PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
melonggo melihat Joon Ha yang menyanyi bersama dengan para nenek dan kakek di
Aula Pameran Hyoja” Joon Ha seperti sangat fasih menyanyikan lagu Trot diatas
panggung.
“Kenapa?
Kenapa kau ada di sini? Harusnya kau sudah jadi reporter. Kau sama sekali tak
punya masalah lewati wawancara. Kenapa kau di sini?” gumam Hye Ja binggung.
Joon Ha
terus menyanyi memanggil Hee Won keatas panggung. Akhirnya Hee Won naik
panggung dan Joon Ha pergi keluar ruangan. Hye Ja ingin mengikuti Joon Ha tapi
Hee Won sudah memanggilnya karena mereka
memiliki pengunjung baru hari ini.
Hee Won meminta Hye Ja agar menyapa semua
anggota karena baru pertama kalinya datang. Hye Ja hanya memberikan salam
seadanya lalu bergegas pergi karena ingin mengejar Joon Ha. Hee Won kembali menahanya.
“Bu Tua,
permisi... Kau harus perkenalkan diri... Siapa Namamu?” ucap Hee Won.
“Kim
Hye... Kim Hee Seon.” Kata Hye Ja menatap dari kejauhan Joon Ha yang berjalan
dilorong.
“Wow, Kim
Hee Seon. Nama yang sangat cantik. Beri tepuk tangan yang meriah! Mohon kerja
samanya, silakan nikmati waktumu.” Kata Hee Won ramah. Saat itu seorang pria
seperti sangat tertarik dengan Hye Ja.
Hee Won
akhirnya mengajak Hye Ja ke ruangan lain ingin tahu pendapatnya menurutnya Menyenangkan menghabiskan waktu bersama orang
seusianya. Hye Ja dengan wajah cemberut mengaku Tak menyenangkan.
“Eiii...
Disini Lebih baik daripada tinggal sendirian di rumah. Kau bisa mendapat angin
segar dan bisa mengobrol. Bukankah itu bagus?” kata Hee Won ramah. Hye Ja tetap
tak peduli
“Ibu Kim
Hee Seon... Tolong beri tahu aku tanggal lahir dan alamat rumahmu.” Kata Hee
Won.
“Kenapa
kau meminta informasi pribadiku?”tanya Hye Ja sinis. Hee Won beralasan Ini hanya formalitas.
“Aku
perlu mengisi formulir ini untuk perusahaan.” Jelas Hee Won. Hye Ja engaku hanya
datang untuk melihat tempat macam apa ini.
“Bu Tua,
tempat ini bukan tempat buruk. Orang punya pemikiran negatif mengenai aula
pameran, tapi beberapa orang mengantar orang tua mereka dalam perjalanan ke
tempat kerja dan datang menjemput mereka sesudah bekerja Jika ini tempat yang
buruk, akankah mereka melakukan itu? Bukankah begitu?”Jelas Hee Won
menyakinkan.
“Tempat
ini mungkin tak cocok untukku.” Ucap Hye Ja yang masih memiliki jiwa muda.
“ Ini
hanya tempat para sesepuh mengambil kelas yang menyenangkan bersama. Kau tahu
TK, kan? Ini sama seperti itu. Beberapa orang bahkan menyebut tempat ini "Taman
Sesepuh".” Jelas Hee Won
“Aku
mengerti, lain kali aku akan datang.” Ucap Hye Ja seperti tak terlalu tertarik
“Kenapa
tak coba satu hari dulu? Tadi kau lihat, kan? Maskot kita, Ketua Tim Lee Joon
Ha... Sederhananya, pria itu sungguh penuh pesona. Semua sesepuh di sini punya
penglihatan yang lebih baik sekarang. Karena mereka bersikeras untuk
memandanginya dari dekat.” Ucap Hee Won terus meyakinkan.
Dalam
ruangan latihan spanduk bertuliskan [Aula
Pameran Hyoja ada di sini untuk kebahagiaan.] Beberapa nenek dan kakek menari
hanya mengerakan tangan dan kaki mengikuti pelatih yang ada diatas panggung.
“Sedang
apa dia di sini Reporter dengan masa depan cerah bekerja di sini sebagai Ketua
Tim? Apa yang terjadi padanya? Hye Ja, Ayo berpikir. Berpikir!” gumam Hye Ja
“Apa
Reporter yang menyamar? Maka dia di sini untuk mengungkapkan korupsi yang
sedang terjadi di tempat ini yang sudah menipu orang tua? Yah... Itu! Benar!!”
Gumam Hye Ja yakn
Saat itu
seorang pria tua menatap Hye Ja dengan senyuman sumringah, Tapi Hye Ja bergumam
dalam hati mengeluh karena ada pria tua jenelk didepanya.
Hyun Joo
membawakan pesanan pada pelanggan yang datang ke restoran , lalu menatap sinis
karena Young Soo yang datang. Young Soo heran dengan tatapan Hyun Joo
memperingatkan agar Jangan perlakukan pelanggan seperti itu.
“Aku
pesan Jjajangmyeon.” Kata Young Soo. Hyun Joo menyuruh Young Soo duduk di sudut
ruangan. Young Soo ingin tahu alasanya.
“Pelanggan
sedang banyak yang datang. Kita harus melakukan bisnis.” Kata Hyun Joo
“Hei..
Aku BJ populer!” ucap Young Soo banga. Hyun Joo mengeluh karena Young Soo hanya punya delapan penonton dan menariknya
agar Pergi saja ke tempat lain!
“Sebagai
gantinya banyakin lobak acarnya.” Ucap Young Soo akhirnya pindah ke pojok
restoran.
Hyun Joo
menyapa pelanggan lain yang datang,
Seorang pria mengenal Hyun Joo lalu menyapanya bertanya apakah berkerja
direstoran ini. Hyun Joo hanya melonggo melihat si pria mengaku kalau ini
restoran orang tuanya.
“Oh. Katanya
orang tuamu punya restoran Jjajangmyeon. Aku bekerja di Elektronik Samju.” Kata
si pria bangga. Hyun Joo memuji pria itu sekarang sudah berhasil.
“Bagaimana
denganmu? Apa Kau mencari pekerjaan?” tanya si Pria. Hyun Joo mengaku hanya...
tapi disela oleh si pria.
“Bulan depan
aku akan nikah. Kau tahu Ji Hyeon, kan? Ya... Dengan dia.. Aku akan akan
menikah” ucap Si pria
“Wah...
Luar biasa... Kau selingkuh dan akhirnya menikahinya.” Komenta Hyun Joo
berbicara dengan mantan pacarnya sambil menahan amarah.
“Selingkuh
tak terdengar benar. Ketika aku berkencan denganmu, semua temanku bilang, kita
tak akan bertahan lama. Tapi aku masih tahan denganmu.... Dan Juga... adakah
yang tersisa di antara kita saat aku berkencan dengan Ji Hyeon?” sindir Si
Mantan Hyun Joo. Young Soo diam-diam ikut mendengarnya.
“Jika tak
sibuk, kau harus datang dan memberi selamat kepada kami. Aku akan menikah di
Shinha Hotel. Prasmanan di sana sangat mahal dan lezat. Kau Tak perlu bawa
amplop jadi Cukup datang dan nikmati makanannya.” Ejek si Pria.
“Wah...
Serius, aku tak tahan lagi... Hei... Boleh kukatakan satu hal?” ucap Young Soo
akhirnya berdiri dan terlihat sangat marah. Hyun Joo tak percaya melihatnya.
“Bolehkah
aku pergi ke prasmanan itu juga? Kumohon.” Kata Young Soo. Hyun Joo langsung
menatap sinis. Si pria pun memperbolehkan datang.
“Datanglah...
bersama pacarmu.” Kata Si Pria. Young Soo langsung berteriak bahagia.
Hyun Joo
terlihat marah meminta agar Young Soo mengatakan pada mantan pacarnya itu kalau Young Soo
bukan pacarnya. Young Soo memohon untuk sekali saja karena akan makan prasmanan di Shinha Hotel. Hyun Joo mengeluh
karena Young Soo seharusnya membantu
menghajarnya.
“Kenapa
harus menghajarnya? Dia tak melakukan kesalahan.” Kata Young Soo heran.
“Kau tak
tahu apa-apa soal wanita. Itu sebabnya kau tak pernah berkencan.” Keluh Hyun
Joo
“Aku
berkencan denganmu.” Kata Young Soo. Hyun Joo makin marah mengaku kalau Saat itu, sedang gila sementara.
