PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Park
kaget melihat yang datang Young Joon, lalu bertanya kenapa datang ke rumahnya.
Young Joon malah balik bertanya “Menurutmu ada apa?” Tuan Park makin binggung,
Young Joon ingin tahu apa yang terjadi dengan Kim Mi So.
“Apa yang
seorang Young Joon lakukan di malam seperti ini? Apa yang kau bicarakan?” ucap
Tuan Park, Young Joon menatap dengan wajah serius.
Flash Back
Mi So
memberikan jadwal kegiata untuk minggu
depan, Young Joon melihatnya lalu mengajak untuk pergi makan malam nanti, Mi So
menganguk setuju, lalu merasakan ponselnya bergetar lalu mengangkatnya ternyata
telp dari Nyonya Choi.
“Ya,
kalau begitu aku akan menjumpaimu nanti... Baiklah.” Ucap Mi So pada Nyonya
Choi.
“Apa
maksudmu, menjumpai ibuku?” kata Young Joon mendengar Mi So yang bertemu dengan
ibunya.
“Dia
ingin makan malam bersama” kata Mi So dengan senyuman.
“Baiklah
kalau begitu, beliau suka makanan Jepang, jadi kita pergi ke Hotel Illusion
Jepang... “ jelas Young Joon, Mi So mengaku bukan seperti itu.
“Beliau
ingin makan malam berdua saja denganku, tanpamu.” Kata Mi So, Young Joon kaget
kalau hanya mereka berdua.
“Kurasa
beliau ingin merundingkan mengenai pertemuan keluarga besok denganku.” Kata Mi
So
“Jika
beliau berkata sesuatu yang kurang berkenan atau membuatmu kurang nyaman,
langsung beritahu aku. Aku tak akan mengizinkan beliau menjadi mertua yang
mengganggu.” Tegas Young Joon.
“Itu
tidak mungkin terjadi, tapi aku akan mengingatnya.” Kata Mi So dengan senyuman
manisnya.
Mi So dan
Nyonya Choi akhirnya makan bersama, Nyonya Choi mengaku Senang sekali bisa
makan malam berdua saja. Mi So juga mengaku senang. Nyonya Choi mengaku kalau
selalu iri pada teman yang punya anak perempuan disaat punya 2 anak putra.
“Tapi
sekarang aku punya menantu perempuan. Jadi aku bisa pergi belanja bersamamu Dan
makan makanan enak seperti ini. Aku ingin kita bisa jalin hubungan ibu dan
anak.” Kata Nyonya Choi dengan senyuman bahagia.
“Ya, aku
juga merasakan hal yang sama.” Ungkap Mi So, Nyonya Choi tak percaya
mendengarnya.
“Karena kita
sama-sama cantik, pasti siapapun akan mengira kalau kita ibu dan anak kemanapun
kita pergi. Dan itu karena aku merawat diri dengan baik, beberapa orang mungkin
akan mengira kita kakak-adik, ya kan?” kata Nyonya Choi percaya diri.
“Ya,
orang lain bisa keliru karenamu, Ny. Choi.” Kata Mi So seperti berusaha untuk
ramah.
“Jangan
menyebutku Ny. Choi lagi, kau harus memanggilku "Ibu" mulai
sekarang.” Kata Nyonya Choi, Mi So pun mencoba memanggil “Ibu”
Keduanya
pun sampai di sebuah toko, Nyonya Choi mengatakan ingin membelikanbaju untuk
pertemuan besok dan alasan meminta bertemu. Mi So menganguk mengerti, Nyonya
Choi menyuruh agar Mi So memilih pakaian
yang sudah ada digantung. Mi So berjalan melihat semua baju yang terlihat
bagus.
“Ada apa?
Apa tak ada yang kau sukai?” kata Nyonya Choi melihat wajah Mi So
“Bukan,
Itu karena semuanya tampak bagus.” Kata Mi So, Nyonya Choi akhirnya langsung
membeli semua pakaian yang digantung. Mi
So panik merasa kalau itu tak perlu.
“Mulai
sekarang kau akan bertemu dengan banyak orang juga, Jadi kau butuh setidaknya
pakaian sebanyak ini.” Ucap Nyonya Choi.
Nyonya
Choi terlihat sepatu di depannya lalu meminta agar Mi So memilih beberapa
sepatu juga, dan ingin tahu dari beberapa pasangan sepatu mana yang sesuai kesukaannya.
Mi So tak ingin membuat kesalahan lagi, menunjuk ke salah satu sepatu berwarna
putih.
“Ohh Jadi
kau Yang itu? Kami akan beli semuanya, termasuk yang sepatu ini.” Kata Nyonya
Choi, Mi So kaget karena Nyonya Choi malah membeli semua sepatu.
“Tidak,
kurasa aku cukup yang ini saja.” Kata Mi So, Nyonya Choi pikir kalau lebih
banyak lebih baik.
“Oh ya, Apa
kau sudahpunya tas, Mi So?” tanya Nyonya Choi, Mi So mengaku sudahpunya banyak
tas.
“Astaga...
Jadi kau suka koleksi tas juga rupanya. Aku juga punya kegemaran yang sama. Apa
kau ingin belanja sebentar mumpung kita disini? Kami ingin beli semua tas
terbaru yang ada disini.” Ucap Nyonya Choi kembali meminta di pelayan toko, Mi
So kebingungan menjelaskanya.
Mi So
melihat semua tas belanja yan memenuhi rumahnya, merasa seperti Paris Hilton-nya
Jangchung-dong. Lalu Young Joon menelp,
bertanya apakah menikmati kencan dengan ibunya. Mi So mengaku sangat
menikmatinya.
“Kenapa
beliau ingin bertemu denganmu?” tanya Young Joon, Mi So mengatakan kalau Nyonya
Choi ingin membelikan baju untuk dikenakan besok.
“Jadi
begitu. Aku yang seharusnya membelikanmu, tapi lupa.. Jadi, apa kau sudah pilih
pakaian bagus untukmu?” kata Young Joon, Mi So mengaku sudah dengan melihat
semua barang belanja yang banyak.
“Aku
yakin kau cukup lelah menyesuaikan diri dengan mertuamu, Jadi, istirahatlah. Sampai
jumpa besok.” Ucap Young Joon.
“Baiklah,
mimpi indah, Bos.” Kata Mi So dengan wajah berusaha untuk bahagia.
Young
Joon menunggu didepan rumah, lalu terpana saat melihat Mi So datang dengan
gaunya. Mi So tersenyum melihat Young Joon sudah menunggunya. Young Joon
mengaku Setiap hari Mi Soselalu cantik, tapi hari ini lebih cantik.
“Kau juga
sangat tampan, Bos.” Ucap Mi So dengan senyuman
“Apa ayah
mertua dan kakak ipar datang terpisah?” tanya Young Joon.
“Ya,
mereka akan segera tiba.” Kata Mi So lalu menarik nafas panjang menutup rasa
gugupnya.
“Apa kau
gugup?” tanya Young Joon melihat Mi So terlihat sedikit gemetar.
“Tentu
saja, kau sudah bertemu dengan ayahku. Beliau sedikit nyeleneh, Jadi aku
khawatir kalau beliau akan melakukan kekonyolan. Aku harap kami bisa menjaga
suasana yang baik.” Ucap Mi So
“Jangan khawatir,
ini adalah pernikahan yang di inginkan oleh alam semesta, Jadi, suasananya
sudah pasti akan baik. Dan juga, aku akan selalu berada disisimu.” Kata Young
Joon menyakinkan lalu mengandeng tangan Mi So.
Tuan Kim
bersama Pil Nam hanya bisa melonggo melihat rumah keluarga Young Joon yang
sangat besar. Tuan Kim ingin tahu berapa banyak jendela yang mereka punya,
karena menurutnya sangat luar biasa. Saat itu petugas datang memberitahu akan
mengantarnya masuk ke dalam rumah. Keduanya menganguk mengerti.
“Hei, ada
apa dengan suasana ini?” ucap Tuan Kim seperti tak nyaman
“Benar,
kalangan orang kaya sungguh beda.” Kata Pil Nam, lalu petugas meminta agar
mengikutinya.
Keduanya
akhirnya berjalan melewati taman, Tuan Kim tak percaya kalau rumah besar hanya
tinggal untuk satu keluarga saja, Pil Nam mengatakan bukan satu keluarga,
karena Young Joon sudah tinggal sendiri dirumahnya.
“Apa? Apa
Mi So akan baik-baik saja? Bagaimana kalau mereka menyulitkan Mi So karena dia
dari keluarga miskin?” ucap Tuan Kim khawatir.
“Kudengar
mereka sangat menyayangi Mi So, tapi...” kata Pil Nam. Tuan Kim pun merasakan
sedikit gugup.
“Aku
senang bisa membawamu. Setidaknya sungguh melegakan aku punya putri dokter. Kau
seharusnya kemari memakai jas putihmu. Jadi kau akan membuat kesan yang kuat
pada penampilanmu.” Kata Tuan Kim,
“Hei..
Ayolah, Ayah. Aku tak bisa berharap lebih hebat disaat mereka saja sudah kaya
raya.” Komentar Pil Nam, Tuan Kim pun menganguk mengerti.
Young
Joon dan Mi So datang menyapa keduanya, Pil Nam pun menyapa Young Joon dengan
panggilan Pria Cheobol lalu mengubah panggilanya jadi adik ipar. Tuan Kim pun
menanyakan kabar menantunya, Young Joon mengaku baik.
“Apa kau
gugup, ayah?” tanya Young Joon, Tuan Kim menyangkal kalau gugup.
“Aku ini
Kim Young Man! Aku adalah pria dengan hati baja yang tak bisa gugup. Bahkan di
hadapan beribu-ribu orang!” kata Tuan Kim berbangga hati.
“Kau
bilang Beribu-ribu? Bukankah...penonton terbanyak yang pernah tonton konsermu
saat festival Doraji sebanyak 100 orang?” ejek Mi So,
“Jangan
gugup, Nak. Semangat rocker!” kata Tuan Kim menutupi rasa gugupnya. Young Joon pun
ikut bersemangat rocker!
Tuan Lee
dan Nyonya Choi menyapa keluarga Kim, Young Joon pun memperkenalkan eduanya
adalah ayah dan ibunya. Tuan Kim pun memperkenalkan diri sebagai ayah Mi So dan
Pil Nam mengaku sebagai kakak tertua Mi So.
“Ya,
seorang psikiater.” Kata Tuan Kim membanggakan Pil Nam, keduanya pun menganguk
mengerti.
“Kami mengundang
kalian kerumah karena ingin memberi
sambutan hangat. Tapi maaf kalau ini mungkin saja sudah lancang.” Kata Tuan Lee
“Tidak,
terima kasih sudah mengundang kami kemari.” Ucap Tuan Kim, Tuan Lee pun
mengajak mereka segera masuk.
Menu
makan segera di bawakan pelayan, layaknya berada dalam restoran beberapa menu
diberikan dengan porsi kecil-kecil tapi memilih banyak menu. Tuan Kim sampai
kebingungan dengan piring dan mangku yang terus berganti sampai akhirnya dua
potong steak ditaruh diatasmeja.
“Kami sengaja
menyiapkan steik dengan kematangan medium, apa tak apa?” ucap Nyonya Choi
“Ya,
seorang rocker harus merawat tubuhnya, Karena punya tubuh ramping bagus dipandang.
Jadi, ukuran daging medium adalah yang sempurna. Tak perlu ukuran yang besar.”
Kata Tuan Kim melihat ukuran daging yang kecil
“Ayah,
maksudnya bukan ukuran, tapi tingkat kematangan. Medium artinya dipanggang
setengah matang.” Bisik Pil Nam, Tuan Kim baru mengetahunya.
“Maafkan
aku, aku tak sering makan steik. Aku biasanya memanggang iga babi di panggangan
arang.” Kata Tuan Kim
“Bagaimana
kalau kita sesekali makan iga babi panggang dan minum soju?” ucap Tuan Lee,
Tuan Kim pun menyetujuinya.
“Bagaimana
kalau kita merundingkan pernikahannya sekarang? Apa kalian sudah punya
tanggalnya?” tanya Nyonya Choi
“Bagiku
tanggal berapa saja tak masalah.” Kata Tuan Lee
“Kalian
tak perlu khawatir mengenai persiapan hadiah pernikahannya. Kami berencana menyiapkan
hadiah pernikahan untuknya juga. Dia sangat berharga bagi kami, jadi kami ingin
lakukan itu untuknya.” Ucap Nyonya Choi menatap Mi So
“Kami
akan siapkan yang terbaik dari yang terbaik mulai dari perabotan dan perlengkapan
rumah sampai perhiasan. Kau tak punya mobil, kan?” kata Nyonya Choi, Mi So
mulai panik mendengarnya.
“Mobil
model yang sama dengan Young Joon sepertinya sudah cukup. Akan lebih baik kalau
dia bisa tinggal berdekatan dengan rumah keluarganya. Ada rumah kosong di dekat
kediaman Young joon. Bagaimana kalau kalian pindah ke rumah itu?” ucap Nyonya Choi
“Aku...tak
bisa menikah dengan cara seperti itu.” Kata Mi So, Semua kaget mendenagrnya.
“Aku
mengerti dengan baik betapa kalian menyayangiku. Aku sangat bersyukur. Tapi,
aku tak bisa terima perlakuan yang terlalu istimewa dan semua hadiah itu.” Kata
Mi So, Nyonya Choi terlihat sedih
“Ini Sama
seperti tuntutan yang berlebihan, pemberian yang berlebihan juga bisa membuat
tak nyaman. Jadi Soal itu biar aku saja yang
akan menanganinya.” Jelas Young Joon menenangkan ibunya.
“Aku
sudah berbuat salah. Aku terlalu berlebihan melampiaskan rasa sayangku padanya.
Maafkan aku. Inilah alasan kenapa aku menyukainya. Dia begitu bertekad. Kau
sudah membesarkan putri dengan baik.” Komentar Nyonya Choi
“Terima
kasih atas sanjungannya.” Kata Tuan Kim, Tuan Lee mengajak mereka kembali makan
lagi. Suasana pun kembali santai dengan memulai makan.
Young
Joon memuji Mi So yang sudah berkerja bagus hari ini. Mi So pikir Tak masalah
walaupun khawatir kalau terlalu lancang. disaat ibu Young Joon ingin tunjukkan kasih sayangnya. Young Joon
pikir Mi So Jangan khawatir dan juga alasan cukup bisa diterima.
“Aku suka
pada pendirianmu. Aku suka dengan betapa besar pengertianmu.” Kata Young Joon
senang.
“Sekarang
setelah tanggal pernikahan sudah ditentukan, .pernikahan kita terasa nyata.”
Kata Mi So
“Benar.
Aku akan jadi milik seseorang... Dan kau akan punya...satu pria terbaik
sepertiku sebagai suamimu. Kau pasti sangat senang.” Kata Young Joon kembali
narsis.
“Benar,
terasa seperti mimpi.” Ucap Mi So tak bisa menutupi rasa bahagianya.
“Wanita
menikah.” Goda Young Joon, Mi So pun memanggil Young Joon “Pria menikah.”
“Kau lupa
menaruh kata "keren". Aku akan jadi pria menikah yang keren. Pria
menikah keren yang selalu menjaga badan kekarnya sebagaimana dia menjaga
keseksiannya. Setuju?” ucap Young Joon bangga, Mi So pun mengangguk setuju
seperti sudah memaklumi sifat Young Joon yang narsis.
Young
Joon melingkar tanggal 26 agustus untuk Hari Pernikahan. Esok harinya, Young
Joon mengajak Mi So pergi ke sebuah tempat. Mi So bertanya mereka mau kemana.
Young Joon hanya menunjuk kesana lalu menarik Mi So pergi.
“Aku akan
membeli set peralatan makan yang belum kita beli terakhir kali. Ayo Cepat.”
Kata Young Joon, Seorang pelayan menyapa keduanya.
“Aku
ingin beli set peralatan makan. Set peralatan makan yang populer pada kalangan
pengantin baru.” Kata Young Joon, Pelayan pun meminta menungg.
“Kami
akan segera menikah... Sebulan lagi...” ucap Young Joon bangga, Mi So mengeluh
kalau Tak perlu mengatakan secara rincian.
“Aku
ingin katakan itu pada semua orang.. Oh, ya. Aku juga ingin beli set wajan dan
semuanya..” Kata Young Joon bangga
“Aku
tidak tahu kalau kau tertarik pada perlengkapan dapur.” Komentar Mi So
“Aku jadi
tertarik setelah memikirkan kehidupan rumah tangga kita. Dan Aku yang akan
masak. Jadi, kau jangan coba-coba memasak.” Kata Young Joon pindah ke rak
panci, Mi So hanya bisa tersenyum.
“Yang
mana panci yang bagus? Pertama, panci keramik dan kedua, panci tahan karat.”
Kata Young Joon.
“Pilihan
yang pertama.” Ucap Mi So, Young Joon mengikutinya kalau akan memilih panci
keramik.
“Pilihan
pertama adalah item bisnis yang di intruksikan sendiri oleh Wakil Ketua
terakhir kali. Kalau begitu, tolong lakukan seperti itu.” Ucap Mi So.
Young
Joon terdiam karena ternyata Mi So sedang berbicara di telp, Mi So akhirnya
menutup ponselnya. Young Joon mengeluh dengan yang dilakukan Mi So sekarang. Mi
So mengatakan kalau menerima beberapa data dari tim bisnis beberapa waktu lalu
jadi harus segera memberi respon.
“Tolong
fokus... Memilih panci lebih penting dibanding pemilihan rencana bisnis.” Kata
Young Joon terlihat kesal.
“Maafkan
aku. Aku akan fokus memilih perlengkapan dapur mulai sekarang.” Kata Mi So,
Young Joon meminta Mi So agar tetap fokus.
Mi So
datang menemui Young Joon yang memanggil ke ruangan, Young Joon mengaku dilema mana yang harus
dipiilih agar tak menyesal. Mi So pikir kalau mengenai M dan A terkait JH Bio.
Young Joon mengatakan kalau bukan itu
“Bukan,
aku sudah membuat putusan terkait masalah itu setelah membaca semua data dan
arus pasar. Aku memutuskan untuk tak bekerja sama dengan mereka.” Jelas Young
Joon.
“Kalau
begitu, ini masalah apa?” tanya Mi So binggung. Young Joon mengatakan kalau
sedang memilih gaun pernikahan Mi So, Mi So terlihat kaget.
“Tn. Jang
mengirimiku beberapa pilihan gaun. Dia mengirimiku 5 pilihan, dan semuanya
cantik, jadi aku dilema. Aku sudah dapatkan 2 pilihan. Jadi Yang mana yang
paling kau sukai?” kata Young Joon memperlihatkan foto pilihanya.
“Gaunnya
mirip... Keduanya sama-sama jenis gaun *bell line...(Tipe gaun mengembang yang
mirip lonceng)” kata Mi So
“Tapi
nuansanya yang berbeda. Keceriaan gaun ini mengingatkanmu pada natal. Sementara
yang ini, kesederhanaan gaunnya mengingatkanmu lonceng tradisional di Bosin
Pavilion... Sepertinya yang ini lebih cocok untukmu.” Kata Young Joon
“Baiklah,
aku suka yang mana saja.” Kata Mi So tak ingin banyak memilih
“Aku juga
akan beri pendapat pada tatanan rambutmu. Bagaimana kalau yang ini? Kau punya
leher yang indah, jadi tatanan rambut seperti ini cocok untukmu.” Kata Young
Joon memberikan gambaranya.
Mi So
hanya bisa menganguk setuju saja, Young
Joon pikir kalau Mi So pasti senang sekali. Young Joon dengan bangga mengatakan
kalau Ia adalah pria paling diminati yang akan segera terjual dan tak akan ada
stok-nya lagi.
“Aku
membantumu dengan hati-hati mengenai persiapan pernikahannya.” Kata Young Joon.
“Benar,
aku senang sekali.”kata Mi So lalu pamit karena harus segera ikut rapat.
Tuan Jang
menyapa Young Joon yang sudah lama tak bertemu lalu menanyakan kabarnya. Young
Joon mengaku baik. Tuan jang merasa kalau Young Joon. selalu saja tampan
setiapkali melihatnya, lalu bertanya dimana tunangan Young Joon.
“Dia akan
segera tiba... Aku langsung datang kemari setelah urusanku kelar.” Kata Young
Joon, Tuan Jang menganguk mengerti.
“Kalau
begitu duduklah disana sampai tunanganmu datang. Aku akan ambil tuksedo dan
gaunnya yang sudah kau pilih sebelumnya.” Kata Tuan Jang, Young Joon pun
akhirnya duduk menunggu.
“Pakaiannya
pasti indah dan keren.” Kata Young Joon lalu menerima telp dari Mi So
“Apa kau
sedang dalam perjalanan? Dimana kau?” tanya Young Joon penuh semangat.
“Aku baru
saja dapat daftar tamu untuk acara yayasan saat ingin pergi kesana. Sepertinya
aku harus ikut rapatnya” ucap Mi So, Young Joon terlihat kaget.
“Mereka
baru bisa lanjut lakukan persiapan setelah daftarnya terkonfirmasi. Aku akan
kesana seusai rapat.” Kata Mi So.
“Baiklah,
aku harap kau bisa datang secepat mungkin.” Ucap Young Joon menutupi rasa
kecewanya.
Sek Seol
masuk dengan terburu-buru dan wajahnya panik. Tuan Park mengaku kalau sudah
menanti dan ingin tahu hari ini melakukan masalah apa. Sek Seol mengatakan
kalau mengenai hadiah ulang tahun Presiden korporasi DM, jadi ingin
mengiriminya coklat dengan kualitas tinggi.
“Tapi tim
sekretaris mereka berkata belum menerima hadiahnya dan setelah aku
periksa...Ternyata aku kirim ke Nn. Choi Seo Jin bukan Presiden.” Ucap Sek Seol
“Kau
bilang Choi Seo Jin? Bukan mantan istriku Choi Seo Jin, kan?” kata Tuan Park
kaget
“Maafkan
aku. Aku salah kirim karena nama mereka berdekatan dalam daftar kontak.” Ucap
Sek Seol
“Bagaimana
kau bisa salah disitu? Apa yang akan dipikirkannya kalau dapat kiriman coklat
dari mantan suaminya? Dia akan mengira aku masih mengganggunya.” Kata Tuan Park
kesal.
“Aku tak
yakin harus berkata ini...” kata Sek Seol. Tuan Park yang kesal menyuruh Sek
Seol tak perlu mengatakan saja.
“Tetap
saja, aku akan katakan. Bukankah kau masih punya perasaan pada mantan istrimu?
Setidaknya ini bisa menghantarkan perasaanmu padanya.” Kata Sek Seol
“Kalau
hubungan kami bisa berhasil melalui coklat, saat ini kami tak mungkin cerai,
jadi Keluarlah.” Ucap Tuan Park kesal, Sek Seol menganguk mengerti sambil
meminta maaf keluar dari ruangan.
Young
Joon memakai jasnya, dengan mengangkat tanganya bangga dan sinar keluar dari
tubuhnya.
“Apa kau
Pernah lihat calon pengantin pria se-seksi seperti ini? Selamat sudah membuatku
terjual. Kau bisa kehilanganku kalau terlambat sedikit saja, mengerti?” ucap
Young Joon ternyata berbicara sendiri didepan cermin lalu bertanya-tanya karena
Mi So yang belum datang.
“Kau
sempurna sekali memakai tuksedo itu. Kalau bisa, aku ingin membuatmu memakai
semua pakaian yang ada disini. Sejak kau kecil, kau punya tubuh yang dapat
memuaskan para perancang pakaian..” Ucap Tuan Jang melihat Young Joon. Young
Joon pun mengucapkan terimakasih.
“Tunanganmu
datangnya lama sekali, dia pasti sangat sibuk.” Kata Tuan Jang
“Sesuatu
yang mendesak terjadi, tapi dia akan segera datang.” Kata Young Joon, Tuan Jang
pun menyuruh Young Joon untuk lanjut menunggu.
Mi So
berlari untuk sampai ke tempat fitting baju, lalu melihat Young Joon sudah
menunggu diluar. Ia merasa tak enak hati
karena sudah membuatnya menunggu lama. Young Joon mengatakan kalau Mereka masih
ingin menunggu.
“Tapi aku
tak bisa menahan mereka menunggu lebih lama lagi karena tak enak.” Kata Young
Joon.
“Maafkan
aku, aku harus mengirim undangannya hari ini.” Jelas Mi So
“Apa kau
harus kerjakan sendiri?” keluh Young Joon menahan amarah
“Itu
adalah acara yang dilangsungkan dibawah pengawasanmu. Banyak para politikus
yang akan hadir. Jika aku tahu akan memakan waktu selama ini, maka Aku
seharusnya menunda hari fitting pakaian.” Kata Mi So
Young
Joon seperti masih cemberut, Mi So bertanya apakah Young Joon lapar, Young Joon
mengaku tak selera makan. Mi So mengajak kalau minum kopi dengan mata merayu.
Young
Joon akhirnya duduk di cafe berkomentar kalau Setidaknya aromanya harum. Mi So
senang mendengarnya karena berpikir tempat ini bisa memuaskan selera Young
Joon. Young Joon tiba-tiba merasa kalau
pernah ketempat ini sebelumnya.
“Apa kau
kemari bersamaku?” ucap Mi So, Young Joon terlihat berusaha mengingat kalau keduanya
pernah datang ke cafe.
Flash Back
Saat itu
Mi So sedang kencan buta dengan Tuan Park di cafe yang sama. Tuna Park mencoba
kalau kopinya lezat karena sudah riset dimana-mana sampai temukan tempatnya
sekarang.
“Ah,
disini tempat aku lakukan kencan buta sebelumnya.” Ucap Mi So senang karena
mengingatnya.
“Kau
bilang Kencan buta? Pantas saja tempat ini seperti tak asing. Kenapa kau harus
pilih tempat yang suram ini, dimana kau lakukan kencan buta dengan pria lain?”
kata Young Joon marah
“Aku
lupa. Saat itu begitu ramai, jadi aku tak ingat. Yang kuingat hanyalah rasa
dari kopi ini.” Ucap Mi So
“Terima
kasih sudah membawaku kemari. Aku jadi mengingat kembali kenangan yang
mencengangkan berkat kau.” Kata Young Joon.
“Apa
maksudnya kenangan mencengangkan?” tanya Mi So binggug
“Kupikir
kau cuma mengikatkan dasiku saja.” Ucap Young Joon sinis.
Flash Back
Mi So
melihat dasi Tuan Park yang tak rapih langsung merapihkanya, lalu meminta maaf
karena sudah jadi kebiasaan. Saat itu Young Joon datang melihat Mi So langsung
berteriak marah.
“Anu,
itu... aku tak punya maksud apa-apa waktu itu. Tanganku bereaksi sendiri setiapkali
melihat dasi yang tak rapih. Itu sudah jadi kebiasaan kerja.”jelas Mi So
“Apa?
Kebiasaan kerja? Apa kau barusan bilang perbuatanmu yang membuat hatiku
berdebar-debar adalah kebiasaan?”ucap Young Joo kesal
“Bukan
itu maksudku... Itu cuma ungkapan idiomatis.” Jelas Mi So seperti serba salah.
“Baiklah,
aku mengerti. Tanganmu secara otomatis merapikan dasi kapanpun kau lihat dasi tak
rapih meski bukan dasiku. Aku orang bodoh yang sudah berdebar-debar karena
itu.” Kata Young Joon menyindir.
Mi So tak
enak hati mendengarnya, Young Joon merasa ingin segera keluar dari cafe, dan pergi ke suatu tempat untuk berbagi
kenangan sendiri bukan kenangan Mi So bersama teman kencan butanya. Mi So pikir itu bagus mereka harus cari tempat
untuk berbagi kenangan. Young Joo merasa kalau cafenya sangat menyesakkan.
Seorang
kurir pizza datang membawakan satu pan pizza ditaman, Young Joon dengan sinis bertanya
Apa ini tips yang didapat Mi So dari kencan butanya juga, Apa pria itu bilang
menyenangkan makan pizza diluar seperti ini. Mi So mengaku bukan menurutnya ini
tempat mereka saling berbagi kenangan Dan ini pizza kesukaan Young Joon juga.
“Aku
memilih tempat ini sambil memikirkanmu.” Kata Mi So, Young Joon pun bisa
sedikit tersenyum mendengarnya.
“Kalau
begitu aku akan makan pizzanya sebagai bentuk apresiasi.”kata Young Joon mulai
memaka pizzanya, lalu lewat dua pria melonggarkan dasinya karena kepanasan.
“Dasi
mereka tak rapih, Bukankah seharusnya kau merapikannya? Kau adalah mesin merapikan
dasi.” Ejek Young Joon.
“Sudah
cukup... Aku bisa saja ikut protes kalau mau.” Kata Mi So melirik sinis. Young Joon terlihat binggung.
“Kau
kenal wanita itu, kan?” ucap Mi So melirik poster Oh Jin Ah yang jadi model
minuman Soju. Young Joon mengaku sangat mengenalnya.
“Apa kau
ingat saat aku berlarian seperti orang gila untuk membelikannya bunga saat hari
ulang tahunnya?” kata Mi So sinis
“Kenapa
kau membahas itu? Kau tahu kalau kami tak punya hubungan apapun. Untuk menjaga citraku...
“ ucap Young Joon yang langsung disel oleh Mi So.
“Aku
tahu. Itulah kenapa aku hanya bisa diam saja. Aku tahu tak ada hubungan apa-apa
diantara kalian dan itu sudah masa lalu.
Jadi Ini Tidak benar menyalahkan pasangan atas apa yang terjadi sebelum
berkencan.” Kata Mi So, Young Joon ingin menyela tapi Mi So menerima telp.
Mi So
berbicara dengan Se Ra di telp, Se Ra mengajak untuk pergi minum soju bareng
kalau tak keberatan. Mi So mengatakan tidak sedang ingin minum soju hari ini.
Young Joon tersenyum mendengarnya. Mi So mengatakan kalau akan minum bir lalu
menutup telpnya.
“Apa kau
akan minum disaat keadaan seperti ini?” ucap Young Joon tak percaya
“Karena
keadaan ini yang membuatku ingin minum. Jadi Baiklah.. Mesin perapi dasi selesai bekerja hari ini.
Pulanglah dengan hati-hati, Tn. cemburu buta.” Kata Mi So sinis lalu berjalan
pergi.
Young
Joon masih tak bisa berpikir “Ada apa dengan Kim Mi So” karena mengesampingkan
persiapan nikah dan membawanya ke cafe itu dan ingin tahu alasanya. Tuan Park
yang mendengar cerita Tuan Park, Mi So mengesampingkan persiapan nikah karena
sibuk.
“Dia
membawamu ke kafe itu tanpa banyak mikir, Jadi jangan terlalu sensitif.” Ucap
Tuan Park yang mengantuk lalu melihat tatapan Young Joon sinis.
“Maksudku,
dia bukannya kesana bersama mantan pacar. Itu cuma kencan buta, sama sekali tak
berarti.” Kata Tuan Park yakin
“Itu
bukan sekedar kencan buta biasa. Sudah kubilang, dia merapikan dasi keparat itu
dengan mesra. “ ucap Young Joon marah
“Benar...
Aku bisa lihat alasan kau marah. Dari luar dia tampak sangat pemikir dan
hati-hati. Tapi ternyata dia tak pemikir. Aku lebih baik menyebutnya Nn. Kim
tak pemikir, oke?” kata Tuan Park
“Beraninya
kau menjelek-jelekkan dia didepanku? Dia adalah wanita paling perhatian di
dunia ini.” Ucap Young Joon dengan nada tinggi.
“Dia
selalu saja marah dengan apapun yang kulakukan. Kalau begitu kau ingin aku
bagaimana? Kalau kau seperti ini, lebih baik kau pulang saja kerumahmu dan
bicara pada tembok.” Ucap Tuan Park, Young Joon langsung berdiri,
“Apa kau
benar-benar akan bicara pada tembok dirumahmu?” kata Tuan Park, Young Joon
melirik sinis
“Kalau
begitu, Apa kau ingin aku berlama-lama disini?” ucap Tuan Park, Young Joon
akhirnya memilih untuk pergi.
“Selamat
tinggal. Jangan menoleh dan pulang saja. Kirimkan salamku pada tembok.” Ucap
Tuan Park yang lelah lalu membaringkan tubuhnya di sofa.
Saat itu
terdengar bunyi bel rumah, Tuan Park pikir kalau Young Joon lupa membawa
sesuatu lagi, tapi saat membuka pintu ternyata mantan istrinya yang datang. Ia
dengan gugup bertanya kenapa Nyonya Choi datang. Nyonya Choi mengatakan kalau ingin mengatakan
sesuatu.
“Aku...
menerima coklat yang kau kirimkan padaku.” Ucap Nyonya Choi, Tuan Park
mengetahuinya.
“Terima
kasih.. Kau ternyata...masih ingat.” Kata Nyonya Choi, Tuan Park terlihat
binggung.
“Tentu
saja aku ingat... Coklat itu... Aku memakannya pertama kali saat kita pergi ke
Perancis bersama-sama. Setelah kau melamarku, Kau berkata akan memberiku
sesuatu yang manis. Lalu kau membawa coklat itu didepan menara Eiffel.” Ucap
Nyonya Choi
“Ya, aku
tahu. Aku memberimu coklat itu di depan menara Eiffel.” Kata Tuan Park
“Tapi
kenapa? Kenapa kau mengirimiku coklat yang kita makan hari itu?”tanya Nyonya
Choi, Tuan Park terlihat binggung.
“Karena
aku ingin kembali ke waktu itu.” Kata Tuan Park, Nyonya Choi kaget
mendengarnya.
“Kau
tahu, waktu itu kita sangat bahagia, kita... Kita begitu saling mencintai... Aku
sangat merindukan waktu itu... Aku masih sangat mencintaimu.” Ucap Tuan Park
mengungkapkan perasaanya.
Keduanya
akhirnya saling menatap, Nyonya Choi tiba-tiba langsung mendorong Tuan Park dan
menciumnya, keduanya seperti melampiaskan perasaan cinta yang tertunda. Saat
itu Young Joon datang merasa kalau harus minum bir lebih dulu lalu kaget
melihat temanya sedang berciuman dengan mantan istrinya.
“Sebaiknya
aku pulang saja.” Kata Young Joon, Nyonya Choi yang malu langsung mendorong
Tuan Park agar menjauh.
“Kau
pergi saja” kata Tuan Park, Young Joon malah menyapa Nyonya Choi lebih dulu
karena sudah lama tak bertemu.
“Yoo
Shik... Karena kau juga berbuat kesalahan yang sama dimasa lalu, Mari kita
berdamai soal ini” bisik Young Joon mengoda, Tuan Park menyuruh Young Joon segera
pergi saja.
“Dan
membuatnya impas.” Kata Young Joon, Tuan Park kembali memintaa agar Young Joon
segera pergi. Young Joon akhirnya pamit pergi.
“Young
Joon terkadang suka jahil.” Kata Tuan Park, Nyonya Choi seperti sudah tak tahan
menarik Tuan Park dan kembali menciumnya, Tuan Park menjerit karena badanya
terkena duri yang ada di dinding.
Mereka
berciuman sampai Nyonya Choi berbaring di sofa, dengan tangan yang membuka
kancing baju Tuan Park. Tapi tangan Tuan Park kesusahan untuk membuka tali baju
mantan suaminya. Nyonya Choi menyuruh Tuan Park membuka bajunya saja dengan
wajah kesal. Tuan Park membuka tapi bukan terlihat badan sixpack, tapi kaos
dalam putih. Nyonya Choi tak bisa menatapnya karena malu.
Satu
domba dipanggang diatas meja sambil diputar-putar, Se Ra merasa Sate domba ini
mengingatkannya pada diri sendiri karena Mereka berputar tanpa henti dan merasa
hampir gila. Mi So duduk didepanya ingin tahu apakah terjadi sesuatu.
“Kenapa
kau mendadak ingin minum?” tanya Mi So yang melihat Ji Ah juag seperti tak
bersemangat.
“Pahlawanku
dan aku bertengkar.” Ucap Se Ra, Mi So ingin tahu alasan mereka bertengkar.
“Pahlawanku
dan aku pergi ke restoran tumis babis pedas. Tapi masalahnya, Itu adalah tempat
yang pernah aku dan mantan kekasihku kungjungi cuma sekali saja, sekali saat
bulan biru. Kau pasti tahu, aku bahkan
tak memikirkan soal itu. Aku membawanya kesana karena disana makanannya enak,
Tapi kau tahu apa yang terjadi? Aku bertemu dengan mantanku disana. “ ucap Se
Ra. Keduanya pun terkejut.
“Tapi si keparat
itu... dia pikir kita tinggal di Hollywood atau apa, Dia langsung mendatangiku,
dan berlagak sok akrab. Jadi aku tak punya pilihan selain memberitahunya kalau
dia mantan kekasihku. Kemudian pahlwanku jadi marah padaku. Dia tak bisa pahami
maksudku mengajaknya ke tempat dimana aku dan mantanku pernah kesana.” Kata Se
Ra keasl
“Kenapa
dia jadi marah? Padaal itu sudah masa lalu.” Ucap Mi So ikut kesal. Se Ra juga
berpikiran yang sama.
“Aku
mengerti kenapa dia marah. Aku tahu kalau itu sudah masa lalu, Tapi jika
kekasihmu terluka, berarti yang kau lakukan salah.” Kata Ji Ah
Mi So
terlihat ikut kesal medengarnya, Se Ra binggung melihat Mi So terlihat ikut
galau juga, dan bertanya Apa persiapan pernikahannya membuatnya banyak pikiran.
Mi So mengatakan bukan apa-apa seperti tak ingin cerita. Saat itu pesan guobaorou
datang, Ji Ah langsung sedih melihatnya.
“Ji Ah,
kenapa kau murung akhir-akhir ini? Apa terjadi sesuatu?” tanya Se Ra
khawatir. Ji Ah mengaku tidak terjadi
apa-apa seperti tak ingin cerita masalahnya.
Ji Ah
menunggu di atap rumahnya, Tuan Ko akhirnya keluar rumah bertanya kenapa datang
dimalam hari. Ji Ah memberikan makanan
yang dibawanya, Tuan Ko binggung lalu melihat isinya guobaorou, lalu wajahnya
merasa tak enak hati.
“Aku
bukan memberimu itu agar kau menyukaiku. Aku cuma kepikiran padamu saat melihat
guobaorou. Dan... Aku datang karena ingin mengatakan hal terakhir.” Ucap Ji Ah.
“Mencintai
wanita bisa kau lakukan setelah semua tujuanmu tercapai, Tapi kuharap kau tak menghambat
dirimu untuk mencintai dirimu sendiri.” Kata Ji Ah, Tuan Ko binggung
mendengarnya.
“Berhenti
memakai kaos kampus Kori terus dan Belilah baju yang bagus. Berhenti makan
gimbap sepanjang waktu dan mulai jaga kesehatan. Kau harus makan makanan yang
layak. Aku harap kau tak korbankan hidupmu sekarang untuk masa depanmu.” Saran
Ji Ah.
“Pokoknya,
Aku ingin melihatmu menikmati hidup seperti orang lain seusiamu... Mencintai
dirimu... Jangan lupakan saranku, oke? Kalau tidak, aku bisa terus mengkhawatirkanmu.”
Kata Ji Ah, Tuan Ko hanya terdiam menatap Ji Ah.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar