Jin Woo berteriak sambil mengedor-gedor pintu memanggil
Tuan Park Dae Soo, seorang
wanita yang lewat memberitahu keluarga Park sudah pindah kemarin. Jin Woo
terlihat binggung, tetangga wanita mengatakan tak tahu alasanya keluarga Park buru-buru
pindah kemarin. Jin Woo memikirkan pasti ada
sesuatu yang terjadi pada saksinya.
Di sebuah tempat yang gelap dan terpencil, Sek Ahn
bertemu dengan Tuan Park dan memberikan tumpukan uang dalam amplop sebagai
imbalan. Tuan Park menerimanya, Sek Ahn memerintahkan agar Tuan Park Hiduplah
dengan tenang, dan Jangan pernah membuka mulut. Tuan Park melihat isi amplop lembaran uang 50ribu won
sangat banyak.
Dong Ho pergi kekantor polisi dan langsung menyapa
Detektif Bae yang baru keluar ruanga. Detektif Bae menjabat tangan Dong Ho
dengan wajah binggung, lalu menanyakan tujuan datang ke kantor polisi. Dong Ho
membahas tentang kejadian kecelakaan yang dikatakan Detektif Bae.
“Apa kecelakaan itu terjadi di Yongin?” tanya Dong Ho
“Ya...
Kecelakaannya terjadi di Yongin. Truk
pengantar air menabrak mobil sedan dan tiga orang meninggal. Korbannya, sopir truk dan 2 anggota keluarga dalam sedan
itu.” Cerita Detektif Bae
“Apa aku... bisa melihat laporan kecelakaannya?” kata Dong Ho dengan wajah penasaran.
Pengacara Song mengeluh karena Saksi mereka satu-satunya telah menghilang sekarang. Manager Yoon mencium hal yang mencurigakan. Jin Woo meminta agar Pengacara Son melacak terus Park
Dae Soo, Pengacara Song mengerti. Jin Woo juga meminta Manager Yoon tetap
focus siapa
jaksa yang akan hadir pada sidang nanti. Manager
Yoon mengerti, lalu bertanya Jin Woo akan pergi kemana sekarang. Jin Woo sudah
membawa jaketnya, mengatakan mau mencari saksi lain lagi, lalu pamit pergi.
In Ah masuk ke dalam ruangan Jaksa Hong, sudah ada Jaksa
Chae duduk didepanya. Jaksa Hong menawarkan In Ha untuk membantu Jaksa
Chae dalam persidangan. In Ah sempat melirik ke
arah Jaksa Chae, lalu Jaksa Hong memberikan berkas diatas meja. In Ah melihat Berkas
Persidangan Ulang ayah Jin Woo,
Jaksa Hong menatap juniornya dengan licik.
Flash Back
Gyu Man minum bersama dengan Jaksa Hong, meminta agar
membuat In Ah menyerah. Jaksa Hong menyatakan posisinya ini masih
belum bias membuat In Ah menyerah seperti itu, tapi ia sudah memiliki rencana
“Aku akan memberikannya pekerjaan yang akan membuatnya menyerah.” Ungkap Jaksa Hong, Gyu Man tersenyum licik
mendengarnya.
In Ah hanya bisa diam menatap kasus Ayah Jin Woo, Jaksa
Hong mengingatkan kalau pada sidang pertama saat itu yang menjadi jaksanya. In
Ah mengaku masuk mengingatnya.
“Dan karena itu, bagaimana pun juga kau harus memenangkan kasus ini.” tegas Jaksa Hong, In Ah sempat melirik sinis
“Namaku, Chae Kyung Jin... Senang bertemu dengan anda.” Kata Jaksa Chae mengulurkan tanganya, In Ah pun
menjabat tangan sambil menyebut namanya.
“Aku harap, terdakwa Seo Jae Hyuk bisa seenaknya bebas dari jeratan
hukum.” Kata Jaksa Hong, In Ah hanya diam seperti ada beban
berat dalam tugasnya kali ini, menatap berkas yang sudah disetujui oleh Hakim
Kang.
Dokter Lee Jung
Hoon sedang membersihkan papan nama sebagai Wakil
Direktur RS. Il Ho. Jin Woo masuk ke dalam
ruanganya, dengan senyuman memberikan selamat atas pengankatanya sebagai Wakil
Direktur. Dokter Lee pikir Jin Woo
datang untuk membahas tentang masa lalu, menurutnya itu hanya membuang energi
saja. Jin Woo memikirkan tentang masa lalu yang diucap Dokter Lee.
“Lalu, apa ini termasuk "masa lalu" juga? Bahwa kau telah salah
mengdidiagnosis seseorang
untuk masuk rumah sakit jiwa Dan
kau pasti menerima uang
yang banyak.” Kata Jin Woo, Dokter Lee berteriak
penuh amarahan.
“Kim Dong Suk, 20 September 2012, Didiagnosis dengan gangguan
neurotik. Choi
Young Soon, 26 Mei 2013, Didiagnosis
dengan gangguan
kepercayaan. Oh Chul
Min, 2014,Didiagnosis
dengan gangguan bipolar. Ko
Min Soo, 7 September 2014, Didiagnosis
dengan alkoholisme kronis. Mereka
dirawat 86 hari, 132 hari, 205
hari dan 307 hari di rumah sakit. Kau
mencuri 644 hari dari
hidup mereka. Dengan
total 15.456 jam! Apa
kau tahu, sebagian dari mereka hampir
bunuh diri untuk bisa bebas?” ucap Jin Woo bisa
mengingat semua kesalahan Dokter Lee
“Apa yang kau inginkan?” tanya Dokter Lee mulai ketakutan
“Aku tak akan melaporkanmu, jika
kau mengakui
kebohonganmu 4 tahun lalu.... saat
persidangan ulang nanti.” Tegas Jin Woo
Sang Ho memberikan berkas laporan
mengenai kecelakaan
di Yongin. Dong Ho pun mengucapkan terima kasih
melihat laporan dari polisi, lalu melihat ada nama Seo Jae Hyuk, Di lembaran berikutnya melihat nama ayahnya Park
Kyung Soo, Lee Hye
Sun, Seo Young Woo sebagai korban meninggal,
lalu nama Seo Jae Hyuk, Seo Jin Woo mengalami Cedera serius
Ingatan kecelakaan kembali terulang dalam pikiranya, saat
truk yang dikemudikan ayahnya menabrak sebuah mobil yang menyebabkan 3 orang
meninggal yang itu Sopir truk 2 anggota keluarga dalam sedan
itu. Saat bersamaan, Jin Woo kecil memanggil ibunya yang tak
sadarkan diri, sementara Dong Ho memeluk ayahnya.
Dong Ho melihat nama pengendara Seo Jae
Hyuk dan penumpang Seo Jin Woo, dadanya terasa sakit karena menahan rasa sedihnya.
Teringat kembali saat mereka selalu bersama-sama ke tempat pemakaman dihari
yang sama.
“Orang tua kita meninggal pada hari yang sama. Entah bagaimana, kita selalu terhubung.” Ungkap Dong Ho yang tak tahu ternyata truk ayahnya yang
menabrak mobil Jin Woo.
Dong Ho hanya bisa menjerit mengeluarkan rasa penyesalan
yang mendalam karena sudah membuat kesalahan yang kedua kalinya, lalu menatap
kembali korban yang selamat adalah Jin Woo dan juga ayahnya.
Diruang tunggu
Jaksa Chae Dan In Ah minum kopi bersama. Jaksa Chae
menatap In Ah yang sedari tadi tertunduk diam, mengutarakan kalau ia mengerti
dengan perasaan In Ah tapi menurutnya seorang jaksa juga harus menuruti perintah atasan jadi meminta agar jangan melibatkan emosinya.
“Aku tahu, kerja sama sangatlah penting untuk jaksa Tapi, bukannya jaksa memiliki hak untuk melakukan penyelidikan?” kata In Ah
“Dengarkan aku. Sikap egomu itu, bisa menghancurkanmu juga. Kebehasilan kasus ini akan membuka jalan Kepala Hong menjadi
Kepala Kejaksaan Seoul. Jadi,
mohon kerja samamu. Mengerti?” jelas Jaksa Chae
Dong Ho menemui Ayah Jin Woo dipenjara, Tuan Seo mengaku tak
bisa mengingat apapun, bahkan dirinya tak percaya pada dirinya sendiri, jadi tak bisa mengatakan apa-apa, lalu bertanya apakah mereka pernah bertemu. Dong Ho
tertunduk seperti ada raut wajah penyesalan saat membiarkan dipersidangan harus
kalah.
“4 tahun lalu, aku adalah pengacaramu di pengadilan.” Kata Dong Ho
“Maaf, karena aku tak bisa mengingat anda.” Ucap Tuan Seo, Dong Ho meminta agar Tuan Seo tak
meminta maaf padanya.
“Mungkin, anda merasa tak berhasil dan bertugas, karena yang anda bela dijatuhi
hukuman mati. Tapi,
terima kasih atas
bantuan anda Karena
anda mau membelaku. Dan...
Maaf, karena
aku tak bias mengingat
jasa anda dulu.” Ungkap Tuan Seo, Dong Ho tak
bisa menatap ayah Jin Woo hanya bisa menghembuska nafas panjang untuk menahan
air matanya.
Dokter penjara menjelaskan Pasien Alzheimer cenderung melupakan kenangan yang baru mereka lalui. Dong Ho mendengarnya sambil berjalan dilorong,
“nomor 37295 sepertinya terjebak dalam masa lalu. Tolong sampaikan salamku pada Tn. Nam Gyu Man dan Aku akan mengurus 37295.” Ucap Dokter penjara. Dong Ho langsung mencengkram baju
Dokter dengan penuh amarah
“Jangan pernah... sekali lagi menyebut... manusia dengan angka-angka itu.” Tegas Dong Ho, Dokter mengangguk dengan wajah
ketakutan. Dong Ho lalu melepaskan cengkramanya lalu berjalan dengan wajah
kesedihan.
Jin Woo tak sengaja bertemu Jaksa Hong di lobby
pengadilan, Jaksa Hong menyapa Jin Woo sebagai pengacara
yang terkenal itu. Jin Woo merendahk kalau ia
masih jauh kalah tenar dengan Jaksa Hong yang sudah senior.
“Apa Kau sudah tahu Jaksa Lee akan menjadi lawanmu nanti?” ucap Jaksa Hong, Jin Woo terlihat kaget. In Ah baru
datang menghampiri keduanya.
“Mohon jangan terlalu keras padanya seperti sidang terakhir itu. Dia masih baru.” Kata Jaksa Hong mengejek lalu pamit pergi, In Ah
menatap Jin Woo seperti merasa bersalah karena mendapatkan tugas sebagai jaksa
di persidangan.
Di cafe
In Ah ingin menceritakan yang sebenarnya, Jin Woo sudah
tahu kalau Jaksa Hong pasti memaksa untuk menerima tugas itu. Dengan mata
berkaca-kaca In Ah mengaku baru pertama kali merasa menyesal menjadi jaksa.
“Aku sudah tahu, Jika pengadilan ini saja tak akan cukup bagi ayahku.” Ungkap Jin Woo
“Tetap saja, Aku yang sudah tahu, ayahmu tak bersalah...” kata In Ah menahan rasa sedihnya.
“Tak usah merasa bersalah. Aku... pasti akan memenangkan Sidang ini.” ucap Jin Woo agar membuat In Ah tenang.
Dong Ho dan Sang Ho pergi ke kotak penyimpanan, Sang Ho
binggung atasanya pergi ke tempat itu, Dong Ho tak menjawab hanya membuka kotak
penyimpananya lalu mengeluarkan sebuah koper dan membuka dengan kunci yang
dibawanya. Sang Ho menduga-duga yang akan dilakukan atasnya. Di dalam koper
terlihat tumpukan uang dan juga CD rekaman bertuliskan Bukti pertama.
Flash Back
Gyu Man menceritakan Oh Jung
Ah yang membuatnya terlihat
seperti sampah, padahal ia sudah
lembut pada, tapi wanita itu malah melawannya. Doo
Chul mendengarkan temanya bercerita, Gyu Man tahu pasti temannya itu
mengertahui sifatnya yang tak suka ditolak.
“Jadi, kau membunuhnya?” tanya Doo Chul
“Dia duluan yang bersikap kasar dan Aku tak tahan melihatnya.” Kata Gyu Man, Dong Ho mengingat rekaman itu yang
didengar saat ada didalam mobil.
Setelah kalah dari sidang Tuan Seo, Gyu Man datang ke
kantornya, Dong Ho langsung melempar USB sebagai bukti dari rekaman yang
dimilikinya. Gyu Man mengumpat Dong Ho tak sopan lalu menyakinkan tak ada lagi salinannya.
Nyonya Kim langsung menarik In Ah yang baru pulang
mengenalkan teman-teman yang ikut les berenang bersama. In Ah menyapa teman –teman ibunya, teman ibunya
berbaju coklat menceritakan Nyonya Kim selalu membicarakan In Ah jadi membuat mereka penasaran.
“Kau kan jaksa? Apa kau bias membantu sengketa tanah kami?” ucap si wanita berbaju merah
“Itu kan masalah kecil. Kau bisa membantu mereka, 'kan?” kata Nyonya Kim pada
anaknya.
“Aku akan berpura-pura tak mendengarnya.” Tegas In Ah memilih untuk masuk, Nyonya Kim menahanya
“Ayolah, bantu mereka. Polisi akan takut padamu dan berani melawanmu. Buat ibu bangga...” rengek Nyonya Kim
“Ibu.... Apa ibu tahu seberapa banyak kasus yang harus jaksa hadapi? Apa ibu pikir ini mudah?”
teriak In Ah memilih untuk keluar dari restoran, Nyonya Kim hanya bisa melonggo
melihat anaknya yang marah.
Dong Ho menyetir mobil dengan pikira melayang-layang,
mengingat ucapan Ayah Jin Woo saat di penjara
“Terima kasih karena anda sudah mau membelaku saat itu. Dan... Maaf, aku tak bisa mengingat jasa anda.”
Gyu Man menelp mengungkapkan mereka sudah jarang bertemu.
Dong Ho pikr Gyu Man membuat masalah lagi. Gyu Man mengungkapkan ingin membicaraka kasus jadi
segera untuk menemuinya. Dong Ho dengan kesal menutup telp dengan membuat hands
freenya.
“Dia membuatku khawatir belakangan
ini.” ungkap Gyu Man, Sek Ahn menanyakan apa yang akan
dilakukanya.
“Dia masih berguna dan Aku akan menunggu aksi dalam melawan Seo Jin Woo.” Kata Gyu Man
Gyu Man datang ke kantor Jin Woo, mengejek kantor
hukumnya yang kecil lalu mengaku bisa melihat perusahaannya dari kantor Jin Woo, dan bertanya-tanya apakah ini
hanya kebetulan saja. Jin Woo berdiri dengan tatapan sinis menanyakan tujuan
Gyu Man datang, karena musuhnya itu tak punya urusan di sini.
“Kalau menurutku, di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan.” Kata Gyu Man
“Mendengar ucapanmu itu, dan kedatanganmu ke sini. Sepertinya kau gugup” tegas Jin Woo
“Sebenarnya apa yang harus aku lakukan agar si Seo Jin Woo ini bisa
tenang? Jika kau
mau uang, akan
kuberikan. Jika kau
mau pekerjaan, bisa.. Ataukah
kau mau keduanya?” kata Gyu Man memberikan
tawaran
“Lalu, apa lagi? Negoisasimu ini terdengar sangat
lucu.” Ejek Jin Woo, Gyu Man menghela nafas karena sebenarnya
ingin mencoba bersikap baik.
Dong Ho datang, Gyu Man menyambutnya. Jin Woo melirik
sinis pada Dong Ho yang membuat ayahnya mendekam di penjara. Gyu Man dengan
sopan meminta izinkan untuk memberitahu sesuatu.
“Kejadian masa lalu itu akan terulang lagi dalam sidang ini. Apa menurutmu ayahmu akan bisa memberikan keterangan nanti? Coba Beritahu dia.” Kata Gyu Man
“Sejak awal, sidang itu tak akan bisa kau menangkan. 4 tahun telah berlalu, dan tak akan ada yang berubah.” Kata Dong Ho, Jin Woo berteriak menyuruh Dong Ho diam.
“Orang kecil sepertimu inilah yang sangat menyebalkan di dunia. Bahkan jika kau mempertaruhkan
seluruh hidupmu,
tak akan ada yang berubah. Karena... aku yang akan menang. Mengerti?” ungkap Gyu Man lalu menyuruh Dong Ho yang memberitahu
saja karena ia ingin pulang.
Dong Ho ingin berbicara, Jin Woo berteriak kalau atasanya
itu sudah
menjelaskannya dan ia pun tak punya urusan dengan Dong
Ho, jadi memintanya agar segera keluar. Dong Ho hanya bisa tertunduk dengan
menghela nafas.
“Saat itu, aku memang tak bisa memenangkannya. Tapi, aku harap kau bisa menang. Aku serius, Jin Woo.” Ungkap Dong Ho penuh harapan lalu meninggalkan kantor
Jin Woo masuk keruang rahasianya, masih terlihat bentuk
bagan keluarga Nam yang sangat detail di dinding, matanya melihat Gyu Man yang
sangat licik, serta Dong Ho, mantan pengacara ayahnya yang sekarang berpihak
pada keluarga Nam, ada dendam yang tersisa dan ingin membebaskan ayahnya dari
penjara.
Jaksa Chae mengenali Jin Woo saat berjalan dilorong,
dengan percaya diri menyapa dan mengenalkan diri sebagai jaksa di pesidangan
nanti. Jin Woo pun memperkenalkan dirinya, Jaksa Chae mengungkapkan rasa
penasaran karena Jin Woo adalah pengacara termuda di korea, ternyata memang
terlihat masih sangat muda.
“Sidang ini sangat penting bagiku jadi, aku tak akan kalah.” Tegas Jin Woo
“Aku sudah tahu kondisi ayahmu, jadi Aku harap kau bisa menang.” Balas Jaksa Lee lalu pergi lebih dulu masuk ruang
sidang.
Jin Woo masuk ruang sidang dari pintu depan dan duduk
dikursi tepat disamping terdakwa, didepan sudah duduk Jaksa Chae yang siap
dilawanya. Keduanya saling melirik sinis, Jin Woo menatap kursi kosong untuk In
Ah sebagai jaksa pembantu. Dong Ho masuk ruang sidang, saling menatap pada Jin
Woo seperti memberikan harapan agar bisa memenangkan sidang lalu duduk dibangku
penonton.
In Ah berjalan dilorong dengan jubah jaksanya, wajahnya
galau memikirkan ucapan Jaksa Hong “Apa kau ingin membantu Jaksa Chae dalam
persidangan? Kau tahu kan aku lah yang bertugas pada sidang
pertamanya? Bagaimana pun juga kau harus memenangkan kasus ini.”
In Ah masuk ruang sidang, Jin Woo dan Hakim Kang
melihatnya, Jaksa Chae tersenyum melihat In Ah yang datang untuk menemaninya
sidang. Jin Woo terlihat sedih karena harus melawan In Ah. Lalu In Ah memilih
untuk duduk dibangku penonton, senyuman Jaksa Chae menghilang. Jin Woo yang
melihatnya memberikan senyuman karena In Ah menolak untuk jadi Jaksa di sidang
ayahnya. Jaksa Chae pun menelp untuk meminta jaksa lain membantunya.
Sidang pertama, diputar ulang video Nyonya Kim yang
memberikan pengakuan
“4 tahun yang lalu,
dalam siding pembunuhan mahasiswi Seochon, aku telah memberikan kesaksian palsu. Aku tak pernah melihat Seo Jae Hyuk, menyembunyikan sesuatu di ruang pegawai pada
tanggal 2 Desember, Hari itu, Seo Jae Hyuk bahkan tak masuk bekerja. Yang telah aku
katakan ini adalah kebenarannya. Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf.”
Jin Woo berdiri berkata pada Hakim, Nyonya Kim yang
sebelumnya memberikan kesaksian sudah berbicara bohong, kalau ayahnya tak ada
didalam villa. Hakim Kang meminta Jaksa membuat pernyatanya. Jaksa Chae berdiri
dengan mengucapkan belasungkawa lebih dulu ternyata Nyonya Kim yang sudah
meninggal.
“Pernyataan saksi tak dapat diterima sebagai bukti.” Kata Jaksa Chae, Hakim Kang menanyakan alasanya.
“Karena dia menyatakan ini di bawah tekanan setelah diancam. Dan karena itu, kita tak begitu saja percaya pada pernyataan itu. Saya memiliki saksi sendiri.” Tegas Jaksa Chae, Jin Woo terlihat sangat tegang,
sementara Tuan Seo seperti berusaha untuk mengingat semuanya.
Seorang pria keluar dari ruang sidang sambil menelp, Sek
Ahn yang menerimanya langsung mengangguk mengerti, setelah itu melaporkan pada
Gyu Man bahwa Jaksa Chae sangat hebat. Gyu Man tersenyum bahagia dan sangat yakin bisa menang
dalam sidang.
Jaksa Chae membawa saksi seorang petugas supermarket lalu mulai bertanya apakah ia pernah
melihat wanita yang ada
dalam video itu di supermarket. Pria itu mengangguk,
Jaksa Chae bertanya siapa yang wanita itu temui, Pria itu menunjuk ke arah Jin
Woo.
“Bagaimana situasi saat mereka
bertemu?” tanya Jaksa Chae
“Mendingan Nyonya Kim diancam
oleh pria itu.”kata petugas, Jaksa Chae menanyakan
alasan.
Petugas mengingat Nyonya Kim saat membuka pintu dan Jin
Woo menanhanya dengan mengatakan masih belum terlambat mengatakan yang sebenarnya, lalu Nyonya Kim mengancam akan melaporkannya dengan
sikap Jin Woo. Si petugas sangat jelas mendengar perkataan Nyonya Kim "Jika
kau begini terus, aku
akan melaporkanmu."
“Menurut dari pernyataan saksi, Pria yang telah mengancam
almarhum adalah
pengacara dalam persidangan ini, sebagai anak
terdakwa juga.” Ucap
Jaksa Chae, Jin Woo mengatakan keberatan
“Jaksa hanya berspekulasi.” Tegas Jin Woo, Hakim Kang memohon tenang dan meminta
agar Jaksa Chae tidak membuat spekulasi yang berlebih dan melanjutkan pernyataanya.
“Saya akan menampilkan analisis suara almarhum dalam video itu. Grafik menunjukkan bahwa dia di
bawah tekanan
emosional yang tinggi. Dengan
begitu, sangat mungkin dia hanya
mengikuti perintah pengacara. Sebuah
pernyataan paksaan tak
dapat diterima sebagai bukti.” Jelas Jaksa Chae
memperlihatkan grafiknya, Hakim meminta Jin Woo untuk berbicara.
“Saya akan memanggil putri
almarhum. Sebagai saksi untuk membuktikan bahwa almahrum tidak dipaksa.” Kata Jin Woo.
Anak Nyonya Kim mengakui ibunya bertemu dengan Pengacara Seo tapi tak merekam video itu karena merasa terancam. Jaksa
Chae berdiri mengungkapkan, Saksi hanya memberikan pendapat pribadinya.
“Apa anda punya buktinya?” tanya Jin Woo
“Karena saya lah... yang merekam ibu saya sendiri. Ibu saya meneleponku setelah dia bertemu dengan Pengacara Seo. Ibu saya ingin memberitahuku
sesuatu. Dia
berkata, dia telah berbohong di
persidangan 4 tahun lalu Dan
dia ingin merekam pernyataannya
dalam sebuah video. Pengacara
Seo bahkan tak tahu
tentang video ini. Sesuai
keiginan ibu saya, saya
memberikan video ini padanya.” Ucap Anak Nyonya Kim,
Jin Woo melirik Jaksa Chae yang bisa melawanya. Hakim Kang memutuskan untuk
istirahat sejenak.
Jin Woo membelikan segelas kopi dan berbicara dengan In
Ah diatap. In Ah yakin dirinya adlah jaksa
pertama yang duduk di antara penonton Dan mungkin satu-satunya. Jin Woo menanyakan alasan In Ah menolak tugas itu, In Ah
berjanji akan memberitahunya nanti jadi meminta Jin Woo hanya
perlu fokus
pada sidang ini, lalu bertanya siapa yang
menjadi saksi selanjutnya.
Jin Woo kembali ke sidang mengatakan membawa Dokter dari Seo
Jae Hyuk saat
persidangan pertama sebagai saksi. Dokter Lee
masuk ke dalam ruang sidang dan duduk dibangku saksi. Jin Woo mulai bicaa kalau
saksi adalah wakil direktur di RS. Il Ho tapi tiba-tiba terdiam dan gugup memperkenalkan
saksinya.
Semua orang menunggu, Jin Woo terlihat kebingungan
meminta maaf pada hakim dan membalikan badanya meja terdakwa. Ingatan Jin Woo
kembali saat bertemu Dokter Lee melihat papan nama, lalu tiba-tiba tubuhnya
lemas. Suara Hakim Kang yang memanggilnya hanya mengema.
Pikiran Jin Woo kembali saat pertama kali ayahnya dibawa
polisi, lalu banyak demo yang menuntut ayahnya dan ia mendapatkan lemparan
telur, datang ke tempat pemakaman tuan Oh. Detektif Gwan yang ingin
menembaknya, lalu terpisah oleh ayahnya di persidangan 4 tahun lalu.
Jin Woo mencoba berdiri tapi tubuhnya tak bisa menahanya
dan akhirnya jatuh pingsan, In Ah langsung lari menghampiri Jin Woo, Dong Ho
sempat berteriak panik. Hakim Kang meminta tolong memanggil petugas medis. In
Ah berusaha menyadarkan Jin Woo yang tergeletak dilantai.
bersambung ke episode 10
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Aduchhh...kasian jin woo, jangan" dia menderita alzaimer juga..
BalasHapus