PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 13 Juli 2018

Sinopsis What's Wrong with Secretary.Kim Episode 12 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Mi So makan kue dengan cream karamel. Young Joon bertanya apakah Mi So sangat menyukai karamel. Mi So mengaku kalau Karamel sangat bermakna baginya. Young Joon binggung apa maksudnya Bermakna.
“Saat aku kecil, Kau memberiku potongan terakhir permen karamel, Aku selalu mengingat momen itu dari waktu ke waktu. Kebaikanmu begitu  membuatku nyaman.” Ungkap Mi So, Young Joon bisa tersenyum mendengarnya.
“Ngomong-ngomong, aku punya pertanyaan. Kenapa kau mengubah namamu dari Lee Sung Hyun? Dan...bagaimana kakakmu memiliki ingatan yang salah?”kata Mi So penasaran. Young Joon hanya terdiam.
“Kau tak perlu menjawabnya sekarang. Kita masih punya waktu bersama, perlahan-lahan. Oh, ya, kita harus ke suatu tempat setelah ini.” Kata Mi So bersemangat. Young Joon bertanya-tanya kemana itu. 


Young Ok dan Se Ra baru saja selesai makan siang, keduanya mengeluh kalau sisa 10 menit sebelum waktu makan siang berakhir. Se Ra harap  bisa punya waktu makan siang 3x. Lalu keduanya berhenti melihat sepasang pria dan wanita terlihat sangat dekat di depan lift.
“Apa kau dengar Nn. Choi dari tim pemasaran dan Tn. Kim dari tim administrasi umum pacaran?” bisik Young Ok, Se Ra terkejut mendengarnya.
“Mereka pasti bahagia sekali, Aku sangat iri.” Keluh Se Ra.
“Kau kencanlah dengan pahlawan gebetanmu.” Kata Young Ok penuh semangat.
“Entah dia pahlawan sungguhan atau bukan, Dia tak ada ngomong apapun.” Keluh Se Ra.
Young Ok mengartikan kalau cowonya itu belum menyatakan perasaanya, Se Ra juga tak mengerti dan berpikir seperti itu lalu berjalan masuk ke dalam ruangan. 

Tuan Jung menyuruh Tuan Park untuk  menulis Laporan saat perjalanan bisnisnya. Tuan Park mengatakan kalau sudah mencatat. Se Ra melihat Tuan Yang sedang duduk didepanya. Young Ok melihat Sek Yang hanya  makan siang burger saja.
“Kudengar Bos hari ini rapat makan siang tertutup.” Ucap Tuan Jung kasihan.  Saat itu pesan diskon 50% di ponsel Se Ra lalu tiba-tiba menjerit kesal. Semua bertanya ada apa dengan Se Ra.
“Pria kenalanku, yang tinggal satu perumahan. Terus saja mengajakku makan bersama. Sudah kubilang aku sibuk, tapi dia bersikeras.” Ucap Se Ra sengaja menyaringkan suaranya, Tuan Yang terlihat cemburu.
“Otak cerdasku menduga kalau dia mungkin saja menyukaimu.” Kata Tuan Park, Se Ra pura-pura terkejut kalau pria itu menyukainya.
“Hei, bukankah sudah terlihat? Dia mengajakmu makan tentu karena punya alasan, Aku yakin dia ingin memintamu membeli paket asuransi. Dia kedengarannya begitu bersikukuh. Dia seperti agen asuransi yang ingin menggaet klien baru.” Ucap Tuan Jung mengejek. Se Ra menegaskan bukan.
“Dia pasti mengajakku makan karena dia tahu aku masih lajang. Jika seseorang menyatakan perasaannya padaku Dan aku tak lagi lajang, Kalau begitu, tak ada lagi pria yang bisa menggangguku.” Kata Se Ra sengaja menyindir, tapi Tuan Yang malah minum cola untuk menahan rasa kesalnya.
“Apa Kau masih bisa minum soda saat ini?”teriak Se Ra kesal, Tuan Jung heran karena Se Ra membuat Tuan Yang  hampir tersedak.
“Kenapa kau mendadak teriak padanya?” ucap Tuan Jung, Se Ra menurunkan suaranya kalau suka soda dan marah karena Tuan Yang cuma minum untuk sendiri lalu keluar ruangan. Tuan Jung tak percaya kalau Se Ra yang sangat menyukai soda.

Se Ra berjalan sendirian mengeluh kala iri dengan mereka yang bisa berkencan dengan rekan sekantor. Tapi Ia pikir tak perlu memikirkan karena Nanti kalau sudah putus bisa canggung jadi tak akan pernah pacaran dengan rekan kerjanya meski dipaksa. Tiba-tiba Tuan Yang datang langsung memberikan botol soda.
“Jangan bagi pada yang lain. Kau sendiri yang harus minum semuanya... Pokoknya Harus.” Kata Tuan Yang lalu bergegas pergi.
“Apa dia memberiku minuman ini karena tadi aku meneriakinya? Aku tak pernah meminta minuman ini. Tapi kenapa dia menyuruhku untuk tidak membagikan pada yang lain?” keluh Se Ra.
Tuan Yang sengaja mengintip dari belakang dinding, Se Ra dengan wajah kesal akhirnya minum soda dan melihat ada tulisan di bagian botol “Nn. Bong.” Se Ra kebingungan tapi akhirnya mencoba meminumnya lagi, terlihat tulisan “Kau menggemaskan.”
Saat itu Se Ra terlihat tersipu malu tak percaya Tuan Yang menuliskan dalam botol soda, lalu kembali meminumnya dan terlihat tulisan “ Maukah kau jadi pacarku?”  Se Ra makin salah tingkah membacanya,  Tuan Yang  pun tersenyum begitu juga Se Ra akhirnya menerima penyataan dari Tuan Yang. 


Young Joon melihat kalau Mi So membawanya ke salah satu pusat perbelanjaan pesaing mereka dan berpikir Untuk riset pasar. Mi So mengatakan bukan seperti itu tapi Ada sesuatu yang dibutuhkan, lalu sadar kalau karyawan di pusat perbelanjaan perusahanan akan kurang nyaman jika datang kesana.
“Ngomong-ngomong, apa yang kita butuhkan?” tanya Young Joon, Mi So menunjuk barang yang mau dibeli dan menarik Young Joon untuk membelinya.
“Menurutmu bagaimana? Aku ingin membelikanmu cangkir yang bagus sebagai hadiah.” Kata Mi So memilih cangkir. Young Joon binggung dianggap sebagai hadiah.
“Aku tak enak sudah merusak cangkirmu pagi ini. Aku ingin membelikanmu yang baru dan akan membawa peruntungan bagus untukmu.” Kata Mi So lalu meminta pegawai agar membungkuskan cangkir yang diminta.
“Set peralatan makan baru saja tiba dan berada pada deretan yang sama. Apa Kalian ingin melihatnya? Itu perlengkapan yang populer pada kalangan pengantin baru.” Ucap Pegawai. Mi So terlihat gugup mendengar “Pengantin baru”
“Kami akan membelinya.” Kata  Young Joon, Mi So langsung menolaknya karena mereka cuma beli cangkir ini saja. Pegawai menganguk mengerti lalu berjalan pergi. 
Young Joon heran dengan Mi So  karean ingin beli peralatan makan yang disukai pengantin baru. Mi So merasa kalau membeli barang yang tak diperlukan bukan sesuatu yang bijak. Young Joon hran kenapa Mi So berpikir kalau tak diperlukan.
“Sekarang, kita sudah tinggal bersama. Jadi, kita sudah seperti pengantin baru.” Kata Young Joon. Mi So langsung menutup mulut Young Joon.
“Bisa tolong jangan katakan itu? Aku khawatir ada yang mendengarnya.” Kata Mi So panik
“Pasangan baru? Set peralatan makan? Sudah kubilang, kita tak akan beli itu.” Tegas Mi So berjalan pergi.
“Pengantin baru dan set peralatan makan. Ini Terasa aneh. Kurasa aku baru saja dimarahi, tapi aku malah senang. Aku begitu menyukainya.” Komentar Young Joon dengan senyuman. 


Young Joon terus memegang cangkir pasangan dengan wajah bahagia, Mi So menyuruh agar menaruh kembali ke dalam tas. Young Joon menolak karena ingin memandangi lebih lama.
“Aku memikirkan mengenai kesialanmu dan mendapat beberapa solusi.” Ucap Young Joon, Mi So ingin tahu apa solusinya.
“Pertama-tama, aku akan menyuruh seluruh karyawan memakai sepatu. Sehingga, kau tak perlu lagi pakai heels. Yang artinya, mereka tak lagi akan tergores.” Kata Young Joon.
“Apa Semua karyawan Cuma memakai sepatu saja? Kurasa itu terlalu berlebihan.” Ucap Mi So
“Kedua, aku bisa meminimalisir jumlah perjalanan yang harus kau lakukan, untuk memastikan keselamatan kekasihku. Aku akan membelikanmu mobil dan supir. Oh, ya. Aku harap kau tak menjual mobil itu seperti terakhir kali.” Kata Mi So
“Kurasa itu juga berlebihan.” Komentar Mi So
“Ketiga, aku bisa membelikanmu sepasang heels baru sebagai hadiah. Aku ingin kau memakai heels baru yang cantik dan akan membawamu keberuntungan.” Kata Young Joon.
Mi So pikir kalau ketiga adalah solusi terbaik dan Young Joon memastikan Jangan biarkan nasib sial merobohkan mereka, Mi So pikir Segalanya akan baik-baik saja karena mereka sudah bersama. Young Joon mengusulkan mereka beli sepasang heels sekarang
“Aku akan beli segala macam heels yang kau inginkan.” Kata Young Joon, Mi So mengeluh kalau tak bijak membeli barang yang tak penting.
“Aku cuma akan terima satu pasang heels saja, paham?” kata Mi So, Young Joon menganguk mengerti.
“Aku janji tak akan bersikap seperti orang kaya saat bersamamu.” Ucap Young Joon lalu memasukan cangkir ke dalam tas. 



Ji Ah dalam ruangan terlihat panik berharap agar Mi So segera mengangkat telpnya. Saat itu juga Mi So dan Young Joon baru kembali dengan wajah bahagia.  Ji Ah memberitahu kalau orang tua Young Joon datang. Young Joon menatap keduanya terlihat merasakan sesuatu.
“Nn. Ji Ah, aku seharusnya pergi rapat dengan tim PR. Apa kau bisa menggantikanku? Kau hanya perlu mencatat notulen.” Kata Mi So, Ji Ah menganguk mengerti akan segera kembali. 

Di ruangan terasa ada ketegangan,  Tuan Lee menceritakan kalau  Sung Yeon memberitahu kalau Young Joon sebenarnya tak kehilangan ingatan waktu itu. Ia ingin tahu apakah memang benar. Young Joon terdiam seperti membenarkan.
“Kau begitu dewasa dan pengertian bahkan saat masih kecil. Saat kau memberitahu kami, kalau  kau kehilangan ingatan hanya pada hari itu saja, Aku seharusnya meragukannya.” Ucap Tuan Lee
“Tidak, ini salahku... Saat kau memberitahuku. agar Sung Yeon bisa dirawat. Seharusnya aku tidak keras kepala. Ini semua salahku.” Ucap Nyonya Choi merasa bersalah
“Young Joon... Bisa kau beritahu kami apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana kau bisa punya ide seperti itu? Katakan yang sebenarnya terjadi. Aku malu bertanya itu padamu, tapi aku ingin tahu.” Kata Tuan Lee.


Flash Back
Sung Yeon mengajak adiknya berjalan-jalan, Young Joon heran karena hanya melihat rumah yang tak berpenghuni, padahal sudah mengatakan tak ada taman hiburan didekat situ. Sung Yeon menyakinakan kalau mereka hampir sampai.
“Tae Cheol bilang dia pernah lihat.” Kata Sung Yeon. Young Joon menegaksan kalau temanya itu berbohong.
“Aku dengar lahannya bahkan belum dibeli, jadi Aku ingin pulang saja.” Kata Young Joon.
“Kau sendiri yang ingin ikut denganku dan kabur dari pak supir, Apa Sekarang kau takut?” kata Sung Yeon mengejek
“Tidak... Lupakan, aku haus, berikan aku air kalau kau punya.” Keluh Young Joon, Sung Yeon mengaku tak punya air. Young Joon mengeluh kalau haus sekali.
“Kalau begitu bagaimana kau menunggu disini? Aku akan beli minuman.” Ucap Sung Yeon.
Young Joon mengajak untuk pergi sama-sama.  Sung Yeon mengejek kalau adiknya takut sendirian. Young Joon menegaskan kalau tidak takut dan menyuruh Sung Yeon pergi sendiri saja.
“Tapi jangan beli minuman bersoda, tak baik untuk gigimu.” Kata Young Joon, Sung Yeon meminta agar tetap menunggunya, karena tak ingin adiknya tersesat.lalu pergi dengan tatapan licik. 

Young Joon merasa aneh karena berjalan sebentar tapi tak menemukan orang sama sekali. Saat itu seorang wanita mendekati Young Joon,  mengaku kalau Kakinya sakit jadi meminta agar membawakan koper miliknya. Young Joon ingin tahu Mau dibawa sampai kemana.
“Aku tinggal disana, Sampai kerumahku saja.” Kata si wanita.
“Tapi, aku harus cepat-cepat pulang juga.” Ucap Young Joon
“Berarti gawat... Putriku pasti menungguku sendirian dirumah. Dia sedang demam tinggi sejak pagi. Aku harus pulang cepat tapi terhambat karena kakiku terluka.” Kata Wanita seperti ingin membujuk Young Joon.
“Kalau begitu, aku akan membantumu membawa kopernya” ucap Young Joon.
Si wanita memuji Young Joon itu anak yang baik den memberikan minuman sebagai imbalan. Young Joon menolak, Si wanita  merayu Young Joon kalau itu balasan untuk bantuanya. Young Joon yang kehausan langsung meminum habis. 

Sung Yeon duduk diam didalam kamarnya, lalu meminta pelayan agar memindahkan semua barang ke kamar Young Joon. Pelayan yang sudah tua terlihat binggung karena Sung Yeon mendadak ingin melakukanya.
“Karena disana adalah kamarku.” Kata Sung Yeon, Si pelayan binggung.
“Itu adalah kamarku yang sebenarnya Dan disini adalah kamar Young Joon. Kau sudah tahu semuanya, kan? Kau sudah bekerja dengan keluargaku sejak aku masih kecil.” Ucap Sung Yeon, Si pelayan tak bisa berkata apa-apa.
“Kalau begitu, aku akan pindahkan semua barang dalam kamar ini akhir pekan ini sesuai dengan permintaanmu.” Kata Pelayan
“Semuanya bermula dari dirinya. Semuanya dari kamar ini... sampai ke hari itu.” Kata Sung Yeon bisa mengingat kembali.

Flash Back
Tuan Lee mencengkram tubuh Sung Yeon ingin tahu dimana meninggalkan Young Joon, Sung Yeon yang ketakutan hanya bisa menangis dan terdiam. Ayahnya ingin Sung Yeon menjawab karena sudah tak punya waktu jadi meminta agar memberitahu dimana meninggalkan adiknya.  Nyonya Choi tak bisa menahan shock langsung jatuh pingsan.
 Akhirnya Young Joon ditemukan, dan dibawa kerumah sakit. Dokter memberitahu kalau Young Joon  kemungkinan harus memiliki bekas luka dikaki selama hidupnya. Sung Yeon melihat adiknya yang terbaring dengan luka dikakinya.
“Karena aku...” ucap Sung Yeon sambil menangis.
“Tapi tetap saja, aku benar-benar mengubah semua ingatanku.” Ucap Sung Yeon merasakan baru kembali dari ingatanya.
Young Joon  menceritakan saat dulu kembali dari rumah sakit adan Sesuatu yang tak pernah dibayangkan, Sedang menantinya. 
Flash Back
Young Joon masuk kamar terlihat sangat marah melihat Sung Yeon ada dikamarnya, bahkan memakai pakaiannya. Ia mengomel karena Sung Yeon yang menyentuh barang-barangnya bahkan berani menerobos masuk kamarnya.
“Ini bukan kamarmu!” teriak Sung Yeon, Young Joon binggung karena ini kamarnya.
“Keluar! Aku terkunci disana selama 3 hari karena kau. Aku terkurung ditempat itu selama 3 hari dan hampir mati! Jadi Cepat keluar, cepat keluar sekarang juga! Kau pergi dari hadapanku!” teriak Sung Yeon histeris dan lebih marah dibanding adiknya.

Akhirnya Sung Yeon dibawa ke rumah sakit dan duduk sendirian, Dokter menjelaskan keadaan Sung Yeon karena rasa bersalah yang besar jadi sepenuhnya mengubah ingatannya, bahkan dengan kuat meyakini bahwa dirinyalah yang diculik.
“Perlakuannya yang agresif karena dia meyakini bahwa orang disekitarnya berusaha membohonginya.” Kata Dokter. Kedua Orang Tua Sung Yeon menahan rasa sedih.
Sung Yeon sangat marah melempar bantal agar Young Joon Pergi dari hadapannya. Young Joon mengaku Awalnya  begitu kebingungan tapi Namun, secara perlahan, kebingunan itu berubah menjadi amarah dan benci.
“Aku adalah orang yang mengalami semuanya Dan aku masih terluka serta trauma. Namun, kakak menuduhku dan menjadikan dirinya sebagai korban?” cerita Young Joon.
Akhirnya Young Joon melawan Sung Yeon, keduanya berkelahi sambil guling-gulingan. Ia yakin saat itu tak ingin kalah jadi bertengkar sangat hebat dengan sang kakak orang tua mereka kesulitan memisahkan.  Tapi mereka terus berkelahi dengan ganas.


Flash Back
Nyonya Choi kaget kalau suaminya ingin memasukan Sung Yeon masuk Rumah sakit jiwa karena Dokter berkata bahwa Sung Yeon cuma penakut dan hanyalah kebingungan sementara yang diakibatkan rasa bersalahnya. Diam-diam Young Joon mendengar dari balik pintu.
“Bagaimana kita tega mengirimnya kesana?” ucap Nyonya Choi marah
“Apa Kau tak lihat Sung Yeon mengayunkan tongkat bisbol kemarin? Dan kita harus memikirkan Sung Hyun juga. Bagaimana dia bisa pulih atas kejadian itu dengan keadaan seperti ini? Kalau kita tak melakukan apa-apa, maka kita akan menghancurkan kehidupan mereka.” Jelas Tuan Lee
“Tapi bagaimana kita tega mengirim Sung Yeon ke Rumah Sakit jiwa? Kenapa ini terjadi pada kita? Rasanya aku ingin mati, aku tak bisa menanggungnya lagi.” Ucap Nyonya Choi menangis sedih

“Bagiku, kematian bukan lagi gagasan abstrak. Segala bayangan mengenai kematian yang aku ketahui begitu jelas mulai dari bentuk dan suaranya. bahkan aromanya.” Cerita Young Joon. 
Flash Back
Semua sudah duduk dimeja makan, Nyonya Choi datang dengan wajah sedih. Tuan Lee ingin tahu dengan anak sulungnya.  Nyonya Choi hanya mengelengkan kepala. Tuan Lee pun mengajak semua makan saja. Young Joon melihat orang tuanya, tiba-tiba jatuh pingsan.
Esok harinya
Orang Tua Young Joon kaget mengetahui kalau Sung Yeon diculik. Young Joon mengaku kalau karena dirinya meninggalkannya disana, tapi sungguh tak mengingat apapun. Kedua orang tuanya makin binggung.
“Maafkan aku... Maafkan aku, Sung Yeon.” Ucap Young Joon mencoba agar bisa mendamaikan seluruh keluarga. 


“Dulu, kupikir itu satunya cara agar semua orang dalam keluarga bisa bertahan.” Cerita Young Joon.
“Maafkan aku, Young Joon... Ini semua salahku. Kau yang paling menderita. Kenapa aku berkata seperti itu dulu? Meski Sung Yeon, yakin bahwa dialah yang diculik. Dia tak benar-benar melihat dan mengalami semua itu. Jadi, kami kira dia tak akan merasa lebih trauma dari pada kau.” Cerita Nyonya Choi sambil menangis.
“Kami mengira itu adalah jalan kami bisa melindungi kalian berdua. Jika saja kami membuat keputusan yang benar waktu itu, Mungkin saja kalian berdua bisa punya hidup bahagia. Rasa bersalah dan penyesalan akan menghantuiku seumur hidup.” Ucap Nyonya Choi merasa bersalah.
“Ini salah kami. Kami yang membuatmu memikul beban besar itu sendirian. Kami sungguh minta maaf.” Kata Tuan Lee juga merasa bersalah.
“Jangan berkata seperti itu... Aku mengerti.” Kata Young Joon.
“Tidak... Jangan maklumi kami, Young Joon. Kau seharusnya menyalahkan kami dan membenci kami. Katakan kalau kau begitu menderita... Katakan kau begitu kesepian. Kau boleh katakan itu. Kau boleh sekali lakukan itu, Young Joon.” ucap Tuan Lee. Semua hanya bisa menangis sedih. 


Mi So melihat Tuan Lee keluar ruangan dengan wajah sedih, Nyonya Choi mendekati Mi So memohon  agar jaga baik-baik Young Joon. Mi So dengan raut wajah sedih pun meminta agar Nyonya Choi tak khawatir.
Saat masuk ruangan, Mi So melihat Young Joon masih tertunduk sedih dan keduanya hanya bisa saling menatap. Young Joon mengemudikan mobilnya dalam diam, Mi So pikir mereka tak perlu makan malam hari ini. Young Joon dengan wajah lesu mengaku tak tahu.
“Kau sepertinya suka omelet buatanku, bagaimana kalau kubuatkan lagi? Atau... Kita masih punya wine dari tadi malam. Bagaimana kalau kita nonton film sambil minum wine itu?” ucap  Mi So mencoba menghibur Young Joon, tapi pikiran Young Joon masih melayang.
Flash Back
Young Joon ingin tahu keadaan kakaknya sekarang, Nyonya Choi memberitahu kalau Sung Yeon akan segera kembali ke Perancis dan merasa tak akan kembali kemari dalam waktu yang lama.
Akhirnya Young Joon memilih untuk memutar balik mobilnya. 

Sung Yeon sibuk memilih bukunya dan dimasukan ke dalam dus. Saat itu Young Joon masuk ruangan, Sung Yeon dengan sinis berkomentar melihat adiknya yang datang. Young Joon membalas dengan kakaknya yang memilih untuk melarikan diri lagi. Sung Yeon terlihat binggung.
“Kau pasti mengira aku lemah dan menyedihkan. Itulah kenapa kau membuat. keputusan angkuh kala itu. Saat itu, kau seharusnya yakin padaku.. Kau harus yakin kalau aku bisa melewatinya sendiri.” Ucap Sung Yeon marah
“Kau seharusnya berjuang denganku daripada menutupinya! Kau pasti mengira bahwa hanya kau saja yang bisa mengatasi permasalahan dan pura-pura harus kehilangan ingatan, tapi aku... Karena keputusan angkuh yang kau buat, maka Aku menghabiskan setengah hidupku membencimu Dan mengasihani diri. Apa kau tahu itu?” kata Sung Yeon marah.
“Maafkan aku. Aku... Kukira dengan pura-pura kehilangan ingatan adalah solusi terbaik. Kukira segalanya akan baik-baik saja jika aku hidup dengan nama "Lee Young Joon" Dibanding dengan nama "Lee Sung Hyun", Yang mana bisa membingungkanmu. Aku mengira semuanya akan baik-baik saja. kalau aku mengorbankan diriku.” Jelas Young Joon.
“Tapi hari ini, Saat kudengar ibu hidup dengan menyalahkan diri, Aku mendadak punya pemikiran ini. Mungkin seharunya kita berjuang bersama-sama Meskipun hal itu akan sulit. Itulah namanya keluarga.” Kata Young Joon.
“Seperti kau bilang, Aku memang angkuh. Aku membuang kesempatanmu mendapatkan kebenarannya. Aku sungguh minta maaf. “ kata Young Joon.
“Bagaimana kau mau memaafkanku? Aku sudah lama menyiksamu.” Ucap Sung Yeon.
Young Joon pikir kalau bohong mengaku tidak tersiksa Tapi menurutnya itu bukan karena Sung Yeon tapi Itu karena shock yang didapatkan pada hari itu begitu besar jadi Sejak awal, luka itu bukan karena kakakknya dan  tak ada yang harus dimaafkan.
“Jadi, kau juga sebaiknya... Aku tahu ini berat tapi aku berharap kau bisa melepas rasa bersalahmu dan terbebas. Bukan karena aku memintamu, tapi untuk dirimu.”  Kata Young Joon dan akan pergi.
“Maafkan aku... Saat itu, aku harus menjadi orang lain. Hanya itu cara aku bisa bertahan hidup.” Kata Sung Yeon. Young Joon pun terdiam seperti tak percaya mendengarnya.


Young Joon keluar dari rumah terlihat tegang, lalu melihat Mi So yang memberikan senyuman padanya. Keduanya minum wine di rumah, Mi So heran melihat Young Joon tersenyum. Young Joon mengira tak akan tenang. saat semua kebenaran terungkap.
“Tapi Sebenarnya aku malah jadi lega... Aku lega sudah mengatakan kebenarannya.” Kata Young Joon.
“Tentu saja. Tak ada yang lebih baik dibanding berkata jujur.”ucap Mi So
“Apa kau berpikir seperti ini? Kalau begitu... Boleh aku berkata jujur padamu apa yang kurasakan saat ini?” kata Young Joon lalu mendekat dan mulai mencium Mi So.
Mi So pun sampai berbaring disofa saat Young Joon menciumnya. Keduanya saling menatap walaupun terasa gugup, Young Joon menegaskan kalau  tak ingin menyia-nyiakan malam ini lalu mencium Mi So kembali dan menarik pita yang ada di kemeja sekertarisnya.
Bersambung ke episode 14

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


3 komentar:

  1. Wow bgt baca sinopsis selengkap nonton langsung hee Top... Nunggu sinopsis episode 13 biar g penasaran. ...Nunggu diputar

    BalasHapus
  2. Kapann eps 13 14 15 16 tayang yaa

    BalasHapus
  3. lanjut mba dee...meski udah nonton, tetep aja baca sinopsisnya lagi...

    BalasHapus