Seo Yeon
berusaha meminta nomor sandi rumah, tapi Woo Sun tak mau memberikanya menyuruh
agar menunggunya pulang. Seo Yeon seperti mulai kedingingan dan akhirnya jatuh
pingsan. Woo Sun pulang kaget melihat Seo Yeon tergeletak di lantai.
“Hei, Apa
kau baik-baik saja? Bangunlah, Lee Seo Yeon” ucap Woo Sun, Seo Yeon tetap diam.
Woo Sun langsung mengendong Seo Yeon pergi.
Seo Yeon
masuk ruangn IGD, Dokter memberitahu kalau Seo Yeon basah kuyup karena kehujanan jadi mungkin
kelelahan secara fisik, lalu bertanya apakah Seo Yeon mengalami shock
belakangan ini. Seo Yeon kebingungan mengaku tak tahu.
“Dia akan
segera sadar karena nafas dan detaknya stabil. Tapi sebaiknya kami melakukan
beberapa tes lagi padanya.” Kata Dokter. Woo Sun pn mengucapkan Terima kasih.
Woo Sun
seperti kasihan melihat Seo Yeon menarik selimut lalu mendengar suara ponsel
berdering. Ternyata saudara sepupunya kembali menelp, akhirnya Woo Sun berjalan
ke tangga darurat.
Woo Sun
mengeluh karena Woo Young yang selalu mengajak video Call, padahal seharusnya
lebih memperhatikannya. Woo Young pikir
Sebagai keluarga, sebaiknya saling bertaemu dan selalu mendengar suara
sepanjang waktu.
“Lupakan
saja dan lihatlah keponakanmu. Apa dia lucu? Beri salam pada pamanmu.” Ucap Woo
Young dan akhirnya Woo Sun pun memberikan salam pada keponakanya.
“Kau
menjaga Seo Yeon dengan baik, kan?” ucap Woo Young memastikan.
“Pekan
depan kau akan datang’kan ?” kata Woo Sun ingin tahu, Woo Young ingin
memberitahu sebenarnya.
“Aku
terlambat melahirkan karena usiaku, jadi lebih banyak waktu bagiku untuk pulih.
Setiap bagian dari tubuhku terasa sakit. Kau tak akan mengerti karena kau tak
merasakan lahiran.” Jelas Woo Young.
“Apa aku
juga harus memahami hal semacam itu? Kapan kau datang?” kelh Woo Sun.
Woo Young
melihat anaknya menangis, dengan santai membuka bajunya karena anaknya ingin
minm susu. Woo Sun mengeluh karena Woo Young memberitahu agar terlalu banyak
informasi dan akhirnya menutup telpnya.
Woo Sun
kembali masuk ke rumah sakit dan melihat seniornya, Ji Woo sedang berdiri
didepan lift. Ji Woo seperti tak mengenal Woo Sun lalu bertanya siapa itu, Sun
Woo memperkenalkan dirinya, Sun Woo Sun. Ji Woo tak percaya kalau itu adalah
Sun Woo Sun dari SMP Namdong.
“Ya, lama
tidak bertemu. Apa Kau bekerja di sini?” tanya Woo Sun. Ji Woo menganguk lalu
mengaku senang sekali melihatnya.
“Wahh..
Kau banyak berubah juga.” Komentar Ji Woo melihat Woo Sun.
“Bagaimana
kabarmu? Aku lupa bawa kartu namaku karena aku tadi buru-buru keluar. Berikan
ponselmu.” Kata Woo Sun, Ji Woo memberikan ponselnya walaupun terburu-buru.
“Aku
harus merawat pasienku.” Kata Ji Woo bergegas akan masuk lift. Woo Sun meminta agar Ji Woo menelpnya kalau
senggang.
“Karena
kau sudah dewasa, jadi mari kita minum nanti.” ucap Ji Woo lalu bergegas masuk
lift.
Woo Sun
seperti senang bertemu dengan Ji Woo kembali, lalu melihat Seo Yeon berjalan
dengan wajah masih pucat. Ia menanyakan keadaanya, bertanya kenapa bisa seperti
ini. Seo Yeon pikir kalau sudah tahu kalau itu semua karena Woo Sun. Woo Sun
mengeluh tak ingin bercanda.
“Aku
tidak bercanda... Aku tidak akan pingsan bahkan saat teman bisnisku kehabisan
uang. Bahkan saat kau menangkapku dan mendesakku untuk membayar hutang, aku
tidak pingsan. Jadi menurutmu kenapa aku pingsan?” ucap Seo Yeon sinsi
“Kalau kau
beri tahu aku kode rumahmu,maka aku tak bakalan pingsan seperti tadi. Aku
pingsan karena stress serta shock karena kecapean. Bahkan Mereka mau aku
dirawat di rumah sakit selama beberapa hari juga.” Keluh Seo Yeon lalu
merasakan kepalanya sakit. Woo Sun menatap Seo Yeon seperti tak enak hati.
Woo Sun
berdiri di depan pintu ingin menekan kuncinya, akhirnya mengeser badanya. Seo
Yeon tak percaya kalau Woo Sun sekarang memperlihatkan kode rumahnya, lalu
menyebut angkanya. Woo Sun menyuruh Seo Yeon diam.
“Memangnya
kau mau mempromosikan kode rumahku atau apa?” keluh Woo Sun akhirnya mask ke
dalam rumah
“Dan
juga...aku menandatangani kontrak dengan Goo Dae Young” kata Woo Sun
“Benarkah?
Jadi Apa aku akan dapat gaji untuk pekerjaan itu? Wahh... Akhirnya, sakit
kepalaku terselesaikan.” Kata Seo Yeon bahagia.
“Tapi itu
hanya berlaku sampai sepupuku datang.” Tegas Woo Seun. Seo Yeon piki tak
masalah.
“Apa Aku
masih belum diperbolehkan menggunakan kamar mandimu? Aku juga membantumu membujuk
Dae Young. Aku semakin stres setiap kali melihat garis itu. Aku mungkin akan
pingsan lagi.” Kata Seo Yeon mencoba merayu, akhirnya Woo Sun melepaskan
plester yang ada dilantai.
“Oh ya.
Tolong jangan beri tahu Dae Young tentang aku yang tinggal di rumahmu atau
cerita tentang teman bisnisku kabur.” Pinta Seo Yeon.
“Jangan
khawatir. Aku tak mau mencampur urusan orang lain. Aku tidak pernah melewati
batas.” Tegas Woo Sun
“Ya, aku
tahu itu... Aku capek, jadi harus istirahat... Tuan Pembatas yang Baik.” Ejek
Seo Yeon masuk ke dalam rumah. Woo Sun terlihat kesal mendengarnya.
Dae Young
memberikan tanda tangan pada lembaran kertas,
Woo Sun pikir kalau Dae Young ingin melakukan perubahan untuk urusan
pembayaran uang muka dan tidak tahu itu tentang tak menganggu pekerjaan Dae
Young sekarang.
“Ini
perubahan yang sederhana, jadi seharusnya Anda memberitahuku... ketimbang
menolak tawaranku.” Ucap Woo Sun dengan senyuman
“Alasannya
bukan cuma itu. Saat aku berkunjung ke perusahaan terakhir kali, aku takut...apa
aku mampu menangani pekerjaan ini atau tidak. Aku diintimidasi oleh kata-kata
sulit yang meluber ke mana-mana. Tapi aku memutuskan untuk menantang diriku.”
Jelas Dae Young mulai yakin
“Pasti
sulit bagi Anda untuk memberitahuku itu. Terima kasih sudah berbagi. Sekarang,
kita berkenalan pada rekan kerja Anda.” Kata Woo Sun. Dae Young menganguk
mengerti dan ingin tahu rapat apa hari ini
Woo Sun
mengatakan kalau mereka akan memilih satu restoran di antara sekian tempat lainnya
yang diteliti oleh para pegawainya dan
mencoba menu makanan jadi akan sangat bagus kalau Dae Young bisa bergabung .
Pegawai
pria memberi presentasi restoran yang
terletak di Mangridan-gil dengan
tempatanya sangat mendetail menurut analisis data besar. Pegawai lain
mengatakan kalau tempat lain mendapat banyak perhatian dari orang-orang LOHAS
baru-baru ini.
“Ini
adalah waralaba yang selalu direkam dan disebarkan ke media sosial serta penyebarannya
terbesar di antara orang-orang berusia dua puluhan. Seperti yang Anda lihat dengan
melihat posisi internal...” kata Pegawai memberitahu restoran rekomendasinya.
“Bukankah
itu sedikit tidak pantas untuk metode pemasaran kami untuk menggunakan waralaba
restoran?” komentar pegawai lainya.
“Reputasi
mereka diakui dan bisa membawa kredibilitas.” Jelas Pegawai wanita, keadaan
seperti mulai merasa tegang.
“Itu...Pendapat
kalian semuanya bagus-bagus, tapi Goo Dae Young-ssi akan tahu lebih banyak
tentang restoran lezat, jadi aku juga ingin mendengar pendapat darinya.” Ucap
Woo Sun pada Dae Young
“Sebenarnya,
aku pernah menjelajahi semua restoran yang kalian sebutkan tadi. Sebagian besar
dari tempat mereka terlalu populer dan jika kita pergi makan di sana sekarang,
tidak akan ada meja kosong, jadi kita harus lama menunggu.” Jelas Dae Young
“Jadi,
rekomendasiku ialah restoran yang sangat berharga yang hanya diketahui oleh
beberapa orang. Hari ini hari pertamaku jadi aku akan menentukan dan membagikan
ini dengan kalian. Tapi kalian tidak harus melaporkan ini ke "Wednesday
Food Talk". Kata Dae Young mengoda, Semua pun tertawa mendengarnya.
Semua
pergi dengan spanduk bertuliskan “Kami membawa bahan-bahan dari pertanian kami
di Pulau Wan.” Bagian restoran yang paling depan terlihat tak terawat, mereka
seperti tak yakin kalau restoran yang lezat.
Salah satu pegawai berpikir kalau abalone agak mahal untuk satu orang
supaya bisa dipesan sebagai pengiriman.
“Apa? Kau
bilang Mahal? Aku sampai terkejut dan mempengaruhi hatiku. Orang-orang biasanya
tidak bisa makan abalone sendirian karena susah dibersihkan. Jika mereka bisa
menikmatinya di rumah setelah disiapkan oleh seorang ahli, itu akan luar biasa.
Semua orang sadar bahwa abalone baik
untuk kesehatan.” Ucap Dae Young kembali mengeluarkan analisinya.
“Bahkan
Qin Shi Huang bilang abalone sebagai makanan umur panjang dan memerintahkan
rakyatnya untuk mencarinya dari negara kita pada khususnya. Abalone dari negara
kita sejenis. Ini makanan sehat yang terbaikuntuk orang-orang dengan
ketidakseimbangan nutrisi yang disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak
teratur.” Ucap Dae Young
“Di atas
itu, harganya rendah karena dibesarkan di sebuah peternakan. Ini seperti
lapisan gula pada kue.” Tegas Dae Young
“Wahh... Ada
alasan di balik reputasimu.” Komentar pegawai wanita terkesima dengan
penjelasan Dae Young.
“Mendengarkan
penjelasanmu membuatku semakin lapar.” Kata Pegawai wanita, Dae Young meminta
maaf dan mengajak masuk.
Semua
melihat menu makanan dari abalone, Dae Young menyuruh mereka untuk menenangkan
perut dengan makan bubur lebih dulu, karena abalone tumbuh dengan memakan
rumput laut, jadi semua nutrisi terkonsentrasi di ususnya. Semua pun mulai
makan dan wajah rasa nikmat pun terlihat.
“Sekarang
kalian sudah sedikit mengisi perut, kita beralih ke mulhoe dingin. Tekstur
abalon yang renyah dan kaldu manis serta asam akan memberi kalian energi untuk
menikmati hidangan berikutnya. Ini akan berfungsi sebagai hidangan pembuka yang
indah.” Jelas Dae Young
Mereka
pun mengikutinya dengan makan menu dingin, Dae Young lalu meminta mereka mencuci
mulut dengan air. Semua binggung apa maksudnya, Dae Young menjelaskan Sudah
waktunya untuk menikmati rasa asli dari ini.
“Angkat
tangan kalian jika sudah siap menikmati rasa asli dari abalone.” Kata Dae
Young, Semua mengangkat tangan, Dae Young bertanya Woo Sun apakah tak ingin,
Woo Sun pun ikut mengangkat tanganya.
Semua
akhirnya mulai makan potongan abalone, mereka berkomentar kalau Lumer di
mulut. Dae Young pun merasakan abalone
yang cukup renyah dan kenyal. Semua seperti memuji kalau abalone itu enak
dengan dicelupkan pada saus minyak wijen.
“Abalone
sangat enak bagi kulit, Jadi Makanlah.” Kata Dae Young, Dua pegawai wanita
makin bersemangat memakan abalone.
“Kulihat
kau belum menyentuh abalone sama sekali.” Ucap Dae Young melihat pegawai
didepanya.
“Ya, itu
terlalu aneh bagiku.” Kata Si pegawai. Dae Young berkomentar kalau pria itu punya selera yang
sensitif.
“Lalu apa
Kau makan rumput laut mentah atau rumput laut olahan?” tanya Dae Young, Si pria
membenarkan.
“Kalau
begitu bungkus abalone pakai rumput laut. Itu akan menghilangkan rasa amis pada
ikan.” Kata Dae Young
Si pria
menurutinya dan berkomentar kalau langsung mencicipi kesegaran dari rumput
laut, senyuman bahagia pun terlihat. Akhirnya semua pegawai ingin mencobanya.
Dae Young menjelaskan Rasa amisnya adalah opini yang biasa, dan Ia ingin
menjadi seseorang yang melanggar pendapatnya tentang dirinya.
“Aku
berada di jenjang karir yang berbeda, tapi aku akan melakukan yang terbaik
untuk perusahaan ini. “ kata Dae Young, Semua pun meminta tepuk tangan.
“Apa yang
harus kita makan untuk makanan penutup? Sup tulang ikan pedas atau ramyeon
seafood dengan abalone? “ kata Dae Yong, Woo Sun seperti ingin makan sup ikan
tapi pegawai lain lebih dulu bicara.
“Kami
akan makan apa yang kau rekomendasikan” kata Pegawai lainya.
“Kita makan
hidangan abalone lainnya. Jadi Pesan ramyeon seafood dengan abalone.” Ucap Dae
Young. Semua pun tersenyum bahagia.
Pesanan mereka
pun datang, Woo Sun langsung ingin memakanya tapi di hentikan lebih oleh Dae
Young. Dae Young mengambil capitan lalu mengeluarkan bagian depan abalone kalau
mereka membuang bibirnya terlebih dulu karena bisa merusak tekstur hidangan, dan
juga bisa melukai saat makan.
“Wahh... Kalian lihat betapa lincahnya tangan
Shiksya-nim ini? Dia luar biasa.” Komentar si pegawai bangga.
“Ayo
makan.. Kalian bisa Kasih piringnya.” Kata Dae Young membagi-bagikan ramyun.
Diam-diam Woo Sun yang merasa tak nyaman memilih untuk menyingkir.
“Kupikir...dia
khawatir akan diintimidasi oleh kita. Dan juga, kapan dia mendapat panggilan
"Shiksya-nim"? Bahkan Dia juga bukannya dewa dan Tidak ada yang
spesial darinya.” Keluh Woo Sun kesal.
Dae Young
kaget mendengar cerita dari pegawai pria yang mengakui cintanya secara terbuka
di depan semua orang menurutnya Para wanita akan sangat membenci itu. Tapi
pegawai pria itu yakin kalau wanita itu menyukainya.
“Dia
tekan "suka" di semua postingan sosmedku.” Kata Si pria, dua wanita
hanya bisa tersenyum.
“Kalau
saja ada tombol "benci". Jika itu lampu hijau, aku harus mengakui cintaku
pada semua orang. Aku harus mengakui cintaku kepada semua orang di seluruh
negeri ini.” Kata Dae Young, Dua pegawai wanita langsung tertawa mendengarnya.
“Hijau
dan merah bukan satu-satunya warna lampu lalu lintas. Ada juga lampu kuning.
Kau harus berhenti dan lihat apa sudah pantas kulakukan itu.” Jelas Dae Young
“Dia
benar. Ini adalah sesuatu yang tidak diketahui orang-orang belakangan ini.”
Jelas Pegawai wanita.
Woo Sun
kembali dari toilet, Si pegawai ingin pindah tempat duduk, tapi Woo Sun membiarkan
agar duduk didepan Dae Young saja. Dae
Young bertanya, apakah Woo Sun akan keluar untuk makan malam tim, Woo Sun
mengaku tak melakukanya.
“Itu sudah
kuno untuk makan malam tim. Kita semua harus menikmati waktu luang pribadi
setelah bekerja. Itu salah kalau harus melewati batas. Itu artinya, aku harus
pergi.” Jelas Woo Sun
“Itu
terlalu buruk. Anggota lain dari tim ini ingin menghabiskan malam mereka
denganku.” Jelas Dae Young
“Kami
akan mengadakan pesta penyambutan untuknya. Akan menyenangkan kalau Anda
bergabung juga.”bisik si pegawai
“Hentikan.
Kau salah menafsirkan sinyal lagi.” Ucap Dae Young dan mengucapkan salam
perpisahan kalau akan bertemu lagi nanti pada Woo Sun dan semua pun bergegas
pergi.
Ji Woo
melihat dari ponselnya, Blog Dae Young yang diupdate “ Hidangan makan Abalone”
dengan gambar piring kosong. Ia yakin Teman-teman kerja Dae Young pasti mentraktirnya
karena ini hari pertamanya jadi harus menulis pesan yang menggembirakan.
Saat akan
menuliskan komentar nama “Lee Seo Yeon” keluar dan menuliskan komentar “Kulihat kau
bersenang-senang. Kau pernah berhutang padaku, jadi nanti belikan aku makanan.”
“Kenapa
dia memintanya keluar lagi ketika pekerjaannya selesai?” keluh Ji Woo sinis.
Ia
melihat profile Seo Yeon dengan foto
selfienya menuliskan “Bersantai di rumah” lalu didepan food truck “Memulai
bisnisku sendiri” dan juga foto di depan jembatan dengan Matahari terbenam
sempurna.
Wajah Woo
Sun terlihat kesal karena Seo Yeon seperti menjalankan hidup bahagia. Saat itu
Woo Sun menelp Ji Woo,
“Guruku,
kalau kau ada waktu luang bisakah aku mentraktirmu minuman yang kita janjikan?”
kata Woo Sun.
Ji Woo
menuangkan bir dalam gelas dengan gayanya, Woo Sun terpana melihat keterampilan
Ji Woo dengan memujinya luar biasa. Ji Woo pikir sudah tak jadi gurunya jadi
tak perlu memanggilku seperti itu karena agak memalukan jadi meminta memanggil
Nuna saja.
“Pernah
menjadi tutor, selalu menjadi tutor. Aku tidak akan melewati batas itu.” Tegas
Sun Woo
“Kau
sepenuhnya berubah di dalam maupun di luar. Aku merasa aneh.” Ungkap Ji Woo
“Tapi kau
belum berubah sedikit.” Komentar Woo Sun, Ji Woo pikir memang selalu tampak
muda.
“Maksudku
tinggi badanmu... Kau masih begitu pendek.” Ejek Woo Sun, Ji Woo langsung
memelintir tangan Woo Sun menegaskan kalau masih kuat. Woo Sun mengaduh
kesakitan tapi akhirnya mereka tertawa lalu kembali minum.
[Musim
Panas 2004]
Di sebuah
dinding banyak sekali stiker dan juga selebaran, Ji Woo mengetuk pintu memberitahu kalau ia gurunya. Suara dari
dalam terdengar kalau sesi belajar besok. Ji Woo mengeluh karena anak muridnya
selalu seperti itu meminta untuk membuka pintunya segera.
Seorang
remaja duduk di meja dengan nama Sun Woo Sun, tubuhnya terlihat tambun. Ji Woo
menyuruh Woo Sun untuk menjawab pertanyaannya, Woo Sun hanya diam menopang
dagunya. Ji Woo merasa heran karena Woo Sun malah menatapnya selama 10 menit.
“Tapi aku
tidak bisa menyelesaikannya.” Kata Woo Sun kebingungan.
“Aku
kemarin membantumu menyelesaikan ini. Coba diingat lagi. Aku menyuruh h kau menghafalnya kalau tak bisa kau ingat.”
Keluh Ji Woo mengomel
“Ibu
Guru, apa kau lapar? Aku juga. Bisa kita melanjutkan ini setelah makan? Ibuku
memberiku sejumlah uang agar kami bisa membeli sesuatu untuk dimakan.” Kata Woo
Sun. Ji Woo pun menyetujuinya.
“Kau mau
makan apa? Pesanlah apa yang mau kau pesan.” Kata Ji Woo melihat tumpukan
brosur.
“Jika
kita memesan ayam goreng, Bom Ayam di halaman tiga enak. Harganya murah karena
ini bukan waralaba, tapi lebih renyah dan lebih enak daripada punya waralaba. Nomor
telpnnya 323-1553.” Kata Won Sun. Ji Woo terdiam karena Woo Sun bisa
mengingatnya.
“Untuk
makanan Cina, Yangjanggak enak, tapi jjamppongnya tidak enak. Hanya
jjajangmyeon yang enak. Nomornya 365-4872. Atau... Haruskah kita memesan sosis
rebus di Cabin di halaman tujuh? Mereka menyediakan banyak sosis dan tidak
pernah lupa menaruh kacang kalengan. Nomornya 322-3428.” Ucap Woo Sun.
“Kau lupa
rumus matematika dengan mudah tidak peduli seberapa banyak aku mengajarimu, tapi
kau sangat pandai menghafal nomor telepon restoran.” Keluh Ji Woo
“Itu
karena setiap hari pesan makanan lewat pengantaran.” Ucap Woo Sun.
“Yah... Lagipula,
kau tidak harus punya waktu untuk makan makanan buatan sendiri karena kedua
orang tuamu bekerja. Tapi Tetap saja, kau harus makan makanan buatan sendiri
untukmu agar bisa lebih ramping dan lebih tinggi.” Kata Ji Woo
“Kurasa
kau juga tidak sering makan makanan buatan.”ejek Woo Sun melihat Ji Woo
“Dasar
Kau ini. Sudah kubilang jangan kurang ajar.” Keluh Ji Woo .
Seo Yeon
melihat lipstiknya yang sudah habis, padahal ingin pergi. Ji Woo datang
bergegas menyalakan TV dengan wajah bahagia menonton drama Eric Shinwa.
“Apa Kau
tidak mencium sesuatu yang terbakar?” tanya Eric, Si wanita seperti tak mencium
apapun.
“Hatiku
terbakar.” Kata Eric mengoda, Ji Woo yang mendengarnya langsung tersenyum,
menurutnya Eric sangat manis sekali.
“Hei... Berkencanlah
selama akhir pekan sepertiku. Kau tidak bisa berkencan dengan siapa pun karena
kau suka drama.” Komentar seo Yeon.
Ji Woo
melihat kembali adegan Eric mencium lawan makinya, mulutnya melonggo tapi saat
itu Seo Yeon juga ikut menonton pun ikut melonggo melihat adegan kiss.
Sementara
di kamar Dae Young, Tiga pria menonton video Aoi Sola yang terpanas di Jepang,
kalau menanggalkan pakaiannya tanpa ragu-ragu. Dae Young mengeluh temanya itu
yang berpiki kamarnya hanya itu menonton video seperti itu.
“Aku bisa
mentolerir kalian mengacaukan kamarku, tapi jangan buat udara di sini juga kotor.”
Keluh Dae Young
“Kurasa
dia banyak bicara. Aku yakin kau akan menontonnya.” Ejek Jin Seok
“Tidak.
Tontonlah di tempat lain.” Tegas Dae Young, mereka pun mulai berkonsetrasi
menonton. Dae Young diam-diam melihat
dilayar komputer.
Mereka melihat
bagian kaki wanita dan meminta agar sedikit lebih ke atas lagi. Tapi saat itu video berubah menjadi berita
tentang Changpo dengan laut yang subur,. penyelam wanita mencari kerang segar
sepanjang tahun. Semua langsung mengeluh kesal melihatnya.
“Kerang
itu tidak diberi pakaian. Kenapa dia malah menjual sampah ini?” keluh Jin Seok
“Kenapa
dia tidak mengangkatnya?” kata Byung Sam marah, Jin Seok pikir mana mungkin
orang itu akan mengangkatnya sambil mengumpat Byung Sam itu bodoh.
Saat itu
Seo Yeon menelp, dengan gaya merayu
meminta agar Jin Seok menjalankan tugasnya. Jin Seok mengaku bisa melakukanya.
Seo Yeon meminta agar Jin Seok membelikan lipstik mutiara dengan nomor tiga
warna coral pink.
“Warna
apa?” tanya Jin Seok binggung, Seo Yeon menyebut “Nomor tiga warna coral pink.”
“Kau
bilang Karang apa?” tanya Jin Seok, Seo Yeon akhirnya berteriak mengatakan “nomor
tiga warna coral pink”
“Baik,
akan kulakukan.” Ucap Jin Seok mengingat nama Coral pink dan bergegas pergi.
“Wah...
Coral, apanya... Dia tidak berdaya.” Ucap Sung Joon tak percaya. Byung Sam pun
mengejek Jin Seok itu yang bodoh.
Di lorong
rumah, Seo Yeon memarahi Jin Seok kalu menyuruh beli lipstik mutiara dengan nomor
tiga warna coral pink, bukan nomor 358 warna coral pink. Jin Seok mengaku kalau
berpikir nomor 358. Ketiga temanya melihat dari depan pintu.
“Apa
telingamu tidak bisa berfungsi dengan baik? Sekarang Aku mau pergi.. Kau harus
bagaimana? Sekarang aku malah berkencan dengan bibir biasa ini.” Keluh Seo Yeon
marah
“Seo
Yeon, sudah cukup.” Kata Ji Woo akhirnya keluar dari rumah
“Aku akan
menukarnya.” Ucap Jin Seok, Seo Yeon pikir sudah Tak ada waktu baginya
menunggu.
“Aish,
berikan padaku... Nanti akan kutukar... Aku meminta maaf.” Kata Ji Woo tak enak
hati pada Jin Seok
“Apa, dia
akan membawa rasa sayangnya setelah membawa tasnya? Apa Dia akan mengendarai
kereta dorong setelah mengendarai mobil kecil? Tidak mungkin.” Komentar Dae
Young
“Dia
menjalankan tugas untuk seorang gadis yang pacaran dengan pria lain. Tapi Tidak
akan pernah berhasil.” Kata Byung Sam
“Aish,
Lee Ji Woo.. Tolong Atur kencan buta untukku dengan anak jurusan keperawatan.” Teriak
Jin Seok seperti sangat kesal
“Energi
erotis mengisi seluruh tempat.... Ayo lihat....Ini energi erotis.” Kata Bibi
peramal. Keduanya binggung dengan yang diucapkan Bibi peramal.
“Aku
masih punya kekuatan spiritual yang tersisa dalam diriku karena aku baru saja
melakukan eksorsisme. Menurut yang kulihat, salah satu dari kalian akan segera
mencium seseorang.” Kata Si bibi
“Kau
bilang Mencium? Siapa sebenarnya? Yang mana dari kami? Apa Anda berbicara
tentangku?” kata Jin Seok mengikuti si bibi, Dae Young menarik Jin Seok agar
masuk ke dalam rumah. Ji Woo hanya bisa melonggo binggung, tapi akhirnya
tersenyum bahagia.
Ji Woo
duduk di dalam meja kamarnya, lalu pikiran tiba-tiba melamun. Dae Young
memanggilnya memberitahu kalau ada roti di dadanya. Ji Woo terlihat binggung
dan akhirnya Dae Young mengeluarkan roti dari saku bajunya. Ji Woo dengan
senyuman bahagia mengucapkan Terima kasih.
“Kalau
kau berterima kasih, biarkan aku melangkah lebih dekat.”kata Dae Young seperti
yang ada dalam drama lalu mencium Ji Woo.
Ji Woo
seperti sedang berciuman dengan mata ditutup, Saat itu Seo Yeon pulang bertanya
apakah yang dipikiran Ji Woo sampai bibirnya sedikit dimajukan. Ji Woo akhirnya
tersadar dari tidurnya.
“Jangan
bilang kau mimpi ciuman dengan Goo Dae Young.” Goda Seo Yeon. Ji Woo langsung
mengelak dengan tegas.
“Apa? Itu
benar’kan? Akui saja perasaanmu dan ajak dia keluar.” Kata Seo Yeon. Ji Woo
tetap mengatakan bukan seperti itu.
“Aku
tidak menyukainya.” Tegas Ji Woo, Seo Yeon pun menyuruh Ji Woo untuk pergi
kencan buta maka baik-baik saja. Ji Woo terlihat binggung
“Ini Tidak
apa karena kau tidak menyukainya, 'kan?” kata Seo Yeon, Ji Woo pun
mempersilahkan karena memang tidak peduli.
Ji Woo
berdiri melihat Dae Young sedang bermain bola sendirian, wajahnya langsung
sumringah karena Dae Young terlihat sangat keren. Setela Dae Young menendang ke
arah gawang melihat Ji Woo hanya diam saja, dan memanggilnya.
“Kemana
yang lain?” tanya Ji Woo hanya ada Dae Young ditengah lapangan.
“Aku
bilang pada meraka kalau Seo Yeon tidak datang hari ini, dan mereka memutuskan
untuk tidak datang juga. Aissh, mana bisa aku berlatih sendirian?” kata Dae
Young
“Haruskah
aku membantunu? Mungkin aku bisa menjadi penjaga gawang. Aku cuma perlu memblok
bola.” Kata Ji Woo bersiap
“Tidak
boleh, kau nanti terluka.” Ucap Dae Young khawatir.
“Jangan
meremehkanku karena aku wanita. Biarkan aku yang melakukannya. Dan Aku bisa
melakukannya.” Ji Woo menyakinkan.
“Jangan
menangkapnya dan kau bisa menghindar kalau itu terlalu berbahaya. Mengerti?”kata
Dae Young
Ji Woo sudah
siap menangkap bola, dengan tangan dibentangkan. Tapi saat itu dimatanya
melihat Dae Young berlari ke arahnya layaknya malaikat ikut membentangkan
tanganya. Akhirnya Ji Woo ikut berlari ke arah Dae Young dengan wajah bahagia.
Hei, Ji
Woo.... Kau Bukannya tangkap bola, kenapa malah tangkap aku?” ucap Dae Young
melihat Ji Woo malah memeluknya. Ji Woo pun tersadar lalu meminta maaf dan
mengambil bola digawang.
“Hei.. Kita
ada kencan buta dengan wanita dari Univ. Wanita Euisung.” Kata Jin Seok. Ji Woo
yang mendengarnya terlihat cemburu.
Dae Young
menyuruh Ji Woo agar mendenga bola ke arahnya, Ji Woo yang marah menendang
sangat keras, tapi yang terjadi malah mengenai wajah Byung Sam. Semua kaget melihat
hidung Byung Sam berdarah.
“Bagaimana
bisa tenaga medis kita melukai rekan satu tim?”keluh Jin Seok,
“Wah... Benar.
Harusnya dia bermain juga... Ini tendangan yang kuat.”kaya Sung Joo, Ji Woo
terlihat kesal mengumpat dirinya yang bodoh.
Seo Yeon
sibuk mengambil foto selfie dengan ponselnya, Ji Woo pulang melihat ada box
didepan pintu dan tahu kalau Ibunya pasti mengirim makanan. Ia membuka kotak lalu
melihat pesan yang dituliskan ibunya “Pastikan Seo Yeon tidak melewatkan makan.”
“Aku
putri kandung Ibu, bukan dia.”keluh Ji Woo membacanya.
“Ponsel
yang baru dirilis punya kamera 2,0 megapiksel. Tapi Bagaimana kalau hasilnya menunjukkan
kulitku yang tidak bagus? Mungkin itu ide yang buruk.” Kata Seo Yeon yang terus
mengambil foto dirinya.
“Daripada
kau khawatir tentang itu,lebih baik bayar uang sewa selama di sini. Kalau tidak
mau, setidaknya bekerjalah, Seharusnya ini kau taruh di kulkas... Ah.... Terserahlah.
Keluarlah dari rumahku.”ucap Ji Woo marah
“Kau
kenapa lagi? Setiap bulan kau selalu begini. Aku mungkin tidak belajar
keperawatan, tapi aku bisa mendiagnosismu. Kau penuh dengan banteng.” Ejek Seo
Yeon ikut marah
“Lalu
bagaimana denganmu? Kau seperti mak comblang. Bagaimana kau tahu aku ada kencan
kelompok? Kau bilang mau perkenalkan salah satu pada Dae Young dan
teman-temannya.” Teriak Ji Woo kesak
“Apa
maksudmu? Aku mengaturnya untukmu. Kau tidak suka Dae Young, jadi kau tidak
keberatan diaturkan kencan buta. Itu yang kau katakan. Jadi Kau berkencan dengan
sepupu temanku.” Kata Seo Yeon yang membuat Ji Woo melonggo
“Lalu Apa
Dae Young dan teman-temannya melakukan kencan buta juga? Aku merasa kasihan pada
wanita itu. Apa yang mereka lakukan untuk
mendapatkan ini?” ucap Seo Yeon mengejek
“Katakan
pada temanmu kalau aku setuju. Aku ingin pergi ke kencan buta itu.” Tegas Ji
Woo.
Bersambung
ke part 2
terima kasih infonya kk
BalasHapus