PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 25 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 4 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Seo Yeon berusaha meminta nomor sandi rumah, tapi Woo Sun tak mau memberikanya menyuruh agar menunggunya pulang. Seo Yeon seperti mulai kedingingan dan akhirnya jatuh pingsan. Woo Sun pulang kaget melihat Seo Yeon tergeletak di lantai.
“Hei, Apa kau baik-baik saja? Bangunlah, Lee Seo Yeon” ucap Woo Sun, Seo Yeon tetap diam. Woo Sun langsung mengendong Seo Yeon pergi.
Seo Yeon masuk ruangn IGD, Dokter memberitahu kalau Seo Yeon  basah kuyup karena kehujanan jadi mungkin kelelahan secara fisik, lalu bertanya apakah Seo Yeon mengalami shock belakangan ini. Seo Yeon kebingungan mengaku tak tahu.
“Dia akan segera sadar karena nafas dan detaknya stabil. Tapi sebaiknya kami melakukan beberapa tes lagi padanya.” Kata Dokter. Woo Sun pn mengucapkan Terima kasih.
Woo Sun seperti kasihan melihat Seo Yeon menarik selimut lalu mendengar suara ponsel berdering. Ternyata saudara sepupunya kembali menelp, akhirnya Woo Sun berjalan ke tangga darurat. 


Woo Sun mengeluh karena Woo Young yang selalu mengajak video Call, padahal seharusnya lebih memperhatikannya.  Woo Young pikir Sebagai keluarga, sebaiknya saling bertaemu dan selalu mendengar suara sepanjang waktu.
“Lupakan saja dan lihatlah keponakanmu. Apa dia lucu? Beri salam pada pamanmu.” Ucap Woo Young dan akhirnya Woo Sun pun memberikan salam pada keponakanya.
“Kau menjaga Seo Yeon dengan baik, kan?” ucap Woo Young memastikan.
“Pekan depan kau akan datang’kan ?” kata Woo Sun ingin tahu, Woo Young ingin memberitahu sebenarnya.
“Aku terlambat melahirkan karena usiaku, jadi lebih banyak waktu bagiku untuk pulih. Setiap bagian dari tubuhku terasa sakit. Kau tak akan mengerti karena kau tak merasakan lahiran.” Jelas Woo Young.
“Apa aku juga harus memahami hal semacam itu? Kapan kau datang?” kelh Woo Sun.
Woo Young melihat anaknya menangis, dengan santai membuka bajunya karena anaknya ingin minm susu. Woo Sun mengeluh karena Woo Young memberitahu agar terlalu banyak informasi dan akhirnya menutup telpnya. 


Woo Sun kembali masuk ke rumah sakit dan melihat seniornya, Ji Woo sedang berdiri didepan lift. Ji Woo seperti tak mengenal Woo Sun lalu bertanya siapa itu, Sun Woo memperkenalkan dirinya, Sun Woo Sun. Ji Woo tak percaya kalau itu adalah Sun Woo Sun dari SMP Namdong.
“Ya, lama tidak bertemu. Apa Kau bekerja di sini?” tanya Woo Sun. Ji Woo menganguk lalu mengaku senang sekali melihatnya.
“Wahh.. Kau banyak berubah juga.” Komentar Ji Woo melihat Woo Sun.
“Bagaimana kabarmu? Aku lupa bawa kartu namaku karena aku tadi buru-buru keluar. Berikan ponselmu.” Kata Woo Sun, Ji Woo memberikan ponselnya walaupun terburu-buru.
“Aku harus merawat pasienku.” Kata Ji Woo bergegas akan masuk lift.  Woo Sun meminta agar Ji Woo menelpnya kalau senggang.
“Karena kau sudah dewasa, jadi mari kita minum nanti.” ucap Ji Woo lalu bergegas masuk lift. 


Woo Sun seperti senang bertemu dengan Ji Woo kembali, lalu melihat Seo Yeon berjalan dengan wajah masih pucat. Ia menanyakan keadaanya, bertanya kenapa bisa seperti ini. Seo Yeon pikir kalau sudah tahu kalau itu semua karena Woo Sun. Woo Sun mengeluh tak ingin bercanda.
“Aku tidak bercanda... Aku tidak akan pingsan bahkan saat teman bisnisku kehabisan uang. Bahkan saat kau menangkapku dan mendesakku untuk membayar hutang, aku tidak pingsan. Jadi menurutmu kenapa aku pingsan?” ucap Seo Yeon sinsi
“Kalau kau beri tahu aku kode rumahmu,maka aku tak bakalan pingsan seperti tadi. Aku pingsan karena stress serta shock karena kecapean. Bahkan Mereka mau aku dirawat di rumah sakit selama beberapa hari juga.” Keluh Seo Yeon lalu merasakan kepalanya sakit. Woo Sun menatap Seo Yeon seperti tak enak hati. 

Woo Sun berdiri di depan pintu ingin menekan kuncinya, akhirnya mengeser badanya. Seo Yeon tak percaya kalau Woo Sun sekarang memperlihatkan kode rumahnya, lalu menyebut angkanya. Woo Sun menyuruh Seo Yeon diam.
“Memangnya kau mau mempromosikan kode rumahku atau apa?” keluh Woo Sun akhirnya mask ke dalam rumah
“Dan juga...aku menandatangani kontrak dengan Goo Dae Young” kata Woo Sun

“Benarkah? Jadi Apa aku akan dapat gaji untuk pekerjaan itu? Wahh... Akhirnya, sakit kepalaku terselesaikan.” Kata Seo Yeon bahagia.
“Tapi itu hanya berlaku sampai sepupuku datang.” Tegas Woo Seun. Seo Yeon piki tak masalah.
“Apa Aku masih belum diperbolehkan menggunakan kamar mandimu? Aku juga membantumu membujuk Dae Young. Aku semakin stres setiap kali melihat garis itu. Aku mungkin akan pingsan lagi.” Kata Seo Yeon mencoba merayu, akhirnya Woo Sun melepaskan plester yang ada dilantai.
“Oh ya. Tolong jangan beri tahu Dae Young tentang aku yang tinggal di rumahmu atau cerita tentang teman bisnisku kabur.” Pinta Seo Yeon. 
“Jangan khawatir. Aku tak mau mencampur urusan orang lain. Aku tidak pernah melewati batas.” Tegas Woo Sun
“Ya, aku tahu itu... Aku capek, jadi harus istirahat... Tuan Pembatas yang Baik.” Ejek Seo Yeon masuk ke dalam rumah. Woo Sun terlihat kesal mendengarnya. 


Dae Young memberikan tanda tangan pada lembaran kertas,  Woo Sun pikir kalau Dae Young ingin melakukan perubahan untuk urusan pembayaran uang muka dan tidak tahu itu tentang tak menganggu pekerjaan Dae Young sekarang.
“Ini perubahan yang sederhana, jadi seharusnya Anda memberitahuku... ketimbang menolak tawaranku.” Ucap Woo Sun dengan senyuman
“Alasannya bukan cuma itu. Saat aku berkunjung ke perusahaan terakhir kali, aku takut...apa aku mampu menangani pekerjaan ini atau tidak. Aku diintimidasi oleh kata-kata sulit yang meluber ke mana-mana. Tapi aku memutuskan untuk menantang diriku.” Jelas Dae Young mulai yakin
“Pasti sulit bagi Anda untuk memberitahuku itu. Terima kasih sudah berbagi. Sekarang, kita berkenalan pada rekan kerja Anda.” Kata Woo Sun. Dae Young menganguk mengerti dan ingin tahu rapat apa hari ini
Woo Sun mengatakan kalau mereka akan memilih satu restoran di antara sekian tempat lainnya yang diteliti oleh para pegawainya  dan mencoba menu makanan jadi akan sangat bagus kalau Dae Young bisa bergabung . 

Pegawai pria memberi presentasi restoran  yang terletak di Mangridan-gil dengan  tempatanya sangat mendetail menurut analisis data besar. Pegawai lain mengatakan kalau tempat lain mendapat banyak perhatian dari orang-orang LOHAS baru-baru ini.
“Ini adalah waralaba yang selalu direkam dan disebarkan ke media sosial serta penyebarannya terbesar di antara orang-orang berusia dua puluhan. Seperti yang Anda lihat dengan melihat posisi internal...” kata Pegawai memberitahu restoran rekomendasinya.
“Bukankah itu sedikit tidak pantas untuk metode pemasaran kami untuk menggunakan waralaba restoran?” komentar pegawai lainya.
“Reputasi mereka diakui dan bisa membawa kredibilitas.” Jelas Pegawai wanita, keadaan seperti mulai merasa tegang.
“Itu...Pendapat kalian semuanya bagus-bagus, tapi Goo Dae Young-ssi akan tahu lebih banyak tentang restoran lezat, jadi aku juga ingin mendengar pendapat darinya.” Ucap Woo Sun pada Dae Young
“Sebenarnya, aku pernah menjelajahi semua restoran yang kalian sebutkan tadi. Sebagian besar dari tempat mereka terlalu populer dan jika kita pergi makan di sana sekarang, tidak akan ada meja kosong, jadi kita harus lama menunggu.” Jelas Dae Young
“Jadi, rekomendasiku ialah restoran yang sangat berharga yang hanya diketahui oleh beberapa orang. Hari ini hari pertamaku jadi aku akan menentukan dan membagikan ini dengan kalian. Tapi kalian tidak harus melaporkan ini ke "Wednesday Food Talk". Kata Dae Young mengoda, Semua pun tertawa mendengarnya. 


Semua pergi dengan spanduk bertuliskan “Kami membawa bahan-bahan dari pertanian kami di Pulau Wan.” Bagian restoran yang paling depan terlihat tak terawat, mereka seperti tak yakin kalau restoran yang lezat.  Salah satu pegawai berpikir kalau abalone agak mahal untuk satu orang supaya bisa dipesan sebagai pengiriman.
“Apa? Kau bilang Mahal? Aku sampai terkejut dan mempengaruhi hatiku. Orang-orang biasanya tidak bisa makan abalone sendirian karena susah dibersihkan. Jika mereka bisa menikmatinya di rumah setelah disiapkan oleh seorang ahli, itu akan luar biasa. Semua orang sadar bahwa  abalone baik untuk kesehatan.” Ucap Dae Young kembali mengeluarkan analisinya.
“Bahkan Qin Shi Huang bilang abalone sebagai makanan umur panjang dan memerintahkan rakyatnya untuk mencarinya dari negara kita pada khususnya. Abalone dari negara kita sejenis. Ini makanan sehat yang terbaikuntuk orang-orang dengan ketidakseimbangan nutrisi yang disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak teratur.” Ucap Dae Young

“Di atas itu, harganya rendah karena dibesarkan di sebuah peternakan. Ini seperti lapisan gula pada kue.” Tegas Dae Young
“Wahh... Ada alasan di balik reputasimu.” Komentar pegawai wanita terkesima dengan penjelasan Dae Young.
“Mendengarkan penjelasanmu membuatku semakin lapar.” Kata Pegawai wanita, Dae Young meminta maaf dan mengajak masuk.

Semua melihat menu makanan dari abalone, Dae Young menyuruh mereka untuk menenangkan perut dengan makan bubur lebih dulu, karena abalone tumbuh dengan memakan rumput laut, jadi semua nutrisi terkonsentrasi di ususnya. Semua pun mulai makan dan wajah rasa nikmat pun terlihat.
“Sekarang kalian sudah sedikit mengisi perut, kita beralih ke mulhoe dingin. Tekstur abalon yang renyah dan kaldu manis serta asam akan memberi kalian energi untuk menikmati hidangan berikutnya. Ini akan berfungsi sebagai hidangan pembuka yang indah.” Jelas Dae Young

Mereka pun mengikutinya dengan makan menu dingin, Dae Young lalu meminta mereka mencuci mulut dengan air. Semua binggung apa maksudnya, Dae Young menjelaskan Sudah waktunya untuk menikmati rasa asli dari ini.
“Angkat tangan kalian jika sudah siap menikmati rasa asli dari abalone.” Kata Dae Young, Semua mengangkat tangan, Dae Young bertanya Woo Sun apakah tak ingin, Woo Sun pun ikut mengangkat tanganya.
Semua akhirnya mulai makan potongan abalone, mereka berkomentar kalau Lumer di mulut.  Dae Young pun merasakan abalone yang cukup renyah dan kenyal. Semua seperti memuji kalau abalone itu enak dengan dicelupkan pada saus minyak wijen.
“Abalone sangat enak bagi kulit, Jadi Makanlah.” Kata Dae Young, Dua pegawai wanita makin bersemangat memakan abalone.

“Kulihat kau belum menyentuh abalone sama sekali.” Ucap Dae Young melihat pegawai didepanya.
“Ya, itu terlalu aneh bagiku.” Kata Si pegawai. Dae Young  berkomentar kalau pria itu punya selera yang sensitif.
“Lalu apa Kau makan rumput laut mentah atau rumput laut olahan?” tanya Dae Young, Si pria membenarkan.
“Kalau begitu bungkus abalone pakai rumput laut. Itu akan menghilangkan rasa amis pada ikan.” Kata Dae Young

Si pria menurutinya dan berkomentar kalau langsung mencicipi kesegaran dari rumput laut, senyuman bahagia pun terlihat. Akhirnya semua pegawai ingin mencobanya. Dae Young menjelaskan Rasa amisnya adalah opini yang biasa, dan Ia ingin menjadi seseorang yang melanggar pendapatnya tentang dirinya.
“Aku berada di jenjang karir yang berbeda, tapi aku akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini. “ kata Dae Young, Semua pun meminta tepuk tangan.
“Apa yang harus kita makan untuk makanan penutup? Sup tulang ikan pedas atau ramyeon seafood dengan abalone? “ kata Dae Yong, Woo Sun seperti ingin makan sup ikan tapi pegawai lain lebih dulu bicara.
“Kami akan makan apa yang kau rekomendasikan” kata Pegawai lainya.
“Kita makan hidangan abalone lainnya. Jadi Pesan ramyeon seafood dengan abalone.” Ucap Dae Young. Semua pun tersenyum bahagia. 

Pesanan mereka pun datang, Woo Sun langsung ingin memakanya tapi di hentikan lebih oleh Dae Young. Dae Young mengambil capitan lalu mengeluarkan bagian depan abalone kalau mereka membuang bibirnya terlebih dulu karena bisa merusak tekstur hidangan, dan juga bisa melukai saat makan.
“Wahh...  Kalian lihat betapa lincahnya tangan Shiksya-nim ini? Dia luar biasa.” Komentar si pegawai bangga.
“Ayo makan.. Kalian bisa Kasih piringnya.” Kata Dae Young membagi-bagikan ramyun. Diam-diam Woo Sun yang merasa tak nyaman memilih untuk menyingkir.
“Kupikir...dia khawatir akan diintimidasi oleh kita. Dan juga, kapan dia mendapat panggilan "Shiksya-nim"? Bahkan Dia juga bukannya dewa dan Tidak ada yang spesial darinya.” Keluh Woo Sun kesal. 

Dae Young kaget mendengar cerita dari pegawai pria yang mengakui cintanya secara terbuka di depan semua orang menurutnya Para wanita akan sangat membenci itu. Tapi pegawai pria itu yakin kalau wanita itu menyukainya.
“Dia tekan "suka" di semua postingan sosmedku.” Kata Si pria, dua wanita hanya bisa tersenyum.
“Kalau saja ada tombol "benci". Jika itu lampu hijau, aku harus mengakui cintaku pada semua orang. Aku harus mengakui cintaku kepada semua orang di seluruh negeri ini.” Kata Dae Young, Dua pegawai wanita langsung tertawa mendengarnya.
“Hijau dan merah bukan satu-satunya warna lampu lalu lintas. Ada juga lampu kuning. Kau harus berhenti dan lihat apa sudah pantas kulakukan itu.” Jelas Dae Young
“Dia benar. Ini adalah sesuatu yang tidak diketahui orang-orang belakangan ini.” Jelas Pegawai wanita.
Woo Sun kembali dari toilet, Si pegawai ingin pindah tempat duduk, tapi Woo Sun membiarkan agar duduk didepan Dae Young saja.  Dae Young bertanya, apakah Woo Sun akan keluar untuk makan malam tim, Woo Sun mengaku tak melakukanya.
“Itu sudah kuno untuk makan malam tim. Kita semua harus menikmati waktu luang pribadi setelah bekerja. Itu salah kalau harus melewati batas. Itu artinya, aku harus pergi.” Jelas Woo Sun
“Itu terlalu buruk. Anggota lain dari tim ini ingin menghabiskan malam mereka denganku.” Jelas Dae Young
“Kami akan mengadakan pesta penyambutan untuknya. Akan menyenangkan kalau Anda bergabung juga.”bisik si pegawai
“Hentikan. Kau salah menafsirkan sinyal lagi.” Ucap Dae Young dan mengucapkan salam perpisahan kalau akan bertemu lagi nanti pada Woo Sun dan semua pun bergegas pergi. 


Ji Woo melihat dari ponselnya, Blog Dae Young yang diupdate “ Hidangan makan Abalone” dengan gambar piring kosong. Ia yakin Teman-teman kerja Dae Young pasti mentraktirnya karena ini hari pertamanya jadi harus menulis pesan yang menggembirakan.
Saat akan menuliskan komentar nama “Lee Seo Yeon” keluar dan menuliskan komentar “Kulihat kau bersenang-senang. Kau pernah berhutang padaku, jadi nanti belikan aku makanan.”
“Kenapa dia memintanya keluar lagi ketika pekerjaannya selesai?” keluh Ji Woo sinis.
Ia melihat profile Seo Yeon  dengan foto selfienya menuliskan “Bersantai di rumah” lalu didepan food truck “Memulai bisnisku sendiri” dan juga foto di depan jembatan dengan Matahari terbenam sempurna.
Wajah Woo Sun terlihat kesal karena Seo Yeon seperti menjalankan hidup bahagia. Saat itu Woo Sun menelp Ji Woo,
“Guruku, kalau kau ada waktu luang bisakah aku mentraktirmu minuman yang kita janjikan?” kata Woo Sun. 

Ji Woo menuangkan bir dalam gelas dengan gayanya, Woo Sun terpana melihat keterampilan Ji Woo dengan memujinya luar biasa. Ji Woo pikir sudah tak jadi gurunya jadi tak perlu memanggilku seperti itu karena agak memalukan jadi meminta memanggil Nuna saja.
“Pernah menjadi tutor, selalu menjadi tutor. Aku tidak akan melewati batas itu.” Tegas Sun Woo
“Kau sepenuhnya berubah di dalam maupun di luar. Aku merasa aneh.” Ungkap Ji Woo
“Tapi kau belum berubah sedikit.” Komentar Woo Sun, Ji Woo pikir memang selalu tampak muda.
“Maksudku tinggi badanmu... Kau masih begitu pendek.” Ejek Woo Sun, Ji Woo langsung memelintir tangan Woo Sun menegaskan kalau masih kuat. Woo Sun mengaduh kesakitan tapi akhirnya mereka tertawa lalu kembali minum. 


[Musim Panas 2004]
Di sebuah dinding banyak sekali stiker dan juga selebaran, Ji Woo mengetuk pintu  memberitahu kalau ia gurunya. Suara dari dalam terdengar kalau sesi belajar besok. Ji Woo mengeluh karena anak muridnya selalu seperti itu meminta untuk membuka pintunya segera.
Seorang remaja duduk di meja dengan nama Sun Woo Sun, tubuhnya terlihat tambun. Ji Woo menyuruh Woo Sun untuk menjawab pertanyaannya, Woo Sun hanya diam menopang dagunya. Ji Woo merasa heran karena Woo Sun malah menatapnya selama 10 menit.
“Tapi aku tidak bisa menyelesaikannya.” Kata Woo Sun kebingungan.
“Aku kemarin membantumu menyelesaikan ini. Coba diingat lagi. Aku menyuruh  h kau menghafalnya kalau tak bisa kau ingat.” Keluh Ji Woo mengomel
“Ibu Guru, apa kau lapar? Aku juga. Bisa kita melanjutkan ini setelah makan? Ibuku memberiku sejumlah uang agar kami bisa membeli sesuatu untuk dimakan.” Kata Woo Sun. Ji Woo pun menyetujuinya.
“Kau mau makan apa? Pesanlah apa yang mau kau pesan.” Kata Ji Woo melihat tumpukan brosur.
“Jika kita memesan ayam goreng, Bom Ayam di halaman tiga enak. Harganya murah karena ini bukan waralaba, tapi lebih renyah dan lebih enak daripada punya waralaba. Nomor telpnnya 323-1553.” Kata Won Sun. Ji Woo terdiam karena Woo Sun bisa mengingatnya.
“Untuk makanan Cina, Yangjanggak enak, tapi jjamppongnya tidak enak. Hanya jjajangmyeon yang enak. Nomornya 365-4872. Atau... Haruskah kita memesan sosis rebus di Cabin di halaman tujuh? Mereka menyediakan banyak sosis dan tidak pernah lupa menaruh kacang kalengan. Nomornya 322-3428.” Ucap Woo Sun.
“Kau lupa rumus matematika dengan mudah tidak peduli seberapa banyak aku mengajarimu, tapi kau sangat pandai menghafal nomor telepon restoran.” Keluh Ji Woo
“Itu karena setiap hari pesan makanan lewat pengantaran.” Ucap Woo Sun.
“Yah... Lagipula, kau tidak harus punya waktu untuk makan makanan buatan sendiri karena kedua orang tuamu bekerja. Tapi Tetap saja, kau harus makan makanan buatan sendiri untukmu agar bisa lebih ramping dan lebih tinggi.” Kata Ji Woo
“Kurasa kau juga tidak sering makan makanan buatan.”ejek Woo Sun melihat Ji Woo
“Dasar Kau ini. Sudah kubilang jangan kurang ajar.” Keluh Ji Woo . 

Seo Yeon melihat lipstiknya yang sudah habis, padahal ingin pergi. Ji Woo datang bergegas menyalakan TV dengan wajah bahagia menonton drama Eric Shinwa.
“Apa Kau tidak mencium sesuatu yang terbakar?” tanya Eric, Si wanita seperti tak mencium apapun.
“Hatiku terbakar.” Kata Eric mengoda, Ji Woo yang mendengarnya langsung tersenyum, menurutnya Eric sangat manis sekali.

“Hei... Berkencanlah selama akhir pekan sepertiku. Kau tidak bisa berkencan dengan siapa pun karena kau suka drama.” Komentar seo Yeon.
Ji Woo melihat kembali adegan Eric mencium lawan makinya, mulutnya melonggo tapi saat itu Seo Yeon juga ikut menonton pun ikut melonggo melihat adegan kiss. 



Sementara di kamar Dae Young, Tiga pria menonton video Aoi Sola yang terpanas di Jepang, kalau menanggalkan pakaiannya tanpa ragu-ragu. Dae Young mengeluh temanya itu yang berpiki kamarnya hanya itu menonton video seperti itu.
“Aku bisa mentolerir kalian mengacaukan kamarku, tapi jangan buat udara di sini juga kotor.” Keluh Dae Young
“Kurasa dia banyak bicara. Aku yakin kau akan menontonnya.” Ejek Jin Seok
“Tidak. Tontonlah di tempat lain.” Tegas Dae Young, mereka pun mulai berkonsetrasi menonton.  Dae Young diam-diam melihat dilayar komputer.
Mereka melihat bagian kaki wanita dan meminta agar sedikit lebih ke atas lagi.  Tapi saat itu video berubah menjadi berita tentang Changpo dengan laut yang subur,. penyelam wanita mencari kerang segar sepanjang tahun. Semua langsung mengeluh kesal melihatnya.
“Kerang itu tidak diberi pakaian. Kenapa dia malah menjual sampah ini?” keluh Jin Seok
“Kenapa dia tidak mengangkatnya?” kata Byung Sam marah, Jin Seok pikir mana mungkin orang itu akan mengangkatnya sambil mengumpat Byung Sam itu bodoh.
Saat itu Seo Yeon menelp,  dengan gaya merayu meminta agar Jin Seok menjalankan tugasnya. Jin Seok mengaku bisa melakukanya. Seo Yeon meminta agar Jin Seok membelikan lipstik mutiara dengan nomor tiga warna coral pink.
“Warna apa?” tanya Jin Seok binggung, Seo Yeon menyebut “Nomor tiga warna coral pink.”
“Kau bilang Karang apa?” tanya Jin Seok, Seo Yeon akhirnya berteriak mengatakan “nomor tiga warna coral pink”
“Baik, akan kulakukan.” Ucap Jin Seok mengingat nama Coral pink dan bergegas pergi.
“Wah... Coral, apanya... Dia tidak berdaya.” Ucap Sung Joon tak percaya. Byung Sam pun mengejek Jin Seok itu yang bodoh. 



Di lorong rumah, Seo Yeon memarahi Jin Seok kalu menyuruh beli lipstik mutiara dengan nomor tiga warna coral pink, bukan nomor 358 warna coral pink. Jin Seok mengaku kalau berpikir nomor 358. Ketiga temanya melihat dari depan pintu.
“Apa telingamu tidak bisa berfungsi dengan baik? Sekarang Aku mau pergi.. Kau harus bagaimana? Sekarang aku malah berkencan dengan bibir biasa ini.” Keluh Seo Yeon marah
“Seo Yeon, sudah cukup.” Kata Ji Woo akhirnya keluar dari rumah
“Aku akan menukarnya.” Ucap Jin Seok, Seo Yeon pikir sudah Tak ada waktu baginya menunggu.
“Aish, berikan padaku... Nanti akan kutukar... Aku meminta maaf.” Kata Ji Woo tak enak hati pada Jin Seok 
“Apa, dia akan membawa rasa sayangnya setelah membawa tasnya? Apa Dia akan mengendarai kereta dorong setelah mengendarai mobil kecil? Tidak mungkin.” Komentar Dae Young
“Dia menjalankan tugas untuk seorang gadis yang pacaran dengan pria lain. Tapi Tidak akan pernah berhasil.” Kata Byung Sam
“Aish, Lee Ji Woo.. Tolong Atur kencan buta untukku dengan anak jurusan keperawatan.” Teriak Jin Seok seperti sangat kesal
“Energi erotis mengisi seluruh tempat.... Ayo lihat....Ini energi erotis.” Kata Bibi peramal. Keduanya binggung dengan yang diucapkan Bibi peramal.
“Aku masih punya kekuatan spiritual yang tersisa dalam diriku karena aku baru saja melakukan eksorsisme. Menurut yang kulihat, salah satu dari kalian akan segera mencium seseorang.” Kata Si bibi
“Kau bilang Mencium? Siapa sebenarnya? Yang mana dari kami? Apa Anda berbicara tentangku?” kata Jin Seok mengikuti si bibi, Dae Young menarik Jin Seok agar masuk ke dalam rumah. Ji Woo hanya bisa melonggo binggung, tapi akhirnya tersenyum bahagia. 



Ji Woo duduk di dalam meja kamarnya, lalu pikiran tiba-tiba melamun. Dae Young memanggilnya memberitahu kalau ada roti di dadanya. Ji Woo terlihat binggung dan akhirnya Dae Young mengeluarkan roti dari saku bajunya. Ji Woo dengan senyuman bahagia mengucapkan Terima kasih.
“Kalau kau berterima kasih, biarkan aku melangkah lebih dekat.”kata Dae Young seperti yang ada dalam drama lalu mencium Ji Woo.

Ji Woo seperti sedang berciuman dengan mata ditutup, Saat itu Seo Yeon pulang bertanya apakah yang dipikiran Ji Woo sampai bibirnya sedikit dimajukan. Ji Woo akhirnya tersadar dari tidurnya.
“Jangan bilang kau mimpi ciuman dengan Goo Dae Young.” Goda Seo Yeon. Ji Woo langsung mengelak dengan tegas.
“Apa? Itu benar’kan? Akui saja perasaanmu dan ajak dia keluar.” Kata Seo Yeon. Ji Woo tetap mengatakan bukan seperti itu.
“Aku tidak menyukainya.” Tegas Ji Woo, Seo Yeon pun menyuruh Ji Woo untuk pergi kencan buta maka baik-baik saja. Ji Woo terlihat binggung
“Ini Tidak apa karena kau tidak menyukainya, 'kan?” kata Seo Yeon, Ji Woo pun mempersilahkan karena memang tidak peduli.

Ji Woo berdiri melihat Dae Young sedang bermain bola sendirian, wajahnya langsung sumringah karena Dae Young terlihat sangat keren. Setela Dae Young menendang ke arah gawang melihat Ji Woo hanya diam saja, dan memanggilnya.
“Kemana yang lain?” tanya Ji Woo hanya ada Dae Young ditengah lapangan. 
“Aku bilang pada meraka kalau Seo Yeon tidak datang hari ini, dan mereka memutuskan untuk tidak datang juga. Aissh, mana bisa aku berlatih sendirian?” kata Dae Young
“Haruskah aku membantunu? Mungkin aku bisa menjadi penjaga gawang. Aku cuma perlu memblok bola.” Kata Ji Woo bersiap
“Tidak boleh, kau nanti terluka.” Ucap Dae Young khawatir.
“Jangan meremehkanku karena aku wanita. Biarkan aku yang melakukannya. Dan Aku bisa melakukannya.” Ji Woo menyakinkan.
“Jangan menangkapnya dan kau bisa menghindar kalau itu terlalu berbahaya. Mengerti?”kata Dae Young 

Ji Woo sudah siap menangkap bola, dengan tangan dibentangkan. Tapi saat itu dimatanya melihat Dae Young berlari ke arahnya layaknya malaikat ikut membentangkan tanganya. Akhirnya Ji Woo ikut berlari ke arah Dae Young dengan wajah bahagia.
Hei, Ji Woo.... Kau Bukannya tangkap bola, kenapa malah tangkap aku?” ucap Dae Young melihat Ji Woo malah memeluknya. Ji Woo pun tersadar lalu meminta maaf dan mengambil bola digawang.
“Hei.. Kita ada kencan buta dengan wanita dari Univ. Wanita Euisung.” Kata Jin Seok. Ji Woo yang mendengarnya terlihat cemburu.
Dae Young menyuruh Ji Woo agar mendenga bola ke arahnya, Ji Woo yang marah menendang sangat keras, tapi yang terjadi malah mengenai wajah Byung Sam. Semua kaget melihat hidung Byung Sam berdarah.
“Bagaimana bisa tenaga medis kita melukai rekan satu tim?”keluh Jin Seok,
“Wah... Benar. Harusnya dia bermain juga... Ini tendangan yang kuat.”kaya Sung Joo, Ji Woo terlihat kesal mengumpat dirinya yang bodoh. 


Seo Yeon sibuk mengambil foto selfie dengan ponselnya, Ji Woo pulang melihat ada box didepan pintu dan tahu kalau Ibunya  pasti mengirim makanan. Ia membuka kotak lalu melihat pesan yang dituliskan ibunya “Pastikan Seo Yeon tidak melewatkan makan.”
“Aku putri kandung Ibu, bukan dia.”keluh Ji Woo membacanya.
“Ponsel yang baru dirilis punya kamera 2,0 megapiksel. Tapi Bagaimana kalau hasilnya menunjukkan kulitku yang tidak bagus? Mungkin itu ide yang buruk.” Kata Seo Yeon yang terus mengambil foto dirinya.

“Daripada kau khawatir tentang itu,lebih baik bayar uang sewa selama di sini. Kalau tidak mau, setidaknya bekerjalah, Seharusnya ini kau taruh di kulkas... Ah.... Terserahlah. Keluarlah dari rumahku.”ucap Ji Woo marah
“Kau kenapa lagi? Setiap bulan kau selalu begini. Aku mungkin tidak belajar keperawatan, tapi aku bisa mendiagnosismu. Kau penuh dengan banteng.” Ejek Seo Yeon ikut marah
“Lalu bagaimana denganmu? Kau seperti mak comblang. Bagaimana kau tahu aku ada kencan kelompok? Kau bilang mau perkenalkan salah satu pada Dae Young dan teman-temannya.” Teriak Ji Woo kesak
“Apa maksudmu? Aku mengaturnya untukmu. Kau tidak suka Dae Young, jadi kau tidak keberatan diaturkan kencan buta. Itu yang kau katakan. Jadi Kau berkencan dengan sepupu temanku.” Kata Seo Yeon yang membuat Ji Woo melonggo
“Lalu Apa Dae Young dan teman-temannya melakukan kencan buta juga? Aku merasa kasihan pada wanita itu.  Apa yang mereka lakukan untuk mendapatkan ini?” ucap Seo Yeon mengejek
“Katakan pada temanmu kalau aku setuju. Aku ingin pergi ke kencan buta itu.” Tegas Ji Woo.
Bersambung ke part 2

 PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



1 komentar: