Jin Woo berada didalam kamar rahasianya, melihat foto Jun
Joo dengan anaknya dan sandingkan dengan foto yang tertempel di dinding,
tertulis
[Saksi 2: Berimigrasi ke
Jepang.] Ketika keluar dari ruangan, Dong Ho datang melihat kantor
Jin Woo, meminta maaf karena baru
pertama kali datang tapi tak membawa apapun.
“Kau adalah pengacara yang sukses, untuk apa kau ke sini?” ucap Jin Woo sinis
“Dan kau juga hebat bias menang dalam sidang kemarin. Padahal aku sudah memaksamu berhenti.” Balas Dong Ho
“Bagaimana caranya kau bisa menghentikanku sekarang? Saat permintaanku itu diterima....” ucap Jin Woo yakin
“Presdir Nam dan Ketua Nam bukanlah lawan yang mudah. Mereka bahkan lebih kuat dari yang pernah kau bayangkan, 4 tahun yang lalu, sidang ayahmu memang tak akan bisa menang. Karena semuanya sudah diatur.” Jelas Dong Ho
Jin Woo mengaku dulu tak bisa melakukan apapun dan pasrah
dengan begitu sekarang Dong Ho bisa mendapatkan kekuasaan sekarang hanya karena ayahnya adalah rakyat biasa yang tak
memiliki uang. Dong Ho hanya bisa menghela nafas tanpa bisa berkomentar.
Gyu Man kembali kerumah, menanyakan keberadaan ayahnya.
Sek Ahn memberitahu Tuan Nam akan pulang terlambat karena rapat. Gyu Nam mengingat Sek Ahn ingin melaporkan padanya. Sek
Ahn memberitahu bahwa Seo Jin Woo sudah tahu rumah wanita itu. Gyu Nam menanyakan siapa wanita yang dimaksud
“Karena kesaksian palsu wanita itu
kita bisa
membuat Seo Jae Hyuk dipenjara.” Jelas Sek Ahn, Gyu Man
tak ingin berbelit-belit yang
membuatnya binggung.
“Bagaimana jika Seo Jin Woo bias menyakinkannya untuk berkata
jujur?” kata Sek Ahn
“Kalau begitu... Apa Pengadilan itu bisa diterima hanya dengan kesaksian wanita
itu?” tanya Gyu Man
“Ya, aku kan hanya bilang,
"Jika", tapi
hanya untuk berjaga-jaga saja.” Kata Sek Ahn
“Kalau begitu bunuh dia... Bunuh dia secepatnya!! Kali ini, aku tak mau merepotkan ayahku seperti sebelumnya.” Perintah Gyu Man kejam
Sek Ahn panik mendengarnya, Gyu Man pikir Sek Ahn tak
ingin turun tangan langsung, jadi menyarankan bisa
menyewa seseorang dan memastikan jangan ada
kesalahan. Sek Ahn mengaku tak bisa melakukannya. Gyu Man melirik sinis, Sek Ahn mengatakan bisa
melakukan apapun yang diperintahkan tapi tidak untuk membunuh
seseorang.
Gyu Man mengulangi kalau bukan Sek Ahn yang membunuh tapi menyuruh
untuk menyewa seseorang. Sek Ahn tetap saja tak bisa melakukanya. Gyu Man
tertawa lalu berdiri dari tempat duduknya dan meminta Sek Ahn menunggu.
Gyu Man membawa tongkat bambu dan siap memukul Sek Ahn,
wajah Sek Ahn makin panik berusaha berbicara agar bisa menyakinkan saksi karena
dulu bisa menutup mulutnya dengan uang dan sekarang akan memintanya
tinggal di luar
negeri saja, Gyu Man melihat Sek Ahn berjalan mundur
meminta tak takut dan mendekat padanya. Sek Ahn mendekat dan tangan Gyu Man
melayang untuk menamparnya.
Sek Ahn berteriak kesakitan lalu pasrah dipukul oleh Gyu
Man untuk melampiaskan marahnya
tapi memohon agar tak membunuh orang lagi. Gyu Man maalah makin marah karena
dianggap sering membunuh orang dan memberikan pukulan bertubi-tubi di tubuh Sek
Ahn. Tangan Sek Ahn memegang kaki Gyu Man, seperti mohon, tapi Gyu Man kembali
memukulnya tanpa ampun.
“Kau katakan “Jangan lagi! Jangan lagi! Kau membuat emosi saja. Kau Tamat
kau hari ini.” teriak Gyu Man melepaskan jasnya dengan
amarah memuncak kembali memukulnya, Sek Ahn sudah tertelungkup dilantai
mengaduh kesakitan.
“Kau bilang apa tadi? Kau bilang, jangan lagi?” ucap Gyu Man marah karena Sek Ahn tak menjawab
pertanyaanya. Sek Ahn memanggil Gyu Man sebagai teman.
Gyu Man tak menganggap Sek Ahn sebagai teman, lalu
mengaku sangat lelah dan melangkahi kepala temanya keluar dari ruangan. Sek Ahn
hanya bisa mengumpat dengan tertulungkup dilantai.
Pengadilan
Nasional
Hakim Hong sedang berbicara dengan seseorang meminta agar
memastikan hal tersebut tak mengangguk kerja mereka. In Ah datang karena Hakim
Hong memanggilnya.
“Apa kau pikir bisa mengajukan kasus apapun seenaknya?” sindir Hakim Hong, In Ah binggung.
“Apa kau masih belum puas gagal dalam 1 kasus? Kau selalu saja menggunakan title jaksamu di sana sini.” Ucap Hakim Hong, In Ah mengerti pasti itu karena
marah-marah di penjara.
“Kepala, mental Seo Jae Hyuk sedang tidak stabil di penjara....” jelas In Ah yang langsung disela oleh Hakim Hong
Hakim Hong kembali menyindir In Ah adalah
jaksa yang
egois dalam mengambil langkah dan emosi yang lemah
itu tak bisa membuatnya jadi jaksa. Jaksa Tak datang menghadap, Hakim Hong
memerintahkan agar mengeluarkan In Ah dari Tim kasus dan juga menyerakan semua
berkas kasus 5 tahun lalu pada Jaksa Lee. Jaksa Tak tak bisa melawan hanya bisa
mengangguk mengerti. In Ah hanya bisa melotot diam karena seperti semua sengaja
dijauhkan darinya.
Dua kotak berkas ditaruh diatas meja siap untuk diangkut,
Jaksa Tak mengumpat kesal melihat berkas yang dibawa, menurutnya semua
kasus ini sudah
akan ditutup dan tak ada bukti satupun. Anak buah Hakim Hong, mengatakan diminta agar
Tim Jaksa Hong tidak lupa review semuanya. Jaksa Tak mengerti lalu menyuruh anak buah Hakim Hong keluar.
In Ah meminta agar tak perlu mengkhawatirkanya karena Kasus-kasus
itu mungkin bisa
dipecahkan oleh tim lain. Jaksa Tak melirik pada In Ah
yang membuat semua ini terjadi pada timnya.
Keduanya minum kopi bersama, In Ah menanyakan pada
seniornya, sifat dari Jaksa Hong. Jaksa Tak menceritakan diawali 4
tahun lalu, sidang pembunuhan mahasiswi Seocheon dan setelah kasusu itu sikap Jaksa Hong semakin kerja
dan menjadi-jadi.
“Sidang di mana seorang detektif mengeluh dengan aturan mereka
sendiri. Aigoo.... Sungguh sial.... Orang itu sekarang sudah menjadi Kepala
Jaksa! Dan
posisinya sudah sangat
tinggi sekarang.” Keluh Jaksa tak
“Sunbae, aku ingin melakukan penyelidikan ulang atas kasus itu.” Kata In Ah yakin, Jaksa Tak terhenti ketika ingin minum
kopi.
“Tugas jaksa bukan hanya untuk menangkap siapa penjahatnya, tapi jaksa juga bertugas untuk membuktikan ketidak bersalahan
seseorang.” Tegas In Ah
Jaksa Tak yakin Hong Moo Suk pasti tak akan mengijinkannya. In Ah masih percaya kalau Tuan Seo itu tidak bersalah. Jaksa Tak mengingatkan Kasus itu
sudah berakhir jadi tak perlu
membuat dirinya
kesulitan. In Ah tetap saja ingin melakukan
penyelidikan membuktikan Tuan Seo tak bersalah.
Jin Woo datang menemui anak Jun Joo di depan apartement,
Anak Jun Joo mengenali Jin Woo yang datang kemarin, memberitahu Ibunya tak ada di rumah. Jin Woo mengatakan kalau datang untuk meminta ibunya
jadi saksi, Anak Jun Joo kaget.
“4 tahun yang lalu ibumu telah memberikan saksi palsu atas
ayahku.” Jelas Jin Woo, Anak Jun Joo pikir kasus
itu sudah selesai.
“Tanyakan pada hati nurani ibumu. Sebuah kesalahan saat dia memberikan kesaksian palsu itu. Tolong beritahu dia untuk mempertimbangkannya lagi.” Pinta Jin Woo, tak jauh dari tempatnya berdiri Jun Joo
mendengar kata-kata Jin Woo dan ketika saling berpapasan Jin Woo berpura-pura
tak mengenalnya.
Joo il kaget melihat beberapa petinggi yang sudah tua
berlutut dan mengangkat tangan di ruangan Gyu Man, lalu Gyu Man menyuruh
semuanya menurunkan tangan dan mengingatakan tugas yang sudah diberikanya
setelah itu menyuruhnya keluar. Joo Il benar-benar tak menyangka Gyu Man begitu
berani dengan orang-orang yang lebih tua darinya. Gyu Man melihat Joo il yang
datang menyuruhnya untuk duduk.
“Pengacara Park sering bercerita tentang padaku. Kau sangat membantu dalam kasus Wakil Presdir.” Kata Gyu Man, Joo Il pikir sudah pasti karena itu adalah perintah ketua.
“Kau sudah membantu ayahku, jadi kau harus membantuku juga. Aku ingin meminta bantuanmu. Pekerjaan ini bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan oleh
bawahanku. Pasti
akan sangat membantu jika
kau yang melakukannya.” Ucap Gyu Man
“Kalau begitu, kita anggap saja aku tak menemui anda hari ini.” kata Joo il menolak dan berdiri
“Jadi, apa aku harus menggunakan Pengacara Park lagi? Jika kau tak mau membantuku... Pengacara Park sudah seperti anakmu sendiri Jadi, apa kau mau anakmu itu yang kuminta untuk melakukan
tugas ini?” ucap Gyu Man mengancam, Joo il sempat
terhenti mendengar nama Dong Ho kembali disangkut pautkan dengan perintah Gyu
Man
“Pegangan kalian di sini hanyalah sebuah es yang sangat tipis, dan jika orang yang bisa mematahkan es itu hanya aku. Jangan kau lupa itu.” Tegas Gyu Man, Joo Il hanya bisa diam dengan wajah
tegang.
Sek Ahn mendatangi Sang Ho diruang perpustakaan, Sang Ho
kaget melihat Sek Ahn babak belur dan menduga Nam Gyu
Man memukulnya lagi, lalu bertanya apa yang digunakanya sekarang. Sek Ahn
mengatakan dipukul Dengan tongkat bambu. Sang Ho kaget dan melihat Sek Ahn itu hanya pasrah saja
dipukul terus menerus, tapi dirinya tak tahan lagi ingin menemui Gyu Man, Sek
Ahn menahanya.
“Jangan, hyung! Jika kau ke sana, kau hanya kena pukul juga.” Kata Sek Ahn
“Benar juga. Dia pasti akan memukul juga dan Aku pasti tak akan bisa melawan.” Ucap Sang Ho menyadarinya.
“Temperamen Gyu Man tidaklah
tinggi. Tapi,
kepribadiannya yang bermasalah. Dia
sudah gila. Arrgghhh... Jika saja
aku bisa melawannya!” teriak Sek Ahn kesal,
Sang Ho hanya bisa meminta maaf karena tak bisa
membantunya lalu memberikan sesuatu ke tanganya, Sek Ahn ingin menolak tapi
akhirnya menerimanya. Setelah Sang Ho pergi, ia melihat ternyata bukan uang
tapi kupon dengan 10 cap kopi untuk mendapatkan minuman gratis.
Joo Il pergi ke sebuah tempat dengan ruko yang sudah
tutup dan masuk ke toko tempat menjual jam. Seorang pria melihat kedatangan Joo
Il melepaskan kaca pembesar dimatanya. Joo il berbisik sengaja datang untuk memperbaiki
jam tangannya, lalu memberikan amplop berisi uang
dan memperingatkan agar tak melakukan kerusakan lagi. Pria itu melihat foto Jun
Joo dengan anaknya yang sedang berjalan, ditangannya terlihat tatto
kalajengking.
Jun Joo sedang merapihkan pakaian cucunya dengan sang
anak, terdengar suara bel rumah lalu membuka pintu. Matanya melotot kaget melihat
Sek Ahn datang kerumahnya, keduanya lalu pindah ke dalam mobil.
“Kau bertemu dengan Seo Jin Woo,
'kan?” kata Sek Ahn, Jun Joo terlihat gugup.
“Kau tak boleh terlibat lagi. Jika kau tak ingin cucumu berada dalam bahaya, mengerti?” ucap Sek Ahn mengancam, Jun Joo pun hanya bisa diam
dengan wajah ketakutan.
Jin Woo kembali melihat berkas-berkas tentang ayahnya
diruang rahasia, terlihat sangat jeli dan juga mendalam. In Ah juga melakukan
hal yang sama kalau ia akan mengeluarkan Tuan Seo dari penjara.
Setelah lelah Jin Woo berbaring di kursi tapi matanya tak
bisa terpejam, kembali mengingat kenangan dengan ayahnya.
Flash Back
Tuan Seo berteriak memanggil anaknya agar mencabut
ubanya, Jin Woo meminta upah Sehelainya 1000 won. Tuan Seo langsung setuju dengan candaan anaknya. Jin
Woo melihat uban ayahnya kemarin ada 15 tapi sekarang sudah 22. Tuan Seo tak
percaya anaknya bisa mengingat itu semua.
Jin Woo berjanji akan membelikan pewarna rambut besok. Tuan Seo menolak menurutnya Pria yang
punya uban itu
artinya sudah mapan, seperti Mapan
dengan pengalaman. Jin Woo mengoda ayahnya
kalau tak usah dicabut saja ubanya, Tuan Seo mengeluh ia akan kehilangan 22ribu
won nanti, Jin Woo pun hanya meminta 10rb won saja sebagai bayarannya, Tuan Seo
setuju. Akhirnya Jin Woo mencabut uban ayahnya dengan pinset.
Jin Woo memikirkan ayahhnya sambil mengenggam terus
kalung dengan bandul cincin ditanganya.
Jin Woo memberikan sebuah kotak pada penjaga, hanya
dengan merabanya si penjaga menemukan amplop agar bawaan Jin Woo bisa masuk ke
penjara. Lalu membahas tentang keributan yang dibuat pacarnya. Jin Woo binggung siapa pacar yang
dimaksud.
“Jaksa wanita itu. Setelah dia menemui ayahmu, dia menemui Kepala Tahanan dan Dia galak sekali” cerita si penjaga, Jin Woo bisa tahu wanita yang
dimaksud itu adalah In Ah.
Sekotak makanan lengkap diberikan pada ayahnya, Tuan Seo
tak ingat menanyakan “Apa kita pernah bertemu?”. Jin Woo kembali memperkenalakan diri sebagai
pengacaranya. Tuan Seo mengerti lalu menanyakan kembali untuk apa membawa
makanan itu padanya.
“Aku sudah mengajukan permintaan pengadilan ulang Dan makanan ini hanyalah hadiah
saja.” Kata Jin Woo
“Umm... tapi... apa tidak masalah aku makan makanan seperti ini?” tanya Tuan Seo khawatir. Jin Woo mengatakan tak
masalah, Tuan Seo pun mengucapkan terimkasih dan makan dengan lahap
“Makanan ini sungguh sesuai dengan seleraku.” Ungkap Tuan Seo, Jin Woo melihat ayahnya makan lahap
meminta agar tak terburu-buru nanti takut tersedak.
“Pak Pengacara... Apa aku bisa bertanya sesuatu?” kata Tuan Seo, Jin Woo pun mempersilahkan dan akan
berusaha menjawab semua
pertanyaannya.
“Um, baiklah... aku... Orang seperti apa aku ini? Tempat
ini seperti bukan tempat
bagi manusia. Aku bukan
manusia yang bernama
Seo Jae Hyuk. Mereka
hanya memanggilku "3729"
dan "Si Pembunuh." Sepertinya,
selamanya aku akan diingat
sebagai seorang pembunuh. Aku
bahkan tak tahu aku ini
orang yang seperti apa.” Cerita Tuan Seo, Jin Woo
tertunduk menahan air matanya, Tuan Seo pikir tak seharusnya menanyakan
pertanyan konyol seperti itu
“Satu hal yang pasti yang bisa aku katakan. Seo Jae Hyuk, anda adalah ayah terbaik di dunia.” Kata Jin Woo, Tuan Seo tak percaya dirinya itu memiliki
anak.
“Jika begitu, aku ingin menitip pesan untuk anakku. Katakan padanya, bahwa tiap hari aku selalu merindukannya.” Kata Tuan Seo, Jin Woo mengangguk dengan menahan air
matanya.
Anak Jun Joo menelp memberitahu ibunya akan pulang telat
dan berjanji membawakan ayam rebus untuk ibunya. Jun Joo memuji anaknya yang baik, dibelakang terliat
seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa berusaha, ditanganya ada tatto
kalajengking dan mengeluarkan sebuah tali dari jamnya.
Kantor Jaksa
In Ah kembali bertemu dengan Dong Ho dilorong, langsung
mengatakan mereka akan bertemu lagi di sindag dan Jin Woo pasti sudah
memberitahunya, dengan kebenaran yang disembunyikan
Dong Ho selama 4 tahun akan terungkap.
“Nona Jaksa... menurutmu apa arti Kebenaran itu? Kebenaran adalah sesuatu yang ditentukan oleh siapa yang lebih
berkuasa. Tak ada
kebenaran di dunia ini yang
tak bisa diubah-ubah.” Jelas Dong Ho
“Apanya yang tak berubah? Ayah Jin
Woo tidak
bersalah, dan itulah kebenarannya.” Balas In
Ah
“Jika begitu maumu, jangan hanya
bicara tapi
buktikan dengan kekuatanmu itu. Karena begitulah hidup.” Tegas Dong Ho lalu pamit pergi, Jin Woo mendengar
pembicaraan keduanya, In Ah kaget ketika akan pergi melihat Jin Woo sudah
didepanya.
Keduanya bertemu di ruang tunggu, Jin Woo membahas tentan
In Ah yang menemui ayahnya dan membuat keributan, In Ah kaget berpikir Jin Woo
sengaja datang hanya ingin mengatakan itu saja, Jin Woo hanya menatap dengan
sedikit senyuman. In Ah akhirnya mengaku menemui ayah Jin Woo.
“Ayahku mungkin terkejut melihatmu karena selama ini hanya aku yang
menemuinya.” Ucap Jin Woo dengan senyuman
“Aku tak tahu bahwa sakitnya
parah. Jika
ayahmu bisa melakukan layanan kesehatan
bagi para tahanan...” kata In Ah disela oleh Jin
Woo
“Sudah ribuan kali aku mengajukannya tapi hasilnya
nihil. Orang
yang punya kekuasaan
memang kuat.” Jelas Jin Woo
In Ah mengerti orang-orang itu bebas dari hukuman tapi
ayah Jin Woo perlu
perawatan. Jin Woo pikir dengan persidangan ulang
sebagai jawaban dan membebaskan ayahnya, menurutnya Hanya itu
caranya lalu mengucapakan terimkasih karena sudah mengunjungi
ayahnya.
Pesan masuk ke dalam ponsel Jin Woo “Jika
kau ke rumah anakku sekarang, aku
akan memberitahu semuanya.” Membaca pesan dari Jun
Joo, Jin Woo langsung bergegas pergi.
Jin Woo berlari ke rumah Jun Joo, melihat pintu rumah
terbuka lalu perlahan masuk ke dalam. Jun Joo sudah tak sadarkan diri dilantai,
terlihat ada bekas jeratan di leher korban dan ia berusaha memeriksa hembusan
nafas Jun Joo. Beberapa orang masuk ke dalam, Han Soo si detektif gadungan,
berpura-pura kaget melihat Jin Woo ada di TKP.
“Apa Kau membunuh seseorang?” sindir Hang Soo lalu menyuruh anak buahnya untuk segera
menangkapnya. Jin Woo berjalan mundur melihat kebelakang adalah kaca jendela.
Jin Woo langsung menembus kaca jendela dan terjatuh
dengan tangan sedikit terkilir, Han Soo ingin menembak tapi sepertinya takut
sasaran mengenai orang disekitarnya akhirnya menyuruh anak buahnya segera
mengejarnya. Jin Woo berlari di lorong gang sempit dan Han Soo dan beberapa
anak buah berusaha mengejarnya.
Han Soo sempat melihat Jin Woo berada didepanya, Jin Woo
berusaha menghalangi dengan menjatuhkan meja dan kotak minuman, ketika
dipertigaan sempat bertabrakan dengan pengendara sepeda. Jin Woo ingin menolong
tapi Han Soo sudah terlihat akhirnya memilih untuk pergi. Han Soo kehilangan
Jin Woo membagi tugas, ternyata Jin Woo bersembunyi dibalik mobil pick up.
Sang Ho sedang makan kaget melihat TV karena mengenali
wajah Jin Woo ada di TV. Dong Ho melihat berita di TV, dengan gambar Jin Woo
dan korban dibawa polisi ke dalam ambulance.
“Sore ini di Perumahan Jung San
Dong, seorang
wanita berusia 50
tahun ditemukan tewas. Polisi
mengatakan bahwa kemungkinan tersangkanya
adalah Seo Jin Woo. Seo Jin Woo langsung kabur polisi
datang ke TKP. Dia
kabur dari kejaran polisi dan
belum ditemukan.”
In Ah sedang makan dikantin mendengar berita Jin Woo
berusaha menelp tapi ponselnya tak aktif, akhirnya memilih untuk meninggalkan
kantin. Yeo Kyung yang menonton hanya melonggo mendengar berita Jin Woo,
seperti tak percaya dengan dugaan kalau Jin Woo itu pembunuh.
Han Soo mengedor pintu kantor Jin Woo dan meminta agar
membukanya, didalam Manager Yoon dan Pengacara Song panik mencoba menelp Jin
Woo tapi ponselnya tak aktif. Akhirnya Han Soo dkk memecahkan kaca pintu lalu
menerobos masuk, Pengacara Song memarahi dengan Han Soo masuk begitu saja ke
dalam kantor.
“Cepat bawa dia ke kantor polisi dan temukan bukti apapun itu.” Perintah Han Soo, semua anak buahnya memeriksa ruangan
untuk menemukan bukti.
“Apa kalian gila? Jika yang
bersangkutan tidak
ada, maka walinya lah yang memberi ijin. Beraninya kalian menentang hukum di depan pengacara?” teriak Pengacara Song tak terima
Manager Yoon melihat polisi ingin mengeser lemari, lalu
berteriak ia yang akan mewakilinya dan mengajak semuanya ke
kantor polisi. Pengacara Song kaget mendengarnya,
Manager Yoon menarik Pengacara Song agar segera ke kantor polisi untuk
menghindari pengeledahan. Pegacara Song terus mengoceh karena mereka itu punya
alibi dan tak harus pergi ke kantor polisi.
Jin Woo dibalik dinding melihat Manager Yoon dan polisi
keluar dari kantor, setelah itu masuk ke dalam ruang rahasia dan melihat buku
berisi Usb masih tersimpan rapih dan memasukan ke dalam tas. In Ah masuk ke
dalam kantor melihat rak buku yang terbuka, Dong Ho menaiki tangga akan masuk
ke dalam kantor Jin Woo.
In Ah meliha Jin Woo yang sedang memasukan semua barang
ke dalam tas, Jin Woo kaget melihat In Ah masuk ke ruangan rahasianya. In Ah
melihat sekeliling ruangan dan juga pohon keluarga Nam yang sangat detail
dengan potongan artikel dari koran.
“Jadi, selama ini kau... Dan berita apa itu?” kata In Ah
“Sepertinya aku... telah jatuh ke dalam perangkap yang dibuat Nam Gyu Man.” Akui Jin Woo jujur dengan mata berkaca-kaca
Dong Ho berjalan ke pintu yang sudah pecah lalu masuk ke
dalam, In Ah mendengar suara kaki melangkah masuk, buru-buru keluar dari
ruangan dan sengaja menutupnya. Dong Ho melihat In Ah yang sedang melihat
sekeliling.
“Kenapa kita selalu saja bertemu, Nona Jaksa.” Sapa Dong Ho
“Sepertinya kau juga sudah
mendengar berita
itu dan langsung ke sini.” Balas In Ah sinis
“Di mana Jin Woo?” tanya Dong Ho, Jin Woo terlihat tegang berpikir In Ah
nanti akan memberitahu atau Dong Ho bisa menemukanya dan menyerahkan pada
polisi.
bersambung ke episode 8
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
ini bagus e filmnya...makasih mimin ya udah review in
BalasHapuseh jangan lupa baca juga Sinopsis Drama Korea Terbaru hanya diblog Drama Korea Terbaru dan Film Drama Korea Terbaru
Kasian Jin woo harus kena jebakan gyu man,, ;-(
BalasHapus