PS : All images credit and content copyright : TVN
Semua
akhirnya berkumpul di restoran, Ji Woo dengan gayanya menuangkan bir dan soju,
semua terlihat terkesima melihatnya, sementara Seo Yeon melihat gaya kakaknya
hanya mengeluh. Ji Woo membagikan gelas berisi bir.
“Memang
kita kalah dalam pertandingan pertama kita, tapi mari kita berharap untuk masa
depan yang sukses. Bersulang.” Ucap Dae Young sebagai ketua club. Sementara Seo
Yeon sibuk selfie dengan gelas birnya.
Ji Woo
sedikit meminggirkan keju, lalu menaruh tahu diatas piring panas. Dae Young
binggung apa yang sedang dilakukan. Ji Woo mengatakan kalau Lebih enak memasak
tahu seperti itu. Akhirnya Dae Young mencobanya dan ternyata lebih gurih, Sung
Joon dkk ikut mencobanya memuji Ji Woo yang pintar. Jin Seok terus menatap Seo
Yeon memberikan semangkuk sup kimhci.
“Hei.... Kenapa
kau makan semuanya sendiri?” keluh Dae Young melihat kuah pada supnya habis.
“Kita
bisa menuangkan lebih banyak air dan merebusnya lagi.” Kata Jin Seok menuangkan
air.
“Nanti
akan hambar.” Keluh Dae Young, Ji Woo pikir tak masalah lalu mengambil sepiring
sosis yang sudah dibumbui. Dae Young kembali bertanya Apa yang sedang dilakukan
Ji Woo.
“Dengan cara
ini, nantinya akan dimasak seperti sosis rebus dan terbumbu dengan enak.” Kata
Ji Woo dan kembali memasaknya, setelah itu meminta mereka mulai mencobanya.
Dae Young
mencobanya lebih dulu lalu memui kalau seperti dii Uijeongbu semua memuji campuran
Ji Woo yang enak. Dae Young lalu berpikir harus memesan salad ayam cajun karena
hanya ada selada, lalu bertanya kemana potongan ayamnya.
Jin Seok
melirik, ternyata memberikan semua ayam untuk Seo Yeon. Dae Young mengeluh kalau tidak bagus tanpa
daging. Ji Woo langsung menghancurkan snack diatas salad, Dae Young pun heran.
Ji Woo menjelaskan kalau Ini akan menambah tekstur yang renyah dan lebih banyak
rasa pada seladanya.
“Aku tak
memerlukan daging ayam.” Ucap Dae Young mencoba salad dengan senyuman, lalu
bertanya Bagaimana Ji Woo tahu semua ini.
“Ini
Bukan apa-apa..Aku hanya Berusaha menjadi putri seorang juru masak dari pemilik
toko yang hanya menjual lauk pauk. Ini cuma dasarnya saja.” Kata Ji Woo, Semua
masih memuji Ji Woo yang terbaik.
Semua
akhirnya mulai makan dengan lahap dan memuji kalau sup buatan JI Woo merasa
seperti di Uijeongbu, bahkan Camilan renyah bagus sekali dengan selada. Semua
makanan akhirnya habis, Dae Young mengajak untuk ikut ronde kedua. Sung Joon
pikir mereka harus bayar lebih untuk itu. Dae Young menyakinkan kalau Tahu
tempat bagus tapi murah jadi tak perlu cemas.
Mereka
akhirnya duduk di halaman kampus sambil minum bir, Sung Joon mengeluh kalau Ini
tempat yang bagus dan murah, Dae Young membenarkan. Ji Woo mengaku lebih suka
di sini daripada bar sempit. Seo Yeon melirik karena Ji Woo seperti mendukung
yang dikatakan Dae Young.
“Jadi Apa
nama klub kita?” tanya Seo Yeon, Dae Young mengaku Tidak ada.
“Kita
bisa mengabungkan Real Madrid, Barcelona, Munich, dan
Manchester United... Re-Bar-Mu-Man atau Man-Mu-Re-Bar.” Kata Jin Seok, Seo Yeon
pikir itu sulit untuk diucapkan.
“Bagaimana
dengan nama yang menunjukkan bagaimana kita akan menjadi bintang terang? Aku
malah berpikir Highlight.” Ucap Dae Young
“Karena
kita adalah hewan yang menuntut
kemenangan, kita akan menamakannya Beast.” Kata Sung Joon.
Dae Young
tetap ingin namanya Highlight, tapi Sung Joon merasa kalau Beast jauh lebih
baik. Jin Seok pikir mereka semua jurusan teknik, menyarankan namanya dengan
Engine Boys. Byung Sam mengejek dengan pura-pura muntah mendengarnya.
“Hei..
Kau buat saja sendiri... Katakan sesuatu.” Kata Jin Seok, Byung Sam tak bisa
bicara karena ada wanita, akhirnya keduanya saling memiting. Dae Young dan Sung
Joon pun mencoba merelai tapi malah saling bertumpuk. Seo Yeon mengeluh dengan
tingkah 3 pria bodoh itu.
Akhirnya
semua tertidur pulas setelah berkelahin dan minum bir, Seo Yeon mengajak mereka
pergi saja. Ji Woo pikir kalau mereka bisa meninggalkan mereka begitu saja di
sini. Seo Yeon yakin para pria bodoh itu akan bangun cepat atau lambat dan juga
cuacanya hangat.
“Tapi
Tetap saja... Bagaimana kalau mereka jatuh sakit?” kata Ji Woo dan meminta Seo
Yeon untuk bisa mengendong Dae Young.
“Apa Kau
berpikir untuk mengendongnya?” ucap Seo Yeon, Ji Woo beralasan kalau Dae Young
adalah tetangga mereka.
“Aku
tidak bisa meninggalkan tetanggaku begitu saja. Itu tidak sopan, jadi Ayo
cepat” kata Ji Woo mulai menarik Dae Young agar bisa mengendongnya.
Ji Woo
berjalan sambil mengendong Dae Young walaupun membungkuk. Seo Yeon berjalan
disamping Ji Woo mengetahui kalau kakaknya itu menyukai Dae Young, Ji Woo
langsung menyangkalnya. Seo Yeon
mengejek kalau memang tak suka kenapa wajah Ji Woo yang memerah.
“Itu
karena alkohol. Dan Juga, aku lelah karena harus menggendongnya.” Kata Ji Woo
terus menyangkalnya.
“Yah...
Benar. Jadi kenapa kau menawarkan untuk melakukan ini? Aku tahu ada sesuatu
ketika kau memanggilnya untuk makan malam sama Ibu waktu itu. Kau bahkan tidak
suka sepak bola, tapi kau bergabung dengan klub. Ketika dia memuji kombinasi
makananmu, kau menyeringai seperti orang bodoh. Bukankah itu cukup bukti?” kata
Seo Yeon yakin
“Hei...
Sudah kubilang bukan... Dia mungkin mendengarmu. Jangan berjalan bersamaku jika
kau akan berbicara omong kosong.” Ucap Ji Woo lalu bergegas pergi.
“Dia
yakin tanpa henti.” Keluh Seo Yeon melihat kakaknya yang bergegas pergi.
Seo Yeon
mengingat semua kenangan dengan Dae Young, lalu terdengar suara seseorang masuk
ruangan. Ia buru-buru mengambil foto profile Dae Young dengan ponselnya. Woo
Sun menelp memberitahu kalau Dae Young menolaknya
“Dia
orang kita. Untuk membujuknya, kita perlu merevisi kontrak. Aku merasakan bahwa
tawaran kita tidak memenuhi kebutuhannya. Besok kita akan membicarakannya.”
Kata Woo Sun, Seo Yeon melihat Woon Sun langsung menyapanya keluar dari ruang
kerja.
“Kenapa
kau ada di ruang kerjaku? Kau berjanji untuk tidak melanggar batas.” Kata Woon
Sun sinis.
“Pembantumu
berhenti kerja, jadi aku yang menggantinya. Untuk menunjukkan rasa terima
kasihku, aku sedang membersihkan kamar. Seperti yang kukatakan, aku ini orang
yang baik.” Jelas Seo yeon
“Apa Menurutmu
kau bisa memutuskan kesepakatan kami ketika aku tidak ada ? Mulai sekarang, kau
hanya diperbolehkan dari kamar ke pintu. Bahkan Kamar mandi juga tidak boleh.”
Kata Woo Sun menarik kabel memberikan batas. Seo Yeon ingin menyela tapi Woo
Sun lebih dulu bicara.
“...kau
tidak perlu bersih-bersih... Kau bisa Cobalah melewati batas lagi, maka kau
akan dipindahkan. Jadi Kau tidak akan bisa meninggalkan kamar ini.” Tegas Woo
Sun, Seo Yeon pun tak bisa berkata-kata.
“Bagaimana
dengan kesepakatan ini? Bagaimana jika aku
membawakanmu Koo Dae Young?” ucap Seo Yeon
“Kapan
kau... Melihat barang-barangku sama saja kau melewati batas.” Kata Woo Sun
marah
“Dae
Young itu teman kampusku. Bahkan Kami juga tetangga dulu. Sepertinya dia
menolakmu, jadi biarkan aku membawanya. Dia akan mendengarku dengan baik. Jika
aku membuatnya menandatangani kontrak denganmu, maka berjanjilah padaku, kau
akan menggajiku.” Ucap Seo Yeon berjalan mendekat Woo Sun.
“Tetaplah
di belakang garis ini. Dan Itu kesepakatan, Mengerti?” kata Sun Woo tak peduli
lalu masuk ke kamar. Seo Yeon tersenyum bahagia bisa mengambil foto profile Dae
Young.
Dae Young
menatap foto Baek Soo Ji yang ada di kotak kremasi, wajahnya masih terlihat
sedih. Saat pulang, Dae Young kaget melihat Seo Yeon datang ke rumahnya. Seo
Yeon dengan kesal mengeluh keman saja Dae Young, bahkan tidak menjawab
teleponnya padahal menunggu lama.
“Apa Kau
menungguku, bukan Ji Woo?” ucap Dae Young binggung, Seo Yeon kaget bertanya
siapa Ji Woo saat itu Ji Woo baru pulang dan Dae Young memanggilnya.
Seo Yeon
dan Ji Woo saling menatap, Seo Yeon
mencoba ramah dengan menyapa Ji Woo yang lama tidak bertemu. Tapi Ji Woo
seperti sangat marah, memilih untuk pergi begitu saja. Dae Young terihat
binggung.
“Biarkan
saja. Lagipula aku di sini untuk menemuimu, jadi ayo bicara. Kita harus ke
mana? Apa Kau tahu tempat lain?” ucap Seo Yeon
“Kita
bicara di kafe sana.” Kata Dae Young menunjuk cafe sebelah. Seo Yeon pun dengan
senang hati berjalan merangkul lengan Dae Young. Ji Woo melihat sinis Dae Young
yang berjalan dengan Seo Yeon.
Dae Young
membawakan minum untuk Seo Yeon,lalu bertanya apa yang terjadi antara Seo Yeon
dan Ji Woo. Seo Yeon pikir Ji Woo sudah memberitahu, Dae Young mengaku kalau Ji
Woo yang tidak ingin memberitahunya.
“Ayahku
meninggal saat kami melewati tahun kedua. Seperti yang kau tahu, orang tua kami
menikah lagi. Aku merasa Agak canggung untuk tinggal di rumahnya, jadi aku pergi
ke luar negeri di Amerika..” Cerita Seo Yeon
“Kami tak
saling menghubungi dan menjadi orang asing saat itu, selain itu juga tidak
berhubungan darah. Aku baik-baik saja, tapi kurasa dia punya banyak dendam terhadapku Ngomong-ngomong,
bagaimana kalian berdua bisa jadi tetangga lagi?” tanya Seo Yeon penasaran.
“Aku
mencari rumah untuk pindah, dan aku bertemu dengannya secara tidak sengaja dan
pindah ke wilayah ini. Lalu Bagaimana kau tahu alamatku?” tanya Dae Young
“Aku membaca
blogmu, "Let's Eat". Kau memposting restoran yang lezat di dekatnya, lalu
mereka mengatakan kau pindah ke sini. Aku pergi ke supermarket tua dan meminta
rumah dengan penduduk baru. Mereka memberitahuku rumahmu.” Cerita Seo Yeon
berbohong.
“Apa Kau
ini detektif?” ejek Dae Young, Seo Yeon terlihat binggung.
“Tidak,
ini karena aku menjalankan bisnis. Kurasa aku sudah belajar beberapa
keterampilan.” Kata Seo Yeon, Dae Young ingin tahu Bisnis apa.
“Ini
tentang pencarian eksekutif. “ kata Seo Yeon bangga, Dae Young menganguk
mengerti.
“Lalu
kenapa mau menemuiku?” tanya Dae Young, Seo Yeon merasa kalau Dae Young itu
suka sepak bola jadi menggiring subjek dengan cepat.
“Baik,
aku langsung ke intinya saja... Kau menolak tawaran pekerjaan baru-baru ini,
'kan? Aku mau kau mempertimbangkannya kembali.” ucap Seo Yeon
“Aku
tidak berpikir pekerjaan itu cocok untukku. Aku juga baik-baik saja dengan pekerjaanku saat ini.” Kata Dae Young
yakin
“Kau
mungkin baik-baik saja, tapi apa kau tidak gelisah? Di negara kita, hanya lima
persen penduduk yang belum bergabung dengan asuransi apa pun. Orang tua sudah
punya asuransi. Karena tingkat kelahiran yang rendah, maka pelamar baru
menurun.” Jelas Seo Yeon dengan mulut manisnya.
“Terlebih
lagi, orang muda biasa bergabung langsung
tanpa bantuan seorang perencana asuransi. Di situasi seperti ini, pekerjaanmu
tidak akan bisa menjadi pekerjaan seumur hidupmu.” Ucap Seo Yeon
“Kau sudah
melakukan riset dengan baik.” Komentar Dae Young
“Bukan
cuma perencana asuransi, tapi sebagian besar pekerjaan menjadi terkomputerisasi
atau tidak berawak hari ini. Tapi menjadi pencipta berbeda. Mereka mencoba
Membuat adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan komputer.” Jelas Seo Yeon
“Sekarang
kau bekerja sebagai perencana asuransi selama 10 tahun, bukankah seharusnya kau
memikirkan 10 tahun ke depan untuk karirmu?” kata Seo Yeon. Dae Young hanya
tetap terdiam.
Ji Woo
minum campuran bir dan soju dibalkon, ingin tahu apa yang direncanakan Seo yeon
karena muncul setelah 10 tahun lama tak bertemu. Tapi menurutnya tak peduli apa
yang direncanakan karena mereka hanyalah orang asing.
Seo Yeon
mengaku Senang bertemu dengan Dae Young ketika ada diluar cafe, Dae Young
mengaku juga merasakan hal itu lalu bertanya Di mana mobilnya. Seo Yeon mengaku
memarkirnya di garasi umum sana. Dae Young pikir akan mengantarnya, Seo Yeon
menolak karena jaraknya dekat.
“Nanti
aku akan meneleponmu... Sampai jumpa.” Kata Seo Yeon dan berjalan pergi, tapi
melihat Ji Woo di balkon akhirnya memeluk Dae Young, Dae Young seperti tak enak
hati mendorong Seo Yeon agar menjauh.
“Aku
terbiasa dengan cara sapaan orang Amerika... Selamat malam...” ucap Seo Yeon
seperti sengaja membuat Ji Woo cemburu lalu berjalan pergi.
Ji Woo
terlihat kesal duduk kembali dibalkon, Dae Young menaiki tangga melihat Ji Woo
diseberang rumahnya, memberitahu Seo Yeon sudah pergi. Ji Woo mengaku tidak
peduli. Dae Young bertanya apakah Ji Woo tak ingin tahu alasan Seo Yeon datang.
“Dia itu
pendatang dari Amerika, dan dia datang ke sini karena tawaran pekerjaanku. Aku sudah
memberitahumu sebelumnya dan ditawari menjadi pencipta makanan di CQ Food.”
Ucap Dae Young
“Hei..
Goo Dae Young... Apa Kau tidak menyesal harus menyerah pada karirmu? Aku tahu
kau berada dalam situasi yang sulit, tapi itulah yang terjadi pada sebagian besar
pekerja kantor seusia kita. Mereka bertahan dengan itu meskipun semuanya sulit.
Kau semakin tua. Bisakah kau mulai dari bawah lagi? Kau pasti menyadari jauh ke
dalam bahwa masyarakat ini tidak baik dan mudah.” Ucap Ji Woo dengan nada
sedikit tinggi.
“Terima
kasih atas saran tulusnya. Aku tahu. Itu sebabnya aku menolak tawaran itu. Tapi
aku menyimpang dari kejujuranku.” Kata Dae Young
“Tidak
ada yang harus disimpangkan, Keputusan pertamamu itu benar. Apa Kau ingin
terjun dalam industri baru? Petualangan seperti itu diperbolehkan hanya untuk
sendok perak yang tidak perlu khawatir mencari nafkah. Bukankah begitu?” kata
Ji Woo, Dae Young pikir benar.
“Sudahlah..
Tak perlu khawatir, dan kemarilah. Ayo kita minum.” Kata Ji Woo mengajak Dae
Young minum bersama.
Di sebuah
restoran, banyak orang yang mengantri. Sebuah motor datang semua bertanya-tanya
siapa yang masuk ke dalam tanpa mengantri. Si kurii memberitahu kalau datang
untuk mengambil pesanan Sun Woo Sun, Chef memberikan tas berisi makanan dengan
senyuman.
“Kenapa
ini... aku tidak percaya ini. Dia harusnya datang ke sini kalau dia mau makan
makanan di sini. Kenapa dia malah minta pesan antar ketika aku sangat sibuk?”
keluh Chef kesal dan kembali tersenyum menyapa pelanggan yang baru keluar dari
restoran.
Kurir
datang mengantar pesanan, Woo Sun menerimanya dan membuka isi tas, terlihat
bahan makanan. Ia mencium bahan yang masih segara dan terasa gurih, lalu
melihat pasta organik dalam kotak makan lainya. Akhirnya Ia memasak creme pasta
dengan tanganya yang terlihat bisa memasak, setelah itu duduk di meja makan
menikmati setiap suapan dengan rasa nikmat.
“Konsentrasi
dari bahannya yang tinggi memberikan rasa manis yang alami. Ini juga lebih
ringan. Mie adalah spesialisasi koki.” Kata Woo Sun lalu mendengar bunyi bel
rumahnya.
Woo Sun
melihat wajah Seo Yeon di layar interkom, Seo Yeon masuk rumah merasakan Aromanya
enak, lalu brtanya apakah Woo Sun masak pasta dan berpikir kalau harus
memasaknya tapi baru saja bertemu dengan Dae Young
“Tetaplah
di belakang garis.” Kata Woo Sun seperti tak peduli, Seo Yeon pun melangkah
mundur.
“Dae
Young sepertinya sangat senang melihatku. Setelah mendengarku keluar, maka dia setuju
untuk memikirkan kembali proposal pekerjaanmu. Tawaran itu tampak lebih dapat diandalkan
ketika dibantu dari seorang teman.” Ungkap Seo Yeon yakin
“Aku
meragukan itu.” Komentar Woo Sun, Seo Yeon mengeluh Woo Sun itu masih percaya
kalau mencuri uang itu
“Aku
bilang tidak benar dan Beri aku kesempatan.” Kata Seo Yeon, Woo Sun seperti tak
peduli memilih untuk masuk kamar. Seo Yeon mengeluh kalau Woo Sun tidak percaya
padanya lalu mengeluarkan ponselnya.
Jin Woo
duduk sendirian di balkon, lalu melihat ponsel Dae Young tertinggal dan pesan
masuk “Kuharap
ini akan membantumu memutuskan.” Ji
Woo penasaran apa yang dikirimkan oleh Seo Yeon, tapi menahan diri untuk tak
melihatnya.
“Semuanya terasa mendadak sampai aku
nyaris tak bisa jelaskan. Kau ada waktu luang hari Selasa? Bergabunglah denganku
untuk makan malam.”
Tapi
akhirnya Ji Woo membaca pesan dari Seo Yeon, sambil mengumpat kesal dengan
sikap adik tirinya. Saat itu Dae Young datang membawakan cemilan, Ji Woo
buru-buru menaruh kembali ponsel lalu bertanya apakah ada waktu luang Selasa
nanti. Dae Young pikir mungkin, lalu balik bertanya alasan Ji Woo menanyakan
hal itu.
“Kenapa
tak mampir ke RS tempatku bekerja? Aku akan memperkenalkanmu pada pemohon
asuransi.” Ucap Ji Woo
“Aku akan
berterima kasih.” Kata Dae Young bahagia lalu melihat Seo Yeon mengirimikan pesan.
Ji Woo berpura-pura bertanya apa yang dikatakan Seo Yeon.
“Dia
ingin bertemu pada hari Selasa.” Kata Dae Young, Ji Woo langsung mengingatkan
kalau tadi Dae Young sudah janji padanya.
“Katakan
padanya kau tidak bisa.” Kata Ji Woo, Dae Young pun menganguk mengerti dan
melihat sikap Ji Woo yang berbeda.
Woo Sun
memperingatkan Seo Yeon yang melewati batas lagi. Seo Yeon mengaku harus
menggunakan kamar mandi. Woo Seun menegaskan kalau sudah bilang kamar mandi
dilarang jadi ikuti garis di luar pintu dan gunakan toilet umum. Seo Yeon
mengeluh dengan sikap Woo Sun.
“Apa kode
kombinasimu?” tanya Seo Yeon, Woo Sun apa maksud kombinasinya.
“Sepertinya
kau akan pergi. Bagaimana aku bisa masuk rumah lagi tanpa kode rumahmu?” ucap
Seo Yeon
“Kenapa
aku harus memberitahumu kode rumahku? Aku akan berangkat dalam lima menit, jadi
kembalilah sebelum itu.” Kata Woo Sun. Seo Yeon bingung.
“Apa aku
hanya diijinkan masuk ketika kau di rumah?” tanya Seo Yeon, Woon Sun menghitung
Waktunya tinggal 4 menit 30 detik.
Akhirnya
Seo Yeon pun berlari keluar dari rumah, langsung menekan lift. Saat didalam
lift sambil mengumpat kesal berharap lift segera naik ke lantai atas, seorang
ibu sampai menutupi telinga anaknya. Seo Yeon merasa tak percaya kalau hidupnya
harus seperti ini dan tersadar kalau ada orang disampingnya.
Ia
langsung bergegas masuk ke dalam toilet walaupun hampir salah masuk e toilet
pria. Saat itu Seo Yeon sdah kembali keluar lift dan langsung menahan pintu
sebelum Woo Sun menutup pintunya. Woo Sun mengatakan kalau ini sudah lewat lima
menit.
“Aku
datang sebelum kau tutup pintu.” Kata Seo Yeon lalu menahan Woo Sun pergi. Woo
Sun mengeluh apa lagi yang dinginkan Seo Yeon.
“Apa Bisa
beri aku uang? Besok aku mau ketemu Dae Young lagi, dan kurasa dia akan menerima
pekerjaan itu. Aku yakin.” Kata Seo Yeon menyakinkan.
“Kau juga
bilang pada sepupuku bahwa kau yakin akan hal itu. Dan Kau yakin bisnismu akan
makmur Lalu kau memintanya untuk uang.” Ejek Woo Sun. Seo Yeon membela diri
kalau itu karena temanya.
“Jika kau
begitu percaya diri, kau harus memanggil Dae Young untuk mendaftar lebih dulu.”
Kata Woo Joo berjalan pergi.
“Baiklah,
akan kuselesaikan.. Kau tunggu dan lihatlah.” Tegas Woo Sun lalu mengeluarkan
nomor kontak di ponselnya.
Seo Yeon
menerima telp dari Jeong Hee, yang memebritahu kalau melihat Jung Yeon Ah. Seo
Yeon langsung menanyakan dimana tepatnya, Jeong Hee mengatakan ada di Pusat
Perbelanjaan Gangnam, lalu bergegas meninggalkan rumah menghentikan taksi.
Saat Seo
Yeon akan turun dari taksi, melihat hanya tinggal 10ribu won, dan terpaksa
membayar taksi 8ribu won. Ia langsung bergegas mencari temanya pada setiap
orang yang mirip dengan Jeong Hee.
Ji Woo
baru selesai kerja menerima telp dar Dae Young yang sudah datang dan
memberitahu kalau akan segera datang. Temanya melihat Ji Woo semakin tersenyum
lebar. Ji Woo mengelak, Temanya pikir Ji Woo
tidak perlu menyembunyikannya darinya.
“Ekspresikanlah
selalu perasaanmu.” Ucap temanya, Ji Woo merasa Tidak seperti itu.
“Aku
mengerti dan Sama sekali bukan seperti itu. Kau tidak menyukainya meski kau
memintaku mengajukan asuransi dengannya. Jadi ayo kita pergi dan melihat pria
yang pertama kali menembus hatimu.” Ejek Temanya.
“Eonni, dia
punya pacar, jadi jangan mengatakan hal aneh padanya.” Pinta Ji Woo. Keduanya
pun bergegas pergi.
Dae Young
terdiam didepan rumah sakit, melihat sebuah mobil box. Ji Woo datang bertanya
apa yang dilihat Dae Young, Dae Young mengaku suka saat bisa mendapatkan
pengiriman pribadi dari restoran yang tidak menyediakan layanan pengiriman itu
sendiri.
“Namun,
mie yang sudah dimasak akan lembek, dan sup akan menjadi dingin. Dalam arti
itu, aku menyukai pekerjaan yang baru-baru ini aku tawarkan. Piring diantarkan
kepadamu dalam keadaan matang.” Jelas Dae Young dan teringat dengan Teman Ji
Woo
“Lalu Di
mana temanmu?” tanya Dae Young, Ji Woo mengatakan akan segera datang. Lalu
temanya pun datang.
“Hai... Aku
perencana asuransi Goo Dae Young.” Ucap Dae Young pertama kali.
“Ya. Aku
dengar banyak tentangmu. Apa Kau tidak tahu berapa kali dia menyebutmu.” Ejek Temanya,
Ji Woo mengeluh pada temanya.
“Apa Kau
bicara buruk tentangku?” kata Dae Young tersenyum lalu mengajak makan karena
bisa bicara lebih banyaktentang makanan yang lezat.
Dae Young
menjelaskan tentang Asuransi kesehatan memiliki tingkat yang tinggi jadi
Prosedur mereka semakin ketat seiring
waktu. Ia pikir kalau itu sangat Baik bagi anak-anak untuk bergabung sesegera mungkin.
Teman Ji Woo malah memuji Dae Young yang lebih tampan dari yang didengar.
“Kau pasti
populer di kalangan wanita saat masih muda.” Komentar Teman Ji Woo, Dae Young
terlihat binggung. Ji Woo pun malu
“Ini
pujian.”kata Teman Ji Woo lalu pamit karena harus menerima telp dari anaknya.
Saat itu
pelayan mendekati seorang pria bertanya akan memesan berapa porsi. Pria itu
ingin memesan satu porsi, Pelayan meminta maaf karena mereka tidak menyediakan
makanan hanya untuk satu porsi jadi harus memesan setidaknya dua porsi.
Akhirnya si pelanggan pun keluar dari restoran.
“Lebih
banyak orang yang makan sendirian belakangan ini, tapi masih sulit bagi orang untuk
mengunjungi restoran lezat sendirian. Dalam artian, ide untuk memberikan
makanan lezat untuk rumah tangga untuk satu orang cukup bagus. Semakin aku
memikirkannya, maka semakin bagus konsepnya.”
Kata Dae Young melihat pria yang pergi meninggalkan restoran.
“Ini
tidak akan berhasil... Kau hanya harus menerima tawaran itu... Kau Ambil saja
tawaran pekerjaan itu, karena tidak bisa mengeluarkannya dari kepalamu.” Komentar
Ji Woo
“Aku
hanya bilang ide mereka bagus. Kau bilang petualangan seperti itu hanya untuk
sendok perak.” Jelas Dae Young
“Jadi
bagaimana jika kau bukan salah satunya? Apa Kau tidak ingat saat membuat klub
sepak bola karena tidak ada itu? Kau terbiasa berlari lurus untuk apa yang kau
suka. “ ucap Ji Woo
“Kau
mengatakan namamu berarti menang 9 hingga 0 sepanjang waktu. Daripada menyesal
nanti karena tidak melakukannya, jadi ambil tindakan dulu, dan pastikan kau
tidak menyesalinya. Banyak orang yang mengundurkan diri dan mencari pekerjaan
lain. Hidup itu terlalu lama bagimu untuk punya satu pekerjaan.” Komentar Ji
Woo, Dae Young terdiam mendengarnya.
Seo Yeon
masih terus mencari sosok temanya, sampai pengeras suara memberitahu kalau mall
akan tutup pukul 9 malam. Akhirnya Seo Yeon keluar dari mobil, tapi hujan
dengan deras. Akhirnya Ia berlari ke minimarket ingin membeli payung, tapi
uangnya kurang 1000 won.
Seo Yeon
kembali ke rumah dengan basah kuyup, tapi rumahnya terkunci.. Ia lalu menelp
Woo Sun kalau baru saja pulang kerumah jadi ingin meminta kode rumahnya. Woo
Sun sedang olahraga menyuruh Seo Yeon menunggu saja karena akan pulang setelah
olahraga.
“Kapan
kau akan selesai? Tidak bisakah kau memberitahuku sekarang?” kata Seo Yeon.
“Kita
sudah pernah membahas ini.” Kata Woo Sun lalu melihat Dae Young menelpnya, lalu
bergegas menutup telp Seo Yeon.
Seo Yeon
menjerit kesal meminta agar Woo Sun memberitahu saja nomornya padahal itu tak
sulit.
Dae Young
mengatakan kalau ingin mengambil pekerjaan itu jika tawaran itu masih berlaku. Woo
Sun mengaku masih berlaku. Dae Young pun mengatakan ingin mengubah sedikit
syarat dalam kontrak itu. Woo Sun setuju kalau akan membahas besok kalau Dae
Young ada waktu luang
“Mari
kita bicara lebih banyak tentang itu secara langsung.” Ucap Woo Sun lalu
tersenyum bahagia karena Dae Young menyetujui tawaranya.
“Dia
tidak berbohong sama sekali.” Kata Woo Sun mulai mempercayai Seo Yeon.
Woo Sun
keluar dari lift, dikagetkan dengan Seo Yeon sudah pingsan tergelatak di
lantai. Ia langsung berlari memastikan Seo Yeon baik-baik saja dengan badan
yang masih basah kuyup, lalu mengendongnya keluar dari apartement.
Bersambung
ke episode 4
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar