PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Joon Ha
terdiam mengingat saat bertemu dengan Hye Ja mengaku tak tahu
tinggal di daerah yang sama dan mengajak untuk sering berkunjung. Ketika
diminimarket menyuruh Hye Ja agar Bayarlah terlebih dahulu baru meminumnya.
“Bagaimana
jika aku bisa? Jika aku sungguh dapat memutar waktu, apa yang ingin kau
lakukan?” ucap Hye Ja yang mabuk pada Joon Ha
“Aku
hanya mencoba memberitahumu, kau harus lebih mencintai diri sendiri. Itu akan
membantumu menjadi lebih murah hati dengan diri sendiri.” Kata Hye Ja saat
pulang bersama dengan Joon Ha.
Mereka
pergi ke atap bersama, Hye Ja menunjuk bulan yang menurutnya Hari ini bulan
sungguh indah lalu merasakan udara yang Sejuk. Joon Ha seperti mengingat
kenangan dengan Hye Ja tapi tak bisa menemukan wanita itu.
Rice
tiba-tiba turun dari pelukan Joon Ha dan langsung menjilat tangan Hye Ja yang
berdarah.
Hye Ja
berbaring di kamarnya, Nyonya Lee masuk kamarnya karena anaknya tak mau minum
obat dan tak ingat dengan yang dikatakan dokte kalau tak boleh lupa minum obat.
Hye Ja pikir tak masalah dan menyuruh ibunya tidur saja. Akhirnya Nyonya Lee
pun keluar kamar.
“Apa Dia
baik-baik saja?” tanya Tuan Kim penasaran
“Aku
khawatir, entah dia mungkin akan sakit jika seperti ini.” Ucap Nyonya Kim lalu
melihat ikan asin yang masih utuh
“Aigoo,
kau sangat tak peka. Tak bisakah paksa memakan ini demi putrimu? Jika tidak,
seharusnya kau buang. Bagaimana bisa dibawa pulang kembali tanpa disentuh?”
keluh Nyonya Kim marah. Akhirnya Tuan Kim pamit pergi untuk keluar sebentar.
Joon Ha
memberikan makan untuk Rice merasa Nenek tadi pasti sangat menyukai anjingnya,
menurutnya Ia tinggal di Lingkungan yang aneh karena Sesuatu yang terasa seperti
angin musim semi mendadak menghilang tanpa jejak.
“Ini
Layaknya mimpi... Bahkan semuanya.” Ucap Joon Ha sambil menatap langit.
Akhirnya
Joon Ha mengendong Rice akan keluar rumah, saat itu Tuan Kim datang keduanya
saling menatap.
Hye Ja
terlihat senang melihat Rice di dalam kandang, tak percaa kalau Joon a
membiarkan ayahnya membawa Rice. Tuan Kim menceritakan kalau Joon Ha yang
sedang di perjalanan ke rumah mereka untuk mengembalikan anjingnya. Hye Ja
terlihat senang mendengarnya.
“Apa dia
tak mengatakan hal lain?” kata Hye Ja. Tuan Kim mengaku tak seperti itu. Hye Ja seperti berharap yang lain.
“Bedebah
itu, dia harusnya membiarkanku membawanya.” Kata Hye Ja lalu memanggil Rice
akan bahagia bersama Kakaknya tapi Rice seperti belum mengenal Hye Ja.
Young Soo
berteriak memanggil ibunya. Nyonya Lee heran melihat anaknya yang heboh. Young Soo memberitahu kalau Rice ada
"Cabe" nya.” Nyonya Lee binggung dan kaget.
“Kupikir
dia betina... Tapi kulihat ada "Cabe" nya.” Kata Young Soo.
“Aigoo,
seharusnya kita sudah lihat sejak lama.” Ucap Nyonya Kim
“Tidak,
tidak. Tak begitu jelas karena Rice sudah dikebiri,tapi aku lihat. Sungguh
ada.” Kata Young Soo
“Jangan
beritahu Hye Ja mengenai ini. Kita tak boleh memberitahunya, kan? Dia akan
sangat terkejut.” Pesan Ibunya.
Young Soo
pikir aku harus mendapatkan sesuatu sebagai imbalan untuk menjaga agar bibirnya
tertutup. Nyonya Kim pikir akan bersikap baik-baik padanya. Young Soo melihat
tatapan ibunya berpikir akan memberikan pelajaran akhirnya merasa imbalan itu
pun sudah cukup lalu berjalan pergi.
“Mereka
tampak hidup dengan baik...Haruskah kubiarkan dia menjaganya?” ucap Hye Ja
sedih dan merasa bersalah.
Joon Ha
keluar rumah melihat tempat makan rice, seperti rindu dengan anjingnya walaupun
hanya beberapa hari tinggal dirumahnya.
Hyun Joo
baru saja keluar restoran. Young Soo sudah menunggu mengajak Hyun Joo untuk
ikut denganya karena akan membayar hutangnya 592.000 won,mereka pun pergi ke tempat.
Hyun Joo binggung karena bilang akan memberikan uang.
“Tunggu
saja... Akan kukumpulkan stars, dan membayar hutangku. Setiap stars bernilai 10
sen, jadi aku akan mendapatkan 60.000 won jika mendapatkan 600 stars.” Ucap
Young Soo yakin
Hyun Soo
mengeluh, Young Soo menyuruh Hyun Soo memegang tongsisnya. Young Soo
menyakinkan kalau Hari ini akan melunasi hutangnya dengan mengumpulkan 600
stars. Hyun Soo mengeluh melihat Young Soo sudah memasukan semua bajunya ke
dalam celana.
“Halo
semuanya... Tujuanku adalah 600 stars, ayo!” kata Young Soo melakuan Tarian
seksi ultimate
Beberapa
orang melihat Young Soo, Hyun Joo
terlihat malu memilih untuk menjauh. Young Soo terus melakukan tarian seksi dengan
banyak orang yang mulai mendekat untuk merekam gambar.
Hyun Joo
tak bisa menahan malu memasang helm dan langsung memberikan tendangan untuk
mantan pacarnya. Young Soo pun terkapar,
dengan hidung berdarah saat itu juga banyak penonton yang memberikan permen
untuknya.
Hye Ja
membuat beberapa masakan, lalu menaruh dalam kotak makan dan membawa ke rumah
Joon Ha. Akhirnya Ia masuk berpikir Tak ada orang dirumah lalu memanggil Nenek
Joon Ha karena tak melihatnya jadi berpkr nenek Joo Ha sedang tak enak badan.
Hye Ja
masuk rumah menaruh kotak makan di rak, lalu melihat banyak kotak kosong tak
percaya kalau Nasi pun tak ada. Ia pun melihat kulkas yang ternyata kosong. Ia
mencoba mencari nenek di kamarnya lalu kaget melihat foto Nenek Joon Ha dengan
dupa.
“Apa Dia
sudah meninggal? Bagaimana ini... Astaga... Dia sudah meninggal. Bagaimana ini,
aku tak tahu...” kata Hye Ja sedih lalu merasakan ada yang datang.
Hye Ja
langsung bersembunyi dibalik tirai. Ayah Joon Ha masuk rumah melihat tak ada
orang langsung mencari di seluruh ruangan ibunya. Joon Ha pulang mengambil botol air minumnya.
Ayahnya langsung meminta Joon Ha memberikan selagi bersikap baik. Joon Ha
bertanya apa itu.
“Apa
lagi? Uang asuransi... Berikan, kataku!”ucap Tuan Lee, Hye Ja terus
mendengarnya.
“Apa
hubungannya denganmu?” kata Joon Ha. Tuan Lee marah dengan anaknya yang berani
bicara kasardengan ayahmnya.
“Kupikir
aku menjadi orang asing bagimu ketika kau mengirim itu kepadaku.” Ucap Joon Ha
memberikan surat pada ayahnya.
“Aigoo...
Ini Tiba lebih awal dari yang kupikirkan... Ya, kita orang asing sekarang Jadi
ayo kita bagi uang dan berpisah.” Kata Tuan Lee marah
“Apa Kau
tahu hari ini hari apa? Ini hari peringatan 49 hari nenek!” ucap Joon Ha marah
“Lagipula
dia sudah mati... Aku tak peduli apa ini hari 49 atau 50.” Ucap Tuan Lee. Joon
Ha sudah siap memukul ayahnya.
“Jangan
buat keributan di depan mendiang ibu. Mari segera menyelesaikan. Aku sudah siap
jatuh, tapi kau harus khawatirkan hidupmu. Seperti katamu, kita orang asing
sekarang. Siapa yang tahu yang mungkin
kulakukan padamu?” ucap Tuan Lee mengancam.
Ia lalu
bicara pada ibunya, pamit kalau Putranya akan pergi. Joon Ha terlihat sangat
frustasi menutup wajahnya. Hye Ja sudah tak bisa bertahan untuk berdiri, akhirnya
terjatuh dan pamit pada Nenek karena akan kembali lagi nanti.
“Aku
merasa berterima kasih dan minta maaf, jadi aku membawa makanan.” Ucap Hye Ja.
Joon Ha menyuruh untuk pergi.
“Aku tak
ingin kau salah paham. Aku tak bermaksud bersembunyi dan...” kata Hye Ja. Joon
Ha merasa tak masalah menyuruh Hye Ja segera pergi saja.
Hye Ja
pun pergi ke bar memesan udon, sambil menuangkan minum merasa jantungnya masih
berdebar kencang seperti tak pecaya
dengan yang didengarnya dan yang datang adalah ayah Joon Ha.
“Jika
neneknya meninggal, maka Apa Joon Ha hidup sendiri? Bagaimana ini... Kasihan
sekali dia.” Ucap Hye Ja sedih .
Joon Ha
akhirnya membuat peringatan dengan makana seadanya, lalu berbicara pada
neneknya kalau Orang bilang neneknya itu harus makan banyak pada hari ke-49
karena memiliki perjalanan panjang ke depannya.
Mata Joon
Ha tertuju pada kotak makan yang dibawakan Hye Ja, akhirnya bisa memberikan
makanan untuk mendiang neneknya.
Hye Ja
masih ada di bar, Joon Ha datang meminta maaf mengaku kalau Hari ini,
peringatan 49 hari neneknya. Hye Ja malah pergi mengambil soju dan membuka
dengan gayanya. Joon Ha menatapnya karena itu sama dengan Hye Ja yang membuat
Soju muncrat ke wajahnya.
Setelah
itu Hye Ja menuangkanya. Joon Ha hanya diam ingin mengambilnya Hye Ja memberitahu kalau minuma itu untuk nenek Joon
Ha lebih dulu. Keduanya akhirnya minum bersama, Hye Ja ingin bicara tapi Joon
Ha menegaskan Hye Ja jangan bertanya karena tak akan menjawab.
“Aku Takkan
bertanya... Rice hidup dengan baik... Dia tak menggigitku lagi. Coba Lihat..
Tanganku Tak ada luka, kan?” ucap Hye Ja. Joon Ha mengucap syukur.
“Apa Kau
khawatir? Kau lebih baik dari penampilanmu.” Ucap Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Ja
Kbahkan belum sering melihatnya.
“Aku
sudah sering melihatmu. Di kantor polisi, di lingkungan... Bahkan sebelum itu, kita
bertemu satu sama lain beberapa kali. Tapi Kau sepertinya tak ingat.” Kata Hye
Ja. Joon Ha binggung memikirkan sebelumnya
“Cobalah
ingat-ingat... Kita pun bertemu disini juga.” Kata Hye Ja. Joon Ha binggung
bertemu dengan nenek itu.
“Sadarkah
kau melihatku dari sudut pandang yang sangat sempit? Ketika kau bilang, Kau
"see" seseorang, kau tahu kata-kata "see, saw, seen", kan? Itu
tak berarti kau hanya melihat penampilan orang itu. Tapi Ada makna yang jauh lebih
dalam dari itu.” Ucap Hye Ja mencoba menyadarkan Joon Ha
“Kau
ingat apa yang dikatakan makhluk biru di "Avatar"? "I see
you." Itu kata mereka. Segera ketika kau "melihat" seseorang,
kau seharusnya merasakan apa yang ada di dalam orang itu.” Kata Hye Ja.
“Aku
merasakannya.” Ucap Joon Ha. Hye Ja tak percaya kalau Hye Ja bisa merasaka dan
ingin tahu apakah mengingatnya.
“Hari
yang lalu kau memukul kepalaku di sini. Kenapa melakukan itu? Kau bilang,
"Kau pikir kau siapa? Apa yang menyulitkanmu?" “ ucap Joon Ha.
Hye Ja
panik mengaku bukan seperti itu maksudnya, lalu mengingatkan kalau Joon tahu
Happy Beauty Salon. Joon Ha mengaku tahu. Hye Ja memberitahu kalau Penata rambutnya mempunyai putri Dengan mata besar, berkilau dan hidung yang
mancung..
“Dengan
wajah kecil... Dia gadis cantik yang menawan.” Ucap Hye Ja membanggakan diri
“Aku tahu
siapa yang kau maksudkan meskipun aku tak yakin dia cantik.” Kata Joon Ha. Hye
Ja terlihat marah. Joon Ha mengaku bukan seperti itu maksudnya.
“Dia
cantik, tapi kurasa dia bukan tipemu.” Komentar Hye Ja. Joon Ha mengaku Tidak berarti bukan tipenya tapi hanya tak
pernah berpikir Hye Ja itu cantik.
“Oh
begitu... Aku tahu alasan kenapa tak berjalan sesuai inginku.” Kata Hye Ja.
“Lalu Apa
hubungan Nenek dengan Hye Ja?... Hye Ja. Kim Hye Ja.” Kata Joon Ha.
“Kau
ingat namanya...Jangan kaget. Aku... Hye Ja... Aku bibi dari ibunya.”kata Hye
Ja tak bisa mengakuinya.
Joon Ha
mengangguk mengerti. Hye Ja mengeluh
karena Joon Ha hanya berkomentar biasanya saja. Joon Ha heran berpikir Hye Ja
ingin dirinya harus terkejut. Hye Ja
pikir tak seperti itu, lalu berpikir Joon Ha itu Sosiopat yang tak punya
perasaaan.
“Meski
terlambat, selamat atas pekerjaan barumu. Aku mendengarnya dari Hye Ja. Kau ada
Departemen apa? Ekonomi? Sosial?” ucap Hye Ja tapi Joon Ha memilih untuk pergi
“Aku akan
membayar minuman karena kau memberiku makanan tadi.” Kata Joon Ha. Hye Ja ingin
tahu didepartement apa dan berpikir itu rahasia.
“Kau
banyak bicara, seperti Hye Ja.” Keluh Joon Ha. Hye Ja pikir akan memberitahu
bagaimana kabar Hye Ja, Jika penasaran tapi Joon Ho dengan cepat menutup pintu
bar.
Hye Ja
bergegas masuk parkiran mengeluh karena Pada
usia ini masih mabuk lagi dan tidur dan mencari keberadan ayahnya dengan kotak
makan ditanganya. Dalam ruangan yang berantakan, Hye Ja melihat ayahnya yang
sedang Patroli.
“Jadi ini
tempat Ayah bekerja.” Ucap Hye Ja sedih. Tuan Park masuk kaget melhat Hye Ja
datang bertanya Ada perlu apa datang ke kantornya.
“Aku Bawa
kotak makan siang.. Jangan khawatir. Aku membuatkanmu beberapa lauk lainnya.” Ucap
Hye Ja dengan senyumanya.
“Kau tak
harus datang.”ucap Tuan Kim lalu menerima panggilan sebagai penjaga keamanan harus pergi ke Gedung 105,
unit 805.
“Ayah... Bukankah
lebih baik ketika kau menyupir taksi? Kau bisa beristirahat di mobil setiap
kali lelah.” Kata Hye Ja sedih
“Tidak...
Aku berjalan sepanjang waktu, dan ini olahraga yang bagus. Kau Pulang saja. “kata
Tuan Kim
“Aku
datang untuk melihatmu makan.” Ucap Hye Ja. Tuan Kim mengatakan akan makan nanti.
“Kau akan
menyisakan ikan teri lagi, kan? Aku takkan bergerak satu inci pun sampai kau
makan itu.” Tegas Hye Ja.
“Ini Sudah
waktunya untuk patroli, Ayah harus pergi. Tunggu Ayah di rumah.” Kata Tuan Kim
“Tapi ini
Sudah lewat jam makan siang!” kata Hye Ja. Tuan Kim pikir harus selesaikan
patroli reguler meminta agar berHati-hati dijalan saat pulang.
Hye Ja
malah mengikuti ayahnya dan melihat sang ayah sedang bebicara dengan penghuni
apartement. Si pria mengaku itu kesalahan dan membuat kesalahan saat mendaur
ulang ia mengumpat marah karena Tuan Kim yang Berani mencoba mengajarikanya.
Tuan Kim mengaku bukan seperti itu.
“Aku
hanya memintamu untuk lebih berhati-hati lain kali.” Ucap Tuan Kim.
“Wah. Kau
tak tahu tempatmu. Jika ada barang-barang yang tercampur di sana, kau harus
melakukan daur ulang karena orang dapat membuat kesalahan sesekali..” ucap Si
pria. Hye Ja menahan amarah dari jauh.
“Bukankah
kau punya sebagian uang dari ini? Kami melakukan daur ulang secara gratis. Maka
kau harus melakukan ini setidaknya. Kenapa kau malas?” kata si pria marah.
“Pasti
ada kesalahpahaman. Kami tak mendapat uang yang berasal dari daur ulang.” Ucap Tuan
Kim.
“Kudengar
kau mendapatkannya. Jangan coba membodohiku.
Lalu ayo kita lihat ke mana uang itu mengalir. Kau bisa Pergi, bawa buku
besar untuk biaya maintenance.” Kata Si pria menantang
“Maafkan
aku. Aku akan mengurus ini, jadi Kau bisa pergi.” ucap Tuan Kim. Si pria malah
makin yakin.
“Bibi,
kau saksi untuk ini... Coba Lihat dia mundur saat kusebut uang. Merasa
bersalah, kan?” teriak si pria.
Hye Ja
akhirnya datang berteriak marah pada si pria, karena berani mengatakan hal seperti itu. Si pria menyuruh
Nenek Hye Ja menjauh karena bukan
urusanmu, Hye Ja pikir itu adalah urusanya karena ia adalah ibu dari Tuan Kim.
Tuan Kim terdiam mendengarnya.
“Jika dia
menjual ini dan membawa pulang satu satu sen, aku yang akan bertanggung jawab.”
Kata Hye Ja menantang. Si pria merasa tak pecaya
“Jika kau
dipermalukan seperti ini di depan ibumu oleh orang asing, bagaimana perasaanmu?
Katakan padaku!” ucap Hye Ja membela ayahnya. Si pria terlihat marah.
Keduanya
berjalan pulang, Hye Ja menatap ayahnya lalu meminta maaf merasa kalau pria itu
bertingkah jadi mendadak kehilangan
kesabaran. Tuan Kim hanya diam saja. Hye Ja pikir kalau seharusnya tak memberitahunya
ia adalah ibnya.
“Ini Menyenangkan
rasanya karena kau membela Ayah.” Ucap Tuan Kim yang memegang tangan anaknya.
Hye Ja pun tersenyum bahagia.
Keduanya
pergi ke snack bar, Hye Ja menawarkan diri apakah Ayahnya mau makan udon. Tuan
Kim mengatakan mau soju malam ini, Hye Ja memmbuka botol soju dengan gayanya
lalu mengaku ayahnya baru saja lihat pemandangan yang sangat langka.
“Aku tak
melakukan ini di depan siapa pun.” Kata Hye Ja lalu bertanya ayahnya ingin
memesan makan apa.
“Ayah
punya sesuatu.” Ucap Tuan Kim memperlihatkan kotak makan yang masih utuh dengan
ikan asin buatan anaknya.
“Ayah
dengar ikan asin baik untuk tulang.” Ucap Tuan Kim makan ikan asin setelah
minum soju. Hye Ja tersenyum bahagia melihatnya.
Tuan Kim
akhirnya sudah mabuk berjalan pulang sambil menyanyi, Hye Ja melihatnya bisa
tersenyum bahagia.
Joon Ha
keluar dari rumah melihat Hye Ja sudah menunggu didepan rumah. Hye Ja pikir
kalau Joon Ha mungkin rindu Rice. Joon Ha menyapa Rice lalu berjalan pergi. Hye
Ja mengeluh Joon Ha yang menyapa anjing,
tapi tak menyapanya.
“Kau akan
kerja lembur. Apa Perusahaanmu punya jam bebas? Apa Kau sudah sarapan? Kau
harus makan makanan sehat untuk bekerja.” Ucap Hye Ja. Joon Ha mengerti.
“Bagaimana
perusahaannya? Apa ada banyak wanita? Pria harus selalu berhati-hati terhadap
wanita.” Kata Hye Ja.
Joon Ha
tiba-tiba berhenti lalu mengeluarkan bola tenis. Hye Ja pikir kalau itu
untuknya. Joon Ha langsung memlempar bola, Rice pun akhirnya mengenarnya. Hye
Ja pun mengikuti anjingnya yang berlari mengejarnya.
Hye Ja
pulang dengan nafas terengah-engah, ibunya langsung panik mengajak anaknya
masuk dan duduk. Hye Ja masih saja terengah-engah. Ibunya memastikan kalau
anaknya baik-baik saja. Hye Ja mengaku hanya sedikit berlari.
“Itu
sebabnya aku terengah.” Akui Hye Ja. Ibunya heran melihat Hye Ja yang berlari
dan menyuruh duduk saja agar bisa mengatur nafasnya kembali.
Dua
pelanggan merasa kasihan dengan Hye Ja memastikan kalau baik-baik saja. Hye Ja pikir akan duduk sebentar
lagi. Si wanita lalu bertanya di mana
ketiga wanit yang selalu ada di salon. Salah satu temanya berpikir nenek itu
mungkin pergi ke aula pameran.
“Aula pameran?
Bukankah penuh dengan penipu yang mencoba untuk menjual barang?” komentar teman
lainya.
“Akhir-akhir
ini mereka tak melakukan hal-hal itu. Jadi apa yang mereka lakukan jika tak
menjual barang di sana?” komentar wanita pertama
“Kudengar
sekarang seperti pusat penitipan anak untuk orang tua. Sama seperti tempat
penitipan anak, Mereka memberikan makanan ringan dan menjalankan berbagai
program. Semua wanita tua di lingkungan ini pergi ke sana.” Jelas wanita kedua.
“Teman ibu
mertuaku pergi ke sana juga, dan dia menyukainya. Mereka membawa pulang
sebungkus kertas toilet setiap hari. Itu bagus.” Kata wanita yang sedang di
potong rambutnya.
“Nenek
Tua, kau harus ke sana juga... Kudengar menyenangkan.” Saran wanita pertama.
Hye Ja dengan wajah kesal mengatkan tak
tertarik lalu masuk ke dalam rumah.
“Syukurlah
ibu mertuaku punya tempat untuk pergi. Itu sebabnya aku punya waktu untuk
menata rambut. Dia benar-benar mencekikku.” Komentar Si ibu yang sedang
dipotong. Nyonya Kim terdiam seperti sedih melihat nasib anaknya.
Hye Ja
berdiri dipinggir jalan, beberapa nenek dan kakek ikut berdiri tak jauh
darinya. Saat itu sebuah mobil datang, Hee Won turun dari mobil mengajak para
nenek untuk masuk perlahan.
“Dan hari
ini, ada hal khusus yang kami siapkan untuk kalian.” Ucap Hee Won. Mereka pun
perlahan masuk ke dalam mobil. Hye Ja hanya diam saja.
“Nenek, Apa
kau tak naik? Kau Mau naik, atau tidak? Kau Sudah nunggu lama untuk bergabung,
benarkan? Kalau begitu, silakan naik.” Ucap Hee Won. Hye Ja hanya diam seperti
tak ingin pergi.
“Tak apa.
Semua orang seperti itu pada awalnya. Silakan naik... Wah.. Kau sangat pemalu. Maka
jika kau ingin ikut dengan kami, tolong lakukan angkat jarimu... Jika kau tak mau naik, beri aku dua jari.” Kata
Hee Won.
Hye Ja
dengan tertunduk mengangkat satu jarinya, Hee Won pun senang karena tahu Hye Ja
pasti ingin bergabung lalu mengajak masuk dengan berjanji akan memberimu telur ekstra sebagai hadiah
penyambutan dan meminta agar jangan beritahu orang lain.
Dalam
sebuah ruangan, nenek dan kakek saling berkumpul dan ada beberapa yang
menari-nari. Hye Ja tak suka akan keluar dari ruangan, seorang pegawai wanita
menahanya karena wacara akan segera dimulai. Hye Ja tak tertarik karena hanya ingin
pergi.
“Astaga,
kau harus tetap di sini. Bagian yang menyenangkan akan segera dimulai.” Kata pegawai
wanita. Hye Ja tetap ingin pergi.
“Halo, hadirin
sekalian... Maskot Aula Hyoja dan saudaraku di sini untuk menghibur kalian.” Teriak
Hee Won.
Saat itu
seorang pria keluar dengan jas kerlap kerlip dan menyanyikan lagu trot. Hye Ja
melonggo kaget melihat Joon Ha yang menyanyi diatas panggung untuk menghibur
para kakek dan nenek. Joon Ha terlihat sangat menikmati menyanyi trot menghibur
kakek dan neneknya.
Bersambung ke episode 5
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar