PS : All images credit and content copyright : TVN
Kakak
Sepupu Woo Sun meminta tolong untuk mengawasi Seo Yeon sampai kembali ke Korea
dalam waktu 2 minggu, lalu mengubah kalau akan datang dalam 10 hari,sementara
Seo Yeon sibuk melihat sekeliling rumah dan melihat salah satu kamar yang
rapih.
“Aku
ambil kamar itu... Jendelanya besar, dan itu ukuran yang bagus. Enak melihat
pemandangan sungai, tapi tamannya tidak terlalu buruk.” Ucap Seo Yeon keluar
dari kamar.
“Hei... Memangnya
kau mau beli rumah?” keluh Woo Sun kesal
“Aku
nginap sini, jadi apa salahnya untuk milih-milih kamar.” Kata Seo Yeon santai
“Kau Pakailah
kamar mandi di sana. Aku menyetujui ini agar sepupuku bisa menangkapmu, jadi
jangan melewati batas.” Tegas Woo Sun, Seo Yeon binggung batas seperti apa.
“Aku
menyimpan privasiku yang berarti aku benci tentang berbagi kamar. Jadi jangan
melewati batas ini. Jangan ganggu aku atau hidupku.” Tegas Woo Sun
memperingati.
“Tentu
tidak. Jangan khawatir.. Aku mungkin mengganggu, tapi aku tidak kurang ajar.”
Komentar Seo Yeon masuk ke kamar.
“Tapi,
kau terdengar kurang ajar.” Keluh Woo Sun kesal.
Dae Young
tertidur ke kamarnya, mengingat kembali yang dikatakan Woo Sun “ Aku ingin
merekrut orang yang membuat blog bernama, Let's Eat.” Seperti Dae Young sedang galau akhirnya mencari key
word tentang Pencipta Makanan.
Woo Sun
keluar dari kamar mengeluh saat melihat semua menu di meja makan, Ia kembali
memperingatkan Seo Yeon aklau untuk tidak melanggar batas. Seo Yeon heran
karena tidak boleh ke dapur, padahal setidaknya
harus memasak sarapan karena tinggal bersama.
“Aku
biasanya melewatkan sarapan,jadi jangan lakukan ini lagi.” Tegas Sun Woo lalu
berjalan pergi, Seo Yeon menahan Woo Sun sebelum pergi.
“Karena
aku sudah melalui banyak masalah, bisakah kau makan sarapanku? Duduklah.” Kata
Seo Yeon memohon, Woo Sun terdiam melihatnya.
“Apa Aku
boleh pinjam uang? Agar bisa menangkap
temanku, setidaknya aku butuh uang untuk transportasi dan hal-hal lain. Kau
pastu Tahulah, aku benar-benar tak punya uang” kata Seo Yeon, Woo Sun hanya
menatap sinis.
“Ini
namanya kau melewati batas. Aku cuma menyetujui kau tinggal di sini. Dan aku
tidak bisa membantumu dalam situasi apa pun.” Tegas Woo Sun lalu mendengar
ponselnya berdering
“Goo Dae
Young, aku baru saja mau kutelepon Anda. Apa? Hari ini? Bagus juga. Bagaimana
kalau kita bertemu di kantorku?” ucap Woo Sun di telp.
Seo Yeon
mendengar nama Goo Dae Young karena mengenalinya. Woo Sun pun bergegas pergi
karena akan bertemu Dae Young, lalu menelp staffnya memberitahu Goo Dae Young
akan datang hari ini, jadi meminta agar menyiapkan semua.
“Proyek
baru kita hanya bisa maju kalau dia membahasnya.” Jelas Woo Sun lalu keluar
dari rumah
Seo Yeon
ingin tahu dengan uang yang ingin dipinjamnya, tapi Woo Sun seperti tak peduli.
Ia mengeluh kalau Susah berbicara dengan Woo Sun, akhirnya menatap meja makan
yang tak penuh tapi tak ada yang memakan, Seo Yeon pun memilih untuk selfie
dengan semua menu sarapan.
Dae Young
masuk lobby perusahaan hanya bisa melonggo karena sanga besar, Receptionist
memberitahu kalau Woo Sun sedang turun sekarang. Dae Young menganguk dan masih
saja melonggo, sampai akhirnya Woo Sun memanggilnya kalau sudah menunggu dan
mengajak masuk untuk naik lift.
“Aku cemas
ini terlalu kasar bagiku, Anda datang ke perusahaan sebagai orang yang akan bekerja
sama denganku.” Ucap Woo Sun gugup sambil menunggu lift. Dae Young mengaku tak
masalah.
“Kurasa ini
akan lebih membantu Anda untuk mengecek suasana perusahaan dan calon rekan
kerja Anda nantinya.” Kata Woo Sun, Dae Young menganguk mengerti. Sun Woo pun
mengajak Dae Young masuk ke lift lebih dulu.
Dua orang
pegawai sedang membahas Klien yang bekerja sama mempunyai laporan keuangan yang
memburuk, jadi apakah mereka masih tahan bekerja dengannya. Dae Young
mendengarnya dan terlihat makin gugup, Pegawai perempuan mengaku sudah melaporkan
proyek ini ke manajemen, tetapi sepertinya gagal.
“Anak-anak
baru sudah menghubungi mitra lain. Dan Kudengar magang kita sudah bekerja di
Google.” Ucap Pegawai wanita.
“Ya, ternyata
dia juniorku di kampus.” Kata pegawai pria. Pegawai wanita seperti tak percaya
bertanyaa apakah di HBS.
Dae Young
terus mendengar dua pekerja yang mengunakan bahasa inggris dengan membahas
tahun kelulusan tahun 2013 dan mengenal Profesor Yong karena satu sekolah
dengan mereka. Woo Sun menyadarkan lamunan
Dae Young mengajak untuk keluar dari lift.
Di
ruangan sedang diadakan rapat membahas punya sistem sertifikasi yang
serupa,.tapi itu lebih ketat.... Woo Sun
masuk ke ruangan menyuruh rekan timnya untuk menyapa Dae Young, semua pun menyapa
Dae Young dengan ramah. Dae Young seperti masih terasa gugup.
“Baguslah
Anda datang di waktu yang tepat. Tentang proyek yang sedang kami kerjakan,.
haruskah kami fokus ke Kosher atau Halal?” tanya Salah satu pegawai.
“Tentu
Kosher. Orang semakin sensitif tentang GMO di seluruh dunia.” Komentar pegawai
yang ada disebelahnya.
“Tidak,
kita fokus ke Halal. Apa Kau tak tahu makanan HALAL sedang trend di kalangan
hipsters belakangan ini? Daripada Kosher dengan
sistem yang ketat dan rumit,kita harus fokus ke Halal untuk menyajikan
lebih banyak bahan makanan. Menurut Anda bagaimana?” tanya Pegawai, Dae Young
kebingungan.
“Tetaplah
pada esensi. Proyek layanan pengiriman makanan setengah matang yang diproduksi
secara nasional adalah langkah pertama yang kita ambil sebagai penggerak
pertama. Kita harus memahami keinginan dan kebutuhan pencipta tren terlebih
dahulu sebelum mendapatkan sertifikasi. Bukan begitu, Goo Dae Young ?” kata Woo
Sun, Dae Young menganguk mengerti saja.
“Teruskan
rapat kalian... Ayo pergi ke kantorku.” Kata Woo Sun, Dae Young pun
mengikutinya walaupun seperti kurang nyaman.
Keduanya
sudah duduk di dalam ruangan, Woo Sun memberitahu kalau ingin Dae Young menjadi
konsultan untuk mengembangkan produk baru serta sebagai pencipta, lalu bertanya
apakah Dae Young sudah membaca kontrak yang telah dikirimkan, dengan memberikan
berkas yang sama agar Dae Young bisa
memberikan tanda tangan.
“Kurasa aku belum bisa memenuhi kriteriamu.”
Ucap Dae Young, Woo Sun kaget dengan jawaban Dae Young
“Berarti
Anda seorang sales. Mendiskusikan penurunan biayaadalah suatu keharusan dalam
proses kontrak. Jadi Beri tahu saja berapa yang Anda mau. Kita bisa
menyesuaikannya dengan kondisi Anda.” Kata Woo Sun,
“Tidak,
kurasa ini bukan urusanku. Aku lebih cocok menjadi seorang sales. Sekarang Aku
ada janji dengan klienku... Jadi permisi.” Ucap Dae Young lalu bergegas pergi.
Woo Sun
masih bingung apakah ada yang salah dengan dirinya sampai Dae Young menolak
tawarannya.
Dae Young
berjalan pulang dengan wajah sendu, melonggarkan sedikit dasinya, lalu menatap restoran “Pyongyang
Naengmyeon” Akhirnya semangkuk mie dingin yang sangat enak dilihat. Dae Young
mulai mencoba kuah dari Naenmyeon, wajahnya terlihat bahagia lalu mulai makan
mie dengan lahap.
Dae Young
menikmati makan sendiri, makan mie dengan kimchi. Ia juga makan dengan daging
babi yang sangat nikmat. Ia juga mencoba Makan Pyongyang naengmyeon bersama
cuka, lalu menghabiskan semua mie dalam mangkuk.
Seperti
biasa, setelah Dae Young makan dan menurutnya sangat enak maka akan mengambil
foto mangkuk kosong setelah makan. Wajahnya terlihat sangat bahagia dan merasa
kelau hanya harus menikmati semua yang dilakukan.
Seo Yeon
menelp telpnya bertanya apakah masih berkomunikasi dengan Jung Yeon Ah dari
kampus mereka. Ia lalu membenarkan rumor yang beredar kalau mereka rekan bisnis
di AS, tapi Jung Yeon Ah bawa kabur uangnya.
“Apa Kau
masih kenal teman sekelas kita yang masih berkomunikasi?” ucap Seo Yeon,
Temanya mengaku Tidak ada, akhirnya Seo Yeon pun tak bisa berkata-kata hanya
bisa mengucapkan terimakasih.
“Aku
tidak punya uang untuk keluar dan mencarinya. Aku tidak bisa menangkapnya
seperti ini.” Keluh Seo Yeon lalu panik mendengar bunyi pintu terbuka.
“Kenapa
dia baru kembali sepagi ini?” kata Seo Yeon dan kaget karena ternyata seorang
bibi yang masuk rumah, si bibi pun kaget melihat ada wanita di rumah Woo Sun.
Seo Yeon
bertanya Siapa bibi itu. Si bibi mengaku pembantu rumah Sun Woo dan bertanya
balik. Seo Yeon mengaku sebagai pembantu baru di rumah Sun Wo dan meminta agar
si bibi tidak harus datang sekarang.
“Aku
belum mendengar semua ini.” Kata Bibi mengeluarkan ponselnya, Seo Yeon langsung
menahanya.
“Dia
bilang tidak nyaman memberitahu Anda secara langsung, jadi dia memintaku untuk
menyampaikan pesan itu.” Kata Seo Yeon memberikan alasan.
“Harusnya
dia bilang untuk tidak datang hari ini. Dia membuatku datang tanpa harapan.”
Keluh Si bibi kesal keluar dari rumah merasakan cuacanya tidak membantu.
“Pemiliknya
memang cukup kasar... Selamat tinggal.” Kata Seo Yeon lalu mencoba mencari
penyedot debunya.
Seo Yeon
akhirnya menyedot debu dan bersih-bersih, lalu mulai berpikir karena Woo Sun
akan menggaji pembantu, jadi bisa dibayar untuk membersihkan rumahnya. Ia pun
memastikan kalau sikapnya tidak melewati batas, lalu tak sengaja menjatuhkan
berkas dilantai.
Ia
melihat foto Dae Young dan mengingat Woo Sun berbicara dengan Dae Young untuk
bertemu hari ini dikantornya.
“Jadi Dia
benar-benar temanku, Goo Dae Young.” Ucap Seo Yeon melihat profile Dae Young
berumur 34 tahun, lalu teringat dengan kenangan bersama Dae Young.
Flash Back
Dae Young
membalikan badan setelah mendengar seseorang memanggil namanya. Ji Woo dan Seo Yeon berjalan mendekatinya. Dae
Young bertanya apakah mereka baru menonton film Harry Potter. Seo Yeon mengeluh
kalau Filmnya itu sama membosankan dengan bukunya.
“Apa Kau
pulang dari kerja sambilan?” ucap Ji Ho,
Dae Young membenarkan lalu memberikan sesuatu pada Ji Woo.
“Saat kau
datang waktu itu, kau makan tiga keranjang roti. Katanya tak apa aku
mengambilnya, jadi aku membawa sangat banyak.” Kata Dae Young
“Aigoo,
aku tidak tahu kau membawanya, Untuk menonton Piala Dunia 2006 di Jerman kau
kerja paruh waktu untuk dapat uang, 'kan?” ucap Ji Woo dengan senyuman
bahagia. Dae Young membenarkan
“Kau
pasti sangat suka sepak bola. Berarti kau punya klub sepak bola.” Kata Seo
Yeon. Dae Young terlihat binggung.
Keduanya
akhirnya berjalan pergi dan Ji Woo panik karena melihat kakek pemilik rumah
sedang ada didepan rumah dan langsung bersembunyi. Dae Young pikir akan
menghalau pemilik rumah selagi mereka bersembunyi lalu bergegas masuk.
“Aigoo..
Kakek... Kulihat Anda keluar cari udara segar. Apa cuacanya bagus?
Wah...Awannya terlihat aneh “ kata Dae Young
“Apa kau
bilang? Aku tidak bisa mendengarmu.” Teriak kakek, Ji Woo melihat dari balik
dinding
“Coba Lihat!
Ada bunga yang sudah mekar.”kata Dae Young, Kakek terus mengaku tidak bisa
mendengarnya.
“Apa ini?
Kurasa tidak akan berhasil. Jadi Itu sebabnya aku selalu siapkan sesuatu saat
sedang keluar rumah.” Kata Seo Yeon mengeluarkan dari tasnya.
Ji Woo
binggung dan akhirnya Seo Yeon melempar kaleng bekas ke arah jalan lain, Si
kakek langsung bisa mendengar dengan jelas dan langsung berlari mengambilnya.
Dae Young hanya bisa melonggo binggung, sementara Ji Woo dan Seo Yeon berhasil
masuk ke dalam rumah.
Dae Young
dkk sedang menonton drama di TV, Dua temanya memuji pemeran wanita yang sangat
cantik, sementara Dae Young terus menatap bola yang ada ditanganya. Sung Joo
masih ingat ketika rumah kebanjiran, Dae Young meraih bola itu yang pertama.
“Apa Kau
menjalin hubungan dengan itu?” ejek Sung Joo.
“Apa Kalian
mau bergabung dengan klub sepakbola?” tanya Dae Young, semuanya terlihat
binggung.
“Memangnya
ada di kampus kita?” ucap Sung Joo. Dae Young pikir mereka bisa membuatnya.
“Membuat
klub macam itu tak semudah membalikkan tangan. Hentikan omong kosong itu dan
kita minum alkohol.” Komentar Byung Sam mengejek.
“Apa Kau
tahu minum dengan cara terbalik membuatmu lebih cepat mabuk?” kata Jin Seok,
Byung Sam mengeluh kalau itu Mustahil.
“Aku tak
bercanda! Kita binatang yang bisa berjalan tegak. Bayangkan tarikan gravitasi
yang harus dirasakan tubuh. Jadi ketika kita terbalik, tulang, otot, dan organ
kitahilang ketegangan karena gaya gravitasi yang berubah. Darah lebih mudah
memancar, dan sebab itu, alkohol menyebar ke seluruh tubuh lebih cepat.” Jelas
Jin Seok penuh semangat.
“Menjadi
jurusan teknik membuatmu berbohong saat terdengar ilmiah.” Komentar Sung Joo
“ Tunggu
Sebentar... Secara teoritis, dia ada benarnya.” Kata Dae Young dengan wajah
serius.
Seo Yeon
sedang asyik menonton acara komedi, Ji Woo mengeluh adiknya agar tak tertawa
terus tapi membereskan kamar mereka karena ada remah yang menempel bahkan
helaian rambut dimana-mana. Seo Yeon seperti tak yakinkalau Semua itu
rambutnya.
“Panjang
dan keriting, jadi tentu saja.” Kata Ji Woo, Seo Yeon pikir rambut Ji Woo juga
panjang dengan gaya nada seperti komedian.
“Hei.
Jangan bertingkah” teriak Ji Woo kesal. Seo Yeon mengeluh karena sedang mencoba menonton TV.
Saat itu
terdengar suara Nenek pemilik rumah mengetahui Ji Woo yang sudah pulang jadi
meminta agar membuka pintu karena Tagihan air bulan lalu cukup tinggi, jadi datang
untuk memeriksa sesuatu. Ji Woo panik mencoba menyebunyikan adiknya.
“Kau
kelur saja” ucap Ji Woo mendorong adiknya ke balkon, Ji Woo pikir mana bisa
keluar dari sana. Ji Woo tetap mendoorong adiknya agar pergi. Nenek terus
meminta agar Ji Woo segera membukakan pintu.
“Aku
sedang ganti baju... Tunggulah sebentar!” teriak Ji Woo sengaja mengulur waktu
dan terus menyuruh Seo Yeon untuk segera keluar dari balkon.
Ji Woo
akhirnya membuka pintu, Nenek ingin tahu apakah Ji Woo bersama seseorang karena
tadi dengar suara aneh. Ji Woo mengaku itu pasti suara televisi. Si Nenek
merasakan ada yang aneh dan tak yakin kalau Ji Woo tinggal sendiri. Ji Woo
menyakinkan kalau hanya tinggal sendirian.
Si nenek
memeriksa ke dalam kamar mandi, lalu berjalan ke arah jemuran dan melihat
pakaian dalam seperti tak sesuai dengan Ji Woo. Ji Woo mengaku kalau suka
mengunakan pakaian dalam yang kebesaran. Nenek mengeluh karena tagihan air
begitu tinggi yang menurutnya aneh sekali lalu membuka pintu balkon, Ji Woo
panik karena Seo Yeon bisa ketahuan.
Di kamar
Dae Young semua membalikan badan sambil minum soju, mereka pikir kalau mulai mabuk. Jin Seok
senang karena yang dikatakan memang benar. Saat itu Seo Yeon berjalan merangkak
seperti hantu dari jendela, Dae Young menjerit ketakutan dan semua pun tersadar
lalu langsung jatuh beriringan.
Byung Sam
pun sampai terkena bagian selangkangan, Jin Seok bergegas mengambil celana
jinsnya. Dae Young kaget melihat Seo Yeon datang dan kenapa harus datang dari
jendela. Seo Yeon dengan nafas terengah-engah memberitahu Pemilik rumah datang.
Saat itu
Nenek datang dengan Ji Woo, semua langsung berdiri seperti tak terjadi apapun.
Si nenek dengan tatapan curiga mendekati Seo Yeon, lalu menyuruhnya minggir,
ternyata Nenek mengambil semua botol kosong yang disimpang Dae Young.
“Kenapa
tidak bilang kalau ada botol kosong? Kau bisa Bawakan saja padaku, jangan
membuangnya.” Ucap Nenek
“Ya. Jadi
ada apa kemari?” tanya Dae Young, Nenek mengatakan Tagihan air bulan lalu cukup
tinggi.
“Apa Kau
membiarkan semua temanmu mandi di sini?” tanya Nenek curiga, Nenek mengaku
tidak
“Memangnya
mereka sedang ingin mandi? Dan juga, aku pindah bulan lalu, jadi aku tidak akan
berkontribusi.” Kata Dae Young
“Ah...
Benar. Kita akan bahas ini kalau ada tagihan datang lagi. Kalau terlalu banyak,
maka kau harus membayarnya, mengerti?” tegas Nenek. Dae Young menganguk
mengerti. Mereka pun mengucapkan Selamat malam pada nenek yang membawa botol
kosong.
Seo Yeon
menceritakan saat Pemilik datang, bersembunyi di balkon tapi tidak bisa terus
berada di luar jadi sengaja berjalan ke tempat Dae Young, Jin Seok dengan bangga menyuruh Byung Sam
untuk melihatnya dan memperlajari saat merayu para wanita.
Aku
senang kau tidak terluka. Saat aku masuk ke sini, memperhatikanmu. Kau seperti
sosok simbol integral.” Ucap Jin Seok, Seo Yeon binggung apa maksud simbol itu.
“Simbol
integral... Kau panjang dan melengkung seperti bentuk simbolnya.” Kata Jin Seok
membentuk layaknya huruf S. Seo Yeon tersenyum mendengarnya.
“Oh,
integral... Yah, kau seperti banteng.... Kau mirip banteng. Beraninya kau
membicarakan lekuk tubuh wanita?” kata Seo Yeon sinis berjalan pergi. Jin Seok
langsung meminta maaf.
“Hei...
Kenapa kau selalu tutup mulut? Apa Kau bisu?” ejek Seo Yeon, Ji Woo mencoba
menghentikan sikap adiknya.
“Maaf. Apa
Kau baik-baik saja?” kata Ji Woo dengan gerakan tanganya, Dae Young binggung
apakah Ji Woo berbicara dengan bahasa isyarat.
“Ya. Aku
mempelajarinya saat menjadi sukarela. Aku tahu karena dia tidak pernah bicara.”
Jelas Ji Woo bangga.
“Kalau
dia menyinggungmu, maka aku minta maaf. “ kata Ji Woo masih berbicara dengan
Byung Sam.
“Dia bisa
mendengar dan berbicara. Tapi Dia itu cuma malu di depan perempuan” kata Dae
Young, Ji Woo dan Seo Yeon kaget mendengarnya.
“Kalian
jurusan teknik sama saja... Para Lebah, bodoh, dan banteng... Kau seperti
acar... Kau tidak sebanding dengan waktu itu.” Komentar Seo Yeon sinis lalu
berjalan pergi.
“Aku
sudah penasaran.. Apa dia saudaramu karena kalian seumuran?” tanya Sung Joon
penasaran.
Dae Young
mengingat ucapan Seo Yeon mengaku kalau ia turunan ayah dan Ji Woo itu turunan
ibu, jadi Orang tua mereka menikah lagi. Akhirnya dae Young mengaku kalau
keduanya kembar tak identik. Ji Seok binggung karena Tapi ulang tahun mereka
berbeda.
“Kami
baru saja merayakan ulang tahun Seo Yeon baru-baru ini.” Kata Ji Seok
“Itu...
Ultahnya berdasarkan kalender lunar sementara Seo Yeon tidak. Mereka mau hari
ulang tahun yang berbeda... Hei. Apa Kau berlatih untuk menjadi hakim? Ada apa
dengan 20 pertanyaan? Lebih baik kalian membersihkan saja.” Ucap Dae Young
mencoba mengubah pembahasan. Semua pun membereskan meja, sementara Ji Woo
terlihat bahagia karena dibela oleh Dae Young.
Dosen
selesai memberikan penjelasan pada anak muridnya, Dae Young akhirnya berteriak
meminta perhatian, memberitahu kalau Ada klub bola basket dan baseball di
kampus mereka tapi tidak ada klub sepakbola. Jin Seok berpikir apakah olahraga
itu melakukan diskriminasi terhadap sepak bola.
“Apa
mereka lupa tentang Piala Dunia 2002?” ucap Jin Seok menyadarkan semua temanya.
“Dalam
hal itu, aku berencana untuk membuat klub sepakbola.Ada yang ingin bergabung?”
tanya Dae Young
“Apa ada
anggota perempuan?” tanya anggota lainya, Dae Young menjawab Tidak ada. Semua
langsung tak peduli.
“Sekarang,
aku tahu kenapa tidak ada klub sepakbola di kampus ini.” Keluh Jin Seok. Semua binggung ingin tahu alasanya.
“Apa Kau
tidak tahu? Ada anggota perempuan di dua klub lainnya..” Jelas Jin Seok.
“Prioritas
pertama kita adalah membuat satu perempuan saja bergabung” ungkap Byung Sam
seperti ingin menghilankan rasa gugupnya.
“Siapa
sebenarnya? Tidak banyak mahasiswi di jurusan kita untuk bergabung.” Keluh Dae
Young
“Tidak
harus dari jurusan kita... Ini klub, bukan proyek grup.” Jelas Sung Joo
“Benar,
jika mereka berasal dari jurusan lain, mahasiswa teknik akan mengurus sisanya.”
Kata Byung sam
“Aku
tidak kenal siapa pun dari jurusan lain.” Ucap Dae Young, Sung Joo mengaku ada
seorang gadis.
Ji Woo
sedang mengisi mesin kopi kaget Dae Young meminta bergabung dengan Klub sepak
bola dan menyuruhbermain sepak bola. Dae Young mengaku kalau tidak meminta
untuk bermain tapi Jika suka sepak bola, maka boleh datang menonton kami
bermain.
“Kami
tidak punya tenaga medis di tim kami, dan kau juga jurusan keperawatan, jadi
akan bagus jika kau ada di situ dan mengobati kami kalau terluka.” Ucap Dae
Young terlihat gugup dan akhirnya memilih untuk jujur saja.
“Aku
ingin membuat klub sepakbola di jurusan kami, tapi sangat sulit mencari
anggota. Akan lebih baik jika ada satu anggota perempuan. Jadi Itu sebabnya aku
minta padamu. Kalau mengganggumu, maka tak usah.” Kata Dae Young merasa tak
enak hati.
“Tidak
apa. Aku akan melakukannya.” Ucap Ji Woo, Dae Young tak percaya kalau Ji Woo
mau melakukanya.
“Akan
bagus kalau aku memberi mereka pertolongan pertama.” Kata Ji Woo, Dae Young pun
membalas dengan membantu Ji Woo memasukan bubuk kopi.
“Woah.
"Dalam hidup, ada saat-saat kau membutuhkan kopi." Ucap Dae Young
dengan nada suara berbeda. Ji Woo terlihat binggung.
“Aku
sedang meniru Ahn Sung Ki... "Tembak aku dulu sebelum kau pergi."
Kata Dae Young
“Kalau
ada pistol, aku mau saja.” Ejek Ji Woo meminta Dae Young untuk melakukan lagi.
Seo Yeon
sedang menonton X-Man, Ji Woo datang langsung menganti channel TV, karena harus
menonton pertandingan sepak bola ini. Seo Yeon heran Seo Yeon yang tiba-tiba
ingin menonton Sepak bola padahal sedang menonton X-man itu.
“Kalau
menurutmu tidak adil, bayarlah biaya semua ini” kata Ji Woo, Seo Yeon mengeluh
Ji Woo itu pelit.
“Kau
belum pernah nonton sepak bola, jadi apa masalahnya?” tanya Seo Yeon
“Aku
bergabung dengan klub sepakbola.” Ucap Ji Woo, Seo Yeon binggung karena Ji Woo
yang tidak suka sepak bola.
“Aku
menyukainya.” Kata Ji Woo mengelek, Seo Yeon tahu kalau kakaknya itu pembohong.
“Selama
Piala Dunia 2002, kau kesal kalau dramanya tidak tayang karena piala dunia itu.
Apa Kau bahkan tahu berapa banyak pemain dalam satu tim?” tanya Seo Yeon.
Ji Woo
binggung dan melihat nomor di baju pemain bola, lalu menjawab ada 50. Seo Yeon
mengeluh dengan jawaban Ji Woo, karena yang dilihat itu nomor punggung
seragamnya sambil mengejek kakaknya yang tidak tahu pemain sepaka bola tapi
mengaku suka sepak bola.
“Memangnya
mereka memberimu sesuatu ketika kau akan bergabung?” tanya Seo Yeon, Ji Woo
mengaku Bukan itu.
“Dae
Young bilang membutuhkan tenaga medis di timnya.” Ucap Ji Woo, Seo Yeon tak
percaya mendengarnya Dae Young.
Ji Woo
datang ke kampus dengan wajah bahagia membawa kotak P3K, teringat pesan yang dikirimkan Dae Young “Aku
bisa membuat klub berkatmu. Pastikan besok kau datang ke latihan pertandingan
pertama kita.”
Saat itu
melintas mobil Jin Seok, Ji Woo yakin kalau Dae Young pasti bersama temanya.
Tapi saat Ji Seok membuka pintu, Seo Yeon turun dari mobil mengeluh kalau tidak
akan masuk dalam mobil jika bukan karena tumitnya.
“Apa?
Kenapa kau keluar dari mobil itu?” tanya Ji Woo binggung.
“Wahh... Tenaga
medis dan maskot kita semuanya ada di sini.” Ucap Dae Young, Ji Woo terlihat
kaget mengetahui Seo Yeon menjadi maskot.
“Ya, hari
ini aku jadi anggota.” Kata Seo Yeon, Ji Woo hanya bisa melonggo.
Flash Back
Ji Seok
bersama Byung Sam merayu Seo Yeon, menurut Ji Seok jika kecantikan seperti Seo Yeon menjadi
maskot klub mereka jadi semua bisa berlari seperti Ahn Jung Hwan.
“Kau mau
berlari seperti dia atau tidak, itu bukan urusanku. Tak ada gunanya bagiku.”
Kata Seo Yeon
“Aku akan
menulis semua laporanmu.” Ucap Ji Seok merayu
“Aku yang
terbaik di jurusan ini. Aku mendapat beasiswa penuh. Bisakah kau menulis lebih
baik dariku?”kata Seo Yeon, Jin Seok mengelengkan kepala.
“Kalau
begitu aku akan mengantarmu ke kampus setiap hari.” Kata Jin Seok.
“Apa
Dengan bangkai kapal itu? Aku ada banyak yang ingin mengantarkanku ke kampus
dengan mobil mewah.” Kata Seo Yeon bangga.
“Kalau
begitu aku akan menjalankan semua tugasmu.” Teriak Ji Seok , Seo Yeon langsung
bertanya berapa lama.
“Selama-lamanya.
Selama yang kau mau.” Ucap Ji Seok, Seo Yeon tak percaya mendengarnya.
“Apa Kau
mau menjadi pembantuku selamanya? Jadi Kapan pertandingan pertamamu?” ucap Seo
Yeon.
Seo Yeon
pun dengan bangga kalau itu sebabnya datang, Ji Woo binggung karena Seo yeon
itu dari kampus lain jadi bisakah mereka tetap bergabung. Dae Young baru tahu
kalau mereka tak satu kampus, Ji Woo mengataka kalau Kampusnya bersebelahan
dengan mereka.
“Apa? Berarti
aku tak bisa gabung?” tanya Seo Yeon, Jin Seok mengajak mereka agar bisa
berkumpul bersama.
“Apa Kau
tidak tahu mereka semua bergabung setelah melihat fotonya? Tanpa dia, mereka
mungkin tak mau bertanding.” Ucap Jin Seok melihat anggota lainya yang sudah
berkumpul dilapangan.
“Tidak
ada peraturan yang melarang orang dari kampus lain untuk bergabung.” Kata Byung
Sam
“Benar. Dan Juga, ada hal seperti lingkaran serikat
pekerja.” Ucap Sung Joon
“Maka tak
ada alasan lagi untuk tidak bisa bergabung.” Kata Dae Young
Jin Seok
pun akhirnya berlari memberitahu kalau Seo Yeon bisa bergabung, Seo Yeon
lansung menyuruh Jin Seok mengambil tasnya. JiN Seok bergegas mengambil dari
dalam mobil, Sung Joon mengeluh kalau Jin Seok itu sudah jadi pelayannya.
“Aku sedang
melihat gambaran besar.Aku akhirnya akan membawanya setelah kubawakan
tasnya.Aku akan mengemudi untuknya setelah mengendarai mobil mungil ini. Seperti
itulah kelanjutannya.” Kata Jin Seok bangga.
Seo Yeon
berteriak menyuruh Jin Seok bergegas, Jin Seok berlari memberikanya, semua
temanya mengeluh melihat Jin Seok yang terlalu menyedihkan.
Semua
akhirnya bermain bola dilapangan, Jin Woo sibuk berteriak memberikan semangat
di pinggir lapangan, sementara Seo Yeon sibuk melakukan selfie. Tapi mereka
seperti kurang kompak sebagai tim, lalu tak sengaja Dae Young jatuh tersungkur
karena kena tendangan. Ji Woo panik melihat Dae Young langsung berlari
menghampiri.
“Bagaimana
kalau kau terkilir? Kau tak bisa begini. Ini curang namanya.” Teriak Ji Woo
marah, Dae Young mengaku baik-baik saja dan bukan curang namanya.
Sung Joo
memanggilnya, Dae Young pun kembali bermain ke tengah lapangan. Bola mengarah
pada Jin Seok, tapi saat itu Seo Yeon memanggil agar mengambilkan minum, semua
hanya bisa melonggo melihat Jin Seok malah berlari ke arah Seo Yeon. Mereka pun
akhirnya kebobolan dan kalah dari tim lawan.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar