In Ho memakai pakaian rapi, dengan kemeja yang pas dengan
badanya. Seorang wanita melihat In Ho itu seperti pria yang gagah
dan kuat jadi memutuskan untuk mulai berkerja esok. In Ho yang
bahagia langsung memegang tanga si wanita karena tak percaya. Si wanita
terlihat malu-malu dipegang oleh In Ho yang tampan.
Seorang pria tambun masuk ke dalam ruangan, menanyakan
siapa pria yang sedang bersamanya. Jae Hee memberitahu kalau In Ho sebagai Office Boy
baru. In Ho dengan sopan menyapa direktur tempatnya berkerja.
Direktur melihat sayang kalau In Ho hanya jadi Office boy saja.
In Ho keluar dari tempat kerjanya sambil melihat uang
dalam amplopnya, menarik nafas panjang karena tak percaya ternyata ia
mendapatkan banyak uang hanya karena foto saja, berpikir tempat kerjanya itu
punya uang yang banyak.
“Sepertinya si Rambut Anjing ada
gunanya. Apa benar
karena baju?” kata In Ho seperti menganggap saran
Hong Sul berguna.
In Ha menelp kakaknya, menanyakan apakah ia punya uang.
In Ho kaget mencari-cari adiknya karena bisa tahu kalau ia sedang memegang
amplop berisi uang.
Di cafe
In Ha berteriak melihat cara pakaian In Ho yang tak
cocok sama sekali dan sangat aneh. In Ho masuk
dan langsung duduk didepan adiknya, In Ha masih berkomentar kakaknya itu
mungkin ingin kencan buta dengan pakaian itu. In Ho tak mau basa basi lagi,
menanyakan keinginan adiknya. In Ha langsung meminta uang pada sang kakak.
“Memangnya aku hutang padamu?” keluh In Ho
“Kau pikir aku sudi minta uang padamu? Yoo Jung mempengaruhi ayahnya dan memblokir kartuku. Sudah kuduga ada yang aneh saat dia menyuruhku bekerja, karena Sudah jelas aku bakal menolak. Dia bersikap begini karena aku tak mendengarkannya? Sekarang Aku tak punya uang sama sekali. Bagaimana kalau aku kelaparan
lalu mati
karena tak punya kartu?” jerit In Ha berlebihan, In
Ho hanya mengaruk-garuk kepalanya.
“Memangnya kau tak punya simpanan?” teriak In Ho
“Uang untuk pulang saja tak ada, aku minta uangmu.” Kata In Ha sambil menadahkan tanganya.
In Ho mengeluarkan amplop dan mengeluarkan beberapa
lembar diatas meja, setelah memberikan amplop pada adiknya, kalau ini yang
terakhir. Ia meminta adiknya untuk segera sadar, karena keluarga Yoo tak
mungkin menanggunya terus, ditambah lagi dengan kartu kredit yang di blokir
sebagai tanda Yoo Jung itu ingin menyingkirkan mereka. In Ha menegaskan bukan mereka tapi hanya kakaknya
saja.
“Singkirkan saja harga dirimu itu. Semua pasti lancar kalau kau mau membungkuk sedikit.” Sindir In Ha, sang kakak memperingatkan adiknya untuk
tak bicara seperti itu.
“Kalau kau tak suka, silahkan menghilang lagi. Kau pikir orang yang pernah
membuangmu dan tak bisa
membuangmu lagi?” eje In Ha lalu keluar
dengan sengaja mengambil beberapa lembar lagi uang yang ada diatas meja. In Ho
berteriak melihat beberapa uang jatuh dan sebagai lagi diambil adiknya, In Ha
buru-buru kabur saat kakaknya mengambil uang yang berjatuhan dilantai.
Di dalam mobil
Yoo Jung membahas tentang Yoon Seob yang membuat Hong Sul
kesulitan saat berkerja paruh waktu. Hong Sul pikir memang sifat seniornya
seperti itu dan semua orang pasti sudah tahu.
“Kalau ada waktu aku mau kursus bahasa inggris. Tapi pekerjaanku terlalu banyak.” Cerita Hong Sul, Yoo Jung terlihat binggung.
“Aku melakukan konsultasi karir dan ternyata ku kurang di
bagian speaking” jelas Hong Sul
“Oh, mau kukenalkan seseorang yang punya kursus pribadi? Kau akan dapat diskon, kalau kau temanku.” Kata Yoo Jung menawarkan
Hong Sul menolak, Yoo Jung pikir Akan
sangat sulit belajar saat kuliah
sudah masuk jadi lebih baik dilakukan ketika sedang
libur. Hong Sul pikir benar juga, tapi menurutnya saat ini, belum selesai Hong Sul
bicara. Yoo Jung bertanya apakah tempat ada disekitar situ. Hong Sul
membenarkan, tempatnya tepat didepan mereka.
Yoo Jung memberhentikan mobilnya, Hong Sul baru saja
melepaskan sabuk pengamannya dan Yoo Jung sudah turun dari mobil. Hong Sul
menatapnya, merasa tak mungkin dengan yang ada dipikiranya kalau Yoo Jung akan
membukakan pintu untuknya. Tapi Yoo Jung layaknya seorang pria, membukakan
pintu untuk pacarnya. Hong Sul turun dengan wajah gugup lalu mengucapkan
terimakasih, Yoo Jung mengangguk lalu meminta Hong Sul masuk karena akan
melihatnya.
Hong Sul masuk ke dalam kamarnya dan merasa sangat lelah
sambil memijat kakinya karena mengunakan high heels. Lalu melihat kamarnya yang
berantakan dan merasa sangat lapar. Ia memeriksa rice cooker tak ada nasi sisa,
corn flakes pun habis.
Yoo Jung pulang kerumah dengan senyuman, ponselnya
berdering melihat siapa yang menelp memilih untuk tak mengangkatnya. In Ho
terlihat kesal karena Yoo Jung itu tak mengangkat telp dan kembali menelp terus
dan akan melihat siapa yang akan bertahan. Yoo Jung hanya meliriknya ketika
ponselnya kembali berdering, akhirnya memilih untuk mengangkatnya.
“Hei, dimana kau? Kemarilah.” Teriak In Ho setelah telpnya diangkat, Yoo Jung dengan
sinis menayakan alasanya.
“Kau blokir kartu kredit In Ha ‘kan? Paling tidak tunggulah sampai dia dapat pekerjaan.” Tegas In Ho membela adiknya.
“Aku sudah memperingatkanmu, kan? Jangan ganggu orang di sekitarku.” Balas Yoo Jung lalu menutup telpnya. In Ho hanya bisa
menjerit kesal ditutup telpnya begitu saja.
Hong Sul masuk minimarket mengambil mie instant dan dua
kimbap lalu pergi ke kasir. In Ho melihatnya Hong Sul dan mengingat ucapan Yoo
Jung kalau menganggu orang disekitarnya itu maksudnya Hong Sul. Seperti tak
mengenal In Ho, Hong Sul menyeduh mie instant lalu menunggu dan berdiri
disamping In Ho.
“Wanita macam apa yang makan sebanyak itu jam segini?” ejek In Ho, tapi Hong Sul seperti tak memperdulikanya
memilih makan Kimbap sambil menunggu mienya matang.
“Belilah kimchi. Aku ingin beli, tapi tidak punya 500 won. Mie tanpa kimchi seperti..roti
tanpa kacang merah, dan kubis
tanpa daging, ayam
tanpa acar lobak. Apa
lagi ya?” ucap In Ho, Hong Sul tak banyak bicara memberikan 500
won untuk beli kimchi
In Ho datang membawakan kimchi dalam kemasan, Hong Sul
mulai makan sambil mengambil kimchi, In Ho mengomel karena kimchi itu miliknya.
Hong Sul membalas kalau uangnya
itu darinya. In Ho tak mau kalah, kalau Hong Sul membelikan untuknya jadi
kimchi itu miliknya. Hong Sul menyarahkan dibagi saja, In Ho setuju untuk
membagi dua.
Hong Sul mengambilnya dan menaruh ditutup kimchi, In Ho
melihat kimchi yang diambil Hong Sul terlalu banyak dan mengembalikan pada
tempatnya. Keduanya makan mie instant bersama, Hong Sul melihat In Ho dengan
kemeja putih berkomentar pakain itu kelihatan lebih baik. In Ho juga membalas Hong Sul terlihat lebih baik juga
dengan rambut di kuncir.
Setelah itu Hong Sul bertanya apakah In Ho sudah
mendapatkan pekerjaan, In Ho mengangguk dan mengakui itu semua berkat Hong Sul,
lalu keduanya kembali makan mie dengan lahap. Hong Sul melihat In Ho yang bisa
pakai 2 tangan dan sangat menganguminya.
In Ho sadar makan dengan tangan kanan, menceritakan dulu
kidal lalu kecelakaan dan
memberitahu semua karena Yoo Jung. Hong Sul terdiam seperti tak percaya Yoo
Jung itu melakukannya, In Ho berkomentar Hong Sul tidak akan tahu Yong Sul kalau hanya dari luar jadi berpesan agar berhati-hatilah, karena nanti Hong
Sul bisa menangis dengan alasan dikhianati dan dirinya tak akan menolong. Hong
Sul hanya diam, seperti masih tak percaya.
Yoo Jung menerima telp dari ayahnya dan mengetahui In Ha
pasti sudah menelp ayahnya. Tuan Yoo membenarkan dan meminta agar anaknya terlalu memaksanya, karena sudah mengetahui sifat In Ha yang keras kepala
jadi Jika terlalu menekannya, maka In Ha tidak akan mau berubah. Yoo Jung mengerti, sambil membuka buku colouring artnya
meminta sang ayah tak perlu khawatir dan akan segera mengurusnya.
Hong Sul dan In Ho berjalan pulang bersama setelah makan.
In Ho berkomentar kimchi tadi tak cukup jadi tetap meminta Hong Sul untuk
mentraktirnya, Hong Sul menyindir kalau hidup itu sudah susah dan In Ho dengan
gampang meminta traktir padanya.
“Hei, kau bekerja di tempat yang ada AC nya. Dimana Beratnya?”
kata In Ho
“Masih mending kalau tubuhmu yang lelah, tapi kalau kau walaupun sudah
kerja keras tetap diomeli dan tidak
berbuat salah tetap dimarahi, atau kau sudah
membuat kopi tetap disalahkan.” Cerita Hong Sul kesal
“Lalu, kau hanya diam saja?.... Yah, sepertinya hidupmu bakalan melelahkan. Kau Selalu bilang,"Tidak apa-apa", "Aku
mengerti." "Aku
akan bekerja keras." Kalau
hidupmu seperti itu, kau akan
selalu menderita. Di
dunia ini... Yang
kutahu hidup bodoh begitu tidak
bagus.” Jelas In Ho yakin dan kembali meminta Hong Sul
mentratirnya sebagai ucapan terimakasih.
Hong Sul hanya diam, In Ho meminta untuk tratiran nanti
makan Daging Hanwoo. Hong Sul
menghela nafas, mengeluh In Ho yang Selalu minta daging, dengan nada tinggi memberitahu stres terberatnya itu In
Ho seperti parasit dan berpikir dirinya itu punya banyak hutang pada In Ho dan
sikapnya sudah keterlaluan.
In Ho memuji sikap Hong Sul yang seharusnya marah seperti
itu, sambil mengelus kepalanya, setelah itu pamit pergi. Hong Sul binggung
melihat In Ho pergi dan menduga pria itu seperti penipu.
Hong Sul membaringkan tubuhnya dengan lega karena sudah
kenyang, lalu berbicara sendiri melihat Yoo Jung itu bukan orang yang jahat dan
bertanya-tanya apa hubungan antara In Ho dengan Yoo Jung. Pesan masuk ke dalam
ponselnya, lalu berpikir Yoo Jung itu bisa mendengar ucapanya jadi langsung
mengirimkan pesan.
“Aku sudah bicara
pada tempat kursusnya.” Tulis Yoo
Jung dengan memberikan peta tempat kursus
Hong Sul tak percaya Yoo Jung sangat cepat, lalu kembali
merasa tak enak hati kalau terus menerus seperti itu.
“Terima kasih. Dan juga...Hari ini menyenangkan. Aku merasa tidak
enak, sudah di traktir. Lain kali, akan kutraktir.” Balas Hong Sul.
Yoo Jung tersenyum membacanya membalas “Baiklah, tidur
nyenyak.” Dan Hong
Sul menuliskan “Kau juga, selamat
malam.” Setelah itu masih binggung apakah memang
ini yang harus dilakukanya karena keadaan sangat canggung.
Hong Sul pergi ke tempat kursus tak percaya kalau
biayanya gratis, dan meyakinkan apakah bukan diskon saja tapi gratis. Pegawai
membenarkan kalau semua itu perintah dari atasanya. Hong Sul pun memilih untuk
keluar, pegawai menanyakan apakah Hong Sul ingin mendaftar atau tidak, Hong Sul
mengatakan ingin memikirkanya dulu.
Ketika akan keluar dikagetkan dengan poster tempat les
yang memakain model gambar In Ho, menurutnya sangat mirip tapi yang digambar
bukan orang yang dikenalnya.
Hong Sul berjalan ke lift, matanya melonggo melihat In Ho
sedang mengepel lantai dan menyapanya, dengan bertanya kenapa ada ditempat itu.
Hong Sul berjalan mundur dengan wajah binggung. In Ho pikir Hong Sul sedang kursus.
Hong Sul bertanya kenapa In Ho ada digedung itu. In Ho menceritakan kemarin
baru mendapatkan pekerjaan dan tempat itu adalah kantornya, sebagai model iklan dan asisten guru Dan pekerjaan lainnya.
“Tapi kenapa kita selalu bertemu? Mulai sekarang, kita harus makan,
ngemil, dan minum
bersama. Beruntunglah aku kerja disini.” Ucap In Ho, Hong Sul tak banyak berkomentar.
“Selamat untuk pekerjaanmu, kembalilah bekerja.” Kata Hong Sul buru-buru masuk lift, In Ho pun mengataka
mereka akan sering bertemu sekarang.
Hong Sul menuruni jalan untuk kerumahnya, sambil
berbicara sendiri karena In Ho harus berkerja di tempat kursusnya, menduga
kalau itu semua disengaja. Jong Yong baru keluar dengan seorang pria,
sepertinya ia selalu memanggil orang dengan panggilan “sayang”
“Sayang, sudah pulang? Ini cucunya pemilik rumah, sapalah.” Ucap Jong Yong memperkenalkan pada Hong Sul, keduanya
pun saling menyapa.
“Oh iya, jendelamu tidak bermasalah? Jendelaku sangat bergetar, jadi aku minta untuk dibetulkan dan Dia langsung memperbaikinya!” cerita Jong Yong
“Benarkah? Anda pasti sangat
hebat.” Komentar Hong Sul, Jong Yong pun mengusulkan agar cucu
nenek memeriksanya juga.
Hong Sul mengaku jendela Sedikit
bergetar. Cucu nenek memutuskan akan melihatnya
karena mendengar ada banyak maling disekitar sini Jadi lebih baik diperbaiki sebelum terlambat, selain itu Hong Sul juga seorang perempuan. Hong Sul
pun mengucapkan terimakasih lalu masuk lebih dulu.
Hong Sul menunjuk jendela kamarnya, cucu nenek langsung
menginjak kasur yang ada dibawa jendela. Hong Sul nampak binggung ingin
melarangnya, lalu minta untuk turun sebentar karena akan menaikan kasurnya
dulu. Cucu Nenek melihat tralis yang dipasang Hong Sul bisa lepas kapan saja,
tapi menjelaskan tak begitu ahli jadi tidak yakin bisa
membetulkannya.
Ketika membantu mendirikan kasurnya, di bagian balkon
terlihat pakaian dalam yang dijemur. Hong Sul buru-buru menutup gordennya, Cucu
nenek yang terlihat malu berusaha untuk memperbaiki walaupun alat-alatnya tak
lengkap. Hong Sul menceritakan akan pindah, lalu bertanya apakah itu tak
masalah jika belum selesai kontrak sewanya. Cucu nenek terlihat gugup, karena
tak mengerti jadi lebih baik Hong Sul menanyakan langsung pada neneknya. Hong
Sul mengerti.
Ponsel Hong Sul berdering, Yoo Jung menelpnya. Hong Sul
menceritakan sudah pergi ke tempat kursusnya dan teryata biayanya
gratis. Yoo Jung tak tahu dengan hal itu, menurutnya itu
dilakukan karena Hong Sul adalah temanya. Hong Sul merasa aneh karena tak perlu
bayar sama sekali.
Yoo Jung pikir harusnya Hong Sul senang, lalu bertanya
apakah ia sudah ada dirumah. Hong Sul menceritakan Ada
cucunya pemilik rumah yang sedang memeriksa
jendela kamarnya.
Direktur sedang berbicara dengan seorang guru, meminta
agar memperbaiki pengucapannya,
Guru Cha itu sadar dengan logatnya. Si direktur pun meminta agar saat mengajar
tak mengunakan logat bahasanya. Yoo Jung datang mengetuk rak buku, Direktur
langsung menyapa Yoo Jung dan meminta Guru Cha agar melanjutka pembicaraannya
nanti.
Yoo Jung mengungkapkan hanya ingin
mampir, karena sudah
merepotkan dan membawakan sekotak makanan. Direktur
itu merasa tak repot dan menerima buah tangan yang dibawa Yoo Jung.
“Tapi siapa temanmu itu? Sampai kau minta tolong padaku? Apa dia Pacarmu?” tanya Direktur
“Saya belum bilang kepada ayah, jadi tolong rahasiakan.” Pinta Yoo Jung
“Jadi aku tahu lebih dulu sebelum
presdir? Ahh... ini.... Suatu kehormatan.” Ucap Direktur. Yoo Jung melirik dimeja ada banyak
pamplet iklan dengan model In Ho ditempat kursus itu. Direktur bertanya apakah
Yoo Jung mengenalnya, Yoo Jung membenarkanya.
Hong Sul sedang mengetik, Yoon Seob membawa berkas
meminta agar menyelesaikan hari ini karena sangat darurat. Hong Sul hanya bergumam seniornya
mulai berulah, lalu mengungkapkan kalau ia tak bisa. Yoon Seob pikir hanya
diketik saja, jadi pasti bisa selesai hari ini juga. Hong Sul mengingat ucapan
In Ho “Kalau hidupmu seperti itu, kau akan selalu menderita.”
“Pak Heo, maafkan aku, tapi ini
tidak mungkin
selesai hari ini. Tidak
akan ada yang bisa menyelesaikannya dalam
sehari.” Ucap Hong Sul berusaha untuk menolak
“Kau makan apa hari ini? Sudah kubilang, kan? ini darurat. Kerjakan saja.” Tegas Yoon Seob
“Itu... bukannya yang harus selesai minggu depan, kan?” komentar si wanita berkepang melihat berkas diatas meja
Hong Sul
“Iya, memang minggu depan, tapi lebih cepat lebih baik.” Ucap Yoon Seob membela diri, Hong Sul pun berjanji akan
menyelasaikan secepatnya tapi tidak mungkin dalam sehari...
Yoo Jung datang memanggil Hong Sul lalu memberikan kopi
pada wanita berkepang, Yoon Seob terlihat tak suka melihat Yoo Jung yang
datang. Si wanita berkepang menyuruh Yoo Jung untuk segera mengajak Hong Sul
keluar untuk makan. Hong Sul pun pamit pergi untuk keluar, Yoon Seob sinis
melihatnya.
Hong Sul langsung berterimakasih tentang
kursusnya yang ditawarkanya. Yoo Jung tersenyum
menanyakan apakah hanya itu saja yang ingin dikatakan dan tak ada yang lain.
Hong Sul bergumam Lebih baik tidak membicarakan Baek In Ho, karena melihat
keduanya tak akur jadi nanti membuat bad mood.
Akhirnya Hong Sul berkata kalau itu saja yang ingin
dikatakan, Yoo Jung pun mengerti. Hong Sul menanyakan alasan Yoo Jung datang
pagi-pagi ke tempatnya, Yoo Jung mengaku hanya
ingin melihatnya sebelum
ke kelas dan berpikir Hong Sul tak menyukainya. Hong Sul
mengelengkan kepala dengan tersipu malu.
Yoo Jung pun pamit akan menelpnya setelah kuliah selesai,
Hong Sul mengangguk. Ketika berjalan Yoo Jung memperlihatkan mata sinisnya karena
Hong Sul berbohong dengan tidak mengatakan hal yang lain.
Si Wanita berkepang memberikan sebuah berkas pada Joo
Yun, berkomentar IPKnya sangat bagus jadi seharusnya ikut program
transfer tapi malah memilih cuti. Joo Yun beralasan hanya
lelah. Si wanita berkepang bertanya berapa lama akan tinggal
disana, Joo Yun pikir mungkin setahun. Hong Sul masuk ke dalam ruangan.
“Kau dekat dengan Jung, kan? Barusan Jung disini.” Cerita si wanita berkepang
“Kenapa Yoo Jung sunbae disini saat liburan?” tanya Joo Yun
“Apa lagi? Sul dan Jung, kan...” ucap si wanita berkepang, Hong Sul langsung panik dan
berteriak memanggilnya agar tak mengatakan apapun.
“Sepertinya aku tidak boleh membicarakannya, maaf.” Ucap wanita berkepang, Joo Yun dengan mata sinisnya
mengatakan ingin bicara dengan Hong Sul sekarang. Hong Sul menolak karena ingin
berkerja, Joo Yun memaksa kalau hanya sebentar saja.
Keduanya berbicara didepan gedung, Hong Sul dengan malas
menanyakan apa yang ingin dibicarakanya. Joo Yun ingat Hong Sul selalu
bilang tidak punya perasaan tapi sekarang
malah pacaran. Hong Sul menegaskan dulu memang tak berpacaran
dengan Yoo Jung dengan keadaan sekarang mengerti kalau Joo Yun pasti kecewa.
“Aku juga tidak dalam posisi untuk marah kepadamu.” Ungkap Joo Yun, Hong Sul terlihat binggung.
“Ada yang ingin kukatakan. Sebenarnya... Kau tahu, aku tidak menyukaimu. Aku tidak suka kalah darimu di
kelas Tapi
sunbae malah selalu membicarakanmu. Dan
setelah insiden pelaporan, sunbae sangat
dingin padaku. Jadi aku
menyuruh pemabuk itu menemuimu.” Cerita Joo Yun dengan
menceritakan saat kejadian sebelumnya.
“Apa Kau sadar apa yang kau bicarakan
ini?” ucap Hong Sul menahan amarah
“Aku tidak berniat melukaimu dan mencari Yoo Jung sunbae karena aku khawatir padamu. Lalu Aku minta tolong padanya. Aku bilang bahwa kau dalam bahaya Tapi dia malah pergi” cerita Joo Yun, Hong Sul menanyakana apa sebenarnya
yang ingin dikatakan Joo Yun sebenarnya, Joo Yun ingin menjelaskan tentang Yoo
Jung tapi Hong Sul sudah menyelanya.
“Apa urusannya sunbae mau
menolongku atau
tidak? Yang
terpenting adalah, apa yang kau
lakukan padaku. Apa Kau lihat
bekas luka ini? Bagaimana
kalau ini ada di wajahku?” ucap Hong Sul
Joo Yun pikir dengan alasan itu ingin minta maaf, selain itu dirinya juga
menderita. Hong Sul tak percaya kalau memang
menderita kenapa Joo Yun menahanya sampai sekarang, menurutnya Joo Yun meminta
maaf karena tak sengaja bertemu padahal Joo Yun ingin
menghajarnya di kelas, karena menginginkan Yoo Jung dan tidak
ingin wanita yang tidak disukainya bisa mendapatkan pria itu lalu sekarang meminta maaf
agar merasa lebih baikk, setelah itu mencoba menyalahkan orang
lain.
Hong Sul tak percaya Joo Yun bisa hidup dengan cara
seperti itu, Joo Yun dengan nada kasar meminta maaf, Hong Sul tahu Joo Yun itu
tak tulus meminta maaf, lalu menyuruhnya pergi karena sudah tak ada lagi yang
perlu dibicarakanya, sebelum pergi berpesan kalau ia tak ingin meliat Joo Yun
lagi.
Joo Yun melihat Hong Sul kembali ke dalam gedung,
berkomentar keduanya itu begitu kejam.
Flash Back
Joo Yun melihat Hong Sul yang dibawa penjaga dengan
tangan dibalut perban, dengan menahan suara jeritana menutup mulutnya karena
kelakuan membuat Hong Sul terluka.
Yoo Jung tiba-tiba sudah ada disamping Joo Yun, mengaku
datang terlambat. Joo Yun kaget melihat Yoo Jung sudah ada disampingnya,
bertanya kenapa seniornya sudah ada disana. Yoo Jung mengaku sudah memanggil
penjaga, menurutnya Joo Yung itu bisa hentikan, saat ada kesempatan.
Joo Yung mencari alasan sengaja datang karena khawatir
dengan Hong Sul, dan tak tahu kejadian akan seperti ini lalu memohon agar
melepaskanya sekarang. Yoo Jung mengungkapkan kata-kata Joo Yung menyedihkan
lalu melepaskan tangan Joo Yung yang memegang jaketnya.
“Tapi aku akan mendengarkanmu... Hanya kali ini saja.” Kata Yoo Jung dan mengelus wajahnya dengan tatapan
dingin
“Kau... Aku tidak ingin melihatmu lagi.” Kata Yoo Jung dengan tatapan dinginya.
“Aku tidak akan
mengatakannya. Bahwa sunbae yang menolong Hong Sul. Dan sunbae tidak sebaik yang kau kira.” Gumam Joo Yun pergi meninggalkan kampus untuk cuti.
Hong Sul mengikuti kursus sambil melamun, pikiranya
memikirkan tentang semua ucapan orang-orang tentang Yoo Jung.
“Kalau yang
dikatakan Joo Yeon benar, lalu kenapa sunbae...Kenapa dia mengajakku
pacaran? Seperti apa perasaannya?”
Selesai kelas, Yoo Jung menelp tapi sengaja tak diangkat
oleh Hong Sul. Tiba-tiba In Ho datang membentangkan tanganya memanggil Hong Sul
si rambut anjing. Hong Sul memilih untuk pergi, In Ho melihat wajah Hong Sul
meyakini pasti terjadi sesuatu. Hong Sul menyangkalnya dan pamit pulang. In Ho
langsung menariknya tak memperbolehkan Hong Sul pulang.
In Ho melipat kertas bekas lalu menceritakan dengan
melipat kertas ujiannya membentuk
pesawat lalu memberikan pada anak muridnya dan berpura-pura melempar pada Bob.
Hong Sul tak percaya mereka boleh memberikan kertas dengan bentuk pesawat pada
anak muridnya, In Ho menjelaskan banyak anak muridnya yang SD menyukainya.
Hong Sul melihat Tapi pesawat yang dibuat In Ho tidak
terbang, dengan pesawat buatanya akan melemparkan pada satu anak
murid yang bernama Jack, pesawat buatan Hong Sul terbang dengan sempurna sampa
ke meja bagian depan. In Ho tersenyum melihat Hong Sul sudah tak murung lagi.
Ketika akan keluar, ternyata hujan turun dengan sangat
deras. Hong Sul mengaku tak bawa payung. In Ho mengajak Hong Sul untuk Lari
ke toko dan yang kalah harus beli
payung. Hong Sul tak ingin ikut, In Ho sudah menutup kepalanya
dengan jaket dan mulai menghitung lalu berlari lebih dulu. Hong Sul menjerit
akhirnya ikut berlari.
Ditengah hujan deras, keduanya berlari paling dulu karena
tak mau membeli payung. Hong Sul menarik baju In Ho agar tak mengalahkanya. In
Ho menarik tangan Hong Sul, agar lebih dulu sampai ke minimarket. Hong Sul
menarik In Ho sebelum masuk ke dalam minimarket dan akhirnya masuk lebih dulu.
In Ho memegang payung, Hong Sul pun bahagia karena uangnya selamat. In Ho mengeluh ada wanita yang curang hanya demi
uang. Hong Sul membalas ada pria yang
terus saja mengomel dari tadi, padahal sebelumnya In Ho yang mendorongnya. In Ho pikir lebih baik melupakanya sja karena
ia sudah membeli payung untuk mereka berdua.
“Kenapa tadi kau murung? Ada masalah, kan?” tanya In Ho penasaran, Hong Sul menyangkalnya
“Kau Bohong.... Aku yakin pasti ada.” Kata In Ho, Hong Sul melihat sudah tak turun hujan
lagi. In Ho menadahkan tangan lalu menutup payungnya.
“Yang kau katakan tentang tanganmu. Benarkah itu perbuatan Yoo Jung?”
ucap Hong Sul tak percaya
“Kenapa? Kau lebih mempercayaiku setelah bersama Jung?” ungkap In Ho
Hong Sul menegaskan kalau ia bertanya apakah itu benar
perbuatan Yoo Jung, In Ho pikir pasti ada sesuatu yang terjadi. Hong Sul
mengelengkan kepala, In Ho kesal Hong Sul terus memendamnya dan mengejek kalau
nanti akan cepat tua dengan sikapnya seperti itu. Hong Sul tak ingin
membahasnya karena In Ho terlihat orang yang tak serius.
Hong Sul berjalan lebih dulu ke rumahnya, In Ho berteriak
kalau ia tak bercanda nanti Hong Sul akan cepat tua kalau memang memendamnya.
Tiba-tiba Hong Sul berjalan perlahan karena melihat Yoo Jung sudah menunggu
didepan rumahnya, Yoo Jung hanya menatap karena Hong Sul datang dengan In Ho
lalu mendekatinya.
“Kau bilang ada perampok, kan? Jadi aku mengecek pintu dan jendelamu.” Ungkap Yoo Jung
“Wow, aku kagum. Yang mulia Yoo Jung bisa
khawatir?” ejek In Ho
“Karena dia adalah pacarku.” Tegas Yoo
Jung, In Ho pun hanya bisa diam mendengarnya.
bersambung ke episode 5
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Suka suka suka
BalasHapusMba dee emang kereenn cpet bnget bikin sinopsisnya
Yoo Jung seperti kayak tulus ke hong sul.. tapi kadang sifatnya yoo jung jg radak meragukan ..
BalasHapusGa sabar nunggu kelanjutannya..ini cerita hapie endingkan? Penasaran..hehehehe
BalasHapusIya bener. Mudah2an bukan ngegantung atau sad ending kyk reply 88.
BalasHapus