PS : All images credit and content copyright : KBS
Tuan Nam
menonton berita Shin yang membuat kegaduhan di bandara dengan memukul seorang
pengawal wanita.
“Shin,
kau rupanya tidak berencana kembali kesini, kan?” gumam Tuan Nam lalu teringat
kembali yang dikatakan oleh Shin sebelum pergi.
“Nantikan
saja. Karena mulai sekarang, hal menarik akan terjadi.” Ucap Shin sebelum
meninggalkan rumah
“Apa ini
hal menarik yang kau maksud? Jika demikian, aku juga akan main-main denganmu.”
Gumam Tuan Nam setelah mengetahui rencana Shin.
Saat
keluar dari ruangan, Tuan Nam mulai berpura-pura mencari Jung Woo. Ho Yeon
binggung karena ayahnya mencari kakaknya yang sudah meninggal. Tuan Nam
berteriak histeris memanggil namanya, Ho Yeon pun bergegas membawa ayahnya ke
dalam mobil. Tuan Nam dalam mobil tersenyum karena merasa kalau suasananya
terasa seru.
Tuan Nam
kembali berakting mencari luka di tangan Shin seolah-olah mencari sosok Jung
Woo. Saat di ruanganya, bersama dengan Ye Na dan juga So Bong berpura-pura
kembali mencari sosok Jung Woo. Saat itu juga Tuan Seo mengetahui ada sesuatu
yang janggal.
“Karena aku
sudah membodohimu, aku juga ingin memainkan lelucon yang lebih besar. Siapakah
yang benar-benar ada di pihakku? Siapakah yang akan mengkhianatiku? Aku ingin
mengetesnya.” Gumam Tuan Nam
Ho Yeon
demi menutupi keadaan anaknya mengaku kalau Ayahnnya memang menderita
demensia. Tuan Nam dengan memegang
tangan Shin mengaku kalau terkena sakit demensia, Shin dengan pendeteksi
kebohongan tahu kalau Tuan Nam tidak demensia. So Bong pun hanya bisa melonggo
mengetahuinya.
Tuan Nam
kaget karena Shin yang bisa mengetahuinya, So Bong terlihat mulai panik. Shin
mengaku kalau ia merasakan ada yang aneh menurutnya Kakeknya adalah orang yang
tidak percaya pada hal yang mustahil. Jadi ia pikir Orang seperti kakeknya
itu mana mungkin akan menyerah begitu
saja karena demensia.
“Berarti
aku sudah berlebihan, ya? Orang yang percaya aku demensia pasti bertanya-tanya.
Memikirkan apa tindakan mereka saat tahu aku demensia malah makin seru. Jadi
Sampai saat itu, jangan bilang-bilang pada orang lain.” Pesan Tuan Nam
“Aku
tidak perlu mengancammu juga, 'kan?” kata Tuan Nam pada cucunya.
“Jangan
khawatir, saya akan merahasiakannya.” Ucap Shin. Tuan Nam menunjuk ke arah So
Bong untuk merahasiakan juga.
“Jangan
khawatir tentang aku.” Ucap So Bong dengan cepat, Tuan Shin menuju kalau bukan
So Bong yang dimaksud. Ternyata Tuan Ji sudah berdiri di dekat mereka.
Tuan Ji
akhirnya mengantar Tuan Nam sampai ke kamarnya. Tuan Nam mengaku keliru tentang
Shin menurutnya Semakin tua, maka tidak bisa membantu, tapi malah melemah. Tuan Ji hanya terdiam.Tuan Nam
pikir kalau Tuan Ji sedih karena membodohinya juga.
“Ini
karena aku sudah tua. Aku ingin melihat bagaimana pemikiran kalian semua.
Akibat tindakan gilaku... Aku malah paling senang karena tahu tentangmu. Kau
rupanya berbeda dari Jong Gil. Kenapa kau tidak berencana mengkhianatiku, sama
seperti orang itu?” ucap Tuan Nam, Tuan Ji tetap saja diam.
“Young
Hoon... Kau bisa coba memanggilku "Kakek"?” kata Tuan Nam, Tuan Ji
terlihat kaget.
“Aku
hanya Bercanda. Aku lelah... Jadi kau boleh keluar.” Ucap Tuan Nam mulai
berbaring. Tuan Ji pun mengucapkan Selamat
beristirahat.
“Kapanpun
kau siap, hubungilah aku. Karena aku sekarang punya dua cucu.” Kata Tuan Nam
sebelum Tuan Ji keluar dari kamarnya.
So Bong
tak percaya kalau Tuan Nam bisa berbohong seperti itu dan memperingatkan agar
Shin jangan sampai identitasmu ketahuan oleh kakeknya karena Tuan Nam itu orang
yang menakutkan sekali. Shin mengaku kalau tidak takut pada orang.
“Bukan
manusianya yang menakutkan, tapi tindakan manusia. Kalau mereka menghancurkan
atau melelehkanmu, bagaimana?” kata So Bong. Shin hanya terdiam.
“Ini Dari
Direktur Eksekutif Seo. Bagaimana ini? Kalau dia tanya tentang demensia, aku
harus jawab apa?” ucap So Bong panik melihat nama didalam ponselnya.
“Angkat
saja. Atur ke pengeras suara, dan jawab saja sesuai perintahku.” Ucap Tuan Ji
tiba-tiba masuk ruangan.
So Bong
akhirnya mengikuti perintah Tuan Ji,
dengan mengaku kalau baru mau meneleponnya. Tuan Seo memastikan kalau So
Bong kalau ada di ruangan Ketua dan ingin tahu apakah melihat kondisi Ketua
Nam. Tuan Ji memberikan kode.
“Ya. Dia
sepertinya agak aneh. Dia menyuruhku jangan mengungkapkannya, makanya aku tidak
bisa menelepon Anda.” Jelas So Bong. Tuan Ji mengerti dengan senyuman bahagia.
“Apa
kebetulan, ada seorang pengacara mampir untuk membicarakan wasiat?” tanya Tuan
Seo. So bong menjawab tak ada sesuai perintah Tuan Ji.
“Kau
harus mencari tahu apa rencana Direktur Nam dan Manajer Tim Ji terhadap Ketua.”
Perintah Tuan Seo. So Bong mengerti.
“Dan
Juga...Ye Na ada di sana juga, 'kan?” kata Tuan Seo memastikan. So Bong
membenarkan dan berpikir kalau Ye Na
sudah memberitahu.
“Kang So
Bong, jangan sampai ada yang tahu kalau aku tahu kondisi ketua. Termasuk Ye Na.”
Tegas Tuan Seo lalu menutup telpnya.
So Bong
heran dengan sikap Tuan Seo karena tidak
mempercayai putrinya seperti hubungan Ayah dan anak saling menipu. Ia rasa
kalau Tuan Seo akan pingsan kalau mengetahui kebenaran bahwa Tuan Nam tidak
demensia.
“Pura-puralah
seolah Ketua menderita demensia sampai Direktur Eksekutif Seo terpancing umpan.
Dan Pura-puralah seolah kita tidak tahu tentang demensia, kita harus menganggap
Tuan Nam memang menderita demensia.” Jelas Tuan Ji
“Ini
namanya jaring kebohongan.” Komentar So Bong
“Aku
tidak perlu memegang tangan siapa pun karena aku cuma perlu mengedipkan mata.”
Ucap Shin.
Ye Na
menuangkan air minum mengingat kembali layar komputer ayahnya mencari keyword,
[Kapsul Aricept] dan mengartikan kalau Ayahnya sudah tahu. Saat itu Tuan Seo
masuk menarik tangan Ye Na agar tak menumpahkan air yang sudah penuh. Ye Na pun
terlihat gugup.
“Apa yang
kau lamunkan?” tanya Tuan Seo, Ye Na mengaku hanya kecapekan.
Tuan Ji
mengingat saat berbicara dengan So Bong “Ye Na ada di sana juga, 'kan?” So Bong
membenarkan berpikir kalau Ye Ha sudah memberitahukanya.
“Apa ada
yang ingin kaukatakan sama Ayah?” tanya Tuan Nam sengaja memancing.
“Lalu
Ayah sendiri? Apa Ada yang ingin Ayah katakan sama aku?” tanya Ye Na
“Ayah...ingin
kau berkencan dengan orang lain. Akau akan carikan pria yang baik buat kau.”
Ucap Tuan Seo.
“Kalau
aku, aku ingin Ayah bisa senang karena sudah sebagai ayahku dan akan menjadi
ayah mertua Shin. Dan kelak saat aku punya anak, Ayah bisa senang sebagai
seorang kakek. Kita semua bisa hidup bahagia bersama.” Ucap Ye Na. Tuan Seo
sedikit terkejut kalau Ye Na ingin dirinya menjadi Seorang kakek?
“Ayah
tidak pernah membayangkan hidup seperti itu.” Kata Tuan Seo.
So Bong
terbangun dengan bunyi alarm teringat kembali ucap Tuan Ji “Berpura-puralah
seolah Ketua sakit demensia sampai Direktur Eksekutif Seo terpancing umpan.”
“Kalau
begini terus, bisa-bisa aku yang ketahuan sama Direktur Eksekutif Seo.” Keluh
So Bong.
Tiba-tiba
Shin masuk kamar merasa kalau sudah waktunya olahraga, jadi menyuruh bangun. So
Bong marah menyuruh Shin pergi dengan melempar bantal, tapi Shin bisa
membalasnya dengan mengenai wajah So Bong. S Bong mengumpat kalau Shin akan
mati ditanganya.
“Aku
tidak bisa mati. Dan juga, kalau berat badan naik, sudah aturannya olahraga...
Kang So Bong-ssi, berat badanmu naik 830 gram sejak minggu lalu. Jadi Cepat
pakai baju olahragamu.” Ucap Shin bisa melihat tubuh So Bong
“Beraninya
kau men-scan-ku!!! Aku lagi malas, jadi kau saja yang olahraga.” Ucap So Bong
kesal
“Kau
malas? Kalau malas, apa aku saja yang memakaikan bajumu? Jangan bilang kau
malu. Karena aku robot. Jadi kau jangan khawatir.” Ucap Shin mengambil pakaian
yang digantung. So Bong panik dan bergegas kalau akan melakukan sendiri.
“Cepatlah.
Karena olahraga tepat waktu itu suatu aturan.” Kata Shin keluar dari kamar. So
Bong mengeluh kalau Shin memang aneh.
Keduanya
berlari mengelilingi rumah, So Bong meminta berhenti karen sudah capek hari
ini. Shin menghitung kalau baru 17 menit 43 detik, dan hanya membakar 78
kalori. So Bong menekankan kalau dirinya manusia jadi bisa mati dan Banyak
olahraga juga bisa membunuhya.
“Aku tak
bisa napas. Kalau seperti ini, aku bisa mati.” Keluh So Bong
“Benar
juga. Berarti aku harus kasih napas buatan.” Kata Shin sudah siap memberikan
nafas buatan, So Bong langsung mendorongnya.
“Kau pikir
aku tak bisa napas sungguhan? Apa pendeteksi kebohonganmu itu lagi rusak?” kata
So Bong marah
“Aku cuma
bercanda sama sepertimu. Kau tertipu, 'kan?” ejek Shin
So Bong
menegaskan kalau memang benar-benar lelah,
dan mengeluh mengoda majikannya. Shin langsung berjongkok menyuruh naik
saja karena lelah jadi boleh tak olahraga. So Bong mengeluh Shin yang terus
menawarkan punggunnya jadi lebih baik minggir saja.
“Tak mau.
Bukannya kau tak ada perasaan padaku? Jadi kenapa kau tidak bisa menaiki sebongkah
besi, batu, atau plastik?” kata Shin
“Baiklah.
Gendong aku kalau begitu.” Kata So Bong langsung naik ke punggung Shin.
Shin bisa
mengetahui kalau So Bong Semalam tidur selama 5 jam 33 menit dan Tidur
nyenyaknya cuma 1 jam 54 menit jadi itu artinya dibawah rata-rata untuk
seusianya. So Bong mengejek kalau Shin itu seorang dokter tidur.
“Kenapa
kau mengomeliku tentang tidurku juga?” keluh So Bong
“Kenapa
kau tidak bisa tidur? Apa karena Direktur Eksekutif Seo?” tanya Shin
“Hanya
saja situasinya semakin rumit. Merahasiakan identitasmu dari Direktur Eksekutif
Seo saja sudah sulit tapi kita juga harus pura-pura kalau Ketua memang demensia,
Ini merepotkan sekali.” Ucap So Bong
“Aku
1.000 kali lebih kuat dari manusia dengan kecerdasan yang tak tertandingi dan
jaringan yang dapat menyelidiki apapun.” Kata Shin bangga.
“Kenapa kau
malah mendadak pamer? Kau itu cuma kaleng.” Ejek So Bong
“Maksudku
pokoknya kau tenang saja. Karena aku ada di sisimu.” Ucap Shin
So Bong
seperti merasakan dadanya berdegup kencang, lalu meminta Shin agar menurunkan
karena ingin berlari. Shin terlihat binggung. So Bong memperingatkan agar Shin
jangan membalapnya karena Robot kacung harus di belakang majikannya.
Saat itu Sang
Guk melihat dari kejauhan seperti tak percaya kalau Shin masih baik-baik saja.
Flash back
Sang Guk
melihat Shin yang dibawa oleh ambulance, beberapa orang yang melihat di tempat
kejadian merasa kalau Shin mungkin tidak
akan selamat karena luka dibagian kepalanya. Pria lain pn merasa kalau Sudah
terlambat dengan melihat darah yang ada di jalan sedikit mustahil kalau akan
baik-baik saja.
So Bong
terlihat kelelahan, Shin mencoba menghitung Tekanan darah 138/74 dan denyut
nadi135 jadi Sebentar lagi akan normal
kembali. So Bong panik meminta agar Shin bisa lebih waspada karena tahu kalau
ada yang tahu bahwa dirinya robot.
“Robot?”
ucap Hee Dong. So Bong kaget melihat Hee Dong ada didekat mereka
“Katamu
robot ini boleh buatku saja. Mulai sekarang, robot ini buatku.” Kata Hee Dong
memperlihatkan robot ditanganya. Saat itu Ho Yeon datang menemui anaknya.
“Jika kau
main dengan hal-hal seperti ini, kau nanti berubah seperti Shin Hyung. Kakek
barusan bangun. Ayo sapa dia.” Ajak Ho Yeon menarik tangan Hee Dong
“Kakek
itu menakutkan.” Ucap He Dong menolak. Ho Yeon tetap memaksa kalau ini demi
kebaikan anaknya
Shin
melihat dari kejauhan dengan alat scannya kalau He Dong melakukan penanaman
alat pacu jantung. So Bong bisa bernafas lega karena berpikir akan ketahuan dan
bertanya siapa anak kecil itu. Shin
memberitahu namanya Noh Hee Dong dan umur tujuh tahun.
“Dia
teman kita.. Sama sepertimu, dia itu cyborg.” Ucap Shin. So Bong terlihat
kaget.
“Apa Dia
juga punya pin logam?” ucap So Bong binggung.
Ho Yeon
datang menemui ayahnya di kamarnya, He Dong memegang segelas jus dengan wajah
tertunduk ketakutan. Ho Yeon menyuruh cucunya agar segera memberikan pada
kakeknya. He Dong berjalan perlahan tapi karena ketakutan akhirnya menjatuhkan
jusnya lalu kambur.
Ho Yeon
menyakinkan ayahnya kalau He Dong itu tidak penakut dan anak yang tangguh,
bahkan persis mirip Ayahnya jadi meminta agar bisa bersikap baik pada anaknya. Tuan
Nam menyuruh Ho Yeon agar menemani anaknya saja.
“Apa
gunanya? Ayahku yang sakitlah yang lebih penting.” Kata Ho Yeon, tapi Tuan Nam
hanya menatap sinis.
“Pantas
saja Hee Dong ketakutan.” Keluh Ho Yeon memanggil Hee Dong lalu bertemu dengan
Shin yang menanyakan Hee Dong.
“Kenapa
kau mencari dia? Apa Kau akan melaporkan dia karena mencuri action figure-mu?”
ucap Ho Yeon sinis dan terus mencari Hee Dong agar meminta maaf dengan kakek.
So Bong
akhirnya menemui Hee Dong yang terlihat kesakitan dan banyak mengeluarkan
keringat. Dengan wajah panik So Bong pun menanyakan keadaanya, Ho Yeon akhirnya
datang melihat anaknya lalu menyuruh mereka akan pergi karena akan menemani
anaknya.
“Ibu,
dadaku...” ucap Hee Dong. So Bong akan menelp 119.
“Jangan
telepon... Kalau Kakek tahu aku sakit...” ucap He Dong dan tiba-tiba langsung
jatuh. Ho Yeon pun panik.
Shin langsung
mencari sesuatu dalam baju He Dong. Ho Yeon terilhat marah ingin tahu apa yang
dilakukan Shin. Akhirnya Shin menemukan ponsel, Ho Yeon langsung mengambilnya
dan ingin memanggil 119. Tapi Shin langsung membuang ponsel ke taman.
“Hei! Apa
Kau gila?” teriak Ho Yeon. Saat itu Hee Dong tiba-tiba kembali sadar.
“Apa Kau bisa
bernafas?” ucap Ho Yeon memastikan anaknya lebih dulu.
“Ada
implan alat pacu jantung di jantungnya, 'kan? Bagaimana kalau gangguan irama
jantung dia kambuh lagi dan implan-nya tak berfungsi?” ucap Shin. Ho Yeon kaget
karena Shin mengetahuinya.
“Jika kau
tidak ingin jantungnya berhenti, jangan letakkan ponsel di dekatnya.” Kata Shin
lalu memberikan robot pada Hee Dong.
“Hee
Dong, naiklah ke punggung Ibu.” Ucap Ho Yeon. So Bong pun membantu Hee Dong.
“Wahh...
Hampir saja... Berkat kau, dia selamat.” Puji So Bong pada Shin.
Shin
datang menemui Hee Dong di kamarnya dan bertanya kenapa tidak ingin menelepon 119 tadi. Hee Dong
menceritakan Kalau Kakek tahu dirinya sakit, nanti membenci dirinya Karena
lemah itu hal buruk. Shin menegaskan
kalau lemah itu tidaklah buruk.
“Membenci
orang yang lemahlah, itu hal buruk. Sakit bukanlah dosa, jadi janganlah
disembunyikan lagi. Apa Kau mengerti?” ucap Shin. Hee Dong mengaku kalau takut
lalu melihat ponsel ibunya.
“Ahjussi
itu pasti mau menakut-nakuti ibuku lagi.” Kata Hee Dong.
“Biar
Hyung marahi dia... Tapi ini rahasia kita saja, oke. “ ucap Shin. Hee Dong pun
menganguk mengerti.
Ho Yeon
masuk dengan sinis lalu ingin tahu apa yang dilakukan untuk anaknya. Shin hanya
diam saja, Ho Yeon memperingatkan Shin agar jangan beritahu Ayah tentang Hee
Dong. Shin mengaku tak akan melakukan karena menepati janji itu suatu aturan.
“Kau
bilang "Aturan"? Kau mengatakan hal itu ?” ucap Ho Yeon marah lalu menyuruh
Shin agar keluar saja. Shin hanya diam saja dan Ho Yeon pun bergegas masuk ke
dalam kamarnya.
“Anak itu
bagaimana? Apa Dia baik baik saja?” tanya So Bong datang menemui Shin.
“Ya. Tapi
jangan beri tahu siapa pun soal penyakitnya. Aku sudah berjanji soalnya.” Ucap
Shin.
“Jadi
Gara-gara itu, kau baru kembali kesini?” tanya So Bong. Shin mengaku kalau sisanya
rahasia. So Bong mengeluh lalu berjalan mengikuti Shin.
Saat itu
Ho Yeon membaca pesan Tuan Seo “Aku butuh bukti Ketua sakit demensia. Aku
menunggu, Oke” Hee Dong menatap ibunya yang terlihat binggung meminta agar
jangan turuti Ahjussi itu Karena nanti ada seseorang yang akan memarahi ibunya.
“Diamlah,
Hee Dong... Kakekmu bisa saja tahu tentang penyakitmu karena kau tidak menurut
sama Ibu!” ucap Ho Yeon lalu menelp Profesor Lee karena butuh rekam medis Ayah.
Esok
harinya
Ho Yeon
datang menemui Tuan Seo dan dua anak buahnya, tanpa sengaja menjatuhkan pulpen saat
memberikan sebuah rekam medis. Sek Park memastikan kalau surat itu memang
benar. Akhirnya mereka pun datang pada rapat bersama-sama.
“Katanya
ada rumor tentang Ketua Nam di pasar saham. Apa Kalian pernah dengar soal itu?”
ucap Direktur. Direktur Cha pun penasaran ingin tahu rumor apa sengaja
memancing.
“Dengar-dengar,
dia sakit parah.” Kata Direktur. Ye Na mendengarnya langsung mengeluh ucapan
dua direktur.
“Itu
pasti salah informasi.” Kata Ye Na membela kakek dari Shin.
“Ini
rekam medisnya... Disini tertulis dia menderita demensia.” Ucap Tuan Seo. Ye Na
terlihat marah dengan ayahnya.
“Dia
pasti merahasiakannya demi perusahaan. Tapi kau tidak bisa merahasiakannya
selamanya. Aku ingin menyarankan pertemuan pemegang saham mengenai pengunduran
dirinya nanti. Apa kalian semua setuju?” ucap Direktur.
“Sulit dipercaya...
dia sakit demensia.” Kata Direktur, saat itu Shin masuk ke dalam ruang rapat.
“Dia
memang menderita demensia.” Ucap Shin, semua terlihat kaget begitu juga Ye Na.
“Kau itu
direktur utama yang menunggu untuk ditunjuk kembali. Tapi kenapa kau kemari ke
rapat manajemen?” sindir Tuan Seo
“Aku tidak
bisa melewatkan pembahasan tentang demensia kakekku. Dia memang menderita
demensia dan itu tempat dudukku. Memang apa yang kalian harapkan?” kata Shin
menunjuk tempat duduk kakeknya.
“Kau
pasti bingung... Penyakit Ketua memengaruhi perusahaan...” kata Direktur.
Saat itu
Shin memperlihatkan pulpen ditanganya. Tuan Seo kaget karena pulpen itu sempat
di pegang oleh Ho Yeon. Shin melihat tatapan Tuan Seo, dengan mengejek Apa ada
sesuatu di pulpen yang tidak boleh didengar,
lalu sengaja memutar rekaman.
“Kita harus
mengadakan rapat pemegang saham dan menyingkirkan Nam Gun Ho. Mari kita
libatkan media juga.” Tuan Seo menatap Ho Yeon seperti merasa di khinati.
“Paksa
mereka untuk menulis artikel pedas. Dia sudah cukup lama di perusahaan ini. Dia
harusnya sadar kapan harus mundur. Dia seharusnya tak boleh seserakah itu. Dia
menjijikkan dan memuakkan.”
FlashBack
Shin
mengaku kalau tadi lihat Direktur Eksekutif Seo menelepon lalu berpikir apabila
Kakeknya tahu apakah beliau akan baik-baik saja. Ho Yeon terlihat marah, Shin
memperlihatkan sebuah pulpen agar melakaukan sesuai perkataannya dan Demi Hee
Dong.
“Memang
apa salahnya mengadakan rapat?” ucap Direktur membela diri. Direktur lain pun
menyetujuinya.
“Apa kau tidak
pernah melihat perusahaan gagal karena pemiliknya menderita demensia? Kita
perlu membuat rencana darurat untuk meminimalkan kerugian.” Ucap Direktur lain.
“Dia
tidak menderita demensia.” Ucap Shin, semua terlihat kaget mendengarnya. Ye Na pun tak percaya. Shin akhirnya
memanggil Tuan Ji .
Tuan Ji
masuk ke ruangan bersama dengan Prof Lee, Tuan Seo terlihatkaget. Prof Lee
mengaku pasti ada kesalahan karena ada rekam medis orang lain yang dinamai nama
Ketua dan meminta maaf. Semua anak buah
Tuan Seo terlihat Shocik
“Aku dr.
Lee Sung Ho, dokternya Ketua Nam... Inilah rekam medisnya yang asli. Anda bisa
memeriksanya. Jika ada yang ingin diverifikasi lagi, Anda boleh ikut ke rumah
sakit bersamaku.” Ucap Prof Lee. Dua direktur terlihat tak percaya.
“Anda
sekalian pasti sudah paham bagaimana situasinya, jadi sisanya akan kuserahkan
dengan dia... Masuklah...” kata Shin.
Tuan Nam
akhirnya masuk, semua langsung berdiri. Semua makin kaget dan hanya bisa
tertunduk. Shin seperti bisa bersahabat dengan Tuan Nam.
Flash Back
Tuan Nam
binggung dengan saran Shin yang meminta agar memanfaatkanlah Ho Yeon untuk
membalas Seo Jong Gil. Shin memberitahu kalau sudah menjelaskan pada
Ho Yeon yang harus dilakukan. Tuan Ji mengaku juga sudah menghubungi dr. Lee.
“Tapi
tolong maafkanlah Bibi Ho Yun dan Kakek juga perlu memerhatikan Hee Dong.” Kata
Shin.
Tuan Nam
akhirnya menepuk pundak cucunya dengan bahagia, dan Shin pun keluar dari
ruangan menemui So Bong dengan bangga kalau sudah memarahi Direktur Eksekutif
Seo. So Bong mengaku sudah dengar dari luar.
“Apa kau
membalas dia karena aku?” tanya So Bong. Shin mengaku Karena alasan itu, dan
alasan lain juga.
“Waktu
aku bilang "Apa yang harus ku hancurkan?" Aku keren, 'kan? Sekarang
juga keren, 'kan?” ucap Shin bangga.
“Tidak,
dua-duanya tidak keren.” Kata So Bong. Shin memegang tangan So Bong.
“Bohong.
Dua-duanya memang keren.” Ucap Shin. So Bong tetap menyangkal.
Tuan Ji
menerima pesan dari So Bong “Jam robotnya ada dimana? Baterainya mau habis.”
Lalu membalas pesan “Di dalam mobil. Kuncinya ada di kantor.”
Tuan Nam
sengaja kembali memutar rekaman suara “Kita harus mengadakan rapat pemegang saham
dan menyingkirkan Nam Gun Ho. Mari kita libatkan media juga. Paksa mereka
membuat artikel jahat. Dia sudah cukup lama di perusahaan ini. Dia harus tahu
kapan waktunya harus mundur. Dia seharusnya tak usah serakus itu. Dia itu
menjijikkan dan memuakkan.”
Tuan Seo
tertunduk kebingungan, Sek Park menuliskan pesan “Suara Anda menghilang dalam
rekaman itu.” Tuan Nam berkomentar kalau
mereka pasti sudah berharap tinggi
tapi nyatanya dirinya yang tidak demensia dengan nada menyindir meminta maaf.
“Tidak,
Pak Ketua.... Ini semua salahku... Tolong hukum aku karena tidak mengajari
orang-orangku.” Kata Tuan Seo membungkuk meminta maaf. Kedua anak buahnya
terlihat binggung.
“Kau
bilang Rapat pemegang saham? Walaupun Ketua sedang sakit, bisa-bisanya kau
bertindak seperti ini? Kau dipecat sekarang!” kata Tuan seo memarahi Tuan Kim
“Benar!
Ini semua salahnya Pak Kim Dia menyarankan memberi tahu media untuk menyebarkan
berita itu.” Kata Tuan Cha. Tuan Kim terlihat binggung tiba-tiba disalahkan,
Tuan Nam hanya bisa tersenyum.
So Bong
memberikan battery baru pada Kacungnya,
Shin bertanya Jika orang tahu dirinya robot, apa mereka sungguh akan
menghancurkan atau melelehkannya. So Bong terlihat binggung. Shin mengaku
melihat wajah Direktur Eksekutif Seo saat menyadari kalau dibodohi.
“Kau juga
pernah bilang bukan manusianya yang menakutkan, tapi tindakan manusialah yang
menakutkan. Jika Kakek dan Direktur Eksekutif Seo tahu kalau aku bukan Nam Shin
yang sebenarnya, mereka tidak akan membiarkanku, 'kan?” ucap Shin
“Aku
tidak akan membiarkan mereka melukaimu. Aku memang 1.000 kali lebih lemah
darimu dan kecerdasanku tidak sebanding denganmu. Aku juga tidak digital, dan
tidak kompeten. Tapi entah bagaimanapun itu, aku akan melindungimu karena aku
pengawalmu.” Ucap So Bong dan ingin menganti battery
Tapi saat
itu Ye Na datang dan menjatuhkan battery ditangan So Bong, So Bong terlihat panik sementara Shin hanya
bisa diam. Ye Na meminta agar menjelaskan alasan karena tidak memberitahuku
soal demensia Kakek dan ingin mempermainkan dirinya dan ayahnya. Shin hanya memandang ke arah So Bong
“Kenapa
kau memandangnya? Jangan bilang dia juga tahu semuanya.” Kata Ye Na marah, So
Bong akan mengambil battery tapi Ye Na lebih dulu menariknya.
“Hei...
Katakan padaku. Kau sudah tahu semuanya, 'kan? Kalian mempermainkanku, 'kan?”
ucap Ye Na. So Bong meminta agar melepaskan tanganya lebih dulu. Ye Na tak
peduli meminta agar mengatakan.
“Biar aku
antar Direktur Nam pulang dulu.” Ucap So Bong panik melihat Shin mulai melemah.
“Oppa,
katakan padaku... Kenapa kau sangat baik dengannya?” teriak Ye Na tapi saat itu
Shin langsung tertunduk karena battery habis. Ia pun langsung kebingungan dan
melihat ada tempat battery di tangan Shin. Saat itu Tuan Ji pun datang melihat
Ye Na yang sudah mengetahuinya.
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar