Seung Chan masuk dengan membawa kopernya, sedikit
binggung denan tugas dari kakaknya yaitu Membuat
wanita suka padanya. Soo Hyun menegaskan
bukan hanya suka tapi wanita itu harus jatuh cinta padanya. Seung Chan
menanyakan alasan harus melakukan itu.
“Aku melakukan penelitian besar. Asosiasi Psikologi Dunia adalah
jurnal terbesar
dalam psikologi dan Untuk
menerbitkan jurnal di JPSB, penelitian
ini harus berhasil. Tentu
saja, sponsor juga ikut andil
dalam penelitian
ini dan Saat ini masih penelitian awal.” Jelas Soo Hyun duduk disofa.
“Ahh... Rumit sekali. Lalu selanjutnya apa?” ucap Seung Chan
“Tiga pria akan mendekatinya. Termasuk dirimu. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui
pria mana yang dia pilih.” Jelas Soo Hyun
“Seperti apa wanita itu? Apa Dia cantik?” tanya Seung Chan penasaran
Soo Hyun tak begitu yakin tapi menurutnya lumayan cantik,
dari nilai 1 sampai 10 maka ia memberi nilai 7. Seung Chan menanyakan usianya,
Soo Hyun memberitahu umurnya 35
tahun. Seung Chan langsung ingin muntah Soo Hyun langsung menyuruh adiknya keluar
dari kantornya sekarang lalu pergi keruangan lainya, Seung Chan hanya bisa
melonggo melihat sifat kakaknya.
Seung Chan akhirnya pergi ke tempat kakaknya memutuskan
untuk dalam penelitianya tapi meminta gaji atas partisipasi dalam penelitiannya dan apabila si wanita memilihnya maka kakaknya harus
membelikan motor yang paling bagus. Soo Hyun langsung setuju, Seung Chan
terlihat tak percaya kakaknya bisa setuju begitu saja.
“Kau bisa menyesal nanti. Aku penakluk wanita, Choi Seung
Chan dan Para wanita menyukaiku.” Akui Seung Chan bangga
“ Coba kalahkan dia.” Ucap Soo Hyun menunjuk
Ji Ho sedang duduk disofa
depanya.
Seung Chan heran Ji Ho harus itu juga, Soo Hyun
memperingatakan adiknya agar tak meremehkan Ji Ho karena usianya lebih
muda dan secara insting seekor binatang akan memilih pasangan yang lebih muda dan dilihat Secara biologis, Ji Ho yang terbaik.
Seung Chan mendekati Ji Ho menanyakan umurnya, Ji Ho
mengatakan umurnya 21 tahun dan
mengingatakan kalau sekarang lagi populer kencan dengan pria yang lebih muda.
Seung Chan menegaskan kalau wanita itu umurnya 30an jadi lebih muda juga dari
usianya.
Ji Ho tersenyum mendengarnya lalu mengatakan kalau
dirinya itu lebih imut dari adik Soo Hyun. Seung Chan hanya bisa tertawa
mengejek mendengarnya.
Pagi hari
Seung Chan datang dan masuk kebagian receptionist,
membuka lemari dan mengeluarkan sarung tangan baseball dari tasnya, perlahan
menatap sedih karirnya yang sudah berhenti. Setelah itu mencoba mensugesti
dirinya, kalau liburan sudah usai dan olahraga yang membuatnya lelah juga sudah
berakhir untuknya.
Ia duduk didepan komputer membuka file tentang Hye Rim
dengan foto yang terlihat masih muda, lahir tanggal 2 maret 1981 dengan hobi
nonton drama, lalu matanya melihat kelantai atas tempat Hye Rim tinggal
sekarang.
Hye Rim sedang sarapan sambil membaca buku pengantar
psikologi, terdengar suara kentukan pintu rumahnya. Ji Ho datang dengan
membawakan tas yang berisi pakaian milik Soo Hyun da meminta Hye Rim mencuci
dan menyetrikanya. Hye Rim binggung kenapa ia yang harus melakukanya.
“Kau bilang, dokter Choi boleh memanfaatkamu
sesukanya. Setelah
selesai, mau makan denganku?” ucap Ji Ho to the
point yang membuat Hye Rim melonggo
“Bagaimana kalau minum kopi? Apa kau mau jalan denganku?” ucap Ji Ho mengikuti Hye Rim masu ke dalam rumah,
“Kau ini... Karena kau lebih muda, aku akan bicara santai padamu. Kau berani mengajakku setelah memberi cucian sebanyak ini?” jerit Hye Rim kesal,
Seung Chan masuk karena pintu rumah terbuka, Hye Rim
dengan nada tinggi menanyakan alasan dirinya harus makan dengannya, Ji Ho
mengaku sangat menyukainya. Hye Rim berpikir Ji Ho itu bukan pegawai Soo
Hyun tapi pasienya. Seung Chan menahan
tawa melihatnya karena Ji Ho dianggap
seperti orang gila sama seperti dengan pasien kakaknya.
Hye Rim pun akhirnya masuk ke ruang cuci, Seung Chan
menepuk pundak Ji Ho menyuruh untuk menyerah saja, dengan tarikan nafas dan
penuh percaya diri mengetuk pintu kamar mandi. Hye Rim ingin marah, tapi Seung
Chan langsung menyapanya dengan memperkenalkan diri sebagai pegawai baru di
Klinik. Hye Rim pun membalas sapaanya walaupun masih kaget.
“Wajahku tidak asing, kan?” kata Seung Chan sengaja mendekatkan wajahnya, Hye Rim
terlihat tak bisa berkata-keta. Seung Chan mulai mengeluarkan gayanya dengan
jari telunjuk diatas kepalanya.
“Pemain Baseball... Korea lawan Japan... Choi... Choi... Choi...” kata Hye Rim gugup melihat atlet tampan ada didepanya.
“Iya, saya Choi Seung Chan dan Ini bajunya hyung, kan?” ucap Seung Chan
Hye Rim makin kaget ternyata Soo Hyun adalah kakaknya,
Seung Chan tahu pasti sangat melelahkan bersama kakaknya, karena memang sang kakak juga sering
membuatnya hampir gila, lalu memutuskan akan mencuci baju-baju Soo Hyun dan memijam
mesin cucinya. Hye Rim binggung melihat Seung Chan langsung menerobos masuk,
Seung Chan memberikan celebrasi kemenangan pada Ji Ho karena bisa mengambil hati Hye Rim.
Seung Chan sengaja membuka bajunya dan terlihat otot
lenganya yang sangat kekar saat menjemur baju. Hye Rim menatapnya terkesima
dengan tubuh Seung Chan yang sangat kekar dan sexy, Seung Chan meliriknya, Hye
Rim menyuruh Seung Chan cepat makan jajangmyunya sebelum lembek.
Ketika duduk dimeja, tak sengaja Seung Chan menjatuhkan ponsel
Hye Rim melihat wallpapernya, berpikir itu adiknya dan sangat cantik. Hye Rim
mengaku itu adalah anaknya yang kuliah di Amerika. Seung Chan tak percaya Hye
Rim sudah punya anak padahal wajahnya masih terlihat sangat muda.
Hye Rim mengaku
menikah diumur 21 tahun, Seung Chan yakin Hye Rim pasti
sangat menyayanginya. Hye Rim menceritakan dulu
sangat gempar sekali, ketika bertemu
ayah Do Hyun begitu masuk kuliah yang membuat satu kampus heboh. Seung Chan bertanya
dimana suami Hye Rim sekarang, lalu menebak ada di Amerika bersama anaknya. Hye
Rim mengaku suaminya sudah meninggal.
Seung Chan tak enak hati menanyakan hal yang membuatya
sedih. Hye Rim tak masalah karena semua sudah masa lalu, lalu menceritakan walaupun hanya bersama suaminya selama
dua tahun, tapi
kenangannya masih ada. Tiba-tiba tersadar kalau ia terlalu terhanyut dalam
ceritanya dan buru-buru mengalihkan dengan mengajak Seung Chan cepat makan.
Di tempat counter TV, Yoo Rim memberitahu tentang konsep film
dokumenternya, tapi karena film jadi panjangnya
3 kali lipat. Ji Ho langsung menolaknya, Yoo Rim
menyakinkan Ji Ho tak perlu melakukan apa-apa karena ia yang merekam dan mengedit dan Ji
Ho hanya sebagai bintangnya.
“Hye Rim noona suka makan apa? Cepat Beritahu aku.” Kata Ji Ho mengali informasi
“Dia suka makan... Tapi Kenapa kau tertarik padanya?” tanya Yoo Rim heran
“Karena aku suka padanya. Lalu Apa makanan kesukaan Hye Rin
noona?” tanya Ji Ho
“Kau sungguh-sungguh suka padanya?” kata Yoo Rim tak percaya
Ji Ho dengan wajah datar mengaku mencintai Hye Rim, Yoo
Rim merasa kakaknya itu baru saja kejatuhan bintang karena umur
keduanya beda jauh, lalu membuat perjanjian
akan memberitahu kesukaan kakaknya tapi Ji Ho harus membantunya. Ji Ho berhenti
sejenak menatap adik Hye Rim.
Yoo Rim yakin Ji Ho takkan
punya kesempatan dengan Cara
bicara, ekspresinya, maka tanpa bantuanya
maka Ji Ho itu pasti gagal mendekati kakaknya. Ji Ho dengan santai langsung
setuju dengan perjanjian Yoo Rim harus membantu perbaiki
cara bicara dan ekspresinya. Yoo Rim pun mengajak
berjabat tangan atas perjanjian kerja sama mereka.
Hye Rim mencabut bulu hidung dengan piset dan cermin, Yoo
Rim melihatnya merasa tak ada yang hebat dari kakaknya itu. Hye Rim menanyakan
apa yang sedang diucapakan adiknya itu. Yoo Rim hanya mengatakan kalau kakaknya
itu sangat cantik lalu pamit
pergi. Hye Rim berteriak memanggil adiknya untuk membuang sampah tapi Yoo Rim
dengan cepat keluar dari cafe.
Ma Ri menuruni tangga terlihat meraba-raba pinjakanya,
Hye Rim melihatnya sambil bertanya apakah konselingnya sudah selesai, Ma Ri
mencoba menuruni tangga walaupun tak jelas dimatanya. Hye Rim pun mendekatinya
memperingatakan agar hati-hati karena bisa jatuh. Baru selesai Hye Rim bicara,
Ma Ri sudah terjatuh tapi bisa di pegang oleh Hye Rim sebelum terbentur
dilantai, beberapa pelanggan didekat mereka mencoba membantu agar bisa berdiri.
Hye Rim mengoleskan obat merah pada lutut Ma Ri yang
luka, Ma Ri menanyakan kapan pelatihnya akan datang, Hye Rim yakin pelatihnya
akan segara datang tapi karena jalanan macet jadi sedikit telat. Ma Ri dengan
ketus menyuruh Hye Rim berhenti mengoleskan obat merah karena terlalu banyak.
“Tidak bisa. Dulu putriku juga
begini, ternyata
jadi infeksi. Dia
terluka saat jatuh dari tangga...” kata Hye
Rim dengan telaten mengobatinya.
“Apa Ahjumma melihatnya sendiri? Saat dia jatuh dari tangga?” kata Ma Ri dengan nada ketus. Hye Rim hanya diam dan
melihat Ma Ri kembali memasang earphonenya lalu menatap keluar jendela.
Soo Hyun dalam ruanganya, dalam kasus Ma Ri Yang
penting adalah penyebabnya dan harus penyebab pandangannya
tiba-tiba kabur. Menurutnya sebagai atlet
pasti mentalnya pasti sangat kuat dan ini semua pasti bukan
masalah biasa.
“Cari tahu semua teman dan
keluarganya” ucap Soo Hyun terhenti karena Hye Rim
tiba-tiba masuk ke dalam ruanganya..
“Apa ada yang menghambatnya? Bagaimana nilai sekolahnya? Cari tahu semuanya, dari situ Pasti ada sesuatu. Mungkin luka yang besar....” kata Soo Hyun melanjutkan tapi Hye Rim menyelanya.
“Ini karena Bullying” ucap Hye Rim, Ji Ho dan Soo Hyun langsung menatap
dengan binggung. Soo Hyun akhrinya menyuruh Ji Ho untuk keluar karena ingin
bicara dengan Hye Rim
Hye Rim duduk didepan Soo Hyun menceritakan Ma Ri
yang tak ingin
pergi berlibur dengan
temannya, menurutnya Sikap dan perilakunya lumayan sensitif dan defensif. Soo Hyun meminta agar Hye Rim menjelaskan lebih rinci
penjelasannya.
“Saat anakku jatuh dari tangga... Emmm.. Dulu Dok yung pernah di-bully” cerita Hye Rim
“Intuisi seorang ibu memang luar
biasa.” Sindir Soo Hyun
“Jadi Kau ingin membuat semua ini lebih rumit, ya? Masalah keluarga, masa lalu tragis,
shock, trauma, teori Freudian atau
bukan. Kau ingin
membongkar semua itu, kan?” kata Hye Rim dengan
mata melotot
“Teori Freudian adalah psikoanalisis.” Kata Soo Hyun dengan senyuman mengejek
Hye Rim yakin Soo Hyun pasti tahu Pada
akhirnya masalahnya
cuma satu, kalau mereka semua itu ingin merasa
dicintai, dari penglihatanya Ma Ri ingin
orang-orang menyukainya, lalu melangkah pergi dan
terhenti sambil berkata kalau Soo Hyun juga seperti itu. Soo Hyun hanya bisa
diam dengan wajah mencoba terlihat tak peduli.
Ma Ri kembali berlari melompati halang rintang, tapi tak
bisa melewatinya, di percobaan yang kedua malah membuatnya terbentur dan akhirnya
jatuh. Soo Hyun melihatnya dan teringat dengan dugaan Hye Rim kalau penyebab
dari kasus Ma Ri adalah Bullying.”
“Tak ada gunanya menghitung
langkah. Dengan
larimu yang seperti itu, kau
pikir akan berhasil?” sindir Soo Hyun mendekati
Ma Ri
“Aku sudah lakukan rutinitas ini
ribuan kali jadi Akan
kucoba.” Kata Ma Ri yakin
“Terjadi sesuatu saat
pertandingan, kan?” ucap Soo Hyun, Ma Ri
memalingkan wajahnya.
Soo Hyun bisa melihat pandangan Ma Ri kebangku penonton,
dengan yakin itu pasti penonton lalu bertanya Siapa
yang duduk disana? Karena tadi Ma Ri menoleh ke
arah penonton. Ma Ri melipat tanganya didada menunjuk tiang palang yang ada dekatnya dan meminta
agar Soo Hyun melakukan salto sebanyak dua kali setelah itu baru akan
memberitahunya. Soo Hyun melihat tiang palang yang harus dilaluinya.
“Anda ini psikolog, jadi Anda harus membuka pintu hatiku. Setidaknya anda mau lakukan itu untukku, kan?” kata Ma Ri yakin
“Tidak mau. Kau bilang Pintu hatimu? Kenapa aku harus membukanya? Siapa yang pandangnya kabur? Itu Kau, kan? Yang ikut pertandingan juga kau Maka kau yang harus membukanya.” Tegas Soo Hyun
“Ahjussi, kau sangat tak
bertanggung jawab.” Keluh Ma Ri
“Jadi Kau punya banyak waktu untuk berdebat denganku? Konsultasi dan perawatan mental hanya bisa berhasil kalau kau bersedia. Kalau kau ingin bertanding dan
tak ingin malu
lagi, maka kau harus berusaha, Hanya itu solusinya.” Jelas Soo Hyun lalu melangkah pergi. Ma Ri tertunduk
sedih mendengarnya lalu mulai mau berbicara.
“Anak-anak itu... Mereka datang menonton.”akui Ma Ri dengan melepaskan tanganya didada, Soo Hyun
membalikan bertanya siapa yang dimaksud.
Hye Rim menjerit meminta agar adiknya cepat mencarikan
untuknya, karena sudah terlanjut mengatakan pada Soo Hyun kalau Ma Ri itu
terkena Bullying, dan bisa membuatnya malu kalau tebakanya itu salah. Yoo Rim
heran dengan kakaknya yang sok tahu.
Di layar komputer diputar video yang diambil Yoo Rim saat
pertandingan senam. Hye Rim merasa Instingnya mengatakan Ma Ri terkena bully dan orang yang membullynya datang saat pertandingan. Yoo
Rim bertanya apakah kakaknya tahu tentang penyanyi
TX, karena disaat bersama merekam
klub penggemarnya dengan membawa
berbagai pernak-pernik.
“Klub penggemar? Kenapa datang ke perlombaan olahraga?” tanya Hye Rim heran
Ma Ri dengan wajah tertunduk menceritakan Sebulan
yang lalu melakukan
wawancara TV. Pembawa acara meminta agar mereka
berpose didepan kamera untuk para penggemar. Ma Ri mengingat saat itu ada penyanyi TX yang
duduk bersamanya. TX berdiri lalu menaruh tanganya di pundak Ma Ri, dengan
gugup Ma Ri melihtanya akhirnya agar terlihat akrab, hanya menaruh tangan
disamping pinggang TX tanpa menyentuhnya.
“Reporter menyuruh kami berpose di depan kamera. Tanganku sedikit... menyentuh
pinggangnya. Penggemar
TX sangat marah karena aku meletakkan
tanganku di pinggangnya. Lalu Mereka
memenuhi sosial mediaku dengan
komentar jahat. Bahkan Mereka
terus menelponku dan Aku ganti
nomor tiga kali, tapi
mereka terus menelponku, selain itu Ke
orang tuaku juga.” Cerita Ma Ri penuh amarah,
Soo Hyun mendengarkanya dengan serius
Hye Rim melihat foto Ma Ri yang penuh tulisan komentar
hujatan, [Mati saja.] [Hapus fotonya]. [Jangan sok kecantikan.] menurutnya
orang-orang itu sangat jahat. Yoo Rim mengerti kalau klub pengemar TX berbohong
karen sebelumnya bilang TX akan datang jadi mereka sengaja ingin mendengarkanya bernyanyi.
“Aku merasa ada yang aneh saat TX akhirnya tidak muncul.” Ungkap Yoo Rim lalu menemukan saat merekam Ma Ri yang
baru masuk ke tempat pertandingan.
Flash Back
Ma Ri sudah duduk di bangku tunggu dan dibagian atas
sudah ada fans TX yang menatap sinis, Pelatihnya mencoba melemaskan otot kaki
Ma Ri dengan mijatnya.
“Aku sedikit gugup
hari itu dan sudah cukup stres karena latihan. Dan Mereka semua datang ke pertandingan itu.”
Ma Ri mencoba menghilangkan rasa gugupnya dengan
mendengarkan musik lalu namanya dipanggil untuk menuju lintasan. Akhirnya Ma Ri
melangkah maju, ketika memakaikan tepung ditanganya matanya melotot melihat ke
arah penonton tepat dibagian atas.
“Mereka tak bisa
menghinaku karena ada penonton lain. Tapi dari mata
mereka, aku tahu mereka berharap aku jatuh. Saat itu terlintas pikiran di kepalaku. "Aku tak ingin melihat mereka."”
Ma Ri berusaha untuk kembali konsetrasi, tapi tiba-tiba
matanya kabur dan tak bisa melihat dengan jelas. Ketika berlari seperti
latihanya tapi akhirnya terjatuh dan membuat pelatih dan tim medis langsung
mendekatinya.
“Pikiran
itu cuma terlintas sebentar
di kepalaku. Tapi tak
kusangka akan benar-benar kehilangan
penglihatanku!” cerita Ma Ri sambil menangis histeris,
Soo Hyun hanya mendengar tanpa berkomentar.
Soo Hyun kembali ke klinik ketika akan menaiki tangga
melihat dari jendela Hye Rim sedang membuat sesuatu didapur cafenya, lalu
teringat dengan ucapanya tentang kasus Ma Ri.
“Dari apa yang aku
lihat. Dia ingin orang lain menyukainya, Begitu juga
denganmu.”
Soo Hyun mencoba tak peduli dan berusaha melupakanya lalu
masuk ke dalam kliniknya.
Seung Chan baru datang dengan motornya, ketika ponselnya berdering
langsung meminta maaf pada kakaknya karena ketiduran di tempat sauna jadi akan
langsung datang. Soo Hyun memerintahkan adiknya tak usah datang dan meminta
adiknya membungkus pohom dengan
plastik untuk persiapan musim dingin sebagai hukumannya. Seung Chan binggung melihat pohon tinggi besar dan
hanya tinggal ranting harus dibungkus olehnya.
Didalam klinik, Soo Hyun sedang berjalan dengan wanita
bernama Prof Bae Mi Ran. Dengan senyumanya menanyakan siapa yang diajak bicara
Soo Hyun ditelp. Soo Hyun mengaku bukan siapa-siapa lalu mengajaknya pergi ke
sebuah ruangan.
Prof Bae melihat ruangan Soo Hyun dan berkomentar lukisan
didalam ruangan harus disingkirkan, karena mengganggu. Soo Hyun juga merasa terlalu banyak gambar dalam
ruangan. Prof Bae juga meminta agar menyingkirkan jam dinding karena disa
membuat pasien tidak sabar saat konseling.
“Apa Anda yakin tak ingin bekerja dengaku, Prof Bae? Ruangan ini akan disesuaikan
untuk anda.” Ucap Soo Hyun memberikan penawaran
“Sudah kubilang aku pensiun bulan
lalu dan Aku cuma nenek biasa sekarang. Seorang Nenek keren, yang menikmati hari
tuanya. Kenapa
terus memaksaku?” kata Prof Bae lalu keluar
ruangan
Pohon tinggi dan besar sudah dipasang plastik yang besar,
Prof Bae duduk dibawahnya dengan gelisah karena menunggu seseorang. Seung Chan
keluar dari cafe dan kaget melihat plastik yang tiba-tiba jatuh dan mengenai
Prof Bae, lalu berlari mencoba menyelamatkanya.
“Ahjumma, kenapa duduk disini? Aku sengaja menjemur plastik disini. Wajahmu basah semua.” Kata Seung Chan mencoba mengusapnya dengan syal, Prof
Bae menolak karena merasa baik-baik saja.
“Ahjumma, aku dengar ada suara dari tas anda.” Kata Seung Chan
Prof Bae pun membuka ponselnya lalu mengumpat kesal
karena seseorang menelpnya kalau taksi yang dipesannya batal. Seung Chan
melihat pesan yang dikirim sudah lama, lalu mengodanya kalau Prof Bae tak
mendengar suara pesan masuk. Prof Bae menyangkal karena memakai
mode getar.
“Jangan malu. Orang yang sudah tua biasa seperti itu. Ayo aku antar ke halte bis.” Kata Seung Chan menawarkan diri, Prof Bae menolaknya.
Seung Chan melihat pakaian Prof Bae berpikir apakah
wanita tua itu kuat naik motor akhirnya melepaskan jaketnya dan mengikatnya
dileher Prof Bae agar tak kedinginan. Prof Bae mencoba menolak tapi Seung Chan
kekeuh tak ingin Prof Bae kedinginan, karena tak ada orang yang ingin sakit
didunia ini.
Prof Bae duduk dibelakang dengan helm dan juga jaket agar
tak kedinginan. Seung Chan mengendarai motornya berkomentar Prof Bae cantik
sekali, layaknya gadis muda saja. Prof Bae tersipu malu mendengar pujian dari Seung Chan.
“Teruslah datang untuk konsultasi ! Bagus untuk kesehatan mental.” Kata Seung Chan, Prof Bae tersenyum sudah tahu dengan
hal itu.
“Aku kerja disana juga, anda harus sering konsultasi! Akan aku layani kalau kau datang lagi!” kata Seung Chan, Prof Bae tersenyum, merapatkan
pegangan tangannya pada pinggang Seung Chan.
Hye Rim baru saja masuk ke cafe, Ma Ri menelp sambil
menangis. Hye Rim kaget mengetahui Ma Ri disuruh untuk bertanding. Ma Ri sudah ada
dimobil menceritakan pelatihnya memaksa dan mengatakan kalau anti fansnya tak diizinkan
masuk.
“Bagaimana kalau mereka berhasil
masuk? Dengan Tak bisa melihat saja sudah
merepotkan dan Sama saja
menyuruhku mati.” Ucap Ma Ri tak bisa
melihat jelas jalanan didepanya.
“Ma Ri, tenang dulu. Aku akan bicara dengan dokter...” kata Hye Rim
“Aku perjalanan kesana. Bicaralah pada dokter, lalu suruh dia meyakinkan pelatih. Aku tak bisa bertanding seperti
ini... Pokoknya tidak bisa.” Tegas Ma Ri
Hye Rim ingin kelantai dua, tapi Soo Hyun sudah turun
membawa berkas ingin membahas tentang Tuan Kim. Hye Rim melihat sikap Soo Hyun
sudah tahu tentang Ma Ri yang dipaksa bertanding. Soo Hyun membenarkan karena memang sengaja menyuruh
pelatih agar Ma Ri bertanding. Hye Rim makin kaget mendengarnya.
Kita
tak bisa memanjakannya terus, Mungkin
pada akhirnya dia akan menyerah tapi kita harus memaksanya
bertanding.” Jelas Soo Hyun
“Apa itu masuk akal! Dia tak bisa
melihat! Dan dia bisa jatuh lagi! Artinya dia jatuh dua kali didepan anti-fans!” teriak Hye Rim
“Pemain sepakbola sering menghadapi hal seperti ini.” balas Soo Hyun tak peduli, Hye Rim menegaskan kalau Ma
Ri masih anak-anak.
“Mau sampai kapan kita anggap dia sebagai anak-anak? Dia harus tahu bahwa menutup mata takkan menyelesaikan masalah.” Jelas Soo Hyun
Hye Rim berpikir kalau nanti akhirnya Ma Ri akan hancur,
Soo Hyun pikir kalau tak dilakukan maka Ma Ri
bisa jadi buta, tuli dan lumpuh dengan keadaanya dan
Hye Rim malah membuatnya jadi cacat. Hye Rim merasa Soo Hyun sengaja
melemparkan Ma Ri pada bara api tanpa ada rencana. Soo Hyun pikir Hye Rim tak
perlu tahu dirinya itu punya rencana atau tidak.
“Kau tak tahu dia di bully , kan? Kalau kau memaksa Ma Ri
bertanding untuk
menutupi kekuranganmu...” ucap Hye Rim dengan mata
melotot
“Ahh... Seperti ini rupanya. Kau sok hebat karena bisa tahu penyebab masalahnya? Jadi Kau mau sombong?” ejek Soo Hyun, Hye Rim berteriak meminta Soo Hyun
jangan bersikap kekanak-kanakan!
“Anggap saja kau berhasil menebak 9 dari 10 klienmu. Bagaimana dengan satu orang itu? Kalau mereka bunuh diri, karena asumsi bodohmu. Apa Kau mau tanggung jawab? Prasangka, insting, kekuatan yang sangat kau cintai itu... Bisa membuat seseorang terbunuh.” Tegas Soo Hyun dengan mata melotot.
Ma Ri sampai di klinik dengan dipapah temanya memasuki
Madame Antoine. Didalam cafe, Hye Rim menegaskan kalau Ma Ri belum meninggal
dan mereka membahas tentang pertandingan dan meminta alasan Soo Hyun dengan
tiba-tiba memaksa Ma Ri bertanding.
“Maksudku itu kebiasaanmu yang sembrono. Sudah kubilang dia menderita
gangguan fungsional neuroliogis, kan? Karena
dia tak ingin stres saat bertemu
anti-fan itu.” Ucap Soo Hyun, Hye Rim sangat yakin Ma
Ri korban dari Bullying.
“Bukan itu penyebabnya. Dia tak bisa melihat, kalau itu Orang lain pasti menangis seperti orang gila. Tapi Dia tak khawatir sama sekali, bahkan sangat tenang saat ini!” teriak Soo Hyun, Ma Ri membuka pintu cafe mendengar adu
mulut Soo Hyun dan Hye Rim.
“Dan Kau tahu kenapa dia seperti itu? Karena jika buta, dia tak perlu
bertanding. Dia jadi
tak perlu bertemu anti-fan itu. Selain itu Dia juga akan mendapat perhatian dari orang lain! Secara tak sadar dia menikmati hal ini.” teriak Soo Hyun yakin
“Kenapa harus ada orang sepertimu? Tak bisakan kau terima apa yang kau lihat? Kenapa harus kau putar balikkan perkataan anak itu....” balas Hye Rim
“Aku ini professional !!!! Tingkatan
kita berbeda. Kau hanya
menggunakan intuisi dan asumsi...Aku melihat secara langsung, Karena itu aku melakukan hal ini. Dia harus sadar bahwa ini bukan masalah fisik! Dengan begitu, dia akan merasa tak ada gunanya jadi buta.... Maka....” ucap
Soo Hyun dengan mata melotot lalu terhenti karena melihat Ma Ri masuk ke dalam
cafe.
Soo Hyun dan Hye Rim kaget melihat Ma Ri datang dan
mendengar adu mulut mereka.
“Kau bilang aku sengaja seperti
ini? Ini karena tak ingin bertanding... Supaya aku dapat perhatian... Jadi Aku sengaja membutakan diri?” ucap Ma Ri berjalan mendekat dengan mata berkaca-kaca
“Ma Ri, Aku tak pernah bilang kau sengaja melakukannya. Tapi alam bawah sadarmu. Di dalam dirimu...” ucap Soo Hyun berusaha menjelaskan, tiba-tiba Ma Ri
langsung menendang vas yang berada disampingnya.
“Ahjumma... mulai saat ini, aku
akan konsultasi padamu” tegas Ma Ri, Soo Hyun kaget berusaha menjelaskan
maksud dokter Soo Hyun dengan ucapanya.
“Dokter? Siapa dia? Orang bermulut manis ini? Berapa banyak orang yang tertipu senyum manismu itu? Maaf, aku tak bisa kau bodohi
lagi. Jadi Pergilah.” Ucap Ma Ri, Soo Hyun hanya bisa diam.
Telp berdering di meja kerja Soo Hyun, pesan dari pelatih
Lee Ma Ri masuk meminta Soo Hyun menghubunginya setelah menerima pesanya. Terdengar
teriak seorang wanita yang meminta pelatih memberikan telpnya. Pelatih Ma Ri
ingin menolaknya tapi si wanita tetap memaksa. Soo Hyun mendengarnya dengan
tatapan dingin.
“Hei, Brengsek ! Apa kau bilang? Dia pura-pura buta supaya
dikasihani? Kau
bilang kau akan membantunya! Beraninya
menyebut dirimu dokter!” jeri Ibu Ma Ri di telp, Pelatih
Ma Ri bisa mengambil ponselnya dan berjanji akan menelpnya nanti.
Dikamarnya, Hye Rim menonton drama keluarga dengan ayah
ibu dan dua anak sedang bermain-main dipantai, lalu mengambil foto anaknya
seperti ingin mengobati rasa rindu, setelah itu kembali menonton drama keluarga
yang bahagia.
Soo Hyun melihat berkas Penelitian
percontohan Rahasia dalam komputernya, didepanya
sudah ada berkas berjudul [Penelitian Psikologis Cinta] dilembar pertama Pria C adalah Ji Ho dan dilembar
berikutnya Pria B adalah adiknya dan di lembar ketiga, masih kosong untuk calon
Pria A, pulpennya mengetuk-ngetuk diatas kertas seperti sedang berpikir.
“ Bagaimana denganku, Go Hye Rim? Aku
akan membuatmu bertekuk lutut, mencintaimu...
lalu mencampakkanmu.” Gumam Soo Hyun lalu
menuliskan namanya sendiri.
Hye Rim binggung melihat dua petugas yang berada di dalam
cafenya, Dua petugas memberitahu mereka sedang memasang CCTV sengaja dipasang demi
keamanan klinik. Hye Rim binggung karena
tempatnya itu cafe bukan klinik.
Petugas mengatakan Pemilik
cafe adalah penasehat klinik Jadi kedua lantai harus
diamankan. Hye Rim menyadari dengan memasang CCTV
bisa menangkap penjahat
akhirnya petugas kembali memasang CCTV.
Di lantai atas, Soo Hyun dengan menopang wajahnya bisa
mengamati gerak gerik Hye Rim hanya melihat dari rekaman CCTV yang dipasangnya.
Dalam pikiran memulai Proyek
Madame Antoine: Menangkap
Go Hye Rim dengan permulaan adalah Mengamati
Seung Chan bahagia melihat Hye Rim ada didapur, Hye Rim
senang melihat adik Soo Hyun datang disaat yang tepat lalu menyuruhnya untuk
sarapan. Seung Chan menolak disuapi dan aka membantunya saja, lalu melihat
mereka kurang telur goreng. Hye Rim memberitahu Ji Ho sudah memasaknya.
Ji Ho dengan senyuman bangga memperlihatkan keahlihannya
mengoreng telur. Seung Chan tak mau kalah, bisa membantu mencuci piring. Soo
Hyun keluar dari ruangan heran melihat banyak orang yang ada didapur. Hye Rim
merasa tak enak hati setelah kejadian kemarin, berusaha menyapa Soo Hyun.
“Go Hye Rim, kau mau ikut penelitian?” tanya Soo Hyun sambil menuangkan kopi digelasnya. Ji Ho
dan Seung Chan melotot karena Soo Hyun bertanya dengan blak-blakan. Hye Rim
terlihat binggung.
“Iya, ini penelitian psikologi dan Kami butuh subyek, jadi hanya cuma butuh data diri dan pemeriksaan fisik, yang pasti tidak akan sulit.” Jelas Soo Hyun sambil meminum kopinya. Hye Rim langsung
menolaknya.
Ji Ho dan Seung Chan terlihat panik, Soo Hyun pikir tak
masalah Hye Rim menolaknya, dan akan kembali keruangan, lalu mengingatkan Ma Ri
akan datang lagi ke Klinik, dengan nada sombong mengucapkan “Semoga beruntung.” Seung Chan langsung
mengikuti kakaknya yang masuk keruangan.
Soo Hyun duduk dimeja kerjanya, Seung Chan buru-buru
menutup pintu agar Hye Rim tak melihat, lalu mengumpat pada kakaknya sudah gila
karena terang-terangan mengatakan Hye Rim sebagai subjek penelitian. Soo Hyun
menjelaskan mereka harus lakukan itu karena persetujuan subject dibutuhkan untuk penelitian, walaupun tujuannya dirahasiakan.
“Tapi noona menolaknya.” Kata Seung Chan binggung
“Siapa yang bilang? Kalau dia pintar, dia pasti akan datang.” Ucap Soo Hyun yakin
Hye Rim duduk diam dimeja kasir dengan buku pengantar
psikolog didepanya, teringat dengan ucapan Soo Hyun saat sarapan “Dalam beberapa hari
lagi Lee Ma Ri akan datang. Semoga beruntung.”
Setelah itu mengingat ucapan Tuan Kim saat di bagian
kosmetik “Kau hanya perlu
menasehati dan membantu mereka, dan tak perlu melakukan
hal lain. Sebagai gantinya, amati apa yang dilakukan Choi Soo Hyun. Misalnya penelitian
psikologi yang aneh. Kalau kau dapat informasi bagus, akan kuberi hadiah yang besar.” Alis Hye Rim terangkat karena sebelumnya, Soo Hyun
menawarinya untuk Penelitian psikologi.
Hye Rim masuk keruangan Soo Hyun meminta bantuan saat melakukan
konsultasi dengan Ma Ri. Soo Hyun menanyakan alasan harus
membantunya. Hye Rim ingat Soo Hyun dulu menakutinya tapi
sekarang malah kabur, jadi meminta agar membantunya. Soo Hyun jual mahal
berpikir apakah ia punya waktu untuk membantunya.
“Aku akan ikut penelitian. Ini cuma penelitian sederhana, kan? Jadi Akan kulakukan. Karena itu.....” ucap Hye Rim langsung disela ole Soo Hyun
“Bagus kalau begitu, ini sangat mudah, Ayo
mulai.” Kata Soo Hyun dengan cepat menyuruhnya duduk, Hye Rim
kaget karena akan memulai penelitianya sekarang. Soo Hyu mengatakan hanya akan
mengajukan beberapa pertanyaan yang
mudah, jadi meminta agar Hye Rim segera duduk.
“Baju apa yang kau suka?” ucap Soo Hyun, Hye Rim binggung Soo Hyun tak menanyakan
data dirinya lebih dulu.
“Hal itu sudah ku urus, karena Aku sedikit tertarik padamu.” Kata Soo Hyun, dalam catatanya di poin kedua “Buat dia bingung dengan
rayuan.”
“Tertarik bagaimana maksudmu? Sebagai subyek, atau...” ucap Hye Rim semakin binggung
“Apa ada model pakaian yang kau suka?” tanya Soo Hyun mencoba mengalihkan pertanyaan. Hye Rim
hanya bisa bergumam “Kenapa pria ini? Aku tak bisa membacanya.”
Hye Rim bertanya apakah Soo Hyun akan membelikan setelah
mengetahuinya. Soo Hyun membenarkan, Hye Rim sempat terdiam mendengarnya, lalu
memberitahu suka gaya bohemian, apalagi yang model pakaian lama. Soo Hyun bertanya apakah Hye Rim menyukai bunga, Hye Rim
kembali berpikir Soo Hyun akan membelikanya.
Soo Hyun mengangguk, Hye Rim melotot mendengarnya. Soo
Hyn bertanya apa Hye Rim menyukai makanan Korea atau Jepang dan meminta untuk
memberikan nilai dari 1-10. Hye Rim tersenyum karena merasa Soo Hyun ingin
membelikanya. Soo Hyun mengatakan tidak, Hye Rim cemberut menanyakan alasan Soo
Hyun harus bertanya padanya. Soo Hyun menegaskan karena Hye Rim adalah Subject
penelitiannya jadi harus tahu kesukaan subyek supaya penelitiannya lancar.
“Suasana lebih penting daripada makanannya. Tempat Yang mewah, nyaman, dan punya pelayanan yang bagus. Lebih bagus lagi kalau bisa
melihat pemandangan
malam Seoul.” Cerita Hye Rim
“Kau lebih matre dari yang ku kira.” Ejek Soo Hyun pindah keruangan lain, Hye Rim hanya bisa
menjerit kesal melihat tingkah Soo Hyun seenaknya berkomentar. Soo Hyun menyuruh
Hye Rim mengikutinya untuk mengevalusi mentalnya.
Hye Rim binggung melihat Soo Hyun memberikan lembaran
kertas padanya, Soo Hyun menjelaskan itu adalah tes MBTI
untuk mengetahui kepribadian yang
sebenarnya.
“Isabel Myers membuat test ini
berdasarkan teori
kepribadian archetypes. Kalau
kau menjawab pertanyaan disini. Aku
bisa tahu kepribadian seperti apa yang
kau miliki.” Jelas Soo Hyun santai
“Apa ini diperlukan dalam eksperimen?” ucap Hye Rim melihat lembaran tsan
“Kau sudah menyutujuinya, kan? Jadi mulailah.” Perintah Soo Hyun
Hye Rim mengambil pensil diatas meja sambil mengejek
semua yang dilakukannya itu lucu. Soo Hyun menatap Hye Rim dengan Point ketiga “Pelajari semua tentang dirinya.”
Hye Rim akan keluar dari cafe, Seorang pria masuk mencari
orang yang bernama Hye Rim, Hye Rim pun memberitahu kalau ia yang dicari. Pria
itu pun memberikan sebuket mawar dengan mawar biru dibagian tengah lalu meminta
Hye Rim memberikan tanda tangan sebagai tanda terima. Matanya melirik lantai
atas menduga itu kiriman dari Soo Hyun.
Hye Rim masuk ke dalam ruangan Soo Hyun tapi tak ada
orang didalam, lalu ia berjalan melihat pulpen yang jatuh dan akhirnya berjalan
kearah rak dengan terlihat papan penghargaan yang diterima Soo Hyun. Ia tak
percaya melihat Soo Hyun mendapatkan penghargaan dari Standford sebagai Prof Psikologi.
Point ke
empat ”Buatlah dia menyadari seberapa kecil dirinya”
Soo Hyun masuk keruangan bertanya apakah ada yang bisa
dibantunya, Hye Rim mengatakan tidak ada. Soo Hyun menyuruh Hye Rim menaruh
kembali yang diambilnya dan akan berpura-pura tak melihatnya, dengan sibuk
melihat berkas diatas mejanya. Hye Rim menegaskan tak mencuri apapun.
“Kenapa mengirim ini?” tanya Hye Rim memperlihatkan buket bunganya.
“Kau bilang Aku yang mengirimnya? Darimana kau punya pemikiran itu?” kata Soo Hyun menyangkal
“Kau tanya tentang apa yang kusuka dan juga tanya bunga apa yang kusuka.” Ucap Hye Rim
“Kalau aku tanya apa harus membelikan? Keluarlah, kau mengganggu
belajarku.” Ucap Soo Hyun ketus
Hye Rim bertanya apakah ini termasuk bagian
dari eksperimen, Soo Hyun menyangkal kalau eksperimennya
hanya tentang pria
idaman, jadi bunga seperti itu tak diperlukan. Hye Rim melirik
sinis akhirnya memilih untuk keluar ruangan. Soo Hyun tersenyum licik karena
bisa membuat Hye Rim mempercayainya.
Hye Rim memperlihatkan bunga ditanganya, Ji Ho mengaku
bukan ia yang mengirimkanya. Hye Rim pergi ke tempat Seung Chan, dengan
senyuman manis Seung Chan mengaku bunga itu darinya. Hye Rim malah tak percaya
dan memilih untuk pergi. Seung Chan memanggilnya, berjanji apabila memiliki
uang akan membelikan sebuket bunga untuknya. Hye Rim memilih untuk turun
kembali ke cafenya.
“Hei, Tuan buket bunga.” Ucap Seung Chan melipat tangan didepan pintu ruangan
kakaknya, Soo Hyun langsung menyuruh adiknya segera keluar.
“Itu kerjaan Hyung, kan? Hyung mencoba
mendapatkannya dengan
bunga itu.” Tebak Seung Chan, Soo Hyun merasa
dirinya saja yang harus pergi.
Seung Chan merasa aneh apabila bukan kakaknya yang
melakukan hal itu, karena dengan begitu ada orang
lain selain mereka berdua yang
menyukai Hye Rim. Soo Hyun menjelaskan sudah
memperkirakan faktor
itu, menurutnya dengan Jumlah
obyek pria, maka tidak
akan mempengaruhi hasil eksperimen. Seung Chan
tetap merasa ada yang aneh dan meminta kakaknya Bersumpahlah
demi langit, dan atas
nama ayah ibu.
Soo Hyun dengan mata melotot menegaskan bukan dirinya
yang melakukanya, Seung Chan teringat kakaknya itu sangat membenci ibu, lalu
meminta maaf karena sudah bertanya
yang aneh-aneh dan buru-buru keluar ruangan.
Soo Hyun masih melotot melihat tingkah adiknya yang
konyol, lalu berubah dengan raut wajah kesedihan.
Flash Back
Sang ibu memperkenalkan Soo Hyu kalau ia sudah memiliki
adik bernama Seung Chan. Soo Hyun ingin memegang adiknya yang masih baik tapi
sang ayah langsung melarangnya karena belum cuci tangan, Ibunya menegur
suaminya lalu membiarkan Soo Hyun untuk menyentuh adiknya.
“Apa ibuku yang melahirkannya?” tanya Soo Hyun
“Bukan, ini bayinya ahjumma. Mulai sekarang ahjumma adalah
ibumu.” Kata Ayahnya.
“Soo Hyun, kita sudah sangat dekat. Mulai sekarang kita harus lebih
dekat lagi.” Pesan ibu tirinya, Soo Hyun tersenyum
sumringah
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Ah, keren. Terima kasih, lanjutkan. Hehehe...
BalasHapusMakin kepo. Lanjutkannnnn :)
BalasHapus