PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Mi So
makan kue dengan cream karamel. Young Joon bertanya apakah Mi So sangat
menyukai karamel. Mi So mengaku kalau Karamel sangat bermakna baginya. Young
Joon binggung apa maksudnya Bermakna.
“Saat aku
kecil, Kau memberiku potongan terakhir permen karamel, Aku selalu mengingat
momen itu dari waktu ke waktu. Kebaikanmu begitu membuatku nyaman.” Ungkap Mi So, Young Joon bisa
tersenyum mendengarnya.
“Ngomong-ngomong,
aku punya pertanyaan. Kenapa kau mengubah namamu dari Lee Sung Hyun? Dan...bagaimana
kakakmu memiliki ingatan yang salah?”kata Mi So penasaran. Young Joon hanya
terdiam.
“Kau tak
perlu menjawabnya sekarang. Kita masih punya waktu bersama, perlahan-lahan. Oh,
ya, kita harus ke suatu tempat setelah ini.” Kata Mi So bersemangat. Young Joon
bertanya-tanya kemana itu.
Young Ok
dan Se Ra baru saja selesai makan siang, keduanya mengeluh kalau sisa 10 menit
sebelum waktu makan siang berakhir. Se Ra harap bisa punya waktu makan siang 3x. Lalu keduanya
berhenti melihat sepasang pria dan wanita terlihat sangat dekat di depan lift.
“Apa kau
dengar Nn. Choi dari tim pemasaran dan Tn. Kim dari tim administrasi umum pacaran?”
bisik Young Ok, Se Ra terkejut mendengarnya.
“Mereka
pasti bahagia sekali, Aku sangat iri.” Keluh Se Ra.
“Kau
kencanlah dengan pahlawan gebetanmu.” Kata Young Ok penuh semangat.
“Entah
dia pahlawan sungguhan atau bukan, Dia tak ada ngomong apapun.” Keluh Se Ra.
Young Ok
mengartikan kalau cowonya itu belum menyatakan perasaanya, Se Ra juga tak
mengerti dan berpikir seperti itu lalu berjalan masuk ke dalam ruangan.
Tuan Jung
menyuruh Tuan Park untuk menulis Laporan
saat perjalanan bisnisnya. Tuan Park mengatakan kalau sudah mencatat. Se Ra
melihat Tuan Yang sedang duduk didepanya. Young Ok melihat Sek Yang hanya makan siang burger saja.
“Kudengar
Bos hari ini rapat makan siang tertutup.” Ucap Tuan Jung kasihan. Saat itu pesan diskon 50% di ponsel Se Ra
lalu tiba-tiba menjerit kesal. Semua bertanya ada apa dengan Se Ra.
“Pria
kenalanku, yang tinggal satu perumahan. Terus saja mengajakku makan bersama.
Sudah kubilang aku sibuk, tapi dia bersikeras.” Ucap Se Ra sengaja menyaringkan
suaranya, Tuan Yang terlihat cemburu.
“Otak
cerdasku menduga kalau dia mungkin saja menyukaimu.” Kata Tuan Park, Se Ra
pura-pura terkejut kalau pria itu menyukainya.
“Hei,
bukankah sudah terlihat? Dia mengajakmu makan tentu karena punya alasan, Aku
yakin dia ingin memintamu membeli paket asuransi. Dia kedengarannya begitu
bersikukuh. Dia seperti agen asuransi yang ingin menggaet klien baru.” Ucap
Tuan Jung mengejek. Se Ra menegaskan bukan.
“Dia
pasti mengajakku makan karena dia tahu aku masih lajang. Jika seseorang menyatakan
perasaannya padaku Dan aku tak lagi lajang, Kalau begitu, tak ada lagi pria
yang bisa menggangguku.” Kata Se Ra sengaja menyindir, tapi Tuan Yang malah
minum cola untuk menahan rasa kesalnya.
“Apa Kau
masih bisa minum soda saat ini?”teriak Se Ra kesal, Tuan Jung heran karena Se
Ra membuat Tuan Yang hampir tersedak.
“Kenapa
kau mendadak teriak padanya?” ucap Tuan Jung, Se Ra menurunkan suaranya kalau
suka soda dan marah karena Tuan Yang cuma minum untuk sendiri lalu keluar
ruangan. Tuan Jung tak percaya kalau Se Ra yang sangat menyukai soda.
Se Ra
berjalan sendirian mengeluh kala iri dengan mereka yang bisa berkencan dengan
rekan sekantor. Tapi Ia pikir tak perlu memikirkan karena Nanti kalau sudah
putus bisa canggung jadi tak akan pernah pacaran dengan rekan kerjanya meski
dipaksa. Tiba-tiba Tuan Yang datang langsung memberikan botol soda.
“Jangan
bagi pada yang lain. Kau sendiri yang harus minum semuanya... Pokoknya Harus.”
Kata Tuan Yang lalu bergegas pergi.
“Apa dia
memberiku minuman ini karena tadi aku meneriakinya? Aku tak pernah meminta
minuman ini. Tapi kenapa dia menyuruhku untuk tidak membagikan pada yang lain?”
keluh Se Ra.
Tuan Yang
sengaja mengintip dari belakang dinding, Se Ra dengan wajah kesal akhirnya
minum soda dan melihat ada tulisan di bagian botol “Nn. Bong.” Se Ra
kebingungan tapi akhirnya mencoba meminumnya lagi, terlihat tulisan “Kau
menggemaskan.”
Saat itu
Se Ra terlihat tersipu malu tak percaya Tuan Yang menuliskan dalam botol soda,
lalu kembali meminumnya dan terlihat tulisan “ Maukah kau jadi pacarku?” Se Ra makin salah tingkah membacanya, Tuan Yang
pun tersenyum begitu juga Se Ra akhirnya menerima penyataan dari Tuan
Yang.
Young
Joon melihat kalau Mi So membawanya ke salah satu pusat perbelanjaan pesaing
mereka dan berpikir Untuk riset pasar. Mi So mengatakan bukan seperti itu tapi
Ada sesuatu yang dibutuhkan, lalu sadar kalau karyawan di pusat perbelanjaan
perusahanan akan kurang nyaman jika datang kesana.
“Ngomong-ngomong,
apa yang kita butuhkan?” tanya Young Joon, Mi So menunjuk barang yang mau
dibeli dan menarik Young Joon untuk membelinya.
“Menurutmu
bagaimana? Aku ingin membelikanmu cangkir yang bagus sebagai hadiah.” Kata Mi So
memilih cangkir. Young Joon binggung dianggap sebagai hadiah.
“Aku tak
enak sudah merusak cangkirmu pagi ini. Aku ingin membelikanmu yang baru dan
akan membawa peruntungan bagus untukmu.” Kata Mi So lalu meminta pegawai agar
membungkuskan cangkir yang diminta.
“Set
peralatan makan baru saja tiba dan berada pada deretan yang sama. Apa Kalian
ingin melihatnya? Itu perlengkapan yang populer pada kalangan pengantin baru.”
Ucap Pegawai. Mi So terlihat gugup mendengar “Pengantin baru”
“Kami
akan membelinya.” Kata Young Joon, Mi So
langsung menolaknya karena mereka cuma beli cangkir ini saja. Pegawai menganguk
mengerti lalu berjalan pergi.
Young
Joon heran dengan Mi So karean ingin
beli peralatan makan yang disukai pengantin baru. Mi So merasa kalau membeli
barang yang tak diperlukan bukan sesuatu yang bijak. Young Joon hran kenapa Mi
So berpikir kalau tak diperlukan.
“Sekarang,
kita sudah tinggal bersama. Jadi, kita sudah seperti pengantin baru.” Kata
Young Joon. Mi So langsung menutup mulut Young Joon.
“Bisa
tolong jangan katakan itu? Aku khawatir ada yang mendengarnya.” Kata Mi So
panik
“Pasangan
baru? Set peralatan makan? Sudah kubilang, kita tak akan beli itu.” Tegas Mi So
berjalan pergi.
“Pengantin
baru dan set peralatan makan. Ini Terasa aneh. Kurasa aku baru saja dimarahi,
tapi aku malah senang. Aku begitu menyukainya.” Komentar Young Joon dengan
senyuman.
Young
Joon terus memegang cangkir pasangan dengan wajah bahagia, Mi So menyuruh agar
menaruh kembali ke dalam tas. Young Joon menolak karena ingin memandangi lebih
lama.
“Aku
memikirkan mengenai kesialanmu dan mendapat beberapa solusi.” Ucap Young Joon,
Mi So ingin tahu apa solusinya.
“Pertama-tama,
aku akan menyuruh seluruh karyawan memakai sepatu. Sehingga, kau tak perlu lagi
pakai heels. Yang artinya, mereka tak lagi akan tergores.” Kata Young Joon.
“Apa Semua
karyawan Cuma memakai sepatu saja? Kurasa itu terlalu berlebihan.” Ucap Mi So
“Kedua,
aku bisa meminimalisir jumlah perjalanan yang harus kau lakukan, untuk
memastikan keselamatan kekasihku. Aku akan membelikanmu mobil dan supir. Oh,
ya. Aku harap kau tak menjual mobil itu seperti terakhir kali.” Kata Mi So
“Kurasa
itu juga berlebihan.” Komentar Mi So
“Ketiga,
aku bisa membelikanmu sepasang heels baru sebagai hadiah. Aku ingin kau memakai
heels baru yang cantik dan akan membawamu keberuntungan.” Kata Young Joon.
Mi So
pikir kalau ketiga adalah solusi terbaik dan Young Joon memastikan Jangan
biarkan nasib sial merobohkan mereka, Mi So pikir Segalanya akan baik-baik saja
karena mereka sudah bersama. Young Joon mengusulkan mereka beli sepasang heels
sekarang
“Aku akan
beli segala macam heels yang kau inginkan.” Kata Young Joon, Mi So mengeluh
kalau tak bijak membeli barang yang tak penting.
“Aku cuma
akan terima satu pasang heels saja, paham?” kata Mi So, Young Joon menganguk
mengerti.
“Aku
janji tak akan bersikap seperti orang kaya saat bersamamu.” Ucap Young Joon
lalu memasukan cangkir ke dalam tas.
Ji Ah
dalam ruangan terlihat panik berharap agar Mi So segera mengangkat telpnya.
Saat itu juga Mi So dan Young Joon baru kembali dengan wajah bahagia. Ji Ah memberitahu kalau orang tua Young Joon
datang. Young Joon menatap keduanya terlihat merasakan sesuatu.
“Nn. Ji
Ah, aku seharusnya pergi rapat dengan tim PR. Apa kau bisa menggantikanku? Kau
hanya perlu mencatat notulen.” Kata Mi So, Ji Ah menganguk mengerti akan segera
kembali.
Di
ruangan terasa ada ketegangan, Tuan Lee
menceritakan kalau Sung Yeon memberitahu
kalau Young Joon sebenarnya tak kehilangan ingatan waktu itu. Ia ingin tahu
apakah memang benar. Young Joon terdiam seperti membenarkan.
“Kau
begitu dewasa dan pengertian bahkan saat masih kecil. Saat kau memberitahu kami,
kalau kau kehilangan ingatan hanya pada
hari itu saja, Aku seharusnya meragukannya.” Ucap Tuan Lee
“Tidak,
ini salahku... Saat kau memberitahuku. agar Sung Yeon bisa dirawat. Seharusnya
aku tidak keras kepala. Ini semua salahku.” Ucap Nyonya Choi merasa bersalah
“Young
Joon... Bisa kau beritahu kami apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kau bisa
punya ide seperti itu? Katakan yang sebenarnya terjadi. Aku malu bertanya itu
padamu, tapi aku ingin tahu.” Kata Tuan Lee.
Flash Back
Sung Yeon
mengajak adiknya berjalan-jalan, Young Joon heran karena hanya melihat rumah
yang tak berpenghuni, padahal sudah mengatakan tak ada taman hiburan didekat
situ. Sung Yeon menyakinakan kalau mereka hampir sampai.
“Tae
Cheol bilang dia pernah lihat.” Kata Sung Yeon. Young Joon menegaksan kalau
temanya itu berbohong.
“Aku
dengar lahannya bahkan belum dibeli, jadi Aku ingin pulang saja.” Kata Young
Joon.
“Kau
sendiri yang ingin ikut denganku dan kabur dari pak supir, Apa Sekarang kau
takut?” kata Sung Yeon mengejek
“Tidak...
Lupakan, aku haus, berikan aku air kalau kau punya.” Keluh Young Joon, Sung
Yeon mengaku tak punya air. Young Joon mengeluh kalau haus sekali.
“Kalau
begitu bagaimana kau menunggu disini? Aku akan beli minuman.” Ucap Sung Yeon.
Young
Joon mengajak untuk pergi sama-sama.
Sung Yeon mengejek kalau adiknya takut sendirian. Young Joon menegaskan
kalau tidak takut dan menyuruh Sung Yeon pergi sendiri saja.
“Tapi jangan
beli minuman bersoda, tak baik untuk gigimu.” Kata Young Joon, Sung Yeon
meminta agar tetap menunggunya, karena tak ingin adiknya tersesat.lalu pergi
dengan tatapan licik.
Young
Joon merasa aneh karena berjalan sebentar tapi tak menemukan orang sama sekali.
Saat itu seorang wanita mendekati Young Joon,
mengaku kalau Kakinya sakit jadi meminta agar membawakan koper miliknya.
Young Joon ingin tahu Mau dibawa sampai kemana.
“Aku
tinggal disana, Sampai kerumahku saja.” Kata si wanita.
“Tapi,
aku harus cepat-cepat pulang juga.” Ucap Young Joon
“Berarti
gawat... Putriku pasti menungguku sendirian dirumah. Dia sedang demam tinggi
sejak pagi. Aku harus pulang cepat tapi terhambat karena kakiku terluka.” Kata
Wanita seperti ingin membujuk Young Joon.
“Kalau
begitu, aku akan membantumu membawa kopernya” ucap Young Joon.
Si wanita
memuji Young Joon itu anak yang baik den memberikan minuman sebagai imbalan. Young
Joon menolak, Si wanita merayu Young
Joon kalau itu balasan untuk bantuanya. Young Joon yang kehausan langsung
meminum habis.
Sung Yeon
duduk diam didalam kamarnya, lalu meminta pelayan agar memindahkan semua barang
ke kamar Young Joon. Pelayan yang sudah tua terlihat binggung karena Sung Yeon
mendadak ingin melakukanya.
“Karena
disana adalah kamarku.” Kata Sung Yeon, Si pelayan binggung.
“Itu
adalah kamarku yang sebenarnya Dan disini adalah kamar Young Joon. Kau sudah
tahu semuanya, kan? Kau sudah bekerja dengan keluargaku sejak aku masih kecil.”
Ucap Sung Yeon, Si pelayan tak bisa berkata apa-apa.
“Kalau
begitu, aku akan pindahkan semua barang dalam kamar ini akhir pekan ini sesuai
dengan permintaanmu.” Kata Pelayan
“Semuanya
bermula dari dirinya. Semuanya dari kamar ini... sampai ke hari itu.” Kata Sung
Yeon bisa mengingat kembali.
Flash Back
Tuan Lee
mencengkram tubuh Sung Yeon ingin tahu dimana meninggalkan Young Joon, Sung
Yeon yang ketakutan hanya bisa menangis dan terdiam. Ayahnya ingin Sung Yeon
menjawab karena sudah tak punya waktu jadi meminta agar memberitahu dimana
meninggalkan adiknya. Nyonya Choi tak
bisa menahan shock langsung jatuh pingsan.
“Karena
aku...” ucap Sung Yeon sambil menangis.
“Tapi
tetap saja, aku benar-benar mengubah semua ingatanku.” Ucap Sung Yeon merasakan
baru kembali dari ingatanya.
Young
Joon menceritakan saat dulu kembali dari
rumah sakit adan Sesuatu yang tak pernah dibayangkan, Sedang menantinya.
Flash Back
Young
Joon masuk kamar terlihat sangat marah melihat Sung Yeon ada dikamarnya, bahkan
memakai pakaiannya. Ia mengomel karena Sung Yeon yang menyentuh barang-barangnya
bahkan berani menerobos masuk kamarnya.
“Ini
bukan kamarmu!” teriak Sung Yeon, Young Joon binggung karena ini kamarnya.
“Keluar!
Aku terkunci disana selama 3 hari karena kau. Aku terkurung ditempat itu selama
3 hari dan hampir mati! Jadi Cepat keluar, cepat keluar sekarang juga! Kau
pergi dari hadapanku!” teriak Sung Yeon histeris dan lebih marah dibanding
adiknya.
Akhirnya
Sung Yeon dibawa ke rumah sakit dan duduk sendirian, Dokter menjelaskan keadaan
Sung Yeon karena rasa bersalah yang besar jadi sepenuhnya mengubah ingatannya,
bahkan dengan kuat meyakini bahwa dirinyalah yang diculik.
“Perlakuannya
yang agresif karena dia meyakini bahwa orang disekitarnya berusaha
membohonginya.” Kata Dokter. Kedua Orang Tua Sung Yeon menahan rasa sedih.
Sung Yeon
sangat marah melempar bantal agar Young Joon Pergi dari hadapannya. Young Joon
mengaku Awalnya begitu kebingungan tapi Namun,
secara perlahan, kebingunan itu berubah menjadi amarah dan benci.
“Aku
adalah orang yang mengalami semuanya Dan aku masih terluka serta trauma. Namun,
kakak menuduhku dan menjadikan dirinya sebagai korban?” cerita Young Joon.
Akhirnya
Young Joon melawan Sung Yeon, keduanya berkelahi sambil guling-gulingan. Ia
yakin saat itu tak ingin kalah jadi bertengkar sangat hebat dengan sang kakak orang
tua mereka kesulitan memisahkan. Tapi
mereka terus berkelahi dengan ganas.
Flash Back
Nyonya
Choi kaget kalau suaminya ingin memasukan Sung Yeon masuk Rumah sakit jiwa
karena Dokter berkata bahwa Sung Yeon cuma penakut dan hanyalah kebingungan
sementara yang diakibatkan rasa bersalahnya. Diam-diam Young Joon mendengar
dari balik pintu.
“Bagaimana
kita tega mengirimnya kesana?” ucap Nyonya Choi marah
“Apa Kau
tak lihat Sung Yeon mengayunkan tongkat bisbol kemarin? Dan kita harus memikirkan
Sung Hyun juga. Bagaimana dia bisa pulih atas kejadian itu dengan keadaan
seperti ini? Kalau kita tak melakukan apa-apa, maka kita akan menghancurkan
kehidupan mereka.” Jelas Tuan Lee
“Tapi
bagaimana kita tega mengirim Sung Yeon ke Rumah Sakit jiwa? Kenapa ini terjadi
pada kita? Rasanya aku ingin mati, aku tak bisa menanggungnya lagi.” Ucap
Nyonya Choi menangis sedih
“Bagiku,
kematian bukan lagi gagasan abstrak. Segala bayangan mengenai kematian yang aku
ketahui begitu jelas mulai dari bentuk dan suaranya. bahkan aromanya.” Cerita
Young Joon.
Flash Back
Semua
sudah duduk dimeja makan, Nyonya Choi datang dengan wajah sedih. Tuan Lee ingin
tahu dengan anak sulungnya. Nyonya Choi
hanya mengelengkan kepala. Tuan Lee pun mengajak semua makan saja. Young Joon
melihat orang tuanya, tiba-tiba jatuh pingsan.
Esok
harinya
Orang Tua
Young Joon kaget mengetahui kalau Sung Yeon diculik. Young Joon mengaku kalau
karena dirinya meninggalkannya disana, tapi sungguh tak mengingat apapun. Kedua
orang tuanya makin binggung.
“Maafkan
aku... Maafkan aku, Sung Yeon.” Ucap Young Joon mencoba agar bisa mendamaikan
seluruh keluarga.
“Dulu,
kupikir itu satunya cara agar semua orang dalam keluarga bisa bertahan.” Cerita
Young Joon.
“Maafkan
aku, Young Joon... Ini semua salahku. Kau yang paling menderita. Kenapa aku
berkata seperti itu dulu? Meski Sung Yeon, yakin bahwa dialah yang diculik. Dia
tak benar-benar melihat dan mengalami semua itu. Jadi, kami kira dia tak akan merasa
lebih trauma dari pada kau.” Cerita Nyonya Choi sambil menangis.
“Kami
mengira itu adalah jalan kami bisa melindungi kalian berdua. Jika saja kami
membuat keputusan yang benar waktu itu, Mungkin saja kalian berdua bisa punya
hidup bahagia. Rasa bersalah dan penyesalan akan menghantuiku seumur hidup.”
Ucap Nyonya Choi merasa bersalah.
“Ini
salah kami. Kami yang membuatmu memikul beban besar itu sendirian. Kami sungguh
minta maaf.” Kata Tuan Lee juga merasa bersalah.
“Jangan
berkata seperti itu... Aku mengerti.” Kata Young Joon.
“Tidak...
Jangan maklumi kami, Young Joon. Kau seharusnya menyalahkan kami dan membenci
kami. Katakan kalau kau begitu menderita... Katakan kau begitu kesepian. Kau
boleh katakan itu. Kau boleh sekali lakukan itu, Young Joon.” ucap Tuan Lee.
Semua hanya bisa menangis sedih.
Mi So
melihat Tuan Lee keluar ruangan dengan wajah sedih, Nyonya Choi mendekati Mi So
memohon agar jaga baik-baik Young Joon.
Mi So dengan raut wajah sedih pun meminta agar Nyonya Choi tak khawatir.
Saat
masuk ruangan, Mi So melihat Young Joon masih tertunduk sedih dan keduanya
hanya bisa saling menatap. Young Joon mengemudikan mobilnya dalam diam, Mi So
pikir mereka tak perlu makan malam hari ini. Young Joon dengan wajah lesu
mengaku tak tahu.
“Kau sepertinya
suka omelet buatanku, bagaimana kalau kubuatkan lagi? Atau... Kita masih punya
wine dari tadi malam. Bagaimana kalau kita nonton film sambil minum wine itu?”
ucap Mi So mencoba menghibur Young Joon,
tapi pikiran Young Joon masih melayang.
Flash Back
Young
Joon ingin tahu keadaan kakaknya sekarang, Nyonya Choi memberitahu kalau Sung
Yeon akan segera kembali ke Perancis dan merasa tak akan kembali kemari dalam
waktu yang lama.
Akhirnya
Young Joon memilih untuk memutar balik mobilnya.
Sung Yeon
sibuk memilih bukunya dan dimasukan ke dalam dus. Saat itu Young Joon masuk
ruangan, Sung Yeon dengan sinis berkomentar melihat adiknya yang datang. Young
Joon membalas dengan kakaknya yang memilih untuk melarikan diri lagi. Sung Yeon
terlihat binggung.
“Kau
pasti mengira aku lemah dan menyedihkan. Itulah kenapa kau membuat. keputusan
angkuh kala itu. Saat itu, kau seharusnya yakin padaku.. Kau harus yakin kalau
aku bisa melewatinya sendiri.” Ucap Sung Yeon marah
“Kau
seharusnya berjuang denganku daripada menutupinya! Kau pasti mengira bahwa
hanya kau saja yang bisa mengatasi permasalahan dan pura-pura harus kehilangan
ingatan, tapi aku... Karena keputusan angkuh yang kau buat, maka Aku
menghabiskan setengah hidupku membencimu Dan mengasihani diri. Apa kau tahu
itu?” kata Sung Yeon marah.
“Maafkan
aku. Aku... Kukira dengan pura-pura kehilangan ingatan adalah solusi terbaik.
Kukira segalanya akan baik-baik saja jika aku hidup dengan nama "Lee Young
Joon" Dibanding dengan nama "Lee Sung Hyun", Yang mana bisa
membingungkanmu. Aku mengira semuanya akan baik-baik saja. kalau aku mengorbankan
diriku.” Jelas Young Joon.
“Tapi
hari ini, Saat kudengar ibu hidup dengan menyalahkan diri, Aku mendadak punya
pemikiran ini. Mungkin seharunya kita berjuang bersama-sama Meskipun hal itu
akan sulit. Itulah namanya keluarga.” Kata Young Joon.
“Seperti
kau bilang, Aku memang angkuh. Aku membuang kesempatanmu mendapatkan
kebenarannya. Aku sungguh minta maaf. “ kata Young Joon.
“Bagaimana
kau mau memaafkanku? Aku sudah lama menyiksamu.” Ucap Sung Yeon.
Young Joon
pikir kalau bohong mengaku tidak tersiksa Tapi menurutnya itu bukan karena Sung
Yeon tapi Itu karena shock yang didapatkan pada hari itu begitu besar jadi Sejak
awal, luka itu bukan karena kakakknya dan
tak ada yang harus dimaafkan.
“Jadi,
kau juga sebaiknya... Aku tahu ini berat tapi aku berharap kau bisa melepas
rasa bersalahmu dan terbebas. Bukan karena aku memintamu, tapi untuk dirimu.” Kata Young Joon dan akan pergi.
“Maafkan
aku... Saat itu, aku harus menjadi orang lain. Hanya itu cara aku bisa bertahan
hidup.” Kata Sung Yeon. Young Joon pun terdiam seperti tak percaya
mendengarnya.
Young
Joon keluar dari rumah terlihat tegang, lalu melihat Mi So yang memberikan
senyuman padanya. Keduanya minum wine di rumah, Mi So heran melihat Young Joon
tersenyum. Young Joon mengira tak akan tenang. saat semua kebenaran terungkap.
“Tapi
Sebenarnya aku malah jadi lega... Aku lega sudah mengatakan kebenarannya.” Kata
Young Joon.
“Tentu
saja. Tak ada yang lebih baik dibanding berkata jujur.”ucap Mi So
“Apa kau
berpikir seperti ini? Kalau begitu... Boleh aku berkata jujur padamu apa yang
kurasakan saat ini?” kata Young Joon lalu mendekat dan mulai mencium Mi So.
Mi So pun
sampai berbaring disofa saat Young Joon menciumnya. Keduanya saling menatap
walaupun terasa gugup, Young Joon menegaskan kalau tak ingin menyia-nyiakan malam ini lalu
mencium Mi So kembali dan menarik pita yang ada di kemeja sekertarisnya.
Bersambung
ke episode 14
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Wow bgt baca sinopsis selengkap nonton langsung hee Top... Nunggu sinopsis episode 13 biar g penasaran. ...Nunggu diputar
BalasHapusKapann eps 13 14 15 16 tayang yaa
BalasHapuslanjut mba dee...meski udah nonton, tetep aja baca sinopsisnya lagi...
BalasHapus