Daging
sapi dipanggang di atas pengorengan, seorang tangan terampil mulai memasak
spaghetti dengan kerang. Terlihat seorang wanita memeluk suaminya bertanya,
sedang membuat apa. Ternyata iklan sebuah artis di televisi, Koo Dae Young
berbaring dengan wajah tanpa gairah lalu terdengar suara mengetuk pintu.
“Siapa?”teriak
Dae Young, Suara wanita memberitahu kalau Pemilik kontrakan. Akhirnya Dae Young
membuka pintu.
“Ada apa
kemari?”tanya Dae Young. Si bibi mengaku
penasaran kapan Dae Young akan pindah.
“Kemarin
ada orang yang datang melihat-lihat rumah.Apa Kau sudah mencari rumah baru?”
tanya Bibi
“Aku akan
mencarinya dan menelepon Anda.”kata Dae Young dengan wajah lesu.
“Kenapa
kau masih menyeret kakimu saat kau harus pindah akhir bulan ini Asal tahu saja aku
akan membiarkan penyewa baru pindah saat keputusan sepakat.” Jelas Si bibi. Dae
Young menganguk mengerti.
Dae Young
seperti sedang kehilangan gairah lalu membaringkan tubuhnya kembali di sofa.
Dae Young
menopang dagunya, dan tanganya sibuk mencari situs “Real Estate di
Sinsa-dong”. Seniornya datang menyindir
Dae Young seharusnya melakukan penandatanganan klien baru daripada harus
melakukan urusan pribadi. Dae Young langsung menutup layar dan meminta maaf.
“Goo Dae
Young.. kenapa denganmu akhir-akhir ini? Kau menghabiskan sebagian hari-harimu di
dalam rumah dan tidak menemui klien. Aku berpegang teguh padamu setelah
mendengar kau konsultan asuransi utama, tapi tahun ini malah jadi yang
terburuk. Jadi Bekerjalah lebih baik.” Ucap seniornya.
Dae Young
pun hanya bisa terdiam, Saat itu Chan Soo mantan tetangganya di tempat yang
dulu datang menyapa Dae Young. Keduanya pun akhirnya bertemu di lorong gedung.
Dae Young
bertanya tujuan Chan Soo datang ke tempatnya
Chan Soo mengaku kalau datang ke tempat itu dan ingat Dae Young akan
mentraktirnya. Dae Young tersenyum bahagia karena Chan Soo datang tepat waktu.
“Coba
Lihatlah kau. Kehidupan kampusmu pasti menyenangkan. Mungkin karena kau tidak
perlu khawatir.” Komentar Dae Young
“Tentu.
Anak sekolahan juga punya banyak urusan. Ngomong-ngomong, aku lapar. Apa ada
restoran bagus di sekitar sini?” ucap Chan Soo
“Ada,
tentu ada.” Kata Dae Young dengan wajah bersemangat.
Chan Soo
sudah duduk di restoran mengeluh Dae Young yang mengajaknya pergi ke restoran
itu padahal hanya makan ikan saja. Dae Young kembali gayaynya sebagai yang ahli
makananan, tak setuju kalau makan ikan sama saja.
“Lalu kau
kenapa repot-repot keramas ketika tidak berbuat apa pun untuk membuatmu tampan?
Croaker bukanlah ikan yang bisa dibuang begitu saja. Menurut "The Sejong
Chronicles", makanan itu dimasak untuk meredakan musim panas bagi raja dan
rakyat jelata.” Jelas Dae Young dengan chef memotong ikan
“Croacker
bertelur mulai bulan Juli, jadi di sinilah mereka merasakan yang terbaik dan
bergizi. Dan Juga, tidak ada yang perlu dibuang. Isi perutnya acar, telurnya
disisihkan untuk membuatnya atau direbus, lalu Untuk tulang sama saja.” Jelas
Dae Young
“Tulang
ikan lainnya cuma menambahkan sentuhan rasa lebih baik untuk kaldunya, tapi
tulang-tulang croaker membuat kaldu yang kaya akan zat gizi seperti kaldu
daging sapi.” Kata Dae Young dengan memperlihatkan chef yang memasukan daging
ikan ke lemari es.
“Kenapa
harus didinginkan? Bukankah seharusnya ikan mentah disajikan tepat setelah
diolah?” kata Chan Soo
“Kau tak
paham, ya? Itu harus didiamkan dulu. Proses itu akan menyebarkan asam amino
dalam ikan fillet. Dengan begitu, rasanya akan tambah enak.” Jelas Dae Young
Sepiring
sashimi pun ditaruh diatas meja, Dae Young menyuruh Chan Soo agar mencoba
dagingnya lebih dulu, karena Lemak dan lembut dalam daging akan mencairkan
semua kekhawatirannya. Chan Soo mulai mencoba wajahnya terlihat bahagia karena
langsung Meleleh di mulutnya.
“Cobalah
makan sashimi dan kimchi. Pasti rasanya enak... Kau akan terkejut.” Kata Dae
Young mulai memakan bersamaan dengan kimchi. Chan Soo pun mulai merasakan
nikmatnya potongan ikan dan kimchi.
“Ini
Sangat Enak parah... Apa Kau sering
memakan ini?” ucap Chan Soo sangat terlena dengan makanan sashimi.
“Dimakan
dengan chojang... Kau bisa Coba makan bersama kulit croaker.” Kata Dae Young.
Keduanya merasakan makanan yang sangat enak.
“Kenapa
tak makan bola-bola ini? Orang bilang harga croaker ini berasal dari bola-bola
mereka. Jadi maksudnya kau bisa makan croaker hanya setelah makan bola-bola
ini.” Kata Dae Young
“Tapi
bentuknya terlihat aneh.” Ucap Chan Soo melihat bentuk isi ikan.
“Apa? Kau
bilang Bentuknya terlihat aneh? Bola-bola ini...” kata Dae Young ingin mulai
menganalisi. Chan Soo mengeluh kalau mulai lagi.
“Satu
kalimat sudah cukup, Pokoknya itu baik untuk pria.” Jelas Dae Young. Chan Soo
langsung memakannya.
“Ngomong-ngomong,
aku penasaran dengan ini. Sejak kapan kau mulai
bercerita selama waktu makan? Kau bilang, "Apa, kau mau aku makan makanan
apa yang kau traktirkan padaku,” sejak kau belajar bicara banyak begini?” tanya
Chan Soo bisa mengikuti cara bicara Dae Young.
“Tidak
mungkin... Aku mulai melakukan ini...” kata Dae Young lalu terdengar suara
benturan dan rem mobil di luar restoran.
Semua
bertanya apa yang terjadi diluar, semua berpikir terjadi kecelakaan hebat. Chan
Soo melihat ke arah luar, sementara Dae Young hanya bisa terdiam mengingat
kejadian yang lalu.
Flash Back
Dae Young
mengemudikan mobilnya, sambil menelp kalau hampir sampai, lalu tiba-tiba lampu
mobil menyilaukan wajahnya yang membuatnya terkejut.
Semua
orang yang melihat kecelakan di luar kalau keadaanya cukup serius. Chan Soo
mengajak Dae Young agar keluar dan melihatnya. Dae Young sempat terdiam tapi akhirnya mengikuti Chan Soo.
Tabrakan
beruntun terjadi di jalan raya, Semua orang hanya melihat kala ada beberapa
yang terluka parah dan mereka berpikir kalau harus memanggil ambulans. Chan Soo
tak percaya melihat kecelakaan didepanya,
Lee Ji
Woo baru mengajak jalan-jalan anjingnya, lalu melihat kecelakan langsung
mengikat anjingnya dan berlari membantu pria dengan luka di tanganya dan
langsung menghentikan darah lebih dulu dan tak bergerak sampai ambulance
datang.
Terdengar
suara jeritan anak perempuan, memanggil ayahnya. Ji Woo melihat pengemudi yang belum juga
sadar dan meminta agar segera mengeluarkan dari mobil. Ia langsung membuka baju
pria dan terlihat alat pacu jantung.
“Apa dia
mendapat operasi aritmia?” tanya Ji Woo, si anak membenarkan. Akhirnya Ji Woo memberikan
CPR dengan menekan bagian dada, saat itu ambulance datang.
“Pasien
ini menderita aritmia dan Alat pacu jantungnya rusak. Jantungnya berhenti
selama sekitar tiga menit. Anda harus cepat membawa pasien ini ke rumah sakit
terlebih dahulu.” Jelas Ji Woo
“Apa Anda
dokter?” tanya petugas, Ji Woo mengatakan kalau ia perawat lalu ikut ke dalam
ambulance.
Dae Young
hanya terdiam, sampai akhirnya disadarkan oleh Chan Soo yang terus
memanggilnya. Chan Soo bertanya apakah
Dae Young masih belum selesai dengan kecelakaan itu. Dae Young hanya diam, Chan
Soo mengaku kalau tadi melihat Dae Young yang tampaknya bertingkah aneh di
kantor.
Tiba-tiba
Chan Soo melihat anjing yang menyebrang jalan,lalu berlari ke arah Dae Young.
Dae Young pun tak bisa kabur saat anjing datang menyerangnya. Chan Soo langsung
berteriak panik meminta pertolongan.
“Tolong
kami. Anjing ini menyerang temanku. Polisi!” teriak Chan Soo.
“Hei...
Aku tidak apa-apa... Kenapa dengan anjing ini?”kata Dae Young melihat anjing
yang terus menjilat wajahnya.
“Siapa
orang bodoh yang membiarkan anjingnya lepas?” keluh Chan Soo
“Pemilik
anjing masuk ambulans dan menuju ke rumah sakit.” Kata Seorang wanita yang baru
menyeberang jalan
Di rumah
sakit
Dokter
memberitahu Berkat pertolongan pertama Ji Woo maka ayahnya itu bisa selamat. Si
anak mengucapkan Terima kasih. Ji Woo pikir tak masalah karena memang sedang
jalan-jalan saat itu lalu teringat dengan anjingnya yang di tinggal dipinggir
jalan.
“Pemiliknya
belum datang. Aku tak bisa minggat begitu saja.” Kata Dae Young menelp Chan Soo
dengan tangan yang masih memegang tali anjing.
“Hei.. Di
mana rumahmu? Apa Dekat dari sini?” tanya Dae Young, Anjingnya seperti mengerti
dan langsung berlari, menarik Dae Young.
Saat itu
Ji Woo berlari melihat anjingnya dan langsung memeluk lalu meminta maaf karena
pasti terkejut. Ia melihat Dae Young langsung mengucapkan Terima kasih. Dae
Young melihat wajah si wanita, menyebut nama Lee Ji Woo, begitupun juga
sebaliknya.
“Woah,
sudah lama sekali. Bukankah ini pertama kalinya sejak masih kuliah?” kata Dae
Young. Ji Woo berpikir seperti itu.
“Aku tak
tahu kita akan saling bertemu begini... Senang sekali melihatmu.” Kata Dae
Young mengulurkan tanganya.
“Apa Itu
anjingmu?” tanya Dae Young,Ji Woo menganguk lalu bertanya apakah Dae Young yang
menjaga anjingnya. Dae Young membenarkan, lalu Ji Wo meminta agar memegang tali
anjingnya.
“Ini
Kebetulan sekali.” Komentar Ji Woo seperti senang melihat Dae Young
“Kau
sudah banyak berubah dan tak bicara pakai logat lagi. Kau sekarang jadi orang Seoul. “ komentar Dae
Young melihat Ji Woo
“Kau
memang banyak berubah. Kau selalu mengenakan pakaian berkeringat, jadi aku tak
membayangkan kau akan memakai jas semacam ini. Apa itu nyata?” kata Ji Woo
“Aku tak
pernah memakai pakaian itu.” Kata Dae Young mengelak.
“Pernah, Bahkan saat kita pertama kali bertemu, kau
malah memakai baju olahraga biru itu. Baju di bahumu kusut dan ada noda kimchi
juga. Bahkan Kau setiap hari memakainya.” Kata Ji Woo masih mengingatnya.
“Ini
sudah 14 tahun, tapi jangan mengada-ada. Ayo kita minum teh. Tapi, apa ada kafe
yang bisa membawa anjing?” ucap Dae Young. Ji Woo memikirkanya.
Anjing Ji
Woo sudah duduk diam dalam sebuah restoran, Ji Woo duduk dimeja cafe dan
menatap Dae Young sedang mesan kopi, seperti senyumanya tak bisa menahanya. Ia
menatap ke arah cermin dan panik karena tidak make-up hari ini lalu ingin
mengikat rambutnya, Dae Young melihat Ji Woo sedang merapihkan rambut. Ji Woo
dengan malu-malu langsung menurutkan tanganya.
“Jadi kau
tinggal di lantai atas?” tanya Dae Young, Ji Woo membenarkan.
“Dia
anjing besar.Aku tak bisa menjaganya di apartemen.” Jelas Ji Woo
“Berkat
dia, kau bisa tinggal di rumah yang bagus. Ada halaman dan kafe yang manis di
bawah sini. Jadi kau mengerjakan apa belakangan ini?” tanya Dae Young
“Aku
bekerja di divisi pulmonologi.” Ucap Ji Woo. Dae Young mengingat kalau Ji Woo belajar
keperawatan.
“Aku tak
kepikiran bahwa itu bisa mempertimbangkan kesabaranmu.” Komentar Dae Young
“Memang
Kesabaranku kenapa? Aku ini perawat yang baik. Lalu, kau mengerjakan apa selama
ini?” tanya Ji Woo
Dae Young
memberikan kartu namanya, Ji Woo membacanya “Koo Dae Young, Konsultan Asuransi
Keuangan” lalu menatap heran karena Dae Young belajar teknik mesin, tapi
pekerjaannya adalah konsultan asuransi. Dae Young juga masih tak yakin.
“Apa Kau
sudah menikah?” tanya Dae Young, Ji Woo mengelengkan kepal dan bertanya balik.
“Ahh... Ternyata
sudah.” Komentar Ji Woo melihat cincin yang dipakai Dae Young
“Sebenarnya
belum.” Akui Dae Young, Ji Woo seperti senang mengetahui Dae Young yang masih
sendiri. Dae Young pikir seperti itu.
“Aku
bekerja malam, jadi harus pergi. Kita kapan-kapan makan bersama.” Kata Ji Woo.
Dae Young
naik mobil meminta agar Ji Woo menelpnya, anjingnya terus mengonggong melihat
Dae Young pergi. Ji Woo meminta berhenti karena Dae Young yang tidak mengenali
anjingnya dan membuat malu.
Dae Young
mengemudikan mobil melihat iklan dalam sebuah bus, ("Untuk Pria Tua" - Pembawa Acara
oleh Ahn Jung Hwan dengan wajah tambunnya) Pikiran melayang mengingat sesuatu.
Flash Back
Pertandingan
sepak bola di TV, Ahn Jung Hwan. bermain baik dengan timnya di liga Jepang. Dae
Young dengan kamarnya yang sempit sedang asik menonton TV, memberitahu kalau Ahn Jung Hwan Mencetak Skor pada
Pertandingan Pembukaan Musiman.
Dae Young
lalu melihat jam di kamarnya, panik karena akan terlambar dan langsung
mengambil jaketnya lalu keluar dari rumah. Terlihat kalender di kamarnya, bulan
Maret 2004.
Suasana
kampus terlihat sangat bahagia, banyak yang menari ditaman dan bermain gitar.
Dae Young berjalan melewati banyak stand club, wajahnya tersenyum bahagia
suasana kampus, lalu pesan masuk ke dalam ponselnya.
“Jurusan Teknik Mesin, Pesta Penyambutan
Mahasiswa Baru, Bertempat: Drunk or Die Pub”
Semua
anak berkumpul dalam restoran yang menyediakan pancake gurih, sup kue ikan,
Soju. Ketua Jurusan Teknik mesin mengajak semua angota untuk mengangkat gelas
mereka, semnya mengikuti dan mengajak untuk bersulang Jurusan Teknik Mesin!
“Perhatian,
semuanya. Mahasiswa baru akan bergantian memperkenalkan diri dan kosongkan
gelas setelah itu, oke?” ucap Ketua Jurusan dan menyuruh Dae Young memulainya.
“Halo
semua, aku mahasiswa baru Goo Dae Young. Senang bertemu kalian!” ucap Dae Young
“Apa Kau
ada saudara perempuan?” tanya seniornya. Dae Young menjawab tidak ada. Semua
langsung mengeluh dan Dae Young pun meminum bir dan kembali duduk.
“Halo
semuanya. Aku mahasiswa baru Bae Byeong Sam... Untuk negara kita... Kemajuan
teknologi...” ucap Byung Sam, seniornya seperti tak peduli hanya ingin tahu
apakah mereka punya adik atau kakak perempuan.
Byung Sam
mengelengkan kepala, Semua seniornya hanya bisa mengeluh dan menyuruh duduk
saja. Kim Jin Seok berdiri dan memperkenalkan namanya, seniornya menanyakan hal
yang sama, apakah memiliki saudara
perempuan.
“Aku punya
tiga saudara laki-laki. Aku lahir di antara para lelaki, menghadiri sekolah
hanya untuk anak laki-laki. Di kampus juga sama, jadi jika kalian kasihan
padaku...” ucap Jin Seok, semua seperti tak peduli mengajak mereka minum saja.
Jin Seok akhirnya kembali duduk.
“Halo,
namaku Lee Sung Joo. Aku tidak punya saudara perempuan, tapi aku kenal banyak
perempuan.” Ucap Sung Joo memperlihatkan ponselnya dan semua pria langsung
mengerbungi Sung Joo.
“Lee Sung
Joo.. Kau sekarang adikku.” Teriak para senior ingin dekat juniornya agar bisa
mendapatkan seorang wanita.
Akhirnya
3 pria lainya memilih untuk minum, Jin Seok bertanya pada Dae Young,lulusan SMA
mana. Dae Young menjawab dari SMA Namyangju. Byung Sam tak percaya karena
jaraknya jauh dan terasa lelah sampai di kampus. Dae Young mengaku kalau
sengaja menyewa rumah didekat kampus.
“Apa Kami
boleh datang ke rumahmu?” tanya Jin Seok
“Tentu
saja. Aku secara resmi mengundang kalian.” Kata Dae Young penuh semangat.
Mereka pun mulai bersulang.
Dae Young
tertidur dan terbangun dengan tendangan diwajahnya, lalu tersadar kalau semua
temanya sudah tertidur karena mabuk. Lalu saat turun dari tempat tidur, Dae
Young dikagetkan dengan Ji Seok yang berbaring hanya mengunakan boxer. Byung
Man pun terbangun bertanya ada apa.
“Aku
bertanya. Kalian sedang apa di sini?” tanya Dae Young heran.
“Sekarang
aku terbangun dan Aku akan menemuimu di kampus nanti. Terima kasih sudah mengizinkanku
menginap.” Ucap teman Dae Young lalu keluar dari kamar.
“Hei...
Kenapa kau telanjang dada?” keluh Dae Young, Ji Seok mengatakan merasakan
panas.
“Aku mau
muntah. Apa Kau punya sup pereda mabuk?” ucap Ji Seok, Byung Man pun bertanya
apakah punya ramyeon
“Ya,
tapi...bukankah seharusnya kau masuk kelas fisika?” ucap Dae Young, Ji Seok
meminta agar titip absen begitu juga Byung Man, Akhirnya Dae Young berangkat ke
kampus sendiri.
Dae Young
pulang kerumah melihat kalau semua temanya sudah pulang. Ji Seok keluar dari
kamar mandi menyapa Dae Young yang baru pulang, Byung Man pun terbangun setelah
menutupi wajahnya dengan selimut, menyapa Dae Young yang cepat pulangnya.
“Kenapa
kalian masih di sini?” keluh Dae Young, Ji Seok mengatakan mereka harus
habiskan soju yang dibeli kemarin.
“Tapi
tidak ada camilan. Apa Kau membelinya?” ucap Byung Man, Sung Joo datang dengan
memberikan cemilan. Dae Young mengeluh teman lainya yang datang lagi. Semua
bersemangat untuk kembali minum.
Saat itu
terdengar suara dari luar jendela, Dae Young mengeluh pada paman yang mabuk dan
buang air kecil di dinding. Tapi Ji Seok melihat milik paman itu besar sekali.
Byung Man mengeluh kalau dianggap milik paman itu besar.
“Apakah
milikmu juga besar?” kata Sung Joo ingin melihat, tiba-tiba si paman yang mabuk
mulai muntah.
Dae Young
tak bisa menahan rasa mualnya langsung bergegas masuk ke dalam toilet. Semua
berteriak agar menyuruh untuk menutup jendelanya.
[Bulan Juli, 2004]
Semua
akhirnya menonton TV, memberitahu Peringkat pertama pada pekan pertama bulan
Juli yaitu "Passion" oleh SE7EN. Semua langsung siap menyanyinkan
lagu yang familiar, dan suara lantang penuh semangat.
“Kenapa
tidak ada grup wanita belakangan ini?” ucap Dae Young
“Benar.
Aku suka grup wanita seperti Sugar.” Kata Ji Seok, Byung Man mengaku suka BoA.
“Kenapa
kau suka wanita muda itu?” ejek Sung Joo, lalu Byung Man meminta agar melihat
BoA di saluran mana pun.
Semua
langsung terkesima melihat wajah “Kim Tae Hee.” Seperti pria yang melihat Kim
Tae Hee layaknya bidadari sambil melonggo. Dae Young mengeluh kalau paman
karena buang air kecil banyak sekali, tapi ternyata diluar sedang hujan deras.
“Sekarang,
aku tahu kenapa aku ingin soju.” Ucap Byung Man, semua pun setuju mereka minum
soju bersama.
Pagi hari
Dae Young
terbangun dengan seluruh kamarnya yang terendam air, Semua langsung naik ke
atas tempat tidur karena ternyata Banjir. Ji Woo berteriak kalau Dae Young
harus selamatkan mereka sebelum bola yang ada ditanganya.
“Hei, ini
bukan bola biasa... Ini ada tanda tangan Park Ji Sung.” Ucap dae Young
“Itu tak
penting lagi... Rumah banjir.. Bukankah kita harus pindah ke rumah lain?” kata
Sung Joo.
Akhirnya
mereka berempat pindah ke lantai atap, Ji Seok merasa Beruntung mereka tidak
punya banyak barang untuk naik ke atap karena Kalau banyak, maka bisa mati.
Sung Joo merasa paham alasan rumah atap
adalah romansa anak muda.
“Ini
sebagus rumah pedesaan mewah.” Kata Sung Joo
“Benar.
Kita hanya perlu membuat pesta makan perut babi di sini. “ ucap Byung Man
“Haruskah
kita menanam selada di sini?” saran Ji Seok, Sung Joo menyetujuinya.
“Kenapa
tidak memelihara babi di sini saja? Hei.. Ini bukan rumah kalian. Tapi rumahku
dan kalian Makan ini.” Ucap Dae Young, mereka pikir kalau Dae Young membawa
Telur rebus.
“Aku pergi
untuk memberikan uang sewa pada pemilik, dan dia memberikannya padaku.
Telur-telur ini berasal dari pedesaan peternak ayam-ayamnya sendiri.” Kata Dae
Young lalu mengajak mereka mask karena sangat panas.
Dalam
rumah, semua berbaring kepanasan. Ji Soo sudah membuka bajunya bertanya-tanya apa
perut babi ini terasa terbakar. Byung Man mengeluh karena berbicara tentang
pesta makan perut babi, tapi malah dipanggang.
Sung Joo merasa kalau Rumah mereka sebelumnya lebih baik dan seperti
lubang api didalam rumah. Byung Man memeluk Sung Joo.
“Hei,
minggir. Kau bau karena cuaca panas.... Mandi sana.” Keluh Sung Joo.
“Seperti
kau tidak berkeringat saja... Kau lebih lengket.” Ejek Byung Man, Sung Joo
menyuruh Byung Man menjauh darinya.
“Ahh... Itu
tidak akan berhasil.” Kata Ji Seok sudah tak kuat akhirnya duduk didepan kipas.
“Hei..
Sedang apa? Biarkan kipasnya berputar.” Teriak Dae Young
“Kita
main batu gunting kertas dan yang menang dapat kipas angin. Jangan lupa, pria
harus mengeluarkan batu.” Kata Ji Seok
“Apa Kau
mau dipukuli pakai batu?” ucap Dae Young akhirnya menendang Ji Seok agar
menjauh.
“Apa Kau
barusan menendangku?” kata Ji Seok akhirnya mereka saling tarik-tarikan kipas
angin.
Sampai
akhirnya kipas anginya lepas dari gagangnya, semua saling mengomel dan merasakan
ada suara anak ayam itu. Ji Seok mengeluh dengan pendengaran teman-temanya,
sampai akhirnya tersadar kalau telur yang diberikan pemilik kost sudah berubah
jadi anak ayam.
“Hei,
bola itu mengembang karena panas.. Itu akan meledak.” Teriak Byung Man, Dae Young langsung berlari membawa
bola kesayanganya.
Semua
minum kopi di depan mesin minuman, Ji Seok heran karena di gedung jurusan ada
juga mesin minuman tapi mereka malah minum kopi. Dae Young mengatakan kalau
Kopi ditempat paling enak dari yang lain. Sung Joo mengaku kalau mesin kopi
sama saja.
“Apa? Kau
bilang sama saja? Mesin kopi yang ada di kampus ini... Ah... Pokoknya, rasanya
enak dan Juga, ada banyak cewek-cewek yang melintas.” Kata Dae Young yang belum
ahli bicara tentang makanan.
“Di sini
tak ada yang cantik-cantik. Bagaimana aku mengatakannya? Ini agak
mengintimidasi.” Komentar Ji Seok
“Ini
mengintimidasi kita, jadi pikirkan bagaimana perasaan Byeong Sam” kata Sung Joo
“Kenapa
dia jadi bodoh setiap kali berada di sekitar cewek?” keluh Ji Seok
“Bukan
yang dia inginkan...Hei... Tidak apa....Coba Lihatlah ke sana.” Kata Dae Young
melihat Byung Sam yang terus gemetar dan menyuruh menatap papan.
“Oh, ya.
Kudengar kau pindah lagi.” Kata Sung Joo, Dae Young tak percaya kalau Rumor
menyebar cepat.
“Ada di
lantai dua. Jadi Aku tidak perlu khawatir tentang banjir atau mati karena
kepanasan. Tapi sewanya sama saja.” Ucap Dae Young bangga, semua tak percaya
dan bertanya dimana itu.
“Persimpangan
setelah turunan di sana,kau akan melihat rumah berbentuk kayu.” Kata Dae Young,
mereka menebak kalau namanya Villa Myungsin
“Apa Kau
tahu tempat itu?” tanya Dae Young, Ji Seok mengetahui tempat itu ada hantu.
“Aku
mendengar ini dari salah satu seniorku. Wakil Jurusan pernah ke sana dan
melihat hantu tahun lalu. Itu sebabnya harganya sangat murah.” Jelas Ji Seok
“Jangan
konyol, Tidak ada hantu di sana.” Kata Dae Young mengeluh Ji Seok itu aneh.
Sepasang
kakek dan nenek mengantar Dae Young ke rumah yang ingin disewa. Nenek
memberitahu rumahnya itu sanga lapang dan bagus. Dae Young bertanya apakah
mereka akan menempel wallpaper di dinding. Dae Si nenek menyakinkan kalau mereka akan menyelesaikannya
pada hari Sabtu sebelum Dae Young pindah.
“Apa kau
dengar?” teriak Si nenek, Kakek yang tak mendengar ingin istrinya mengulang. Si
nenek meminta agar suaminya menempel dinding.
“Suamiku
sudah tua dan memiliki masalah pendengaran.” Jelas Nenek pada Dae Young.
“Ngomong-ngomong,
Apa Anda juga punya usaha sauna?” tanya Dae Young
“Tidak.Memangnya
Kenapa?” tanya Nenek, Dae Young mengaku tak ada tapi heran karena keduanya
mengunakan baju untuk sauna.
Saat
keluar dari rumah, nenek memperkenalkan seorang wanita yaitu Ji Woo kalau Dae
Young penyewa baru yang akan pindah ke unit 202. Dan memperkenalkan pada Dae
Young kalau Ji Woo tinggal di unit 201 dan hanya tinggal sendiri.
“Kau
bilang kau mahasiswa baru di dekat sini, kan? Itu artinya kalian berdua
seumuran.” Kata Nenek.
“Benarkah?
Senang bertemu.” Kata Dae Young, Ji Woo sedikit tersenyum menayapnya.
“Perkenalkan
dirimu dan masuklah.” Kata Nenek membiarkan keduanya bicara.
“Aku harap kita bisa saling akrab satu sama
lain sebagai tetangga.” Kata Dae Young mengulurkan tanganya. Ji Woo seperti
senang bertemu dengan tetangga baru.
Dae Young
pindah dengan dibantu temanya dengan mobil. Si nenek melihat apakah Semua itu
barang milik Dae Young. Dae Young mengaku tidak punya banyak barang karena
tinggal sendiri. Si nenek pikir kalau Dae Young harus mendapatkan apa yang
seharusnya.
“Dengan
begitu, aku mendapatkan kotak-kotak kosong ketika kau pindah.” Ucap si nenek,
Semua terlihat binggung
“Kotak
itu. jangan dibuang di tempat lain, dan
bawa saja padaku, mengerti?” ucap si nenek
“Lalu Untuk
apa?” tanya Dae Young, Si nenek meminta agar melakukan saja. Mereka pun menganguk
mengerti lau pamit pergi.
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar