PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Mi So
akhirnya mengaku kalau menyukai Young Joon juga, Young Joon pun memeluk Mi So
dan ingin menciumnya,tapi ditelinganya kembali terdengar suara wanita yang
menakutkan “Ikutlah denganku. Aku tak mau pergi sendirian.” Dan akhirnya
matanya kembali terbuka.
Young
Joon kebingungan karena untuk kedua kalinya tak bisa mencium Mi So, akhirnya Mi
So lebih dulu mencium Young Joon dan Young Joon pun melawan rasa traumanya
dengan mencium Mi So.
Keduanya
berjalan bersama dengan wajah tersipu malu, Young Joon tiba-tiba meminta agar
lebih diperjelas. Mi So terlihat binggung,
Young Joon ingin memastikan kalau mereka berhenti menjalin hubungan yang
tak jelas dan menjadi pasangan sekarang.
“Benar
sekali. “ kata Mi So dengan nada sopan. Young Joon seperti tak suka dengan
jawaban 'Benar sekali'
“Orang
mengira kau sedang menyajikan acara kuis. Kenapa bicaramu formal sekali?” kata
Young Joon.
“Ya,
benar.” Ucap Mi So lalu bergegas pergi karena malu.
Young
Joon sengaja mengoda Mi So dengan panggilan “Gadisku” agar bisa menunggunya, Mi
So lebih cepat berjalan. Young Joon akhirnya meraih tangan Mi So agar bisa
bergandengan dan kembali mengodanya dengan memanggil “Gadisku”
Mi So
turun dari mobil berpesan agar Young Joon Hati-hati saat pulangnya, Young Joon
hanya menatap. Mi So binggung dengan tatapan Young Joon. Young Joon mengaku
kalau tak ingin berpisah, Mi So hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“Sekretaris
Kim... Seperti yang pernah kubilang, aku cerdas, Bugar, kaya, dan handal.
Jadi...menikahlah denganku.... Secepatnya.” Kata Young Joon.
“Kita
baru mulai pacaran satu jam yang lalu. Tidakkah menurutmu terburu-buru?” ucap
Mi So kebingungan.
“Siapa
juga yang lebih dulu minta dinikahin.” Keluh Young Joon berbisik. Mi So
bertanya apa yang dikatakan bosnya. Young Joon mengaku bukan apa-apa dan
menyuruh Mi So masuk saja.
“Baiklah,
sampai ketemu besok.” Kata Mi So dengan ramah lalu berjalan masuk.
Young
Joon mengemudikan mobilnya, senyumanya tak bisa hilang dan teringat kembali
kenangan masa lalunya.
Flash Back
Mi So
bermain sendirian di halaman dan Young Joon menatap dari kejauhan dengan
senyuman bahagia. Mi So akhirnya menyuruh Young Joon naik kuda-kudaan dan akan
membantu mendorongnya. Young Joon pun mengucapkan terimakasih.
“Tapi,
ngomong-ngomong, oppa aku ingin menikah denganmu.” Ucap Mi So. Young Joon kaget
mendengarnya.
“Ya, kau
mirip pangeran... Kau harus Janji ya?” kata Mi So berharap
“Aku akan
kembali lagi lain kali, Miso...” ucap Young Joon.
Young
Joon mengingat semua kenangan merasa kalau sudah tak tahan, akhirnya memutar
balikan mobilnya.
Mi So
kaget melihat Young Joon yang datang kembali, Young Joon mengaku hanya
berjaga-jaga kalau ada yang kangen semalaman. Mi So terlihat binggung. Young
Joon mengartikan kalau yang dimaksud Mi So yang akan kangen denganya lebih
dulu.
“Aku
kembali karena mungkin saja kau akan merindukanku semalaman. Kau tahu, kan... Aku
bukan seseorang yang memberi kesempatan kedua, tahu 'kan? Tapi aku ingin
menawarkanmu bukan hanya kesempatan kedua atau ketiga. Maksudnya kesempatan
untuk melihatku.” Ucap Young Joon percaya diri, Mi So hanya bisa tersenyum
“Jadi
Bagaimana? Apa kau merasa tersanjung karena menjadi seseorang yang istimewa
bagiku?” kata Young Joon, Mi So mengaku merasa tersanjung.
“Mimpi
indah, Sekretaris Kim... Kau tahu maksudku berkata 'mimpi indah' kan?” kata
Young Joon
“Tentu
saja, aku akan memimpikanmu, Bos.” Ungkap Mi So. Young Joon menatap Mi So lebih
dalam.
“Izinkan
aku memelukmu sekali lagi.” Kata Young Joon tak bisa menahan rasa rindunya, Mi
So pun membiarkanya.
“Kurasa...
Aku juga akan mimpi indah malam ini.” Kata Young Joon tak mau melepaskan
pelukanya, Akhirnya Mi So mendorong Young Joon agar melepaskanya.
“Besok
kau harus rapat dengan para petinggi. Alangkah lebih baik kalau kau segera
pulang dan tidur, Bos.” Kata Mi So.
Young
Joon tersenyum mengaku suka mendengar omelannya hari ini dan menyuruh agar
masuk saja. Mi So menyuruh Young Joon
pergi lebih dulu dan akhirnya masuk ke dalam rumah. Ia melihat dari depan
jendela kalau Young Joon pergi dengan mobilnya, senyuman pun tak bisa
tertahankan. Sementara Young Joon pulang menatap cermin dikamarnya.
“Hei,
sudut mulutku... Berhenti naik keatas.” Ucap Young Joon yang selalu tersenyum.
“Sepertinya
aku tak bisa menghentikan kalian.” Kata Young Joon akhirnya menarik bibirnya
sendiri agar tak tersenyum.
Young
Joon tidur dengan lelap, sementara Mi So kembali bermimpi saat melingkarkan
jari kelingking dan jempolnya untuk berjanji, Si anak kecil itu berjanji akan
kembali lagi kemari lain kali. Mi So kembali memastikan kalau Oppa itu akan
kembali lagi untuk menemuinya. Si pria membenarkan.
“Aku
benar-benar tak akan melupakan namamu.... Lee Sung Yeon.” Ucap Mi So.
Saat itu
Mi So terbangun, wajahnya terlihat kebingungan dan merasa sangat yakin kalau
memang nama pria yang dicarinya bernama Sung Yeon.
Tuan Park
keluar dari ruangan dengan wajah binggung dan bertanya apakah Young Joon sedang
tak enak badan, karena melakukan hal diluar kebiasaannya. Mi So terlihat
binggung. Tuan Park menegaskan yang dimaksud Young Joon.
“Tadi dia
terkantuk-kantuk saat rapat Dan sekarang tidur.” Kata Tuan Park. Mi So heran
Young Joon yang melakukan itu.
“Tadi
pagi dia telat bangun juga. dan hampir terlambat ikut rapat.” Ucap Mi So ikut
heran.
“Si Lee
Young Joon Agung bisa juga lengah. Ada apa dengannya?” kata Tuan Park. Mi So
mengaku kalau tak tahu.
“Oh,
ya... Apa Kau mau lihat sesuatu yang menyenangkan?” kata Tuan park. Mi So
binggung apa maksud Sesuatu yang menyenangkan.
Mi So dan
Tuan Park melihat Young Joon yang tertidur lelap, lalu mulai mengajak bicara
dan Young Joon bisa menyahut. Tuan Park bertanya Young Joon lebih suka ibu atau ayahnya.
Keduanya tak bisa menahan tawa karena Young Joon seperti mengingau saja.
“Aku tak
menyangka dia bisa menyaut bahkan saat tidur. Mungkin otak Young Joon menyala
24jam sehari.” Kata Tuan Park
“Kurasa
seperti itu. Aku baru tahu hari ini mengenai hal ini.” Komentar Mi So
“Ini
pertama kalinya melihatnya tampak sangat nyaman seperti ini. Apa sesuatu
terjadi yang menyebabkan pergeseran kognitif akut padanya?” kata Tuan Park lalu
menerima telp dari Sekretaris Seol dan bergegas meminta agar menyiapkan
materinya tapi ponselnya malah ditutup.
Ia
akhirnya pamit pergi dengan membiarkan Mi So agar Young Joon tidur.
Mi So
duduk disamping Young Joon dengan memakaikan selimut, lalu menatapnya seperti
tidur sangat nyaman. Ia teringat waktu melihat Young Joon terakhir kali
tertidur tapi seperti mimpi buruk dan ketakutan.
“Terakhir
kali dia terbangun karena mimpi buruk. Tapi, dia tampak sangat nyenyak
sekarang.” Kata Mi So lalu memilih untuk pergi.
Tiba-tiba
tangan Young Joon menahan Mi So pergi,
Mi So kaget melihat tangan Young Joon. Young Joon mengeluh mau pergi
kemana Mi So karena meninggalkan orang yang tidur. Mi So panik saat Young Joon
langsung menariknya dan memeluknya dari belakang.
“Bagaimana
kalau ada yang lihat, Bos?” kata Mi So panik.
“Tak ada
yang akan berani menerobos masuk kemari. Jangan khawatirkan itu.” Kata Young
Joon.
“Bukan
itu yang aku khawatirkan.” Ucap Mi So. Young Joon bertanya apa maksudnya.
“Seharusnya
kau sudah bisa mengantisipasinya, jika kau membangunkan gairah lelap seseorang.”
Kata Young Joon.
Mi So tak
mendengar apa yang lelap, Young Joon langsung menjawab “Gairah.” Mi So langsung
panik dan berdiri wajahnya langsung gugup merasa tak percaya kalau mengunakan kata
yang memalukan seperti itu sebagai kata-kata biasa.
“Siapkan
dirimu... Karena aku tak akan pelan-pelan lagi.” Tegas Young Joon.
“Ngomong-ngomong,
kau tidak sedang sakit, kan? Aku bertanya, karena kau tak pernah tidur seperti
ini sebelumnya.” Tanya Mi So penasaran.
“Beban
yang berat sudah terangkat dari bahuku, kemarin. Dan kurasa aku tak akan
bermimpi buruk lagi, juga.” Ungkap Young Joon
Mi So
makin binggung, Young Joon menyuruh agar menghubungi Dr. Choi agar mengatakan
tak perlu lagi memberi obat penenang. Mi So memastiakn kalau Young Joon memang
lebih baik saja. Young Joon menegaksan
kalau tidak sakit lagi. Mi So heran dengan kalimat Young Joon 'Lagi'.
“Kenapa
kau menatapku seperti itu?” ucap Young Joon. Mi So mengaku kalau Ada yang ingin
ditanyakan.
“Apa
bocah laki-laki yang kucari sungguh Tn. Penulis?” tanya Mi So
“Kenapa
kau bertanya hal yang jawabannya sudah pasti?” ucap Young Joon
“Ini
mungkin terdengar aneh, Tapi dalam ingatanku selalu mengira kau adalah bocah
itu. Kau seperti seseorang yang mengalami trauma Kau juga punya bekas luka di
pergelangan kaki.” Kata Mi So
“Akan
bagus kalau pria yang kau suka adalah bocah pria yang kau cari. Tapi aku bukan
bocah itu. Mimpi buruk dan bekas lukaku tak berhubungan dengan kasus itu. Dan
mau aku bocah itu atau bukan, apa itu penting? Apa itu merubah perasaanmu
padaku?” tanya Young Joon
“Tidak,
tidak benar... Terlepas dari itu, Kau yang kusuka.” Ucap Mi So lalu menyuruh
agar bisa tidur lagi saja.
Ji Ah
berbicara di telp mengatakan kalau akan datang jam 7 jadi akan kirim pesan sandi masuk jadi bisa membuka
pintu dan taruh barangnya di dalam kalau mereka sampai lebih dulu.
“Hari ini
aku pindahan..” ucap Ji Ah. Mi So heran
karena ini hari kerja.
“Biaya
pindahan lebih murah saat hari kerja. Aku baru saja bekerja. Jadi orang tuaku
yang membayar deposit dan jasa pengangkut barang juga. Aku perlu mengurangi anggaran
sedikit mungkin.” Cerita JiAh
“Pasti
sulit hidup terpisah dengan orang tuamu.” Ucap Mi So
“Tetap
saja, aku akan menjadi wanita karir sepertimu. Aku akan punya rumah dekat dan
fokus bekerja.” Kata Ji Ah penuh semangat.
“Bukankah
ini waktumu ikut rapat dengan tim bisnis?” ucap Mi So. Ji Ah teringat dan
langsung bergegas pergi.
Mi So
melihat ponselnya yang berdering, Lee Sung Yeon yang menelp. Tatapan Mi So
langsung mengarah pada Young Joon. Sung Yeon cemberut karena Mi So yang tak
bisa mengangkat telpnya. Saat itu
seorang wanita masuk dengan tergesa-gesa.
“Apa kau
sudah menunggu lama?” ucap si wanita. Sung Yeon mengelengkan kepala.
“Konser
bukumu banyak mengundang respon positif. Agensi kami bahkan kewalahan menanggapinya.
Banyak yang memintamu untuk wawancara dan tampil di TV. Kau akan terima, kan?”
ucap si wanita. Sung Yeon menolaknya.
“Alangkah
lebih baik kalau kau terima. Kau juga pembicara yang handal. Aku sangat
menikmati konser bukumu, Terutama, saat kau mengutarakan perasaanmu pada orang
yang kau suka. Dia disana juga, kan? Dia pasti sangat terharu.” Ungkap Si
wanita, Sung Yeon hanya terdiam.
Tuan Park
membereskan semua berkasnya lalu memangil Sekretaris Seol memberitahu
kalau Tn. Choi sedang latihan militer
cadangan jadi meminta agar bisa mengantarnya hari ini, karena perlu mempelajari
materi selagi diperjalanan.
“Baiklah,
biar aku saja yang menyetir.... Aku akan menemanimu tanpa lakukan kesalahan.”
Ucap Sek Seol yain
“Kau tak
akan menemaniku menuju gerbang kematian, kan?” kata Tuan Park mengejek. Sek
Seol mengaku tak mungkin seperti itu.
Young
Joon menatap Mi So yang sedang duduk di meja kerja lalu menekan tombol. Mi So
langsung bergegas masuk dengan sopan, Young Joon memastikan merkea bisa makan
siang bersama, Mi So membenarkan karena Young Joo tak punya jadwal makan siang.
“Ini
makan siang pertama kita setelah menjadi pasangan. Aku ingin kita makan ditempat
yang istimewa.” Ucap Young Joon
“Kalau
begitu aku akan pesan tempat direstoran yang istimewa.” Kata Mi So
“Bukan di
restoran yang sering kita kunjungi, aku ingin restoran yang baru.” Tegas Young
Joon
“Baiklah,
aku akan beri daftar restoran baru.” Kata Mi So. Young Joon pikir mereka harus
menyiapkan kue juga.
“Kita
perlu rayakan momen istimewa ini juga.” Jelas Young Joon.
“Baiklah,
aku akan menyiapkan kue istimewa kesukaanmu, cheesecake.” Kata Mi So. Young Joon
pun memujinya.
Tiba-tiba
keduanya merasakan ada yang aneh, Young Joon bergumam “Apa ini bagaimana pasangan
mengobrol?” Sementara Mi So merasa kalau tadi adalah ucapan yang biasa
dilakukan tapi tiba-tiba merasa kurang enak didengar.
Keduanya
duduk berhadapan, cake dibawa oleh pelayan. Young Joon pikir Meski
kekanak-kanakan, berpikir kalau menaruh beberapa lilin. Mi So pikir Itu tidak
penting. Young Joon merasa kalau
sengaja menyiapkan ini untuk
merayakan awal hubungan mereka.
“Yang
benar, aku yang menyiapkannya, karena aku yang pesan tempatnya.” Kata Mi So
dengan wajah sedikit kaku lalu keduanya sama-sama memalingkan wajah seperti
merasa tak ada yang nyaman.
Young
Joon memilih untuk minum, Mi So langsung menuangkanya. Young Joon terbatuk dan
Mi So bergegas memberikan sapu tangan. Seperti layaknya sekertaris melayani
bosnya.
“Apa
kalian suka dengan makanannya?” tanya koki datang, Mi So berkomentar makanannya
lezat.
“Terima
kasih banyak, kalian pasangan yang serasi. Orang lain mungkin akan mengira
kalau kau sekretarinya.” Kata Chef.
Young
Joon terdiam seperti merasa bersalah, Mi So pun tak banyak berkata-kata.
Akhirnya Chef pergi dan keduanya makin canggung.
Young
Joon berjalan keluar restoran menyarankan agar jangan dulu balik ke kantor dan
nikmati kencan lebih lama. Mi So terlihat gugup, Young Joon mengajak
untukjalan-jalan sedikit dan nonton film. Mi So langsung menolak. Young Joon pikir Mi So tak perlu tegang
begitu.
“Lagipula,
aku tak ada jadwal sore ini.” Kata Young Joon.
“Tetap
saja, kau harus berada dikantor. Ini Tak pantas kalau kita lakukan hal pribadi
selama jam kerja., Terutama kencan.” Kata Mi So
“Membingungkan....
Saat ini kau sekretarisk dan Saat ini kau juga kekasihku. Kurasa, kita perlu
perjelas sedikit.” Kata Young Joon, Mi So tak mengerti maksudnya.
“Sejauh
ini kau sudah banyak membantuku, Namun, sekarang itu justu membuatku tampak
seperti pria jahat. Aku tak merasa nyaman akan hal ini. Contohnya, kau
menuangkan aku air dan memberiku sapu tangan tadi. Itu bukan hal yang biasanya
pasangan lakukan.” Ucap Young Joon
“Tidak
bisa seperti itu... Ini Sudah tugasku untuk membuatmu nyaman,” kata Mi So
“Itulah
kenapa kita perlu perjelas sesuatu disini. Mulai sekarang, kau melayaniku hanya
soal pekerjaan. Untuk hubungan kita, itu akan jadi tugasku.” Tegas Young Joon
“Tetap
saja, itu sedikit...” ungkap Mi So. Young Joon menegaskan agar Mi So melakukan
yang dikatakan.
“Aku
mungkin saja atasan yang egois. Tapi, aku tak ingin jadi pacar yang egois.”
Ucap Young Joon. Mi So menganguk mengerti.
Tuan Park
meminta agar Sek Seol tak akan membuat kesalahan lagi dan Jangan sampai
tersesat. Sek Seol pikir Tuan Park
Jangan khawatir. Karena tahu banyak lokasi yang tuju, bahkan bisa menuju
lokasinya dengan mata tertutup.
“Kau tak
akan menutup matamu selamanya, kan?” sindir Tuan Park. Sek Seol hanya
tersenyum.
“Coba
Lihat, kita hampir sampai.” Ucap Sek Seol bangga berhenti di lampu merah.
“Ini
Tumben sekali, tapi membuatku lebih
cemas karena melihatmu tak lakukan kesalahan.” Kata Tuan Park
Saat
lampu untuk pejalan kaki menyala, Tuan Park terdiam melihat sosok wanita
menyeberangi jalan dengan seorang wanita. Sek Seol ikut melonggo mengetahui
kalau wanita itu mantan istrinya. Tuan Park terlihat tak percaya kalau istrinya
sudah mendapatkan penganti.
“Pria itu
mungkin saja temannya. Wahh... Kau tak akan melihatnya kalau aku tersesat. Kenapa
aku tak lakukan kesalahan hari ini dibanding hari lain? Maafkan aku.” Ucap Sek
Seol merasa bersalah
“Tak
apa-apa, jangan dihiraukan.” Kata Tuan park dengan wajah lesu.
Young
Joon melihat berkas lalu seperti ingin menyuruh sesuatu pada Mi So dan akhirnya
keluar dari ruangan. Mi So bertanya apakah memelukan sesuatu. Young Joon
mengatakan kalau itu Kelalaian.
“Aku
perlu kau berlaku lalai dan bermalas-malasan.” Kata Young Joon lalu keluar dari
ruangan.
Tuan Jung
dkk baru saja selesai rapat dan kaget melihat Young Joon sedang berdiri di
depan mesin foto copy. Mereka langsung
bergegas kalau seharusnya meminta tolong pada pegawainya jika perlu sesuatu. Se
Ra pun ingin membantunya.
“Tidak,
aku sudah selesai, dan aku mahir dalam memakai mesin ini juga. Aku bahkan tahu
bagaimana membuat salinan dengan memperbesar dan mengecilkan ukurannya. Mulai
sekarang aku yang akan mengurus sendiri soal salin-menyalin.” Ucap Young Joon
akan bergegas pergi.
“Kenapa
kalian berdiri disana?” kata Young Joon semua hanya melonggo, semua pun memberikan
jalan untuk Young Joon.
Mi So
baru saja keluar dari ruangan menatap Young Joon dengan senyuman, Ji Ah
langsung bertanya apakah tempat duduknya kosong. Mi So mengaku kalau sedari
tadi duduk dimejanya. Ji Ah heran dengan yang terjadi tadi. Mi So bertanya apa
sebenarnya yang terjadi.
“Kau
tahu, Bos... fotocopy sendiri.” Ucap Se Ra , Mi So kaget begitu juga Tuan Jung
merasa jantungnya copot.
Mi So
kembali melihat Young Joon seperti bangga kalau melakukan pekerjaanya sendiri.
Ia berkomentar kalau tak menyangka situasi membingungkan ini. Saat itu Ji Ah
datang memanggil Mi So
“Sekretaris
Kim... Kau perlu ke kantor CFO, dia menyuruhmu kesana.” Kata Ji Ah. Mi So
menganguk mengerti lalu berjalan pergi.
Tuan Jung
membahas tentang biskut milik Young Joon yang mahal dan lezat lalu berpikir
kalau mereka bisa mencicip satu potong saja. Saat itu Se Ra dan Tuan Jung kaget
melihat Young Joon berada di pantry membuat kopi dan juga biskuit.
“Apa Kalian
mau?” tanya Young Joon, Tuan Jung
langsung mengelengkan kepala.
“Tolong
lupakan perkataan bodohku barusan, Bos. Aku tak pernah menaruh tanganku pada
biskuit milikmu sebelumnya.” Ucap Tuan Jung. Se Ra mengangguk membenarkan.
Young Joon seperti tak peduli lalu membawa kopi sendiri ke ruanganya.
Mi So
baru saja kembali melonggo binggung karena Young Joon berjalan dengan membawa
kopi, lalu bertanya pada pegawai lain apakah Mi So yang mengambil biskuit dan
teh sendiri, Se Ra memberitahu kalau melihatnya dengan matanya sendiri dan
sangat membuatnya takut.
“Ada apa
dengannya hari ini? Dia menyalin dokumen dan bahkan mengambil sarapan sendiri.”
Kata Tuan Park
“Aku rasa
aku tahu alasannya. Bagi yang mau dengar, silakan kumpul.” Kata Tuan Jung. Se
Ra mengeluh mereka pun sudah berkumpul.
“Kurasa...sikap
bungkamnya seolah bermakna PHK. Dia akan berkata 'Aku bisa lakukan segalanya
tanpa kalian'” kata Tuan Jung, Mi So merasa kalau tak seperti itu.
“Aku rasa
seperti itu. Kalau bukan, bagaimana kau akan jelaskan. sikap anehnya itu?” kata
Se Ra, Mi So mencoba menyakinkan tapi semua terlihat panik.
“Putriku
baru akan berusia 1 tahun... Itu bukan masalah, bagaimana dengan
hutang-hutangku?” kata Tuan Jung
“Hancurlah
aku! Aku punya banyak makanan yang ingin dimakan.” Ungkap Young Ok
“Kalian
semua pasti khawatir. Makanya kalian seharusnya meningkatkan kualifikasi
kinerja kalian dulu sebelum dipecat sepertiku.” Komentar Tuan Park bangga.
“Kenapa
kau tak tingkatkan prilakumu beriringan dengan kualifikasi kinerjamu? Bisa
kulihat prilakumu sangat rendah.” Ejek Tuan Jung. Salah satu karyawan ingin
tahu.
Tuan Jung
melihat nama Bae Hyun Seung, menurutnya tak masalah karena statusnya masih
magang. Semua merasa khawatir kalau
Young Joon yang akan melakukan PHK pada karyawanya. Mi So pun kebingungan
dengan sikap Young Joon yang membuat semua karyawan panik.
Mi So
melihat Young Joon di ruangan dengan tatapan sinis. Young Joon menatap
cangkirnya dengan bangga kalau itu teh pertama yang diseduh jadi lebih baik
diberikan pada Sekretaris Kim dengan menaruh didepan mejanya. Mi So masih
menatap Young Joon sampai bosnya melambaikan tangan untuk datang.
“Apa Kau
memanggilku?” ucap Mi So sopan, Young Joon menyuruh Mi So agar duduk.
“Aku
menyeduh teh pertama kalinya dalam hidupku Dan aku ingin kau meminumnya. Jadi Silakan
kau minum” kata Young Joon.
“Ada yang
ingin kukatakan padamu.” Ucap Mi So. Young Joon pikir Mi So bisa mengatakan
nanti dan minum dulu.
“Teh yang
kubuat untuk pertama kalinya bisa dingin kalau dibiarkan.” Ucap Young Joon.
Mi So pun
menurut dengan meminum lebih dulu, tapi tehnya terlalu panas dan melukai
lidahnya, Young Joon panik berpikir kalau lidah Mi So terbakar dan meminta agar
membuka mulutnya, Saat itu Ji Ah dkk melihat dari depan jendela hanya bisa
melonggo.
Akhirnya
semua berkumpul, Young Joon terlihat kebingungan akan menjelaskan pada semua
pegawainya, begitu juga Mi So. Akhirnya Young Joon sudah menemukan alasan
mengaku kalau Ada yang ingin dikatakan pada semua pegawainya.
“Sebenarnya,
hari ini, sedikit istimewa untukku.”ucap Young Joon. Tuan Jung bertanya-tanya
Hari ini hari istimewa baginya.
“Ya, hari
ini...hari pertama komunikasi tim. yang aku adakan mulai hari ini.” Akui Young
Joon, semua terlihat binggung apa maksudnya.
“Hari ini
hari dimana kita saling tatap-menatap satu sama lain, satu-persatu, secara
bergiliran untuk mengucap rasa terima kasihku pada kalian. Dan sasaran pertamaku
adalah Sekretaris Kim.” Jelas Young Joon. Mi So terlihat binggung tapi mencoba
untuk tenang.
“Baiklah,
aku akan mulai lakukan kontak mata dengan sasaran keduaku.” Kata Young Joon
dengan memulai dari Tuan Jung.
Keduanya
saling menatap, Young Joon mengucapkan Terima kasih atas kerja kerasnya, Ji Ah
pun menatap bosnya, Young Joon pun mengaku senang bertemu lagi. Se Ra sudah
siap saling bertatap, tapi Mi So memanggil Young Joon yang membuat sedikit
senang.
“Kau
punya setumpuk dokumen yang harus kau periksa jadi perlu segera meninjaunya agar
bisa diproses.” Ucap Mi So. Young Joon menganguk mengerti.
“Sayang
sekali, tapi aku akan nantikan kembali tahun depan untuk lakukan kontak mata
dengan sisa dari kalian. Dan Kerja bagus semuanya.” Ucap Young Joon dan semua
pegawai keluar dari ruangan.
Semua
masih heran dengan Young Joon karena mendadak
ada hari komunikasi tim. Tuan Park pikir kalau Young Joon mungkin mendadak perlu
komunkasi dengan tim mereka. Se Ra
merasa kalau mengerti situasiny dan yakin kalau semua ini karena Sekretaris
Kim.
“Apa? Aku
tak tahu apa yang kau bicarakan.” Kata Mi So mencoba mengelak.
“Jujurlah...
Apa kau akan terus menyembunyikannya dari kami? Kau yang mengusulkannya, kan?
Untuk mengadakan komunikasi tim dan memperhatikan kami. Maksudku, Bos bukan
orang yang akan punya ide semacam itu. Jadi Sudah pasti itu idemu. Benarkah,
Sekretaris Kim?” kata Se Ra
Mi So
dengan gugup akhirnya mengakuinya, Semua mengeluh dengan ide dari Mi So, karena
membuatnya sangat resah sepanjang waktu. Tuan Jung merasa karena bos mengadakan
hari ini untuk memperhatikan mereka jadi tak bakalan di pecat, tapi Tuan Jung
tetap merasa heran dengan sikap Young Joon yang sangat berbeda hari ini, Mi So
hanya mengelengkan kepala.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar