PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Eun Ho
masuk kamar merasakan telpnya bergetar pada jasnya lalu mengangkat telp dari
Hae Rin. Hae Rin sedang mabuk tak percaya kalau Eun Ho menjawab. Eun Ho hanya
bisa terdiam. Hae Rin mengaku tak percaya Eun Ho yang menjawab teleponnya.
“Dasar
bedebah... Kurasa kau menjawab teleponku karena kau telah mencampakkanku dan
menegaskan bahwa aku hanya rekan kerja. Aku sangat bodoh.” Keluh Hae Rin sambil
menahan tangis.
Saat itu
Seo Joon sedang mengajak jalan Geum Bi melihat Hae Rin yang minum sendiria
sambil menelp, lalu menahan senyum.
“Kau tak
pernah menjawab teleponku Dan kau tak pernah membalas pesan yang kukirim
setelah kerja. Dasar bedebah.. Namun... Kini kau menjawab teleponku. Astaga,
aku tercengang. Sungguh.”kata Hae Rin
“Kau
benar... Aku seorang bedebah, 'kan? Kau di mana?” tanya Eun Ho
“Tidak
akan kuberi tahu. Jika kau kemari dan berusaha menghiburku, aku akan membunuhmu
dan dipenjara.” Kata Hae Rin
“Apa Kau
minum? Apa Kau ditemani?” tanya Eun Ho. Hae Rin mengaku berharap seperti itu.
“Dulu ada
orang yang selalu menemaniku. Saat aku diputuskan, selalu ada pria yang
menenangkanku.” Ucap Hae Rin
“Kini kau
harus cari pria baru. Aku tak bisa menghiburmu lagi karena telah
mengecewakanmu. Aku mencemaskanmu. Tapi beberapa hari ini kau pasti tak apa.
Aku tak di kantor. Dan kau pasti bekerja dengan baik di kantor. Dan besok,
keadaanmu akan baik-baik saja saat datang ke kantor.” Kata Eun Ho.
Hae Rin
sada kalau diluar restoran, Seo Joon sedang menatapnya sambil menangis. Ia menegasakan kalau Tidak ada orang kantor
yang tahu dicampakkan, bahkan
Pekerjaannya selesai dengan baik jadi sangat dipastikan absen Eun Ho tak
pengaruhi orang lain.
“Aku
wanita sehebat itu. Kau akan menyesal telah menolakku! Sampai jumpa!” ucap Hae
Rin panik langsung menutup wajahnya karena malu.
Seo Joon
akhirnya menelp Hae Rin kalau bertanya apakah bisa melihatnya. Hae Rin pikir pasti bisa melihatnya. Seo Joon
pikir Hae Rin tahu tak bisa ke masuk
karena sedang membawa anjing lalu bertanya apakah membutuhkan teman.
“Jika kau
butuh, aku bawa pulang anjingku dan kembali.” ucap Seo Joon baik hati.
“Tidak
usah. Kau tahu kita ada rapat besok, 'kan?” ucap Hae Rin. Seo Joon pasti tahu.
“Tapi
kenapa di sini? Kenapa menangis di lingkunganku?”tanya Seo Joon.
“Apa
orang tak boleh menangis di lingkungan ini jika tak tinggal di sini? Apa kau
pemilik seluruh lingkungan ini?” ucap Hae Rin marah.
Seo Joon
mengaku tidak juga. Hae Rin pun menutup telp dan akan bertemu besok. Seo Joon
mengirimkan pesan “Aku tak tahu ada apa, tapi jangan menangis. Telepon aku jika
mau mengobrol.” Hae Rin melihat Seo Joon seperti memberikan kekuatan padanya.
Dan Yi
masuk ke dalam kamar melihat kalung yang diberikan Eun Ho sebagai pernyataan
cintanya, lalu terdiam. Akhirnya masuk ke dalam kamar Eun Ho yang sedang
tertidur, lalu menatapnya dengan wajah sedih.
Dan Yi
memberikan buku kalau sudah selesai menempelkan stiker di buku Semestamu. Tuan
Kim pun mengucapkan Terima kasih lalu bertanya apakah penjualannya hari ini.
Dan Yi mengatakan gudang sudah kirim ke
toko buku setelah cek final.Tuan Kim menganguk mengerti membaca bagian
biogarafi
[PENULIS
KANG GYEONG-JU, DARI 1998 SAMPAI 2006, AHLI FISIKA DI NATIONAL INSTITUTE OF
STANDARDS AND TECHNOLOGY AMERIKA]
“Aku tak
percaya Hae-rin menempelkan stiker di bukunya. Dia pasti sangat kesal.”
Komentar Nyonya Go melihat buku yang ditempel dengan stiker.
Buku
dibagikan pada semua tim, Tuan Bong
berkomentar kalau buku seperti baru walaupun ada stiker didalamnya. Eun Ho tak
banyak bicara. Hae Rin tak bisa menahan amarah lagi lalu menyuruh Ji Yool untuk
ikut denganya. Ji Yool terlihat ketakutan.
“Dan Yi,
kau punya obat? Apa kau punya obat penenang atau apa pun yang bisa membuatku
tenang?” ucap Ji Yool panik
“Aku
yakin dia tak akan membunuhmu.” Kata Dan Yi menenangkan.
“Aku
bersyukur, karena aku adalah rekan senior Hae-rin.” Komentar Tuan Bong lalu tak
sengaja tanganya terkena kertas.
“Ada yang
punya salep? Atau Punya plester luka?” ucap Tuan Bong panik melihat tanganya
yang berdarah.
“Yang
benar saja, itu hanya luka kecil.” Keluh Nyonya Seo. Tuan Bong menunjukan kalau
tanganya berdarah.
“Kau Isap
saja, maka akan berhenti.” Komentar Nyonya Seo seperti sudah tak peduli.
“Aku
punya satu, Pak Bong.” Kata Dan Yi memberikan plester. Tuan Bong mengeluh kalau
Lukanya lumayan dalam. Nyonya Seo mengejek agar menghubungi ambulans.
“ Pasti
tanganmu sering terluka. Kita sering menyentuh kertas, ini sering terjadi jadi
Minta saja padaku. Aku selalu punya persediaan. Tumitku juga sering lecet.”
Kata Dan Yi bangga. Tuan Bong pun mengucapkan Terima kasih. Eun Ho menatap Dan
Yi seperti terlihat bahagia karena sikap Dan Yi yang baik.
Ji Yool
tertunduk ketakutan di ruang rapat. Hae Rin melepaskan kancing jaketnya seperti
akan marah lagi tapi hanya dikibaskan lalu meminta agar Ji Yool mendengarkan
baik-baik ucapanya kalau Orang tuaku
punya resto pangsit. Ji Yool terlihat binggung.
“Orang
tuaku menjual pangsit. Itu sudah 20 tahun, tapi masih saja ada pangsit yang
terlalu matang. Dan Pangsit itu tak pernah disajikan ke pelanggan Tapi
diberikan padaku. Kenapa?” ucap Hae Rin
“ Karena
itu aturan utamanya, untuk selalu memberikan produk yang bagus dan layak
disajikan. Buku ini... Aku bekerja selama satu tahun, bahkan pada akhir pekan
demi menerbitkannya. Tapi sekarang akan dijual dengan kondisi buruk, Tiap
bukunya ditempeli stiker.” Kata Hae Rin marah
Eun Ho
masuk ruangan memberitahu Hae Rin untuk bersiaplah rapat dengan Seo Joon. Hae
Rin bisa menahan amarahnya akhirnya keluar dari ruangan. Ji Yool seperti bisa
bernafas lega karena Eun Ho bisa menyelamatkanya. Eun Ho pun menyuruh Ji Yool
duduk.
“Maaf,
Pak Cha.” Ucap Ji Yool tertunduk seduh. Eun Ho
tahu kalau Ji Yool pasti merasa ini tak adil. Ji Yool mengaku sedikit
karena Tiap orang bisa berbuat
kesalahan.
“Kau
benar... Semua editor melakukan typo... Tidak ada buku yang sempurna soal
itu... Namun, semua editor merasa malu atas itu. Mereka tak merasa itu tak
adil. Jadi Baca dan rangkumlah buku yang ada di daftar. Waktumu satu pekan.”
Kata Eun Ho.
Ji Yool
melonggo melihatnya, List REKOMENDASI BUKU dari Eun Ho salah satunya ARTI
MENJADI EDITOR DASAR-DASAR PENYUNTINGAN. Eun Ho pikir Ji Yool mungkin akan tahu sulitnya pekerjaan di perusahan
penerbitan.
“Tapi
banyak yang melamar kemari tiap tahun karena mereka suka buku. Mereka hanya mau
menerbitkan buku yang bagus. Ji-yul, banyak pelamar yang rela lakukan apa pun
demi berada di posisimu. Jika tak peduli soal buku, maka belajarlah.” Pesan Eun
Ho.
Ji Yool
melihat buku dibagian belakang sesuai dengan perintah Eun Ho sebelunya.
Flash Back
“Halaman
hak cipta ada di belakang. Banyak nama tertulis di situ. Mereka para penyusun
bukunya. Selama satu atau dua tahun. Terkadang, bahkan lebih lama.” Ucap Eu Ho.
Ji Yool melihat buku dari Penulis Kang,
“Banyak
nama yang tak disertakan. Mereka semua melakukan yang terbaik untuk menerbitkan
satu buku. Tapi para pembaca akan kecewa saat membuka bukunya. Karena penerbit
salah menulis biografi penulisnya. Kau harus memikirkannya.” Pesan Eun Ho.
“Tanyakan
pada dirimu, alasan kau bekerja dan melamar pekerjaan ini.” Kata Eun Ho
Ji Yool
terdiam mengingatyerdengar teriakan Tuan Bong yang duduk samping . Tuan Bong
mengeluh karena masih ada Typo padahal Ini
revisi kelimanya dan malah lebih banyak. Nyonya Seo mengingatkan kalau waktu
tenggatnya satu pekan lagi.
“Berhenti
memburu-buru... Akan kubaca sekali lagi... Wahh..Sungguh menjemukan.” Keluh
Tuan Bong kembali menatap layak komputer.
Ji Yool
melihat Song Il dengan pegawai lainya sedang membahas kertas yang mana untuk
sampul buku Bu Yoo, dengan kertas snow
white atau art paper. Song Il pikir kertas Snow white cocok untuk buku Nyonya
Yoo. karena kertasnya simpel.
“Namun,
art paper yang berwarna pilihan tepat untuk menarik pembaca muda. Bagaimana
kalau Mont Blanc?” kata Pegawai lain. Ji Yool melihat Dan Yi berbicara dengan
Nyonya Seo.
“Saat
mengumpulkan artikel daring, aku menemukan blog-blog bagus.” Ucap Dan Yi.
Nyonya Seo memujinya. Ji Yool hanya diam karena semua seperti sangat
bersemangat.
Sementara
disisi lain, Tuan Kim memikirkan yang akan mereka lakukan karena kesalahan Hae
Rin. Eun Ho pikir mereka harus memberikan hadiah, saat menjual bukunya, dan
buat cetakan kedua. Tuan Kim pikir memberikan hadiah itu cukup mahal.
“Astaga,
masih banyak yang harus dikerjakan.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Go pun memikirka
yang akan dilakukan.
“Kau tahu
Hae-rin sering ke Perpustakaan Nasional. Dia sudah meneliti tiap bagian dan
merevisi naskahnya. Kita akan cetak baru lagi dan mengirimnya ke Hae-rin dan
Profesor Kang.” Kata Nyonya Go yakin
“Baik.
Bicarakan dengan pemilik toko buku daringnya.” Ucap Tuan Kim pada Eun Ho.
Park Hoon
dan Tim pemasaran pergi ke toko buku lalu melihat tumpukan buku mereka tak
disusun dibagian atas. Park Hoon pun mencoba membuat buku bisa terlihat. Saat
itu pegawai dari toko buku datang, wajahnya terlihat marah.
“Pak
Park, aku mencarimu... Kami sedang... aku agak kecewa padamu. Buku kami ditempatkan
di belakang. Ini buku yang sedang gencar kami promosikan. Bisakah kau pajang
buku kami di sini?” ucap Tim pemasaran
“Kau
selalu bilang hal yang sama.” Keluh Tuan Park. Tim pemasaran mengaku Buku-buku itu seperti anak-anaknya.
“Tapi, yang ini seperti
anak kesayanganku. Kami mohon, Pak Park.” Rengek Tim pemasaran. Akhirnya Tuan
Park pun menyusun buku dibagian atas. Keduanya langsung memuji Tuan Park yang
memang tampan
Ji Yool
terlihat sangat serius mencari keyword “SIKAP YANG HARUS DIMILIKI EDITOR BUKU”
saat itu Seo Joon masuk kantor, lalu bertanya
pada salah seorang pegawai kalau ingin
bertemu Nona Song Hae-rin. Si wanita pun menunjuk ruangan Hae Rin yang ada di
ujung sana.
Song Il
melihat pria tampan langsung menyapanya, Seo Joon ingin memberitahu tapi Hae
Rin lebih dulu menyapa Seo Joon yang datang dengan wajah bersemangat. Nyonya Seo terlihat tak percaya Seo Joon dan
juga pegawai lainya.
“Halo.
Aku yang akan mendesain sampul buku Bu Yu. Aku Ji Seo Joo. Semoga kita bisa
bekerja sama.” Ucap Seo Joon. Semua terlihat senang kecuali Eun Ho.
“Ini
sogokanku.” Kata Seo Joon memberikan kopi. Song Il memuji Seo Joon tampan dan baik.
“Di mana
meja Dan-i?” tanya Seo Joon. Hae Rin kaget karena Seo Joon yang mengenal Dan Yi lalu melihat sedang tak ada diruangan.
Semua
langsung berbisik tak percaya kalau Seo Joon mengenal Dan Yi. Hae Rin pun
menunjuk meja Dan Yi yang kosong. Seo Joon pun sengaja menaruh segelas kopi
untuk Dan Yi. Semue memuji Seo Joon yang keren sekali. Eun Ho terlihat gelisah
karena Seo Joon terang-terangan memberikan perhatian pada Dan Yi.
Dan Yi
sedang bertemu dengan seseorang mengaku
sungguh terkejut mendengarnya mundur. Pria itu pikir Dan Yi tampak bersemangat. Jadi, mengira akan terus bekerja. Dan Yi mengaku juga suka
dengan pekerjaannya.
“Aku belum
pernah menggelar konser buku. Bagaimana prosesnya itu?” tanya si pria. Dan Yi
memberika proposal.
“Buka
perspektifmu.” Kata Dan Yi. Si pria merasa
Tampaknya biayanya mahal. Dan Yi memberitahu kalau Sebenarnya tempatnya
gratis.
Eun Ho,
Hae Rin dan Seo Joon melakukan rapat. Eun Ho memberitahu kalau poin menjual
dari buku baru Nyonya Yoo adalah narasi yang menarik dan cerdas seperti karya
klasik Makanya mereka perluas target pembacanya ke generasi muda.
“Kami mau
desain bukunya menyatukan elemen-elemen tersebut. Jadi, sampulnya sensual...”
kata Hae Rin yang langsung disela oleh Seo Joon.
“Aku tak
suka ide itu.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengeluh karena belum selesai bicara.
“Kata-katamu
sudah cukup menggambarkan. Kau mau ilustrasi sensual, tapi tetap hangat dan
bersahabat. Apa aku benar? Coba Lihat.. Ini jelek dan membosankan.” Kata Seo
Joon melihat design yang dibuat Hae Rin.
Saat itu
Dan Yi akhirnya kembali ke kantor, semua mulai bergosip tak percaya kalau Dan
Yi dekat dengan designer buku terkenal. Park Hoon memberitahu kalau Seo Joon
yang membelikan kopi khusus. Dan Yi terkejut dan mencari sosok Seo Joon.
“Dia
sedang rapat dengan Nona Song dan Pak Cha. Apa Kau kenal dia? Dia sangat
tampan. Bahkan Dia khusus membelikan kopimu dan menaruhnya di mejamu.”
Ucap Park Hoon mengoda.
“Yah.... Dia
sangat tampan.” Kata Dan Yi. Pegawai lain mengeluh karena sudah menduga yang
dikatakan Dan Yi.
“Wanita hanya
peduli dengan penampilan, karena Kudengar dia itu aneh.” Ucap Si pria. Dan Yi
merasa itu tak munkin. Park Hoon ingin tahu darimana.
“Temanku
bekerja di Wolmyeong. Lima menit sebelum rapat dengannya, semua orang melakukan
meditasi. Kenapa? Karena dia suka membuat kesal semua orang di tim mana pun.
Kau Tebaklah julukannya di sana... Tuan Sombong.” Ucap Si pegawai. Dan Yi kaget
mengetahui Seo Joon yang dianggap
"Tuan Sombong"
“Siapa
peduli jika dia setampan itu?” ucap Si pegawai. Dan Yi merasa Seo Joon tak
seperti itu.
Hae Rin
memberitahu Seo Joon kalau mereka serius dalam menggarap buku. Seo Joon
menegaskan kalau Kerja seharusnya menyenangkan menurutnay Hae Rin bisa Silakan cek.
Delapan dari sepuluh novel di toko buku desain sampulnya seperti yang dibuat
Hae Rin dan menurutnya Membosankan.
“Lalu desain
menyenangkan seperti apa yang kau maksud?” tanya Eun Ho.
“Kupikir
bisa menggunakan lukisan Oriental.” Kata Seo Joon. Eun Ho dan Hae Rin terlihat
kaget.
“Pak Ji...
Apa kau sudah membaca proposalku?” ucap Hae Rin
“Kau pasti
berpikir lukisan Oriental tak modern dan terlalu kuno.” Kata Seo Joon. Hae Rin
menegaskan sedang bicara dari sudut pandang yang umum.
“Ah...
Begitu... Bukankah seharusnya Gyeoroo ambil risiko?” kata Seo Joon. Hae Rin
ingin kembali bicara tapi ditahan oleh Eun Ho.
“Tunggu...
Kau tahu ini rapat pertama kita, 'kan? Kau seharusnya bertukar pikiran. Jadi Kurangi
berdebat dan lebih banyak berdiskusi.” Kata Eun Ho
“Walau
sudah baca proposalmu, menurutku lukisan Oriental cocok. Kurasa itu jauh lebih
baik daripada sampul buku pada umumnya. Sampul adalah wajah suatu buku. Kurasa
juga lebih baik membuat buku Bu Yu tampak klasik daripada bersahabat.” Kata Seo
Joon.
“Ya,
karakter buku memang penting, tapi kenapa harus lukisan Oriental? Dia bukan
penulis muda, sampul bergaya kuno...” ucap Hae Rin dengan nada tinggi.
“Aku tak
paham kenapa kau menganggap lukisan Oriental sangat kuno. Bagaimana jika
lukisan Barat?” kata Seo Joon. Hae Rin terlihat makin marah..
“Aku
mengerti maksudmu, tapi Bu Yu tak mungkin memintaku jika dia ingin desain yang
umum. Seharusnya kau tak mengontrakku. Kurasa kau tak begitu mengenalku. Aku
pengambil risiko, bukan pengecut.” Tegas Seo Joon.
Hae Rin
marah karena dianggap Pengecut. Eun Ho memperingatkan Hae Rin agar bisa menahan
emosi. Hae Rin melampiaskan amarah dengan meremas kertas mengakusudah mendengar
ucapan Seo Joon dengan jelas, jadi lebih baik akhiri rapat pertama ini.
“Melanjutkannya
hanya membuang-buang waktu. Aku akan menghubungimu setelah kau lakukan
penelitian soal lukisan Oriental yang modern atau apa pun itu yang tadi kau
katakan.” Ucap Hae Rin marah akan keluar ruangan.
“Pak Cha,
kurasa aku butuh waktu untuk memutuskan desain sampul. Desainer baru kita
benar-benar orang aneh. Kau harus dengar betapa kasarnya dia. Aku hampir
meledak di rapat pertama.” Kata Hae Rin menyindir. Eun Ho mengaku bisa mengingatnya.
“Apa dia
satu-satunya editor yang bekerja di sini?” tanya Seo Joon sambil menyindir. Eun
Ho mengaku punya banyak editor.
“Yang ini
sepertinya mudah marah. Bagaimana bisa bekerja sama? Aku tak sempat menunjukkan
penemuanku.” Keluh Seo Joon lalu memperlihatkan proposalnya. Eun Ho tak percaya
kalau Ini lukisan Oriental.
Di luar
ruangan
Tim
pemasaran yakin kalau Hae Rin akan
keluar dengan penampilan lelah dan kantung mata. Dan Yi merasa kalau Seo Joon
bukan pria seperti itu. Park Hoon menoda Dan Yi itu pasti cemburu. Dan Yi
mengeluh dianggap cemburu dengan dan sangat kekanak-kanakan tapi hanya iri
saja.
Eun Ho
seperti tak percaya kalauApa ini lukisan Oriental. Seo Joon memberitahu kalau
itu gaya kontemporer., karean Karya seniman Korea yang sedang naik daun. Eun Ho
pikir kalau itu bagus, Hae Rin tak bisa menahan diri akan melihat gambar Seo
Joon lalu memuji sungguh bagus.
“Kau
cepat berubah pikiran.” Ejek Eun Ho, Seo Joon pun bisa tersenyum bahagia.
“Ini
bagus sekali... Tapi bukan berarti proposalku salah. Aku hanya setuju denganmu karena
yang kau bawa lebih bagus. Kenapa tak dari awal kau perlihatkan? Maka aku akan
langsung setuju. Jadi... Apa Ada sampel lainnya?” kata Hae Rin penuh semangat.
Seo Joon
mengeluarkan dari tasnya, Hae Rin pikir bisa melihat nanti dan bisa membahas
yang ada didepanya karena sangat suka dengan salah satu design yang sempurna
untuk buku Bu Yu.
Akhirnya
Seo Joon selesai rapat wajahnya terlihat tersenyum bahagia lalu melihat Dan Yi
memangilnya meminta agar mendekat. Dan Yi terlihat senang lalu menghampirinya.
Seo Joon tahu kalau Sebentar lagi Dan Yi selesai kerja.
“Apa kau
mau makan malam?” tanya Seo Joon, saat itu Eun Ho memanggil Seo Joon.
“Kita makan
malam bersama untuk rayakan rapat pertama. Bersama Nona Song.”ucap Eun Ho. Hae
Rin kaget karena Eun Ho tiba-tiba ingin
Makan bersama. Eun Ho mengaku sudah merencanakannya.
“Katamu
kita bertemu di rapat selanjutya?” kata Seo Joon.
“Makanya
aku kini mengajakmu untuk makan malam bersama.” Ucap Eun Ho. Seo Joon ingin
memberitahu kalau ada acara tapi Dan Yi lebih dulu menyela.
“Tidak
masalah.” Kata Dan Yi. Hae Ri mengajak mereka
semua makan bersama saja mengajak Dan Yi untuk bergabung.
Mereka
masuk ke sebuah restoran. Hae Rin melihata Tempatnya sungguh cantik dan
Suasananya nyaman. Eun Ho terlihat kesal. Mereka pun duduk disebuah meja. Hae
Ri mengaku tak tahu Seo Joon tinggal di daerah ini pula.
“Apa Restoran
ini hanya punya satu meja?”tanya Hae Rin. Seo Joon membenarkan.
“Lalu Mana
pemiliknya? Aku tak lihat menunya.”tanya Eun Ho.
“Aku yang
memasak hari ini. Jadi Kusewa restoran ini seharian.” Kata Seo Joon.
Dan Yi
terlihatk kaget, Seo Joon pikir sudah mengatakan pada Dan Yi ikut kelas memasak di restoran jadi akan memasak
untuk mengulas pelajaran dan menyajikan makanan pada temannya. Ia tahu Dan Yi yang suka makanan dengan kaldu hangat Makanya suka
udon juga.
“Hidangan
hari ini...” kata Seo Joon menaruh diatas meja. Dan Y terlihat tak percaya kala
“nabe” yang Tampaknya lezat.
“Ya. Aku
tahu kau akan menyukainya.”ucap Seo Joon. Hae Rin terlihat tak percaya kalau
mereka akan minum sake juga
“Ya, aku
menyiapkannya karena Dan-i suka ini. Dan Ini untuk lauknya.” Kata Seo Joon
membawakan menu lainya.
Eun Ho
dengan wajah cemberut bertanya apakah punya bir. Seo Joon menyuruh agar
mengambil sendiri. Eun Ho akhirnya mengambil sendiri. Hae Rin bertanya mereka
berdua punya hubungan apa dan menduga sedang berpacaran. Eun Ho dan Seo Joon
langsung mengatakan tidak.
“Kenapa
dia bicara begitu?” keluh Eun Ho. Tapi Seo Joon mengaku Belum.
“Aku
hanya menyukai Dan Yi” akui Seo Joon. Hae Rin mengartikan orang yang dikirimi pesan saat hari bersalju
itu adalah Dan Yi.
“Benar...
Saat itu Dan-i sedang sibuk mengerjakan naskah Bu Yu. Aku sedang bersama Nona
Song saat turun salju. Kami mengirim pesan hari itu. Kau tak membalas pesanku. Orang
yang dia kirimi pesan...” kata Seo Joon lalu teringat sesuatu. Eun Ho terlihat
kesal membuka botol bir.
“Bagaimana
dengan orang yang kau kirimi pesan itu?” tanya Seo Joon. Eun Ho hanya terdiam.
“Dia tak
menyukaiku.” Akui Hae Rin. Seo Joon merasa punya firasat. Saat rapat.. Hae Rin bertanya
apa itu.
“Apakah
karena emosimu Atau kau mudah marah karena dicampakkan?” kata Seo Joon mengoda.
Hae Rin menatap sinis tapi Seo Joon mengaku hanya bercanda.
Dan Yi
menatap Eun Ho mengingat perkataan sebelumnya “Aku tak tahu sejak kapan, aku menyukaimu.
Musim semi sampai panas. Musim panas sampai gugur. Musim gugur sampai dingin.
Apa Kau tahu kapan musim berganti? Apa kau Tahu tepatnya kapan musim dingin
berakhir dan musim semi dimulai? Aku tak tahu kapan tepatnya perasaanku padamu mulai
tumbuh.”
“Kenapa
ada pria yang menolakmu, Nona Song? Aku
suka emosi berapi-apimu.” Kata Seo Joon
“Tepat
sekali. Itu poinku... Itulah daya tarikku.” Ucap Hae Rin. Eun Ho hanya diam
saja.
“Lupakan
pria itu.” Saran Seo Joon. Hae Rin mengaku
sudah membuangnya di tempat sampah yaitu Tempat selayaknya.
“Kenapa
dibuang di lingkunganku?” ejek Seo Joon lalu tanganya tiba-tiba teriris pisau.
Hae Rin
panik langsung menghampirinya, Seo Joon
mengaku baik-baik saja karena hanya luka kecil. Hae Rin akan membeli plester
luka. Seo Joon pikir tak perlu karena lukanya tak dalam.
Seo Joon
menatap Dan Yi hanya diam saja padahal sebelumnya memberikan pada Tuan Bong
plester karena selalu punya persediaan Dan Yi tetap diam saja tak bergerak saat
melihat Seo Joon terluka.
“Dan
Yi... tak mengambil plester luka dari tasnya.”gumam Eun Ho tersenyum bahagia
melihat sikap Dan Yi.
“Ini
hidangan keduaku.”kata Seo Joon yaitu ayam bumbu. Hae Rin melihat Kelihatannya lezat.
Akhirnya
mereka mulai makan, Eun Ho dengan senyuman makan buatan Seo Joon lalu komentar
kalau rasanya asin. Tapi Hae Rin dan Dan Yi merasa kalau enak. Seo Joon pun
makin banggan, Seo Joon seperti tak peduli terus tersenyum.
Hae Rin
mengaku menikmati makan malamnya saat keluar dari restoran. Eun Ho pikir mereka
aka jumpa di rapat selanjutnya. Seo Joon pun akan mengantar Dan Yi. Hae Rin
mengoda Eun Ho akan mengantarnya. Eun Ho menolak karena ia yangakan menganta
Hae Rin ke pemberhentian taksi.
Eun Ho
dan Dan Yi pun berpisah jalan, Eun Ho berjalan dengan Hae Rin dan Dan Yi dengan
Seo Joon. Dan Yi menatap ke arah belakang seperti tak bisa membiarkan Eun Ho
pergi, lalu Eun Ho pun bergantian menatap Dan Yi yang pergi dengan Seo Joon.
Seo Joon
pikir Kenapa tak beri tahu saja pada Hae Rin kalau Dan Yi tinggal bersama Pak
Cha, karena pasti mengingat saat Hae Rin datang ke rumahnya sambil mabuk dan
menurutnya Dan Yi pasti terasa sulit.
“Ya,
benar, tapi jika bilang kami tinggal bersama, maka kami juga harus memberi tahu
kalau sudah lama kenal. Itu akan membuat tak nyaman. Lagi pula, Eun- ho adalah
penyeliaku. Aku bisa memahami itu juga.” Ucap Dan Yi lalu memberikan sebuah
plester.
“Aku bawa
di tasku, tapi tadi aku lupa.” Kata Dan Yi lalu bergumam kalau Sesungguhnya, memikirkan Eun-ho jadi tak
memberikannya.
“Lukanya
kecil, aku baik-baik saja.. Tapi Terima kasih.” Kata Seo Joon.
Eun Ho
sudah menunggu dirumah melihat Dan Yi pulang dengan senyuman mengoda bertanya
apakah Dan Yi senang dengan kencannya. Eun Ho mengeluh Dan Yi itu bersikap
sarkastis, karena mereka tak berjalan selama itu.
“Apa Kau
mencoba memberi alasan? Kurasa kau memikirkanku.” Ejek Eun Ho
“Kau suruh
aku hubungan dengan Seo Joo. Katamu aku tak perlu pedulikan perasaanmu dan
lakukan semauku. Jadi, apa kau sedih melakukannya?” ucap Dan Yi
“Siapa
bilang aku sedih? Jika kau memang memikirkanku, biarkanlah. Kapan pun kau
melihatku, ingatlah ini, "Cha Eun-ho menyukaiku."” Kata Eun Ho
mengoda. Dan Yi meminta agar Eun Ho Berhenti karena bersikap tak tahu malu.
“Kenapa
tak berikan plester? Saat Ji Seo-jun terluka, kau punya plester di tasmu.” Kata
Eun Ho. Dan Yi mengaku lupa. ada satu di tasnya.
“Itu Mustahil.”
Kata Eun Ho. Dan Yi mengaku itu benar kalau hanya lupa.
Eun Ho
hanya bisa tersenyum, Dan Yi heran melihat Eun Ho yang tersenyum. Eun Ho
menegaskan Dan Yi pasti kalau Selalu ada
hari seperti ini yaitu Saat Dan Yi sulit menahan diri. Dan Yi heran bertanya apa
yang tak bisa ditahan.
“Ada
hari-hari saat aku berpikir, "Harus kutahan, Aku harus menahan diri."
Jadi, apa yang kau tahan? Apa yang kau...” kata Eun Ho langsung mencium bibi
Dan Yi.
Dan Yi
terdiam. Eun Ho pikir kalau Dan Yi menahan diri untuk tak menciumnya. Dan Yi hanya diam saja.
Bersambung
ke episode 11
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar