PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Sebuah
truk kargo pergi dari rumah Eun Ho, setelah itu Eun Ho menurunkan barang-barang
dari mobilnya dan truk lain datang. Didalam rumah, Eun Ho sibuk menyiapkan
selimut dan bantal dalam ruangan, lalu memasang lukisan dan juga tirai yang
senada dengan dindingnya.
Ia juga
membeli meja rias, bahkan kursi dan juga lampu baca diruangan, serta rak buku
yang cocok dengan ruangan. Eun Ho keluar dari ruangan, Dan Yi baru pulang
melihatnya berpikir Eun Ho yang baru saja lari di treadmill.
“Kau pasti
belum makan malam, 'kan?” ucap Dan Yi dengan bangga membawa kotak makan lalu
bergegas ke lantai atas untuk ganti baju.
“Hei...
Apa Kau keluarkan barangku?.. Aku memintamu memberiku tiga bulan... Aku bahkan
cari kontrakan hari ini.” Keluh Dan Yi marah, Eun Ho hanya diam saja sambil
mengeluarkan kotak makan.
“Hei, Apa
kau lupa siapa yang membantu mendapatkan warisanmu? Kau bertengkar dengan ayah
tirimu setelah ibumu meninggal Dan ayahku... Ah... Sekarang setelah kupikirkan,
ayahku kanker gara-gara kau... Dia meninggal karena susah payah menolongmu
dapat warisan.” Ucap Dan Yi marah
“Ahh
sudah Lupakan. Tak ada artinya. Jadi Ke mana kau membuang barangku? Dasar tak
sopan.” Ucap Dan Yi tak bisa berhenti mengomel. Eun Ho hanya menunjuk ke
ruangan olahraganya.
Dan Yi
membuka pintu kamar, hanya bisa melongggo melihat ruangan berubah dengan kasur
yang besar, lukisan, meja rias, kursi baca, tirai yang senada. Wajah Dan Yi
tersenyum bahagia melihatnya ternyata semua pindah ke ruangan kamar yang
sebenarnya.
Akhirnya
keduanya makan bersama, Dan Yi makan sup buatan Eun Ho sambil memujinya kalau
sangat lezat. Eun Ho menyindir Dan Yi yang seharusnya berterima kasih, Dan Yi
pun mengucapkan Terima kasih dengan senyuman bahagia.
“Apa Ayahmu
kena kanker gara-gara aku?” tanya Eun Ho menyindiri.
“Aku
tarik kembali perkatakan itu, Tadi aku marah, jadi aku asal bicara saja.” Kata
Dan Yi malu.
“Kau dari
mana? Aku pindahkan barangmu sendirian.” Kata Eun Ho
“Aku
mencari kontrakan, tapi Omong-omong, ini sangat lezat... Wahh. Ini paling lezat!
Apa Kau sungguh memasaknya?” ucap Dan Yi terus makan sup buatan Eun Ho
“Kau
mencari kontrakan saat aku menata kamarmu.. Lalu Kau bawa makanan kotak saat
aku masak sup kimchi.” Keluh Eun Ho
“Rasanya
enak dengan sup kimchi dan Makanan kotak menjadi enak dicampur sup kimchi. Aku
pergi ke banyak tempat hari ini, jadi aku sangat lapar dan Bisa kuhabiskan
semua.” Kata Dan Yi penuh semangat.
“Dan Yi,
Aku tak masalah kau tinggal di sini... Tinggal bersamamu menyenangkan.” Akui
Eun Ho
“Hei... Wajahmu
memerah saat bilang hal itu.” Goda Dan Yi, Eun Ho menyangkal mengaku wajahnya
biasa saja.
“Wajahmu
menjadi merah... Jika wajahmu memerah tiap kau mengatakan hal baik, bagaimana
bisa kencan dengan wanita?” kata Dan Yi
“Kencan
bukan soal kata-kata.” Tegas Eun Ho, Dan Yi makin mengoda kalau yang artinya
adalah hubungan fisik. Wajah Eun Ho kembali memerah lalu berpura-pura kalau Sup
kimchinya sangat pedas.
“Euh
Ho... Terima kasih... Kehadiranmu saja memberiku percaya diri Tapi aku tetap
membutuhkan tempat sendiri dan Tak bisa terus mengandalkanmu. Aku akan bergegas
dan menabung, Tiga bulan mungkin tak cukup... Bagaimana jika enam bulan?” ucap
Dan Yi meminta waktu.
Eun Ho
tak ingin membahasnya kembali mengajak mereka untuk makan bersama. Dan Yi pun
mengucapakan Terima kasih karena Rasanya sup buatan Eun Ho yang sungguh lezat.
Esok pagi
Nyonya
Seo memberitahu kalau Besok pukul 14.00 ada rapat untuk mendiskusikan buku baru
In Ho-won jadi meminta mereka Pikirkan judul uraiannya untuk iklan. Dan Yi
penuh semangat mendengarnya melihat judul buku “PUCAT, KEKEJAMAN” dan mengingat
kalau dulu sering menulis itu.
“Dan
Yi... Ini bajuku untuk rapat. Tolong bawa ke penatu. Sebutkan saja namaku ke
penatu di persimpangan jalan.” Ucap Nyonya Go saat memanggil Dan Yi ke
ruanganya. Dan Yi melihat buku bersampul hitam diatas meja Nyonya Go.
“Bu Go...
Aku mendengar tentang rapat yang akan menentukan judul uraian untuk buku baru
In Ho-won. Aku ingin mengajukan ideku.” Ucap Dan Yi polos
“Dan
Yi... Lakukan saja tugasmu.” Ucap Nyonya Go sinis, Dan Yi pun tak bisa berkata
apapun.
“Dia
bukan menolak. Aku bisa lakukan tugasku dan ajukan uraian. Kau bisa, Dan Yi”
kata Dan Yi menyemangati dirinya saat keluar dari ruangan.
Akhirnya
Eun Ho memberikan buku “PUCAT, KEKEJAMAN” memastikan Dan Yi akan serius
melakukanya karena Nyonya Go tak akan menerima idenya. Dan Yi yakin akan
memberikan yang tak bisa ditolak oleh Nyonya Go dan akan menunjukkan
kemampuannya.
“Kau tahu
siapa aku... Aku Kang Dan-i. Aku pernah sukses di periklanan.” Ucap Dan Yi
yakin
“Kau
pasti sangat ingin kembali ke bidang itu.”komentar Eun Ho, Dan Yi membenarkan
karena sangat bersemangat
“Jantungku
berdegup kencang... Aku harus baca buku ini sekarang.” Ucap Dan Yi lalu
berjalan pergi. Eun Ho pun hanya bisa tersenyum.
Dan Yi
membaca semua buku dan memberikan label yang penting, saat itu Nyonya Seo meminta agar membawakan
berkas ke Tim Dukungan Bisnis. Dan Yi pun pergi melakukan pekerjaanya.
Setelah
selesai menuliskan poin “Novel thriller karya profesor psikologi. Judulnya,
Pucat, Kekejaman menurutnya genrenya harus jelas. Sesampai dirumah, Eun Ho
memberikan buah untuk Dan Yi dan juga minum. Dan Yi mengucapkan terimkasih dan
tetep fokus membaca.
Pagi
harinya
Dan Yi
menemui Nyonya Go memberikan berkas tentang Judul iklan. Nyonya Goo membaca
[LAHIRNYA THRILLER BARU THRILLER</i> TAHUN 2019! BUKU ERA INI! THRILLER MENEGANGKAN
YANG MENGEJUTKAN!]
“Sudah
lama aku tak melihat yang seperti ini... Semuanya kuno.” Komentar Nyonya Go
membuang semua lembar kertas dilantai.
“Maaf.
Nanti akan lebih baik...” kata Dan Yi tertunduk sedih
“Kau tak
cocok menjadi pemasar. Desainnya seperti pada tahun '90-an. Dalam pemasaran,
modernitas adalah kunci. Apa Kau tahu itu? Kenapa kau melakukan hal yang tak
diminta dan diceramahi tanpa alasan? Kukira kau tahu itu karena kau tua, tapi
kau sama tak pahamnya dengan para pemula. Jadi Keluarlah dan berhenti membuang
waktuku... Sabar, Dan Yi” ucap Nyonya Go sinis.
Dan Yi
akhirnya pergi ke perpustakan mencari referensi tentang ERA BARU THRILLER, Noir
yang intens.. lalu mulai mencatat semuanya dlam buku.
“Novel yang akan membuat jantung berdebar
musim dingin ini. Pertarungan akal yang
akan menghilang bagai fatamorgana.” Ucap Dan Yi terlihat bahagia bisa merangkai
kata, tapi menurutnya terdengar aneh.
Dan Yi
membuat teh di pantry melihat Hae Rin datang lalu menawarkanya, Hae Ri melihat
berkas diatas meja lalu bertanya apakah itu judul untuk uraian buatan Dan Yi.
Dan Yi mengaku ingin memberikan ide dan
membantu perusahan juga.
“Maukah
kau melihatnya?” kata Dan Yi, Hae Rin seperti tak enak hati diminta tolong.
Saat itu Dan Yi menerima tamu dari bagian service printer akhirnya pergi
mengantarnya. Hae Rin pun melihatnya.
Dan Yi
akhirnya kembali dan tak melihat Hae Rin dipantry lalu melihat catatan yang
dituliskan “TERDENGAR SEPERTI KAU MEMOHON ORANG UNTUK MEMBELI BUKUNYA” Ia
mengeluh menurutnya tak ada yang salah
memohon, tapi menurutnya Hae Rin juga benar.
“Alih-alih
dengan nada menjual, aku harus membuat pembaca menginginkannya sendiri.” Ucap
Dan Yi
Setelah
itu melihat lembaran lain dan Hae Rin menuliskan catatan lain "Kau hanya menjelaskan isi
bukunya." Lalu "Ini tak cerdas, Ini tak langsung memikat
pembaca." Wajah Dan Yi tersenyum bahagia ada tanda bintang di judul yang
paling belakang.
“Kukira
kau mengajar kelas hari ini.” Ucap Dan Yi santai melihat Eun Ho masuk ruangan.
“Panggil
aku yang benar di kantor,. Bu Kang Dan Yi” kata Eun Ho, Akhirnya Dan Yi memanggl Sopan Pak Cha.
“Bagaimana
ini untuk judul uraian?” tanya Dan Yi memberikan tulisanya. Eun Ho melihat
judul [PERTARUNGAN AKAL SENGIT YANG AKAN MEMBUATMU TAKJUB]
Dan Yi
mempersiapkan RAPAT STRATEGI PEMASARAN BUKU BARU PUKUL 14.00 dengan menyusun
gelas dan map diatas meja. Para pekerja pun mulai masuk ruangan, Ia memberikan draf final uraiannya pada
Nyonya Goo. Nyonya Goo dengan wajah sinis mengambilnya.
Tuan Kim
dkk pun akhirnya masuk ruangan dan akan mulai rapat. Dan Yi duduk di meja
kerjanya memikirkan Apakah uraian yang baik itu?
Eun Ho
membahas Uraian yang baik itu harus merefleksikan judul bukunya. Tuan Bong
pikir Nuansa bukunya harus bertepatan dengan misterinya jadi harus memakainya
sebagai tema. Nyonya Seo pikir itu bagus, tapi coba bicarakan itu dengan
pembaca di toko buku.
“Siapa
yang akan membelinya?” ucap Nyonya Seo, Pegawai lain setuju karena mereka harus
membuat pembaca membeli bukunya dulu.
“Bu Go,
ada pendapat?” tanya Tuan Kim. Nyonya Go mengaku punya beberapa lalu memberikan lembaran
kertasnya.
“Kau
selalu andal, Ini Keren dan bagus... Ini membawa semangat dan membuat
tertarik.” Ucap Tuan Kim melihatnya. Semua pegawai pun mengaku jadi penasaran
setelah melihatnya.
Eun Ho
dan Hae Rin melihat lembaran kertas hanya terdiam karena tahu itu milik Dan Yi.
Hae Rin mengingat saat membaca "Pertarungan akal yang akan membuatmu
takjub." Dan memberikan tanda bintang.
Eun Ho
mengingat saat Dan Yi ingin tahu pendapat Eun Ho untuk judul uraian. Ia ingat kalau itu milik Dan Yi tapi diakui
oleh Nyonya Go. Tuan Kim berkomentar kalau
Cara lama terkadang berfungsi jadi tak tahu cara berpikir anak muda.
“Ini
sebabnya dia digaji mahal. Daripada dibuat singkat, mungkin lebih baik pakai
cara lama dengan beberapa kalimat. Serta mudah dimengerti. Ini membuatku
penasaran.” ungkap Tuan Kim memuji Eun Ho dan Hae Rin hanya menatap ke arah
Nyonya Goo.
Akhirnya
rapat pun selesai dan satu persatu keluar ruangan, Dan Yi seperti tak sabar
menunggunya, Eun Ho terlihat acuh sampai begitu juga Nyonya Goo. Ia
mendengarkan komentar kalau tdak sering uraian Bu Go terpilih daripada uraian
Bu Seo.
"Pertarungan
akal yang akan membuatmu takjub." Itu sebabnya dia jadi direktur Diksinya
tak seperti biasanya.” Komentar Beberapa pegawai.
Dan Yi
terdiam karena itu tulisannya tapi malah diakui oleh Nyonya Go, Hae Rin akan
keluar dari ruangan, keduanya saling menatap tapi Hae Rin mencoba acuh dan Dan
yi seperti merasa tersakiti karena Hae Rin tahu kalau gagasan itu miliknya.
“Apa ini
sering terjadi? Ini uraianku... Kau tahu itu... Kau tahu arti bintang ini.”
Ucap Dan Yi melihat lembar kertasnya.
“Aku tak
paham yang kau bicarakan... Kurasa ini bukan salah satu salinan yang kau
tunjukkan.” Kata Hae Rin. Dan Yi
akhirnya hanya bisa terdiam.
Dan Yi
akhirnya akan turun dari lift, tak sengaja bertemu dengan Hae Rin tapi keduanya
hanya diam saja bahkan didalam lift. Dan Yi pun terlihat masih sangat kecewa.
Hae Ri ingin bicara tapi seperti tak enak hati, akhirnya berani untuk bicara.
“Dan Yi,
Ini tempat bekerja... Kuberi tahu saat hari pertamamu. Saat kami merekrut
sepuluh orang, hanya satu yang bertahan setelah tiga tahun. Jika kau mau
bertahan di sini, maka berhentilah berpikir ini tak adil.” Ucap Hae Rin
“Bukan
hanya itu yang kupikirkan. Aku juga kecewa pada seseorang. Tanpa memihakku,
atau mempermasalahkannya, hanya bilang, "Aku tahu yang kau rasakan."
sudah cukup bagiku. Alih-alih menasihati atau menenangkanku, bersimpatilah
denganku.” Ucap Dan Yi
“Kita
semua manusia. "Aku tahu yang kau rasakan." Itu yang kuharapkan.
Sampai jumpa besok, Bu Song.” Ungkap Dan Yi lalu keluar dari lift. Hae Rin pun
hanya bisa diam.
Dan Yi
dan Eun Ho akhirnya minum bersama, Dan Yi tak percaya kalau beginilah cara
orang bertahan mengambil ide pegawai kontrak. Dan Eun Ho pura-pura tak tahu.
Eun Ho pikir sudah bilang akan sulit dan tak ada yang menyuruhnya.
“Kau
memihak atasanmu” kelu Dan Yi. Eun Ho pikir Itu tak penting.
“Hanya
karena idemu dipilih, tidak membuktikan kompetensimu.” Ucap Eun Ho
“Bukan
itu yang kumau. Saat ini, aku hanya mau pegawai lain tahu itu ideku. "Dia
bukan hanya orang yang bekerja rendahan. Dia bisa sukses jika diberi
kesempatan." Sesuatu seperti itu Bahkan itu pun sulit dicapai.” Kata Dan
Yi
“Kau
mungkin butuh waktu lebih. Apa Kau bisa bertahan?” tanya Eun Ho
“Aku akan
bertahan. Rasanya seperti aku memulai hal yang baru. Rasanya seperti aku rekrut
baru. Apa Kau tahu apa yang sangat kusuka?” ucap Dan Yi memanggil nama Eun Ho
berkali-kali. Eun Ho pikir Dan Yi sedang
mabuk.
“Kau tahu
orang-orang... Sekarang orang-orang memanggilku dengan nama.” Ucap Dan Yi, Eun
Ho binggung apa maksudnya.
Dan Yi
selama ini menerima panggilan “Ibu, Sayang, Kau, Ibu” jadi selama ini, tak ada
yang memanggil dengan nama padahal punya nama Kang Dan Yi, tapi tak ada yang
memanggil namanya dan sekrang orang-orang memanggil namanya.
Dia awal
Park Hoon memanggil namanya, lalu Ji Yool memanggil namanya saat ingin tahu
umurnya. Nyonya Seo memanggil namanya
saat meminta agar siram tanaman. Dan Yi merasa kalau rasanya aneh tapi senang.
Eun Ho
pun mengoda memanggil nama Dan Yi dan Dan Yi membalas dengan memanggil nama Eun
Ho. Eun Ho pun mengoda Dan Yi dengan memanggil “ Dan-i cantikku.” Lalu Dan Yi
membalas “Eun Ho tampanku.”keduanya pun tampan.
Dan Yi
melihat wajahnya di cermin merasa terlalu banyak minum, lalu memanggil Eun Ho
agar berhenti minum karena pasti mabuk. tapi Eun Ho sudah ada di ruang tengah,
akhirnya membuka pintu kamar tak melihatnya.
“Ke mana
dia saat sedang minum?” ucap Dan Yi binggung lalu mencoba menelp Eun Ho ingin
tahu keberadaanya.
“Aku ada
di taksi.” Kata Eun Ho, Dan Yi bingung karena Eun Ho banyak minum.
“Makanya
aku naik taksi. Jika sadar, aku sudah menyetir sendiri. Kau tahu aku tak suka
orang lain mengemudikan mobilku.” Ucap Eun Ho
“Lalu Kau
mau ke mana?” tanya Dan Yi, Eun Ho pikir pasti akan pulang ke rumah.
“Hei, kau
minum di rumah... Ini aku, Dan Yi, Kita minum bersama di rumah. Kau mau ke
rumah siapa? Apa kau semabuk itu?” ucap Dan Yi
Eun Ho tersadar lalu bertanya pada sopir taksi kemana mereka akan pergi.
Akhirnya
Eun Ho pun turun dari taksi dan melihat rumah Dan Yi yang akan dipugar. Seperti
sudah jadi kebiasan Eun Ho yang pergi ke rumah Dan Yi saat mabuk.
“Kapan
pun aku mabuk, aku datang kemari karena aku sangat merindukan Dan Yi. Terkadang,
aku dengar tawanya. Terkadang kudengar mereka bertengkar. Dan terkadang Aku melihatnya
menangis.”
Eun Ho
datang ke tempat Dan Yi walaupun berganti musim, mendengar suara teriakan Dan
Yi dan Dong Min bertengkar, bahkan Dan Yi yang menangis didepan rumah Eun Ho
memilih untuk bersembunyi.
“Saat
itu, aku bahkan tak bisa menyapanya. Kukira hatiku akan hancur.”
Akhirnya
Eun Ho kembali ke rumah, Dan Yi menunggu didepan rumah dengan wajah panik
menanyakan keadaanya dan ingin tahu dari mana. Eun Ho menatap wanita yang
selama ini dirindukanya.
“Kini aku
tak perlu ke sana setelah minum. Dan Yi tinggal di rumahku.” Gumam Eun Ho lalu
memeluk erat Dan Yi, dan Yi terlihat binggung.
Bersambung
ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar