Dae Young
masuk ke rumah sakit, Ji Woo masuk ruang IGD bertanya apda perawat keberadaan
Kang Mi Sook. Saat itu Nyonya Kang melambaikan tangan diatas tempat tidurnya,
Ji Woo langsung berlari melihat ibunya. Nyonya Kang dengan santai bercerita terjatuh
dan mematahkan beberapa tulang rusuknya.
“Halo,
Ibu.... Sudah lama tak bertemu.” Sapa Dae Young, Nyonya Kang tak mengingat Dae
Young bertanya siapa pria yang bersama Ji Woo.
“Apa Dia
pacarmu?” goda Nyony Kang, Ji Woo mengaku bukan dan mengalihkan dengan bertanya
luka ibunya.
“Jangan
bohong.... Dia tampan sekali... Apa Kau datang ke sini untuk memperkenalkan dia
kepada seorang janda?”ucap Nyonya Kang mengoda.
“Saya
akan mendapatkan beberapa hal yang dibutuhkan.” Kata Dae Young seperti tak enak
hati memilih untuk pergi.
Manager
rumah jompo menemui Ji Woo sebagai wali Ibu Kang, keduanya akhirnya bertemu di
luar ruangn IGD. Ji Woo tak habis pikir karena mereka tak bisa melihat pasien
di sana dan membiarkan ini terjadi. Manager mengatakan kalau Nyonya Kang yang mengalami
demensia tahap tiga,jadi tidak bisa mengikatnya.
“Kami
tidak bisa mengawasinya setiap kali dia ke kamar mandi. Anda harus berterima
kasih padaku karena telah merawatnya dan membawanya ke sini. Kalau bukan karena kami, dia bisa saja mati.”
Ucap Manager sombong. Ji Woo tak percaya manager mengatakan itu.
“Memang
dia yang menyebabkan ini, jadi seluruh biayanya ditanggung oleh Anda. Biaya sewa
pengasuh juga Anda sendiri.” Kata Manager. Dae Young baru datang mendengar
pembicaraan keduanya.
“Itu
tidak masuk akal. Kecelakaan itu terjadi di panti jompo.” Kata Ji Woo
“Itu
memang bisa saja, tapi sebagian besar kesalahannya adalah naik ke tangga. Pintu
keluar darurat dan tangga selalu dilarang untuk dilewati. Kau Bacalah sendiri. Dia
melanggar aturan dari pusat.” Jelas Manager memberikan berkas ditanganya.
“Kami
sampai sekarang menahannya karena itu tugas kami. Kami membiarkannya tanpa menuntut kompensasi apa pun saat dia
menyalakan api di dapur sebelumnya dan itu juga tidak terlalu parah, kami merasa
tidak enak bagi walinya. Tapi sekarang tidak lagi.” Tegas Manager
“Aku akan
menagih Anda untuk kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran itu. Selain itu
Anda juga harus membayar biaya rumah sakitnya.” Tegas Manager.
“Aku juga
tidak bisa membiarkan Anda menjaga ibuku.” Kata Ji Woo lalu si manager pun
berjalan pergi.
Dae Young
menghampiri Ji Woo kalau udah membeli barang-barang yang dibutuhkan, tapi tetap
harus melihat dan mencari kebutuhan lain. Ji Woo melihat isi kantung kalau Dae
Young sudah membelinya dengan teliti Dae Young mengingatkan kalau bekerja
sebagai perencana asuransi selama bertahun-tahun.
“Aku ini
ahli untuk soal ini.” Kata Dae Young bangga.
“Ngomong-ngomong,
kenapa beli dua pasang sandal?” tanya Ji Woo binggung
“Satu
untuk ibunya dan satu untuk kau” kata
Dae Young, Ji Woo binggung lalu tersadar kalau mengunakan sandal yang berbeda
“Terima
kasih.” Ucap Ji Woo lalu menganti sandalnya. Dae Young ingin tahu apa yang
dikatakan oleh dokter.
“Ada
celah di tulang rusuknya, tapi mereka perlu melihat bagaimana dia harus pulih.
Apa itu bisa diAnggap beruntung?” kata Ji Woo khawatir.
“Bukan
beruntung. Dia terluka. Apa Selain itu semua tidak apa-apa?” tanya Dae Young
“Seperti
yang kau lihat, ibuku menderita demensia. Ini Sudah beberapa tahun. Dia sekarang
tinggal di panti jompo.” Kata Ji Woo, Dae Young tak ingin membahasnya mengajak
masuk karena Nyonya Kang pasti sudah menunggu.
Petugas
datang memberitahu kalau semua sudah diselesaikan sesuai yang diminta Sun. Seo
Yeon melihat tangan Sun yang dibalut perban teringat saat membuat pemadam
kebakaran datang. Saat itu Sun terlihat marah menyuruh Seo Yeon masuk kamar dan
berpakaian tapi memalah membuatnya terjatuh.
“Aku telah
menghilangkan bau asap dan lilin yang disebabkan oleh api. Sisa pembayarannya
adalah 100,000 Won” ucap petugas
“Aku
sudah menyetor jumlahnya beberapa saat yang lalu.” Kata Sun. Petugas pun
mengucapkan Terima kasih lalu keluar rumah.
“Aku akan
membayar semuanya setelah menangkap temanku. Dan biaya perawatan untuk lenganmu
juga.” Ucap Seo Yeon. Sun dengan sinis kalau itu pasti harus membayarnya.
“Selain
itu, aku akan menggambar batas lagi.” Kata Sun kesal
“Ayolah,
mengapa kau menjadi murahan dan mengulangnya sebagai seorang pria?” rengek Seo
Yeon
“Seperti
yang kau tahu, arti dari garis namaku cukup sedikit.” Tegas Sun lalu berjalan
pergi.
“Dia
tampaknya benar-benar marah. Aku tidak akan bisa menaikkan biaya untuk
melakukan aktivitas.” Kata Seo Yeon.
Ji Woo
masuk ruangan meminta ibunya agar tidak bergerak. Nyonya Kang merasa tak enak
hati, karena penyanggah pingganya itu mengganggu. Ji Woo meminta agar Nyonya
Kang Bertahanlah sedikit lagi sampai sepenuhnya
pulih.
“Apa aku
harus di sini untuk waktu yang lama?” tanya Nyonya Kang
“Anda
pulih dengan baik, jadi pasti bisa keluar dalam dua hari.” Ucap Ji Woo
menenangkan.
“Lalu...
Apa aku bisa kembali ke tempatku dulu
tinggal sebelumnya?” tanya Nyonya Kang
“Tidak,
Anda akan tinggal di rumahku mulai sekarang.” Ucap Ji Woo, Nyonya Kang binggung
akan tinggal dirumah Ji Woo.
Seo Yeon
menelp pusat bantuan, karena ingin mencari seseorang dan ingin tahu berapa
biayanya. Wajahnya terlihat kaget mendengarnya, lau menutup telp. Ia pikir
kalau memang benar kalau semua menghasilkan uang jadi harus cari uang untuk
menemukan uangnya.
Terdengar
suara dari depan pintu, kurir makanan datang dan Seo Yeon menerimanya paket
untuk Sun Woo Sun. Sun keluar dari lift, wajahnya tersenyum bahagia lalu
membuka pintu merasaka bau sesuatu dan terkejut melihat Seo Yeon sudah ada
didapur membuka paketnya.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Sun terlihat marah. Seo Yeon melihat Sun pulang menyambut
dengan senyuman.
“Ada
paket yang dikirim ke rumahmu. Mereka bilang mie ini setengah matang, jadi ini
harus dimasak dengan cepat, Karena mie soba akan kematangan. Melihat bagaimana
resep itu, kau pasti memesannya untuk memasak” ucap Seo Yeon dengan penuh rasa
bangga.
“ Kau
pasti tahu, sulit bagimu untuk memasak dengan lengan itu. Jadi aku melakukannya
sebagai permohonan maafku.” Ucap Seo Yeon dengan semangkuk mie diatas meja.
“Aku
tidak sebodoh itu. Kenapa kau membuka paketku tanpa izin?” kata Sun marah
“Itu.. aku
cuma berusaha membantumu.” Kata Seo Yeon. Sun menegaskan kalau itu adalah
pekerjaanya.
“Menerima
paket, membuka paket, memeriksa isinya, memasak dan memakan yang sudah dimasak
semua adalah kerjaku. Kenapa kau malah melewati batas dan merusak pekerjaanku?”
ucap Sun marah. Seo Yeon mengaku tidak tahu.
“Aku
minta maaf... Kalau begitu, bagaimana kalau kau cicipi masakanku untuk hari
ini.” Kata Seo Yeon, tapi Sun langsung membuangnya ke tempat cuci piring.
“Bagaimana
bisa kau? Pikirkanlah tentang aku yang membuatnya untukmu...” kata Seo Yeon
ikut menaikan suaranya.
“Kau
bilang Membuatkannya untukku? Wahh... Kenapa sepupuku harus terlibat dengan
wanita rendahan itu?” ucap Sun berjalan pergi dengan wajah kesal.
Seo Yeon
tak bisa terima dianggap Rendahan dan ingin tahu seberapa tinggi kelas Sun,
tapi kakinya malah tersandung. Sun akhirnya ikut terjatuh karena Seo Yeon
terjatuh kearahnya. Keduanya pun berada dalam posisi bertumpukan dilantai. Sun
terlihat gugup melihat Seo Yeon ada diatas tubuhnya.
“Hei, Apa
kau tak apa-apa? Apa Kau terluka lagi? Apa Aku membuatmu susah bernapas?” ucap
Seo Yeon. Sun langsung mendorong Seo Yeon untuk minggir lalu bergegas pergi.
Seo Yeon
melihat sikap Sun berpikir kalau pria itu tak bisa dekat dengan wanita,
senyuman liciknya pun terlihat.
Ji Woo
pergi ke supermarket membeli beberapa bahan makanan, popok dewasa. Setelah itu
menyusun makanan di kulkas, memasang pengaman pada setiap unjung meja. Ia juga
memasang alat agar tak membuat gas menyala. Setelah itu masang CCTV juga agar
bisa mematau ibunya dirumah.
“Halo,
aku penyewa di lantai dua. Kurasa aku harus cepat pindah karena alasan pribadi.”
Ucap Ji Woo menelp pemilik rumah.
Ji Woo
datang ke mengambil layanan perawatan untuk pasien demensia. Pegawai meminta
agar Ji Woo isi formulir dulu. Ji Woo bertanya kapan bisa menerima layanan
setelah mengisi formulir. Pegawai mengatakan dibutuhkan 15 hari sampai paling
lama sebulan. Ji Woo kaget mendengarnya.
“Tapi aku
membutuhkannya sekarang.” Ucap Ji Woo
“Hanya
mereka yang berusia 65 tahun ke atas yang memenuhi syarat untuk layanan ini.
Tapi hukum berubah menjadi tidak ada batasan usia saat ini. K Itu sebabnya saat
ini ada daftar panjang pelamar.” Jelas Pegawai
“Setelah
itu Karyawan dari kantor distrik akan berkunjung dan memutuskannya Mereka akan
menghitung pendapatan rata-rata dan dukungan keuangan. Kemudian mereka akan
menghubungkan pengasuh untuk waktu yang kau butuhkan. Ini proses panjang yang
membutuhkan banyak waktu.” Jelas Pegawai.
Ji Woo
menganguk mengerti merasa kalau akan pikirkan lalu meninggalkan gedung dengan
wajah sedih.
Teman Ji
Woo dirumah sakit kaget tentang Rumah sakit swasta. Ji Woo meminta agar
memberitahu kalau ada rumah sakit swasta yang mempekerjakan perawat. Temanya
bertanya apakah Ji Woo akhirnya memutuskan untuk merawat ibunya di rumah. Ji
Woo membenarkan.
“Kalau kau
pindah ke rumah sakit swasta, gajimu akan berkurang banyak, dan mereka biasanya
tak memerhatikan tata krama. Apa Kau sanggup untuk itu? Kau 'kan juga sudah bekerja selama 10 tahun. Itu tidak bisa dibantu.”
Jelas temanya.
“Aku
tidak bisa bekerja tiga shift sambil merawatnya. Aku tidak punya pilihan selain
bekerja siang hari di rumah sakit swasta.” Kata Ji Woo da melihat jam tanganya
kalau harus bergegas pulang merawat ibunya.
“Dia
sepertinya masih bisa tersenyum hari ini.” Komentar temanya merasa kasihan
melihat Ji Woo.
Ji Woo
membawa pulang ibunya dengan taksi, lalu memberitahu kalau Rumahnya ada di lantai dua jadi harus
berhati-hati naik dan turun tangga. Tapi akan segera pindah ke lantai pertama, jadi
meminta bertahan untuk sementara waktu
meskipun itu sulit. Nyonya Kang menganguk mengerti. Dae Young datang
dengan anjing Ji Woo, tapi ibu Ji Woo terlihat ketakutan.
“Tidak.
Anjing itu membuatku takut.... Aku takut anjing..” ucap Nyonya Kang bersembunyi
dibalik Ji Woo
“Apa Anda
baik-baik saja? Anda tidak perlu bergerak seperti itu. Maaf. Aku lupa Anda
takut pada anjing.” Ucap Ji Woo menenangkan ibunya.
“Maaf...
Aku akan menjaganya dulu... Jangan khawatir.” Kata Dae Young membawa anjing Ji
Woo.
Anjing
terus mengonggong ke arah Ji Woo, Ji Woo terlihat sedih melihat anjingnya.
Nyonya Kang bertanya siapa pria itu, Ji Woo memberitahu kalau Dae Young adalah
tetangganya dan mengajak masuk ke dalam rumah.
Sun
mencoba memakai dasinya, tapi dengan tanganya yang terluka tak bisa
mengingkatnya. Seo Yeon datang langsung membantunya dengan tatapan mengoda
kalau Sun pasti menyukainya. Sun terlihat gugup berdekatan dengan Seo Yeon
langsung mendorongnya agar menjauh.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Sun kesal, Seo Yeon mengaku hanya ingin membantu karena
tangan Sun terluka.
“Lupakan.
Jangan melewati batas.” Kata Sun, Seo Yeon menegaskan agar tidak melewati
batas.
“Aku
Senang kita saling menolong... Sekarang, tolong aku.” Kata Seo Yeon sengaja
membalikan badan meminta agar menarik
resletingnya.
Sun panik
melihat tali bra Seo Yeon yang terlihat lalu memilih pergi karena tak bisa
menutup risleting. Seo Yeon terlihat senang melihat sikap Sun yang gugup.
Sun
berjalan ke parkiran dan tersadar belum membawa kunci mobil, saat membalikan
badan Seo Yeon sudah membawakan kunci ditanganya. Sun ingin mengambilnya, tapi
Seo Yeon sengaja mengodanya dengan menjauh dari tangan Sun
“Sedang
apa kau? Cepat Berikan.” Ucap Sun marah.
“Kau
tidak bisa mengemudi dengan tangan itu. Jadi Biar aku saja.”ucap Seo Yeon lalu
masuk ke dalam mobil.
Sun masuk
ke dalam mobil, tiba-tiba Seo Yeon kembali mengodanya dengan mendekatkan
wajahnya. Ia mengoda Sun untuk mengencangkan sabuk pengamannya, Sun mulai gugup
lalu mendorong wajah Sun dengan map kalau akan melakukannya sendiri.
“Kenapa
kau malah seperti ini?” keluh Sun. Seo Yeon mengaku kalau cuma mau membantu
“Aku
tidak butuh bantuan. Apa Kau bosan? Jadi Cari saja temanmu itu.” Kata Sun kesal
“Aku
tidak bisa keluar tanpa uang. Semunya pakai uang. “ ucap Seo Yeon
“Jadi apa
kau mau aku membayarmu? Apa Semua tentang uang?” kata Sun
“Bukan
cuma itu... Tapi Minta maaf.” Kata Seo Yeon, Sun bertanya minta maaf apa.
“Karena
kau memanggilku rendahan. Kalau kau tidak meminta maaf, maka aku akan selalu
bersikap rendahan.” Kata Seo Yeon. Sun akhirnya memilih untuk keluar dari
mobil.
“Kau mau
ke mana? Apa Kau tak berangkat kerja?” teriak Seo Yeon. Sun mengatakan akan
naik taksi.
“Dasar
Anak itu berpikir dia bisa mempermainkanku. Aku tidak akan berhenti sampai kau meminta maaf.” Kata Seo Yeon.
Ji Woo
pulang melihat rumahnya berantakan, dan ibunya sedang berusaha memasak di
dapur. Ia bertanya apa yang dilakukan ibunya, Nyonya Kang merasa kalau sangat
aneh sambil terus berusaha menyalakan kompor.
“Aku
ingin memasak sesuatu yang Ji Woo sukai, tapi kompornya tidak mau menyala.”ucap
Nyonya Kang
“Biar aku
saja, Anda lebih baik duduk.” Ucap Ji Woo mengantar ibunya duduk disofa.
Ji Woo
menahan amarah membersihkan lantai, lalu bertanya apa yang ingin dimasak
ibunya. Tapi Nyonya Kang sudah tak ada di sofa, Ji Woo pun bergegas mencari
ibunya. Nyonya Kang sedang berlari keluar dari rumah.
Nyonya
Kang berjalan ke arah jalan melihat ada anak-anak murid baru saja pulang
sekolah. Ia langsung mendekati anak kecil yang dianggapnya sebagai Ji Woo. Si
anak bertanya siapa bibi, Nyonya Kang memegang wajah si anak menganggapnya
sebagai Ji Woo.
“Anda
gila. Beraninya Anda menyentuhku?” ucap si anak marah. Ji Woo akhirnya datang
memegang ibunya.
“Aku minta
maaf, Ibuku mengira kau orang lain.” Kata Ji Woo. Si anak mengaku kalau benci
orang seperti nyonya Kang.
Ji Woo
berteriak marah ingin mengejak si anak kecil, tapi Nyonya Kang menahanya karena
lapar, Ji Woo memarahi ibunya kalau memang lapar tetaplah di rumah, bukan
keluar ruma karena takut kalau terluka.
“Ji Woo
harusnya sudah pulang sekolah. Kami baru saja pindah ke sini, jadi dia mungkin
tersesat.” Ucap Nyonya Kang
“Baiklah... Aku akan
mencari Ji Woo, Jadi Anda tunggulah dengan tenang di rumah.” Kata Ji Woo
seperti merasa bisa menahan rasa amarahnya
Dae Young
makan mie soba dengan ikan, dimulai dengan mencoba kuahnya. Lalu mendengar
suara seseorang di meja depan memohon pada pemilik cafe. Seo Yeon dengan
aktingnya mengaku Temannya sakit parah jadi ingin melakukan sesuatu untuknya.
“Temanku...”
ucap Seo Yeon mencoba mencari akal dan melihat tulisan “Spesialisasi Kyoto”
“Asalnya
dari Kyoto... Anda tahu betapa sulitnya dia saat jatuh sakit ketika Anda sendirian
di luar negeri.” Ucap Seo Yeon
“Jadi,
Apa Anda ingin yang setengah matang
untuk dibawa pulang?” tanya koki. Seo Yeon menganguk. Akhirnya Si koki masuk ke dalam dapur.
Seo Yeon
tersenyum mengucapkan Terima kasih. Dae Young melihat Seo Yeon berkomentar
kalau masih sama saja.
Seo Yeon
melihat Dae Young datang mau makan mie soba juga dan bertanya apakah Memangnya
rasanya enak, karena kelihatannya ada bau amis. Dae Young lalu mengerutkan
dahinya tanda tak setuju dengan perkataan Seo Yeon “Baunya amis”.
“Itu cuma
perkiraanmu... Tapi Ini bukan sembarang ikan. Ini menceritakan kisah cinta 20
hari antara ikan dan koki.” Ucap Dae Young, Seo Yeon binggung karena Dae Young
menganggap Kisah cinta.
“Bagaimana
caramu mengeringkan ikan haring itu sangat penting. Minyak yang menetes saat
diolah terlihat seperti air mata yang menumpahkan cinta yang hilang. Kemudian
makanannya direndam dalam air beras selama delapan jam untuk melembutkan dan
mengurangi baunya.” Jelas Dae Young
“Itu
seperti proses penyembuhan dari perpisahan. Daun murbei menghilangkan bau yang
tersisa, lalu mereka direbus dengan saus kedelai khusus. Itu menciptakan rasa
cinta yang baru ditemukan. Begitulah cara herring ini terlahir kembali dengan
cinta koki.” Ungkap Dae Young
“Rasa
dari herring yang diawetkan dipasangkan dengan kaldu yang dalam adalah
pengangkatan yang sempurna di hari yang panas ini.” Jelas Dae Young dan
akhirnya mulai makan mie dengan sangat nikmat. Seo Yeon hanya bisa menatapnya.
“Lihatlah
cara makanmu.” Keluh Seo Yeon, Dae Young menawarkan agar Seo Yeon memesan juga.
Seo Yeon menolak.
“Aku
bingung apakah aku duduk bersamamu atau Ji Woo. Dia dulu suka seperti itu
setiap kali kami makan. Kupikir dia ada di sini untuk memutar pergelangan
tanganku lagi.” Kata Seo Yeon kesal
“Kau
bilang Memutar pergelangan tanganmu?” tanya Dae Young binggung.
“Aku bertemu
dengannya baru-baru ini di rumah sakit. Sifat Marah-marahnya masih sama
buruknya. Apa mereka tidak mempertimbangkan kepribadian ketika mempekerjakan
perawat?” keluh Seo Yeon
“Aku
yakin Ji Woo ada alasannya.” Komentar Dae Young, Seo Yeon kesal karena Dae
Young berpihak pada kakaknya lagi.
“Tentu
saja. Kau selalu terbiasa.” Ejek Seo Yeon. Dae Young mengaku tak begitu. Seo
Yeon pun tak peduli.
Pelayan
datang memberikan pesanan milik Seo Yeon untuk dibawa pulang. Seo Yeon
mengucapkan terimakasih lalu segera pamit pergi. Dae Young pun bertanya-tanya Apa
Seo Yeon tidak tahu tentang ibunya.
Sun
mencoba menahan lift yang akan tertutup tapi ternyata ada Seo Yeon didalam
lift. Seo Yeon pun menyapa Sun yang baru
pulang lalu memberikan tasnya yaitu makanan yang dibuang sebelumnya, bahkan memasaknya
setengah matangg seperti yang dipesan. Sun menganguk menganguk mengerti
walaupun terlihat gugup.
Sun sibuk
memasak di dapur dengan tangan yang sakit, Tiba-tiba Seo Yeon datang seperti
memberikan pelukan dari belakang karena melihat Sun capek harus memasak dengan
tangan terluka begitu jadi akan membantunya.
Sun
kembali panik memilih untuk menjauh mengambil minum, tapi Seo Yeon makin
mengodanya membuat Sun tak bisa bergerak. Seo Yeon engatakan kalau ingin segelas
air dingin karena terasa panas. Sun akhirnya tak tahan meminta Seo Yeon
berhenti.
“Aku
minta maaf... Aku minta maaf karena meledekmu wanita rendahan.” Ucap Sun.
“Dasar
Kau... Lama sekali... Berhati-hatilah. Sekali lagi kau begitu, aku akan
melewati batas lagi... “ tegas Seo Yeon akhirnya berjalan mundur.
Sun
tiba-tiba mengendong Seo Yeon seperti memanggul karung beras, lalu menjatuhkan
diatas tempat tidur. Seo Yeon panik
melihat Sun sudah ada diatasnya, Sun menegaskan kalau Seo Yeon bukan satu-satunya
yang bisa melewati batas, tapi Ia juga bisa melewati batas. Seo Yeon hanya bisa
memejamkan mata saat Sun seperti ingin menciumnya.
“Jadi kau
berhati-hatilah.” Bisik Sun lalu keluar dari kamar. Seo Yeon tak percaya
melihat sikap Sun yang berbeda.
“Ternyata
dia bukan anak kecil.” Ucap Seo Yeon ketakutan memilih untuk segera menutup
pintu kamarnya.
Ji Wo
membuka forum “Mencari pengasuh di pusat perawatan” tapi hasilnya semua bekerja
dengan kontrak dan memilih gaji yang cukup banyak. Saat itu seseorang dari penyedia
rumah menelp memberitahu ada properti
yang layak jika Ji Woo ingin melihatnya.
“Itu... Haruskah
aku melihatnya sekarang? Bisakah aku melakukan pemeriksaan nanti?” kata Ji Woo
tak tega melihat ibunya yang sedang tertidur.
“Seperti
yang saya katakan, ini adalah rumah yang layak, jadi ada tiga penyewa yang
melihatnya.” Kata ibu pemilik
“Apa
Jaraknya tidak jauh dari sini?” tanya Ji Woo karena tak ingin kehilangan
kesempatan. Saat pergi Ji Woo ragu akan mengembok pintunya, tapi akhirnya
memutuskan tetap mengunci dari luar.
Ji Woo
pergi melihat rumah baru, Si bibi memberitahu penyewa sebelumnya tidak punya
anak, jadi semuanya masih terlihat bersih. Ji Woo melihat seluruh ruangan tapi
matanya tetep tertuju pada ponselnya. Si pemilik menunjuk kamar mandi, ruang
utama. Ji Woo ternyata melihat CCTV ibunya.
“Tidak
akan ada yang datang setelah Anda, jadi luangkan waktu Anda.” Kata Si bibi
“Jadi
berapa harga sewa tahunan?” tanya Ji Woo tetap memegang ponselnya.
“Anda akan
membayar setengah sewa tahunan dan beberapa sewa bulanan. Semua 10,700,000 Won.”
Kata Si bibi. Ji Woo kaget mendengarnya.
“Tuan
tanah pemilik apartement ini cukup kaya, jadi sewanya lebih rendah dari harga
pasar.” Ucap si bibi.
“Aku
harus pergi... Nanti kutelepon Anda lagi.” Kata Ji Woo panik melihat ibunya
sudah bangun tidur.
Dae Young
keluar rumah mendengar anjing Ji Woo yang terus mengonggong. Nyonya Kang
seperti berusaha membuka pintu rumah memanggil Ji Woo. Dae Young akhirnya
mendekati pintu rumah, Ji Woo bergegas masuk rumah dengan membuka kunci gembok.
“Apa yang
terjadi?” tanya Dae Young, Ji Woo mengatakan kalau ada tugas yang mendesak.
“Aku
tidak bisa membiarkan dia berkeliaran ke mana-mana.” Kata Ji Woo akhirnya
berhasil membuka pintu.
Nyonya
Kang bertanya kemana Ji Woo, karena
berpikis udah meninggalkan sendirian. Ji Woo langsung memeluk ibunya. Dae Young
menatap sedih Ji Woo seperti kasihan.
Ji Woo
mengantar ibunya ke rumah sakit, Nyonya Kang bertanya apakah harus menerima perawatan
ini ketika tulang rusuknya sudah sembuh. Ji Woo mengatakan kalau Nyonya Kang
tetap diam berbaring makan akan membantu cepat pulih lalu menerima telp.
“Ya, aku
di rumah sakit. Sekarang? Apa ini mendesak?” ucap Ji Woo tak enak hati
meninggalkan ibunya.
“Aku akan
di sini untuk perawatanku, jadi Pergilah dan temui temanmu.” Ucap Nyonya Kang.
Ji Woo
menganguk setuju, berjanji akan segera kembali dan meminta perawat agar menjaga
ibunya.
Ji Woo
bertemu dengan manager rumah jompo memberikan sekerang buah dan meminta
maaf. Ji Woo terlihat binggung dengan
Dae Young sebagai saksi manager meminta maaf.
“Kami
seharusnya lebih mengatur fasilitas kami dan merawat pasien kami dengan benar.
Ini sepenuhnya salah kami. Kami akan membiayai perawatannya untuk Anda. Saya
minta maaf dengan tulus.” Ucap Manager. Ji Woo menganguk mengerti.
“Saya
akan lanjut membayar semua tagihan rumah sakitnya. Sekali lagi, saya minta
maaf.” Ucap si manager akhirnya pergi meninggalkan Ji Woo.
Ji Woo
bertanya pada Dae Young Apa yang terjadi, Dae Young memberitahu kalau Panti
asuhan itu menyembunyikan sesuatu.
Flash Back
Dae Young
berpura-pura sebagai pengantar air galon ke rumah jompo, lalu melihat tempat
ibu Ji Woo terjatuh. Ia lalu
memperhatikan bagian langit-langit dan menemukan sesuatu yang aneh.
“Lampu
tangga tidak menyala dan Itu terjadi di malam hari. Dia menuruni tangga dalam
keadaan gelap. Tentu saja dia jatuh. Aku mencari tahu. Mereka diperintahkan
untuk memperbaiki kabel setelah kebocoran air,. tapi sampai sekarang mereka
tidak memperbaikinya.” Jelas Dae Young
“Terima kasih
banyak sudah membantu sejauh itu.” Kata Ji Woo dengan senyuman.
Dae Young
mengatakan Ada satu lagi lalu memberikan sebuah brosur. Ji Woo melihat brosur “Rumah
Sakit Panti Jompo Dallae” tapi merasa kalau tidak bisa meninggalkan ibunya di
rumah jompo lagi. Dae Young mengaku karena
tahu betapa menakutkannya dan membuatnya sulit.
“Panti
jompo itu tidak baik, tapi tidak semuanya. Tempat ini punya fasilitas yang bagus
dan dapat diandalkan. Tempatnya mudah dijangkau, jadi Anda bisa sering berkunjung. Jadi Lihatlah
dan jika ibumu tidak suka,maka kau boleh membawanya pulang.” Jelas Dae Young
Ji Woo
melihat brosur dibagian Layanan perawatan harian seperti masih ragu.
Dae Young
akhirnya mengantar Ji Woo dan ibunya ke rumah panti jompo yang baru. Nyonya
Kang melihat dari jendela kamarya merasa jauh lebih bagus daripada rumahnya
yang dulu. Ji Woo tersenyum mendengarnya. Nyonya Kang mengaku tidak bilang
rumah Ji Woo tidak bagus.
“Ji
Woo... Apa tidak nyaman bagimu tinggal bersamaku?” kata Nyonya Kang. Ji Woo mengaku
suka tinggal bersama Nyonya Kang.
“Aku
merasa sedikit tidak nyaman.... Kau mendengkur tidak bagus.” Komentar Nyonya
Kang.
“Aku
tidak mendengkur.” Kata Ji Woo mengelak malu karena ada Dae Young.
“Aku
hanya bercanda.” Kata Nyonya Kang, Ji Woo pun memilih pamit pergi karena akan menandatangani
surat-suratnya.
Nyonya
Kang tiba-tiba memberikan uang ditangan Dae Young, karena sudah membawanya ke
rumah sakit. Dae Young terdiam karena mengingat kenangan dengan Nyonya Kang
saat dibusan. Nyonya Kang meminta agar Dae Young mengambilnya untuk membeli camilan.
“Tidak
apa.” Kata Dae Young ingin menolak, tapi Nyonya Kang meminta Dae Young agar
mengambilnya saja.
“Dan
juga...aku tidak akan diam jika kau menyakiti Ji Woo.” Tegas Nyonya Kang
“Aku
tahu. Aku belum lupa.” Ucap Dae Young mengingat pesan Ibu Ji Woo saat datang ke
Busan.
Dae Young
akhirnya keluar bersama Ji Woo mengaku kalau tahu apa yang dirasakan teman
kuliahnya, Tapi menurutnya kalau sebaiknya Nyonya Kang tetap bersama orang yang
profesional. Ia yakin Ji Woo juga tahu karena seorang perawat.
“Jangan
merasa bersalah.” Ucap Dae Young melihat Ji Woo seperti bersedih.
“Apa Kau tahu
nama lain dari rasa bersalah dan tanggung jawab? Itu Beban... Sejujurnya, aku
merasa sangat lega. Seakan aku meletakkan beban yang sangat besar. Kau pikir,
Aku sangat jahat, 'kan?” ucap Ji Woo lalu berjalan pergi. Dae Young pun
mengikuti Ji Woo.
Ji Woo
berjalan dengan Sun di sebuah jalan, Sun bertanya apakah Ji Woo tak keberatan
dengan ini, lalu ingin minta maaf karena kebiasaan mabuk, jadi tempat yang
dipilih Ji Woo tidak cukup bagus.
“Ayo kita
pergi ke restoran mewah. Aku akan mentraktirmu semuanya” kata Sun. Ji Woo tahu
kalau Sun akan bersikap seperti itu.
“Tapi
kita bukan makan yang mahal namun enak.” Ucap Ji Woo. Sun tahu kalau ini tempat
yang terkenal.
“Ya, itu
enak sekali. Jadi Ayo masuk ke dalam.” Kata Ji Woo, Sun pun setuju.
Ji Woo
masuk ke dalam restoran bersama Sun, melihat Dae Young sedang duduk dengan
wanita bersadar di bahunya. Dae Young kaget melihat Sun dengan Ji Woo, saat itu
terlihat wajah Seo Yeon bersadar di bahu Dae Young. Ji Woo kaget ternyata Dae
Young seperti sangat dekat dengan Seo Yeon.
Bersambung ke episode 6
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar