PS : All images credit and content copyright : TVN
Sung Joo
melihat kalau Tempat ini tidak terlihat seram. Byung Sam tahu kalau ada
mahasiswi dari kampus mereka tinggal di sebelah rumah Dae Young, Ji Seok
penasaran ingin tahu apakah memang cantik.
Dae Young meminta agar menghentikan membahasnya.
“Kakek,
kupikir Anda akan mempekerjakan seseorang untuk ini. Apa Anda mengerjakannya
sendirian?” kata Dae Young melihat kakek masih ada dirumahnya. Si kakek yang
tuli meminta agar Dae Young mengulang ucapanya.
“Anda
pernah bilang untuk menyelesaikannya sebelum aku pindah. Tapi ini belum selesai
karena Anda mengerjakannya sendiri.”
Teriak Dae Young, tapi si kakek tetap tak bisa mendengar lalu mengeluh punggung
dan kakinya kaku.
“Apa Anda
baik-baik saja? Biarkan saja.... Kami akan mengerjakan sisanya.” Kata Dae Young
“Bolehkah?
Kalau begitu aku akan istirahat saja.” Ucap si kakek keluar dari rumah sambil
mengaduh kesakitan.
Semua
hanya bisa melonggo melihat tingkah kakek yang
bisa mendengar dengan jelas. Mereka pun merasa malas karena harus
menempelkan dinding. Dae Young pikir Tak ada pilihan lagi menyuruh agar
memotong wallpaper-nya dulu, dan tahu kalau itu alasan harga sewanya murah tapi
tak masalah kalau memang bukan hantu.
Dae Young
menonton acara TV komedi dikamar, tiba-tiba ia merasakan ada bunyi suara wanita
yang ikut tertawa. Ia berpikir suara dari rumah sebelah dan menonton acara yang
sama, lalu melihat Tidak ada ramyeon di rumah. Saat keluar rumah melihat Ji Woo
yang baru pulang.
“Tunggu, Apa
kau baru saja pulang?” tanya Dae Young kaget, Ji Woo membenarkan.
“Aku
mendengar suara tawa, jadi kupikir itu kau. Apa ada orang lain di dalam situ?”
kata Dae Young mulai panik
“Tentu
tidak. Aku tinggal sendirian... Pasti kau tak dengar dengan benar... Kau pasti
salah dengar.” Kata Ji Woo lalu bergegas masuk rumah
“Aku
jelas mendengarnya. Lalu Apa dari unit 203? Tapi Aku yakin suaranya dari unit
201.” Ucap Dae Young kebingungan.
Akhirnya
Dae Young memasak ramyun, tapi terdengar kembali suara wanita menangis.
Wajahnya langsung panik dan merasa jadi tidak berselera, akhirnya naek ke atas
tempat tidur karena ketakutan.
Tapi saat
malam hari, terdengar bunyi suara dari depan pintu rumahnya, gagang pintu
rumahnya bahkan bergerak seperti ada yang berusaha masuk. Dae Young ketakutan
memohon pada ibunya agar bisa menolongnya didalam selimut.
Esok
paginya, Dae Young keluar rumah melihat bibi yang ditinggal di 203, si bibi
menyapa Dae Young yang baru bertemu karena saat pindah sedang pergi. Dae Young
membalas si bibi dengan sopan.
“Kau
kelihatan lelah. Apa Kau bermimpi buruk?” ucap Si bibi. Dae Young mengaku bukan
seperti itu.
“Apa tadi
malam Anda mendengar sesuatu yang aneh? Apa seseorang mencoba membuka pintu
rumah Anda?” ucap Dae Young
“Ketika
kau pertama kali pindah, itu biasa saja ada perebutan kekuasaan di sini. Kau
lebih baik jangan lengah karena kemudian itu akan tinggal bersamamu. Lagipula
ini bukan sesuatu yang harus kau anggap enteng.” Kata si bibi. Dae Young
terlihat binggung.
“Jika kau
mau,. aku bisa menulis jimat untukmu. Karena kau mahasiswa dan tetanggaku,maka aku
memberimu diskon 30 persen.” Ucap bibi
Dae Young
pikir maksudnya Jimat, Bibi menunjuk rumahnya itu adalah rumah peramal. Dae Young mengaku tak tahu, Si
bibi memberitahu kalau Malam ini akan
sangat bising ketika eksorsisme dilakukan jadi Dae Young akan mengerti. Dae
Young terlihat makin ketakutan.
Dae Young
makan bersama teman-temanya bertanya apakah diantara mereka ada yang datang
semalam dan mencoba membuka pintu setelah mengacaukan kombinasi. Ji Seok pikir
tak mungkin bisa melupakan kombinasi kunci rumah Dae Young.
“9090,
sama seperti namamu, dan kau tak pernah menggantinya.” Kata Ji Seok
“Mungkin
semua orang di kelas kita tahu. Lalu Kenapa bertanya?” tanya Byung Sam
“Kurasa ada
hantu yang tinggal di tempat itu. Kau tidak akan percaya betapa anehnya tadi
malam. Dan Juga, tetanggaku adalah seorang peramal.” Cerita Dae Young
“Kau
memang penakut... Cerita hantu hanyalah rumor, jadi kenapa kau percaya?” kata
Byung Sam, Ji Seok mengejek Dae Young apakah memang pria tulen. Dae Young
mengeluh kalau yang dikatakan memang serius
“Hei...Dia
sudah datang... Lebih baik aku berkencan saja...Dae Young, kalau kau takut, minta
mereka untuk tidur di rumahmu.” Kata Sung Joo lalu pergi dengan mobil yang
sudah menjemputnya.
Dae Young
pulang, berjalan dengan hujan yang cukup deras, lalu berteriak ketakutan karena
ada banyak kucing hitam di sekitarnya. Ia lalu mengeluh karena Lampunya padam
dan tiba-tiba ucapan Bibi peramal teringat ditelinganya.
“Malam
ini akan sangat bising ketika eksorsisme dilakukan. Kuharap kau akan mengerti.”
Saat itu
Dae Young berjalan di lorong dan dikagetkan dengan hantu wanita yang berdiri
didepanya, lalu jatuh pingsan.
Dae Young
tersadar dikagetkan dengan wajah hantu didepanya. Ji Woo meminta agar wanita
itu menyingkir dari wajah Dae Young,dan menutup mulutnya. Ia menegaskan kalau
wanita itu bukan hantu tapi adiknya yang tinggal bersama.
“Kenapa
aku di sini?” tanya Dae Young, Ji Woo heran karena Dae Young tidak ingat.
Flash Back
Ji Woo
buru-buru mengambi cucian yang sedang dijemur diatap, Lee Seo Yeon melihat
salah satu bajunya mengeluh karena
menaruhnya di mesin cuci padahal seharusnya dicuci kering. Ji Woo
menyuruh agar menutup omong kosongnya.
“Kau cuci
saja sendiri... Cepatlah!” teriak Ji Woo lalu bergegas mengambil semua cucian.
“Wahh..
Lampunya padam lagi... Kita harus memintanya untuk diperbaiki.” Keluh Seo Yeon
“Itu akan
memakan waktu cukup lama. Aku akan berterima kasih, Aku yakin dia akan datang
dengan peralatannya. ” Kata Ji Woo
Keduanya
tiba-tiba panik, berpikir kalau pemiliknya datang. Seo Yeon melihat kalau Dae
Young yang datang. Dae Young yang ketakutan melihat Seo Yeon seperti hantu dan
langsung jatuh pingsan. Seo Yeon binggung melihat Dae Young yang tiba-tiba
pingsan.
Dae Young
akhirnya tahu kalau Ji Woo itu baru saja mengambil pakaian. Seo Yeon mengejek
Dae Young itu gampang sekali takut. Dae Young heran karena nenek Pemilik bilang
Ji Woo itu tinggal sendiri. Ji Woo
menegaskan kalau itu sebabnya meminta Dae Young harus merahasiakannya.
“Aku
pertama kali bilang bahwa tinggal sendiri. Jika dia tahu tentang adikku, maka dia
pasti akan menaikkan uang sewa kami.” Jelas JI Woo
“Kau tak
boleh merahasiakannya.” Komentar Dae Young
“Apa
Maksudmu kau tidak akan menjaga rahasia kami? Jika itu masalahnya, aku tidak
akan bisa merahasiakan kau membasahi celanamu.” Kata Seo Yeon. Dae Young
melihat celanya dan mencoba mengelak.
“Kebenaran
tidak masalah bagi rumor, tapi Kau bisa cari sensasi.” Ucap Seo Yeon dengan
tawa seperti hantu.
“Tunggu
Sebentar, Suara tertawa itu. Apa Kau yang menangis dan tertawa tadi malam?”
tanya Dae Young. Seo Yeon pikir itu mungkin.
Flash Back
Se Yeon
asik menonton acara yang sama dengan Dae Young dan tertawa bahagia. Lalu Dae
Young bertemu dengan Ji Woo kalau Seseorang terus tertawa, jadi berpikir itu
tetangganya. Ji Woo mengaku tak ada dan
hanya tinggal sendirian bahkan menuduh Dae Young pasti salah dengar.
“Tapi aku
jelas mendengarnya... Apa dari unit 203? Ahh... Tidak, suara itu datang dari
unit 201.” Kata Dae Young yakin.
Se Yeon
melihat Ji Woo baru datang, Ji Woo mengomel karena Seo Yeon yang sudah menyuruh
untuk tetap diam, karena nanti akan tertangkap. Seo Yeon yakin Tidak ada yang akan
mencari tahu an Pemilik juga sudah tidur. Ji Woo rasa Se Yeon tak berpikir
kalau tetangganya bisa mendengarnya.
“Kau
tidak akan diusir dari asrama jika kau tidak bertingkah seperti itu” kata Ji
Woo marah.
“Katakan
saja kalau ada aku yang tinggal di rumahmu” ucap Seo Yeon
“Sudah
kubilang berkali-kali... Aku harus membayar banyak biaya air dan lain-lain. Apa
Kau punya uang untuk biaya hidup?” ucap Ji Woo
“Kalau
aku punya, maka aku juga tak mau tinggal denganmu. Kau lebih baik Bayar saja.”
Kata Seo Yeon santai
“Aku
sudah bekerja keras membayar uang kuliahku.” Kata Ji Woo, Seo Yeon pun mengeluh
Ji Woo yang tak mendapatkan beasiswa seperti dirinya.
“Jangan
bekerja paruh waktu, tapi belajarlah.” Ejek Seo Yeon. Ji Woo pikir adiknya itu
lupa tentang tempat tinggalnya sekarang.
“Baiklah.
Sementara kita melakukannya, aku bicara dengan Ayah dan selesaikan ini.” Ucap
Ji Woo mengeluarkan ponselnya.
Seo Yon
mulai panik kalau Ji Woo akan memberitahu ayahnya kalau diusir dari asrama,
lalu memohon agar tak melakukan sambil menangis. Saat itu Dae Young pun
mendengar suara tangisan saat akan masak ramyung adn memilih untuk tidur saja.
“Wahh... Aktingmu
itu, bagus sekali... Kau semakin bagus untuk hal itu. Kenapa tak ganti keahlian
saja jadi akting? Aku tidak akan tertipu oleh air mata palsumu lagi.” Kata Ji
Woo
“Dasar
Kau pelit sekali... Aku bisa ke tempat lain. Jangan berani kasih tahu Ayah tentang
hal ini.” Tegas Seo Yeon bergegas keluar dari rumah dengan nada marah.
Saat
tengah malah, Seo Yeon mabuk mencoba masuk ke kamar Dae Young dengan terus
mengedor-gedor pintu. Ji Wo keluar dari kamar panik menarik adiknya untuk
kembali ke kamarnya.
“Aku juga
mahasiswa baru.” Ucap Seo Yeon, Dae Young heran keduanya bisa bersaudara.
“Apa
Kalian kembar? Kembar tidak identik.” Kata Dae Young melihat keduanya.
“Itu, aku
turunan ayah, dan dia turunan ibu. Orang tua kami menikah lagi.” Kata Seo Yeon
bangga. Dae Young pun tak bisa berkata-kata lagi.
Di Depan
mesin kopi
Sung Joo
mengejek kalau hantu itu keluar lagi, Ji
Seok bertanya Apakah hantu itu cantik. Dae Young mengaku Tidak ada hantu dan
kemarin hanya bercanda.
“Tapi kau
memberi kami pandangan serius dan mengatakan seorang dukun tinggal di sebelah.”
Kata Sung Joo.
“Apa
dukun itu cantik?” tanya Ji Seok, Sung Joo langsung memukul kepala temanya yang
tertarik dengan semua wanita.
“Hei, itu
karena aku putus asa... Setengah tahun pertamaku sudah berlalu, tapi aku masih
lajang. Kau bilang gadis di kampus kita tinggal di sebelah rumahmu? Tidak bisakah
kau mengadakan pesta syukuran rumah dan mengundang mereka juga?” kata Ji Seok.
Byung Sam
menganguk setuju dengan penuh semangat. Dae Young mengeluh karena Byung Sam
saja bahkan tidak bisa bicara di depan wanita jadi merasa kalau Tidak ada yang
akan terjadi jadi lebih baik Lupakan pesta syukuran rumah baru.
“Aku tahu
kau suka wanita dan ingin bermain dengan mereka. Bukankah itu sebabnya kau
datang jauh-jauh ke sini untuk minum kopi?” ejek Ji Seok
“Tidak,
aku datang ke sini karena kopi. Kalian memang aneh” tegas Dae Young lalu
berjalan pergi
“Ayolah.
Aturlah pertemuan untuk kami.” Rengek Ji Seok mengikuti Dae Young, saat itu
seorang wanita datang ke depan mesin kopi.
Dae Young
pikir tidak ada yang istimewa untuk pindah rumah. Byung Sam merasa Dae Young hanya
perlu menyiapkan beberapa gelas lagi untuk pesta minum yang biasa. Ji Seok
setuju karena Dae Young itu lancara bicara seolah mereka keluar dari jurusan
musik. Dae Young teringat dengan Sepatu bolanya lalu bergegas kembali mesin
kopi dan melihat mesin sedih diisi ulang.
“Apa ini?
Apa Kau kemari mengisi mesin penjual otomatis ini?”ucap Dae Young, Ji Woo
membenarkan.
“Apa ada
masalah dengan itu?” tanya Ji Woo, Dae Young mengaku kalau ada masalah.
“Kenapa?
Apa ada orang yang sakit perut setelah minum kopi?” kata Ji Woo panik
“Bukan
itu.. Ini pertanyaan hidupku, kenapa kopi dari mesin penjual ini sangat lezat.”
Jelas Dae Young. Ji Woo tak percaya karena berpikir kalau sesuatu yang serius.
“Aku
tidak bercanda... Aku sangat ingin bertemu orang yang bertanggung jawab karena
aku suka dengan kopi ini. Jadi Apa rahasianya?” tanya Dae Young penasaran.
“Kau
bilang Rahasia? Tidak ada rahasia... Aku hanya punya rasio sendiri untuk
menaruh kopi, krim, dan gula.” Kata Ji Woo bangga
Dae Young
meminta agar diajari karena tidak bisa membuat kopi dan ingin tahu Berapa rasio
emas itu. Ji Woo bertanya apakah tanpa bayaran. Dae Young berjanji akan
mentraktir makan.
Mereka
pun makan usus babi panggang, Dae Young mengajak mereka makan, tapi Ji Woo
menahanya karena asih ada satu hal lagi sebelum memakannya lalu menuangkan
soju. Dae Young terpana melihat api yang membakar usus sapi. Ji Woo pun
mengajak mereka mulai makan.
“Dengan
cara ini, kau bisa menyingkirkan bau tak sedap saat api tak membakar,dan rasa
berasap akan tetap ada dalam makanan.” Jelas Ji Woo
“Di mana
kau belajar ini?” tanya Dae Young penasaran.
“Ibuku
buka usaha toko lauk yang terkenal karena rasanya. Aku belajar ini dengan
melihat bagaimana dia memasak makchang.” Kata Ji Woo menyuruh Dae Young mulai
mencobanya. Dae Young mulai makan dan berkomentar Rasa dari asap ini nyata sekali.
“Menurut
ibuku, kau harus tahu bagaimana kau akan menikmati makanannya sehingga kamu
tidak akan kelaparan di mana saja.” Kata Ji Woo lalu meminta bibi memberikan 2
botol soju dan 4 gelas kosongnya untuk membuat Bom soju.
Ji Woo
dengan keahilannya membuat campuran Soju dan bir, Dae Young terkesima
melihatnya, dan bertanya kenapa mereka mendapatkan dua gelas. Ji Woo mengatakan
kalau merkea harus minum sekali teguk saja.
“Maka
kita harus membuatnya lagi, dan makanan bisa terasa matang.” Jelas Ji Woo dan
mulai bersulang.
Ji Woo
mulai makan dengan daun perila dimulutnya,
Dae Young tak percaya kalau Ji Woo bisa makan dan minum sekaligus. Ji
Woo pikir Dae Young yang belum pernah melihatnya, Dae Young pikir kalau itu
sangat menarik, tapi Ji Woo merasa biasa saja. Akhirnya Dae Young mencoba makan
langsung dari mulutnya. Mereka pun bisa makan dengan sangat nikmat.
“Bibi,
bisa pesan nasi goreng?” teriak Ji Woo melihat masih ada sisa daging.
Nasi
goreng datang dengan potongan rumput laut diatasnya, Ji Woo memotong usus babi
jadi potongan kecil, lalu mulai mengaduk rata karena menurutnya Rasanya lebih
enak dengan mencampurnya dan menekan menekanya.
“Nasi
bakar rasanya fenomenal.... Sekarang, cobalah.” Ucap Ji Woo, keduanya sangat
bahagia karena rasanya Enak dan merasakan sangat kenyang.
Dae Young
berjanji akan makan makanan yang lezat bersama Ji Wo lagi, karena Rasanya bagus
sekali. Ji Woo pikir tak perlu karana Dae Young juga yang mentraktirnya. Dae
Young pikir harus berterima kasih untuk rasio kopi Ji Woo yang lezat. Ji Woo
mengeluarkan botol dari tasnya.
“Apa Kau
punya masalah pencernaan?” tanya Dae Young, Ji Woo mengaku kalau sering seperti
itu.
“Coba
Biar kulihat.” Ucap Dae Young memijat bagian sela tangan Ji Woo. Ji Woo
binggung apa yang dilakukanya.
“Diamlah.
Ini yang dulu ibuku lakukan untukku.” Kata Dae Young dan Akhirnya Ji Woo
mengeluarkan suara kekenyangan.
Dae Young
tersenyum karena Ji Woo akhirnya sudah sembuh. Ji Woo terlihat malu memilih
untuk berjalan pergi.
Keduanya
berjalan dengan wajah gugup, saat itu sebuah mobil berhenti mengajak mereka
naik. Dae Young binggung melihat Ji Seok mengemudikan mobil dan bertanya mobil
siapa. Ji Seok mengaku kalau membelinya dan bertanya siapa wanita disamping Dae
Young.
“Dia
mahasiswi jurusan keperawatan yang tinggal di sebelah.” Ucap Dae Young, mereka
pun menyapa Ji Woo sebagai temannya Dae Young.
“Kami
dengar banyak tentangmu. Aku sudah sangat ingin bertemu denganmu. Jadi
Masuklah.” Kata Ji Seok. Ji Woo menolaknya.
“Masuk
saja. Kalian juga mau pulang.” Ucap Sung Joo, Dae Young pun mengajak untuk
masuk saja.
Ji Seok
memperkenalkan diri dan juga Sung Joo, dan Yang di belakang adalah Bae Byung
Sam. Ji Woo pun membalas memperkenalkan diri, lalu bertanya pada Byung Sam
apakah baik-baik saja dan berpikir merasa kesempitan. Semua hanya menahan tawa
karean Byung Sam itu gemetar apabila dekat dengan wanita.
“Dae
Young, bisakah aku memarkirkan mobil ini di depan rumahmu?” ucap Ji Seok. Dae
Young heran kenapa harus dirumahnya.
“Orang
tuanya tidak tahu kalau dia membelinya.” Kata Sung Joo mengejek
“Hei, aku
bukan anak yang membutuhkan izin mereka. Itu karena parkir adalah masalah di
rumahku.” Kata Ji Seok membela diri.
Semua
akhirnya turun didepan rumah Dae Young, si nenek sedang mendorong gerobak,
memberitahu kalau tidak bisa memarkirnya di situ karena akan memarkir
gerobaknya. Ji Seok masuk mobil untuk memindahkan mobilnya, tapi tidak bisa
menyala. Si nenek menyuruh mereka segera memindakan.
“Keluarlah.
Kita harus mendorongnya.” Ucap Dae Young.
“Aku mau
masuk, tapi aku menunggu supaya terhindar dari pemilik.” Ucap Seo Yeon
“Siapa
wanita manis yang cantik ini?” tanya Ji Seok, Dae Young mengumpat marah karena Sekarang
bukan waktunya kehilangan fokus.
“Mobilnya
belum terparkir lurus. Ayolah” kata Dae Young akhirnya mulai mendorong ke arah
yang benar.
“Hei,
kenapa tidak angkat saja?” kata Seo Yeon. Dae Young pikir kalau ditambah jadi
enam pasti bisa.
Ji Woo
pikir akan membantu mereka, tapi Seo Yeon mengeluh karena harus ikut membantu.
Tapi Ji Woo menarik adiknya untuk membantu, akhirnya mencoba mengangkat mobil
dan sedikit terangkat. Mereka pun mencoba untuk mengeser mobil dengan cara
mengangkatnya.
Dae Young
mengingat kenanganya, tersenyum bahagia sambil mengemudikan mobilnya tapi
wajahnya kembali sedih saat masuk ke dalam rumahnya.
Esok
pagi, Ji Woo memberitahu perawat pengantinya kalau Pasien Kim Hyung Seok
dirawat dengan kasus pneumonia dan juga menderita dyspnea, jadi meminta tetap
pantau kondisinya.
Setelah
itu Ji Woo berganti pakaian, tak sengaja menjatuhkan kartu nama “SS Insurance,
Goo Dae Young”. Temanya masuk ruangan melihat kartu nama Konsultan asuransi
keuangan Goo Dae Young dan berpikir kalau Ji Woo mau mendapatkan asuransi. Ji
Woo mengaku tidak. Temanya ingin tahu kenapa Ji Woo menyimpan kartu nama itu.
Flash Back
Ji Woo
tersenyum dan terlihat gugup saat Dae Young memijat bagian sela tanganya, Dae
Young mengatakan kalau ini cara ibunya agar meredakan gangguan pencernaan.
Ji Woo
tersenyum mengingat kenangan dengan Dae Young. Temanya berpikir kalau pria itu
calon pacar. Ji Woo terlihat kebingunga. Temanya yakin pasti dari Kencan buta,
sambil berkomentar kalau Ji Woo yang tak mau ikut kencan buta tapi malah ikut
juga.
“Kapan
kau bertemu dengannya?” tanya temanya penasaran. Ji Woo mengaku bukan seperti
itu.
“Aku
hanya memikirkan tentang cinta pertamaku yang kutemui setelah 14 tahun.” Akui Ji
Woo. Temanya tak percaya mendengarnya.
“Bagaimana
kau bisa bertemu dia lagi? Ahh... Bukan, bukan itu yang terpenting. Kalian
berdua bertemu lagi, jadi itu pasti
takdir. Jadi, apa kau akan membuat hal-hal
berjalan dengan dia sekarang?” kata temanya
“Bukan
itu... karena Dia punya pacar.” Kata Ji Woo. Temanya pikir tak masalah.
“Dia juga
bukan orang yang sudah menikah. Sudahlah Jangan seperti ini, dan coba hubungi
dia dulu.” Kata temanya mengambil ponsel Ji Woo untuk menelp Dae Young.
Ji Woo
melarang agar jangan melakukanya, tapi saat itu ponsel Ji Woo malah berdering.
Temanya tak percaya kalau Ji Woo, ternyata sudah menyimpan nomornya dan
menyuruh agar mengangkatnya. Ji Woo terlihat gugup mengangkat telp dari Dae
Young.
Dae Young
mengatakan kalau ingat sesuatu yang belum ditanyakan kemarin.Apa adik Ji Woo, Seo Yeon, baik-baik saja dan ingin tahu
keadaanya. Ji Woo dengan nada kesal mengaku kalau tak tahu. Dae Young heran
karena keduanya itu bersaudara tapi malah tak tahu.
“Saudara
apanya? Kami bukan saudara lagi. Jadi jangan telepon aku jika kau akan
membicarakannya.” Ucap Ji Woo marah
“Kalian
berdua bertengkar lagi? Apa lagi kali ini?” tanya Dae Young
“Hentikanlah.
Kami belum saling bertemu selama 10 tahun. Kami tidak saling mengenal.” Tegas Ji
Woo
Temanya ingin
tahu apa yang terjadi, Ji Woo kesal karena Ji Woo membawa-bawa seseorang yang
tidak ingin dipikirkan. Sesampai dirumah, Ji Woo langsung membuat campuran soju
dan bir buatannya. Dan akhirnya pagi harinya, Ji Woo terbangun dengan
gonggongan anjingnya dan kaget melihat Dae Young ada diseberang rumahnya.
“Halo...
Apa Aku mengganggu aktivitasmu?” ucap Dae Young, Ji Woo heran karena Dae Young ada diseberang
rumahnya.
“Aku
pindah ke sebelah... Aku harap kita bisa saling akrab sebagai tetangga.” Kata Dae
Young dengan menguluarkan tanganya. Ji Woo terlihat binggung seperti merasakan
dejavu.
Seorang
wanita berlari ketakutan, seperti dikejar-kejar oleh orang. Ia hampir tertabrak
mobil ketika menyeberang jalan dan terus berlari tanpa henti.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar