Di halaman gereja, Yeo Jin mengulurkan tanganya merasakan sinar matahari dan udara yang sangat segar, dalam hatinya berkata ia bebas hari ini, senyumnya terlihat.
“Tapi aku takut, akan kehilangan dia.” gumam Yeo Jin terlihat sedih.
Tae Hyun datang menyapanya, terlihat nampan berisi sarapan ditanganya. Yeo Jin menengok sambil memberikan senyumanya begitu juga Tae Hyun.
Keduanya duduk dibangku taman, sepiring omelet dan susu ada diatas meja. Yeo Jin memegang pisau dan garpunya lalu mengeluh semuanya itu berat sekali saat diangkat. Tae Hyun pun pikir akan menyuapinya. Yeo Jin mengangguk dengan senyumannya yang terlihat manja, Tae Hyun menatap mata Yeo Jin yang memohon lalu tersenyum sambil mengelengkan kepalanya.
“Aku hampir saja melakukannya! Jangan tatap aku dengan mata seperti itu. Ini latihan untuk lenganmu, Ayo Lakukan sendiri.”kata Tae Hyun, Yeo Jin langsung cemberut. Tae Hyun pun mengodanya akan memakan semuanya saja sendiri.
“Ahhh... Benar-benar, kau begitu kekanak-kanakan! Apa aku ini anak usia tiga tahun?” keluh Yeo Jin memegang pisau dan garpunya tak ingin omelet itu dimakan Tae Hyun
“Ini omelet yang benar-benar lembut dengan daging babi yang ditumis dengan bawang. Ditambah ini lagi dimasak oleh seorang dokter” ucap Tae Hyun bangga.
Yeo Jin sempat mencium aroma omelet buatan Tae Hyun lalu memotongnya perlahan dengan potongan besar da memakannya dengan garpu.Tae Hyun pun memujinya, karena pacarnya itu sudah berkerja keras.
“Tapi Tidak boleh dipotong sebesar itu, sekarang Ini untuk latihan lenganmu.” kata Tae Hyun memotong kecil-kecil omelet buatanya.
“Apa yang kau lakukan? Bagaimana aku bisa menghabiskannya?” keluh Yeo Jin panik melihat ada banyak potongan omelet yang harus dimakan, Tae Hyun tersenyum lalu tertawa, Yeo Jin akhirnya ikut tertawa
Yeo Jin berpegangan pada lengan Tae Hyun untuk berlatih berjalan, lalu setelah beberapa langkah ia ingin berjalan sendiri sekarang. Tae Hyun mengangguk melepaskan Yeo Jin untuk berlatih berjalan, Yeo Jin mengangkat tumitnya agar bisa melangkah.
Baru beberapa langkah ia berjalan, tubuhnya kembali tak seimbang, Tae Hyun dengan sigap langsung memegangnya, seperti memeluknya dan Yeo Jin pun memegang pundak Tae Hyun agar tak terjatuh. Lalu Tae Hyun terlihat panik menanyakan keadaannya, Yeo Jin masih ketakutan mengatakan ia baik-baik saja.
“Ngomong-ngomong, apa kau akan tetap berdiri seperti ini?” ucap Yeo Jin yang sangat dekat dengan Tae Hyun
“Kita istirahat dulu sebentar lalu kembali latihan lagi.” kata Tae Hyun yang terus memeluk Yeo Jin
“Ini tidak tampak seperti posisi untuk beristirahat.” komentar Yeo Jin malu-malu, Tae Hyun memberikan senyumanya.
Terdengar suara pendeta yang melihat keduanya sedang berpelukan, Tae Hyun dan Yeo Jin langsung melepaskan pelukannya dan memberitahu Yeo Jin sedang berlatih berjalan. Pendeta mengoda keduanya yang tidak datang ke misa pagi tapi malah berpelukan dibelakang gereja.
“Aisshh... Kenapa kau bicara begitu? Ini terapi fisiknya.” jelas Tae Hyun membela diri, si pendeta seperti tak percaya begitu saja. Tae Hyun mencoba menyakinkan apa yang dikatakannya itu benar.
“Sophia, berapa lama itu sejak pengakuan terakhirmu?” tanya si pendeta, Yeo Jin pikir sekitar tiga tahun yang lalu.
Pendeta mengajak Yeo Jin masuk ke dalam gereja untuk membuat pengakuan, Yeo Jin binggung lalu menatap Tae Hyun yang ada disampingnya, dan Tae Hyun mengangguka kepalanya seperti memberikan persetujuan supaya Yeo Jin mau melakukannya.
Di dalam bilik, Yeo Ji memulai dengan berdoa lalu pendeta juga mengucapkan kalimat “Percaya dalam kasih karunia dan berkat Tuhan. Renungkan dosa-dosamu dan mengakui semua kebenaran.”
“Aku berdoa semoga aku bisa membunuh semua musuhku.”akui Yeo Jin penuh dendam
“Apa kau masih menginginkannya?” tanya pendeta,
“Iya.... Selama tiga tahun terakhir. Aku berdoa agar aku mati jika aku tidak bisa membalas dendam. Tapi Tuhan tidak mewujudkan satupun.” kata Yeo Jin
“Tuhan mengabulkan doa-doa kita dengan cara-cara yang tidak kita duga. Kau berdoa dalam kebencian, tetapi Tuhan menjawabmu dengan cinta. Sophia, apa kau mengasihi yang ada disampingmu sekarang? Apa Kau mencintainya?” ucap pendeta, Yeo Jin sempat berpikir
“Ya, aku pikir begitu.”akui Yeo Jin yang menyukai pendeta
“Jadi doamu telah dijawab, Terima kasihlah pada Tuhan atas berkat-Nya.” kata pendeta
Yeo Jin dengan mata berkaca-kaca mengakui sangat takut akan kehilangan Tae Hyun karena mencintainya. Pendeta mengatakan “Orang tidak bisa mengubah apa yang telah ditentukan Tuhan.” Yeo Jin pun bertanya yang harus ia lakukan sekarang dengan air mata yang tergenang dimatanya.
“Meminta ampunan Tuhan Dan lebih mencintainya.” ucap Pendeta
“Bahkan jika hidupnya mungkin menjadi lebih sulit karena aku?” tanya Yeo Jin dengan air mata yang sudah mengalir.
“Cintai musuhmu. Dan Kemudian kedua jiwa kalian akan diselamatkan oleh karunia Tuhan. Kau akan melakukannya, kan?” ucap si pendeta, Yeo Jin sempat terdiam dengan air mata yang terus mengalir, lalu akhirnya menjawab akan melakukanya.
Dr Lee datang ke ruangan ICU, Perawat So sempat panik melihat Dr Lee yang datang takut mengetahui ketahuan kalau Tae Hyun dan Yeo Jin sudah pergi. Dr Lee melihat ke arah ruangan khusus, terlihat pasien yang tertidur dengan wajah dibalut perban.
Perawat So mendatanginya, Dr Lee meminta supaya Perawat Song membuka pintu karena ingin melihat pasien Young Mi, Perawat So memberitahu Young Mi itu adalah pasien dari Tae Hyun. Dr Lee tahu, dan sekarang Tae Hyun mengambil cuti karena sakit jadi meminta supaya membukakan pintunya.
“Dia masih dalam kondisi yang sama, jadi mengapa repot-repot...” ucap Perawat So seperti mencegah agar Dr Lee tak melihatnya.
“Aku juga tidak mau kesini.”komentar Dr Lee seperti memberitahu ini perintah, Perawat So pun membuka pintu dengan menekan passwordnya terlebih dulu.
Dr Lee memeriksa selang infus sambil bertanya keadaan pasein, Perawat So memberitahu keadaan masih sama saja.
“Tidak ada yang mengunjunginya, kan?” tanya Dr Lee
“Seseorang datang mengunjunginya beberapa hari yang lalu” ucap Perawat So, Dr Lee bertanya siapa orangnya.
“Seseorang melihat putrinya masuk ambulans dari Rumah Sakit Hanshin...jadi dia mencari ke semua tempat di rumah sakit.” cerita Perawat So, Dr Lee menanyakan kelanjutannya setelah itu.
“Sudah jelas. Tim keamanan tidak mengizinkannya... Sayang sekali.” komentar Perawat So
“Ah... Aku sudah mau berurusan dengan ini sekarang. Lagipula, itu tugas tim keamanan, jadi jangan khawatir tentang hal itu. Aku tidak akan terus berjaga pagi dan malam jadi kalau terjadi sesuatu, panggil aku.” pesan Dr Lee. Perawat So mengangguk mengerti lalu Dr Lee pun keluar dari ruangan.
Perawat So bisa bernafas lega lalu langsung membangunkan pasien, terlihat si pasien yang tertidur dengan pulas, perawat So pun kembali membangunkanya dan si pasein bisa duduk dengan tegak walaupun masih terlihat kantuk.
“Kau cukup berani. Bagaimana bisa kau tidur di sini?” komentar Perawat So
“Tentu saja. Kenapa tidak?” komentar si pasien, Perawat So langsung menyuruh si pasin untuk pergi ke lantai atas sekarang.
“Itu tadi tidur siang yang nyenyak!Haruskah aku datang ke sini dan tidur selama jam malam, juga?” ucap Perawat Song yang membuka perban diwajahnya.
“Ya, tidurlah yang nyenyak.” komentar Perawat So, Perawat Song terlihat sangat bahagia.
Dr Lee sampai dilantai 12 melihat daftar klien di mulai Nomor 1218 untuk memulai prosedur pengeluaran pasien. Salah satu pegawai terlihat sangat khawatir menanyakan apakah Dr Lee sudah mendengar kabar, Dr Lee bertanya kabar apa itu.
“Perawat Hwang meninggal.” ucap si perawat, Dr Lee benar-benar kaget, menurutnya bagaimana bisa perawat Hwang meninggal.
“Dia korban tabrak lari, dia tertabrak truk saat berada di bilik telepon umum, jadi tepat...” jelas si perawat gugup ingin menjelaskanya.
“Lalu Apa sopir truknya tertangkap?” tanya Dr Lee panik
“Tidak, mereka tidak bisa menangkapnya.” ucap perawat
Perawat lain binggung dengan Perawat Hwang yang ada ditelp umum, apakah ponselnya itu mati, Dr Lee terlihat benar-benar shock mengetahui kematian Perawat Hwang secara tiba-tiba
Chae Young yang ada didalam ruang rawat ikut kaget mengetahui Perawat Hwang itu sudah meninggal secara mendadak. Perawat yang berada dilantai 12, menjelaskan perawat Hwang yang dimaksud adalah perawat yang merawat Nona Young Ae. Chae Young berpikir siapa sebenarnya pelaku yang membunuh Perawat itu.
Dr Lee datang menemui Direktur yang sedang dirawat, lalu bertanya apakah ia sudah mendengar tentang Perawat Hwang. Direktur mengangguk, Dr Lee bertanya apakah itu benar-benar sebuah kecelakaan mobil.
“Aku tahu apa yang kau pikirkan, tapi mungkin saja bukan.” komentar Direktur yang terlihat masih santai
“Direktur, bukan itu... Aku ingin tahu apakah kita semua akan dibunuh karena "masa berburu telah berakhir"?” jelas Dr Lee ketakutan
“Apa? "Membunuh anjing pemburu ketika masa berburu telah berakhir"?” tanya Direktur terlihat binggung
“Pak, itu bukan suatu hal yang bisa dianggap enteng. Pikirkan tentang itu, Yeo Jin sudah mati Dari sudut pandang Ketua Han, mungkin saja dia ingin menyingkirkan semua orang yang merawat Yeo Jin.” jelas Dr Lee panik
“Kepala Lee, jangan terlalu khawatir. Tanpa kita, bagaimana nantinya Rumah Sakit Hanshin Dan bagaimana dengan lantai 12?Tidak mungkin Ketua Han akan begitu, Dia terlalu serakah.” kata Direktur
Dr Lee masih belum yakin dengan pemikiran itu, tapi Direktur mencoba menyakinkan kalau Do Joon tak mungkin melakukan itu jadi menurutnya Dr Lee tak perlu khawatir. menurutnya Perawat Hwang itu menyusahkan jadi keadaan seperti ini baik untuk mereka. Dr Lee berusaha untuk mengerti.
Tae Hyun mengompres kaki Yeo Jin yang bengkak karena terlalu banyak berjalan. Yeo Jin pikir Tae Hyun tak perlu melakukan ini padanya, Tae Hyun pikir seharusnya mengatakan "terima kasih" untuk hal-hal seperti ini lalu meminta Yeo Jin mengucapkanya. Yeo Jin yang gengsi tak ingin melakukanya.
“Ngomong-ngomong...siapa nama pacar dari si Bocah Katak?” tanya Tae Hyun, Yeo Jin mengatakan Aromi
“Ahhh, Aromi. Mulai sekarang, panggilanmu Aromi.” ucap Tae Hyun, Yeo Jin menanyakan alasanya.
“Kau terlihat seperti itu.” ucap Tae Hyun, Yeo Jin pikir itu wajahnya, tapi Tae Hyun mengatakan yang mirip itu Jari-jari. Yeo Jin kesal karena dianggap kakinya yang mirip katak dan meminta Tae Hyun melepaskan kakinya, tapi Tae Hyun yang mengodanya tetap ingin mengompresnya.
“Terima kasih.” ucap Yeo Jin cepat, Tae Hyun seperti tak mendengarnya. Yeo Jin tak ingin mengatakannya lagi, Tae Hyun pun hanya bisa tersenyum.
“Pada tingkat pemulihan seperti ini, kau bisa pergi dari sini segera. Dan ita tidak bisa tinggal di sini selamanya.” jelas Tae Hyun
Yeo Jin bertanya kemana mereka akan pergi, Tae Hyun berkata kemanapun dan tidak keberatan selama ia bersama Yeo Jin, lalu balik bertanya. Yeo Jin pun mengatakan akan pergi kemana saja asal bersama Tae Hyun, keduanya pun bersama-sama mencari tempat tinggal dari ponselnya.
Tae Hyun yang akan menjemur pakaian melihat anak-anak kecil yang hanya duduk ditangga sambil termenung, bertanya kenapa mereka tidak bermain, mereka pikir lebih baik diam saja ketika cuaca sedang panas seperti sekarang.
“Hei, anak-anak seharusnya bermain seperti anak-anak!” ucap Tae Hyun
“Apa kau mau bermain denganku? Kau tidak punya teman?” tanya salah satu anak yang bernama Ali
“Aku akan membeli es krim. Ayo mulai.” ajak Tae Hyun dengan senyumanya.
Presdir Go mengusulkan Do Joon melepaskan Perusahaan Kimia Hanshindan Listrik untuk saat ini dan mengirim Presiden Kim dari Listrik sebagai Presiden Hanshin Energi, menurutnya Do Joon bisa mempercayai Presiden Kim.
“Presiden Go. Maksudku, Direktur Restrukturisasi. Apa yang kau katakan? Perusahaan Listrik Hanshin adalah sumber pendapatan utama Grup Hanshin Dan kau ingin menjualnya?” komentar Sekertaris yang tak setuju dengan usulan Presdir Go
“Itu sebabnya akan dijual secepatnya. Apa gunanya menjadi sumber pendapatan utama jika Ketua Han tidak bisa menjadi pemilik Hanshin. Kita harus menjual sesuatu yang akan menghasilkan uang.” jelas Presdir Go, terlihat Do Joon yang memijit kepalanya terlihat pusing
“Itu akan menurunkan kapitalisasi pasardan akan meningkatkan saham Ketua di perusahaan induk.” kata Presdir Go menyakinkan, Do Joon pikir itu masuk akal.
“Bahkan, kita tidak perlu mengirim Presiden Kim dari Listrik ke bagian Energi.” ucap Sekertaris
Presdir Go bertanya Bagaimana dengan bagian Energi karena tidak ada seorang pun di sana. Seketaris mengatakan mereka punya seseorang, Presdir Go pikir dengan mengatakan itu Sekertaris seperti sedang membicarakan tentang tim strategi.
“Kupikir kau membicarakan tentang tim kita yang sekarang.” kata Presdir Go dengan tertawa
“Benar, kita harus mengubah konsep "kita" mulai sekarang, untuk kemenangan besar.” kata Do Joon
“Terima kasih, Ketua telah memahami kesetiaanku. Tidak peduli seberapa pintarnya stafmu, dalam saat-saat kritis seperti ini, jenderal yang pernah terlibat dalam pertempuran memang yang terbaik.” komentar Presdir Go melirik pada Seketaris
Chae Young ingin masuk ke dalam ruangan, penjaga mengalanginya karena Do Joon meminta tidak boleh membiarkan siapapun masuk ke dalam, Chae Young langsung menamparnya dan menerobos masuk. Do Joon yang melihat istrinya masuk langsung memerintahkan supaya memecat penjaga yang tak becus berkerja.
“Kau berjudi, kan? Presiden Go, kau menang sesuatu?” sindir Chae Young, Presdir Go hanya tertawa mendengarnya.
“Oh, ayahku menjaga tempat duduknya saat ini?” komentar Chae Young, Presdir Go berpura-pura tak tahu menahu dengan masala itu. Do Joon akhirnya berdiri dari tempat duduknya.
“Apa yang coba kau lakukan?” ucap Do Joon bertolak pinggang
“Menurutmu apa? Aku datang kemari karena aku merindukanmu.” kata Chae Young mengoda, Presdir Go pun memutuskan akan menunggu diluar saja bersama sekertaris.
Chae Young bertanya siapa berikutnya setelah Perawat Hwang, Do Joon tersenyum, berpikir istirnya itu mengkhawatirka Tae Hyun sekarang. Chae Young mengakuinya, ia sangat mengkhawatirkan Tae Hyun.
“Apa kau benar-benar mencintainya?” tanya Do Joon
“Tentu saja.... Dia adalah mainan berhargaku.Sampai aku bosan dengan dia, tidak ada yang bisa menyentuhnya, Itu kontrak.” ucap Chae Young, Do Joon terlihat menghela nafas tak percaya
“Dan...aku mengkhawatirkanmu, juga.” ucap Chae Young menatap suaminya, Do Joon tak percaya istrinya itu mengkhawatirkan dirinya.
“Astaga, aku sangat berterima kasih. Tentu saja, terima kasih telah mengkhawatirkan aku.” kata Do Joon mengejek
“Aku bisa mencium bau darahmu sekarang. Itu lebih baik ketika kau memohon pada ayahmu untuk menikahi putri dari kalangan orang biasa yang bahkan tidak menginginkanmu. Setidaknya dulu kau berbau seperti seorang amatir. Karena kau sudah melihat darah dari adikmu, kau akan melanjutkan semuanya sekarang?” sindir Chae Young.
Do Joon mengancam apabila Chae Young tak menutup mulut maka ia akan berakhir juga seperti adiknya. Chae Young malah berpikir kalau memang Do Joon berani melakukannya maka mungkin ia akan mencintai suaminya lalu berdiri dari tempat duduknya.
“Aku tidak peduli jika kau membunuh semua orang. Tapi jangan sentuh Tae Hyun. Jika sesuatu terjadi pada Tae Hyun, maka kau juga harus membunuhku. Dan jika kau membunuhku, kau tahu apa yang terjadi, kan? Kenyataan bahwa kau membunuh Sung Hoon dengan sengaja, akan dikirimkan langsung ke Daejung.” tegas Chae Young mengancam lalu keluar ruangan, Do Joon terlihat benar-benar tak habis pikir dengan tingkah istrinya.
Chae Young yang keluar ruangan langsung menelp ayahnya agar menemukan seseorang untuknya yaitu Kim Tae Hyun dan menegaskan keadaan yang mendesak karena ia dalam bahaya.
Presdir Go berada dilantai atas bisa mendengar ucapan Chae Young di telp, Seketaris datang memberitahu kalau Do Joon meminta mereka kembali ke ruangan.
“Istrinya akan menemukan Kim Tae Hyun bagi kita.” komenta Presdir Go tertawa licik, seketaris melirik dan terlihat masih binggung dengan rencana presdir Go.
Tae Hyun membawa Yeo Jin duduk dikursi roda dan beberapa anak melempar mereka dengan bola. Yeo Jin pikir Tae Hyun sudah mati karena terkena bola. Tae Hyun menjelaskan itu permainan "Princess Dodge Ball" seperti yang ada di acara Running Man.
“Pokoknya, selama kau tidak kena bola, aku akan baik-baik saja.” jelas Tae Hyun, mencoba menyelamatkan Yeo Jin dari serangan bola.
Beberapa kali Tae Hyun bisa menghalau bola, sampai akhirnya ia bisa memegang bola dan melemparnya, salah satu anak yang berlari untuk menghindar tiba-tiba terjatuh. Tae Hyu melihat lukanya lalu meminta maaf dan mengobatinya dengan mengoleskan salep.
Ali khawatir luka temanya itu akan terinfeksi, Tae Hyun meminta supaya tak perlu khawatir karena ia seorang dokter. Ali sempat tak percaya, sampai akhirnya Yeo Jin menyakinkan kalau Tae Hyun itu memang seorang dokter dan akan merawatnya. Keduanya pun kembali berkumpul dengan teman-teman mereka setelah luka diobati.
Yeo Jin melihat anak-anak itu benar-benar lucu dan mengungkapkan ia tidak pernah memainkan game seperti itu. Tae Hyun yakin semua orang memainkan permainan tadi di sekolah.
“Jadi Kau tidak pernah memainkannya ketika kau masih kecil?” tanya Tae Hyun tak percaya
“Ini pertama kalinya., saat masi kecil Aku tidak boleh terluka, jadi aku tidak bisa melakukan hal-hal seperti itu.” cerita Yeo Jin sedih
“Bagaimana kau bermain ketika kau masih kecil?” tanya Tae Hyun
“Aku menyukai tenis.” kata Yeo Jin.
Flash Back
Yeo Jin memegang raket tenis yang cukup besar ditanganya, Do Joon berdiri didepan melihat adiknya yang siap menerima bola.
“Aku dan kakakku selalu bermain ganda, Lalu suatu hari..Aku jatuh setelah kena bola dari tim lain.” cerita Yeo Jin
Saat bola lawan terlempar, Do Joon tak bisa mengembalikanya dan terkena mata Yeo Jin.
“Ayahku benar-benar marah pada kakakku.” ucap Yeo Jin
Sang ayah telihat memarahi anak sulungnya yang membuat mata Yeo Jin bengkak, meminta untuk berhati-hati dan menjaga adiknya, Do Joon hanya bisatertunduk menangis diruangan ayahnya.
Yeo Jin kecil mengintip dari balik pintu saat sang kakak kena omela sang ayah, akhirnya ia hanya bisa berbaring di kamarnya sambil menangis. Do Joon datang menemui adiknya, Yeo Jin bangun melihat sang kakak dengan air mata yang belum mengering.
“Yeo Jin... Maafkan aku... Aku seharusnya menangkap bolanya.” ucap Do Joon sedih
“Maafkan aku, Oppa. Ini Semua Karena aku...” kata Yeo Jin yang juga menangis lalu keduanya berpelukan dengan penuh kasih sayang.
“Kita dulu begitu dekat, tapi setelah itu, aku berhenti bermain tenis.” cerita Yeo Jin
Mendengar certa Yeo Jin, Tae Hyun mengungkapkan itu keputusan yang bagus karenaBanyak orang datang ke rumah sakit dengan mata bengkak diakibatkan bermain tenis, jadi menurutnya mereka tak bisa membantu.
Pendeta dan suster kepala datang, memanggil semua anak-anak. Tae Hyun dan Yeo Jin mendengar teriakan bahagia anak-anak. Si anak kecil yang terjatuh memberitahu mereka akan pergi ke sungai bermain-main, Yeo Jin terlihat seperti binggung mereka akan pergi ke sungai.
“Apa kau suka sungai?” tanya Tae Hyun. Yeo Jin mengangguk
“Apa Kau pernah ke sungai sebelumnya?” tanya Tae Hyun lagi, Yeo Ji menjawab tidak pernah
Dr Lee kembali memeriksa berkas klien di lantai 12, terlihat seorang perawat yang keluar dari ruangan rahasia, lalu memanggil Perawat Lee siapa wanita itu. Perawat Lee memberitahu kalau wanita itu perawat baru yang merawat Nona Young Ae. Dr Lee benar-benar kaget mendengarnya.
“Jadi.... Kau tidak tahu?” komentar Perawat Lee yang melihat Dr Lee benar-benar kaget
“Siapa dia? Dia dari lantai berapa?” tanya Dr Lee panik
“Dia bukan dari rumah sakit ini, Sepertinya dia dikirim oleh Ketua.” ucap Perawat Lee. Dr Lee semakin tak karuan, dugaannya mereka akan dimusnahkan kembali teringat.
Beberapa anak mulai bermain dengan saling menyiram air sungai yang jernih. Yeo Jin duduk diatas batu merasa bahagia bisa merasakan air yang jernih dan kakinya bisa ada didalam air.
Tae Hyun yang bersenang-senang dengan anak-anak lainya mendekati Yeo Jin, menanyakan apakah ia ingin duduk dikursi roda. Yeo Jin menolak karena ia ingin berjalan. Tae Hyun heran karena tempat itu licin.Yeo Jin tak takut karena merasa ada Tae Hyun disampingnya,
Tae Hyun tersenyum lalu membantu Yeo Jin berdiri dan berjalan diatas batu-batu yang ada didasar sungai. Yeo Jin terlihat bahagia menurutnya itu sangat menyegarkan dan terasa geli di kakinya.
Tae Hyun pikir lebih baik mereka keluar sekarang, Yeo Jin menolak tetap ingin ada disungai karena merasa sangat senang ditempat itu. Tae Hyun mengangguk setuju, terlihat juga senyuman bahagia. Ali tiba-tiba mencolek punggungnya lalu membisikan sesuatu. Tae Hyun pun mengajak Yeo Jin mengikutinya sekarang.
Di sebuah tempat seperti hutan yang cukup bersih dan sangat rindang, Tae Hyun membawa Yeo Jin ke tempat itu berdiri ditempat yang sengaja dibuat untuk melihat sekeliling. Yeo Jin bertanya bagaimana Tae Hyun menemukan tempat itu.
“Ali mengatakan padaku bahwa kita mengganggu, jadi dia mengatakan padaku untuk datang ke sini.” cerita Tae Hyun mengakuinya
“Apa dia benar-benar mengatakan itu?” ucap Yeo Jin tak percaya, Tae Hyun menyakinkan kalau memang itu yang dikatakanya. Yeo Jin tertawa mendengarnya.
“Aku akan berjalan sebentar.” ucap Yeo Jin, Tae Hyun merasa khawatir Yeo Jin sudah lelah karena dari tadi sudah berjalan. Yeo Jin pikir ia harus latihan. Sehingga nanti tidak akan menjadi beban untuk Tae Hyun. Mendengar ucapan itu, Tae Hyun pun tersenyum.
Yeo Jin memegang lengan Tae Hyun untuk berlatih berjalan, terlihat langkahnya mulai teratur lalu berhenti sejenak mengatur nafasnya, Tae Hyun menatapnya selalu memberikan senyuman bahagianya. Dengan memegang tangan Tae Hyun, Yeo Jin kembali berlatih berjalan.
“Kau sudah cukup berjalan untuk hari ini, Ayo Naik ke punggungku sekarang.” perintah Tae Hyun, Yeo Jin merasa baik-baik saja.
“Aissh.. Ayolah... Naik ke punggungku.” ucap Tae Hyun yang sudah berjongkok, Yeo Jin pun akhirnya menuruni untuk naik kepunggung Tae Hyun dan Tae Hyun pun berjalan sambil mengendong Yeo Jin.
bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar