Yoo Jung menarik tangan Hong Sul, lalu berkata maukah kau
berpacaran dengan ku. Hong Sul melonggo mendengarnya dan hanya bisa menatap Yoo
Jung tanpa berbicara. Yoo Jung langsung meminta jawabanya. Hong Sul makin
binggung.
“Aku tak tahu kenapa sunbae tiba-tiba tanya begitu.” Kata Hong Sul
“Apa Sungguh kau tak tahu?” kata Yoo Jung memancing, Hong Sul mengangguk
“Aku tak pernah berpikir untuk pacaran, jadi...” ucap Hong Sul gugup.
Yoo Jung mengerti lalu melepaskan tanganya, Hong Sul
seperti tak ingin melepaskan meraih tangan Yoo Jung lagi dan kembali melepaskan
karena gugup, lalu menjelaskan bukan dirinya tak suka. Yoo Jung langsung mengajak Hong Sul agar berkencan
karena tak ada alasan untuk menolaknya.
Hong Sul tak bisa menatap Yoo Jung, menatap kearah lain.
Yoo Jung meminta agar Hong Sul menjadi pacarnya. Hong Sul akhirnya mengangguk,
Yoo Jung sengaja menatapnya, Hong Sul pun mengangguk kalau mau menjadi
pacarnya. Yoo Jung mengucap syukur dan menyuruh Hong Sul masuk karena suda
larut. Hong Sul buru-buru masuk ke dalam rumah dan sempat tersandung.
Hong Sul berlari menaiki tangga kamarnya, dengan satu
sepatunya yang di pegang lalu membuka pintu kamarnya. Wajahnya masih terlihat
shock, dengan mengipaskan wajahnya yang terasa panas, memegang tanganya seperti
masih bergetar dan merasa semuanya tak masuk akal.
Disamping kamar Hong Sul, Pria bertubuh tambun bernama
Kong Joo Yong mengeluarkan tiga tumpukan buku, akan memulai belajar bahasa
inggris. Tapi terdengar jeritan Hong Sul “Semua ini tak masuk akal! Ah, tidak mungkin!” Hong Sul menutup
kepala dengan bantal guling, berteriak kalau semua itu gila. Joo Yong kesal
langsung mengambil bir dalam kulkas karena tak bisa konsentrasi lagi.
Hong Sul membuka kemejanya menyadarkan dirinya kalau
semuanya itu tak masuk akal dan bukan nyata, menurutnya tak mungkin Yoo Jung
itu bisa menyukainya dan yakin Yoo Jung pasti tak
benar-benar menyukainya. Bayangan lainnya muncul
duduk didepan meja belajarnya.
“Benar sekali. Selama ini tak ada tanda-tanda dia menyukaimu.” Ucap bayangan didepan meja belajar.
“Tapi... Kalau dia tak menyukaimu, buat apa dia memintamu jadi pacar?” balas bayangan yang muncul diatas tempat tidurnya.
“Hei! Coba ingat tahun lalu. Orang yang menganiayamu tiba-tiba suka padamu? Dia
pasti merencanakan sesuatu.” bayangan dibalik rak
keluar juga sambil meminum yoghurt.
Hong Sul yang mendengar semua ini hatinya menurutnya
semua mencurigakan, semua bayangan berkumpul bersama-sama dan langsung bertanya
kenapa ia tadi mengangguk, menjawab pertanyaan Yoo Jung menjadi pacarnya.
“Aku sendiri tidak tahu. Kenapa tadi aku mengangguk?” ucap Hong Sul binggung
Hong Sul membuka matanya, memikirkan kejadian tadi malam
bertanya-tanya bagaimana ia bertemu
dengan Yoo Jung dan tanggapang orang-orang dikampus kalau tahu mereka
berpacaran dan akhirnya memiringkan tubuhnya untuk kembali tidur. Lalu tersadar
kalau sekarang libur dan bangun dari tempat tidurnya dengan senyuman, mengucap
syukur karena pasti Yoo Jung sibuk.
Hong Sul berjalan dengan beberapa mahasiswa yang
berteriak gembira karena mulai libur.
“Aku harus bilang
apa kalau ketemu dia? Pasti canggung di
depan banyak orang.” Gumam Hong
Sul binggung
Tiba-tiba matanya melotot kaget melihat Yoo Jung
didepanya, Kyung Hwan lewat menyapanya dengan membawa dua gelas es americano
lalu menghampiri Yoo Jung memberikannya. Hong Sul memanggil Yoo Jung sambil
melambaikan tanganya, Yoo Jung melambaikan tangan dengan senyuman lalu pergi
begitu saja.
“Apa-apaan ini?< Apa benar dia orang yang meyatakan
perasannya padaku kemarin? Aku tak berharap banyak. Tapi tidak seperti ini juga. Apa ini? Apa dia menyesal?” gumam Hong Sul dengan wajah cemberut.
Hong Sul berbicara kalau seharusnya ia yang melakukanya.
Seorang dosen didepanya membenarkan kalau memang seharusnya Hong Sul
menyadarinya. Hong Sul menegakan duduknya, menyadarkan diri dari lamuan
lalu meminta maaf.
“Zaman sekarang IP 4.3 sudah
biasa. Dan kau tak ikut klub, magang, kompetisi, ataupun seminar. Nilai TOEIC 830. Sedikit diatas batas kelulusan Dan tak ada nilai speaking .”
kata dosennya sinis
“Iya, saya belum tes speaking” akui Hong Sul
“Jadi Apa ini? Setelah lulus kau mau melamar ke perusahaan mana? Kenapa kau masuk jurusan manajemen bisnis? Apa impianmu?” tanya dosen, Hong Sul terlihat binggung.
Hong Sul pulang dengan kereta, bertanya dalam hati apa
sebenarnya mimpinya, didepannya terlihat pamplet iklan bertuliskan [WUJUDKAN MIMPIMU]
“Meski ingin
bermimpi tapi aku tak punya uang untuk les tambahan. Apa itu masalah sekarang? Aku butuh uang untuk semester
berikutnya. Akan kulupakan beasiswa itu sekarang. Apa aku harus cuti lagi?” gumam Hong Sul dengan helaan nafas dan wajah sedih.
Hong Sul datang kerumah orang tuanya, Ibunya kaget
mengetahui anaknya tak lagi mendapatkan beasiswa. Hong Sul menceritakan Salah
satu nilainya tidak begitu baik jadi memohoan agar ibunya membantu sedikit kali ini saja. Tuan Hong duduk di sofa mendengar langsung
berkomentar sinis.
“Bagus, bagus.,,, Bisa-bisanya kau minta uang disaat seperti ini?” sindi Tuan Hong
“Siapa yang membuat semua jadi seperti ini? Apa kau pernah membantu biaya kuliah Sul?”
balas Ibu Hong Sul tak terima.
“Apa gunanya wanita yang menghabis banyak uang untuk kuliah?Keluarga itu
tanggungannya pria” ucap Tuan Hong
“Bicara apa kau!!! Memangnya apa saja yang sudah
dilakukan pria
kuliahan di rumah ini?” kata Ibu Hong Sul dengan
berdiri dan nada tinggi
Hong Sul memohon agar ibunya menahan diri. Ibu Hong Sul
kembali duduk, mengeluh suaminya itu bisanya Cuma omong kosong dengan menyebut 10 miliar
won lalu memperingatkan agar tak mencoba bicara bisnis lagi.
Tuan Hong makin marah dengan berteriak kalau istrinya tak tahu tentang
bisnis dan membawa sial jadi semuanya gagal lalu keluar dari
rumah.
Ibu Hong Sul berdiri sambil berteriak semua itu gagal
karena suaminya yang banyak omong. Hong Sul menanyakan apakah benar ayahnya
gagal lagi, Ibu Hong Sul sambi mengatur nafasnya membenarkan kalau suaminya itu
kembali kehilangan uangnya.
“Padahal dia sudah yakin sekali. Kita takkan bisa bayar sewa bulan
ini.” keluh ibu Hong Sul, akhirnya Hong Sul tak bisa
berkata-kata memilih untuk makan masakan ibunya.
“Bagaimana rasanya?” tanya Ibu Hong Sul pada anaknya, Hong Sul baru mencoba
bihun buatan ibunya berkomentar rasanya enak.
Ibu Hong Sul mengucap syukur dan berpikir kalau nanti
menjualnya akan laku, Hong Sul tak yaki ibunya mau jual
mie. Ibu Hong Sul pikir
harus melakukan sesuatu dan mungkin akan tinggal dijalan lalu membahas tentang
adik Hong Sul yang kuliah diluar negeri tapi sekarang malah suaminya angkat
tangan dengan biayanya.
“Ibu tahu kau juga kesulitan, tapi
Bagaimana kalau keluar dari kosmu? Uang
depositnya kita gunakan untuk
biaya kuliah kalian. Ibu
tahu kuliahmu jadi jauh Tapi
kau tak boleh cuti lagi.” Ungkap ibunya, Hong Sul
langsung setuju saja tanpa membantahnya.
Hong Sul kembali ke kostan, mengaku kalau tak suka dengan
tinggal di tempat itu karena setiap hari harus menaiki tangga yang membuat
pahanya menjadi besar dan juga Tetangganya juga terlalu sensitif. Lalu membuka pintu kamarnya, terlihat macet dan
menariknya sambil mengumpat pintu yang menjengkelkan.
Setelah bisa masuk ke dalam, Hong Sul memasukan makanan
dari rumah ibunya ke dalam kulkas sambil berbicara sendiri, menurutnya kamarnya
Terlalu sempit dan sesak, bahkan
saat Musim panas kepanasan dan musim dingin kedinginan, serta temboknya dari triplek. Setelah itu menyadari beberapa kotak makan yang
dibawanya hanya berisi kimchi.
Hong Sul kembali meyakinkan akan keluar dari kosan karena
perjalanan pulang pergi itu hanya empat jam saja dan juga bisa makan
masakan ibu, lalu duduk diatas tempat tidurnya
mengungkapkan perasaan lega. Ia memeriksa ponselnya dan Yoo Jung belum juga
menghubunginya.
“Kenapa sunbae tidak
menghubungiku? Apa semua
orang seperti ini? Seandainya
aku tahu.” Ucap Hong Sul binggung lalu akan menelp Ah Young, tapi
teringat temanya sedang backpacking dan juga dengan Bo Ra sedang bertengkar.
Akhirnya Hong Sul berpura-pura tak peduli dan tak ingin
mengkhawatirkanya lalu memilih untuk tidur saja, tapi saat ada pesan masuk,
langsung bangun memeriksa ponselnya, ternyata Eun Taek yang mengirim pesan “Karena ujian sudah
selesai, akan kutraktir. Aku akan mentraktir makanan
mahal, tak datang pasti menyesal.”
Eun Taek duduk disamping Bo Ra dan didepan Hong Sul,
keduanya masih saja diam, akhirnya memilih untuk mengambil makanan saja. Bo Ra
akhirnya mulai bicara karena suasana sangat canggung dan Menyebalkan, lalu meminta agar Hong Sul bersikap
seperti biasanya saja.
“Maaf.... Aku stres karena nilai, beasiswa, dan masalah lain. Pikiranku jadi kacau. Sebenarnya aku malu membicarakan masalahku. Tapi aku akan berusaha untuk menceritakan semua saat ada masalah...” ungkap Hong Sul
“Tidak, kau tak perlu
menceritakkan semua. Aku
cuma berpikir kalau kita
ini sahabat Tapi aku
merasa tak tahu
apa-apa, rasanya sedih sekali. Maafkan aku Hong Sul. Aku akan coba mengurangi
rengekanku Tapi kita
harus sedikit lebih jujur
satu sama lain.” Kata Bo Ra
Eun Taek sudah membawa banyak makanan all u can eat dalam
piring tapi melihat keduanya masih bicara serius memilih untuk menunggu. Hong
Sul memegang tangan BoRa, berjanji akan mencoba
lebih terbuka. Keduanya sama-sama terlihat terharu
dengan mengenggam tangan dan mengaku sebagai sahabat.
Eun Taek datang meminta tolong untuk menaruh piring yang
ditumpuk, agar ditaruh diatas meja. Hong Sul pun membantunya, Eun Taek mengaku
sempat khawatir sebelumnya tak akan bisa makan dan mengajak mereka segera
makan. Hong Sul membagikan sumpit sambil mengeluh Eun Taek harusnya lebih
banyak membawakan makananya.
“Ah, hari ini aku ketemu Yoo Jung sunbae di kampus.” Cerita Eun Taek sambil makan. Hong Sul langsung melotot
lalu bertanya bertemu dimana. Eun Taek menjawab Di depan
gedung manajemen.
“ Ini Hari libur kenapa ada disana? Lalu Dia tak bilang apa-apa?” tanya Hong Sul penasaran,
“Tidak, Memangnya kenapa? Apa kau ada urusan dengan Yoo Jung sunbae?” tanya Eun Taek. Hong Sul menyangkal dengan mengelengkan
kepala dan tersenyum.
Bo Ra bisa tahu kalau Hong Sul sedang menyembunyikan
sesuatu, mengingatkan janji Hong Sul akan lebih
terbuka sambil memegang tanganya. Eun Taek pikir Hong Sul sedang
berusaha jadi lebih baik mereka menunggu saja. Hong Sul mengalihkan pembicaraan
dengan bertanya apakah keduanya punya info pekerja peruh waktu.
Keduanya mengeleng, Hong Sul mencoba mengalihkan lagi
dengan mengatakan membutuhkan pekerjaan lalu memasukan daun selada kedalam mulutnya. Bo Ra
mengingatkan mereka masih menunggu. Hong Sul ingin berbicara, Eun Taek pun
memberikan tanda agar Hong Sul bisa terus berbicara terbuka dengannya.
“Sebenarnya... Yoo Jung sunbae menyatakan cinta padaku.” Akui Hong Sul, Bo Ra mengeluh temanya berbicara omong
kosong, Eun Taek menahan tawanya.
“Sungguh! Aku sendiri tak tahu kenapa dia tiba-tiba begitu. Dia mengajakku berkencan lalu tak menghubungi sama sekali. Aku tak tahu harus menghubunginya dulu atau tidak. Pokoknya, semuanya aneh. Jadi Aku harus bagaimana?” cerita Hong Sul binggung, Keduanya hanya diam dan
melonggo
“Sudah kuduga kalian takkan percaya, bahkan Aku sendiri tak percaya.” Kata Hong Sul sambil sibuk makan.
“Sudah kubilang, kan? Ada sesuatu diantara mereka.” Komentar Eun Taek. Bo Ra menyuruh Hong Sul berhenti
makan dan menceritakan dari awal. Hong
Sul pikir sudah menceritakan semuanya dan bertanya kembali apa yang harus
dilakukannya sekarang.
Ketiganya selesai makan, Bo Ra bertanya-tanya sejak kapan
Yoo Jung menyukainya padahal sebelumnya hubungannya dengan temanya itu tak baik. Eun Taek juga binggung, Apa
yang membuat Yoo Jung sunbae tertarik pada Hong Sul,
menurutnya dilihat dari sini manapun tak ada yang menarik.
“Hei, banyak yang menarik pada
Seol. Dia
bertanggung jawab... dan
bertanggung jawab.” Ungkap Bo Ra membela, Eun
Taek setuju dengan itu lalu keduanya sama-sama tertawa, Hong Sul terlihat masih
binggung dengan nasib hubunganya.
Ponsel Hong Sul berdering, Bo Ra mengoda kalau itu Yoo
Jung yang menelp. Yoon Seob menelp menawarkan pekerjaan sebagai asisten kantor dan meminta agar Hong Sul cepat menjawabnya, mau atau
tidak. Hong Sul menanyakan alasan Yoon Seob memintanya, Yoo Seob berpikir Hong
Sul Tidak mau dan
memperingatakan agar tak mengeluh nanti.
Hong Sul pun langsung setuju, Yoon Seob meminta datang
pada Senin, jam 9 pagi dan
memperingatkan agar tak terlambat. Setelah menutup telpnya, Yoon Seob malah
mengeluh karena Hong Sul mau menerima tawarannya.
Bo Ra pun bertanya apakah Yoon Seob meminta agar Hong
Sul jadi
asisten kantor. Hong Sul membenarkanya, menurutnya Itu
pekerjaan impian tapi bertanya-tanya kenapa
bisa mendapatkan begitu saja. Eun Taek pikir itu Biasanya
dipilih orang
berpengalaman dan heran karena Hong Sul terpilih
“Pasti karena Asisten dosen Heo kagum pada Hong. Kau iri, kan?” ucap Bo Ra sambil menjewer kuping Eun Taek, Hong Sul pu
memilih pamit pulang.
“Hei, hubungi Yoo Jung sunbae. Beritahu dia, kau dapat tawaran jadi asisten kantor dan tanya dia sedang apa. Pacaran itu masalah pemilihan
waktu. Pokoknya
lakukan saja, oke?” pesan Bo Ra lalu
melambaikan tangan pada temanya.
“Kalau memang tahu banyak masalah
pacaran, kenapa bisa tak punya pacar?” ejek Eun Taek
“Aku tak mau, bukannya tak bisa. Kau tahu apa anak kecil!!!” kata Bo Ra kesal
Eun taek melihat Hong Sul sudah bahagia sekarang jadi meminta agar
Bo Ra mempertimbangkan tawaranya, Bo Ra tak mau membahasnya memilih untuk
pulang saja. Eun Taek pikir dirinya itu kurang menarik.
Hong Sul menatap ponselnya kembali membaca tulisanya “Aku akan bekerja
sebagai asisten kantor saat liburan ini. Sunbae, bagaimana liburanmu?” jarinya
terlihat ragu-ragu untuk mengirimkanya atau tidak, tapi akhirnya menekan kirim
dan menaruh ponselnya dada yang berdegup kencang.
Yoo Jung membaca lalu membalasnya setelah itu melempar
ponselnya ke sofa, tatapan kembali pada game fightingnya, bahkan terlihat
sangat serius. Hong Sul yang berdebar menerima pesan balasan dari Yoo Jung “Oh iya? Baguslah. Selamat liburan.”
“Jadi dia tak berencana menemuiku selama liburan? Pacaran macam apa ini?” keluh Hong Sul dengan wajah cemberut.
Hong Sul berlari masuk ke kampus, dengan hari libur telah
datang jadi Pekerjaannya mulai
jam 9 pagi sampai
jam 5 sore dan ini adalah pekerjaan
impian. Kecuali
untuk satu hal...
Yoon Seob sudah menunggu dengan wajah kesal, Hong Sul
datang menyapa semuanya. Yoon Seob langsung memarahi Hong Sul yang datang
terlambat, Hong Sul melirik masih ada 9 menit sebelum jam 9. Yoon Seob langsung
menyuruh Hong Sul mendekatinya.
“Aku menyuruhmu dating lebih awal ‘kan? Kau tak mendengarkanku karena aku
umur segini
masih jadi asisten dosen?” kata Yoon Seob mengomel,
pegawai lain datang
“Kenapa kau ini? Sekarang Jam 9 saja belum.”kata wanita dikepang membela Hong Sul
“Hari pertama harusnya datang lebih awal.” Tegas Yoon Seob lalu menyuruh Hong Sul mencuci gelas
bekas kopi. Wanita dikepang memberitahu meja Hong Sul, lalu menyuruhnya untuk
menaruh tasnya setelah itu mencuci gelas.
“Asisten dosen Heo
agak aneh. Aku tahu dia memang pemarah.” Gumam Hong Sul langsung mencuci gelas
Hari berikutnya, Hong Sul datang jam setengah sembilan
lewat sembilan menit, sambil membersihkan printer dari debu. Yoon Seob datang
dan Hong Sul pun menyapanya.
“ Ini Belum waktunya, kenapa kau datang pagi sekali? Pasti banyak waktu luang. Kalau begitu tak usah pulang
sekalian dan Tidur saja disini.” Sindir Yoon Seob.
Hari berikutanya, Yoon Seob mengeluarkan semua berkas dari
rak dan menyuruh Hong Sul membersihkanya dan mengurutkan
berdasarkan abjad. Hong Sul melihat mejanya
penuh dengan map yang berantakan, Yoon Seob kembali mengomel agar Hong Sul
cepat mengejarkanya.
Hong Sul membuatkan kopi dengan tiga bungkus kopi mix dan
satu bungkus kopi hitam, setelah itu menakar dengan baik air panas yang dituangkanya. Setelah itu
membagikan kepada semuanya, si wanita kepang merasakan kopi buatan Hong Sul itu
enak.
“Bagaimana kau membuatnya?” tanya Yoon Seob sinis
“Aku buat kopi kental sesuai permintaan.” Ucap Hong Sul
“Kopi yang enaknya itu pakai es, cepat masukkan es yang banyak.” Perintah Yoon Seob rewel
Si wanita berkepang tahu Yoon Seo itu tak
tahan dingin, Yoon Seob menyangkal bisa memakan semua
yang dingin. Si wanita kepang tahu sedari tadi Yoon Seob bolak balik kamar
mandi, Yoon Seob tak peduli menyuruh Hong Sul menambahkan es yang banyak ke
dalam kopinya.
“Baru beberapa hari, tapi aku sudah lelah.” Keluh Hong
Sul dalam hati
Hari berikutnya, Hong Sul memeriksa ponselnya menunggu
Yoo Jung yang belum menelpnya. Yoon Seob menegur Hong Sul yang selalu main
ponsel saat berkerja. Hong Sul pun bertanya apa yang harus dilakukanya sekarang
“Kalau orang dengar, mereka bisa
berpikir aku
selalu menyuruhmu bekerja. Sekarang Taruh
HPmu dan Jangan pakai ketika kerja.” Perintah Yoon Seob
Seorang wanita melihat Yoo Jung masuk padahal kampus
sedang libur, Hong Sul kaget melihat Yoo Jung datang. Yoon Seob langsung diam
bertanya untuk apa Yoo Jung datang ke ruanganya. Yoo Jung mengatakan ingin
ketemu Hong Sul. Dua wanita terlihat binggung, lalu menduga
keduanya itu sedang berkencan. Hong Sul binggung, Yoo Jung pun membenarkan
kalau mereka sedang berkencan.
Yoon Seob terdiam, dua pegawai wanita menjerit karena
iri. Yoo Jung menanyakan pekerjaan pacarnya. Hong Sul mengatakan baik-baik
saja. Yoo Jung lalu memberikan minuman yang dibawa untuk semuanya, setelah itu
meminta izin untuk keluar sebentar dengan Hong Sul. Pegawai wanita pun mengizinkanya, Yoon Seob tak
bisa berkata-kata, hanya melihat keduanya.
Hong Sul pun melirik dua wanita lainya yang menyuruhnya
keluar, akhirnya meminta izin pergi sebentar. Yoo Jung mengucapkan terima kasih
pada Yoon Seob untuk semuanya. Yoon Seob terlihat berusaha untuk ramah. Yoo
Jung memberitahu akan mengikuti semester pendek jadi akan sering mampir. Hong
Sul melonggo mendengarnya, Yoo Jung pun mengajak pacarnya untuk segera
keluar. Pegawai wanita menyuruh Hong Sul
untuk tak perlu terburu-buru, Yoon Seob mulai mengeluh karena dengan begitu
harus bertemu dengan Yoo Jung lagi.
Diatas jembatan penghubung kampus, Hong Sul dan Yoo Jung
mengobrol. Yoo Jung menanyakan apakah pekerjaan pacarnya terasa sulit. Hong Sul
mengeleng sambil meminum kopinya. Yoo Jung pikir Hong Sul itu tak
ingin bertemu dengannya, bahkantak
ada kabar darinya jadi ingin bertemu karena sangat
merindukanya.
Hong Sul tak percaya Yoo Jung merasakan seperti itu. Yoo
Jung menyakinkan dengan menatapnya. Hong Sul mengingat Pesan
yang dikirim Yoo Jung terakhir kalinya, yang diartikan Seniornya itu tak
akan menemuinya saat liburan. Yoo Jung menjelaskan maksud psan itu adalah agar Hong
Sul menikmati liburannya.
“Ah, kenapa aku ini? Aku merasa bersalah.” Gumam Hong
Sul
“Aku tak mengira akan kau mengartikan begitu. Maafkan aku” kata Yoo Jung
“Tidak, aku yang salah, karena Aku yang gagal paham. Sebenarnya, baru kali ini aku pacaran, jadi...” ucap Hong Sul sambil tertunduk
“Hong Sul,
akhir pekan ini apa pada
waktu? Maukah pergi berkencan?” ajak Yoo Jung, Hong Sul terdiam diajak berkencan.
Dirumah Hong Sul sibuk mengeluarkan semua baju dalam
lemari gantungnya, memilih-milih baju. Pesan dari In Ho agar Hong Sul memakai
pakain yang cerah, karena wajahnya itu terlihat muram.
“Kenapa bajuku tak ada yang cerah?” keluh Hong Sul mencari-cari kembali baju yang lain.
Akhirnya memilih pakaian bunga-bunga dengan celana
panjang kain, setelah itu memakain bedak dan juga lipstik. Selanjutnya teringat
dengan rambut keritingnya yang seperti anjing. Hong Sul dengan kesal menyisir
poninya yang mirip dengan buntut babi.
Yoo Jung melihat bukti Penarikan dengan jumlah 9 juta won, menurutnya sudah menudah pasti
In Ha melakukan seperti itu. Setelah itu menelp ayahnya memberitahu Ada
kabar dari tempat pelatihan kalau In
Ha membatalkan pelatihan dan
menarik uangnya jadi Sepertinya
mereka harus lebih memaksa, karena menurutnya In Ha tak akan sadar sebelum kehilangan sandaran hidup.
Ada senyuman sinis dari wajah Yoo Jung setelah menutup
telpnya, setelah itu kembali duduk disofa mengirimkan pesan pada Hong Sul
dengan wajah tersenyum “Sampai ketemu jam 2 siang di depan loket.”
In Ho melihat Hong Sul merapihkan rambutnya didepan kaca
toko, lalu menyapa akan kemana si wanita berambut anjing dan menagih kapan akan
memberikan makanan untuknya. Hong Sul berusaa menghindar dengan memegang
rambutnya, mengatakan tak punya waktu. In Ho tetap mengikutinya ingin tahu
kapan dapat traktiran lagi.
“Apa kau tak punya kesibukan? Setiap hari keliaran terus?” keluh Hong Sul terpaksa berhenti dengan memegang
poninya agar tak berantakan.
“Apa? Aku baru pulang cari pekerjaan.” Kata In Ho membela diri
“Bicara apa kau ini? Kau melamar kerja seperti ini? Seperti preman saja.” Ejek Hong Sul, In Ho ingin marah tapi Hong Sul
menjelaskan maksudnya.
“Saat melamar kerja, tunjukkan
kesan yang bagus. Jangan
pakai kaos, lebih baik pakai kemeja berkerah lengan panjang. Jangan bukan kancing lebih dari
satu, Jangan pakai celana bolong begini, kau harunya Pakai celana kain hitam, dengan sandala kalau kelihatan Nyeker dan itu sama
dengan bunuh diri. Bahkan Aku
tak pernah lihat orang nyeker saat melamar kerja.”
Jelas Hong Sul memegang poninya.
“Lihat....Kau sendiri bagaimana? Melihat pakaianmu sekarang, kau tak berhak mengomentariku. Apa mau ke perkumpulan lansia? Bajumu seperti baju nenek-nenek.” Ejek In Ho
Hong Sul mengatakan kalau itu pakaian yang paling cerah,
In Ho menyadari Hong Sul memakai baju cerah karena mendengar kata-katanya, ternyata ucapanya itu bisa mempengaruhinya. Hong Sul
menurunkan tanganya, In Ho menegaskan baju yang dipakai Hong Sul itu bukan cerah
tapi itu baju nenek-nenek, lalu menduga itu tak akan bertemu pria dengan pakaian ini. Hong Sul hanya bisa diam lalu
akhirnya menahan kesal memilih untuk kembali kerumah. In Ho makin menjadi-jadi
mengejeknya dari belakang Hong Sul makin seperti nenek-nenek.
Yoo Jung sudah menunggu, Hong Sul sudah menganti pakaian
dengan dress putih, sebelum masuk merapihkan poninya didepan kaca. Yoo Jung
tersenyum melihat Hong Sul sedang merapihkan rambutnya, dengan jarinya seperti
sedang memegang wajahnya.
Hong Sul pun masuk langsung menghampiri Yoo Jung berpikir
sudah telat. Yoo Jung mengatakan baru saja datang lalu memuji Hong Sul yang
terlihat cantik dengan kuncir kudanya. Hong Sul terlihat biasa saja, lalu
melihat Yoo Jung yang sudah membeli tiket nonton jadi menyarankan agar ia
membeli popcorn karena punya kupon diskon 4000 won. Lalu bertanya Yoo Jung ingin rasa bawang atau keju, Yoo
Jung terlihat binggung melihat diponsel Hong Sul.
“Kenapa dia seperti
ini? Dia tak pernah lihat kupon?” gumam Hong
Sul
“Oh, sepertinya masih ada waktu. Apa kau mau ke cafe dulu?” ajak Yoo Jung
“Waktunya sudah mepet, nanti cuma buang-buang uang.” Pikir Hong Sul
Hong Sul akhirnya pergi ke main arcade, mengajarkan main
tembak-tembakan dengan menginjak dibagian wajah dan mengangkatnya kalau mau
bersembunyi, selain itu apabila Yoo Jung ingin isi
ulang tinggal hanya tinggal digoyangkan, apabila ingin
ganti senjata tinggal menekan sebanyak empat kali.
Yoo Jung terlihat binggung hanya mengoyang-goyangkan
pistolnya, Hong Sul pikir permainan itu menyenangkan jadi lebih baik dicoba
saja. Yoo Jung dengan mudah memainkan tembak-tembakan, Hong Sul menjerit karena
Yo Jung sudah Melewati rekor tak percaya
kalau baru pertama kali memainkan.
Tanganya terangkat mengajak untuk high five, Yoo Jung pun
menyerahkan pistolnya agar Hong Sul mencobanya. Hong Sul bergumam kalau mereka
tak seimbang, dan mengajaknya untuk high
five. Yoo Jung pun high five dengan senyuman, Hong Sul merasa dengan keadaan
seperti itu terasa canggung.
In Ha mengambil langsung beberapa baju dari gantungan
sambil menelp dengan pria yang ingin memberikan hadiah karena menyukainya, jadi
ingin dikembalikanya. Dengan jeritan In Ha menolak karena itu bayaran sudah
menemainya dengan sombong menegaskan tak usah menelpnya lagi dan mengancam akan
menelp polisi.
Pegawai yang ada dikasir memberitahu kartu kreditnya
sudah diblokir, In Ha memberikan kartu lainya, pegawai kembali mengeseknya di
mesin kasir tapi tetap tak bisa. In Ha dengan mata melotot menuduh pegawai itu
tak becus berkerja, karena kemarin masih bisa kenapa hari ini tak bisa digunakan,
lalu teringat dengan seseorang.
In Ha keluar dari toko sambil menelp Tuan Yoo, merengek
karena kartu kreditnya di blokir sambil mengeluh seorang
gadis sebatang kara tak bisa hidup tanpa kartu.
Tuan Yoo mengingatkan kalau In Ha itu bisa berkerja setelah mendapatkan
lisensi.
“Banyak muda lain yang tak bisa bekerja. Kenapa kau tak mau padahal ada kesempatan?” jelas Tuan Yoo
“Ujiannya terlalu sulit, Anda tahu aku tak begitu pandai.” Ucap In Ha mencari alasan
“Jangan cari alasan, Coba
saja dulu. Kau sudah
dewasa saat ini dan harus
bekerja.” Tegas Tuan Yoo
“Aku butuh uang untuk kursus. Anda akan memberiku uang untuk itu, kan?” kata In Ha mencari cara mendapatkan uang
“Untuk bulan pertama dan akan
kusuruh mereka untuk
tidak mengembalikan uangnya Aku
juga akan memeriksa kehadiranmu. Yoo Jung berharap kau belajar dengan baik. Menurutnya kau butuh pekerjaan sungguhan. Banyak orang yang khawatir padamu, jadi Belajarlah
yang rajin. Aku
berharap banyak.” Kata Tuan Yoo menutup
telpnya, In Ha hanya bisa mengumpat si Yoo Jung memang tukang mengadu.
“Kenapa dia bersikeras
menjauhkanku dari
ayahnya? Kenapa? Apa
salahku? Aku kan cuma belanja. Kenapa?
Kenapa!” teriak In Ha kesal
Yoo Jung menonton film dengan serius, In Ha menelp dan
sengaja merejectnya. Hong Sul melirik pacarnya itu sengaja tak mengangkatnya,
lalu bergumam kalau selera mereka berbeda karena menyukai film laga. Yoo Jung
berisik apakah Hong Sul tak menyukainya. Hong Sul menyangkalnya, Yoo Jung pun
memberikan popcorn tanpa memalingkan wajahnya. Hong Sul bertanya apakah Yoo Jung tak ingin makan
lagi. Yoo Jung menyuruh Hong Sul untuk menghabiskan saja. Hong Sul pun hanya
bisa diam.
Dicafe
Hong Sul melihat Yoo Jung kembali mereject telpnya,
akhirnya menyuruh untuk mengangkatnya saja. Yoo Jung merasa tidak
perlu. Hong Sul melihat menu makan dengan harga diatas 50ribu
won, bergumam mungkin makanan ditempat itu ditaburi
emas karena harganya Mahal sekali.
“Sunbae, sepertinya kita tak usah makan disini.” Ajak Hong Sul
“Tempat agak sempit, ya? Tapi makanannya enak kok.” Kata Yoo Jung
Hong Sul pun mencari makanan yang paling murah dan
menemukan sup udang seharga 15ribu won. Yoo Jung pun melihat Hong Sul tersenyum
karena menemukan makanan yang ingin dipesan. Makanan datang, Yoo Jung memesan
steak dan Hong Sul hanya menatap sedih semangkuk piring kecil tak berbentuk
seharga 15ribu won dan menduga Yoo Jung sudah sering pergi ke restoran itu.
Yoo Jung melihat makanan yang dipesan Hong Sul, berpikir
tak kenyang jadi memberikan beberapa potong steaknya. Hong Sul menolak, Yoo Jung
pikir Hong Sul tak suka daging, Hong Sul beralasan terlalu banyak popcorn jadi
sudah kenyang. Yoo Jung merasa Hong Sul terlalu banyak makanan berminyak jadi akan memesan wine. Hong Sul ingin menolak tapi Yoo
Jung sudah memanggil pelayan untuk memesan wine.
“Makan sup seharga
15.000 saja aku sudah takjub. Tapi sunbae memesan
wine seolah barang sepele. Ah, aku ingin pulang.” Gumam Hong
Sul dengan helaan nafas.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusYeeeyy jadian :)
BalasHapusSemangat mba dee
Di tunggu kelanjutan nya
Kok saya yg khawatir yoo jung gak tulus yah sama soel????
BalasHapusKasihan kan kalau keluguan soel hrs dibayar tipudaya ...
Senyumnya yoo jung itu loh...bias bgt!
Kamsahamnida bak diyah...
Aneh jg sih buat Seol, pasti ga percaya cowo sekeren Jung suka sama dia. Apalagi selama ini dia harus susah payah utk dapat sesuatu.
BalasHapusOtomatis Bgt Ketemu Jung berasa kyk tiba2 dpt rezeki yg jatuh dr langit.
Makasih mba Dee atas sinopsisnya.
(Merithope6@gmail.com)
BalasHapusHello am Mrs, Merit. pemberi pinjaman kredit yang sah dan dapat diandalkan untuk pemberi pinjaman, eh tawaran pinjaman rumah, kredit mobil, pinjaman Hotel, tawaran komersial, yang harus memperbarui semua situasi keuangan di dunia / perusahaan untuk membantu mereka yang terdaftar pemberi pinjaman uang pinjaman pribadi, hipotek, kredit konstruksi , suku bunga rendah dari 2% dll modal, pinjaman usaha dan pinjaman kredit buruk kerja, start up. Kami membiayai proyek di tangan dan perusahaan Anda / mitra dan saya ingin menawarkan pinjaman pribadi untuk klien mereka dari USD $ 12.000 sampai $ 8.000.000 euro dan pound saja. Aku memberikan pinjaman usaha,
pinjaman pribadi, pinjaman mahasiswa, kredit mobil dan pinjaman untuk membayar tagihan. jika kamu
membutuhkan pinjaman yang harus Anda lakukan adalah untuk Anda untuk menghubungi saya secara langsung
Dalam: (merithope6@gmail.com)
Tuhan memberkati Anda.
Hormat kami,
Mrs: jasa Harapan
Email: (merithope6@gmail.com)
Catatan: Semua respon harus dikirim ke: (merithope6@gmail.com). hubungi kami melalui e-mail untuk informasi lebih lanjut