“Aku
yakin, akulah wanita pertama dan terakhirmu.” Ejek Hyun Joo.
“Kau
bilang Wanita? Jika hatiku bertekad, maka aku bisa mengencani siapa pun.” Kata
Young Soo
“Tak
masuk akal. Wanita gila macam apa yang akan berkencan denganmu?” kata Hyun Joo
tak percaya.
“Kau tak
tahu apa-apa soal dunia ini. Kau mau bertaruh jika aku mengencani seseorang?”
kata Young Soo menantang.
“Jika kau
mengencani wanita, akan kulakukan semua yang kau minta.” Ucap Hyun Joo.
“Kau yang
bilang akan melakukan semua yang kuminta.” Kata Young Soo memastikan. Hyun Joo
membenarkan dan bertanya apa permintaanya.
“Jika aku
mengencani wanita, mari pergi ke Shina Hotel bersama. Mari pergi bersama!” kata
Young Soo lalu berjalan pergi. Hyun Joo hanya bisa menghela nafas panjang.
Hye Ja
berjalan dengan tatapan kosong, saat itu mulutnya dimasukin sebuah permen.
Seorang nenek lain memberikan sebagai kadar gulanya. Hye Ja mengeluh melihat
nenek lain yang menurutnya sangat tak menarik.
“Omong-omong,
Apa kau tak merasa dingin?” ucap Si nenek. Hye Ja mengaku tak merasakan itu.
“Kau awet
muda.” Ucap si nenek lalu berjalan dengan bantuan tongkat.
Hye Ja
melihat dari kejauhan, Joon Ha yang menyapa semua nenek dengan sangat ramah,
lalu bergumam kalau Pria pemarah itu harus
tetap tersenyum hanya untuk membuat berita yang layak. Ia pun berpikir akan membantu Joon Ha menjadi mitra
strategisnya.
“Kau
kenal aku, kan? Bibi buyut Hye Ja.” Ucap Hye Ja mendekat. Joon Ha binggung
menatapnya.
“Kau
Lihat ke depan saja, Orang lain tak
boleh tahu. Benar, kan?” kata Hye Ja. Joon Ha makin bingung menatapnya.
“Kau Diam
dan lihat ke depan saja... Apa kau sedang bekerja menyamar untuk mengungkapkan
penipuan yang terjadi di sini terhadap orang tua? Itu Benar, kan? Aku cepat
paham. Apa Ada yang bisa kubantu?” kata Hye Ja.
“Apa Kau
ingin melakukan wawancara? Haruskah kubawa beberapa orang ke kebun satu per
satu?” tanya Hye Ja. Joon Ha kembali menatapnya.
Hye Ja
menyuruh agar Joon Ha melihat depan karena tak ingin dilihat orang. Akhirnya
seorang prai datang akan membeli minum. Joon Ha memanggil Direktur Park
kalau Ini pertama kalinya Hye Ja datang
dan kelas kerajinan sudah dimulai.
“Bu Tua,
kau bisa mengikuti pria ini.” Kata Joon Ha lalu bergegas pergi. Direktur Park
mengumpat pada Joon Ha yang menyuruhnya. Hye Ja pun langsung menatap sinis.
Hye Ja
akhirnya duduk di ruangan lain dengan para nenek dan kakek lainya. Si kakek
menyapa Hye Ja dengan topi merahnya. Hye Ja mengeluh melihatnya. Si seorang
wanita akhirnya masuk membagikan kertas lipat dan lem.
“Silakan
ingat semua orang di mejamu... Mereka adalah anggota timmu. Kedepannya, setiap
kelas akan jadi seperti lokakarya berbasis tim.” Ucap wanita lalu mengangkat
bentuk yang harus dibuat.
Hye Ja
terdiam melihat seorang nenek yang mengambil lem dimasukan kedalam
celananya. Si pria menyapa Hye Ja
mengatakan kalau Tadi mereka sebagai
rekan selama kelas latihan.
“Sepertinya
ini takdir... Kim Hee Seon adalah aktris favoritku, dan kau memiliki nama yang
sama. Kau bisa memanggilku Hyun.” Ucap Sipria. Hye Ja pun dengan wajah cemberut
menuliskan nama “Hyun” lalu menatap seorang nenek yang terlihat hanya
melamun.
Kelas pun
berakhir dan mereka akan makan siang serta menikmati acaranya setelah ini juga.
Nyonya
Lee memberitahu kalau Hye Ja sedang pergi ke aula pameran karena bilang ingin
mencobanya. Hyun Joo pikir tak apa,karena hanya akan makan ini tanpa Hye Ja
lalu pergi. Sang Eun pun membuka makanan dikamar Hye Ja. Hyun Joo mengajak
mereka untuk makan.
“Sayang
sekali.. Ini semua kesukaan Hye Ja.” Kata Sang Eun.
“Hari ini
kau bisa makan lebih banyak. Kau membutuhkan tenaga untuk nyanyi, kan?” kata
Hyun Joo. Sang Eun pun terlihat bersemangat.
“Hye Ja,
keripik udangku...” teriak Young Soo masuk kamar adiknya lalu terdiam melihat
Hyun Joo akhirnya menutup pintu.
Young Soo
tiba-tiba kembali datang dengan pakaian seragam dengan gaya elegan. Hyun Joo
binggung apa yang dilakukan Young Soo didepan pintu. Young Soo tahu kalau
wanita paling tertarik pada pria berseragam. Hyun Joo heran melihat tingkah
mantan pacarnya.
“Apa Kau
tak kepincut olehku saat melihatku mengenakan seragam?” kata Young Soo bangga.
Hyun Joo akhirnya bertanya mengenai apa maksudnya.
“Kau janji
untuk menemaniku ke prasmanan jika aku dapat pacar... Tapi.. Tak ada wanita
muda yang kukenal selain kau, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku lagi.” Kata
Young Soo. Hyun Joo marah menyuruh Young Soo pergi saja.
“Tunggu..
Ada sesuatu...” ucap Young Soo mencoba mengoda. Hyun Joo tak peduli menyuruh
Young Soo enyah dari hadapanya.
Akhirnya
Young Soo pun pergi, Hyun Joo pikir kakak temanya itu sudah gila. Sang Eun
merasa aneh. Hyun Soo bertanya apa yang aneh. Sang Eun mengaku Hatinya berdebar
sedikit ketika melihat Young Soo tadi. Hyun Joo mengeluh pada temanya agar
sadar.
Hye Ja
mencoba mencari Joon Ha tapi malah si kakek yang mendekatinya. Si kakek yakin
kalau Hye Ja pasti sedang mencarinya. Hye Ja dengan wajah kesal menegaskan
kalau itu tak mungkin. Kakek memberitahu kalau
Kafetaria ada di sebelah kanan di ujung lorong.
“Mereka
menyajikan hidangan penambah stamina setiap hari Rabu, jangan lewatkan. Ruang
olahraga juga disebut "Ruang Rehabilitasi", tapi tak ada peralatan
olahraga atau fasilitas shower. Bahkan Tidak ada pelatih kebugaran juga, dan
aku tak punya istri.” Ucap Si kakek. Hye Ja binggung.
“Aku
jarang memberi tahu orang ini, tapi karena kau bertanya... Sampai saat ini, aku
masih lajang. Aku tak bercerai atau semacamnya. Aku lajang, yang berarti belum
pernah menikah, yang berarti bujangan.” Kata Si kakek percaya diri.
“Aku tak
bertanya kok!” kata Hye Ja sinis. Kakek tiba-tiba mengatupkan mulutnya merasa
kalau Hye Ja itu memakai Gigi palsu.
“Semuanya
gigiku asli! Sepertinya kita ditakdirkan.” Kata Si pria mulai mengoda.
“Wa....
Hasrat membunuhku keluar... Jadi Minggir, kumohon!” kata Hye Ja marah.
“Aku
bingung... Aku belum pernah bertemu wanita yang bereaksi seperti ini
sebelumnya. Bagian apa yang tak kau sukai dariku? Bisakah aku bertanya?” kata
Si kakek
“Aku tak
dapat menyebutkan bagian tertentu... Karena semua yang ada pada dirimu
membuatku kesal...Semuanya.” ucap Hye Ja marah
Si kakek
tiba-tiba memanggil “Nunim” Hye Ja mengeluh karena kakek itu yang terlihat
lebih tua darinya. Si kakek pikir Hye Ja
harus berkencan dengan seorang yang masih muda dan tak akan mungkin
bisa menemukan pemuda yang baik untuk
Hye Ja.
“Apa Kau
tahu? Kebetulan aku adalah pemuda... Dilihat dari wajahmu, kau bukan pemuda... Terkadang
orang menebak umurku dibawah 58.” Kata Si kakek bangga.
“Siapa?
Di mana kau bertemu orang itu?” tanya Hye Ja. Si kakek menjawab di Taman
Hyochang. Hye Ja terlihat makin marah akhirnya pergi meninggalkanya.
Hye Ja
melihat sebuah lorong menuju ruang bawah tanah dan terlihat gelap. Si kakek
memperingatkan Hye Ja jangan pernah ke sana karena Ada orang yang mencoba pergi
ke sana untuk memeriksanya, tapi tak satu pun dari mereka yang berhasil
kembali. Hye Ja tak peduli lalu melangkah pergi.
Hye Ja
membawa nampan berisi makanan dan melihat ada satu kursi kosong, si wanita yang
sinis mengeluh Hye Ja tak melihat kalau adan Chanelku ada di kursinya. Hye Ja
mengerti ingin memindahkan tas si wanita yang sinis.
“Bukan
itu.... Tapi itu Kursi Chanel... Apa Kau tak mengerti?” kata si wanita angkuh
“Kau bisa
duduk di sini. Aku selesai makan.” Kata Nenek lain, Akhirnya Hye Ja pun duduk
menatap si wanita angkuh duduk diepanya.
Si nenek
kembali memberikan minum pada Hye Ja dan juga si wanita angkuh. Si wanita
merasa tak butuh dan mendorongnya, air pun tumpah dimeja. Hye Ja bergumam kalau Di mana pun, orang
menjengkelkan selalu ada.
“Roti dan
Minuman Ini, Apa kau tak akan memakannya?” tanya si nenek yang terlihat seperti
suka membawa barang. Hye Ja menganguk, dan si wanit langsung memasukan barang
ke dalam celananya.
“Tidak,
aku benci semua orang di sini.” Keluh Hye Ja seperti terjebak dalam perkumpulan
nenek-nenek.
Hyun Joo
keluar dari toko buku dan melihat Young Soo yang berjongkok dengan celena dalam
terlihat. Young Soo seperti sedang berdoa didepan alat permainan lalu
memutarnya, setelah melihat isi telur didalamnya lalu mengumpat kesal.
“Kau
sedang mencoba apa?”tanya Hyun Joo. Young Soo mengaku melakukan ini untuk pergi ke prasmanan
denganmu.
“Ayo
Keluar!” kata Young Soo melihat kembali isi telur ternyata bukan yang
diingikanya.
“Tunggu, Apa
kau mencoba mendapatkannya? Cincin itu? Apa Kau berniat menggodaku menggunakan
cincin itu? Dengan cincin 50 sen?” keluh Hyun Joo
“Mengenai
hadiah, tak penting berupa apa itu. Tapi Yang penting adalah siapa yang
memberinya.” Kata Young Soo bangga
Hyun Joo
mengumpat Young Soo gila, Young Soo mengejek Hyun Soo dulu suka denganya. Hyun Joo langsung akan
memukulnya memperingatkan agar Berhenti
bicarakan masa lalu karena Hatinya terasa hina mengingatnya.
“Mereka
pasti menjual barang mahal untuk merawat para sesepuh dengan baik. Aku ingin
tahu apa penyelidikannya berjalan dengan baik.” Gumam Hye Ja memikirkanya lalu
melihat Joon Ha sedang ada diruangan.
Hye Ja
masuk ruangan, Joon Ha menyapa dengan sopan. Hye Ja meminta agar Joon Ha untuk
santai saja dan tak perlu berpura-pura saat hanya ada mereka berdua dan mengaku
ia di pihaknya. Joon Ha tak menanggapinya meminta Hye Ja menunggu karena akan
ada acara menyenangkan nanti.
“Kau
terlihat seperti karyawan sungguhan di sini.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengaku
memang karyawan sungguhan di sini.
“Aku tahu
semuanya, Kau Reporter yang menyamar.” Kata Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Jasepertinya
kau salah paham.
“Aku di
sini bukan sebagai reporter yang menyamar, dan aku bukan reporter.” Ucap Joon
Ha menyakinkan.
“Apa
mereka menyadap ruangan ini?” kata Hye Ja mencari sesuatu.Joon Ha tak mengerti
dengan sikap Hye Ja.
“Astaga,
apa yang kau bicarakan? Tidak ada perangkat penyadap di sini.” Ucap Hee Won
akhirnya masuk ruangan karena sudah mendengar dari luar ruangan.
Hye Ja
kaget melihat Hee Won yang datang. Hee Won pun bertanya ada apa dengan Hye Ja.
Joon Ha mengaku Hye Ja itu sangat menyenangkan karena berpikir kerja sebagai reporter yang menyamar lalu
menegaskan kalau dirinya bukan reporter.
“Kukira
kau salah mengiraku...” kata Joon Ha. Hye Ja marah dianggap salah mengira.
“Kau
kenal aku dengan baik... Aku kenal orang ini dengan baik.” Kata Hye Ja.
“Aku juga
kenal pria ini dengan sangat baik. Aku sudah kenal dia selama 20 tahun.
Benarkan sudah 20 tahun?” ucap Hee Won. Joon Ha membenarkan.
“Apa Kau
sungguh bekerja di sini? Kenapa?” tanya Hye Ja heran. Joon Ha merasa Tempat ini bagus.
“Kau bisa
coba semua kelas hari ini. Jika kau masih tak ingin tetap disini, aku tak akan
menghentikanmu... Ayo kita berJanji?” ucap Joon Ha mengeluarkan jarinya. Hye Ja
masih binggung akhirnya melingkarkan jari kelingkingnya.
“Apa yang
sedang terjadi? Joon Ha sungguh bekerja di sini katanya? Kenapa? Kenapa bekerja
di sini lebih baik daripada menjadi reporter? Apa karena Uang? Bahkan jika dia
ingin banyak uang..... Ah.. Serius... Bahkan sesudah melihat ini?” ucap Hye Ja
heran melihat semua nenek sudah tertidur
Ia heran
dengan semua nenek yang bisa tertidur padahal hanya duduk dikursi padahal bukan
rumah. Tapi beberapa saat kemudian, Hye Ja sudah tertidur pulas dengan nenek
lainya.
Hyun Joo
masuk minimarket, heran melihat Young Soo dikasir bertanya Di mana Sang Eun. Sang Eun menyahut dari
gudang memberitahu kalau Young Soo membantunya karena harus menyusun barang
digunga. Hyun Joo pikir itu tak bisa akhirnya duduk di meja kasir.
Young Soo
memberikan kimbap “Kepiting tuna mayones” Hyun Joo heran bertanya apa
maksudnya. Young Soo tahu kalau Hyun Joo lapar karena terlalu sibuk untuk makan
siang dan sekarang satu-satunya waktu agar Hye Ja bisa makan jadi sengaja
datang ke minimarket.
“Bukankah
kau muak dengan sisa makanan cina?” ucap Young Soo. Hyun Joo akhirnya
mengucapkan terima kasih dan akan membukanya.
“Berikan
padaku... Yang bisa kau lakukan hanyalah membuat mie dan naik motor... Kau tak
dapat melakukan apa pun sendiri.” Ejek Young Soo membuka kimbap dan memberikan
pada Hyun Joo.
Hyun Joo
pun membuka mulutnya, akhirnya Young Soo keluar dan Hyun Joo bertanya apakah
Young Soo dengan menggodanya. Young Soo mengaku tidak tapi melakukan apa yang ingin dilakukan sebagai
pria untuk Hyun Joo.
“Jika
hatimu tersentuh atau jatuh cinta padaku, itu urusanmu.” Kata Young Soo lalu
berjalan pergi. Hyun Joo melihat tingkah Young Soo itu sangat konyol.
Seorang
pria sedang ada diruangan Tuan Park seperti memperlihatkan keahilannya. Tuan
Park meminta Pria itu memberitahu Ketika
CEO datang maka perkenalkan diri segera karena ini kesempatannya. Si pria
menganguk mengerti
“Terima
kasih sudah memberikanku kesempatan ini. Aku akan bekerja keras.” Ucap Si pria.
Direktur Park meminta agar melakukan
yang terbaik
Hee Won
akhirnya datang. Direktur Park memperkenalkan Byung Man sebagai saudaranya.
Byung Man pun membungkuk dengan sopan kalau
akan bekerja keras. Hee Won bertanya apa yang dilakukan pria itu.
Direktur Park mengatakana berniat untuk menempatkannya di atas panggung nanti.
“Apa yang
dapat dia lakukan?” tanya Hee Won. Direktur Park mengataakn Byung Man bisa melakukan pertunjukan
kekuatan.
“Kau
bagus dalam hal itu, kan? Tunjukkan padanya.” Ucap Hee Won. Byung Man siap
memperlihatkan keahilanya.
Byung Man
memainkan koran seperti bisa memotongnya, tapi terlihat membosankan. Hee Won
pun menyudahinya, meminta agar mencoba sesuatu yang lain. Direktur Park pikir
Byung Man bisa memutar nunchucks. Byung Man pun mencoba memutar dengan dua
tanganya.
“Ini
lebih baik daripada koran... Kau bisa Coba nanti.” kata Hee Won setelah
melihatnya.
“Aku akan
mencoba untuk tenang. Terima kasih banyak.” Ucap Byung Man, Direktur Park
setuju kalau temanya harus mencoba dengan tenang.
Hee Ja
melihat dari kejauhan saat acara akan dimulai. Pegawai menunjuk kursi kosong
agar Hee Ja bisa duduk, Tapi Hye Ja menolak karena akan segera pergi. Pegawai
itu pun tak memaksa.
Akhirnya
Byung Man memainkan keahilanya memutar dua nutnuts, lalu mencoba mematikan
lilin dengan mata tertutup. Tapi tanganya meraba lilin yang menyala membuat
para nenek dan kakek khawatir karena pasti panas. Byung Man mencoba mematikan
tapi malah membuat semua lilin jatuh dan para nenek dan kakek ketakutan.
“Temanku
ini bahkan tak bisa berjalan tiga bulan yang lalu. Jadi Bagaimana dia menjadi
sangat kuat bahkan tanpa banyak berolahraga? Itu karena tulangnya menguat.”
Kata Hee Won akhirnya naik ke atas panggung.
“Para
hadirin apa ingin lihat seberapa kuat tulangnya? Aku akan menunjukannya. Ini
digunakan untuk menahan sesuatu yang berat di lokasi konstruksi. Saat kupukul
pria ini dengan tongkat. Tongkat mungkin patah, tapi pria ini tidak. ”ucap Hee
Won sudah siap dengan kayu lalu memukul pada kaki Byung Man.
Byung Man
menahan rasa sakit, Hee Won pun mencoba memukul lagi seperti ingin melampiaskan
amarahnya. Hee Won pikir para manula bisa melihat kalau Byung Man mungkin
terlihat baik dari luar, tapi tulang-tulangnya hancur dan bertanya apakah tahu
alasanya.
“Tulangnya
terlalu lemah. Sudah kubilang padanya... untuk minum suplemen ini, tapi dia
berbohong. Itu sebabnya kini tulang-tulangnya hancur. Jadi Lain kali minum
suplemennya.” Ucap Tuan Park dan akhirnya Byung Man pun dibawa turun naik
panggung.
“Kau Minumlah
suplemen selama tiga hari, dan akan baik-baik saja.” Pesan Tuan Park pada Byung
Man dengan alasan berakhir di seperti itu karena tulangnya lemah.
Tuan Park
pun menjelaskan tentang kesehatan tulang jadi mereka butuh Kalsium dan
memberitahu kalau Teknologi khusus memungkinkan menghasilkan konsentrat kalsium
lalu memperlihatakn suplement ditanganya, memberitahu kalau minum tiga pil ini
sehari hanya sebulan jadi bisa membuat
Semua gejala sakit akan hilang.
“Kalian
berusaha keras.” Keluh Hye Ja melihat cara Tuan Park berjualan.
“Kalian
tak perlu membeli ini... Kami tak ingin kalian berpikir kalau kami hanya bersikap
baik pada para sesepuh untuk menjual barang. Kalian tak perlu membeli apa pun.
Datang saja ke sini untuk bersenang-senang. Lalu Diperjalanan pulang, ambil
sekotak tisu gratis.” Ucap Joon Ha akhirnya naik panggung.
“Kalau
begitu, bukankah kau akan rugi?” komenta si nenek. Joon a mengaku hanya ingin menunjukkan rasa hormat pada
orang tua dan tak peduli dengan uang.
“Tidakkah
kau harus menjual sesuatu untuk mendapat bayaran?” komentar orang tua yang
lain.
“Kau
benar... Tapi kami lebih suka kehilangan uang, Akan terlalu sulit bagi para
sesepuh untuk membeli ini.” Kata Joon Ha
“Kau memberi
sangat banyak gratisan, Kami merasa tak enak.” Komentar Nenek yang enek.
“Kami
memberikannya karena kalian layak mendapatkannya.” Ucap Hye Ja ramah.
Hye Ja
bergumam kalau ini cara pendekatan baru. Joon Ha pun kembali memberikan fungsi
kalsium untuk tubuh pada orang tua dan menegaskan kalau mereka tak perlu
membeli. Tapi para orang tua merasa tak enak akhirnya membeli satu bahkan ada
yang dua kotak.
“Diatas
semua ucapanya mereka menjual suplemen... Coba dan yakinkan aku. Aku tak akan
pernah tertipu.” Gumam Hye Ja.
Hye Ja
turun dari bus memegang satu kotak suplemen dan sudah meminum satu, merkea akan
bertemu lagi pada hari Senin.
“Aku
benar-benar merasakan lubang di tulangku terisi. Aku mungkin tak akan
mengembalikannya Tapi aku tak punya uang. Aku harus meminta bantuan Ibu.” Ucap
Hye Ja berjalan pulang.
Nyonya
Lee sedang ada didapur melihat suaminya yang sudah pulang bertanya kenapa
pulang lebih awal. Tuan Kim mengatakan Pak Jeong akan pergi ke suatu tempat
besok. Jadi mereka bertukar shift dan Tuan Jeong bekerja hari ini menggantikan
aku.
“Tidak
ada nasi.” Kata Nyonya Lee yang belum masak. Tuan Kim menyuru agar istrinya
bisa masak.
“Apa
Tidak ada air panas di salon?” tanya Tuan Kim melihat istrinya mengisi air dari
tempat cuci piring.
“Alat
pemanasanya rusak lagi.” Kata Nyonya Lee. Tuan Kim pikir Pasti karena tombolnya sering digunakan.
Nyonya Lee terlihat kesal akhirnya mengangkat air ke salon sendiri.
Hye Ja
mengambil handuk di salon, Nyonya Lee memperingatkan Hye Ja untuk tak
mencucinya lalu bertanya apakah hari ini menyenangkan. Hye Ja mengaku tidak
juga karena Hanya ada nenek dan kakek-kakek. Nyonya Lee mengaku tak masalah
jadi Hye Ja bisa tinggal di rumah jika mau.
“Kau tak
harus memaksakan diri untuk pergi ke sana. Apa Ada sesuatu yang ingin kau
katakan pada Ibu?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku tidak dengan wajah gugup
“Ibu...
Jangan... memotong sampai aku selesai bicara.. Putrimu berumur 25 tahun...”
ucap Hye Ja memegang tangan ibunya lalu terlihat panik. Nyonya Lee mengaku
Kukunya terus retak.
“Aku
bilang untuk pakai sarung tangan. Bagaimana bisa kau menyentuh bahan kimia itu
dengan tangan kosong! Coba Biar kulihat.” Kata Hye Ja sambil menangis.
“Aku
baik-baik saja. Aku harus mencuci rambut mereka dan keriting rambut mereka
segera. Kapan aku bisa pakai sarung tangan? Jadi Apa tadi yang kau bicarakan?”
tanya Nyonya Lee.
“Putrimu
25 tahun akan baik padamu mulai sekarang.” Kata Hye Ja mengurungkan niatnya.
“Apa Kau
akan mengatakan itu? Sepertinya kau ingin bilang sesuatu yang lain.” Kata
Nyonya Lee. Hye Ja mengaku itu tak benar lalu bergegas masuk kamar menyembunyikan
suplemen.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar