PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 25 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN


Semua akhirnya berkumpul di restoran, Ji Woo dengan gayanya menuangkan bir dan soju, semua terlihat terkesima melihatnya, sementara Seo Yeon melihat gaya kakaknya hanya mengeluh. Ji Woo membagikan gelas berisi bir.
“Memang kita kalah dalam pertandingan pertama kita, tapi mari kita berharap untuk masa depan yang sukses. Bersulang.” Ucap Dae Young sebagai ketua club. Sementara Seo Yeon sibuk selfie dengan gelas birnya.
Ji Woo sedikit meminggirkan keju, lalu menaruh tahu diatas piring panas. Dae Young binggung apa yang sedang dilakukan. Ji Woo mengatakan kalau Lebih enak memasak tahu seperti itu. Akhirnya Dae Young mencobanya dan ternyata lebih gurih, Sung Joon dkk ikut mencobanya memuji Ji Woo yang pintar. Jin Seok terus menatap Seo Yeon memberikan semangkuk sup kimhci.

“Hei.... Kenapa kau makan semuanya sendiri?” keluh Dae Young melihat kuah pada supnya habis.
“Kita bisa menuangkan lebih banyak air dan merebusnya lagi.” Kata Jin Seok menuangkan air. 
“Nanti akan hambar.” Keluh Dae Young, Ji Woo pikir tak masalah lalu mengambil sepiring sosis yang sudah dibumbui. Dae Young kembali bertanya Apa yang sedang dilakukan Ji Woo.
“Dengan cara ini, nantinya akan dimasak seperti sosis rebus dan terbumbu dengan enak.” Kata Ji Woo dan kembali memasaknya, setelah itu meminta mereka mulai mencobanya.
Dae Young mencobanya lebih dulu lalu memui kalau seperti dii Uijeongbu semua memuji campuran Ji Woo yang enak. Dae Young lalu berpikir harus memesan salad ayam cajun karena hanya ada selada, lalu bertanya kemana potongan ayamnya. 
Jin Seok melirik, ternyata memberikan semua ayam untuk Seo Yeon.  Dae Young mengeluh kalau tidak bagus tanpa daging. Ji Woo langsung menghancurkan snack diatas salad, Dae Young pun heran. Ji Woo menjelaskan kalau Ini akan menambah tekstur yang renyah dan lebih banyak rasa pada seladanya.
“Aku tak memerlukan daging ayam.” Ucap Dae Young mencoba salad dengan senyuman, lalu bertanya Bagaimana Ji Woo tahu semua ini.
“Ini Bukan apa-apa..Aku hanya Berusaha menjadi putri seorang juru masak dari pemilik toko yang hanya menjual lauk pauk. Ini cuma dasarnya saja.” Kata Ji Woo, Semua masih memuji Ji Woo yang terbaik.
Semua akhirnya mulai makan dengan lahap dan memuji kalau sup buatan JI Woo merasa seperti di Uijeongbu, bahkan Camilan renyah bagus sekali dengan selada. Semua makanan akhirnya habis, Dae Young mengajak untuk ikut ronde kedua. Sung Joon pikir mereka harus bayar lebih untuk itu. Dae Young menyakinkan kalau Tahu tempat bagus tapi murah jadi tak perlu cemas. 



Mereka akhirnya duduk di halaman kampus sambil minum bir, Sung Joon mengeluh kalau Ini tempat yang bagus dan murah, Dae Young membenarkan. Ji Woo mengaku lebih suka di sini daripada bar sempit. Seo Yeon melirik karena Ji Woo seperti mendukung yang dikatakan Dae Young.
“Jadi Apa nama klub kita?” tanya Seo Yeon, Dae Young mengaku Tidak ada.
“Kita bisa mengabungkan Real Madrid, Barcelona, ​​Munich, dan Manchester United... Re-Bar-Mu-Man atau Man-Mu-Re-Bar.” Kata Jin Seok, Seo Yeon pikir itu sulit untuk diucapkan.
“Bagaimana dengan nama yang menunjukkan bagaimana kita akan menjadi bintang terang? Aku malah berpikir Highlight.” Ucap Dae Young
“Karena kita adalah hewan  yang menuntut kemenangan, kita akan menamakannya Beast.” Kata Sung Joon.
Dae Young tetap ingin namanya Highlight, tapi Sung Joon merasa kalau Beast jauh lebih baik. Jin Seok pikir mereka semua jurusan teknik, menyarankan namanya dengan Engine Boys. Byung Sam mengejek dengan pura-pura muntah mendengarnya.
“Hei.. Kau buat saja sendiri... Katakan sesuatu.” Kata Jin Seok, Byung Sam tak bisa bicara karena ada wanita, akhirnya keduanya saling memiting. Dae Young dan Sung Joon pun mencoba merelai tapi malah saling bertumpuk. Seo Yeon mengeluh dengan tingkah 3 pria bodoh itu.


Akhirnya semua tertidur pulas setelah berkelahin dan minum bir, Seo Yeon mengajak mereka pergi saja. Ji Woo pikir kalau mereka bisa meninggalkan mereka begitu saja di sini. Seo Yeon yakin para pria bodoh itu akan bangun cepat atau lambat dan juga cuacanya hangat.
“Tapi Tetap saja... Bagaimana kalau mereka jatuh sakit?” kata Ji Woo dan meminta Seo Yeon untuk bisa mengendong Dae Young.
“Apa Kau berpikir untuk mengendongnya?” ucap Seo Yeon, Ji Woo beralasan kalau Dae Young adalah tetangga mereka.
“Aku tidak bisa meninggalkan tetanggaku begitu saja. Itu tidak sopan, jadi Ayo cepat” kata Ji Woo mulai menarik Dae Young agar bisa mengendongnya. 

Ji Woo berjalan sambil mengendong Dae Young walaupun membungkuk. Seo Yeon berjalan disamping Ji Woo mengetahui kalau kakaknya itu menyukai Dae Young, Ji Woo langsung menyangkalnya.  Seo Yeon mengejek kalau memang tak suka kenapa wajah Ji Woo yang memerah.
“Itu karena alkohol. Dan Juga, aku lelah karena harus menggendongnya.” Kata Ji Woo terus menyangkalnya.
“Yah... Benar. Jadi kenapa kau menawarkan untuk melakukan ini? Aku tahu ada sesuatu ketika kau memanggilnya untuk makan malam sama Ibu waktu itu. Kau bahkan tidak suka sepak bola, tapi kau bergabung dengan klub. Ketika dia memuji kombinasi makananmu, kau menyeringai seperti orang bodoh. Bukankah itu cukup bukti?” kata Seo Yeon yakin
“Hei... Sudah kubilang bukan... Dia mungkin mendengarmu. Jangan berjalan bersamaku jika kau akan berbicara omong kosong.” Ucap Ji Woo lalu bergegas pergi.
“Dia yakin tanpa henti.” Keluh Seo Yeon melihat kakaknya yang bergegas pergi. 


Seo Yeon mengingat semua kenangan dengan Dae Young, lalu terdengar suara seseorang masuk ruangan. Ia buru-buru mengambil foto profile Dae Young dengan ponselnya. Woo Sun menelp memberitahu kalau Dae Young menolaknya
“Dia orang kita. Untuk membujuknya, kita perlu merevisi kontrak. Aku merasakan bahwa tawaran kita tidak memenuhi kebutuhannya. Besok kita akan membicarakannya.” Kata Woo Sun, Seo Yeon melihat Woon Sun langsung menyapanya keluar dari ruang kerja.
“Kenapa kau ada di ruang kerjaku? Kau berjanji untuk tidak melanggar batas.” Kata Woon Sun sinis.
“Pembantumu berhenti kerja, jadi aku yang menggantinya. Untuk menunjukkan rasa terima kasihku, aku sedang membersihkan kamar. Seperti yang kukatakan, aku ini orang yang baik.” Jelas Seo yeon
“Apa Menurutmu kau bisa memutuskan kesepakatan kami ketika aku tidak ada ? Mulai sekarang, kau hanya diperbolehkan dari kamar ke pintu. Bahkan Kamar mandi juga tidak boleh.” Kata Woo Sun menarik kabel memberikan batas. Seo Yeon ingin menyela tapi Woo Sun lebih dulu bicara.
“...kau tidak perlu bersih-bersih... Kau bisa Cobalah melewati batas lagi, maka kau akan dipindahkan. Jadi Kau tidak akan bisa meninggalkan kamar ini.” Tegas Woo Sun, Seo Yeon pun tak bisa berkata-kata.
“Bagaimana dengan kesepakatan ini?  Bagaimana jika aku membawakanmu Koo Dae Young?” ucap Seo Yeon
“Kapan kau... Melihat barang-barangku sama saja kau melewati batas.” Kata Woo Sun marah
“Dae Young itu teman kampusku. Bahkan Kami juga tetangga dulu. Sepertinya dia menolakmu, jadi biarkan aku membawanya. Dia akan mendengarku dengan baik. Jika aku membuatnya menandatangani kontrak denganmu, maka berjanjilah padaku, kau akan menggajiku.” Ucap Seo Yeon berjalan mendekat Woo Sun.
“Tetaplah di belakang garis ini. Dan Itu kesepakatan, Mengerti?” kata Sun Woo tak peduli lalu masuk ke kamar. Seo Yeon tersenyum bahagia bisa mengambil foto profile Dae Young. 



Dae Young menatap foto Baek Soo Ji yang ada di kotak kremasi, wajahnya masih terlihat sedih. Saat pulang, Dae Young kaget melihat Seo Yeon datang ke rumahnya. Seo Yeon dengan kesal mengeluh keman saja Dae Young, bahkan tidak menjawab teleponnya padahal menunggu lama.
“Apa Kau menungguku, bukan Ji Woo?” ucap Dae Young binggung, Seo Yeon kaget bertanya siapa Ji Woo saat itu Ji Woo baru pulang dan Dae Young memanggilnya.
Seo Yeon dan Ji Woo saling menatap,  Seo Yeon mencoba ramah dengan menyapa Ji Woo yang lama tidak bertemu. Tapi Ji Woo seperti sangat marah, memilih untuk pergi begitu saja. Dae Young terihat binggung.
“Biarkan saja. Lagipula aku di sini untuk menemuimu, jadi ayo bicara. Kita harus ke mana? Apa Kau tahu tempat lain?” ucap Seo Yeon
“Kita bicara di kafe sana.” Kata Dae Young menunjuk cafe sebelah. Seo Yeon pun dengan senang hati berjalan merangkul lengan Dae Young. Ji Woo melihat sinis Dae Young yang berjalan dengan Seo Yeon. 
Dae Young membawakan minum untuk Seo Yeon,lalu bertanya apa yang terjadi antara Seo Yeon dan Ji Woo. Seo Yeon pikir Ji Woo sudah memberitahu, Dae Young mengaku kalau Ji Woo yang tidak ingin memberitahunya.
“Ayahku meninggal saat kami melewati tahun kedua. Seperti yang kau tahu, orang tua kami menikah lagi. Aku merasa Agak canggung untuk tinggal di rumahnya, jadi aku pergi ke luar negeri di Amerika..” Cerita Seo Yeon

“Kami tak saling menghubungi dan menjadi orang asing saat itu, selain itu juga tidak berhubungan darah. Aku baik-baik saja, tapi kurasa  dia punya banyak dendam terhadapku Ngomong-ngomong, bagaimana kalian berdua bisa jadi tetangga lagi?” tanya Seo Yeon penasaran.
“Aku mencari rumah untuk pindah, dan aku bertemu dengannya secara tidak sengaja dan pindah ke wilayah ini. Lalu Bagaimana kau tahu alamatku?” tanya Dae Young
“Aku membaca blogmu, "Let's Eat". Kau memposting restoran yang lezat di dekatnya, lalu mereka mengatakan kau pindah ke sini. Aku pergi ke supermarket tua dan meminta rumah dengan penduduk baru. Mereka memberitahuku rumahmu.” Cerita Seo Yeon berbohong.
“Apa Kau ini detektif?” ejek Dae Young, Seo Yeon terlihat binggung.
“Tidak, ini karena aku menjalankan bisnis. Kurasa aku sudah belajar beberapa keterampilan.” Kata Seo Yeon, Dae Young ingin tahu Bisnis apa.
“Ini tentang pencarian eksekutif. “ kata Seo Yeon bangga, Dae Young menganguk mengerti.
“Lalu kenapa mau menemuiku?” tanya Dae Young, Seo Yeon merasa kalau Dae Young itu suka sepak bola jadi menggiring subjek dengan cepat.
“Baik, aku langsung ke intinya saja... Kau menolak tawaran pekerjaan baru-baru ini, 'kan? Aku mau kau mempertimbangkannya kembali.” ucap Seo Yeon
“Aku tidak berpikir pekerjaan itu cocok untukku. Aku juga baik-baik saja  dengan pekerjaanku saat ini.” Kata Dae Young yakin
“Kau mungkin baik-baik saja, tapi apa kau tidak gelisah? Di negara kita, hanya lima persen penduduk yang belum bergabung dengan asuransi apa pun. Orang tua sudah punya asuransi. Karena tingkat kelahiran yang rendah, maka pelamar baru menurun.” Jelas Seo Yeon dengan mulut manisnya.
“Terlebih lagi, orang muda  biasa bergabung langsung tanpa bantuan seorang perencana asuransi. Di situasi seperti ini, pekerjaanmu tidak akan bisa menjadi pekerjaan seumur hidupmu.” Ucap Seo Yeon
“Kau sudah melakukan riset dengan baik.” Komentar Dae Young
“Bukan cuma perencana asuransi, tapi sebagian besar pekerjaan menjadi terkomputerisasi atau tidak berawak hari ini. Tapi menjadi pencipta berbeda. Mereka mencoba Membuat adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan komputer.” Jelas Seo Yeon
“Sekarang kau bekerja sebagai perencana asuransi selama 10 tahun, bukankah seharusnya kau memikirkan 10 tahun ke depan untuk karirmu?” kata Seo Yeon. Dae Young hanya tetap terdiam. 


Ji Woo minum campuran bir dan soju dibalkon, ingin tahu apa yang direncanakan Seo yeon karena muncul setelah 10 tahun lama tak bertemu. Tapi menurutnya tak peduli apa yang direncanakan karena mereka hanyalah orang asing.
Seo Yeon mengaku Senang bertemu dengan Dae Young ketika ada diluar cafe, Dae Young mengaku juga merasakan hal itu lalu bertanya Di mana mobilnya. Seo Yeon mengaku memarkirnya di garasi umum sana. Dae Young pikir akan mengantarnya, Seo Yeon menolak karena jaraknya dekat.
“Nanti aku akan meneleponmu... Sampai jumpa.” Kata Seo Yeon dan berjalan pergi, tapi melihat Ji Woo di balkon akhirnya memeluk Dae Young, Dae Young seperti tak enak hati mendorong Seo Yeon agar menjauh.
“Aku terbiasa dengan cara sapaan orang Amerika... Selamat malam...” ucap Seo Yeon seperti sengaja membuat Ji Woo cemburu lalu berjalan pergi. 
 Ji Woo terlihat kesal duduk kembali dibalkon, Dae Young menaiki tangga melihat Ji Woo diseberang rumahnya, memberitahu Seo Yeon sudah pergi. Ji Woo mengaku tidak peduli. Dae Young bertanya apakah Ji Woo tak ingin tahu alasan Seo Yeon datang.
“Dia itu pendatang dari Amerika, dan dia datang ke sini karena tawaran pekerjaanku. Aku sudah memberitahumu sebelumnya dan ditawari menjadi pencipta makanan di CQ Food.” Ucap Dae Young
“Hei.. Goo Dae Young... Apa Kau tidak menyesal harus menyerah pada karirmu? Aku tahu kau berada dalam situasi yang sulit, tapi itulah yang terjadi pada sebagian besar pekerja kantor seusia kita. Mereka bertahan dengan itu meskipun semuanya sulit. Kau semakin tua. Bisakah kau mulai dari bawah lagi? Kau pasti menyadari jauh ke dalam bahwa masyarakat ini tidak baik dan mudah.” Ucap Ji Woo dengan nada sedikit tinggi.

“Terima kasih atas saran tulusnya. Aku tahu. Itu sebabnya aku menolak tawaran itu. Tapi aku menyimpang dari kejujuranku.” Kata Dae Young 
“Tidak ada yang harus disimpangkan, Keputusan pertamamu itu benar. Apa Kau ingin terjun dalam industri baru? Petualangan seperti itu diperbolehkan hanya untuk sendok perak yang tidak perlu khawatir mencari nafkah. Bukankah begitu?” kata Ji Woo, Dae Young pikir benar.
“Sudahlah.. Tak perlu khawatir, dan kemarilah. Ayo kita minum.” Kata Ji Woo mengajak Dae Young minum bersama. 


Di sebuah restoran, banyak orang yang mengantri. Sebuah motor datang semua bertanya-tanya siapa yang masuk ke dalam tanpa mengantri. Si kurii memberitahu kalau datang untuk mengambil pesanan Sun Woo Sun, Chef memberikan tas berisi makanan dengan senyuman.
“Kenapa ini... aku tidak percaya ini. Dia harusnya datang ke sini kalau dia mau makan makanan di sini. Kenapa dia malah minta pesan antar ketika aku sangat sibuk?” keluh Chef kesal dan kembali tersenyum menyapa pelanggan yang baru keluar dari restoran.
Kurir datang mengantar pesanan, Woo Sun menerimanya dan membuka isi tas, terlihat bahan makanan. Ia mencium bahan yang masih segara dan terasa gurih, lalu melihat pasta organik dalam kotak makan lainya. Akhirnya Ia memasak creme pasta dengan tanganya yang terlihat bisa memasak, setelah itu duduk di meja makan menikmati setiap suapan dengan rasa nikmat.
“Konsentrasi dari bahannya yang tinggi memberikan rasa manis yang alami. Ini juga lebih ringan. Mie adalah spesialisasi koki.” Kata Woo Sun lalu mendengar bunyi bel rumahnya. 



Woo Sun melihat wajah Seo Yeon di layar interkom, Seo Yeon masuk rumah merasakan Aromanya enak, lalu brtanya apakah Woo Sun masak pasta dan berpikir kalau harus memasaknya tapi baru saja bertemu dengan Dae Young
“Tetaplah di belakang garis.” Kata Woo Sun seperti tak peduli, Seo Yeon pun melangkah mundur.
“Dae Young sepertinya sangat senang melihatku. Setelah mendengarku keluar, maka dia setuju untuk memikirkan kembali proposal pekerjaanmu. Tawaran itu tampak lebih dapat diandalkan ketika dibantu dari seorang teman.” Ungkap Seo Yeon yakin
“Aku meragukan itu.” Komentar Woo Sun, Seo Yeon mengeluh Woo Sun itu masih percaya kalau mencuri uang itu
“Aku bilang tidak benar dan Beri aku kesempatan.” Kata Seo Yeon, Woo Sun seperti tak peduli memilih untuk masuk kamar. Seo Yeon mengeluh kalau Woo Sun tidak percaya padanya lalu mengeluarkan ponselnya. 

Jin Woo duduk sendirian di balkon, lalu melihat ponsel Dae Young tertinggal dan pesan masuk “Kuharap ini akan membantumu memutuskan.” Ji Woo penasaran apa yang dikirimkan oleh Seo Yeon, tapi menahan diri untuk tak melihatnya.
“Semuanya terasa mendadak sampai aku nyaris tak bisa jelaskan. Kau ada waktu luang hari Selasa? Bergabunglah denganku untuk makan malam.”
Tapi akhirnya Ji Woo membaca pesan dari Seo Yeon, sambil mengumpat kesal dengan sikap adik tirinya. Saat itu Dae Young datang membawakan cemilan, Ji Woo buru-buru menaruh kembali ponsel lalu bertanya apakah ada waktu luang Selasa nanti. Dae Young pikir mungkin, lalu balik bertanya alasan Ji Woo menanyakan hal itu.
“Kenapa tak mampir ke RS tempatku bekerja? Aku akan memperkenalkanmu pada pemohon asuransi.” Ucap Ji Woo
“Aku akan berterima kasih.” Kata Dae Young bahagia lalu melihat Seo Yeon mengirimikan pesan. Ji Woo berpura-pura bertanya apa yang dikatakan Seo Yeon.
“Dia ingin bertemu pada hari Selasa.” Kata Dae Young, Ji Woo langsung mengingatkan kalau tadi Dae Young sudah janji padanya.
“Katakan padanya kau tidak bisa.” Kata Ji Woo, Dae Young pun menganguk mengerti dan melihat sikap Ji Woo yang berbeda. 

Woo Sun memperingatkan Seo Yeon yang melewati batas lagi. Seo Yeon mengaku harus menggunakan kamar mandi. Woo Seun menegaskan kalau sudah bilang kamar mandi dilarang jadi ikuti garis di luar pintu dan gunakan toilet umum. Seo Yeon mengeluh dengan sikap Woo Sun.
“Apa kode kombinasimu?” tanya Seo Yeon, Woo Sun apa maksud kombinasinya.
“Sepertinya kau akan pergi. Bagaimana aku bisa masuk rumah lagi tanpa kode rumahmu?” ucap Seo Yeon
“Kenapa aku harus memberitahumu kode rumahku? Aku akan berangkat dalam lima menit, jadi kembalilah sebelum itu.” Kata Woo Sun. Seo Yeon bingung.
“Apa aku hanya diijinkan masuk ketika kau di rumah?” tanya Seo Yeon, Woon Sun menghitung Waktunya tinggal 4 menit 30 detik.

Akhirnya Seo Yeon pun berlari keluar dari rumah, langsung menekan lift. Saat didalam lift sambil mengumpat kesal berharap lift segera naik ke lantai atas, seorang ibu sampai menutupi telinga anaknya. Seo Yeon merasa tak percaya kalau hidupnya harus seperti ini dan tersadar kalau ada orang disampingnya.
Ia langsung bergegas masuk ke dalam toilet walaupun hampir salah masuk e toilet pria. Saat itu Seo Yeon sdah kembali keluar lift dan langsung menahan pintu sebelum Woo Sun menutup pintunya. Woo Sun mengatakan kalau ini sudah lewat lima menit.
“Aku datang sebelum kau tutup pintu.” Kata Seo Yeon lalu menahan Woo Sun pergi. Woo Sun mengeluh apa lagi yang dinginkan Seo Yeon.
“Apa Bisa beri aku uang? Besok aku mau ketemu Dae Young lagi, dan kurasa dia akan menerima pekerjaan itu. Aku yakin.” Kata Seo Yeon menyakinkan.
“Kau juga bilang pada sepupuku bahwa kau yakin akan hal itu. Dan Kau yakin bisnismu akan makmur Lalu kau memintanya untuk uang.” Ejek Woo Sun. Seo Yeon membela diri kalau itu karena temanya.
“Jika kau begitu percaya diri, kau harus memanggil Dae Young untuk mendaftar lebih dulu.” Kata Woo Joo berjalan pergi.
“Baiklah, akan kuselesaikan.. Kau tunggu dan lihatlah.” Tegas Woo Sun lalu mengeluarkan nomor kontak di ponselnya.



Seo Yeon menerima telp dari Jeong Hee, yang memebritahu kalau melihat Jung Yeon Ah. Seo Yeon langsung menanyakan dimana tepatnya, Jeong Hee mengatakan ada di Pusat Perbelanjaan Gangnam, lalu bergegas meninggalkan rumah menghentikan taksi.
Saat Seo Yeon akan turun dari taksi, melihat hanya tinggal 10ribu won, dan terpaksa membayar taksi 8ribu won. Ia langsung bergegas mencari temanya pada setiap orang yang mirip dengan Jeong Hee. 
Ji Woo baru selesai kerja menerima telp dar Dae Young yang sudah datang dan memberitahu kalau akan segera datang. Temanya melihat Ji Woo semakin tersenyum lebar. Ji Woo mengelak, Temanya pikir Ji Woo  tidak perlu menyembunyikannya darinya.
“Ekspresikanlah selalu perasaanmu.” Ucap temanya, Ji Woo merasa Tidak seperti itu.
“Aku mengerti dan Sama sekali bukan seperti itu. Kau tidak menyukainya meski kau memintaku mengajukan asuransi dengannya. Jadi ayo kita pergi dan melihat pria yang pertama kali menembus hatimu.” Ejek Temanya.
“Eonni, dia punya pacar, jadi jangan mengatakan hal aneh padanya.” Pinta Ji Woo. Keduanya pun bergegas pergi. 



Dae Young terdiam didepan rumah sakit, melihat sebuah mobil box. Ji Woo datang bertanya apa yang dilihat Dae Young, Dae Young mengaku suka saat bisa mendapatkan pengiriman pribadi dari restoran yang tidak menyediakan layanan pengiriman itu sendiri.
“Namun, mie yang sudah dimasak akan lembek, dan sup akan menjadi dingin. Dalam arti itu, aku menyukai pekerjaan yang baru-baru ini aku tawarkan. Piring diantarkan kepadamu dalam keadaan matang.” Jelas Dae Young dan teringat dengan Teman Ji Woo
“Lalu Di mana temanmu?” tanya Dae Young, Ji Woo mengatakan akan segera datang. Lalu temanya pun datang.
“Hai... Aku perencana asuransi Goo Dae Young.” Ucap Dae Young pertama kali.
“Ya. Aku dengar banyak tentangmu. Apa Kau tidak tahu berapa kali dia menyebutmu.” Ejek Temanya, Ji Woo mengeluh pada temanya.
“Apa Kau bicara buruk tentangku?” kata Dae Young tersenyum lalu mengajak makan karena bisa bicara lebih banyaktentang makanan yang lezat.


Dae Young menjelaskan tentang Asuransi kesehatan memiliki tingkat yang tinggi jadi Prosedur mereka  semakin ketat seiring waktu. Ia pikir kalau itu sangat Baik bagi anak-anak untuk bergabung sesegera mungkin. Teman Ji Woo malah memuji Dae Young yang lebih tampan dari yang didengar.
“Kau pasti populer di kalangan wanita saat masih muda.” Komentar Teman Ji Woo, Dae Young terlihat binggung. Ji Woo pun malu
“Ini pujian.”kata Teman Ji Woo lalu pamit karena harus menerima telp dari anaknya.
Saat itu pelayan mendekati seorang pria bertanya akan memesan berapa porsi. Pria itu ingin memesan satu porsi, Pelayan meminta maaf karena mereka tidak menyediakan makanan hanya untuk satu porsi jadi harus memesan setidaknya dua porsi. Akhirnya si pelanggan pun keluar dari restoran.
“Lebih banyak orang yang makan sendirian belakangan ini, tapi masih sulit bagi orang untuk mengunjungi restoran lezat sendirian. Dalam artian, ide untuk memberikan makanan lezat untuk rumah tangga untuk satu orang cukup bagus. Semakin aku memikirkannya,  maka semakin bagus konsepnya.” Kata Dae Young melihat pria yang pergi meninggalkan restoran.
“Ini tidak akan berhasil... Kau hanya harus menerima tawaran itu... Kau Ambil saja tawaran pekerjaan itu, karena tidak bisa mengeluarkannya dari kepalamu.” Komentar Ji Woo
“Aku hanya bilang ide mereka bagus. Kau bilang petualangan seperti itu hanya untuk sendok perak.” Jelas Dae Young
“Jadi bagaimana jika kau bukan salah satunya? Apa Kau tidak ingat saat membuat klub sepak bola karena tidak ada itu? Kau terbiasa berlari lurus untuk apa yang kau suka. “ ucap Ji Woo
“Kau mengatakan namamu berarti menang 9 hingga 0 sepanjang waktu. Daripada menyesal nanti karena tidak melakukannya, jadi ambil tindakan dulu, dan pastikan kau tidak menyesalinya. Banyak orang yang mengundurkan diri dan mencari pekerjaan lain. Hidup itu terlalu lama bagimu untuk punya satu pekerjaan.” Komentar Ji Woo, Dae Young terdiam mendengarnya. 



Seo Yeon masih terus mencari sosok temanya, sampai pengeras suara memberitahu kalau mall akan tutup pukul 9 malam. Akhirnya Seo Yeon keluar dari mobil, tapi hujan dengan deras. Akhirnya Ia berlari ke minimarket ingin membeli payung, tapi uangnya kurang 1000 won.
Seo Yeon kembali ke rumah dengan basah kuyup, tapi rumahnya terkunci.. Ia lalu menelp Woo Sun kalau baru saja pulang kerumah jadi ingin meminta kode rumahnya. Woo Sun sedang olahraga menyuruh Seo Yeon menunggu saja karena akan pulang setelah olahraga.

“Kapan kau akan selesai? Tidak bisakah kau memberitahuku sekarang?” kata Seo Yeon.
“Kita sudah pernah membahas ini.” Kata Woo Sun lalu melihat Dae Young menelpnya, lalu bergegas menutup telp Seo Yeon.
Seo Yeon menjerit kesal meminta agar Woo Sun memberitahu saja nomornya padahal itu tak sulit. 
Dae Young mengatakan kalau ingin mengambil pekerjaan itu jika tawaran itu masih berlaku. Woo Sun mengaku masih berlaku. Dae Young pun mengatakan ingin mengubah sedikit syarat dalam kontrak itu. Woo Sun setuju kalau akan membahas besok kalau Dae Young ada waktu luang
“Mari kita bicara lebih banyak tentang itu secara langsung.” Ucap Woo Sun lalu tersenyum bahagia karena Dae Young menyetujui tawaranya.
“Dia tidak berbohong sama sekali.” Kata Woo Sun mulai mempercayai Seo Yeon.

Woo Sun keluar dari lift, dikagetkan dengan Seo Yeon sudah pingsan tergelatak di lantai. Ia langsung berlari memastikan Seo Yeon baik-baik saja dengan badan yang masih basah kuyup, lalu mengendongnya keluar dari apartement.
Bersambung ke episode 4

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar