PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Young
Joon dalam ruangan terlihat bangga membuat alasan 'Hari Komunikasi' seperti tak
percaya kalau otaknya bisa langsung mendapat ide cemerlang seperti itu. Saat
itu Mi So masuk ruangan, Young Joon ingin tahu pendapat Mi So berpikir tadi
kalau cukup wajar.
“Bos...
Kau mengurus pekerjaanmu sendiri, itu membuatku tak nyaman.” Kata Mi So.
“Apa kau
salah ucap? Maksudmu 'nyaman' kan ?” kata Young Joon., Mi So menegaskan tidak
seperti itu.
“Tidak, Aku
tak ingin menerima perlakuan khusus darimu hanya karena kita pacaran. Itu
melukai harga diriku.” Tegas Mi So marah
“Apa Kau
tak suka aku mengurus sendiri pekerjaanku?” tanya Young Joon heran.
“Itu
sudah jadi tugasku selama 9 tahun ini. Jadi, kumohon izinkan aku untuk terus
melanjutkan tugasku. Aku harus kembali bekerja.” Kata Mi So, Young Joon menahan
Mi So pergi.
“Sekretaris
Kim... Aku mengerti maksudmu... Tapi, aku hanya tak ingin kau melakukan tugas
kecil seperti itu..” kata Young Joon.
“Kau
bilang 'tugas kecil'? Mengurus tugas kecil seperti itu sudah bagian dari
pekerjaanku. Aku bekerja keras melakukan pekerjaan dengan sempurna termasuk
tugas kecil itu supaya atasanku puas dengan kinerjaku dan membuatku bangga.”
Jelas Mi So
“Tapi
pemilihan katamu membuatnya terdengar kau tak menghargai tugasku, dan melukai
perasaanku.” Tegas Mi So marah
“Kau yang
melukai perasaanku. Apa kau sungguh tak tahu kenapa aku mengerjakan tugasku
sendiri? Aku terbiasa terima pekerjaan dengan beres. Apa Menurutmu mudah saat
kukerjakan semua tugas itu sendiri? Itu sulit, tapi aku berusaha melakukannya
demi kau. Aku ingin bersikap baik padamu.” Balas Young Joon
“Tapi
tetap saja, jangan lakukan lagi. Disini tempat kita bekerja, dan kita
seharusnya cukup bekerja. Aku harus memberi batasan untuk memisahkan antara
menjadi Kim Miso, dan menjadi sekretarismu. Aku tak boleh goyah. Jadi Aku harap
kau bisa mengerti...” kata Mi So
“ Kau
terlalu rasional.” Keluh Young Joon. Mi So pun pamit karena harus kembali
bekerja.
“Semua
yang dikatakannya benar. Tapi, kenapa perasaanku begini?” ucap Young Joon
heran.
Ji Ah
melihat tatapan Young Joon di ruang kerja pada Mi So tapi Mi So tak
mengubrisnya sibuk mengetik. Akhirnya Ji Ah bertanya apakah Mi So berbuat salah
pada Young Joon. Mi So mengaku tak seperti itu. Ji Ah merasa kalau terjadi
sesuatu,
“Aku
lihat situasinya cukup tegang. Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi apa kau bisa
meminta maaf saja padanya? Saat ini aku ketakutan, jantungku terus saja
berdegup kencang.” Ungkap Ji Ah
“Ya, kurasa
aku tak lakukan kesalahan apapun untuk meminta maaf padanya.” Kata Mi So
“Tapi
tetap saja... Kau biasanya membungkuk meminta maaf pada Bos meski kau tak
melakukan kesalahan apapun.” Ungkap Ji Ah, Mi So terlihat kebingungan.
Saat itu
Young Joon keluar dari ruangan, Mi So hanya menatapnya lalu Young Joon berjalan
pergi.
Young
Joon datang ke tempat Tuan Park mengaku benar-benar tak mengerti karena Mi So
yang berpikir irasional dan cermat dalam
segala hal, menurutnya Mi So itu benar-benar penggila kerja yang cuma
memikirkan pekerjaan.
“Bukankah
kau memang suka orang yang rasional, cermat, dan fokus pada pekerjaan seperti
Sekretaris Kim? Bukankah itu alasan kau tetap memperkerjakannya selama 9
tahun?” kata Tuan Park
“Dia
benar-benar tak mengerti perasaan pria. Apa ini karena dia tak pernah pacaran
sebelumnya?” keluh Young Joon.
“Kau juga
belum pernah pacaran.” Ejek Tuan Park
“Beberapa
jam lalu aku tergila-gila padanya tapi aku merasa jika persoalan kecil bisa
membawa petaka sekarang. Dia selalu saja mengabaikan ucapanku yang dirasanya
membuat tak nyaman.” Komentar Young Joon
“Ya,
pokoknya itu terjadi pada tiap hubungan.BerBeda pendapat kecil bisa menyebabkan
konflik besar. Tapi masalahnya, Jika pasangan sering bertengkar karena
persoalan seperti itu, dan mulai saling terpecah belah, lalu Hubungan kalian
bisa berakhir. Seperti yang terjadi padaku.” Kata Tuan Park sedih. Young Joon
terlihat binggung.
“Kami
baru saja pacaran. Apa kau sedang mengutuk kami?” keluh Young Joon.
“Young
Joon... Jangan biarkan masalah berlarut-larut. Kalau tidak, kalian bisa putus Seperti
yang kualami.” Ucap Tuan Park dengan wajah sedih duduk kembali di kursinya.
Young Joon hanya bisa menatap bingung dengan sikap temanya.
Mi So
pergi ke toilet menatap cermin teringat kembali ucapan Ji Ah “Tetap saja, kau
selalu membungkuk meminta maaf pada bos meski kau tak melakukan kesalahan
apapun.”
“Dulu aku
tak berpikir panjang untuk meminta maaf padanya meski aku tak lakukan
kesalahan. Sekarang, untuk suatu alasan, tak mudah lagi bagiku meminta maaf.
Apa kami bisa berbaikan saat bicara nanti?” gumam Mi So
Saat
kembali ke meja kerja, Ji Ah meminta izin untuk pulang lebih dulu, karena hari ini pindahan. Mi So pun
memperbolehkanya, Ji Ah pun segera
bergegas untuk pulang. Saat itu
Young Joon keluar dari ruangan, suasana terasa tak nyaman.
“Apa
semua jadwalku hari ini sudah selesai?” tanya Young Joon sambil bergumam “Katakan
kalau kita masih harus berbaikan.”
“Ya, tak
ada jadwalmu yang lain hari ini, Bos.” Ucap Mi So dan ikut bergumam dalam hati
“Katakan kita bisa menyelesaikan kesalahpahaman lewat makan malam.”
“Baiklah
kalau begitu... Kau juga boleh pulang.” Kata Young Joon kembali bergumam
“Katakan jangan pulang dulu dan kita perlu lakukan sesuatu bareng.”
“Baiklah,
aku juga akan pulang lebih awal.” Balas Mi So dan terus bergumam “ Katakan, 'pekerjaan sebagai
Sekretaris selesai Tapi, Kim Miso harus berkencan denganku'.”
Akhirnya
Young Joon pun memilih untuk pergi tapi
tetap hanya diam karena berharap Mi So mengatakan 'Kenapa kau berdiri disana?
Ikutlah denganku' dan berharap Mi So menahanya untuk tak pergi. Tapi Mi So tak berkata apa-apa, akhirnya Mi
So kesal sendiri.
Ji Ah
mengeluh pada ibunya di telp karena nomor rumahnya 301, bukan 302 dan meminta
agar segera mengirimkan saja ke alamat yang dikirimkan. Saat itu ia melihat
petugas yang mengangkut barang ke kamar 301, dan meminta maaf karena datang
terlambat.
“Tak apa.
Kami sudah hampir selesai. “ ucap petugas, Ji Ah pun membantu dengan membawa
barang-barang dan meninggalkan kipas angin.
Saat itu
Tuan Ko sibuk dengan tab barunya terlihat sangat bahagia, lalu melihat ada
kipas angin didepan rumah, karena kipas anginnya bisa berguna. Ia melihat
sekeliling dan akhirnya membawa kipas karena berpikir dibuang oleh pemiliknya.
Ji Ah
kembali ke depan rumah kebingungan mencari kipas yang tertinggal, lalu bertanya
pada pemilik rumah Apa melihat kipas angin.
Bibi pemilik binggung karena itu milik Ji Ah dan memberitahu kalau Pria yang
tinggal di atap mengambilnya. Ji Ah melirik kesal ke arah atap rumah.
“Aku kira
seseorang membuang kipas ini karena rusak. Ternyata masih berfungsi dengan
baik. Aku harus menamaimu kipas versi Ko Gui Nam, Ko Kipas.” Ucap Ji Ah dengan
wajah bahagia duduk dengan hembusan kipas, saat itu Ji Ah datang dengan wajah
kesal.
“Hei, apa
yang kau lakukan disini? Oh, apa kau pindah hari ini? Apa kau ingin memberi kue
beras pada tetangga?” ucap Tuan Ko. Ji Ah mengumpat kesal.
“Wah...
Dia sungguh mencuri kipasku. Apa masalahmu? Kenapa kau mengambil kipasku?” kata
Ji Ah marah, Tuan Ko kaget karena kipas itu ternyata milik Ji Ah.
“Aku
membawanya pulang karena mengira seseorang membuangnya. Ini salahmu. Kenapa kau
menaruh kipasnya dijalanan seperti itu?” kata Tuan Ko
“Apa yang
kau bicarakan? Aku sedang memindahkan barang-barangku ke dalam aparteman. Dan
bagaimana bisa kau mengira kipas itu dibuang? Kipasnya masih bagus dan
berfungsi dengan baik.” Ucap Ji Ah dengan nada tinggi.
“Belakangan
ini, orang membuang barang yang tak rusak. Coba Lihat meja ini, kubawa pulang
karena seseorang membuangnya...” kata Tuan Ko lalu meralatnya kalau bukan meja
yang ada didepanya karena malu.
“Pokoknya,
Aku akan kembalikan padamu tanpa kau minta.” Kata Tuan Ko. Ji Ah pikir tak
perlu meminta karena kipas itu memang miliknya lalu mengambilnya dan bergegas
pergi.
Mi So
berjalan pulang seperti berharap Young Joon yang menelp tapi ternyata Pil Nam,
dengan wajah kecewa mengangkatnya. Ia menolak kaalu tidak mau minum karena
merasa lelah lalu menutup telpnya.
Sementara Ji Ah mengambil gambar foto makanan, merasa
kalau Hari pindahan tak lengkap tanpa memakan makanan Cina. Lalu mendengar
bunyi bel rumahnnya, saat membuka pintu dikagetkan dengan Tuan Ko membawakan tomat
ceri dalam plastik.
“Apa...
untuk apa tomat ceri ini?” tanya Ji Ah bingung.
“Aku
menanam tanamannya sendiri, menyiraminya, dan memastikan mereka dapatkan cukup
cahaya matahari. Mereka adalah tomat ceri yang kubesarkan seperti anakku
sendiri. Jadi Ambillah.” Kata Tuan Ko sambil mengeluh kalau lenganya pegel.
“Kenapa
kau memberiku sesuatu yang berharga bagimu?” tanya Ji Ah mengambil buah tomat
ceri.
“Ya, aku
minta maaf soal tadi, jadi Anggaplah ini bayaranku memakai kipasmu untuk
beberapa menit dan hadiah penyambutanmu sebagai seniormu di kantor. Kalau
begitu, aku pamit dulu.” Ucap Tuan Ko lalu bergegas pergi. Ji Ah terlihat
binggug
Ji Ah
mencuci buah tomat dan berpikir kalau
sudah terlalu kasar pada Tuan Ko tadi. Lalu teringat dengan ucapan Tuan
Ko saat menatap ke meja makan “Saat kau pesan makanan, makanannya akan tersisa
karena biasanya porsinya terlalu banyak untuk satu orang.”
“Aku
harap kau tak menyarankan makan bersama.” Ucap Ji Ah, Tuan Ko mengaku bukan
seperti itu.
“Kapanpun
kau pesan makanan, Kau harus memberiku setengah sebelum mulai makan. Sehingga
tak ada makanan sisa, dan itu akan menguntungkan kita berdua.” Kata Tuan Ko
Akhirnya
Ji Ah membawakan makana ke atap, dengan
alasan kalau Makanannya kebanyakan Jadi
berpikir sebaiknya membagikan makananya.
Tuan Ko menahan Ji Ah sebelum pergi,
Ji Ah pikir kalau Tuan Ko tak perlu bilang terimakasih.
“Aku
ingin berbagi karena kau sudah kasih tomat ceri padaku.” Kata Jia Ah.
“Bukan
itu, aku Cuma ingin memberitahumu kalau kau seharusnya pesan nasi goreng dengan
udang. Aku lebih suka karena tekstur udangnya yang lembut dan lezat.” Kata Tuan
Ko mengoceh, Ji Ah hanya bisa melonggo
“Tangsuyuk-nya
juga... Aku lebih suka mencelupnya ke saus secara terpisah dari pada...” kata
Tuan Ko, Ji Ah kesal akan mengambil nampan makannya, Tuan Ko menahanya,
“Aku akan
memakannya karena aku tak bisa menolak kebaikanmu.” Kata Tuan Ko
“Ini
bukan kebaikan, Aku melakukan karena formalitas.” Ucap Ji Ah
“Kalau
begitu, aku akan terima sebagai formalitas.” Balas Tuan Ko
“Sebenarnya,
bukan karena itu juga, jadi Kembalikan saja.” Kata Ji Ah marah, Tuan Ko menolak
mengaku sebagai pria yang ber-etika.
“Dan kau
tahu? Aku lebih suka tomat besar dari pada tomat ceri.” Balas Ji Ah
“Aku
punya tomat besar disana, lain kali aku akan berikan padamu.” Kata Tuan Ko. Ji
Ah menolak karena tomatnya masih mentah. Keduanya terus saling tarik menarik.
Sung Yeon
duduk menatap bukunya “Kebetulan menyatukan kita, ini mungkin pertanda bahwa
kita ditakdirkan bersama. Lee Sung Yeon” teringat kembali yang dikatkan saat
konser buku.
“Aku tak
akan bisa melewatinya sendiri. Aku tak mau melepas wanita yang dulu telah
mendampingiku. Aku akan melindunginya dengan segenap yang kumiliki.” Ucap Sung
Yeon tapi Mi So malah pergi begitu saja.
Mi So
berbaring ditempat tidur dengan wajah sedih karena Young Joon yang tak
menghubunginya, lalu terdengar bunyi bel rumahnya. Saat membuat pintu mulutnya
melonggo kaget karena Young Joon yang datang,
“Apa kau
sudah tidur?” tanya Young Joon gugup. Mi So pikir kalau Masih terlalu dini
untuk tidur.
“Mengenai
hari ini...” kata Young Joon dan disela kalau ada kurir yang datang membawa
paket.
“Ada
kiriman untukmu.” Kata Young Joon, Mi So terlihat binggung lalu menerima paket
makanan dari kurir .
“Apa itu "Kimchi
sawi hijau"? ucap Young Joon melihat box yang dibawa Mi So
“Kimchi
ini selalu terjual habis di saluran Home Shopping. Rasanya sangat lezat.” Kata
Mi So
Young
Joon pikir mengingikanya juga, Mi So terlihat binggung, Young Joon mengajak makan
sama-sama dengan kimchi. Mi So pun bertanya apa yang dibawa oleh bosnya. Young
Joon mengaku kalau itu Makanan kesukaan Mi So. Mi So pun dengan sedikit sinis
mengajak masuk ke dalam rumahnya.
Mi So kaget
melihat makanan yang dibawa Young Joon, karena pelanggan di restoran Go tapi
bosnya itu datang ke sana. Young Joon mengaku
bahkan memanggang sendiri. Mi So membayangkan saat Young Joon memanggang
kulit babi lalu meminta agar bibi membungkusnya.
“Oh, ya.
Pemilik restoran mengingat hari kita kesana. Aku bahkan dapat oleh-oleh serangga,
ternyata, kau menyukainya.” Kata Young Joon, Mi So binggung apa maksudnya
serangga. Young Joon mengeluarkan sebuah
plastik.
“Oh,
*Beondegi.... Ini larva ulat sutera” kata Mi So berbinar-binar melihat isi
plastik.
“Kulit
babi dan serangga... Pacarku sungguh punya selera yang unik.” Kata Young Joon,
Mi So mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kau
berterima kasih karena aku telah membawakan makanan kesukaanmu?” tanya Young
Joon
“Bukan,
karena kau sudah datang kemari.” Ungkap Mi So
“Aku
merindukanmu. Kenapa kau begitu rasional di kantor?” keluh Young Joon.
Mi So
menjelaskan Di kantor, Young Joon adalah atasannya dan ia adalah sekretarisnya
, jadi harus lebih hati-hati jadi Itulah alasan harus memberi batasan. Ia
menegaskan kalau meminta maaf karena
sudah membuat Young Joon.
“Aku tak
suka dan Sungguh tak kusangka.” Keluh Young Joon
“Bagaimana
kau tega menolak permintaan maafku.” Balas Mi So
“Bukan
itu, maksudku caramu menyebutku... Panggil aku, 'Oppa' mulai sekarang.” Ucap
Young Joon
“Kenapa
kita tak pakai saja panggilan seperti biasanya? Kau bisa terus memanggilku
Sekretaris Kim.” Kata Mi So
“Kalau
begitu, aku bisa mulai memanggil namamu saja. Jadi Panggil, 'Oppa'.” Kata Young
Joon
Mi So
akan memanggil Oppa, tapi tak bisa melakukanya berpikir kalau mungkin lain kali
saja dan bisa melakukan perlahan-lahan. Saat itu terdengar teriakan dari pintu
kalau kakak Mi So datang kerumah, Mi So panik tapi Young Joon sudah siap mengenalkan
diri.
“Aku
ingin mereka mengetahuinya secepat mungkin.” Kata Young Joon merapihkan jasnya.
“Jangan
sekarang, ikut denganku.” Kata Mi So menarik Young Joon, tapi Young Joon merasa
tak masalah.
“Jangan
berisik.” Tegas Mi So, Young Joon merasa hanya perlu menyapa mereka. Mi So
membuka pintu lemari menyuruh Young Joon masuk.
“Apa kau
akan menyuruhku kedalam sana? Sekretaris
Kim... Aku ini Lee Young Joon, Wakil Ketua Yumyung Group.” Tegas Young Joon.
“Kau
sekarang pacarku... Berdiam disana...” kata Mi So berharap Young Joon mengikuti
perkataanya.
Mi So
bergegas menaruh sepatu dalam rak lalu membuka pintu, Pila Nam mengeluh adiknya
yang ada didalam rumah tapi tak segera membuka pintunya, Mi So beralasan kalau
mengantuk dan hera melihat dua kakaknya datang ke rumah.
“kau
terdengar kurang bersemangat tadi. Jadi, kami kemari untuk menghiburmu.” Ucap
Pil Nam membawakan makanan
“Ini...kulit
babi panggang dari kedai Kulit Go! Kau sudah makan rupanya.” Kata Wan Mee
melihat makanan diatas meja.
“Oh, aku tiba-tiba
ingin makan itu.” Kata Mi So, Wan Mee heran karena ada dua porsi diatas meja.
“Apa kau menyuruh
Bosmu datang kemari lagi?” kata Pil Nam,
Mi So mengaku kalau Young Joon cuma makan dan langsung pulang.
“Dia
orang kaya, apa dia tak punya tempat tujuan lain? Dia menyuruhmu masak ramen
saat terakhir kali datang kemari.” Keluh Pil Nam, Young Joon yang ada didalam
lemari terlihat menahan kesal.
Wal Mee
baru mengetahuinya, kalau Mi So memasakkan ramen dan menyuruh makan kulit panggang hari ini
dengan mengejek kalau seleranya rendahan sekali. Mi So mengaku kalau ini Young
Joon yang membawa sendiri kulit babinya.
“Ini
Buruk sekali... Apa Dia membawa kulit babi panggang, bukan steak? Astaga,
bagaimana bisa pria kaya seleranya rendahan begitu.” Keluh Wal Mee
“Miso,
jangan sampai kau berhubungan dengannya. Sudah kubilang,Kalian beda kasta. Meski kalian saling menyukai, keluarganya
pasti menentangnya. Bagaimana kalau ibunya memberimu amplop berisi uang... Dan
berkata, 'menjauhlah dari putraku,' lalu menyiram wajahmu dengan air?” ucap Pil
Nam
Mi So
panik karena Young Joon pasti mendengarnya, lalu mengeluuh kakaknya yang
terlalu banyak menonton drama. Pil Na menegaskan meski keluarganya merestui,
tapi tetap tak merestuinya. Wal Mee mendengar cerita dari Pil Nam kalau Young
Joon itu narsis dan mementingkan diri sendiri. Mi So mengelak tak pernah
mengatakan hal itu.
“Lebih
dari itu, Kau bilang, dia bahkan tak bisa ciuman karena dia menderita kelainan
seksual. Jika dia punya banyak waktu luang, Suruh dia datang ke klinik urologi
di tempat kami bekerja.Jadi Ayo bicarakan sambil minum-minum.” Kata Pil Nam, Mi
So dibuat panik sementara Young Joon terlihat menahan amarah.
Ketiganya
akhirnya minum-minum didepan ruang TV, Mi So berdiri dari tempat duduknya. Kedua
kakaknya mengeluh karena masih ingin minum tapi Mi So menyuruh pulang, Mi So
pikir lain kali saja dan mendorong kakaknya untuk pulang. Setelah itu Mi So
bergegas membuka pintu lemari, Young Joon langsung melirik sinis.
“Sekretaris
Kim... Bagimana kau mengadu soal diriku pada mereka?” ucap Young Joon. Mi So
mengaku Bukan seperti itu maksudnya.
“Kau tak
sedikitpun mengadukan hal yang mewah soal diriku. Apa kau cuma bercerita pada
mereka kalau aku makan ramen disini? Dan kau bilang aku egois? Kalau tahu
begini, aku tak akan membawa kulit babi panggang dan serangga, apa kau tahu?”
ucap Young Joon marah
“Maafkan
aku... Aku paham kekecewaanmu.” Kata Mi So, Young Joon akhirnya mengeluarkan
kakinya
“Mari
hentikan... Kita mungkin akan berantem lagi. Kita baru saja berbaikan” kata
Young Joon lalu menarik Mi So dipangkuanya, keduanya saling menatap.
“ Dan kau
sangat cantik... sehingga aku tak bisa marah.” Akui Young Joon lalu mencium Mi
So lebih dulu tak ada lagi rasa trauma. Mi So pun merasakan ciuman Young Joon
tanpa ragu.
Mi So
membaca pesan dari Sung Yeon dalam ponselnya “Hari itu aku bertindak gegabah dan
membuatmu berada di posisi canggung, aku menyesal. Aku akan menemuimu di kantor
nanti, ayo kita bicara sebentar.” Young Joon baru masuk menyapa Mi So dengan
wajah bahagia.
“Apa aku
boleh bertemu dengannya sebentar? Aku ingin memberitahunya perasaanku dan
menyudahinya.” Kata Mi So memperlihatkan pesan dari Sung Yeon.
“Lakukanlah.”
Ucap Young Joon dengan menahan amarahnya.
Sung Yeon
bertemu dengan Mi So menanyakan kabarnya lebih dulu. Mi So mengaku baik. Sung
Yeon tahu kalau Mi So sudah menghindari teleponnya belakangan ini jadi merasa
menyesal dan mengucapkan Terima kasih karena bersedia menemuinya.
“Senang
berjumpa denganmu... Maafkan aku... karena aku mendadak mengutarakan perasaanku
hari itu. Aku cuma ingin mengungkapkan perasaanku dengan tulus. Kau pasti
terkejut, kan?” kata Sung Yeon
“Ya... Aku
bukan ingin bertemu denganmu dengan maksud seperti itu. Saat aku kecil, kau
sudah melindungiku dalam situasi yang sulit, dan aku sangat berterima kasih
padamu. Pokoknya, aku sungguh ingin menemuimu. Tapi... Aku tak punya perasaan
lainnya. Itulah kenapa... Aku tidak bisa... menerima perasaanmu.” Kata Mi So
“Apa
itu... karena Young Joon?” ucap Sung Yeon menahan rasa kecewa. Mi So
membenarkan.
“Apa kau
tahu betapa sulitnya aku selama ini karena dia? Aku sengsara karena dia, Sehingga
aku harus melepas semuanya dan pergi ke luar negeri. Apa Kau tahu bagaimana
perasaanku?” ucap Sung Yeon dengan nada penuh amarah.
Young Joon
datang mengeluh Sung Yeon yang mengungkit kisah itu lagi, dengan menyindir Sampai kapan akan membahas
kisah itu terus dan tak lelah melakukanya. Sung Yeon tak suka dengan Young Joon
yang berani mengatakan Lelah.
“Aku
masih ingat dengan jelas kejadian itu. Itulah kenapa aku masih hidup dalam
luka. Tapi kau baik-baik saja, kan? Kau menghapus semua ingatan yang tak
menguntungkanmu.” Kata Sung Yeon
“Jangan
terlalu percaya diri Dan jangan hubungi Miso lagi dan berkata yang bukan-bukan.
Kalau kau bicara padanya seperti ini lagi,maka Aku tak akan tinggal diam meski
kau keluargaku.” Tegas Young Joon lalu mengajak Mi So pergi.
Mi So berjalan
dengan Young Joon merasa kalau Sung
Yeon banyak menderita dan bertanya
apakah Young Joon tak merasa bersalah padanya. Young Joon pikir Masa lalu yang begitu
digeluti kakaknya sama sekali tak ada dalam ingatanya.
“Merasa bersalah
atas sesuatu yang bahkan tak kau ingat, bukankah sama saja munafik, kan?
Kuharap kita tak membahas itu lagi.” Kata Young Joon. Mi So menganguk mengerti.
Di dalam
mobil,
Mi So
bertanya kemana mereka pergi. Young Joon menjawab kalau mereka akan pergi. Mi
So hanya tersenyum mendengarnya. Young Joon memuji Mi So sangat cantik saat
tersenyum.
“Apa ada
tempat yang ingin kau kunjungi?” tanya Young Joon, Mi So tak memikirkanya.
“Aku
ingin jalan santai saja” kata Mi So.
Mereka
pergi ke taman, Mi So melihat suasanan yang terlihat sangat indahnya. Young
Joon bertanya apakah Mi So merasa kedinginan, Mi So mengaku Sedikit karena
berada di dekat sungai jadi sedikit kedinginan. Young Joon meminta agar Mi So
menunggu lalu membawa jaket untuk Mi So.
“Terima
kasih... Warna Burgundy... Sepertinya warna Burgundy cocok padamu.” Komentar Mi
So melihat jaket yang dipakai
“Salah...
Aku bagus memakai warna apapun... Tapi warna burgundy luar biasa bagus.” Kata Young
Joon kembali percaya diri. Mi So hanya tersenyum
“Ini
bukan bualanku belaka. Ada seorang desainer yang begitu mengagumiku, berkata
seperti itu juga.” Kata Young Joon.
“Siapa
dia? Apa Seseorang yang kukenal?” tanya Mi So. Young Joon mengatakan kalau itu
kenalan ibunya.
“Dia
menyayangiku sejak aku masih bayi. Jadi, dia biasanya membuatkanku pakaian.” Cerita
Young Joon.
Mi So
heran karena orang itu membuatkan pakaian untuk Young Joon, Young Joon menceritakan designer itu bahkan
tak membuatkan pakaian untuk sepupu dan keponakannya Tapi membuatkan khusus
untuknya. Mi So teringat ucapan ibu Young Joon “Desainer Fesyen, Jang Jung Do
Membuat cardigan itu khusus untuknya.”
“Aku mungkin
pilih kasih pada putraku, tapi cardigan itu cakep sekali dipakainya. Hari itu,
saat itu meninggalkan rumah memakai cardigan itu, cakep sekali.” Ucap Ibu Young
Joon,
Mi So
hanya terdiam lalu melihat Young Joon menguap lebar, Young Joon meminta agar
jangan salah paham karena bukan artinya bosan tapi merasa nyaman. Ia merasa
karena terlalu nyaman Dan waktu tidurnya tak cukup. Mi So menyarankan Young
Joon untuk istirahat sebentar di mobil.
“Sayang
sekali disaat kita kencan... Apa bisa aku istirahat sebentar?” kata Young Joon.
Mi So pun mengajak Young Joon pergi.
Mi So
menatap Young Joon yang tertidur lelap di mobil dan teringat kembali cerita
ibunya “Saat itu cuaca dingin saat dia meninggalkan rumah. Dia rentan
kedinginan. “ lalu Young Joon panik kalau terkena flu saat hujan turun di
gunung.
Ia
mengingat saat masih kecil “Aku tak akan melupakan namamu. Namamu adalah Lee...”
dan anak kecil itu mengatakan “Namaku adalah Lee Sung... “ dan Nyonya Lee ingin
tahu keadaan Hyun,
“Benar...
Ibunya dengan jelas menyebutnya 'Hyun'. Anak kecil cenderung salah tangkap. Bagaimana
kalau aku salah mengira pelafalan yang serupa?” kata Mi So menatap Young Joo
akhirnya memanggil
“Sung
Hyun oppa?” kata Mi So, Young Joon tiba-tiba menyahut. Mi So kaget dan saat itu
Young Joon tersadar dari tidurnya.
Bersambung
ke episode 10
D tunggu eps 10nya kkaa
BalasHapusMakin seru aja nih,,,
BalasHapusWaaa ga sabar eps selanjutnya..
BalasHapusTerimakasih sinopsisnya. Gak sabar nunggu kelanjutannya. Hwaitiiing 😍😍
BalasHapussemangat buat penulis
BalasHapusTrimakasih, semangat menulis...
BalasHapusYoung joon menahan penderitaannya sendiri,tak tuggu kelanjutannya,semangat
BalasHapus