PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dan Yi
keluar rumah terlihat bersemangat, Seo Joon pun tersenyum melihat Dan Yi keluar
dengan boneka yang diberikanya. Dan Yi pikir kalau Seo Joon sudah lama
menunggu. Seo Joon mengaku kalau tidak juga.
“Aku
membuatnya sendiri... Belum ada yang menyamainya.” Ucap Seo Joon malu-malu
melihat Dan Yi menunjukan bonekanya.
“Aku
suka.” Kata Dan Yi, Keduanya saling tersenyum seperti orang yang sedang jatuh
cinta.
“Udaranya
dingin. Kenapa kau tak pakai jaket?” ucap Eun Ho akhirnya keluar rumah
membawakan jaket. Dan Yi mengucapkan terima kasih.
“Ayo
segera kembali. Kau janji mau nonton film bersamaku.” Ucap Eun Ho, Dan Yi
binggung bertanya film apa, apakah nonton dirumah. Eun Ho memberikan kode agar
Dan Yi segera masuk. Seo Joon hanya tersenyum melihat tingkah Eun Ho.
“Kau
sudah janji... Ah... Kau selalu lupa. Segera kembali. Janji kita yang utama.”
Kata Eun Ho lalu mengambil boneka dari tangan Dan Yi agar masuk ke dalam
kamarnya.
“Film apa
yang dia bicarakan?” ucap Dan Yi bingung melihat Eun Ho akhirnya masuk rumah.
Seo Joon
mengajak Dan Yi untuk jalan-jalan karena akan mengajak ke suatu tempat. Dan Yi setuju terlihat
bersemangat, Eun Ho dari balik gerbang terlihat cemberut dan sedih karena Dan
Yi pergi dengan pria lain.
Seo Joon
berjalan menceritakan kalau berpikir untuk mendesain buku Bu Yoo karena diminta
langsung. Dan Yi pikir itu terdengar
menyenangkan karena Semua orang di Gyeoroo mau bekerja bersama Seo Joon. Seo
Joon pun berpikir akan melakukanya.
“Akan
kulakukan untukmu.” Ucap Seo Joon, Dan Yi hanya tersenyum. Seo Joon heran
melihat Dan Yi tersenyum
“Apa Kau
tahu yang ada di kantongku?” ucap Dan Yi, Seo Joon binggung. Dan Yi
memperlihatkan ada Penghangat tangan.
“Eun-ho
yang menaruhnya agar tanganku hangat.” Ucap Seo Joon tersenyum bahagia.
Eun Ho
masuk ke kamar terlihat kesal, memukul boneka yang di berikan Seo Joon. Lalu ia
pergi ke ruang kerjanya mengambil buku dan menemukan surat dari Hae Rin lalu
menaruhnya kembali seperti berpura-pura tak mengenalinya.
“Aku tak tahu Pak Cha adalah orang yang
ramah. Eun-ho menarik perhatianku. Kami sudah lama saling kenal. Dia seperti
adikku, tapi pada saat yang sama aku tak tahu yang dia pikirkan. Terkadang dia
sangat dingin, tapi dia pun bisa sangat hangat.”
“Hal
pertama yang kupikirkan setelah bercerai adalah, "Eun-ho akan marah jika
dia tahu." Aku sudah kesulitan bahkan sebelum bercerai, tapi aku tak bisa
bilang kepadanya. Itu akan membuat dia sedih. Dan bahkan belakangan ini ada
insiden kecil.”cerita Dan Yi berjalan dengan Seo Joon
Flash Back
Dan Yi membaca
email yang diberikan Dong Min “Dan Yi, maafkan aku, tapi bisakah larang Eun-ho agar tak ke
restoranku lagi? Kumohon kepadamu.” Saat itu Dan Yi yakin kalau Eun
Ho melakukan sesuatu untuknya.
“Aku ingin
berterima kasih kepadanya, tapi tak kulakukan. Dia melakukan banyak hal untukku
dan aku bersyukur. Bahkan kini, dia mungkin berusaha mengurus sesuatu untukku tanpa
memberitahuku, tapi aku tak mengetahuinya.” Cerita Dan Yi
“Bagaimana
kalian bertemu?” tanya Seo Joon. Dan Yi mengaku
Itu kebetulan dan ada kecelakaan kecil.
“Kami
benar-benar kebetulan bertemu, tapi seiring waktu kami makin akrab selama 20
tahun terakhir. Omong-omong, kita mau ke mana?” ucap Dan Yi. Seo Joon
mengatakan kalau mereka hampir tiba.
Eun Ho
ada di ruang kerjanya menerima pesan dari Hae Rin ”Eun-ho, strategi bunga adalah ide bagus, 'kan?
Apa Mau kubawakan pangsit besok? Aku sedang di restoran ayahku.” Tapi
Eun Ho tak membalasnya. Hae Rin yang
menunggu balasan berpikir Eun Ho sedang bekerja.
“Apa Kau
kesulitan menarik hati kepala editor?” ejek Ibu Hae Rin, Anaknya hanya terlihat
kesal.
“Hei...
Mengirimi dia pesan teks terus tak akan berhasil. Ibu memberimu wajah cantik
dan tubuh bagus ini. Berhenti membuang waktu pada pria yang tak menyukaimu.”
Saran Ibu Hae Rin
“Ibu tak
mengenalnya... Dia selalu menjaga jarak. Aku takut dia tak mau melihatku kalau
aku agresif. Dia tinggal bersama... Ah... Ibu jangan ikut campur... Bahkan Ibu
juga berakhir bersama Ayah.” Ejek Hae Rin.
“Memangnya
kenapa ayahmu? Astaga.” Keluh Ibu Hae Rin, tiba-tiba sang ayah mendekat
bertanya apakah mereka membicarakannya. Keduanya hanya tertawa. Ibu Hae Rin
mengejek pendengaran suaminya sangat bagus.
Seo Joon
memperlihatkan sebuah tempat makan, Dan Yi melonggo melihat berpikir itu tempat
yang bagus. Seo Joon memberitahu kalau restoran itu bisa sediakan apa pun Mulai
dari teh sampai miras dan mengajak masuk.
Dan Yi mengaku tak tahu ada
restoran semacam ini di daerah sini.
“Aku
tinggal di sini sejak keluar dari rumah orang tuaku. Aku sudah pindah dua kali.
Jadi Aku langganan di sini.” Kata Seo Joon lalu pesanan makan makanan pun
datang.
“Apa Hanya
ini yang ada di menu mereka?” tanya Dan Yi binggung karena belum memesan tapi
makanan sudah datang.
“Tidak.
Aku sudah menelepon dan memesan lebih dulu. Kau suka sake hangat.” Ucap Seo
Joon. Dan Yi pun mulai minum lalu memuji kalau rasanya Enak.
“Sudah
kuduga kau akan suka... Aku bisa membuat ini. Aku les memasak di sini tahun
lalu.” Kata Seo Joon bangga. Dan Yi pikir Seo Joon harus mengajarinya.
“Banyak
yang harus kita lakukan. Kita harus buat panekuk daun bawang. Jadi Kita harus
sering bertemu.” Ucap Seo Joon penuh semangat.
“Omong-omong,
apa itu?” keluh Dan Yi lalu melihat di papan depan restoran [RESERVASI HARI INI: JI SEO-JUN - BESOK: JI
SEO-JUN]
Seo Joon
malu karena ketahuan, lalu mengaku akan coba lagi besok jika hari ini gagal dan
Jika tidak besok, lusa dan ia harus buat
reservasi di restoran ini. Dan Yi pikir dirinya
harus jinak-jinak merpati sambil mengoda.
“Aku
khawatir kau tak mau bertemuku lagi. Kesalahanku fatal hari itu.” Akui Seo Joon
“Kau
pasti cukup terkejut... Bohong jika tidak. Itu sangat tak terduga.” Ucap Dan Yi
“Banyak
yang ingin kutanyakan, tapi kita saling kenal dulu. Kalau begitu, bagaimana
jika kita terus bertemu selama tiga bulan?” ucap Seo Joon. Dan Yi terdiam
mendengarnya.
Di rumah
Dan Yi
mengaku terkejut mendengarnya lalu
meminta Eun H agar mencoba memikirkan Sudah lama tak mendengar hal semacam itu
lalu mengingat Sejak Dong Min mengajakku kencan lalu berpikir sudah kebih dari
15 tahun...
“Lalu kau
jawab apa? Apa Kau mau mengencaninya?” tanya Eun Ho terlihat sinis.
Flash Back
Seo Joon
melihat Dan Yi terdiam berpikir Jangan terlalu lama dan tak mau menganggap terlalu serius, menurutnya
mereka bisa bersikap biasa saja. Dan Yi
mendengarkan usulan Seo Joon.
“Kita
berangkat bersama tiap pagi dan makan malam jika selesai kerja bersamaan... Itu
sempurna karena kita tetangga. Kita bertemu di halte bus untuk berangkat
bersama dan pulang bersama malamnya. Apa kau mau mulai besok pagi? Pukul berapa
kau berangkat?” ucap Seo Joon penuh semangat.
Eun Ho
kaget Dan Yi dan Seo Joon akan berangkat dan pulang bersama, Dan Yi pikir pernah dengar ini di film menurutnya akan lebih mungkin terkena bom nuklir daripada
menemukan cinta pada usia 30-an. Tapimelihat dirinya sekaran yang sudah tua
tapi manis.
“Dia
menyukaiku... Dia Usianya masih 20-an. Membuat reservasi makan malam, dan
membuatkan ini untukku.” Ucap Dan Yi bahagia.
“Berhenti
bersikap konyol. Kukira insiden itu membuatmu sadar, tapi kau kembali seperti
dulu.” Ejek Eun Ho. Dan Yi langsung memukul Eun Ho karena layak mendapatkannya
“Apa Kau sadar
betapa luar biasanya ini? Bisa jadi ini kali terakhir aku mengencani pria.”
Ucap Dan Yi bahagia.
“Ya,
mungkin. Kau sebentar lagi akan menjadi nenek-nenek. Kapan lagi bisa berkencan?
Berkencanlah dengan semua pria yang mau.” Kata Eun Ho kesal
Dan Yi
menatap sinis, bertanya apakah Eun Ho sudah selesai bicara. Eun Ho langsung
meminta maaf kaena bicaranya keterlaluan, lalu mengaku sakit bahkan terasa kesakitan.
Eun Ho panik bertanya dimana yang sakit sambil memeriksa kening Eun Ho.
“Bukan
disitu, tapi di sini.”ucap Eun Ho menarik tangan Dan Yi ke dadanya. Suasana
terasa canggung. Dan Yi pun terlihat binggung tapi malah meraba bagian dada Eun
Ho.
“Hei..
Apa ini? Coba Lihat dirimu. Kau seorang pria. Semuanya otot..” Ucap Dan Yi
malah terlihat tak percaya kalau Eun Ho punya dada yang kekar.
Eun Ho
langsung mendorong Dan Yi dan membaringkan di karpet, keduanya saling menatap.
“Ya, aku
seorang pria... Sebenarnya, pria yang hebat.” Tegas Eun Ho lalu bergegas masuk
ke dalam kamar.
“Aku
hampir berdebar... Astaga, jantungku... Kenapa jantungku berdebar? Astaga, aku
pasti gila... Mungkin Ini karena sudah lama tak bercinta... Aku benar-benar harus
bercinta.”ucap Dan Yi gugup dan tiba-tiba udara menjadi panas sekali.
“Hei, Eun
Ho... Matikan lampu toiletnya.” Teriak Dan Yi, Saat itu Eun Ho keluar dengan
wajah marah. Dan Yi panik.
“Cinta,
apanya? Dan siapa peduli perasaannya? Apa yang begitu menyenangkan? Kau masih menarik.
Kau masih cukup cantik untuk membuat pria melirik saat kau lewat. Kenapa kau senang
dia menyukaimu? Kau tak berhenti bicarakan dia.” Ucap Eun Ho marah
“Kau
seharusnya tak begitu kesal.” Komenta Dan Yi binggung
“Dan yang
terpenting adalah perasaanmu.Apa Kau menyukai bedebah itu?Apa Kau sungguh
menyukainya?” ucap Eun Ho makin marah
“Aku tak
benar-benar tahu jika belum mengencaninya.” Akui Dan Yi
“Jika
ragu, maka tidak. Mengencaninya tak akan berpengaruh. Kenapa suka benda bodoh
itu? Kau konyol.” Kata Eun Ho meluapkan emosinya memukul boneka dari Seo Joon.
Akhirnya
Eun Ho masuk kamar sambil membanting pintu. Dan Yi mengeluh karena Eun Ho yang tak
mematikan lampunya.
Esok pagi
Geum Bi
akan keluar rumah mengikuti Seo Joon yang akan keluar kerja, Seo Joon menahan
Geum Bi meminta tak boleh keluar. Ia mengaku hanya berpura-pura bekerja agar
bisa kencan pagi dengan Dan Yi jadi akan
segera kembali.
“Apa?
Jadi, mereka benar-benar berangkat bersama. Kami serumah tapi tak bisa begitu
karena takut orang tahu. Namun, bedebah itu...”ucap Eun Ho kesal saat
mengemudikan mobil melihat Seo Joon sudah menunggu di halte.
Akhirnya
Eun Ho turun dari mobil, Seo Joon melihat Eun Ho langsung menanyakan keberadaan
Dan Yi. Eun Ho menyindir kalau Seo Joon yang sama sekali tak menyapa. Seo Joon
pun menyapa Selamat pagi. Eun Ho membalasnya dengan sikap acuhnya.
“Di mana
Dan Yi?” tanya Seo Joon, Eun Ho mengeluh Seo Joon yang menanyakan hal itu
padanya.
“Kalian
tinggal bersama.. Tapi Lupakan jika kau tak tahu.” Ejek Seo Joon tak peduli
“Dengar,
Pak Ji... Kenapa kekanakan? Apa Kalian akan berangkat dan pulang bersama? Kau
pekerja lepas. Sejak kapan harus bekerja? Bahkan Kontrakmu dengan Wolmyeong
berakhir.” Ucap Eun Ho kesal
“Jangan
bilang kau beri tahu Dan Yi” kata Seo Joon panik. Eun Ho mengaku tak beri tahu Dan Yi karena itu sangat tak
jantan.
“Tampak
seperti aku ingin menghalangi kalian.” Ucap Eun Ho. Seo Joon mengingat Eun Ho
yang bilang tak suka kalau menemui Dan Yi.
“Benar,
aku tak suka... Tapi aku tak mau jadi pecundang.” Akui Eun Ho
“Maka,
pura-pura saja tak tahu. Dia tak nyaman berkencan. Jadi, kuimprovisasi.” Kata
Seo Joo
“Dia
jelas tak nyaman. Kau lebih muda. Apa Tahu betapa dia tak nyaman soal itu?”
ucap Eun Ho menyadarkan Seo Joon.
“Kenapa
kau tertarik soal asmaranya?” keluh Seo Joon. Eun Ho mengaku hanya khawatir.
“Pria
yang dia temui menyebalkan.” Sindir Eun Ho, Seo Joon menyuruh Eun Ho agar
mengurus saja asmaranya sendiri.
Seo Joon
memberitahu kalau Mobil Eun Ho sudah lewat tiga menit nanti akan ditilang. Eun
Ho pikir Lima menit pun tak masalah. Seo Joon mengejek Eun Ho yang Tidak sopan
karena parkir di jalanan lalu melihat Dan Yi akhirnya datang.
“Kenapa
lari? Dia bisa jatuh.” Keluh Eun Ho melihat Dan Yi dari kejauhan akhirnya berjalan
masuk mobil.
“Apa kau
sudah lama menunggu?” tanya Dan Yi,Seo Joon mengaku baru sampai. Dan Yi pun terlihat senang.
Eun Ho
masuk mobil melihat dari kaca spionya, Dan Yi dan Seo Joon pergi ke kantor
bersama lalu mengeluh kalau telihat konyol.
Dan Yi
akhirnya naik mobil memperlihatkan buku yang diberikan oleh Seo Joon menurutnya bukunya bagus. Akhirnya
mereka membaca buku dalam perjalanan, tiba-tiba Seo Joon memberikan earphone
agar mendengarkan lagu bersama. Dan Yi pun mendengarkan lagu “Rok Hitam”
“Apa Kau
suka Rok Hitam? Aku juga.” Ucap Dan Yi. Seo Joon memberitahu kalau Ini lagu
terbarunya dengan Judulnya "Ratu Berlian".
Dan Yi
kembali membaca buku dan terlihat sangat serius. Seo Joon pun terus menatap Dan
Yi yang ada disampingnya terlihat sangat terpesona pada wanita janda yang
bercerai.
Dan Yi
sampai di meja kerjanya membaca kembali note yang dituliskan Seo Joon “2019,
Toko Buku Moonlight. Aku ke kantor Dan-i dan meneleponnya. Lalu kami ke toko
buku ini, setelah itu makan malam. Kuharap dia suka restorannya.”
Ia lalu
menuliskan sesuatu dibawahnya “Seo-jun dan aku naik bus yang sama pagi ini.
Kubaca buku ini. Lagu dan buku yang dia rekomendasikan juga bagus
Saat itu
Ji Yool datang terlihat bahagia karena datang lebih pagi dan yang pertama datang.
Dan Yi mendekati Ji Yoo memberikan berkas kalau sudah merapikan surat para
pembaca. Ji Yool tak percaya melihatnya, karena ia sendiri belum membacanya.
“Nanti
akan aku belikan makan siang” ucap Ji Yool. Dan Yi pun mengaku senang karena
suka membaca lalu kembali ke meja kerjanya.
Saat itu Hae Rin sudah ada dibelakang Dan Yi menatap sinis mendengar
tingkah anak buahnya.
Ji Yool
akhirnya memberikan surat para pembaca pada Hae Rin dengan mengaku sudah
merapihkanya dan senang membacanya. Hae Rin menatap sinis menunjukan biografi penulis buku “Semestamu” menyuruh Ji
Yool agar mekakukan riset dan tambahkan detailnya. Ji Yool menganguk mengerti.
“Dan
Yi.... aku ingin kau bertugas mengatur
surat pembaca.” Kata Hae Rin. Dan Yi terlihat binggung tapi tak bisa menolak.
Eun Ho
masuk ruangan dengan wajah bangga dengan membawa sebuah bungkusan seperti
makanan. Nyonya Seo bisa tahu kalau itu
pasti naskah Nyonya Yoo. Eun Hoo
membenarkan. Semua langsung menjerit histeris bahagia.
Tuan Kim
ada diruangan, Eun Ho menelp memberitahu kalau
naskah Nyonya Yoo ada padanya. Semua terlihat penuh semangat melihat
bungkusan dalam kain ungu. Ji Yool bertanyaApa yang spesial soal naskahnya. Dan
Yi memberitahu kalau Nyonya Yoo yang menulisnya dengan tangan. Ji Yool tak
percaya kalau di Zaman sekarang masih menulis tangan.
“Penulis
Choi In-ho dan Jo Jeong-rae juga lebih suka menulis dengan tangan. Bahkan Belakangan
ini Park Beom-sin juga” ucap Dan Yi
“Kim Hun
juga, Penulis Kang Byeong-jun juga... Naskah asliWaiting for Godot karya Samuel
Beckett terjual 1,6 juta won.” Kata Park Hoon menambahi. Ji Yool tak percaya
mendengarnya.
Tuan Kim
akhirnya datang ingin melihat naskah Nyonya Yoo, lalu mencoba mencium dari
balik kain merasakan aroma tinta yang kuat dan yakin buku ini akan laris lalu
mengajak semua pegawainya untuk mengumpulkan energi positif.
Akhirnya
Tuan Kim membuka ikatan dan melihat judul dibagian depan "Hai, Orang
Asing." Eun Ho membagikan pada Nyonya Seo dan Nyonya Go. Nyonya Go pikir
Judul yang bagus dan cocok dengan Nyonya Yoo, lalu bertanya siapa yang akan mendigitalkan naskahnya
“Aku!
Biar aku saja yang melakukanya” kata Hae Rin penuh semangat mengangkat tangan.
“Kau
serakah lagi... Itu tugas Pak Cha....Jadi Butuh berapa lama?” tanya Nyonya Go
“Aku akan
usahakan secepat mungkin.” Kata Eun Ho yakin. Tuan Kim pikir kalau Eun ho
Belakangan ini sibuk.
“Harus
aku yang mengerjakan, karena dia percayakan padaku.” Kata Eun Ho.
“Dan Yi
bisa membantumu... Apa Kau tahu Yoo Myeong-suk?” ucap Tuan Kim. Dan Yi terlihat
kaget mengaku kalau tahu.
“Tim
Pembantu luar biasa. Kalian tahu banyak penulis dan banyak membaca buku. Satu
bisa mengoreksi dan satu lagi mengetik. Sekarang bisa kau periksa dulu.” Ucap
Tuan Kim.
“Ada
banyak aksara Mandarin.” Kata Nyonya Go sinis. Dan Yi mengaku tahu banyak aksara Mandarin, Nyonya Seo
terlihat ikut senang mendengarnya.
“Baik,
ini juga tugas Tim Pembantu.” Ucap Nyonya Go. Dan Yi pun dengan senang
hati akan membantu Pak Cha sebaik
mungkin tak lupa mengucapkan terima kasih.
“Aku akan
mengoreksi bersamanya. Dia sangat teliti, tapi akan kukoreksi ulang.” Ucap Hae
Rin. Eun Ho pun mengucapakan Terima
kasih.
“Kau mau mengerjakan
di mana? Jika di sini, bukunya mungkin bisa bocor. Bagaimana jika sewa
apartemen?” ucap Nyonya Go. Tuan Kim pikir apakah Eun Ho harus melaukanya.
“Akan
kukerjakan di rumah... Aku ingin benar-benar fokus.” Ucap Eun Ho melirik pada
Dan Yi.
Hae Rin
terlihat kaget, Tuan Kim kaget kalau Eun Ho akan melakukan dirumah. Eun Ho menyakinan kalau akan melakukanya
dirumah. Tuan Ki pun ingin tahu strategi pemasarannya
Tim pemasaran melihat Bukunya akan hebat, jadi
menyarankan masukkan beberapa naskah tulis di belakang buku. Tuan Kim setuju
memuji Tuan Bae yang memiliki ide yang bagus.
“Aku akan
menarik desainer Ji Seo Joon” ucap Hae Rin penuh semangat. Tuan Kim tak percaya
mendengarnya.
“Serahkan
padaku. Aku akan buat dia meneken kontrak sebelum Pak Cha selesai.” Kata Hae
Rin yakin
“Hae-rin,
gunakan kartu kredit perusahaan. Pastikan kau mendapatkannya. Ayo!” kata Tuan
Kim yakin. Semua pun terlihat penuh semangat.
“Omong-omong,
siapa yang mau ke kelab malam ini? Apa Ada yang mau?” ucap Nyonya Seo. Semua
memilih untuk kembali bekerja
“Dan Yi,
jangan menolak.” Kata Nyonya Seo, Dan Yi pikir
harus bantu Pak Cha dengan naskah itu.
“Pak Cha,
Apa kau akan kerjakan itu pekan depan?” tanya Nyonya Seo, Eun Ho menganguk
dengan senyuman.
Nyonya Go
terlihat mengangkat tangan seperti tak digubris, Nyonya Seo pun senang karena
akan ke kelab sepulang kerja lalu memeluh Dan Yi erat. Dan Yi akhirnya kembali ke meja kerjanya.
Nyonya
Seo akhirnya melihat Nyonya Goo yang mengangkat tangan lalu bertanya ada apa
tangan denganya, apakah bahunya terasa sakit karena terus mengangkatnya. Nyonya Go mengaku hanya ingin menghilangkan
racun.
“Semua
orang harus melakukan ini... Ini Bagus untukmu.” Kata Nyonya Seo menepuk-nepuk
bagian ketiaknya seperti pijatan. Nyonya Go pun kembali keruanganya, sementara
Nyonya Seo seperti senang karena akan ke
kelab hari ini.
Seo Joon
masuk ke ruangan yang dibuat kunci khusus, dalam papan terlihat misinya [MENEMUI
PENULIS KANG BYEONG-JUN] lalu datang novel terakhri Tuan Kang yaitu “PARA
PAHLAWAN” lalu membuat bagan hubunan dan
kemungkinan ada karakter tambahan.
Seo Joon
pun juga memiliki semua buku-buku karya Tuan Kang yang tersusun rapih di dalam
rak bukunya. Saat itu pesan dari Dan Yi masuk
“Aku
pulang malam hari ini. Aku ada acara dengan rekan kerja. Kita tak bisa pulang
bersama hari ini.” Seo Joon tersenyum lalu membalas Sampai jumpa pekan
depan.”
Pesan
Dari Hae Rin masuk ke ponsel Seo Joon “Ini Song Hae-rin dari penerbit Gyeoroo.
Kuberi kau kesempatan untuk melunasi utangmu. Kapan bisa bertemu?”
Seo Joon
mengingat saat bertemu di toko bunga, Hae Rin mengatakan berutang padaku sekarang
lalu menuduhnya mesum karena berpikir mengikutinya. Hae Rin menegaskan Seo Joon yang berutang dan membuat kesalahan jadi sudah berutang
dua hal.
Akhirnya
Seo Joon pun setuju akan bertemu dengan Hae Rin kalau merkea bisa bicarakan
buku Nyonya Yoo.
Hae Rin
memperlihatkan pesan Seo Joon pada Eun Ho merasa yakin kalau bisa merekrut Ji Seo Joon, karena dia yang
lebih dulu mengajak membahas buku Nyonya Yoo.
Eun Ho memuji itu Bagus. Hae Rin yakin
akan mendapatkan kesepakatannya, agar bisa terus bekerja dengannya. Eun
Ho pun menyerahkan semuanya pada Hae Rin.
“Omong-omong,
Apa kau akan kerjakan naskah Bu Yu di rumah? Kau bilang tinggal bersama
seseorang. Apa Tidak apa-apa Dan-i datang?” ucap Hae Rin penasaran. Eun Ho
langsung mengeluarkan telunjuknya seperti peringatan.
“Apa ini
Kelewatan lagi? Baiklah.. Aku tak akan ikut campur.” Ucap Hae Rin. Eun Ho pun
bisa tersenyum.
Ji Yool
dan Park Hoon membaca buku sambil memunggungi satu sama lain. Park Hoon
mengajak Ji Yool untuk ke kelab juga, Ji Yool pikir Belum lama akan ke kelab dan berpikir apakah
harus pergi dengan Park Hoon. Park Hoon mengaku ingin pergi.
“Jika mau
ke kelab, pergilah ke Midnight di Gangnam.” Ucap Song Il tiba-tiba ikut bicara.
Ji Yool bingung dengan Club"Midnight"
“Ini
Jumat ketiga... Macan Gangnam akan datang.”kata Song Il. Park Hoon bingung apa itu "Macan Gangnam"
“Semua
pria ke sana pada Jumat ketiga untuk melihatnya karena rumornya dia bisa diajak
tidur.” Kata Song Il penuh semangat. Park Hoon pikir Song Il harus ikut.
“Tidak
bisa karena pacarku.” Kata Song Il. Park Hoon pikir pacar Song Il melarangnya bersenang-senang
“Bukan
begitu... Tapi Dia tak boleh sendirian.” Ucap Song Il lalu bergegas pergi. Ji
Yool berpikir Song Il pasti posesif pada pacarnya.
“Jangan
pedulikan dia. Bersenang-senang saja malam ini.” Ucap Park Hoon.
Mereka
akhirnya pergi ke club, Ji Yool mengaku khawatir
akan bertemu Nyonya Seo dan Dan Yi. Park Hoon pikir Jangan khawatir karena keduanya akan ditolak,
tak boleh masuk. Ji Yool melonggo melihat lantai dansa yang megah menurutnya
Tempat ini luar biasa lalu bergegas turun. Park Hoon pun mengejarnya akan ikut
turun menari.
Dan Yi
sudah berbaris menunggu masuk ke dalam club. Nyonya Seo memberikan kacamata
hitam untuk Dan Yi meminta agar Jangan
terintimidasi karena masih cantik serta Percaya
diri. Keduanya akhirnya akan masuk dengan kacamata hitam.
“Kalian
tak boleh masuk.” Ucap Petugas keamanan. Nyonya Seo binggung ingin tahu
alasanya.
“Aku
pakai pakaian bagus dan memamerkan belahanku.. Itu Cukup tentang aku dan Dia
seorang model.” Kata Nyonya Seo menunjuk pada Dan Yi.
“Maaf,
tapi kalian tak boleh masuk karena kalian tak cocok di kelab kami.” Kata
petugas keamanan.
“Kurasa
tak bisa. Mari kita minum teh saja.”ajak Dan Yi. Nyonya Seo tak terima ingin
menerobos masuk.
“Kau kenapa
bilang begitu. Kami cukup keren.” Kata Nyonya Seo. Petugas mendorong agar
Nyonya Seo untuk pergi. Nyonya Seo marah karena menyentuhnya.
Saat itu
seseorang berjalan di jalur VIP dengan jubah macanya, semua terpana melihatnya.
Petugas langsung menyapa tamu VIP. Semua sangat terpana. Nyonya Seo menurunkan
kacamata hitamnya, kalau Dan Yi dan Nyonya Seo datang bersamanya.
Dan Yi
dan Nyonya Seo melongo tak percaya Nyonya Go yang datang. Si pegawai binggung.
Nyonya Yoo pikir kalau tak boleh maka akan
cari tempat lain. Akhirnya petugas menyuruh masuk. Nyonya Seo mengumpat kesal
pada petugas yang menyebalkan lalu masuk.
Di dalam
Ji Yool
dan Park Hoon menari bersama, Park Hoon mencoba mengusir pria-pria yang ingin
menari dengan Ji Yool. Nyonya Seo dan
Dan Yi naik ke lantai atas, melonggo tak percaya melihat club yang sangat
besar. Nyonya Seo memberikan minum, ketiganya pun minum bersama.
Akhirnya
Nyonya Go turun ke lantai dansa, dan setiap orang langsung memberikan
jalan. paNyonya Seo dan Dan Yi ikut
dibelakangnya, saat musik dimulai Nyonya Go membuka jaketnya dan langsung
meliuk-liukan tubuhnya diatas panggung dengan gaya seksi.
Dan Yi
dan Nyonya Seo tak percaya melihatnya, begitu juga Ji Yool dan Park Hoon kalau
seniornya yang selama ini dianggap “Macan Gangnam”. Akhirnya Park Hoon pun
menarik Ji Yool agar segera keluar dari club.
Ji Yool
masih tak percaya kalau Nyonya Goo yang menari diatas panggung, lalu melihat ke
luar club dan langsung merangkul lengan Park Hoon meminta agar tersenyum dengan
wajah tegang. Park Hoon bingung bertanya ad apa.
“Sekretaris
ibuku di sana... Kebebasanku tergantung padamu.” Ucap Ji Yool panik
“Kalau
begitu, aku akan lakukan ini.” Kata Park Hoon memeluk Ji Yool dengan erat. Ji
Yool bahagia karena menganggap mereka pasangan serasi.
“Kenapa
dia mengikuti kita?” tanya Park Hoon berjalan meninggalkan club.
“Karena
ibuku tak percaya kita saling mencintai.” Kata Ji Yook. Park Hoon pikir dirinya
itu pandai berakting jadi pasti percaya.
“Tapi karena
kau terlalu jelek... Maksudku, kau sangat tampan dan baik... Tapi kau bukan
tipeku... Itu yang ibuku pikirkan.” Kata Ji Yool sedikit gugup melihat Park
Hoon seperti marah.
Ji Yool
menunjuk kalau akan naik taksi dari pinggir jalan, Park Hoon setuju lalu berpikir mereka harus
berciuman sebelum naik taksi. Ji Yool menahan amarah kalau Park Hoon sudah
gila, Keduanya seperti saling bertatapan sambil berpelukan.
Sek Ibu
Ji Yool terus mengikuti keduanya, lalu melaporkan kalau keduanya benar-benar berkencan dan menurutnya selera pria Ji Yool sedikit berubah. Nyonya
Seo terlihat marah. Sek Ibu Ji Yool menjauhkan ponselnya lalu berpikir
kalau pria itu lumayan manis.
Tuan Kim
dan Eun Ho pergi ke tempat pemancingan, Tuan Bong hanya duduk diam di malam
hari. Tuan Kim mengatakan kalau menganggap cuti agar nilai tak terpengaruh.
Tuan Bong melihat Eun Ho yang ikut juga. Tuan Kim mengatakan Eun Ho yang
mengikutiny kemari karena mencemaskan Tuan Bong.
“Aku mengikutimu
karena kau mengancam akan mencekikku.” Kata Eun Ho sambil terus membaca buku.
“Namun,
jika kau tak datang kerja lagi pekan depan, aku akan memecatmu... Kau akan
dipecat.” Ucap Tuan Kim mengancam
"Hidup
itu bagai mimpi musim semi. Mimpi kosong... Hidup hanya sementara dan mudah
terlupakan. Tak berguna dan sia-sia... Kosong dan hampa. Semuanya tak
berguna." Kata Tuan Bong mengatakan puisi kembali.
“Aku
setuju... Ji-hong.. Melakukan ini tak akan membawa Pak Choi kembali dan Juga
tak akan membuatmu kembali bersama Bu Seo... Aku setuju dengan itu.” Kata Tuan
Kim menyakinkan. Tuan Bong menyuruh mereka pergi saja.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar