Seo Yeon
menunggu didepan rumah sambil melihat jam
karena ornag yang ditunggunya lama sekali. Ji Woo keluar rumah binggung
karena Seo Yeon itu sudah pergi dari tadi tapi masih ada didepan rumah. Seo
Yeon mengaku sedang menunggu sesuatu.
“Gaun itu
terlihat bagus untukmu.” Komentar Seo Yeon, Ji Woo tersenyum bahagia
mendengarnya.
“Apa Kau
senang meminjam baju punyaku? Bagaimana bisa kau tidak punya satu pakaian yang
cantik?” keluh Seo Yeon
“Apa
tidak terlalu pendek?” tanya Ji Woo, Seo Yeon mengaku tidak dan melihat seorang
yang ditunggunya sudah datang.
“Ini
celana ketat yang kau minta dan Warnanya gelap.” Kata Jin Seok dari mobilnya.
Seo Yeon mengucapkan terima kasih.
“Hei, aku
minta 20 denier, bukan 50 denier. Apa Kau mau aku terus keringat? Carikan yang
lebih cocok.” Uacp Seo Yeon sinis.
Ji Woo
langsung mendengar kaki adiknya, Seo Yeon pun mengaduh kesakitan. Jin Seok
mengaku kalau tak ada waktu lagi karena ada kencan buta di rumah Benigan. Seo
Yeon kaget mendengarnya dan langsung mengumpat mara meminta Jin Seok mencarikan
lagi celanya.
“Aku
pergi... Aku bahkan membiarkan mesinnya menyala.” Ucap Jin Seok tak peduli lalu
mengemudikan mobilnya.
“Wahh....
Percuma aku menunggu.” Ucap Seo Yeon kesal akhirnya kembali ke rumah. Ji Woo
mengeluh melihat Seo Yeon yang selalu marah-marah.
“Aku Lee
Ji Woo, kencan butamu untuk hari ini. Bisakah kita bertemu di Benigan saja?”
kata Ji Woo menelp orang yang mengajak kencan buta.
Ji Woo
masuk ke restoran kaget melihat Dae Young memakain seragam dan bertanya apakkah
tak ada kencan buta hari ini. Dae Young mengaku ada shift, jadi memilih untuk
kerja saja, karena Menonton Piala Dunia 2006 lebih penting baginya.
“Apa Kau
sendirian saja? Atau Temanmu sudah datang ke sini?” ucap Dae Young
Saat itu
ponsel Ji Woo berdering, Seorang pria melihat Ji Woo dan melambaikan tangan
dari tempat duduk. Ji Woo seperti tak
enak hati karena salah menduga, Dae Young mengetahui kalau Ji Woo sedang kencan
buta dan sebagai pelayan akan mengantar ke mejanya, bahkan berharap Ji Woo bisa
berhasil.
“Ayo kita
pesan dulu.” Kata Si pria, Ji Woo merasa tak enak hati mengajak teman kencanya
pergi minum bir saja. Teman kencannya pun menganguk setuju dan mereka pun pergi
meninggalkan restoran.
Jin Seok
dan Byung Sam turun dari mobil, Jin Seok heran melihat Byung Sam membawa
gitarnya dan bertanya apakah bisa memainkannya. Byung Seok menganguk karena pernah
masuk band saat sekolah dulu jadi belajar cara bermain saat akan tampil di SMA
wanita.
“Apa itu
hanya mengarang saja ?” ejek Jin Seok tak percaya.
“Gadis-gadis
mencintaiku ketika aku tampil di panggung, tapi aku tidak bisa bicara di depan
mereka. Aku bukan seorang gitaris tetapi seorang et cetera... Vokalis dan et
cetera...” jelas Byung Sam
“Lalu
kenapa kau bawa?” tanya Jin Seok heran. Byung Sam yakin Para gadis masih suka ketika bermain gita dan
akan mulai bicara hari ini Jin Seok tak peduli memilih untuk bergegas masuk.
Jin Seok
bertemu dengan dua orang wanita dan mulai memperkenalkan diri dari jurusan
teknik mesin. Byung Sam menyengol Jin Seok agar memperkenalkan diri, Jin Seok
pun memperkenalkan Byung Sam sebagai teman satu jurusan. Byung Sam langsung
memainkan gitarnya, Dua wanita itu bingung apa yang dilakukan Byung Sam.
“Dia
menyapa kalian. Gitar akan menjadi lidahnya untuk hari ini. Dia punya lidah
yang terampil, kan?” kata Jin Seok bangga. Kedua wanita itu terlihat binggung.
“Apa
asalnya dari dapur? Apa Kalian tidak mencium sesuatu yang terbakar?” ucap Jin
Seok, kedua wanita mencoba mencari bau yang dimaksud.
“Hatiku
terbakar.” Kata Jin Seok merayu seperti yang ada didalam drama, tapi dua wanita
seperti tak suka.
Byung Sam
kembali memainkan gitarnya, dan Jin Seok dengan percaya diri menyanyi. Dua
wanita hanya bisa mengeluh mendengarnya. Saat itu Dae Young datang mengeluh
kalau mereka berdua merusak apa pun. Jin Sek panik menyuruh Dae Young agar peri
berkerja saja. Byung Sam yang malu memilih untuk pergi.
“Tolong
panggil Beckham kalau kalian butuh sesuatu.” Kata Dae Young, Kedua wanita
menganguk mengerti dengan wajah terkesima.
“Apa Kau
kenal dia?” tanya si wanita, Jin Seok mengaku Dae Young teman satu jurusan.
“Apa Dia
punya pacar?” tanya wanita lainya, Jin Seok binggung lalu mengatakan belum.
“Bukankah
dia hebat? Dia benar-benar tipeku.” Komentar Si wanita dan wanita lain juga
merasakan hal yang melihat Dae Young itu tampan dan juga lucu.
“Minuman
kami hampir habis. Haruskah kita meminta isi ulang?” kata si wanita. Wanita
lain pun menyuruh segera karena bisa melihat Dae Young
“Itu
masih ada setengah.” Keluh Jin Seok, Si wanita langsung menghabiskan minuman
lalu memanggil Beckham!
“Bisa
kami minta isi ulang?” kata Si wanita, Dae Young meminta agar mereka memilih
minuman coke, sprite, dan fanta.
“Aku
ingin hatimu.” Kata si wanita merayu, Dae Young terlihat binggung.
“Aku sebenarnya
penggemar berat Beckham.” Ungkap Si wanita pertama
“Tidak. Semua
orang tahu kau suka TVXQ. Apa Kau tahu, panutanku itu Victoria Beckham. Kau mau
melakukan apa setelah bekerja?” tanya si wanita kedua.
Dae Young
terlihat kebingungan lalu bertanya-tanya kemana Byung Sam pergi, Di sisi lain,
Byung Sam ternyata ditarik oleh seseorang menyanyikan lagu selamat ulang tahun
karena membawa gitar dan bajunya warna hijau sama dengan pelayan di restoran.
Pria yang
berkencan dengan Ji Woo tak percaya kalau akan pulang ke rumah tanpa minum. Ji
Woo mengatakan Besok ada kelas pagi Dan menurutnya pria itu tidak perlu mengantarnya pulang seperti ini.
Si pria mengatakan sudah larut malam, jadi
tidak seharusnya membiarkan Ji Woo pulang sendiri.
“Apa yang
akan kau lakukan besok? Apa Mau pergi nonton film? Ada film berjudul
"Superstar Mr. Gam".” Ucap Si pria
“Yah,
itu... Lebih baik kita berhenti bertemu. Kurasa kita belum cocok.” Kata Ji Woo
sengaja menolak pria itu
“Dalam
aspek apa? Menurutmu bagaimana?” tanya si pria tak bisa terima begitu saja.
“Itu... Aku
lebih suka sepak bola daripada baseball.” Kata Ji Woo, Si pria mengaku suka sepakbola.
“Bukankah
terlalu dini untuk memutuskan apakah kita cocok atau tidak? Kita harus terus
saling bertemu untuk mencari tahu. Sementara kita melakukannya, bagaimana kalau
kita melihat apakah kita cocok” kata Si pria berjalan mendekati Ji Woo, Ji Woo panik
apa yang akan dilakukan Si pri.
“Apa Kau ingin
main jual mahal padaku? Aku tahu kau memintaku untuk minum karena kau
menyukaiku. Jadi Berhenti melakukan pertunjukan.” Kata Si pria yang mencoba
mencium Ji Woo.
Tapi saat
itu Seo Yeon datang dan langsung mendorong si pria lalu mencium Ji Woo, Si pria terlihat kaget melihatnya. Seo Yeon
mengaku kalau tak boleh menyembunyikan hubungan lagi dan meminta maaf. Ji Woo
pun terlihat binggung.
“Aku tahu
kau mengambil kencan buta karena aku.” Kata Seo Yeon, akhirnya Si pria pun
berjalan pergi dengan wajah kesal
“Apa yang
kau lakukan?” kata Ji Woo marah, Seo Yeon pikir kalau adiknya itu mengucapkan
terimakasih.
“Brengsek
seperti dia tidak akan menempel dengan cara ini.” Kata Seo Yeon, Ji Wo mengeluh
dengan ciuman pertamanya ternyata pada Seo Yeon.
“Kau tak
harus menghilangkan ciuman pertamamu.” Teriak Ji Woo kesal mengejak Seo Yeon.
“Itu
belum seberapa! Ini pertama kalinya juga aku mencium seorang wanita.”kata Seo
Yeon.
Dae Young
membuat mie instant, tapi belum dimakan dua temannya sudah datang mengambilnya.
Ia mengeluh kalau keduanya harus membuat sendiri kalau memang ingin makan. Jin
Seok menyuruh Dae Young diam karena sudah menghancurkan kencan buta mereka
“Kalau
bukan karena kau, kami sudah mau makan pasta dengan mereka. Bukan ramyeon ini.”
Kata Jin Seok marah
“Kenapa
itu salahku? Tapi Itu karena orang tuaku yang menciptakanku menjadi setampan
ini. Benarkan?” kata Dae Young bangga.
Dua pria
tak bisa menahan amarah langsung menyerbu Dae Young, Sung Joon masuk melihat ketiganya yang sangat
menyedihkan, lalu mengatakan kalau membawa informasi eksklusif untuk ketiganya.
Ia memberitahu kalau penguna bernama All-seen yang terkenal dalam hal “ini”.
“Banya
yang mengatakan bahwa barangnya bisa dipercaya. Kita tidak perlu khawatir
tertipu seperti waktu itu.” Kata Sung Joon.
“Benarkah?
Kalau begitu ayo cepat dan lihat.” Kata Byung Sam, semua langsung pindah ke
depan komputer.
“Seorang
pria dengan pacar memang berbeda. Jadi apa nama penggunanya?” kata Jin Seok.
Sung Joon menyebut nama “All-seen.”
“Dia
pasti sering melihat nama penggunanya dengan cara itu.” Kata Byung Sam
“Bukan
tidak melihat (All-Watched), tapi tidak terlihat (All-seen).” Keluh Sung Joon
dan Byung Sam mulai mengetik lalu keluar link di layar komputer “Video debut
dari gadis-gadis terpanas”
Terlihat
nama pengirim (All-seen.) dan itu adalah Woo Sun yang mengirimka pesanan CD
dengan memberikan bonus tissue karena memesan dua keping CD. Ji Woo masuk kamar
bertanya apa yang dilakukan Woo Sun padahal menyuruhnya membuka materi.
“Apa Kau
tidak mau belajar?” keluh Ji Woo, Woo Sun meminta agar membiarkan kotak
pesanannya dulu.
“Aku
menggunakan barang-barang untuk dijual.” Jelas Woo Sun. Ji Woo bertanya Untuk
apa menjualnya
“Apa Kau
cari uang karena ada perundung yang memalakmu? Siapa yang selalu merundungmu? Aku
akan memberinya pelajaran.” Kata Ji Woo penuh semangat.
“Bukan
itu... Aku akan menjual ini untuk membeli pemutar CD baru, dengan desain
kalung.” Jelas Woo Sun bangga.
Dae Young
membawakan kotak kardus dan memberikan pada teman-teman sambil mengeluh karena
mengirimkan ke rumahnya. Jin Seok heran karena Dae Young yang tidak membukanya
dulu, lalu memujinya kalau temanya memang setia.
“Aku
tidak punya niat untuk menonton itu. Kalian tidak diizinkan menontonnya di
rumahku. Jadi Nonton sendiri di rumah masing-masing.” Tegas Dae Youn
“Ayolah.
Kita tinggal bersama. Kita tidak punya tempat yang tepat untuk menonton ini.”
Rengek Sung Joon.
“Coba Lihat
ini. Dia tidak mengecewakan kita. Dia memberi kita hadiah seperti ini.” Kata
Byung Sam sebuah tissue.
“Aku bisa
menceritakan keahliannya.”kata Byung Sam, Jin Seok yakin kalau All Seen
itumembuat kesepakatannya bagus dan bersih.
“Dia
pasti lebih tua dari kita.” Kata Jin Seok, Sung Joon yakin orang itu seorang
sales.
“ Jika kita
tahu di mana dia bekerja, maka aku akan menulis komentar positif tentang dia di
situs web mereka. Dia begitu berharga.” Kata Sung Joon bangga.
Sementara
All Seen yang dianggap lebih tua dari Dae Young sedang makan toppoki dengan
mulut dan baju belepotan. Ji Woo melihat Woo Sun yang makan sesuatu selalu ada
noda saus di bajunya padahal bukan anak-anak, lalu mencoba mencari tissue.
“Tidak
apa. Aku akan menumpahkannya lagi.” Kata Woo Sun terus makan dengan banyak noda
saus di bajunya.
Woo Sun
sudah mabuk dengan baju yang penuh noda. Ji Woo mengeluh Woo Sun sama seperti
sebelumnya saat mabuk, bahkan masih menumpahkan makanan di pakaiannya. Woo Sun
mengelak kalau tidak mabuk.
“Kau
tahu, aku ini pria yang hebat. Aku pria yang kompeten dengan banyak reputasi. Aku
belum memberimu kartu namaku, 'kan?” ucap Woo Sun mencari kartu nama di
dompetnya tapi malah menjatuhkan semuanya.
“Aigoo...
Biarkan saja... Aku yang memberesnya.” Kata Ji Woo membereskan semua kartu nama
yang berserakan.
“Aku
memberitahumu ini, tapi setiap kali aku melihatmu dalam keadaan pakaian terkena
noda,. aku merasa tidak enak. Saat aku masih kecil, ibuku juga sibuk, jadi
bajuku seperti milikmu.” Ungkap Ji Woo lalu mengembalikan kotak kartu nama,
tapi tiba-tiba Woo Sun memegang tangan Ji Woo.
“Nuna.
Apa Kau tahu...kau itu cinta pertamaku?” ucap Woo Sun, Ji Woo kaget
mendengarnya.
Woo Sun
tertidur tanpa baju dan kaget melihata ada seseorang disampinganya. Dae Young
melihat Woo Sun bertanya apakah sudah sadar. Woo Sun menanyakan keberadaanya,
Dae Young memberitahu sedang ada dirumahnya.
“Kenapa
aku di sini? Dan kenapa kau malah bicara informal padaku?” ucap Woo Sun. Dae
Young heran karena Woo Sun tak mengingatnya.
Flash back
Dae Young
keluar dari restoran, semua pegawai mengaku Perutnya akan meledak berkat diri
Dae Young, lalu pegawai wanita menrasa tidak akan diet lagi jadi ingin pergi ke
tempat yang lain lagi. Dae Young pun berjanji akan menemui mereka nanti lalu
mereka pun berpisah pulang.
“Sebentar,
aku tidak bertanya padanya kapan pertemuan kita selanjutnya.” Ucap Dae Young
lalu mengeluarkan ponselnya.
Woo Sun
yang mabuk memegang tangan Ji Woo mengakui kalau Ji Woo sebagai cinta
pertamanya. Ji Woo mengeluh kalau Woo Sun itu mudah berpindah hati ke gadis yang
bernama Mi Seon atau siapa pun. Woo Sun mengelak, tapi Ji Woo tahu kalau Woo
Sun beralih lagi pada Jin Joo.
Ji Woo
yang kesal menoyor kepala Woo Sun, akhirnya Woo Sun pun jatuh tertidur diatas
meja. Ponsel Woo Sun berdering, Ji Woo melihat nama Goo Dae Young, akhirnya
mengangkat telp karena berpikir mengenal orang yang menelp.
“Bukankah
ini ponselnya Sun Woo Sun?” kata Dae Young binggung karena yang mengangkat
suara wanita.
“Ini
benar Goo Dae Young... Ini aku, Ji Woo.” Ucap Ji Woo.
“Kenapa
kau menjawab teleponnya?” tanya Dae Young, Ji Woo meminta Dae Young agar datang
supaya bisa menjelaskan.
Dae Young
akhirnya duduk disamping Woo Sun yang pingsan mengetahui cerita kalau Ji Woo
sebagai mantan gurunya. Ji Woo mengaku tidak tahu Woo Sn orang yang memberi Dae
Young tawaran pekerjaan menurutnya dunia kecil.
“Dia
benar-benar tidak sadar, jadi kita bawa dia pulang.” Kata Dae Young.
“Aku
tidak tahu di mana dia tinggal.” Kata Ji Woo, akhirnya Dae Young mencoba
membangukan Woo Sun.
“Kau sedang
apa di sini?” ucap Woo Sun akhirnya bangun melihat Dae Youn duduk disampingnya.
“Aku memanggilnya
karena dia temanku. Kudengar kalian sekarang bekerja bersama.” Jelas Ji Woo
“Apa
Kalian berdua berteman?” kata Woo Sun, Ji Woo membenarkan. Woo Sun pun berusaha
tetap sadar akan menuangkan minuman untuk Dae Young tapi malah menumpahkan.
“Ada apa
dengan semua noda itu? Apa dia Picasso?” ejek Dae Young. Woo Sun tertawa
mendengarnya.
“Bisakah
aku memanggilmu dengan namamu mulai sekarang? Dae Young Hyung.” Kata Woo Sun
memberikan makanan untuk Dae Young.
“Dia agak
canggung.” Komentar Dae Young, Ji Woo tahu kalau Woo Sun seperti itu saat masih
muda.
“Kalau
begini, dia akan menumpahkan semuanya di sini.” Kata Ji Woo mengajak mereka
pergi saja.
Keduanya
memapah Woo Sun yang mabuk, Woo Sun berbicara “3,000 Won untuk jajangmyeon. Nomor teleponnya
359-8282. 3,000 Won untuk jajangmyeon, sama untuk jjamppong,. 50 sen untuk
semangkuk nasi, 3,000 Won untuk udon, 3,500 Won untuk ulmyeon, 4,000 Won untuk
gan-jjajang.”
“Apa dia
membaca menu?” tanya Dae Young binggung, Ji Woo menjelaskn kalau Ini kebiasaan
minum yang aneh.
“Ini
Bukan saat kau tahu cerita di baliknya, Ini kebiasaan yang lucu tapi juga
menyedihkan. Kedua orang tuanya bekerja, jadi dia selalu makan makanan yang
diantar saat masih sekolah. Dia juga biasa menghafal menu tempat pizza.” Jelas
Ji Woo
“Pizza!
Yellow Hat Pizza. Nomornya 388-9292. 10,000 Won untuk pizza kentang, 10,000 Won
untuk pizza kombinasi,. 9,000 Won untuk pizza Hawaii, dan 1,000 Won tambahan
untuk keju. Bisa aku beli dua paket saus bawang putih lagi? Kedengarannya
lezat.” Ucap Woo Sun.
Dae Young
memberitahu kalau itu sebabnya Woo Sun ada di rumahnya, Woo Sun mengeluh kalau seharusnya tidak perlu
membuka bajunya. Dae Young pikir mana mungkin tidak membukanya ketika
menumpahkan semuanya pada bajunya.
“Lagipula
Spreiku akan kotor. Aku cuci bersih dan menggantungnya sampai kering.” Kata Dae
Young menunjuk ke gantungan baju.
“Aku
pergi dulu.” Kata Woo Sun langsung memakan bajunya terburu-buru.
“Kau bisa
menunggu sampai kering...Aku bisa pinjamkan kemeja untukmu.” Kata Dae Young
“Tidak
apa. Ini akan kering saat aku pulang nanti. Dan juga, kau melewati batas dengan
berbicara informal padaku.” Keluh Woo Sun
“Kemarin,
kau bilang akan memanggilku dengan nama depanku. Bahkan Kau memberiku makan,
jadi Tidak ada batasan di antara kita.” Kata Dae Young
“Apa yang
akan dipikirkan oleh anggota timku?” keluh Sun Woo
“Dalam
suasana formal, aku akan memanggilmu ketua Tim,
Dan juga, ini kamarku, jadi aku akan bertanya apa kau mau sup pereda
mabuk.” Kata Dae Young
“Aku di
sini cuma tamu, jadi itu akan melintasi batas.” Tegas Woo Sun
“Kau
sudah melewati bata dengan tidur di sini. Batasan sangat penting bagimu. Apa Itu
sebabnya namamu berarti "batasan pertama"?” ucap Dae Young
“Sun Woo
itu nama keluargaku.Jangan kau lupakan itu.” Tegas Sun lalu berjalan pergi. Dae
Young melihat Sun itu memang cukup menggemaskan.
Sun
akhirnya berjalan pulang dengan wajah malu menegaskan tidak akan pernah minum lagi,
lalu melihat ada mobil pemadam kebakaran, lalu berkomentar kalau Mereka
seharusnya lebih berhati-hati. Sementara di rumah Sun banyak petugas lalu Seo
Yeon tertunduk meminta maaf.
“Apa yang
sedang terjadi?” tanya Sun binggung karena ternyata rumahnya yang didatangi
petugas.
“Api
kecil muncul di kamar mandi dan alarm berbunyi. Itu secara otomatis memanggil
kami di stasiun, dan kami dikirim. Tapi Tidak ada yang perlu dicemaskan. Istri
Anda mungkin sedang syok, jadi tolong
jangan...” kata petugas.
“Aku
bukan istrinya!” tegas Seo Yeon dengan nada tinggi, si petugas akhirnya memilih pamit pergi, dan
Seo Yeon kembali meminta maaf.
Sun masuk
ke dalam kamar mandi yang masih penuh dengan busa sabun dilantai dan juga
lilin. Seo Yeon meminta maaf menceritakan kalau Mandi meredakan ketegangan dan
menenangkan hati jadi punya lilin aroma dan itu akan menghilangkan stres.
“Siapa
yang tahu bahwa handuk akan terbakar?” ucap Seo Yeon.
“Cukup....
Kau ke kamarmu dan berpakaianlah.” Kata Sun marah tapi saat membalikan badan
tubuhnya malah terpeleset busa sabun.
“Astaga. Apa
Kau tidak apa-apa? Kau pasti tergelincir karena busanya. Kenapa tidak
lihat-lihat dulu?” ucap Seo Yeon
“Kalau
begini, kau malah akan membuatku stres!” ucap Sun marah
Dae Young
mengucapkan terima kasih telah mendaftar pada asuransinya dan memberikan
hadiah. Teman Ji Woo melihat hadiah itu
memang dibutukanya.
“Anda pernah
mencarinya ditasmu waktu itu, tapi Anda tidak bisa menemukannya.”kata Dae Young
“Astaga.
Ternyata kau memperhatikannya.” Ungkap teman Ji Woo, saat itu Ji Woo baru
datang ingin menemui keduanya.
“Ji Woo
butuh seorang pria yang juga penuh perhatian dan manis.” Ucap s wanita.
“Eonni...
Jangan bicara omong kosong di depannya.” Kata Ji Woo panik, temanya mengaku tidak
banyak bicara.
“Aku memanggilmu
untuk makan siang bersamanya karena jam kerjamu sudah selesai.” Kata teman Dae
Young lalu pamit pergi.
Ji Woo
bertanya Apa Sun sudah pergi dari rumahnya. Dae Young menganguk dan mengira
kalau Sun yang merasa malu,melihat bagaimana
tidak mau makan sup pereda mabuk. Ji Woo melihat Sun yang sangat lucu
karena bisa begitu canggung.
“Aku
lapar. Apa Kau mau makan? Kau mau makan apa? Aku akan traktir karena kau sudah
memperkenalkan klien.” Ucap Dae Young, Ji Woo tersenyum bahagia mendengarnya.
“Pikirkan
tempat yang bagus saat aku pergi dan berganti pakaian. Ini Tidak akan lama.” Kata Ji Woo.
Ji Woo
sudah berganti pakaian lalu melihat Dae Young sedang berbicara serius. Dae
Young mengatakan kalau tidak bisa sekarang dan ada rencana makan siang dan
mengaku bukan dengan klien.
“Apa
mendesak? Kalau ini mendesak, kita bisa melakukannya nanti.” kata Ji Woo, Dae
Young pun akhirnya menganguk mengerti dan pamit pergi.
“Terima
kasih. Aku pergi dulu.” Kata Dae Young, Ji Woo pun tak bisa berkata apa-apa.
Dae Young
berjalan keluar dari rumah sakit mengeluh karena harus sekarang. Seo Yeon
mengaku kelaparan tapi bingung mau makan sama siapa dan baru saja kembali ke
Korea dalam 12 tahun, jadi hidup sendirian tanpa keluarga.
“Apa
sangat sulit bergabung denganku untuk makan?” kata Seo Yeon merayu
“Baiklah.
Aku akan bergabung denganmu. Kita ketemuan di mana?” kata Dae Young lalu
menutup telpnya.
“Aish.
Aku merasa seperti berselingkuh dengan dua saudara perempuan.” Ucap Dae Young
kebingungan.
Akhirnya
keduanya duduk disebuah restoran, Seo Yeon mengajak Dae Young untuk foto
bersama, wajahnya terlihat bahagia Kamera ponsel sangat bagus belakangan ini
jadi bisa menggunakan filter. Dae Young berkomentar kalau Seo Yeon sama sekali
belum berubah.
“Kudengar
kau setuju bekerja di CQ Food. Katakan pada manajer timmu kalau aku orang yang
membujukmu. Aku memintamu bertemu untuk memberitahu itu.”ucap Seo Yeon
“Bukankah
pekerjaanmu sudah selesai setelah aku menerima tawaran itu?” kata Dae Young
curiga
“Itu...tinjauan
yang baik tidak akan melukai statusku sebagai pencari tenaga kerja.” Ucap Seo
Yeon gugup. Dae Young mengartikan kalau itu suap, Seo Yeon mengangguk.
“Kenapa
kau tidak makan?” tanya Dae Young melihat daging Seo Yeon diberikan padanya.
“Aku
tidak berselera. Apa Kau tahu banyak restoran? Apa ada tempat yang membuat
kimchi sujebi enak? Rekomendasikanlah tempat. Aku selalu mau makan itu sejak di
Amerika tapi tidak ada restoran yang membuat seperti itu.” Ucap Seo Yeon
“Kau
bilang Itu? Itu... Yah, itu tidak akan mudah dicari.” Ucap Dae Young, Seo Yeon
pikir Ada banyak restoran sujebi jadi Kenapa tidak bisa.
“Itu
benar, tapi kau mencari makanan yang biasa ibumu buatkan untukmu dan Ji Woo. Itu
satu-satunya yang kau nikmati.”kata Dae Young, Seo Yeon tak ingin membahasnya
menyuruh Dae Young makan saja.
Ji Woo
makan sendirian dikantin, temanya heran karena Ji Woo yang makan dikantin
karena berpikir pergi bersama Dae Young. Ji Woo menceritakan kalau Dae Young sepertinya
ada urusan sebentar. Temanya pun
mengerti kalau wajah Ji Woo yang makan dengan wajah cemberut. Ji Woo mengelak.
“Jangan
berbohong Dan kau tetap bersikeras mengaku tidak menyukainya.” Kata temanya.
“Sudah
kubilang tidak.” Tegas Ji Woo lalu melihat ponselnya yang berbunyi. Temanya
melihat Ji Woo yang membaca pesan.
“Ini bukan SMS, tapi Ini alarm yang berbunyi
kalau ada postingan baru di blognya.” Kata Ji Woo dengan senyuman sumringah.
“Kau
tidak menyukainya, tapi Apa kau mengatur alarm untuk postingan barunya?” goda
teman Ji Woo
“Aku
mengaturnya hanya untuk mempelajari informasi tentang restoran yang bagus.”kata
Ji Woo penasaran ingin tahu kemana Dae Young pergi.
Ji Woo
melihat foto mangkuk kosong, lalu dibawah ada foto Seo Yeon dengan caption “Aku
menikmati makanan ini berkatmu. Jangan lupakan janji kita.” Wajah Ji Woo
langsung berubah sedih. Temanya bertanya ada apa, Ji Woo menutupi dan bergegas
pamit pergi lebih dulu.
Ji Woo
menahan rasa sedihnya menunggu didepan lift, lalu tak sengaja melihat Seo Yeon
ada didalam lift. Ketika ingin, ada pasien masuk dengan tempat tidur, akhirnya
tak bisa membuatnya keluar dari lift. Seo Yeon mengingat ucapan Dae Young “Tapi
kau mencari makanan yang dulu ibumu masak untukmu dan Ji Woo.”
“Apa yang
membawamu datang ke rumah sakit?” tanya Seo Yeon, Ji Woo tetap diam.
“Oh iya.
Ini rumah sakit kampus tempat kau lulus. Apa Kau bekerja di sini? Kau pasti
mengikuti ujian kembali untuk pelatihanmu sepanjang waktu,tapi kurasa kau
berhasil.” Kata Seo Yeon. Ji Woo tetap tak menjawab sampai akhirnya akan keluar
dari lift bersama pasien.
“Oh ya.
Bagaimana kabar ibumu? Titip salam dariku untuknya.” Kata Seo Yeon, Ji Woo langsung mendorong Seo Yeon
dengan penuh amarah dengan menahan lift agar tak bergerak.
“Kalau
kau bicara tentang ibuku sekali lagi, maka aku tidak akan lari tapi kau akan
mampus, mengerti?” ucap Ji Woo memperingati, Seo Yeon terlihat gugup.
“Kita sudah
tak saling mengenal lagi. Kalau kau tidak mau, pindahlah ke rumah sakit lain.” Ucap
Ji Woo marah
Saat itu
terdengar dari interkom petugas menanyakan apakah ada masalah. Ji Woo mengaku tak sengaja menekan tombol lalu
meminta maaf. Setelah pintu lift terbuka, Ji Woo keluar dari lift. Seo Yeon
mengeluh Ji Woo yang belum berubah juga, selalu marah-marah.
Dae Young
memanggil Ji Woo dari depan rumah, Ji Woo dengan wajah cemberut keluar dari
ruangan. Dae Young bertanya kemana Ji Woo akan pergi dan mengajak untuk makan bersama
kalau ada waktu malam ini karena berutang budi pada Ji Woo.
“Ini
akhir pekan dan Akhir pekan untuk kencan.”
Ucap Ji Woo sinis,
“Apa? Apa
Kau mau berkencan?” kata Dae Young, Ji Woo mengatakan bukan dia tapi Dae Young.
“Apa pacarmu
tidak mengeluh? Uruslah dia dulu.” Kata Ji Woo sinis lalu berjalan pergi. Dae
Young terlihat binggung.
Nyonya
Lee menatap wajahnya di cermin, Ji Woo menyapa ibunya datang ke rumah sakit,
lalu bertanya kenapa menatap cermin.
Nyonya Lee mengaku merasa semakin tua dari hari ke hari jadi khawatir
mungkin akan tergoda untuk penampilan lamanya saat mengunjungi sekolah Ji Woo.
“Apa yang
Anda bicarakan? Anda masih terlihat cantik.” Kata Ji Woo, ibunya tak percaya
mendengarnya.
“Ngomong-ngomong,
pemilik tempat kue beras memintaku untuk menikah lagi belum lama ini. Dia
bilang kenal seseorang.” Kata ibu Ji Woo
“Kau
bilang Menikah lagi?” ucap Ji Woo kaget, Ibu Ji Woo mengaku baik-baik saja,
“tapi aku
khawatir Ji Woo mungkin diejek karena
tidak punya ayah.” Ucap Ibu Ji Woo khawatir.
“Lupakan.
Diejek bukanlah masalah besar.” ucap Ji Woo marah, Ibu Ji Woo tak percaya Ji
Woo bisa mengatakan itu
“Jangan
bicara dengan mudahnya karena dia bukan anakmu. Aku harus mengucapkan selamat tinggal
kepada ayahnya karena itu adalah takdir kami, tapi siapa yang tahu jika aku sudah
punya orang lain dalam takdirku?” kata Nyonya Lee
“Hentikan.
Dia hanya akan membawa sial... Kau bilang Demi putri Anda? Hentikan saja! Kami
tidak harus menghadapinya cuma karena Anda belum menikah lagi! Kami tidak akan
membuat punggungku ertusuk dan hatiku hancur berantakan.” Teriak Ji Woo marah,
Nyonya Lee terdiam dengan wajah binggung, akhirnya Ji Woo memilih keluar dari
ruangan untuk meredakan emosinya.
“Lee Ji
Woo, aku memang orang yang tak tahu terima kasih.” Ucap Ji Woo kesal pada dirinya
sendiri.
Dae Young
memakai bajunya, lalu teringat ucapan sinis Ji Woo “Apa pacarmu tidak mengeluh?
Uruslah dia dulu.” Lalu menatap cincin yang masih dipakainya seperti mengetahui
alasan Ji Woo marah.
Ketika
keluar dari rumah melihat Ji Woo yang berlari dengan wajah panik, bahkan
mengunakan sandal yang berbeda. Ji Woo menyebrang jalan dan hampir tertabrak
saat itu Dae Young datang menarik Ji Woo sambil memarahinya karena berbahaya.
“Kau...”
ucap Dae Young, Ji Woo seperti tak bisa menahan rasa sedihnya akhirnya menangis
ditengah jalan. Dae Young pun tak bisa berkata-kata.
Bersambung
ke episode 5
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar