mengajak minum lagi, lalu ingin tahu alasan Nyonya Seo
bercerai. Dan Yi mengeluh kalau Nyonya Go yang menanyakan hal itu lalu mengaku
kalau agak penasaran juga. Nyonya Goo mengaku karena itu sangat tiba-tiba.
“Kau
sudah tahu dia anak kedua dari keluarga miskin. Katamu kau mengerti bahwa dia
harus mengurus keluarga kakaknya yang masuk penjara. Katamu anak-anak kakaknya seperti
anak sendiri. Bahkan diajak pergi. Tapi tiba-tiba bercerai. Itu sangat aneh.”
Ucap Nyonya Go. Nyonya Seo hanya menahan sedihnya.
Di
pemancingan
Tuan Kim
seperti ingin menanyakan hal yang sama, Tuan Bong mengaku tak tahu karena
Nyonya Seo membawa surat cerai dan meminta agar menandatanganinya jadi
melakukanya.
“Dia tak
pernah memihakku.” Akui Nyonya Seo terlihat sangat sedih.
Flash Back
Nyonya
Seo merangkul suaminya berjalan di toko pakaian, baru saja mengeluarkan banyak
uang, tapi tetap terasa menyenangkan, dengan membeli sepatu untuk putra mereka
dan baju renang untuk ibunya, lalu
melihat jaket yang ada di toko berpikir kakak iparnya akan bagus untuk
dipakai.
“Berapa
harganya?” tanya Nyonya Seo. Pegawai menjawab 190.000 won. Nyonya Seo melonggo
karena lebih mahal dari dugaannya lalu pamit pergi.
“Ulang
tahun saudaramu sebentar lagi.” Kata Nyonya Seo,Tuan Bong pikir tak penting
karena ada di penjara.
“Aku
mencemaskannya, tapi lebih cemas pada istri dan anak-anaknya. Kau harus
memikirkan posisinya... Anggaplah aku di penjara. Bagaimana perasaanmu saat
hari ulang tahunku?” ucap Nyonya Seo
“Kenapa
cemaskan hal yang tak terjadi?” keluh Tuan Bong, Nyonya Seo melihat sepatu yang
bagus disebuah toko.
Tuan Bong
menyuruh Nyonya Seo agar membelinya, Nyonya Seo terus melihat model sepatunya
yang bagus. Pemilik toko akhirnya keluar. Nyonya Seo memuji Koleksi sepatunya
bagus-bagus dan bertanya Berapa harganya. Si pemilik mengajak masuk karena lebih banyak sepatu di
dalam.
Nyonya
Seo pikir akan melihatnya, karena butuh sepatu baru dan bertanya apakah
semuanya buatan tangan. Si pemilik yang sedang makan membenaran. Nyonya Seo
melihat sebuah sepatu yang cantik sekali dan bertanya Berapa harganya. Si
pemilik mengatakan akan memberi diskon jika membelinya.
“Apa Kau
punya ukuran 240?” tanya Nyonya Seo lalu melihat sepatu yang lain juga bagus. Tuan
Bong terlihat tak peduli sambil membaca buku.
“Jika
suka, coba saja dulu... Berhenti memegang tiap sepatu.” Ucap si pemilik mulai
marah. Nyonya Seo pikir tak tahu harganya.
“Yang
biru 190.000 won kalau Yang hitam 220.000 won.” Kata si pemilik dengan nada
tinggi. Nyonya Seo pikir harganya mahal,
“Saat ini
sepatu buatan tangan harganya memang mahal. Kau terus memeganginya, tapi tak
membeli.Ini Sungguh menyebalkan. Kau Pergi saja . Aku tak butuh kalian
membelinya.” Ucap si pemilik marah
“Apa
masalahmu?”kata Nyonya Seo ikut marah, Tuan Bong meminta agar Nyonya Seo
membeli satu saja.
“Kenapa
kau pikir aku menyebalkan? Apa salahnya menanyakan harga?” ucap Nyonya Seo
marah.Tuan Bong menyuruh istrinya Beli sepasang. Yang pertama menurutnya bagus.
Nyonya Seo menegaskan kalau tak akan membelinya.
Akhirnya
Nyonya Seo keluar dari toko mengeluh
sangat menyebalkan karena tak harus seperti itu. Tuan Bong pikir Mungkin
pemilik tadi kesal karena tadi sedang makan dan yakin pasti dia harus
menghadapi banyak orang aneh.
“Jujurlah.
Kau tak akan membeli sepatunya Tapi kau terus menanyainya soal harga.” Ucap
Tuan Bong
“Jadi Kau
memihak siapa? Pihak mana yang kau pilih? Apa pemilik toko sepatu itu
saudaramu? Apa dia putramu?” teriak Nyonya Seo marah. Tuan Bong panik.
“Orang
asing itu menyebut istrimu menyebalkan. Tapi kau terus membaca kumpulan puisi
itu. Apa aku orang asing bagimu? Kau seharusnya memihakku! Bukan dia yang
seharusnya kau coba pahami! Tapi aku!”teriak Nyonya Seo. Tuan Bong panik banyak
orang yang melihatnya.
“Apa aku
orang asing? Akulah orang yang seharusnya kau coba pahami. Bukan dia!” teriak
Nyonya Seo. Tuan Bong mengerti dan ingin memegang tangan istrinya. Tapi Nyonya
Seo menghempaskanya.
**
“Aku
sungguh tak menganggap itu masalah besar. Namun, dia terus berteriak seperti
orang gila di pusat perbelanjaan yang ramai. Orang-orang memandangi kami saat
berjalan.” Tuan Bong yang duduk bersama dua temanya.
“Dia
mungkin tak menganggap itu masalah besar. Dia selalu begitu. Tapi saat itu, aku
tiba-tiba menyadari sesuatu. Aku sadar telah menyia-nyiakan hidupku. Aku
mengira dia sebagai orang yang akan selalu memihakku.” Cerita Nyonya Seo
“Aku
menjalani hidup, berpikir bahwa orang yang akan memihakku orang yang akan
selalu ada untukku adalah suamiku, Bong Ji-hong. Apa gunanya dia jika tak tahu
hal yang kupikirkan atau kurasakan?” akui Nyonya Seo
Nyonya
Seo mengaku mau membeli sepatu karena punya penghasilan. Nyonya Go pun ingin
tahu alasan Nyonya Seo tak membeli
sepatu dan terus menanyakan harga dahulu. Ia pikir Suaminya tak paham karena
hampir diusir oleh pemilik toko.
“Jika dia
suamiku, bukankah seharusnya dia berargumen dengan bedebah itu dan beri tahu
agar tak merendahkan istrinya? Bukankah suami seharusnya begitu?” ucap Nyonya
Seo sambil menangis.
Tuan Bong
menceritakan kalau Nyonya Seo yang
membawa surat gugatan cerai esok harinya dan ingin menandatanganinya. Eun Ho dan Tuan Kim tak
banyak komentar, Tuan Bong sadar Selama
bertahun-tahun pernikahan, ini bukan
satu-satunya kesalahannya pada Nyonya Seo.
“Makanya
aku tanda tangani. Dia selalu kesulitan dalam pernikahan kami, apa lagi yang
bisa kulakukan?” ucap kata Tuan Bong sedih.
Sementara
Nyonya Seo heran melihat dua rekanya yang ikut menangis. Dan Yi dan Nyonya Go
merasa cerita itu sangat menyedihkan. Dan Yi mengaku ingin bilang sesuatu. Dua seniornya
mempersilahkan Dan Yi bicara. Dan Yi akhirnya mengaku kalau bercerai.
“Apa Kau
pernah menikah?... Aku tak tahu.” Ucap Nyonya Seo dan Nyonya Go kaget.
“Kisahku
bahkan lebih menyedihkan. Suamiku berselingkuh.” Akui Dan Yi. Nyonya Go langsung
mengumpat marah.
“Bagaimana
dia bisa menyelingkuhi orang yang sangat cantik?” kata Nyonya Go, Nyonya Seo
juga tak percaya.
“Memikirkannya
saja membuatku marah lagi.” Ucap Dan Yi. Nyonya Go ingin tahu Siapa si jalang
itu
“Semuanya
hanya masa lalu, tapi tiap kali aku mengingat itu lagi, aku merasa sangat sedih
pada diriku yang dulu.” Ungkap Dan Yi yang mengingat menangis tersedu-sedu
karena Dong Min meninggalkan rumah.
“Pernikahanku
sudah berakhir dan menangisinya tak akan memperbaiki itu. Bahkan Tidak ada
harapan. Untuk apa aku memohon dan terus bersamanya? Karena itu aku merasa
sedih atas diriku yang dulu. Tapi semua sudah selesai. Aku tinggal menendangnya
saja.” Ucap Dan Yi
“Kenapa
tak kau tendang saja dia sekarang?” kata Nyonya Go. Dan Yi bertanya apakah
mereka mau menemani. Nyonya Seo dengan semangat kalau akan pergi bersamanya.
“Tapi
setidaknya kalian pernah merasakan pernikahan. Kau bahkan punya anak. Aku pun
punya sesuatu untuk ditunjukkan.” Ucap Nyonya Go lalu pergi kekamarnya. Nyonya
Seo berkomentar kalau Nyonya Go memang menggemaskan.
Nyonya Go
keluar dari kamar memperlihatkan foto dengan pria mengunakan pakaian
pernikahan. Keduanya melonggo berpikir Nyonya Goo itu pernah menikah, Nyonya Go
mengaku belum pernah tapi hanya sempat berfoto. Dan Yi pikir Pengantin prianya
meninggal
“Mungkin
mereka putus.”kata Nyonya Seo yakin. Nyonya Go akhirnya duduk kembali.
“Tanggal
hari H sudah ada, tapi seseorang kabur.” Akui Nyonya Go, Nyonya Seo mengumpat marah pada si pria.
“Tidak...
tapi Aku...Aku takut pada mertuaku dan punya anak. Aku ingin sekolah lagi dan
mengejar karier. Jadi, kurasa tetap melajang adalah pilihan terbaik. Kupikir aku
akan bahagia jika hidup sendiri tanpa ada yang mengikatku.” Ucap Nyonya Go.
“Hidup
glamor sendiri begini? Aku rasa ini bagus... Itulah kenapa... aku tinggal di
tempat berantakan ini. Aku bangun sendirian pada pagi hari, meninggalkan rumah
pun sendirian.” Cerita Nyonya Go.
“Saat
sedih pun, aku sendirian. Saat sakit, aku pun sendirian... Aku selalu makan
sendirian.. Aku harus melakukan segalanya sendiri. Aku sangat muak dengan itu.
Kenapa aku kabur saat itu? Aku tak percaya ini! Aku akan lebih sukses.” Kata
Nyonya Go menangis akhirnya mereka bertiga pun menangis bersama.
Eun Ho
pulang ke rumah memangil Dan Yi memastikan apakah sudah pulang, lalu melihat ke
dalam kamar tak ada. Ia mencoba menelp tapi dikagetkan dengan Dan Yi tergeletak
di dapur, dengan wajah panik mencoba menyadarkan akhirnya menelp 911.
Ia
meminta agar ambulance datang, tapi Dan Yi terdengar mendengkur. Eun Ho hanya
bisa menghela nafas karena bisa mencium bau alkohol, lalu memberitahu temanya
pasti pingsan setelah minum dan meminta maaf. Akhirnya Eun Ho mengendong Dan Yi
tertidur di kamar sambil menatapnya.
Dan Yi
keluar kamar sambil merangak memanggil
Eun Ho mengaku merasa akan mati lalu berbaring dilantai. Eun Ho mengeluh kalau
itu tempat yang semalam dan mengejek sebagai yaitu Tempat membuat kehebohan.
Dan Yi bingung. Eun Ho mengajak untuk
“Ayo
sarapan.”ucap Eun Ho menaruh mangkuk diatas meja. Dan Yi mencoba untuk duduk
merasa tak bisa makan apa pun.
“Ini.
Minumlah teh madu dulu.” Kata Eun Ho, Dan Yi ingin tahu caranya pulang semalam
“Kau buka
pintu dan masuk dan Kau pulang dengan selamat.” Cerita Eun Ho
“Minum dengan
Bu Go hampir membunuhku... Dia membawa kami ke rumahnya...”cerita Dan Yi lalu
panik.
Flash Back
Nyonya
Seo dan Nyony Go saling mengangap dirinya cantik saat dulu, sementara Dan Yi
yang sudah tertidur. Nyonya Go mengaku
Anak-anak dari sekolah lain suka datang untuk melihatnya lalu memastikan
apakah pria itu akan menikah.
“Tentu
saja. Tidak mungkin dia masih merindukanmu. Dia pasti sudah menikah.” Ucap
Nyonya Seo Tapi Nyonya Go pikir pria itu
tak akan menikah.
“Teman-teman...Cukup!
Kalian berdua sungguh menyebalkan. Kalian bertingkah seperti dua jalang gila.
Apa yang kalian lakukan, dua jalang menyedihkan? Sebagai orang baru, aku sudah
memaklumi kalian, tapi sudah cukup. Aku sudah muak. Apa Kalian dengar? Aku
sudah muak!”teriak Dan Yi marah lalu mengajak pulang. Nyonya Go dan Nyonya Seo
yang melihatnya hanya bisa melonggo.
Dan Yi
memukul kepalanya karena melakukan kesalahan. Eun Ho bertanya apakah Dan Yi
mengumpat. Dan Yi membenarkan. Eun Ho pikir Dan Yi sudah beralih ke dirinya yang dulu dan memujinya, menurutnya hidup Dan
Yi sudah kacau jadi bisa bertingkahlah
semaunya.
Nyonya
Seo datang ke pemancingan, Eun Ho mengirimkan pesan Pak Bong di tempat pemancingan. Presdir Kim
dan aku mengunjunginya. Kukirimkan alamatnya untuk berjaga-jaga.. Bu Seo,..
selamat berakhir pekan.”
Tuan Bong
melihat Nyonya Seo yang datang hanya saling menatap. Tanpa banyak berkata-kata
keduanya makan ramyun bersama,lalu meminum kopi tanpa banyak bicara, setelah
itu Nyonya Seo pun akan pulang meminta Tuan Bong Kembalilah bekerja.
“Kau harus
mencari nafkah... Pak Choi meninggal dan kita bercerai, tapi kau harus hidup. Kau
harus mengurus keluarga saudaramu hingga dia bebas. Dan Kau juga punya putra
untuk diurus. Sampai bertemu hari Senin di kantor.” Ucap Nyonya Seo lalu
berjalan pulang.
Eun Ho
membawa naskah Nyonya Yoo ke dalam ruang kerjanya lalu berdoa lebih dulu,
diatas meja sudah ada kamus mandarin.
Dan Yi pun mengetik naskah sementara Eun Ho membacakan naskah yang
ditulis tangan Nyonya Yoo. Dan Yi dan Eun Ho terlihat sangat serius, bekerja
menyelesaikan naskah.
Eun Ho
yang kelelahan berbaring disofa, Dan Yi memberikan selimut, setelah itu
membereskan meja. Keduanya makan bersama, Dan Yi membaca naskah sambil menguap.
Eun Ho bertanya apakah lelah. Dan Yi mengelengkan kepala.
Dan Yi
mulai mengetik, Eun Ho pun membacakan naskah disampingnya. Dan Yi tak bisa
menahan kantuknya langsung menyandarkan kepala di bahu Eun Ho, saat itu Eun Ho
terlihat gugup.
Seo Joon
menunggu didepan cafe sambil membaca buku. Hae Rin melihat Seo Joon yang datang
lebih awal. Seo Joon pikir memang mau
membaca buku dulu. Hae Rin melihat buku yang dibacabuku terbitan Gyeoroo.
“Aku
penasaran dengan karya terbarumu.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengaku sebagai
editornya dengan wajah bangga.
“Bukunya
Akan kubaca semuanya dan memberimu masukan.” Ucap Seo Jon. Hae Rin pun dengan
senang hati menantikannya.
Dan Yi
masih menyadarkan kepala dibahu Eun Ho, tangan Eun Ho meraba kepala Dan Yi
sampai ke hidung seperti sangat mengangguminya sampai akhirnya ingin
menciumnya, tapi pesan masuk ke dalam ponsel Dan Yi. Akhirnya Dan Yi pun berbangun
dengan wajah panik merasa pasti tertidur.
“Dan Yi,
aku sedang bersama Nona Song saat ini. Apa aku harus mendesain sampul buku Bu
Yoo Myeong-suk? Akan kulakukan jika kau mau.” Tulis Seo Joon.
Dan Yi terdiam
lalu menawakan buah, Eun Ho pikir boleh juga lalu menghela nafas panjang
melihat Dan Yi akhirnya pergi.
Seo Joon
membaca pesan dari Dan Yi kalau harus melakukanya. Hae Rin pikir karena sudah
membahas dari awal, mereka bisa bahas kontraknya juga, Seo Joon setuju akan
memberikan tanda tangan. Hae Rin tak percaya mendengarnya.
“Kurasa
aku harus mengerjakan proyek Bu Yu.” Kata Seo Joon.
“Saat
kudengar akan turun salju hari ini, aku punya firasat baik tentang pertemuan
kita.” Ucap Hae Rin. Seo Jon bertanya apakah akan turun saj.
“Prakiraan
cuaca yang bilang begitu... Aku yakin Akan turun salju hari ini, Firasatku
bilang begitu.” Kata Hae Rin lalu pelayan datang menanyakan pesanan mereka.
Dan Yi
didapur terlihat panik merasa kalau tak tertidur tapi Matanya kelelahan jadi badanyak
juga merasa kelelahan. Ia merasakan Eun Ho yang meraba wajahnya bahkan hampir
menciumnya.
“Seperti biasanya,
bahu Eun Ho bisa diandalkan dan nyaman. Itulah kenapa aku bisa langsung
memejamkan mata. Tapi Tangan apa itu? Tangannya panas. Apakah itu mimpi? Apa
aku sungguh tertidur?” gumam Dan Yi kebingungan.
Hae Rin
dan Seo Joon menikmati es krim yang terasa sangat enak. Lalu tiba-tiba turun salju. Wajah Hae Rin
terlihat tak percaya melihat dugaan Saljunya turun. Sementara dirumah, Dan Yi
melihat salju yang turun dari jendela lalu memanggil Eun Ho kalau di luar turun
salju.
“Apa Mau
minum teh di halaman?” ucap Dan Yi, Eun Ho pun setuju.
Dan Yi
melihat pemandangan yang Indah. Eun Ho pikir saljunya indah lalu teringat, saat
itu Dan Yi teringat Eun Ho mengatakan “Bulannya terlalu indah.” Ketika malam
hari.
“Kata
"indah" mengingatkanku pada hari itu... Saat kau bilang bulannya
indah. Kau juga mengunggah foto di media sosialmu.” Ucap Dan Yi
Saat itu
di SNS, Eun Ho menuliskan status “Alih-alih "Aku mencintaimu", Sōseki
Natsume bilang, "Bulannya indah." Itu malam yang mengingatkanku
padanya.”
“Aku sudah
meberi tahu tentang si penulis. Apa kau ingat?” uap Dan Yi. Eun Ho mengaku
sudah memberitahunya.
“Apakah
saat aku SMA? Saat penulis Sōseki Natsume masih menjadi guru, dia suruh
muridnya menerjemahkan sebagai PR. Saat seorang murid menerjemahkan, "Aku
mencintaimu" ke dalam bahasa Jepang, dia menerjemahkannya secara harfiah, "Aku
mencintaimu." Ucap Eun Ho
“Kau tahu
apa yang dikatakan si penulis pada muridnya? Karena orang Jepang tak begitu
suka mengucapkannya, katanya akan lebih baik menerjemahkannya menjadi, "Bulannya
indah." Kata Eun Ho. Dan Yi tak percaya kalau Eun Ho mengingatnya.
“Itu
sebabnya kubilang kepadamu, "Bulannya indah." Aku baru bilang lagi...
Aku bilang padamu saljunya indah. Indah, 'kan?” kata Eun Ho blak-blakan.
Dan Yi
terdiam menatap Eun Ho seperti tak percaya, salju mulai turun dengan deras. Eun
Ho ingin membersihkan kepala Dan Yi dari salju tapi Dan Yi langsung menjauh
seperti menghindar. Eun Ho mengejek kalau Dan Yi menatap dirinya seperti pria
yang menarik, Dan Yi akhirnya membiarkan Eun Ho membersihkan kepalanya.
“Apa...
kau... Apa kau... menyukaiku?” ucap Dan Yi, Eun Ho menatapnya.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar