Hye Rim menatap sinis Soo Hyun yang duduk di depan meja
panjang, begitu juga sebaliknya. Dua pelayan datang ingin menaruh makanan, Hye
Rim memberi kode untuk menolak, begitu juga Soo Hyun tak menginginkan dan
meminta agar dibawa kembali.
“Bagaimana kau tahu kalau aku yang
kirim bunga?” tanya Soo Hyun memicingkan matanya.
“Teater musikal.” Ucap Hye Rim mengingat saat itu Soo Hyun menanyakan
perasaaan ketika menonton acara teater musikal itu sendirian
“Waktu itu, aku merasa ada yang berdiri di sampingku dan satu-satunya orang yang tahu
lokasi teater musical itu, adalah adik saya Yoo Rim. Kalau ada orang lain lagi,
mungkin dia yang kirimkan bunga.” Jelas Hye
Rim
“Itukah sebabnya kau berjaga-jaga tempat ini?” kata Soo Hyun
“Tidak, aku ingin melihat apa yang
kau lakukan dan kemudian aku mengikutimu. Ini pertama kalinya aku mengalami
hal seperti ini dan inicukup
mendebarkan.” Ungkap Hye Rim, bibir Soo Hyun
terangkat seperti mengejeknya.
“ Sekarang, giliranmu. Apa
kesepakatanmu? Kau
mengirim bunga mawar, lalu kau main hitung mundur dengan mawar biru. Setelah Kau mengirim tiket musik, tapi
bahkan tidak muncul. Dan Kali ini,
adalah sebuah surat. Rencana
apa yang kau lakukan dengan ini?” ucap Hye
Rim yang melirik surat diatas meja dan langsung mengambilnya, Soo Hyun kalah
cepat karena Hye Rim lebih dulu mengambil surat ditengah-tengah meja.
Hye Rim mengeluarkan surat dari amplop dan membacanya, “Aku tak berani
untuk muncul, jadi aku langsung pergi. Tapi, meskipun kau
sendiri, kau tak akan kesepian karena kau sudah ada di hatiku.”
Soo Hyun terlihat binggung, semua rencananya gagal. Hye
Rim tersenyum karena sekarang bukan hanya hati yang datang tapi orangnya langsung jadi membuatnya tak kesepian
lagi. Dengan wajah serius meminta agar Soo Hyun memberikan
alasan melakukan hal konyol seperti itu padanya. Soo Hyun dalam hati
kebinggungan menjawabnya. Hye Rim melihat dari mata, mulut sampai ke tangan,
akhirnya mengaku tak bisa membaca apapun dari gerakan Soo Hyun.
“Aku tak tahu apakah kau sangat
berbeda dariku, atau
jika kemampuanmu untuk menyembunyikan emosimu sangatlah menakjubkan. Katakan
yang sejujurnya. Kenapa
kau lakukan itu?” tanya Hye Rim
“Tidak ada jalan
keluar dan Tidak ada cara lain.” Gumam Soo
Hyun
“Kita sering ketemu setiap hari, dan itu tak seperti kita sedang berkencan, jadi apa alasan bagimu untuk melakukan
ini?” tanya Hye Rim
“Aku suka padamu.” Kata Soo Hyun to the point, Hye Rim tertawa
mendengarnya, sepertinya hanya bercanda seorang Soo Hyun bisa suka dengan
wanita yang bernama Go Hye Rim
“Kenapa? Kau mungkin juga bilang
kucing jatuh cinta dengan anjing.” Ejek Hye
Rim
“Jika aku berpikir tentang hal
itu, aku tidak berpikir aku jahat di depanmu.”
Kata Soo Hyun
Hye Rim ingat dengan kata-kata Soo Hyun kalau sangat
tertarik padanya, lalu memberikan earphone dengan menyentuh tanganya, lalu
memuji kalau terlihat cantik dimatanya. Ia meminta Soo Hyun mengatakan dan akan
mendengarnya. Soo Hyun tersenyum bisa membuat Hye Rim percaya dengan ucapanya.
“Kubilang aku suka padamu. Apa lagi yang harus
kukatakan?” kata Soo Hyun
“Tatap mataku dan katakan. Apa
perasaanmu padaku?” ucap Hye Rim dengan
mencondongkan tubuhnya.
“Aku suka padamu” kata Soo Hyun dengan tatapan tanpa berkedip,
Hye Rim bisa membaca kalau Soo Hyun adalah Pembohong, menurutnya Seseorang yang kirimkan
sepuluh bunga saja memiliki mata yang acuh, jadi
tak mungkin, selain itu Soo Hyun
merasa berani untuk memintanya datang, dan berpikir Soo Hyun itu berotak mesum.
Soo Hyun menegaskan ada dua
Choi Soo Hyun berbeda, yaitu Choi
Soo Hyun sebagai orang biasa
dan seorang Psikolog Choi Soo Hyun, jadi pribadinya sebagai Psikolog yang bertanggung jawab
dengan hal itu. Hye Rim menanyakan apa yang dilakuan dengan Soo Hyn sebegaia
orang biasa. Soo Hyun mengaku sudah sangat sibuk untuk menyukainya.
“Apa yang harus kukatakan lagi
supaya kau bisa percaya?” kata Soo Hyun mencoba
menyakinkan
“Menulis diary.... Besok, tulis diary dan aku akan
cek setiap hari Aku tahu itu adalah cara anak kecil, tapi tetap saja, aku akan
percaya kalau kau lakukan itu..” Perintah Hye Rim
“Aku tak pernah lakukan itu sejak
SD.” Kata Soo Hyun membela diri
“Kalau memang tak bisa, mungkin
itu tak akan bisa membantuku. Aku
akan lapor polisi kalau ada penguntit yang mengikutiku.”ucap Soo Hyun bersiap-siap untuk pergi.
Soo Hyun menahanya, Hye Rim melirik sambil bertanya
apakah Soo Hyun akan melakukanya atau tidak. Soo Hyun terdiam menatap Hye Rim
agar mempercayai ucapanya.
Hye Rim pulang kerumah menatap badanya didepan cermin,
teringat kembali pernyataan Soo Hyun, sambil memutar badanya merasa penampilan
lebih penting sekarang. Sementara dilantai atas, Soo
Hyun memegang buku diary yang harus ditulis sambil terbatuk-batuk karena harus
melakukan perkerjaan seperti anak kecil.
Ji Ho menonton drama dengan adegan pria yang membuat
wanita terdesak di dinding dan menyatakan perasaanya, lalu bertanya apakah
berguna untuk percobaanya. Soo Hyun merasa hanya orang gila yang melakukan
seperti itu, tapi akhirnya mengubah jawabanya kalau itu mungkin bisa berguna.
“Setiap orang memiliki ruang
pribadi mereka sendiri. Ini
adalah ruang yang hanya diperbolehkan untuk kekasih dan keluarga, tapi ketika seseorang memasuki
ruangan pribadi mereka, orang itu akan bingung dan tertangkap basah.” Jelas Soo Hyun
“Ahh... aku bisa gunakan ini pada
Hye Rim Noona..” kata Ji Ho, Soo Hyun langsung
berteriak melarang Ji Ho melakukan itu
“Jangan lakukan, jika
jika kau
ingin mempertahankan harga diriny sebagai
Psikolog sesungguhnya.” Jelas Soo Hyun lalu kembali teringat dengan diary yang
harus ditulis dan akhirnya menaruh kepalanya dimeja.
Hye Rim baru saja masuk ke dalam cafe, melihat buku diary
diatas mangkuk buah, lalu membacanya dengan gambar seorang pria dan bertuliskan
“7 Desember. Cuaca
hari ini sedang bersahabat. Aku akan ke gym hari ini. Hebat kanaku, selesai”
Hari berikutnya, Hye Rim membaca lagi tulisan Soo Hyun,
kali ini dengan gambar bahasa latin yang dibuat gambar. “8
Desember. Hari ini, aku belajar tentang gangguan kepribadian narsistik.” Hye Rim membalik lagi karena banyak kata-kata yang tak
diketahuinya.
“9 Desember. Aku
mendengar lagunya Toy. Bagus sekali liriknya, jadi aku tulis itu di
sini. “Banyak orang yang sibuk mengucapkan salam,. Sudah lama sejak
terakhir kali kami berkumpul.. Gaun putih...” Hye Rim
dengan kesal melempar buku diary Soo Hyun seperti sengaja dipermainkan.
Seorang wanita diatas panggung, melepaskan sepatunya dan
melemparnya, berteriak meminta ganti sepatu yang lain lalu berkomentar baju
yang dipakainya sangat kuno dan jelek
“Bagaimana aku bisa pakai semu ini untuk bernyanyi? Kau mungkin anti-fan, ya?” ucap Si wanita sambil melotot pada orang-orang dibawa
panggung, lalu berjalan kedepan kamera sambil berlutut
“Sutradara! Tolong ubah lagunya. Aku tak suka lagu-lagu lama. Ya?” kata si penyanyi memohon
“Lagu itu sempat hit di era 80'an, Pakaianmu juga bagus. Ini cuma
gladi resik, jadi cepat selesaikan.” Kata Sutradara dari ruang kontrol
Wanita itu merengek tetap ingin menganti, Sutradara
mengatakan kalau mereka baru gladiresik jadi menyuruhnya untuk bersiap-siap dan
meminta agar memulai musiknya. Si Wanita kembali keatas panggung, tapi terlihat
memegang lehernya seperti kesulitan bernanyi, Sutradara binggung berpikir
wanita itu sedang sakit. Si wanita seperti ingin muntah dan kesulitan bernafas,
orang yang dibawah panggung langsung berlari menolongnya dan akhirnya wanita
itu pingsan.
Soo Hyun mengetahui pasiennya adalah seorang penyanyi
langsung menolaknya, Prof Bae memberitahu namanya adalah Ju Ni dan pasti semua
orang sangat mengenalnya, Soo Hyun menegaskan tak nyaman berkerja dengan orang
yang terkenal, karena menganggap dirinya selebriti pasti meminta special
treatment.
“Dia memiliki gangguan kepribadian
histrionic, Kurasa
dia datang kemari karena tempat-tempat lain ditolaknya. Kalau di sini ditolak, dia pasti
akan ke tempat lain.” Cerita Prof Bae
“Tapi tak ada alasan untuk
melayani orang yang datang di sini. Aku
cuma menjalankan klinik ini untuk percobaan pada berbagai gangguan.” Kata Soo Hyun dengan memalikan wajahnya.
“Gejala sitomania (keinginan
normal untuk makanan) dan kesulitan bernapas. Secara khusus, setiap kali dia
mendengar musik John Denver, dia akan shock, berjudul "Annie's
Song." Apakah itu sesuatu menyenangkan?” kata Prof Bae, Soo Hyun menaikkan alisnya.
Ju Ni turun dari mobil dengan gaya artis, kacamata hitam
dan jaket berbulu. Beberapa fans memanggilnya dan pengawal bisa menjaganya agar
Ju Ni tak terganggu masuk ke lantai dua.
Seung Chan menyapa Ju Ni yang sedang duduk diruang
tunggu, Hye Rim juga ikut melihat karena ada selebriti yang datang. Ju Ni
mengenali Seung Chan sebagai pemain baseball, lalu mengajaknya untuk duduk
disampingnya. Seung Chan langsung menolak dan memilih pergi.
Ji Ho datang memberikan lembaran kuestioner untuk
menjawabnya, setelah itu 10 menit kemudian baru masuk keruang konsultasi. Ju Ni
membuka kacamatanya, melihat ada pria imut lagi dan kembali mengajak untuk
duduk didekatnya. Ji Ho berjalan mundur dan pergi.
Hye Rim mendekat meminta untuk memberikan tandatanganya,
karena anaknya fans dari Ju Ni. Tapi Ju Ni langsung menutup kacamatanya kembali
dan langsung melempar kustionernya lalu bertanya ruangan mana untuk
berkonsultasi. Hye Rim melonggo melihat seorang artis yang sangat sombong.
Soo Hyun mulai bertanya, Apa ada
kejadian yang dipikirkan
baru-baru ini. Ju Ni membuka kacamatanya, dengan sinis
menyindir orang-orang yang berkerja ditempat itu. Soo Hyun menatap heran, Ju Ni
dengan gaya genit mengunngkapkan orang-orang yang berkerja ditempat itu sangat
tampan
“Tolong jawab pertanyaan pertamaku atau aku akan menganggap kau
tidak ingin
mendapatkan konsultasi di sini.” Tegas Soo Hyun dengan
mata melotot
“Ya ampun.... Kau sangat karismatik”kata Ju Ni sambil menopang tangan diwajahnya, lalu
bergaya seksi dengan membuka jaket bulunya.
“Hal paling terakhir yang bisa kupikirkan adalah... aku tidak terlalu yakin. Mungkin bertemu denganmu?” kata Ju Ni mengoda, Soo Hyun bertanya apalagi selain
itu, seperti tak tergoda.
Dibalik dinding, Hye Rim yang melihat Ju Ni binggung ada
apa dengan sikap wanita itu dengan mengeluarkan suara mengoda dan memperlihatkan dadanya.
“Itu adalah gejala umum bagi
orang-orang yang
memiliki gangguan kepribadian histrionik. Cobalah Lihatlah
itu. Bahkan
saat dia mengibaskan rambut, dia
melebih-lebihkan gerakannya.” Kata Prof Bae, Hye Rim
melihat Ju Ni mulai mengibaskan rambut seperti ingin mengoda
“Tipe perilaku seperti itulah yang
merupakan asal dari
nama gangguan tersebut. Dia
hanya akan merasa lebih baik ketika
merasa dicintai oleh semua orang.” Jelas Prof
Bae
“Jadi... Anda bilang bahwa, dia sedang mencoba merayu Choi
Soo Hyun?” kata Hye Rim tak percaya
“Aku yakin begitu Dan jika dia ditolak bahkan hanya
oleh satu
orang, dia akan sangat terluka.” Ucap Prof Bae
“Jadi... kita hanya harus menerima perilaku mereka yang seperti itu?” tanya Hye Rim
“Tidak. Jika kau melakukannya,
mereka akan berpikir
apa yang mereka lakukan itu benar dan
mereka bisa menjadi tambah parah. Jadi
kau harus menetapkan batasan yang jelas dan menghentikan mereka, jika
diperlukan.” Tegas Prof Bae
Dalam ruangan
Soo Hyun bertanya alasan Ju Ni membenci bulan November, Ju Ni menjawab dengan mengangkat tanganya keatas,
mengatakan Karena pada bulan
itu adalah musim gugur dan duduk
dengan gaya mengoda seperti model, Soo Hyun seperti tak tergoda dan masih tetap
fokus bertanya.
“Ketika kau mendengar lagu John
Denver "Annie's
Song", apa hal
pertama yang terlintas di pikiranmu?” ucap Soo
Hyun
“Bagaimana denganmu, Dokter?” kata Ju Ni dengan sengaja menyilangkan kakinya dan
mencodongkan tubuhnya.
Soo Hyun seperti melihat dengan jelas bentuk tubuh Ju Ni
dan sedikit tertunduk mengatakan kalau ia yang lebih dulu menanyakan. Ju Ni
dengan gaya mengoda kembali mengibaskan rambutnya.
Prof Bae tertawa melihatnya, merasa Soo Hyun sudah mulai sedikit
terpengaruh juga. Hye Rim terlihat binggung,
Prof Bae menjelaskan kalau Pria lemah terhadap apa yang
terlihat, jadi
ketika melihat wanita cantik maka otak
dibagian depan menjadi kaget dan akhirnya otak mereka berhenti berfungsi sementara,
menurutnya Soo Hyun juga seorang pria.
Ketuka pintu terdengar, Ji Ho dan Seung Chan memanggil
Hye Rim untuk keluar. Prof Bae melihat Seung Chan seperti jantungnya berdegup
kencang, tapi berusaha untuk tenang. Seung Chan meminta Hye Rim untuk
membuatkan kopi lalu pamit permisi pada Prof Bae.
Ju Ni keluar dari ruang konsultasi, mendengar tawa
bahagia dari arah dapur, kakinya kembali melangkah mundur melihat Hye Rim
bersama Ji Ho dan Seung Chan sedang membuat kopi didapur dengan wajah bahagia.
“Siapa ahjumma itu?” tanya Ju Ni sinis
“Mereka bilang dia biasanya mondar-mandir dari klinik ke kafe.” Jelas asistenya.
“Wanita itu terlihat sangat
menikmatinya.” Ucap Ju Ni Sinis
Hye Rim masuk ke cafe, melihat Ju Ni sudah duduk didalam
cafe layaknya seorang putri, merasa seperti dalam film koboi saja, lalu bertanya
kemana semua pelangganya. Ju Ni dengan sinis bertanya berapa umurnya. Hye Rim
menegaskan umurnya sudah pasti lebih tua 10 tahun darinya.
“Jadi... apakah boleh seorang
wanita tua dengan
tidak tahu malu merayu
pria-pria yang lebih muda seperti itu?” ucap Ju Ni
menyindirnya, Hye Rim mengingat ucapan
Prof Bae “Mereka perlu merasa
dicintai oleh semua orang di sekelilingnya Dan jika dia ditolak bahkan oleh satu orang saja, dia akan sangat terluka.”
“Ini adalah tempat kerjaku. Aku perlu menjalankan usahaku, jadi
keluarlah.” Tegas Hye Rim
“Berapa pendapatanmu sehari? Aku bisa menggantinya.” Kata Ju Ni sombong berjalan mendekat
“Siapakah yang bertanggung jawab
untuknya?” tanya Hye Rim seperti tak peduli
mencari orang yang berdiri dibelakang Ju Ni
“Aku sedang berbicara!” teriak Ju Ni lalu melotot menyuruh Hye Rim menatapnya
dan bicara
Hye Rim mulai berbicara dengan bahasa prancis, seperti
mendengar pesan yang masuk ke teliganya. Ju Ni bertanya apa yang dilakuanya.
Hye Rim memberitahu dipanggil Madam Antoine dengan tubuhnya adalah
media bagi roh Marie
Antoinette, ratu Prancis jaman dulu.
“Tapi jika kau terus bersikap
seperti ini, kemarahan
ratu akan...” jelas Hye Rim, Ju Ni malah menjerit
kalau Hye Rim sudah gila dan langsung menarik rambutnya.
Hye Rim menjerit kesakitan, Seung Chan turun dari lantai
dua dan Ji Ho masuk dari pintu depan. Ju Ni menghempaskan badanya kearah
dinding, meminta agar menahan Hye Rim dengan wajah ketakutan. Hye Rim binggung
melihat tingkah Ju Ni seperti mendapatkan kekerasan darinya.
“Aku hanya memintanya untuk
membuatkanku secangkir
kopi yang baru, tapi... dia
menjambakku, dan...” ucap Ju Ni menangis untuk
mencari perhatian
“Aku... aku... Ini sangat konyol sampai aku tidak bisa
berkata-kata... Kau
mengenalku, kan?” kata Hye Rim, Seung Chan
pun yakin Hye Rim tak mungkn melakukan itu.
Ju Ni semakin menjerit dengan air mata buayanya, bertanya
apakah Ji Ho berpihak juga pada Hye Rim. Ji Ho mengatakan Tanpa
bukti yang kuat, aku
tidak bisa membuat keputusan. Ju Ni langsung
berteriak memanggil So Hyun.
Soo Hyun sudah turun melihat kegaduhan dilantai satu, Hye
Rim terlihat binggung. Ju Ni seperti drama queen, merasa tidak adil karena Hye
Rim sudah menjambak rambutnya. Hye Rim membela diri, tapi Soo Hyun tak percaya,
Seung Chan heran dengan sikap kakaknya.
Ju Ni merasa hanya Soo Hyun yang bisa mengerti dirinya,
Soo Hyun menegur Ju Ni yang masih ada ditempat itu padahal Konsultasinya sudah lama berakhir, jadi meminta agar segera pergi. Ju Ni pergi dengan
memberikan kiss bye dan menatap sinis sambil menyenggol pundaknya.
Di lantai dua
“Aku juga tahu kita harus melindunginya sebisa mungkin karena dia datang untuk mendapatkan perawatan. Tapi...” ucap Hye Rim geram, Ji Ho memohon agar Hye Rim tak
marah lagi
“Apa kau pikir aku bisa menghilangkannya begitu saja? Aku juga manusia,
kau tahu! Dan di
depan semua orang, dan juga... Apa Profesor jatuh cinta padanya ketika konsultasi?” dugaan Hye Rim
Ji Ho rasa tak mungkin bahkan Hye Rim tak perlu
mengkhawatirkan itu karea Soo Hyun tidak pernah menyukai
siapa pun. Hye Rim tak percaya mendengarnya Ji Ho
menceritakan Soo Hyun terkenal di lingkungan Psikologi dengan kalimat "Seorang psikolog tidak
mengenal cinta. Aku
tidak pernah menyukai siapa pun." Hye Rim
mengingat saat Soo Hyun menyatakan menyukainya.
“Lalu... apa ada kemungkinan dia akan menyukai seseorang?” tanya Hye Rim
“Entahlah, Aku rasa Tidak pernah selama 35 tahun ini jadi kemungkinan hal itu tiba-tiba terjadi... mendekati nol.” Kata Ji Ho
“Kalau begitu, semua itu bohong!” jerit Hye Rim, Ji Ho binggung dan ingin bertanya, tapi
Hye Rim sudah berjalan cepat menuju ruangan Soo Hyun.
Soo Hyun benar-benar kaget melihat Hye Rim menerobos
masuk ke dalam ruanganya. Hye Rim langsung berhadapan langsung dengan mata
melotot. Soo Hyun mengerti Hye Rim datang keruanganya, dan menjelaskan sebagai
Konsultan psikolog harus melakukan hal seperti itu pada Ju Ni.
“Aku sudah tahu itu, tapi aku
dengar kalau kau
tidak pernah menyukai seseorang. Jadi
kenapa kau melakukan itu padaku?” teriak Hye
Rim, Soo Hyun terlihat kaget dengan mengigit bibirnya.
“Dari siapa kau mendengarnya?” kata Soo Hyun dengan gugup
“Kau tidak perlu tahu! Kenapa kau berbohong padaku?” teriak Hye Rim
“Aku tidak pernah berbohong
padamu. Ini Benar...” ucap Soo Hyun yang disela langsung oleh Hye Rim
“Untuk seseorang yang perasaannya tulus, Apa mereka menulis buku harian bodoh seperti ini?” sindir Hye Rim
Soo Hyun membela diri kalau sudah membuatkan gambar juga,
Hye Rim menegaskan tak peduli dengan
yang lain, tapi ia perlu tahu alasan Soo Hyun
berbohong padanya dan alasan mempermainkanya seperti ini.
Soo Hyun menatap Hye Rim seperti melihat pilihan
jawabnya [Katakan kau menyukaiku dengan tulus!] lalu yang kedua [Buatlah aku percaya kalau kau menyukaiku!] [Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh!] [Buatlah aku mengerti! Tegaskan itu padaku!]
Akhirnya ia mendorong Hye Rim kedinding, Hye Rim terkejut
menatap Soo Hyun yang sangat dekat jaraknya. Soo Hyun dengan wajah seriusnya
bertanya apa yang diinginkan Hye Rim sekarang dan harus melakukan apa. Hye Rim
dengan gugup meminta untuk berkencan. Soo Hyun setuju, mereka akan bertemu jam
satu siang besok, lalu keluar ruangan. Hye Rim masih shock tak percaya dengan
yang dikatakanya barusan.
Ji Ho berjalan dilorong perpustakan sambil membawa banyak
buku, Yoo Rim datang dengan membaca kamera mengeluh karena tak ada hal lain
yang dilakukan Ji Ho hanya membaca dan belajar, menurutnya sangat menjenuhkan
“Kau tidak pernah berkencan sebelumnya, kan? Metode yang kau ajarkan padaku gagal ucap Yoo Rim heran” Kata Ji Ho seperti tak ingin mencoba
lagi
“Dasar, sekarang kau... menjadikanku alasan? Berkonsentrasi untuk melakukannya
dengan benar Dan kau
akan membuat para gadis tergila-gila
padamu.” Kata Yoo Rim, Ji Ho tiba-tiba mencium pipi Yoo Rim
“Bagaimana dengan yang ku lakukan barusan? Aku melihatnya di TV tadi malam. Apa itu akan berhasil?” tanya Ji Ho
“Berhenti menonton yang seperti
itu! Itu
membuat para pria salah
memahami semuanya!” teriak Yoo Rim mendorong Ji
Ho untuk menjauh
Semua orang yang ada diperpustakaan langsung menatap
keduanya, Yoo Rim baru menyadarinya dan langsung meminta maaf pada semuanya,
lalu kembali berbisik kalau wanita hanya takluk pada hal seperti yang dilakukan tadi kalau
pria yang disukainya itu melakukannya, lalu memberitahu kalau itu dilakukan namanya kurang
ajar. Ji Ho dengan wajah polosnya seperti baru tahu, lalu memutuskan tak akan
melakuan lalu pergi tanpa rasa bersalah. Yoo Rim merasakan pusing sejenak
melihat tingkah Ji Ho.
Hye Rim sudah siap dengan berdandan dan melirik kearah
tangga, Soo Hyun menuruni tangga dan langsung berjalan begitu saja, Hye Rim
heran melihat Soo Hyun seperti tak peduli. Didepan Pintu, Soo Hyun malah
bertanya, apakah Hye Rim tak ingin ikut denganya. Hye Rim kesal melihat Soo
Hyun acuh padahal mengajaknya berkencan.
Didalam mobil, Hye Rim dengan wajah manis menanyakan
kemana mereka akan pergi, berpikir akan pergi ke Bioskop atau Restoran. Soo Hyun malah heran dengan harapan Hye Rim karena
mereka akan pergi ke agen real estate untuk menyelidiki pasiennya. Hye Rim heran mereka harus mencari tahu tentang Ju
Ni
“Kenapa kau menyelidikinya? Bukankah kau hanya perlu untuk menanyai dan memeriksanya?” kata Hye Rim
“Orang yang bekerja dengan menipu
orang lain
tentu bisa melakukannya seperti itu. Tapi
selama menjadi konsultasi psikologis, semakin banyak yang kuketahui,
semakin baik. Dan juga,
orang dengan HPD cenderung enggan
untuk memberikan detail pribadi. Jadi,
aku harus melakukan pemeriksaan
latar belakang tentangnya.” Jelas Soo Hyun, Hye
Rim pun hanya bisa diam.
Keduanya pergi ke agen real estate, paman pemilik
perumahan menceritakan Ju Ni lahir tempat itu dan tinggal sampai umur 17
tahun. Hye Rim menanyakan dengan orang tua Ju Ni, Paman real
estate menceritakan keduanya orang yang baik.
Di toko buku, Ahjumma menceritakan Ibu Ju Ni sibuk bekerja di pasar. Paman penjahit memberitahu ayah Ju Ni tinggal di rumah dan menjaga anak-anaknya, bahkan sangat baik saat bermain dengan anaknya.
Keduanya pindah ke restoran, Si Bibi sambil membawakan
dua mangkuk Mie memberitahu bahwa ayah Ju Ni sangat baik dalam mengerjakan
pekerjaan rumah tangga., maka dari itu ketiga
anakny berhasil dengan baik, temasuk Ju Ni. Hye Rim melihat pesanan jajamyun sudah datang lalu
mengajak Soo Hyun makan lebih dulu.
Keluar dari restoran, Soo Hyun melihat catatanya merasa
sudah bisa mengetahui akar permasalahan kepribadiannya. Hye Rim menanyakan apakah sudah mendapatkan jawabanya.
Soo Hyun meyimpulkan Ibu JuNi tak pernah ada dirumah, jadi ia kekurangan kasih
sayang dan mungkin mencoba mendapatkan dari sang ayah.
“Tapi karena ada tiga orang anak, jadi ada sedikit persaingan di
sana. Dan untuk
mendapatkan perhatian paling banyak dari
ayahnya, dia harus berusaha keras akhirnya menjadi Ju Ni yang kita kenal sekarang.” Jelas Soo Hyun, Hye Rim mengangguk mengerti. Soo Hyun
sedikit memberikan senyuman lalu kembali berjalan.
Didepan minimaket, keduanya sama-sama memakan es krim.
“Tapi tidak semua orang dalam
situasi ini, mengalami
gangguan kepribadian sepertinya.” Pikir Hye
Rim
“Tentu saja. Beberapa orang
memiliki kecenderungan lebih
besar untuk menjadi rentan Dan
karena dia adalah artis, itu
menjadi semakin parah. Tapi...
pada akhirnya ini tentang cinta. Karena
dia tidak mendapatkan banyak
cinta sewaktu kecil lalu dia
berusaha mati-matian untuk
dicintai sekarang.” Jelas Soo Hyun
“Lalu, bagaimana denganmu? Aku dengar kau tidak pernah
mencintai siapa pun. Itu
artinya kau sama sekali menutup
dirimu dari cinta. Apa
alasannya?” tanya Hye Rim penasaran
Soo Hyun sempat tersenyum mendengarnya, lalu merasakan
lelehan es mengenai tanganya, wajahnya langsung berubah tegang, kenangannya
bermain komidi putar kembali datang lalu jeritan histeris memanggil ibunya dan
lelehan es krim jatuh mengenai tanganya.
Ia melirik melihat lelehan es jatuh ditanganya langsung
ketakutan seperti ada sesuatu yang menjijikan dalam dirinya, lalu membuat es
krimnya. Hye Rim bingung melihat Soo Hyun terlihat panik, Soo Hyun mengaku tak
terjadi apa-apa. Hye Rim tak percaya ingin melihat tangan Soo Hyun yang sedari
tadi dipegang.
Soo Hyun langsung menariknya dan mengalihkanya dengan
bertanya apa yang ingin dimakanya,meminta untuk memilih satu, antara Boeuf
bourguignon, escargot, atau champignon.
Hye Rim memilih makan Soondae, Soo Hyun mengartikan Hye
Rim ingin Escargot lalu pergi
lebih dulu.
Di sebuah restoran yang cukup mewah, Hye Rim tahu tempat
itu sangat
mahal karena yang ia dengan restoran itu tempat
berbintang 3-Michelin, jadi
banyak orang asing yang makan ditempat itu. Soo Hyun
pikir Hye Rim tak perlu khawatir dengan bangga mengatakan bisa membayarnya jadi
Hye Rim bisa makan setiap hari di tempat itu.
“Sepertinya banyak pasangan
suami-istri yang ke sini.” Kata Hye Rim melihat
sekeliling tempat duduk
“Yah... tidak banyak pasangan muda
yang bisa
makan di tempat seperti ini.” ucap Soo Hyun
“Apa kau berpikir kalau perasaan
orang satu sama lain
akan berlangsung selamanya?” tanya Hye Rim
“Hormon yang dihasilkan dari cinta
hanya dapat
diproduksi maksimal 3 tahun. Selanjutnya
hanyalah rasa sayang.” Kata Soo Hyun dingin
“Kalau begitu... aku rasa waktu kadaluwarsa hormonku terlalu singkat. Karena sepertinya tidak ada rasa sayang yang tertinggal. Seseorang pernah mengatakan... Orang yang bercerai adalah orang yang telah merusak ikatan yang paling penting di dunia di antara dua orang manusia. Aku takut untuk menyukai
seseorang lagi. Di
sisi lain, aku juga ingin mencoba menyukai seseorang lagi. Aku sangat aneh, kan?” cerita Hye Rim, Soo Hyun terdiam menatapnya lalu memalingkan
wajahnya dan memilih untuk minum.
“Jadi, karena itu aku ingin kau membuktikannya padaku kalau kau
menyukaiku. Karena
jika tidak berhasil lagi, aku
rasa aku benar-benar akan hancur.” Jelas Hye
Rim berusaha untuk memotong dagingnya.
Soo Hyun ingin membantu Hye Rim untuk memotongkan
untuknya, Hye Rim tersenyum menerima perhatian dari Soo Hyun, lalu
mengungkapkan komentarnya melihat Soo Hyun hari ini seperti orang
yang baik. Soo Hyun menatapnya dan hanya memberikan
senyuman terpaksanya.
“Oh iya. Tapi... kenapa kau
melakukan penelitian
itu padaku?” tanya Hye Rim, Soo Hyun kaget sampai
membuat daging steaknya terpental ke wajah Hye Rim, lalu berpura-pura santai
menanyakan keadaanya.
Hye Rim sempat melonggo seperti tertampar daging, lalu
mengambil tissue mengatakan baik-baik saja. Soo Hyun meminta maaf karena merasa
gugup lalu mengubahnya dengan pengakuan tidak
terlalu pandai menggunakan
pisau dan memberikan tissue dari atas mejanya. Hye Rim
menerimanya, akan menganggapnya sebagai pengalaman massage yang unik.
“Tapi, apa yang tadi sedang kita
bicarakan?” ucap Hye Rim ingin kembali membahasnya.
“Yah... tidak penting sepertinya.” Kata Soo Hyun mencoba mengalihkan dengan wajah gugup,
mencoba kembali memotong steak milik Hye Rim.
Di dalam parkiran, Soo Hyun kaget mengetahui lampunya
mati. Petugas memberitahu lampu mati dan tidak
tahu kapan
akan menyala kembali, jadi apabila ingin
mengambil mobil maka mereka harus berjalan kaki ke lantai atas karena lift juga
tak jalan.
Soo Hyun berjalan kearah tangga dengan penerangan hanya
dari lubang angin diluar, lalu melangkah menaiki tangga. Hye Rim agak kesusahan
untuk menaiki tangga yang gelap bahkan mengunakan sepatu heels. Baru beberapa
langkah pijakan kakinya tak tepat dan hampir jatuh. Soo Hyun menatapnya.
Hye Rim berpura-pura baik-baik saja dan menyuruh Soo Hyun
jalan lebih dulu saja. Soo Hyun menuruni satu langkah lalu mengulurkan
tanganya, Hye Rim menatap dengan wajah gugup akhirnya menaruh tanganya agar
bisa berpegangan. Soo Hyun pun menuntun Hye Rim untuk menaiki tangga.
Soo Hyun mulai menuliskan laporan dalam komputernya dengan
wajah serius
“11 December.... Aku bertemu secara
pribadi dengan subjek Go Hye Rim untuk pertama kalinya. Dengan menggunakan perantara jika dia berpikir
kami akan pergi ke bioskop atau restoran suasana hatinya terlihat
menjadi lebih baik. Aku melihat kemungkinan dia akan menjadi kekasihku. Khususnya, kontak
fisik yang kulakukan di tempat parkir merupakanide yang sangat bagus.”
Soo Hyun tersenyum sendiri menulis laporanya, lalu
teringat kembali ucapan Hye Rim ketika direstoran “Jadi sepertinya, karena itu aku ingin kau membuktikannya padaku kalau kau menyukaiku Karena jika tidak berhasil lagi, aku rasa aku
benar-benar akan hancur. “
Wajahnya langsung berubah tak enak hati dan merasa
kasihan, akhirnya memberikan tulisan dibagian bawah “Poin yang perlu diwaspadai: perasaan pribadi. Selalu ingat bahwa penelitian terpenting dalam hidupku sedang dipertaruhkan!”
Hye Rim membuat kopi dalam cafenya, lalu melamun
mengingat saat Soo Hyun mau mengulurkan tanganya saat menaiki tangga, seperti
merasakan perasaan yang berbeda mendapatkan perhatian dari seorang pria.
Seung Chan menuruni tangga sampai ke lantai satu,
memanggil Hye Rim tapi tetap saja diam dengan lamunanya, sampai akhirnya
mengoyangkan tanganya. Hye Rim pun sadar dengan kedatangan adik Soo Hyun. Seung
Chan tersenyum menanyakan apa yang sedang di pikirkan Hye Rim.
Hye Rim menatap tangannya, seperti masih merasakan
genggam tangan Soo Hyun. Seung Chan binggung menatap tanganya juga seperti tak
ada bedanya. Soo Hyun masuk ke cafe dengan wajah kedinginan, keduanya saling
menatap. Hye Rim menundukan kepalan untuk menyapanya.
Soo Hyun terlihat canggung membalasnya, lalu berjalan ke
lantai dua. Seung Chan melihat kakaknya dan Hye Rim terlihat beda, merasakan
ada sesuatu yang terjadi dengan mereka berdua.
Seung Chan memanggil Hye Rim baru saja dari dapur,
menanyakan apakah ia memiliki waktu luang nanti malam. Prof Bae baru keluar
dari ruanganya mendengarnya, Hye Rim menanyakan kenapa Seung Chan menanyakan,
Seung Chan mengajak ke bagian meja receptionist.
Prof Bae sengaja berjalan untuk ingin mengetahuinya,
Seung Chan ingin menunjukan sesuatu jadi mengajak Hye Rim untuk main baseball
bersama. Hye Rim setuju akan bertemu jam 7 malam setelah makan malam. Seung
Chan langsung mengangkat jempolnya tanda setuju dengan pilihan waktunya. Hye
Rim pun kembali ke lantai satu.
Prof Bae kembali berjalan dan memberikan senyuman ketika
berpapasan dengan Seung Chan, tapi dalam hatinya bergumam “Apa yang harus kulakukan? Kembali ke ruanganku? Atau lewat saja?Tapi... kami bahkan belum mengobrol banyak akhir-akhir ini... Aku harus mengatakan sesuatu padanya... Tapi apa yang harus aku ucapkan?” Akhirnya ia memilih untuk menghampiri Seung Chan di meja
receptionist.
“Choi Seung Chan.. Apa anak muda sepertimu tidak
punya rencana
untuk masa depan?” tanya Prof Bae dengan nada
tinggi , Seung Chan binggung karena Prof Bae tiba-tiba berbicara dengan nada
tinggi.
“Ya ampun... ada apa
denganmu? Kenapa kau tiba-tiba berteriak padanya?” gumam Prof
Bae panik
“Karena aku frustrasi melihatmu
yang masih muda berada
di balik counter seperti
ini. Apa kau
tidak punya rencana atau
mimpi?” tanya Prof Bae
“Ini baru satu tahun sejak aku berhenti dari bisbol profesional.” Kata Seung Chan
“Satu tahun adalah waktu yang
lama. Kau masih
terlalu muda. Apa yang
kau lakukan membuang-buang waktu seperti ini saat kau tidak punya waktu untuk
bersantai?” nasehat Prof Bae
Seung Chan pun hanya bisa mengucapkan permintaan maafnya,
Prof Bae kembali bergumam merasakan dirinya seperti ibu yang memarahi anaknya
dan meminta agar menghentikanya, lalu mengatakan kalau Seung Chan melakukan
dengan baik. Seung Chan pun mengangguk seperti seorang anakn mengerti dengan
nasehat orang tuanya. Prof Bae berjalan dengan wajah panik melalui lorongnya,
lalu bersandar di dinding agar bisa menenangkan dirinya.
Tiang lampu yang tinggi dan besar mulai menyala
bergantian, Hye Rim melihatnya dengan wajah takjub, berada ditengah lapangan.
Seung Chan dengan bangga kalau itu keren karena bisa menyalakan semua lampu dalam
lapangan base ball. Hye Rim mengakuinya dan akan belajar dari pemain
profesional. Seung Chan pun mengajak Hye Rim bermain baseball sambil belajar.
“Jadi Kau ingin bermain base ball? Bukankah setidaknya diperlukan sembilan orang untuk itu? ”ucap Hye Rim binggung
“Aku beri tahu caranya.” Kata Seung Chan lalu melemparkan sarung tangan baseball
pada Hye Rim.
Hye Rim mulai bersiap-siap untuk melempar bola dan Seung
Chan siap dengan pemukulnya, Hye Rim melempar bola dan Seung Chan bisa
memukulnya lalu berlari. Hye Rim bisa menangkap berusaha mengejar Seung Chan
untuk melempar bola.
Keduanya berlari mengelilingi lapangan base ball, Hye Rim
pun memberi tanda kalau Seung Chan melakukan home run. Seung Chan tak bisa
menurunkan kecepatan larinya akhirnya sengaja menabrak Hye Rim dan keduanya
jatuh bersama.
Keduanya tertawa bersama dan Seung Chan menghela nafas
beberapa kali. Hye Rim binggung melihat Seung Chan beberapa kali menghela
nafas. Seung Chan seperti tak menyadarinya, Hye Rim menceritakan Seung Chan
menghela nafas lumayan sering.
“Kenapa? Apa kau mengkhawatirkan
sesuatu?” tanya Hye Rim
“Aku mendapatkan ceramah dari Profesor Bae hari ini. Dia berkata padaku "apa boleh anak muda
sepertimu hidup
seenaknya seperti ini?" Llau kata-katanya
terus datang menghantuiku. Aku
sudah berhenti, jadi aku tidak
bisa kembali ke bisbol dan
bisa menjadi pelatih atau wasit adalah
sebuah keajaiban.” Cerita Seung Chan
“Apa kau mesti melakukan sesuatu? Dalam hidup, kadang kau harus
melakukan sesuatu
yang tidak mau kau lakukan. Walaupun ,
tidak semuanya bias diselesaikan
dengan paksaan.” Komentar Hye Rim
Seung Chan menatap Hye Rim seperti terkesima dengan
ucapanya, lalu menopang tubuhnya dengan tangan dan berkomentar perkataanya itu
cukup keren. Hye Rim mengejeknya kalau Seung Chan itu baru tahu tentang
dirinya. Seung Chan memberikan perhatian dengan merapihkan rambut Hye Rim
kebelakang telinga. Hye Rim terlihat gugup dan saling menatap, ponselnya
berdiri, memilih untuk cepat bangun dan menjauh menerima telpnya.
bersambung ke part 2
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar