PS : All images credit and content copyright : TVN
Byung
Sam dkk sedang main games di komputer,
tapi Ji Seok kalah bermain games, Byung Sam mengeluh Ji Seok yang membiarkan
gol di menit terakhir. Sang Joo menyuruh Ji Seok menyingkir karena giliran yang
main.
“Kalian
sedang apa?” ucap Dae Young masuk ke dalam rumah, Ji Seok mencium aroma enak.
“Ibu Ji
Woo memberiku ini.Ulang tahun Seo Yeonnanti dalam beberapa hari,jadi dia
memasak makanan untuknya.” Cerita Dae Young
“Seo
Yeon? Siapa itu?” tanya Sung Joo dengan tatapan terus ke arah komputer.
“Gadis
yang tinggal di sebelah, Yang tinggi dan ramping yang punya simbol integral. Apa
hari ulang tahunnya lusa nanti?” kata Ji Seok terpesona.
Seo Yeon
dan Ji Woo datang ke restoran tempat Dae Young berkerja. Ji Woo melihat kalau
tempatnya mahal dan kebingungan melihat menu makanan. Seo Yeon menyuruh
kakaknya diam saja karena akan memesannya.
“Halo,
saya pelayan Anda Beckham. Ini makanan pembuka.” Ucap Dae Young menyapa
pelanggan.
“Coba
Lihat betapa formalnya bicara.... Ini aneh... Kenapa dengan seragamnya? Kau terlihat
seperti belalang.” Ejek Ji Woo
“Dia
menamai dirinya dengan David Beckham yang tampan.”jelas Seo Yeon dan Dae Young
menunjuk name tagnya “Beckham siap melayani Anda!”
“Aku
menamai diriku karena aku suka sepak bola.” Bisik Dae Young akan menuliskan
pesanan. Ji Woo mengaku tak tahu mau pesan apa.
“Di tempat
ini, kita harus memesan monte cristo. Satu monte cristo dengan saus krim nanas
dan lada. Rasanya lebih enak dengan itu. Dan juga, satu daging sapi dan udang
dan menu baru” kata Seo Yeon dengan fasih.
“Kau
bilang Cajun quesadilla? Itu salah satu hidangan terbaik terbaru kami.” Kata
Dae Young
“Apa kami
bisa menggunakan kupon ulang tahun premium?” ucap Seo Yeon meminta Ji Woo agar
memperlihatkan kuponya.
“Kalau
Anda ingin minuman, Anda harus...” kata Dae Young, Seo Yeon mengaku sduah tahu
kalau Dengan tambahan 4,500 Won maka mendapatkan soda, sup, dan kopi.
“Kami
akan makan sup brokoli dan soda jambu biji yang baru. Setelah selesai, kami
bisa isi ulang soda.” Kata Seo Yoen. “ kata Seo Yeon
“Kau
malah seperti bekerja di sini.” Komentar Ji Woo. Seo Yeon mengaku selalu
berkencan dan kencan buta di restoran.
“Kudengar
kami bisa mendapatkan diskon dengan kartu keanggotaan seluler. Apa ini dihitung
juga?” ucap Ji Woo
“Ya,
berikan saja kalau nanti mau bayar.” Komentar Dae Young, Ji Woo tersenyum
bahagia mengeluarkan kartunya.
“Bukankah
kita harus memberikannya sekarang?” kata Ji Woo, Seo Yeon menyuruh kakaknya
diam saja.
Di luar
restoran, Sung Joo merasa kalau berpikir berlebihan karena Ji Seok tidak cukup
dekat untuk mentraktirnya di hari ulang tahunnya, bahkan bertemu dengannya
sekitar dua kali. Ji Seok mengaku Itu
sebabnya ini kesempatannya untuk mengenalnya lebih baik.
“Hei,
berikan padaku... Tanganmu terlalu kotor membawa boneka putih ini.” Kata Ji
Seok mengambil boneka dari tangan Byung Sam
“Sung
Joo, kau yang bawa dan Aku akan bawa kuenya.” Kata Ji Seok, Byung Sam mengaku
kalau Tangannya tidak kotor lalu menatap tanganya dan membenarkan kalau
tanganya memang kotor.
Menu
makanan, diantar diatas meja. Ji Woo merasa semua makanan enak dan ingin
memakanya. Seo Yeon menahan agar mau ambil foto dulu. Ji Woo mengeluh dan
bertanya apakah sudah selesai. Seo Yeon mencoba mengambil makanan dan juga
selfie dan kaget melihat ada Ji Seok dengan kue ulang tahun.
“Apa ini?
Kenapa kalian di sini?” tanya Ji Woo heran melihat ketiganya datang
“Kami
mendengarnya dari Dae Young. Bagaimana mungkin kami tidak merayakan ulang tahun
tetangga kami? Dan Seo Yeon, ini untukmu.” Kata Ji Seok memberikan kue ulang
tahun. Seo Yeon merasa tak suka mengajak kakaknya pergi.
“Duduklah...
Mereka di sini untuk mengucapkan selamat ulang tahun.” Kata Ji Woo, Seo Yeon
terlihat tak suka.
“Terima kasih.
Kenapa kalian tidak duduk dulu?” kata Ji Woo ramah. Ji Seok memberikan hadiah
boneka kelinci yang sedang trend.
Seo Yeon
terlihat makin kesal memegang boneka kelinci, tiba-tiba Dae Young dan pegawai
lainya keluar menyanyikan lagu “Selamat ulang tahun”. Ji Seok mengejek kalau Dae Young terlihat
seperti penyanyi K-pop. Dae Young menyanyi dengan wajah tertunduk malu,
sementara Seo Yeon bisa tersenyum bahagia melihat Dae Young menyanyikan selamat
ulang tahun.
Seo Yeon
dibandara memberikan paspornya. Petuas
melihat Seo Yeon sedang berulang tahun hari ini yaitu tanggal, 17 Juli
1985. Ia terlihat sangat narsis, sengaja
mengambil foto didepan pintu kedatangan lalu menuliskan caption “Aku akhirnya
di sini. Bandara Incheon. Sudah 12 tahun. Lama tidak bertemu Korea.”
Setelah
itu dengan wajah kesusahan, Seo Yeon mengangkat kopernya menaiki tangga lalu
melihat alamat di ponselnya "11-23, Gaji-ro, Eunpyeong-gu" lalu
mengedor pintu rumah seperti sangat marah.
“Kau
siapa?” tanya seorang pria mendekati Seo Yeon. Seo Yeon balik bertanya apakah
pria itu tinggal disini.
“Ya, tapi
siapa kau mengetuk pintu seperti itu.” Kata Si pria
“Apa Jung
Hyun Ah tinggal di sini? Dia lahir tahun 1985 dan belajar di luar negeri di
Amerika Serikat.” Kata Seo Yeon. Si pria heran dengan ucapan Seo Yeon
“Tidak
ada orang seperti itu di sini.” Kata pria itu langsung masuk ke dalam rumah.
Seo Yeon mengedor pintu kalau ingin memastikan rumahnya.
“Apa? Apa
dia berbohong tentang orang tuanya yang tinggal di sini juga?” keluh Seo Yeon
lalu memegang perutnya kalau tidak bisa makan apa-apa hari ini bahkan Hari ini
juga hari ulang tahunnya lalu mencari keyword “Restoran kimchi sujebi terkenal”
Seo Yeon
datang ke restoran, Kalguksu, sujebi, taoge gukbap dan melihat ada banyak
antrian. Ia melihat kalau restoran pasti sangat terkenal dan yakin
kalau nanti rasanya pasti enak.
Seperti
biasa, Seo yeon mengambil foto dan selfie didepan restoran dengan caption “Aku
menyukainya... Kimchi sujebi.”
Dae Young
melihat Ji Woo yang baru pulang kerja, Ji Woo heran karena Dae Young datang
bersama anjingnya. Dae Young menceritakan kalau anjing Ji Woo merengek dan
meminta jalan-jalan dan bertanya apakah ia boleh jalan-jalan bersamanya.
“Itu akan
sangat berterima kasih.” Kata Ji Wo dengan senang hati.
“Kenapa
dia sangat menyukaiku? Lagipula, aku tipe yang populer tanpa memandang spesies.
Apa Kau sudah makan malam? Aku merasa lapar karena diseret olehnya.” Kata Dae
Young
“Bagaimana
kalau kita makan ayam goreng dan bir?” ajak Ji Woo, Dae Young pun setuju.
Keduanya
duduk di luar tempat ayah goreng, Ji Woo membuatkan kembali campuran bir dan
soju. Dae Young melihat Ji Woo yang kehilangan
indera perasa, tapi keterampilan tangannya masih ada. Ji Woo memberitahu
campuran bir dan Soju adalah obatnya.
“Kalau
itu obat, akankah pikiranku yang rumit bisa dipecahkan saat aku meminum ini?”
kata Dae Young
“Kenapa
pikiranmu rumit?” tanya Ji Woo, Dae Young menceritakan kalau baru saja ditawari
pekerjaan.
“Kudengar
kau konsultan asuransi yang kompeten. Apa perusahaan lain menawarkan gaji yang
bagus?” ucap Ji Woo heran
“Ini bukan
tentang pekerjaanku saat ini. Perusahaan makanan ingin aku bergabung dengan
mereka sebagai pencipta. Aku punya blog bernama Let's Eat, dan mendapat respon
yang cukup bagus.” Cerita Dae Young
“Aku
tidak tahu kau melakukan hal semacam itu. Kau mengambil jurusan teknik, tapi pekerjaanmu
konsultan asuransi. Kau tergila-gila dengan sepak bola, tapi Apa kau sedang
membuat blog makanan?” komentar Ji Woo
“Itu
sangat tidak terduga. Apa nama blogmu lagi?” kata Ji Woo mengeluarkan
ponselnya. Dae Young menyebut nama “Let's Eat.” Dan Ji Woo mencari keyword.
“Apa ini?
Isinya semua piring dan mangiuk kosong.” Ucap Ji Woo binggung , Dae Young
mengaku kalau itu ciri khas blognya.
“Ini
jelas tidak biasa... Aku bisa bilang blogmu sangat populer.” Kata Ji Woo, Dae
Young mengaku kalau itu berkat Ji Woo.
Dae Young
menegaskan kalau Ji Woo yang membawa dalam hal hebat ini. Ji Woo mengulang
kata-kata Dae Young kalau itu berkat dirinya, maka minuman itu juga untuk teman
kuliahnya.
“Bukan
hanya ini... Mulai sekarang, aku akan mentraktirmu di semua jenis restoran yang
lezat. Aku akan membawa kembali langitmu untukmu” kata Dae Young, Ji Woo tak
prcaya mendengarnya.
“Benar...
Kalau begitu, ayo kita bersulang.” Dae Young lalu keduanya Bersulang.
Dae Young
terlihat sibuk dengan ponselnya sambil tersenyum, Ji Woo tak ingin menganggu
memilih untuk ke toilet dulu sebentar. Dae Young masih tetap menatap ponselnya. Ji Woo menatap
Dae Young berpikir kalau pasti sedang SMS dengan pacarnya.
Seo Yeon
akhirnya bisa masuk ke dalam restoran dengan semangkuk sujebi, lalu mengucapkan
“Selamat ulang tahun, Seo Yeon.” Dan melihat kalau terlihat Enak sekali. Seo
Yeon mulai makan setelah mengambil foto.
“Apa ini?
Kupikir di sini tempat paling enak. Tapi rasanya begitu saja.” Keluh Seo Yeon
seperti ingin makan seperti buatan ibunya.
Seo Yeon
keluar dari restoran, tiba-tiba seseorang memanggil namanya “Lee Seo Yeon. Seo
Yeon melihat seorang pria bertanya siapa, Woo Sun bertanya apakah Seo Yeon kenal
Choi Woo Young, kalau meminjam uangnya ketika berada di Amerika.
Akhirnya
Seo Yeon memilih untuk kabur dengan meninggalakan kopernya, bahkan hampir
tertabrak mobil. Tapi heelsnya malah terjebak di sela-sela hole. Woo Sun
akhirnya datang dengan kopernya karena tersangkut dengan mengejek kalau
Ternyata Seo Yeo itu gadis yang kabur tanpa
membayar uangnya.
“Aku
tidak tahu apa yang kau bicarakan.”kata
Seo Yeon mencoba mengelak.
“Yang
meminjamkan uang padamu itu sepupuku. Dia perlihatkan padaku foto-foto SNS-mu dan
bilang kalau kau lari ke Korea. Aku menjawab seseorang yang melarikan diri tidak
akan meninggalkan jejak di media sosial seperti ini.” Jelas Woo Sun
“Melihat
bagaimana kau mencoba untuk berlari setelah kau melihatku, kau mungkin
benar-benar tidak membayarnya kembali.” tegas Woo Sun.
“Apa
maksudmu? Aku juga korban. Teman bisnisku kabur dengan uang itu, jadi aku di sini
untuk mendapatkan dia juga. Aku belum menangkapnya, jadi lari karena dorongan
hati.Jika aku benar-benar tidak akan membayarnya kembali, kenapa aku memposting
foto di akun media sosialku seperti yang kau bilang? Jelas Seo Yeon
“Kenapa
kau tak katakan itu padanya? Aku hanya diminta untuk menangkapmu.” Kata Woo
Sun.
Seo Yeon
panik karena Woo Sun akan video call,
Woo Sun memberitahu kalau sudah menangkap Lee Seo Yeon. Woo Young
meminta Woo Sun agar Jangan biarkan Seo Yeon untuk pergi sekarang. Woo Sun
heran melihat Woo Young seperti kesusahan dalam bernafas.
“Kurasa
aku akan melahirkan... Aku akan ke sana setelah aku pulih. Sampai saat itu...”
kata Woo Young dan langsung menutup
ponselnya.
“Apa
sudah waktunya melahirkan?” tanya Woo Sun binggung, Seo Yeon mengaku kalau perutnya semakin
membesar saat terakhir melihatnya.
“Kau
tinggal di mana?” tanya Woo Sun. Seo Yeon mengaku belum mencarinya.
“Apa Kau
bahkan tidak membuat reservasi menginap sebelum datang ke sini?” keluh Woo Sun,
Seo Yeon mengaku kalau Itu karena terburu-buru.
Seo Yeon
melihat kalau hotelnya terlihat bagus. Pegawai bertanya apakah Seo Yeon ingin
menghabiskan satu malam atau beberapa jam. Seo Yeon menjawab kalau Satu malam.
Pegawai memberitahu totalnya 60,000 Won. Seo Yeon melihat dompetnya dan uangnya
ga cukup.
“Pria itu
harus membayar seperti ini.”kata
pegawai. Woo Sun menegaskan kalau mereka bukan sepasang kekasih.
“Bisa
pinjamkan aku uang? Aku sudah pernah bilang. Teman bisnisku mengambil semua
uangku dan kabur, jadi aku bangkrut. Aku menghabiskan apa yang kumiliki dan
nyaris membeli tiket penerbangan ke sini.” Rengek Seo Yeon, akhirnya Woo Sun
membayarkan hotel untuk Seo Yeon.
“Apa Kau
mau membantu bawakan tasku? Wah... Kau baik sekali.” Komentar Seo Yeon melihat
Woo Sun mengangkat kopernya.
“Kenapa
aku melakukan itu? Aku mengambil koper ini dan kembali besok. Ini satu-satunya
cara agar kau tidak lari lagi.” Tegas Woo Sun.
“Itu
tidak benar. Kau tidak bisa memutuskannya sendiri.” Keluh Seo Yeon
“Aku akui
kau itu menjengkelkan, tapi sepupuku akan sangat marah. Jadi jangan ke
mana-mana.” Tegas Woo Sun lalu keluar dari hotel.
Seo Yeon
mengeluh Woo Sun itu pemarah, akhirnya memilih untuk kabur dengan naik taksi.
Sopir taksi bertanya kemana akan pergi. Seo Yeon binggung kemana harus pergi.
Si sopir binggung, Seo Yeon mengaku
tidak punya uang jadi meminta agar menyetir saja karena akan bayar nanti.
Sopir langsung melirik sinis, Seo Yeon pun akhirnya turun dari taksi dan
kembali ke kamar hotel dengan wajah lelah membaringkan tubuhnya, tidak percaya
datang ke korea tanpa rencana.
Woo Sun
akhirnya sampai rumah, Woo Young bertanya keberadan Seo Yeon. Woo Sun berpikir
tak perlu khawatir karena Seo Yeon memasuki sebuah motel. Woo Young panik
karena bisa saja akan melarikan diri. Woo Sun memberitahu kalau Semua barangnya
ada bersamanya jadi tidak bisa pergi.
“Pastikan
dia tidak pergi ke mana-mana. Aku akan melahirkan dan akan berada di sana dalam
dua minggu.” Kata Woo Young
“Apa Dua
minggu? Kau bercanda?” keluh Woo Sun,
“Uang
yang dia curi juga kau punya. Dan juga, suamiku tidak tahu tentang ini. Jika
dia tahu, dia akan menceraikanku.” Tegas Woo Young
“Mengancamku
tidak akan berhasil.” Tegas Woo Sun akhirnya Wo Young mengatakan kalau
mengalami kontraksi dan Bayinya akan keluar lalu menutup ponselnya. Akhirnya
Won Sun kesal menendang koper Seo Yeon dengan kesal.
Ji Woo
terlihat lesu sarapan dengan Corn flakes, lalu teringat ucapan Dae Young “Mulai
sekarang, aku akan mentraktirmu di semua jenis restoran lezat. Aku akan membawa
kembali langitmu untukmu.”
“Apa itu
canggung untuk mengajaknya makan bersama ketika dia punya pacar? Aku juga tidak
punya motif tersembunyi. Tapi Aku hanya ingin makan bersama.” Kata Ji Woo
Akhirnya
Ji Woo mengirimkan pesan untuk Dae Young, “Goo Dae Young, kau sudah makan?
Kalau belum, kenapa tidak bergabung denganku?” Tapi tak ada balasan apapun,
sambil mengeluh Dae Young yang membacanya, tapi tidak membalas SMS.
Terdengar
teriakan dari luar, Ji Woo bergegas
keluar dari rumah. Dae Young mengajak pergi Karena sedang panas, jadi makan
naengmyeon. Ji Woo mengajak untuk makan babi rebus. Dae Young pun setuju, Ji
Woo mengatakan kalau akan menemui di luar dalam 10 menit.
Seo Yeon
heran dengan Won Sun yang mendatangi di hotel. Won Seun memberikan koper Seo Yeon menyuruh pergi saja
dan akan beri tahu sepupunya kalau Seo Yeon kabur dan memperingatkan agar
jangan bermain social media lagi.
“Sepupuku
akan merengek padaku lagi setelah melihat jejakmu.” Tegas Won Sun lalu berjalan
pergi
“Kenapa
dia tiba-tiba berubah pikiran? Tapi Lagipula aku akan pergi.” Kata Seo Yeo lalu
memeriksa kopenya dan melihat kalau ada sesuatu yang hilang.
Won Sun
baru keluar dari parkiran, tiba-tiba Seo Yeon menghadangnya dan langsung masuk
ke dalam mobil. Won Sun binggung dengan yang dilakukan Seo Yeon. Seo Yeon
menegaska kalau ia yang harusnya bertanya, karena Won Sun yang menyuruh pergi setelah
mencuri paspornya.
“Aku
tidak mencuri apa pun, jadi Carilah lagi.” Ucap Won Sun. Seo Yeon mengaku sudah
mencarinya.
“Apa
Yakin kau cari dengan teliti? Mungkin kau kehilangannya saat temanmu lari.”
Kata Won Sun. Seo Yeon menegaskan kalau Won Sun bisa melihatnya dengan membuka
semua kopernya.
“Apa
terjatuh di rumahku?” pikir Won Sun karena sempat menendang koper Seo Yeon
Seo Yeon
langsung mencari paspor diseluruh ruangan dan menemukan paspornya dibawa kursi.
Lalu tersadar dengan rumah Woo Sun sangat besar dan mewah. Won Sun menyuruh Seo Yeon agar pergi kalau sudah
menemukannya,
“Kau
tinggal sendiri di rumah besar ini?” kata Seo Yeon, Won Sun membenarkan.
“Jika aku
pergi sekarang, aku akan menjadi orang yang mencuri uang. Aku ingin membuktikan
ketidakbersalahanku, jadi biarkan aku mencari temanku di bawah pengawasanmu
sampai sepupumu datang selagi aku tinggal di sini.” Ucap Won Sun merayu dengan
tangisan.
“kau
bilang "Selagi tinggal di sini"? Apa yang kau sarankan itu sama tak
masuk akalnya dengan air mata palsu itu” komentar Won Sun sinis
“ Kenapa
tak masuk akal saat kau punya banyak kamar di sini? Aku yakin ada kamar kosong.”komentar
Seo Yeon
“Bukan
itu masalahnya... Tapi...” kata Won Sun dan melihat ponselnya berdering
terlihat nama “Sepupu”
Won Young
mengomel karena Won Sun tidak mengangkatnya, karena itu sangat sulit baginya
dan memperlihatkan anaknya dengan meminta agar memberikan salam pada pamannya.
Won Seun memberikan selamat atas bayi sepupunya.
“Jangan
bilang kau bersama dengan Lee Seo Yeon. Apa Kau mau membuat keponakanmu tumbuh dengan
orang tua yang bercerai?” kata Won Young
“Sajang-nim!...
Selamat atas bayimu! Tunggu saja sampai aku. mendapatkanmu dengan tanganku.”kata
Seo Yeon sengaja memperlihatkan wajahnya pada video.
“Sajang-nim,
aku setuju untuk tetap di bawah pengawasannya sehingga aku bisa membayar
kembali setiap sennya, jadi jangan khawatir.” Kata Seo Yeon .
Won Sun
mengaku bukan seperti itu. Won Young meminta tolong agar melakukan dengan
mengawasi Seo Yeon sampai kembali ke Korea dalam waktu dalam 10 hari. Seo Yeon
seperti senang bisa tinggal di rumah yang mewah.
Ji Woo
berbicara dengan seniornya mengucapkan Terima kasih sudah mengambil shiftnya
hari ini jadi akan mentraktir makanan yang enak untuk menggantinya. Ia sibuk
melihat blog Dae Young kalau belum pernah ke salah satu restoran lalu keluar
dari rumah.
“Dae
Young! Goo Dae Young!” teriak Ji Woo dan melihat Dae Young kelaur dari rumah
dengan sebuket bunga
“Apa kau
Mau ke suatu tempat?” ucap Ji Woo, Dae Young membenarkan. Ji Woo ingin tahu
kapan Dae Young akan kembali
“Apa Kau
mau makan malam denganku?” tanya Ji Woo, Dae Young mengatakan akan keluar kota,
jadi akan pulang terlambat dan berpikir kalau akan pergi mungkin lain kali.
“Dia pasti
pergi menemui pacarnya.” Ucap Ji Woo melihat Dae Young dengan sebuket bunga.
Ji Woo
akhirnya berbicara dengan anjingnya,
memastikan kalau akan baik-baik saja karena hanya ingin makan bersamanya
dan juga bukannya tidak tahu tentang pacarnya. Lalu mengangkat telp dan
wajahnya terlihat kaget dan akan segera ke sana.
Seorang pelayan
mengeluh dengan dapur yang berantakan karena banyak sekali yang mau dikerjakan.
Ji Woo tertunduk meminta maaf. Seorang
pria berkomentar kalau Ini bukan sesuatu yang bisa dimaafkan, karena sudah
memberitahu terakhir kali.
“Jika dia
terus menyebabkan masalah ini, kami tak bisa memilikinya.” Kata Pria. Ji Woo
kembali meminta maaf.
“Tapi
jika pusat perawatan merawat pasien dengan baik, masalah seperti itu tidak
akan...” kata Ji Woo
“Permisi...Apa
Kau sedang menyalahkan kami sekarang? Kau sadar bahwa kami bisa merawat pasien sampai
tingkat tertentu. Kau seorang perawat, jadi tidak seharusnya kau mengatakan
itu.” Keluh Pria.
“Maaf. Aku
tidak bermaksud seperti itu. Lalu Apa ibuku baik-baik saja?” kata Ji Woo.
Ji Woo
masuk melihat ibunya lalu dengan senyuman menyapa memanggil Mi Sook. Ibu Ji Woo
senang karena sudah lama sekali jadi hampir lupa wajahnya, Ji Woo mengaku kalau
sibuk mendukung hidupnya lalu menanyakan keadaan ibunya.
“Kudengar
Anda menyebabkan kebakaran lagi. Sudah kubilang jangan dekat-dekat dengan
dapur. Coba lihat, Pakaian Anda juga berantakan.” Ucap Ji Woo
“Kukira
mereka memberitahuku padamu. Orang-orang itu... Putriku akan pergi piknik
besok, jadi aku ingin menyiapkan beberapa bahan untuk membuat gimbap. Aku sudah bilang, kalau punya anak perempuan yang
namanya sama dengan namamu.” Ucap Ibu Ji Woo yang terkena demensis.
“Berapa
umur anak perempuan Anda?” tanya Ji Woo, Ibu menjawab kalau anaknya masih kelas
dua.
“Agar dia
tidak diejek karena tidak punya ayah, aku akan membuat kotak makan siang yang
besar. Aku akan memanggang ham dan ayam goreng juga.” Ucap Ibu Ji Woo
Ji Woo
menganguk mengerti, kalau akan
menyiapkan semuanya untuknya. Jadi jangan khawatir dan istirahat saja. Ibu Ji
Woo menegaskan kalau ingin melakukannya
sendiri dan akan pergi ke dapur lagi saat petugas tidak ada. Ji Woo kesal
ibunya yang pergi ke dapur.
“Anda
selama ini bekerja di dapur. Apa Anda tidak bosan?” kata Ji Woo kesal
“Ji Woo,
kenapa kau tiba-tiba marah? Sudah Lupakan. Itu bukan urusanmu, jadi pergilah.” Kata
Ibu Ji Woo merengek marah
“Maaf, Mi
Sook... Maafkan aku. Jangan seperti ini, dan ayo jalan-jalan. “ kata Ji Woo
merayu.
Keduanya berjalan
dengan cuacanya yang sangat bagus. Ibu Ji Woo bertanya apakah Ji Woo tidak
pacaran dengan siapa pun dan tetap bisa bergaul di akhir pekan. Ji Woo terlihat binggung, Ibu Ji Woo merasa
kalau mereka itu seumuran, tapi sudah punya anak perempuan yang masih remaja.
“Aku
tidak bisa.” Ucap Ji Woo, Ibu Ji Woo bertanya kenapa Ji Woo tak bisa.
“Bagaimanapun,
ini bukan waktunya bagiku untuk pacaran. Tidak ada waktu yang tepat untuk
berpacaran dengan seseorang. Kau harus pacaran dengan seseorang lalu cepatlah
menikah, dan juga harus punya anak.” Jelas ibu Ji Woo
“Oh iya.
Apa bagus untuk melakukan semua itu? Anda bekerja keras saja.” Ucap Ji Woo
memegang tangan ibunya.
“Tetap
saja, ini bagus... Memang Sulit ketika aku bekerja, tapi aku merasa bahagia setiap
kali aku melihat putriku. Itulah satu hal yang tidak kusesali dalam hidupku.” Kata
Ibu Ji Woo, akhirnya Ji Woo memeluk erat ibunya.
Dae Young
pergi ke Rumah Pemakaman Sungsim, teringat kembali kenangan.
Flash Back
Dae Young
pikir bisa mengantar Soo Ji pulang. Soo Ji merasa tak perlu karena Dae Young
besok harus kerja dan akan meneleponmu saat sampai. Dae Young pun melepas Soo
Ji menaiki bus dari Seoul ke Sejong. Keduanya saling melambaikan tangan,
mengucapkan salam perpisahan.
“Aku akan
menemuimu akhir pekan depan. Ayo kita makan kepiting kecap asin.” Kata Dae
Young sambil mengemudikan mobilnya, Soo Ji terlihat bahagia.
“Aku akan
mencari tempat yang lezat.” Kata Soo Ji, Dae Young menyuruh Soo Ji untuk tidur
karena pasti lelah dan menelpnya saat sampai. So Ji juga meminta Dae Yong agar
berhati-hati pulang.
Tiba-tiba
Dae Young dikagetkan dengan truk yang hampir menabraknya, lalu bisa
menghindarinya. Dengan wajah panik memanggil Soo Ji dari ponselnya, tapi tak
ada sahutan. Soo Ji sudah tergeletak di jalan dengan luka parah, dan ponsel
tergeletak di jalan.
Dae Young
berdiri didepan tempat abu, dengan foto Soo Ji bersama dirinya yang memegang
cincin pertunangan. Tertulis “Baek Soo Ji, 1985 – 2016” lalu menaruh bunga
untuk mantan pacarnya.
Dae Young
pulang kerumah kaget melihat Lee Seo Yeon datang kerumahnya. Seo Yeon mengeluh
Dae Young kemana saja karena tak menjawab telpnya karena menunggu lama. Dae
Young binggung kalau Seo Yeon menunggu dirinya bukan Ji Woo.
“Kau
bilang Ji Woo?” ucap Seo Yeon bingggung. Saat itu Ji Woo datang dan Dae Young
memanggilnya Seo Yeon dan Ji Woo saling menatap sinis seperti masih memendam
amarah. Dae Young yang melihatnya terlihat binggung.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar