PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 18 Juli 2018

Sinopsis Lets Eat 3 Episode 1 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Sung Joo melihat kalau Tempat ini tidak terlihat seram. Byung Sam tahu kalau ada mahasiswi dari kampus mereka tinggal di sebelah rumah Dae Young, Ji Seok penasaran ingin tahu apakah memang cantik.  Dae Young meminta agar menghentikan membahasnya.
“Kakek, kupikir Anda akan mempekerjakan seseorang untuk ini. Apa Anda mengerjakannya sendirian?” kata Dae Young melihat kakek masih ada dirumahnya. Si kakek yang tuli meminta agar Dae Young mengulang ucapanya.
“Anda pernah bilang untuk menyelesaikannya sebelum aku pindah. Tapi ini belum selesai  karena Anda mengerjakannya sendiri.” Teriak Dae Young, tapi si kakek tetap tak bisa mendengar lalu mengeluh punggung dan kakinya kaku.
“Apa Anda baik-baik saja? Biarkan saja.... Kami akan mengerjakan sisanya.” Kata Dae Young
“Bolehkah? Kalau begitu aku akan istirahat saja.” Ucap si kakek keluar dari rumah sambil mengaduh kesakitan.
Semua hanya bisa melonggo melihat tingkah kakek yang  bisa mendengar dengan jelas. Mereka pun merasa malas karena harus menempelkan dinding. Dae Young pikir Tak ada pilihan lagi menyuruh agar memotong wallpaper-nya dulu, dan tahu kalau itu alasan harga sewanya murah tapi tak masalah kalau memang bukan hantu.


Dae Young menonton acara TV komedi dikamar, tiba-tiba ia merasakan ada bunyi suara wanita yang ikut tertawa. Ia berpikir suara dari rumah sebelah dan menonton acara yang sama, lalu melihat Tidak ada ramyeon di rumah. Saat keluar rumah melihat Ji Woo yang baru pulang.
“Tunggu, Apa kau baru saja pulang?” tanya Dae Young kaget, Ji Woo membenarkan.
“Aku mendengar suara tawa, jadi kupikir itu kau. Apa ada orang lain di dalam situ?” kata Dae Young mulai panik
“Tentu tidak. Aku tinggal sendirian... Pasti kau tak dengar dengan benar... Kau pasti salah dengar.” Kata Ji Woo lalu bergegas masuk rumah
“Aku jelas mendengarnya. Lalu Apa dari unit 203? Tapi Aku yakin suaranya dari unit 201.”  Ucap Dae Young kebingungan. 



Akhirnya Dae Young memasak ramyun, tapi terdengar kembali suara wanita menangis. Wajahnya langsung panik dan merasa jadi tidak berselera, akhirnya naek ke atas tempat tidur karena ketakutan.
Tapi saat malam hari, terdengar bunyi suara dari depan pintu rumahnya, gagang pintu rumahnya bahkan bergerak seperti ada yang berusaha masuk. Dae Young ketakutan memohon pada ibunya agar bisa menolongnya didalam selimut. 

Esok paginya, Dae Young keluar rumah melihat bibi yang ditinggal di 203, si bibi menyapa Dae Young yang baru bertemu karena saat pindah sedang pergi. Dae Young membalas si bibi dengan sopan.
“Kau kelihatan lelah. Apa Kau bermimpi buruk?” ucap Si bibi. Dae Young mengaku bukan seperti itu.
“Apa tadi malam Anda mendengar sesuatu yang aneh? Apa seseorang mencoba membuka pintu rumah Anda?” ucap Dae Young
“Ketika kau pertama kali pindah, itu biasa saja ada perebutan kekuasaan di sini. Kau lebih baik jangan lengah karena kemudian itu akan tinggal bersamamu. Lagipula ini bukan sesuatu yang harus kau anggap enteng.” Kata si bibi. Dae Young terlihat binggung.
“Jika kau mau,. aku bisa menulis jimat untukmu. Karena kau mahasiswa dan tetanggaku,maka aku memberimu diskon 30 persen.” Ucap bibi
Dae Young pikir maksudnya Jimat, Bibi menunjuk rumahnya itu adalah  rumah peramal. Dae Young mengaku tak tahu, Si bibi  memberitahu kalau Malam ini akan sangat bising ketika eksorsisme dilakukan jadi Dae Young akan mengerti. Dae Young terlihat makin ketakutan. 


Dae Young makan bersama teman-temanya bertanya apakah diantara mereka ada yang datang semalam dan mencoba membuka pintu setelah mengacaukan kombinasi. Ji Seok pikir tak mungkin bisa melupakan kombinasi kunci rumah Dae Young.
“9090, sama seperti namamu, dan kau tak pernah menggantinya.” Kata Ji Seok
“Mungkin semua orang di kelas kita tahu. Lalu Kenapa bertanya?” tanya Byung Sam
“Kurasa ada hantu yang tinggal di tempat itu. Kau tidak akan percaya betapa anehnya tadi malam. Dan Juga, tetanggaku adalah seorang peramal.” Cerita Dae Young
“Kau memang penakut... Cerita hantu hanyalah rumor, jadi kenapa kau percaya?” kata Byung Sam, Ji Seok mengejek Dae Young apakah memang pria tulen. Dae Young mengeluh kalau yang dikatakan memang serius
“Hei...Dia sudah datang... Lebih baik aku berkencan saja...Dae Young, kalau kau takut, minta mereka untuk tidur di rumahmu.” Kata Sung Joo lalu pergi dengan mobil yang sudah menjemputnya. 


Dae Young pulang, berjalan dengan hujan yang cukup deras, lalu berteriak ketakutan karena ada banyak kucing hitam di sekitarnya. Ia lalu mengeluh karena Lampunya padam dan tiba-tiba ucapan Bibi peramal teringat ditelinganya.
“Malam ini akan sangat bising ketika eksorsisme dilakukan. Kuharap kau akan mengerti.”
Saat itu Dae Young berjalan di lorong dan dikagetkan dengan hantu wanita yang berdiri didepanya, lalu jatuh pingsan. 
Dae Young tersadar dikagetkan dengan wajah hantu didepanya. Ji Woo meminta agar wanita itu menyingkir dari wajah Dae Young,dan menutup mulutnya. Ia menegaskan kalau wanita itu bukan hantu tapi adiknya yang tinggal bersama.
“Kenapa aku di sini?” tanya Dae Young, Ji Woo heran karena Dae Young tidak ingat. 


Flash Back
Ji Woo buru-buru mengambi cucian yang sedang dijemur diatap, Lee Seo Yeon melihat salah satu bajunya mengeluh karena  menaruhnya di mesin cuci padahal seharusnya dicuci kering. Ji Woo menyuruh agar menutup omong kosongnya.
“Kau cuci saja sendiri... Cepatlah!” teriak Ji Woo lalu bergegas mengambil semua cucian.
“Wahh.. Lampunya padam lagi... Kita harus memintanya untuk diperbaiki.” Keluh Seo Yeon
“Itu akan memakan waktu cukup lama. Aku akan berterima kasih, Aku yakin dia akan datang dengan peralatannya. ” Kata Ji Woo
Keduanya tiba-tiba panik, berpikir kalau pemiliknya datang. Seo Yeon melihat kalau Dae Young yang datang. Dae Young yang ketakutan melihat Seo Yeon seperti hantu dan langsung jatuh pingsan. Seo Yeon binggung melihat Dae Young yang tiba-tiba pingsan. 

Dae Young akhirnya tahu kalau Ji Woo itu baru saja mengambil pakaian. Seo Yeon mengejek Dae Young itu gampang sekali takut. Dae Young heran karena nenek Pemilik bilang Ji Woo itu tinggal sendiri. Ji Woo  menegaskan kalau itu sebabnya meminta Dae Young harus merahasiakannya.
“Aku pertama kali bilang bahwa tinggal sendiri. Jika dia tahu tentang adikku, maka dia pasti akan menaikkan uang sewa kami.” Jelas JI Woo
“Kau tak boleh merahasiakannya.” Komentar Dae Young
“Apa Maksudmu kau tidak akan menjaga rahasia kami? Jika itu masalahnya, aku tidak akan bisa merahasiakan kau membasahi celanamu.” Kata Seo Yeon. Dae Young melihat celanya dan mencoba mengelak.
“Kebenaran tidak masalah bagi rumor, tapi Kau bisa cari sensasi.” Ucap Seo Yeon dengan tawa seperti hantu.
“Tunggu Sebentar, Suara tertawa itu. Apa Kau yang menangis dan tertawa tadi malam?” tanya Dae Young. Seo Yeon pikir itu mungkin. 


Flash Back
Se Yeon asik menonton acara yang sama dengan Dae Young dan tertawa bahagia. Lalu Dae Young bertemu dengan Ji Woo kalau Seseorang terus tertawa, jadi berpikir itu tetangganya. Ji Woo mengaku tak ada dan  hanya tinggal sendirian bahkan menuduh Dae Young pasti salah dengar.
“Tapi aku jelas mendengarnya... Apa dari unit 203? Ahh... Tidak, suara itu datang dari unit 201.” Kata Dae Young yakin. 

Se Yeon melihat Ji Woo baru datang, Ji Woo mengomel karena Seo Yeon yang sudah menyuruh untuk tetap diam, karena nanti akan tertangkap. Seo Yeon yakin Tidak ada yang akan mencari tahu an Pemilik juga sudah tidur. Ji Woo rasa Se Yeon tak berpikir kalau tetangganya bisa mendengarnya.
“Kau tidak akan diusir dari asrama jika kau tidak bertingkah seperti itu” kata Ji Woo marah.
“Katakan saja kalau ada aku yang tinggal di rumahmu” ucap Seo Yeon
“Sudah kubilang berkali-kali... Aku harus membayar banyak biaya air dan lain-lain. Apa Kau punya uang untuk biaya hidup?” ucap Ji Woo

“Kalau aku punya, maka aku juga tak mau tinggal denganmu. Kau lebih baik Bayar saja.” Kata Seo Yeon santai
“Aku sudah bekerja keras membayar uang kuliahku.” Kata Ji Woo, Seo Yeon pun mengeluh Ji Woo yang tak mendapatkan beasiswa seperti dirinya.
“Jangan bekerja paruh waktu, tapi belajarlah.” Ejek Seo Yeon. Ji Woo pikir adiknya itu lupa tentang tempat tinggalnya sekarang.
“Baiklah. Sementara kita melakukannya, aku bicara dengan Ayah dan selesaikan ini.” Ucap Ji Woo mengeluarkan ponselnya.
Seo Yon mulai panik kalau Ji Woo akan memberitahu ayahnya kalau diusir dari asrama, lalu memohon agar tak melakukan sambil menangis. Saat itu Dae Young pun mendengar suara tangisan saat akan masak ramyung adn memilih untuk tidur saja.
“Wahh... Aktingmu itu, bagus sekali... Kau semakin bagus untuk hal itu. Kenapa tak ganti keahlian saja jadi akting? Aku tidak akan tertipu oleh air mata palsumu lagi.” Kata Ji Woo
“Dasar Kau pelit sekali... Aku bisa ke tempat lain. Jangan berani kasih tahu Ayah tentang hal ini.” Tegas Seo Yeon bergegas keluar dari rumah dengan nada marah.
Saat tengah malah, Seo Yeon mabuk mencoba masuk ke kamar Dae Young dengan terus mengedor-gedor pintu. Ji Wo keluar dari kamar panik menarik adiknya untuk kembali ke kamarnya. 

 Dae Young mengeluh karena tidak tahu Se  Yeon dan berpikir itu hantu. Ji Woo malah berharap ada hantu saja daripada harus mengurus adiknya, Dae Young pikir tu bukan sesuatu yang harus dikatakan pada adiknya, lalu berpikir kalau Seo Yeon itu anak SMA tapi tidak terlihat semuda itu.
“Aku juga mahasiswa baru.” Ucap Seo Yeon, Dae Young heran keduanya bisa bersaudara.
“Apa Kalian kembar? Kembar tidak identik.” Kata Dae Young melihat keduanya.
“Itu, aku turunan ayah, dan dia turunan ibu. Orang tua kami menikah lagi.” Kata Seo Yeon bangga. Dae Young pun tak bisa berkata-kata lagi. 


Di Depan mesin kopi  
Sung Joo mengejek kalau  hantu itu keluar lagi, Ji Seok bertanya Apakah hantu itu cantik. Dae Young mengaku Tidak ada hantu dan kemarin hanya bercanda.
“Tapi kau memberi kami pandangan serius dan mengatakan seorang dukun tinggal di sebelah.” Kata Sung Joo.
“Apa dukun itu cantik?” tanya Ji Seok, Sung Joo langsung memukul kepala temanya yang tertarik dengan semua wanita.
“Hei, itu karena aku putus asa... Setengah tahun pertamaku sudah berlalu, tapi aku masih lajang. Kau bilang gadis di kampus kita tinggal di sebelah rumahmu? Tidak bisakah kau mengadakan pesta syukuran rumah dan mengundang mereka juga?” kata Ji Seok.
Byung Sam menganguk setuju dengan penuh semangat. Dae Young mengeluh karena Byung Sam saja bahkan tidak bisa bicara di depan wanita jadi merasa kalau Tidak ada yang akan terjadi jadi lebih baik Lupakan pesta syukuran rumah baru.
“Aku tahu kau suka wanita dan ingin bermain dengan mereka. Bukankah itu sebabnya kau datang jauh-jauh ke sini untuk minum kopi?” ejek Ji Seok
“Tidak, aku datang ke sini karena kopi. Kalian memang aneh” tegas Dae Young lalu berjalan pergi
“Ayolah. Aturlah pertemuan untuk kami.” Rengek Ji Seok mengikuti Dae Young, saat itu seorang wanita datang ke depan mesin kopi. 

Dae Young pikir tidak ada yang istimewa untuk pindah rumah. Byung Sam merasa Dae Young hanya perlu menyiapkan beberapa gelas lagi untuk pesta minum yang biasa. Ji Seok setuju karena Dae Young itu lancara bicara seolah mereka keluar dari jurusan musik. Dae Young teringat dengan Sepatu bolanya lalu bergegas kembali mesin kopi dan melihat mesin sedih diisi ulang.
“Apa ini? Apa Kau kemari mengisi mesin penjual otomatis ini?”ucap Dae Young, Ji Woo membenarkan.
“Apa ada masalah dengan itu?” tanya Ji Woo, Dae Young mengaku kalau  ada masalah.
“Kenapa? Apa ada orang yang sakit perut setelah minum kopi?” kata Ji Woo panik
“Bukan itu.. Ini pertanyaan hidupku, kenapa kopi dari mesin penjual ini sangat lezat.” Jelas Dae Young. Ji Woo tak percaya karena berpikir kalau sesuatu yang serius.
“Aku tidak bercanda... Aku sangat ingin bertemu orang yang bertanggung jawab karena aku suka dengan kopi ini. Jadi Apa rahasianya?” tanya Dae Young penasaran.
“Kau bilang Rahasia? Tidak ada rahasia... Aku hanya punya rasio sendiri untuk menaruh kopi, krim, dan gula.” Kata Ji Woo bangga
Dae Young meminta agar diajari karena tidak bisa membuat kopi dan ingin tahu Berapa rasio emas itu. Ji Woo bertanya apakah tanpa bayaran. Dae Young berjanji akan mentraktir makan.



Mereka pun makan usus babi panggang, Dae Young mengajak mereka makan, tapi Ji Woo menahanya karena asih ada satu hal lagi sebelum memakannya lalu menuangkan soju. Dae Young terpana melihat api yang membakar usus sapi. Ji Woo pun mengajak mereka mulai makan.
“Dengan cara ini, kau bisa menyingkirkan bau tak sedap saat api tak membakar,dan rasa berasap akan tetap ada dalam makanan.” Jelas Ji Woo
“Di mana kau belajar ini?” tanya Dae Young penasaran.
“Ibuku buka usaha toko lauk yang terkenal karena rasanya. Aku belajar ini dengan melihat bagaimana dia memasak makchang.” Kata Ji Woo menyuruh Dae Young mulai mencobanya. Dae Young mulai makan dan berkomentar Rasa dari asap ini nyata sekali.
“Menurut ibuku, kau harus tahu bagaimana kau akan menikmati makanannya sehingga kamu tidak akan kelaparan di mana saja.” Kata Ji Woo lalu meminta bibi memberikan 2 botol soju dan 4 gelas kosongnya untuk membuat Bom soju.
Ji Woo dengan keahilannya membuat campuran Soju dan bir, Dae Young terkesima melihatnya, dan bertanya kenapa mereka mendapatkan dua gelas. Ji Woo mengatakan kalau merkea harus minum sekali teguk saja.
“Maka kita harus membuatnya lagi, dan makanan bisa terasa matang.” Jelas Ji Woo dan mulai bersulang.
Ji Woo mulai makan dengan daun perila dimulutnya,  Dae Young tak percaya kalau Ji Woo bisa makan dan minum sekaligus. Ji Woo pikir Dae Young yang belum pernah melihatnya, Dae Young pikir kalau itu sangat menarik, tapi Ji Woo merasa biasa saja. Akhirnya Dae Young mencoba makan langsung dari mulutnya. Mereka pun bisa makan dengan sangat nikmat.
“Bibi, bisa pesan nasi goreng?” teriak Ji Woo melihat masih ada sisa daging.
Nasi goreng datang dengan potongan rumput laut diatasnya, Ji Woo memotong usus babi jadi potongan kecil, lalu mulai mengaduk rata karena menurutnya Rasanya lebih enak dengan mencampurnya dan menekan menekanya.
“Nasi bakar rasanya fenomenal.... Sekarang, cobalah.” Ucap Ji Woo, keduanya sangat bahagia karena rasanya Enak dan merasakan sangat kenyang. 



Dae Young berjanji akan makan makanan yang lezat bersama Ji Wo lagi, karena Rasanya bagus sekali. Ji Woo pikir tak perlu karana Dae Young juga yang mentraktirnya. Dae Young pikir harus berterima kasih untuk rasio kopi Ji Woo yang lezat. Ji Woo mengeluarkan botol dari tasnya.
“Apa Kau punya masalah pencernaan?” tanya Dae Young, Ji Woo mengaku kalau sering seperti itu.
“Coba Biar kulihat.” Ucap Dae Young memijat bagian sela tangan Ji Woo. Ji Woo binggung apa yang dilakukanya.
“Diamlah. Ini yang dulu ibuku lakukan untukku.” Kata Dae Young dan Akhirnya Ji Woo mengeluarkan suara kekenyangan.
Dae Young tersenyum karena Ji Woo akhirnya sudah sembuh. Ji Woo terlihat malu memilih untuk berjalan pergi. 


Keduanya berjalan dengan wajah gugup, saat itu sebuah mobil berhenti mengajak mereka naik. Dae Young binggung melihat Ji Seok mengemudikan mobil dan bertanya mobil siapa. Ji Seok mengaku kalau membelinya dan bertanya siapa wanita disamping Dae Young.
“Dia mahasiswi jurusan keperawatan yang tinggal di sebelah.” Ucap Dae Young, mereka pun menyapa Ji Woo sebagai temannya Dae Young.
“Kami dengar banyak tentangmu. Aku sudah sangat ingin bertemu denganmu. Jadi Masuklah.” Kata Ji Seok. Ji Woo menolaknya.
“Masuk saja. Kalian juga mau pulang.” Ucap Sung Joo, Dae Young pun mengajak untuk masuk saja. 

Ji Seok memperkenalkan diri dan juga Sung Joo, dan Yang di belakang adalah Bae Byung Sam. Ji Woo pun membalas memperkenalkan diri, lalu bertanya pada Byung Sam apakah baik-baik saja dan berpikir merasa kesempitan. Semua hanya menahan tawa karean Byung Sam itu gemetar apabila dekat dengan wanita.
“Dae Young, bisakah aku memarkirkan mobil ini di depan rumahmu?” ucap Ji Seok. Dae Young heran kenapa harus dirumahnya.
“Orang tuanya tidak tahu kalau dia membelinya.” Kata Sung Joo mengejek
“Hei, aku bukan anak yang membutuhkan izin mereka. Itu karena parkir adalah masalah di rumahku.” Kata Ji Seok membela diri. 


Semua akhirnya turun didepan rumah Dae Young, si nenek sedang mendorong gerobak, memberitahu kalau tidak bisa memarkirnya di situ karena akan memarkir gerobaknya. Ji Seok masuk mobil untuk memindahkan mobilnya, tapi tidak bisa menyala. Si nenek menyuruh mereka segera memindakan.
“Keluarlah. Kita harus mendorongnya.” Ucap Dae Young.
 Akhirnya mereka bisa mendorong mobil dengan panduan dari Ji Woo. Gerobak kakek pun bisa diparkir di pinggir jalan. Saat itu Seo Yeon datang dengan tawanya, mengejek apa yang sedang dilakukan pada pria-pria itu. Ji Woo bertanya kapan adiknya itu datang.
“Aku mau masuk, tapi aku menunggu supaya terhindar dari pemilik.” Ucap Seo Yeon
“Siapa wanita manis yang cantik ini?” tanya Ji Seok, Dae Young mengumpat marah karena Sekarang bukan waktunya kehilangan fokus.
“Mobilnya belum terparkir lurus. Ayolah” kata Dae Young akhirnya mulai mendorong ke arah yang benar.
“Hei, kenapa tidak angkat saja?” kata Seo Yeon. Dae Young pikir kalau ditambah jadi enam pasti bisa.
Ji Woo pikir akan membantu mereka, tapi Seo Yeon mengeluh karena harus ikut membantu. Tapi Ji Woo menarik adiknya untuk membantu, akhirnya mencoba mengangkat mobil dan sedikit terangkat. Mereka pun mencoba untuk mengeser mobil dengan cara mengangkatnya. 


Dae Young mengingat kenanganya, tersenyum bahagia sambil mengemudikan mobilnya tapi wajahnya kembali sedih saat masuk ke dalam rumahnya.
Esok pagi, Ji Woo memberitahu perawat pengantinya kalau Pasien Kim Hyung Seok dirawat dengan kasus pneumonia dan juga menderita dyspnea, jadi meminta tetap pantau kondisinya.
Setelah itu Ji Woo berganti pakaian, tak sengaja menjatuhkan kartu nama “SS Insurance, Goo Dae Young”. Temanya masuk ruangan melihat kartu nama Konsultan asuransi keuangan Goo Dae Young dan berpikir kalau Ji Woo mau mendapatkan asuransi. Ji Woo mengaku tidak. Temanya ingin tahu kenapa Ji Woo menyimpan kartu nama itu. 




Flash Back
Ji Woo tersenyum dan terlihat gugup saat Dae Young memijat bagian sela tanganya, Dae Young mengatakan kalau ini cara ibunya agar meredakan gangguan pencernaan. 
Ji Woo tersenyum mengingat kenangan dengan Dae Young. Temanya berpikir kalau pria itu calon pacar. Ji Woo terlihat kebingunga. Temanya yakin pasti dari Kencan buta, sambil berkomentar kalau Ji Woo yang tak mau ikut kencan buta tapi malah ikut juga.
“Kapan kau bertemu dengannya?” tanya temanya penasaran. Ji Woo mengaku bukan seperti itu.
“Aku hanya memikirkan tentang cinta pertamaku yang kutemui setelah 14 tahun.” Akui Ji Woo. Temanya tak percaya mendengarnya.
“Bagaimana kau bisa bertemu dia lagi? Ahh... Bukan, bukan itu yang terpenting. Kalian berdua bertemu lagi,  jadi itu pasti takdir. Jadi, apa kau akan membuat  hal-hal berjalan dengan dia sekarang?” kata temanya
“Bukan itu... karena Dia punya pacar.” Kata Ji Woo. Temanya pikir tak masalah.
“Dia juga bukan orang yang sudah menikah. Sudahlah Jangan seperti ini, dan coba hubungi dia dulu.” Kata temanya mengambil ponsel Ji Woo untuk menelp Dae Young.
Ji Woo melarang agar jangan melakukanya, tapi saat itu ponsel Ji Woo malah berdering. Temanya tak percaya kalau Ji Woo, ternyata sudah menyimpan nomornya dan menyuruh agar mengangkatnya. Ji Woo terlihat gugup mengangkat telp dari Dae Young. 

Dae Young mengatakan kalau ingat sesuatu yang belum ditanyakan kemarin.Apa adik Ji Woo,  Seo Yeon, baik-baik saja dan ingin tahu keadaanya. Ji Woo dengan nada kesal mengaku kalau tak tahu. Dae Young heran karena keduanya itu bersaudara tapi malah tak tahu.
“Saudara apanya? Kami bukan saudara lagi. Jadi jangan telepon aku jika kau akan membicarakannya.” Ucap Ji Woo marah
“Kalian berdua bertengkar lagi? Apa lagi kali ini?” tanya Dae Young
“Hentikanlah. Kami belum saling bertemu selama 10 tahun. Kami tidak saling mengenal.” Tegas Ji Woo 
Temanya ingin tahu apa yang terjadi, Ji Woo kesal karena Ji Woo membawa-bawa seseorang yang tidak ingin dipikirkan. Sesampai dirumah, Ji Woo langsung membuat campuran soju dan bir buatannya. Dan akhirnya pagi harinya, Ji Woo terbangun dengan gonggongan anjingnya dan kaget melihat Dae Young ada diseberang rumahnya.
“Halo... Apa Aku mengganggu aktivitasmu?” ucap Dae Young,  Ji Woo heran karena Dae Young ada diseberang rumahnya.
“Aku pindah ke sebelah... Aku harap kita bisa saling akrab sebagai tetangga.” Kata Dae Young dengan menguluarkan tanganya. Ji Woo terlihat binggung seperti merasakan dejavu. 


Seorang wanita berlari ketakutan, seperti dikejar-kejar oleh orang. Ia hampir tertabrak mobil ketika menyeberang jalan dan terus berlari tanpa henti.
Bersambung ke episode 2

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar