Young Gon tertunduk diam dibangku taman, Hong Sul baru
keluar melihat Young Gon bergumam “Melihat dia seperti itu membuatku kasihan padanya. Sejujur, yang Yong Gon katakannya tidaklah semuanya
salah” lalu memberanikan diri menghampirinya
untuk menanyakan keadaanya. Young Gon hanya melirik lalu membuang mukannya.
Yoo Jung baru akan menuruni tangga dari jendela melihat
Hong Sul berbicara dengan Young Gon. Hong Sul mengatakan kalau sikap Young Gon
berlebihan jadi meminta agar meminta maaf juga pada Bo Ra. Young Gon tetap saja
tertunduk diam tanpa mau menatap Hong Sul.
“Mereka tidak menerimamu karena kau terlihat tidak tulus. Jangan bersikap seperti itu. Bersikaplah lebih tuluslah
tak usah terburu-buru. Bagaimana menurutmu?”
ucap Hong Sul
Young Gon tetap diam dan makin membuang muka, Hong Sul
hanya bisa mengaruk kepala dengan wajah bingung, akhirnya mengeluarkan minuma
dari dalam tasnya dan menaruh dibangku, berpesan agar Young Gon meminumnya,
lalu menepuk pundaknya sebagai tanda semangat. Yoo Jung menatap dingin melihat
Hong Sul memberikan minuman pada Young Gon. Sementara Young Gon seperti
menganggap ada sesuatu karena Hong Sul memengan pundaknya.
“Seharusnya waktu
itu aku tak mendekatinya saja. Sejak itu, Oh Young Gon mulai terobsesi
padaku, bahkan semakin parah saja.”
Hong Sul berjalan pulang dan merasakan ada yang
mengikutinya, Young Gon tiba-tiba sudah ada dibelakanganya membuat Hong Sul
benar-benar kaget. Young Gon binggung melihat Hong Sul yang kaget melihatnya,
Hong Sul menanyakan sedang apa Young Gon didepan rumahnya.
“Aku kebetulan lewat sini tadi dan , kau tinggal di sini, 'kan? Ayo, aku akan mengantarmu pulang.” Ucap Young Gon berjalan memeluknya, Hong Sul melepaskan
dan menolaknya.
“Bukannya kau memintaku untuk
tulus? Aku
sungguh menyukaimu. Tapi,
kenapa kau tak menyadari
perasaanku?” kata Young Gon
“Bukan begitu maksudku, Aku tak menyukaimu!” tegas Hong Sul meninggalkanya, Young Gon malah
tersenyum mengikutinya.
“Apa
yang kau tak suka dariku? Hei, Hong Seol! Apa
kau sedang jual mahal? Aku menyukaimu, kau
mau ke mana?” ucap
Young Gon berlari mengejarnya.
Hong Sul membuka kotak hadiahnya, lalu mengumpat kesal
Young Gon sangat menjijikkan,
lalu melemparkanya, terlihat ada banyakan tumpukan hadiah yang diberikan Young
Gon padanya, lalu menelpnya.
“Bukannya sudah kubilang jangan memberiku hadiah lagi? Berhenti mengirimkanku hadiah!” jerit Hong Sul kesal
“Kenapa? Kau tak menyukainya? Itu hadiah mahal yang aku berikan” ucap Young Gon dari ujung telp. Hong
Sul tak peduli
“Kenapa kau membuatku kesal?” ucap Young Gon, Hong Sul menjerit menyuruh tak
menelpnya.
“Yoo Jung bilang, kau akan suka dengan barang yang mahal.” Kata Young Gon, Hong Sul menutup telp dan melempar
ponselnya dengan kesal.
Hong Sul menemui Yoo Jung sedang berbicara dengan Sang
Chul, dengan memberikan hormat lebih dulu ingin menanyakan sesuatu padanya,
kalau Young Gon bilang Yoo Jung yang memberitahunya
untuk memberikan hadiah.
“Berkat kau, dia terus menggangguku dan membuatku menderita.” Ucap Hong Sul dengan tatapan sinis
“Dia memang aneh sekali. Saat itu, kita sedang main basket dan memukul Jung, lalu dia terus mengikuti Jung untuk meminta maaf, 'kan? Selain itu juga dia bilang, hanya kau yang peduli padanya. Kami hanya ingin dia lebih ramah lagi. Tapi, dia malah menjadi lebih aneh, gila!” jelas Sang Chul membela Yoo Jung
“Aku minta maaf.... Aku tak berniat membuatmu menderita.” Kata Yoo Jung
“Jadi, kalian menikmati sikap
anehnya? Dan
sekarang yang salah
adalah Oh Young Gon? Lalu menumpahkan Semuanya
adalah salahnya?” ucap Hong Sul sinis
Sang Chul yakin kalau Young Gon memang biang masalah, Yoo
Jung menatap Hong Sul, Akhirnya Hong Sul memilih untuk meminta maaf lalu pergi
meninggalkan keduanya.
“Aku tak tahu apa yang
terjadi.Tapi, Oh Young Gon tak
pernah datang lagi menemuiku. Meskipun
aku sedikit khawatir, aku
berusaha melupakannya.”
Hong Sul makan dengan tatapan kosong sambil bergumam
menurutnya tak perlu lagi mengkhawatirkannya karena mungkin Oh
Young Gon memang
ingin menjauh jadi lebih baik melupakanya, tanpa sadar
ada nasi yang menempel diwajahnya.
Yoo Jung duduk didepanya mengambilkan nasi yang menempel
dipipi, Hong Sul panik takut dilihat orang lain. Yoo Jung pikir untuk apa malu
karena Semua orang sudah tahu tentang hubungan mereka.
“Tapi, aku masih belum
bisaterbiasa dengan perubahan ini. Seseorang
yang sangat jauh dariku
malah menyatakan cinta padaku. Dan kenapa semua orang terus mengamatiku? Membuatku risih
saja. Seolah-olah
mereka tidak
percaya. Dengan
ekspresi seperti ini, aku tahu pasti mereka
berpikir "Tak mungkin dia pacar Sunbae."” Ucap Hong Sul kesal, Yoo Jung hanya tersenyum menahan tawa mendengarnya.
“Jangan tertawa. Aku sedang
serius.. Sebaiknya aku pakai kaca mata hitam saja sekarang. Aku sudah seperti artis sekarang
ini.” kata Hong Sul. Yoo Jung hanya bisa tersenyum kembali.
Ibu Hong Sul berbicara dengan adik iparnya kalau
bisnisnya kali gagal maka tamat sudah kehidupanya, dan memohon agar membujuk
suaminya bisa berhenti tergoda dengan ajakan bisnis. Adik ipar meminta kakak iparnya tak perlu khawatir
nanti akan mencoba bicara dengan kakaknya.
“Kakak ipar, Apa dia pelayan baru?” tanya Adik ipar melihat In Ho lalu lalang didepan
mereka, Ibu Hong Sul membenarkanya.
“Sepertinya dia kuat juga.” Komentar Adik ipar, Ibu Hong Sul setuju karena In Ho
bisa mengontrol sikap anak bungsunya yang tak bisa diatur.
“Aku akan merenovasi kafe dan sampahnya sangat membuatku
pusing. Apa aku
bisa meminjamnya sebentar? Dan, aku yang akan membayarnya
nanti.” Ucap Adik ipar
Ibu Hong Sul memanggil In Ho mengenalkan pada paman Sul,
lalu menawarkan perkerjaan untuk membantu membereskan kafe dan akan
membayarnya, In Ho tak banyak pikir lagi langsung setuju.
In Ho membereskan cafe yang sangat berantakan dengan sisa
kayu ke dalam karung, Paman datang membawakan minuma menyuruh In Ho istirahat
lebih dulu. In Ho pun menerima minuma dari Paman Hong Sul, yang menyegarkan
dahaganya.
“Selanjutnya gudang penyimpanan, Apa kau bisa?” ucap Paman Hong Sul menambah lagi pekerjaanya. In Ho
pun setuju membereskanya.
Didalam gudang In Ho tak sengaja menemukan sebuah piano
yang berdiri disudut ruangan. Perlahan membukanya, ada raut wajah sedih dari
mata In Ho lalu duduk didepan piano.
Flash Back
In Ho memainkan piano dengan irama cepat, In Ha yang
menonton dengan sengaja memilih untuk bersandar di pundak Yoo Jung. Setelah
selesai semua memberikan standing applouse termasuk Yoo Jung, Prof yang
melihatnya tak percaya Prof pelatih In Ho bisa menemukan anak yang jenius. Prof
Pelatih In Ho yakin kalau anak muridnya bisa sukses jika terus berlatih.
In Ha menatap foto Yoo Jung mengungkapkan kalau pacarnya
itu ganteng sekali, walaupun tak pakai gel tetap rambutnya tetap keren. In Ho
datang bersama Yoo Jung melihat lukisan yang dibuat In Ha, In Ho mengejek
melihat lukisan dengan model gambar Yoo Jung, menurutnya itu hanya kumpulan
debu saja.
Yoo Jung menyuruh In Ho mengembalikanya karena sang kakak
sudah berusaha melukiskanya, In Ho kesal Yoo Jung selalu membela kakaknya,
menurutnya nanti sang kakak jadi mengkhayal untuk melanjutkan sekolah keluar
negeri dan membuka gallery lukisan.
“Baek In Ha, jujur padaku, Apa kau seperti ini karena dulu Bibi melarang sekolah seni? Menyerah sajalah, Dengarkan kata-kata adikmu ini.” ucap In Ho
In Ha langsung menyerangnya dengan memukul kepala adiknya
membabi buta, Yoo Jung berusaha melepaskanya tapi In Ha tetap mencengkram baju
In Ho.
“Apa kau pikir kau ini hebat hanya karena jago bermain
piano? Aku akan
mematahkan jari-jarimu dan
membuatmu berhenti berpiano. Ingat
itu.” Ucap In Ha mengancam dengan mata melotot, Yoo Jung
menariknya agar berhenti berkelahi
In Ho melihat kakaknya sangat marah, In Ha ingin
menginjak tangan adiknya. In Ho dengan cepat menariknya sebelum kena hak sepatu
kakaknya, In Ha menghela nafas memilih keluar ruangan, In Ho mengumpat
kakakknya sudah gila dan sangat jahat.
In Ho menonton TV sambil makan popcorn, Yoo Jung
memberitahu kalau In Ha itu sudah berhenti kelas Seni. In Ho merasa tak peduli
merasa kakaknya baru mengerti kalau jurusan itu tak cocok denganya. Yoo Jung
meminta agar In Ho mengkhawatirlah pada kakaknya dan juga kasihan, karena In Ha sangat menyukai dalam
hal melukis. In Ho pikir kalau memang tak bisa yah tak bisa lalu mengajak Yoo
Jung main basket.
In Ha menjerit dikamarnya, mencari tas kulit buayanya
dalam lemari, lalu melihat tas berwarna emas berkulit buaya tapi enggan
digunakan karena edisi
terbatas. Tak sengaja menemukan tabung bekas
lukisan Yoo Jung, hanya melihatnya membuatnya kesal dan akhirnya mengunting
lukisanya.
“Waktu itu, aku tak
tahu. Apa artinya melepas sebuah impian. Sebuah emosi timbul, saat kau mengingat kembali impian yang kau lepas.” Gumam In Ho
Tanganya mencoba memegang piano, ditarik kembli belum ada
keberanian dalam dirinya. Pelahan memberanikan diri memainkanya, tapi tak ada
suara yang keluar dan mencari-cari kabelnya. Paman Hong datang karena tak ingat
waktu lalu menyarankan agar In Ho kembali ke restoran karena mungkin disana
sedang sibuk. In Ho setuju dan akan kembali membereskan semuanya setelah dari
restoran, Paman Hong pun tersenyum dan mengajak In Ho untuk segera bersama-sama
ke restoran.
Hong Sul tersenyum bahagia karena sesekali tak merasakan
pulang naik kereta yang sesak. Yoo Jung berjanji akan mengantarnya pulang kalau
memang memiliki waktu luang, menurutnya itu sama seperti kencan. Hong Sul
tersipu malu, lalu menanyakan dengan semester akhir pacarnya itu.
“Semuanya sedang sibuk cari kerja.”cerita Yoo Jung
“Kau ingin kerja apa nantinya?” tanya Hong Sul
“Entahlah.... Aku mungkin akan lanjut di luar
negeri” ungkap Yoo Jung
“Di luar negeri? Lalu, bagaimana denganku?” gumam Hong
Sul sedih
“Sekarang Aku ingin fokus pada magang dulu.” Jelas Yoo Jung, Hong Sul dengan wajah sedih merasa
kalau mencari pekerjaan itu sulit dimasa sekarang.
“Sejujurnya...Taerang Grup... adalah perusahaan ayahku.” Akui Yoo Jung
Hong Sul menjerit kaget, Yoo Jung tertawa meminta
pacarnya tak memberitahu yang lain karena hanya
ingin memulai semuanya
dari awal, jadi memilih untuk magang ditempat
ayahnya.
“Dia adalah anak
pengusaha kaya yang selalu dibicarakan orang. Dunia kami sungguh berbeda. Keluargaku hanya pemilik toko mie. Itu pun masih tak pasti untuk biaya
kuliah Jun, bahkan magang pun menyulitkanku. Tapi, dia...” gumam Hong
Sul menatap ke arah depan dengan sedih
Hong Sul bertanya apa menjadi apa 5 tahun kedepan, Yoo
Jung pikir akan membuka
manajemen traning. Hong Sul menatap Yoo Jung dan
kembali bergumam “
Aku terlihat begitu kecil disisinya. Aku tak bisa melihat masa depanku
bersamanya.” Yoo Jung melihat Hong Sul nampak sedih, lalu
menanyakan apakah terjadi sesuatu. Hong Sul mengatakan tidak ada dan mengaku
hanya penasaran saja.
“Setelah wisuda nanti, setelah waktu berlalu, apakah aku masih duduk di sini? Aku hanya penasaran saja. Yah...Begitulah.” kata Hong Sul, Yoo Jung tersenyum tipis mendengarnya.
Hong Sul menunjuk arah agar berbelok ke kiri.
Hong
Sul akan turun didepan Gang rumahnya, tiba-tiba Yoo Jung memeluknya, meminta
agar tak mengkhawatirkan hal itu dan menambah pelukan dengan erat.
Keduanya saling menatap, Yoo Jung ingin memberikan
ciuman, Hong Sul yang bingging tiba-tiba memundurkan wajahnya.
Yoo Jung terlihat serba salah dan meminta maaf, Hong Sul
dengan gugup mengaku hanya khawatir saja, lalu menjerit dalam hati “Tidak!!! Jika akhirnya begini saja, sama saja aku bunuh diri!” tak ingin
Yoo Jung melepaskan tanganya.
Tanganya berpindah memegang wajah Yoo Jung sampai
bibirnya siap untuk memberika ciuman, Hong Sul memoyongkan bibirnya untuk
mencium lebih dulu, Yoo Jung terlihat kaku akhirnya hanya bisa menutup matanya.
Hong Sul sampai didepan wajah Yoo Jung dan memberikan kecupan di pipi sang
pacar.
Yoo Jung membuka matanya nampak binggung, Hong Sul panik
dan langsung keluar mobil sambil berlari dengan menutup wajahnya memerah. Yoo
Jung memanggilnya tapi Hong Sul sudah berlari cepat, tiba-tiba hujan turun
sangat deras.
Hong Joon memanggil kakaknya yang berlari kehujanan lalu
menertawainya. Hong Sul memarahi adiknya
bukan membantu direstoran malah berteduh di saat hujan, lalu mencium bau badan
adiknya itu habis minum. Hong Joon megang kepalanya yang dipukul kakaknya, lalu
melihat In Ho sedang berdiri didepan toko.
In Ho melihat colokan yang ada etalase, dan berbicara
sendiri “Lalu aku mau apa jika sudah punya kabel colokan?” Hong Joon
memanggilnya, In Ho mendekat bertanya kenapa mereka ada disana. Hong Joon
langsung berlari dibawah payung dan meminta untuk diantar pulang. In Ho menolak
karena harus pergi kesuatu tempat.
Hong Joon membujuknya kalau tak akan lama untuk mengantar mereka berdua,
lalu mengajak kakaknya untuk bergabung. In Ho mengeluh kesal berpikir dirinya
itu jasa meminjamkan payung gratis lalu menyuruh Hong Joon memegang gagang
payung dan memeluk dua kakak beradik.
“Aku akan bermurah hati hari ini. Sebagai gantinya, traktir aku nanti.” Pinta In Ho lalu berjalan bersamaan ditengah hujan.
Dibelakang mereka terlihat Yoo Jung membawa payung, nampak iri melihat
kedekatan Hong Sul dan adiknya sangat dekat dengan In Ho.
Hong bersaudara sampai rumah, Ibunya heran melihat dua
anaknya pulang bersamaan dan tak basah karena hujan. Hong Joon menceritakan
diantar In Ho sampai rumah. Ibunya tahu In Ho sedang menuju ke
kafe paman karena diminta untuk membersihkan
cafenya dan rela membersihkan gudang.
“Apa paman menetraktirnya minum?” pikir Hong Joon heran
“Kau ini, selalu saja berpikiran untuk minum bir. Kau harus cari uang selama cuti.Ibu mohon.... Kau harus bekerja seperti
kakakmu.” Ucap Ibu Hong Sul sambil memegang tangan Hong Joon
“Kalau begitu, kenapa bukan dia saja yang ke Amerika.” Keluh Hong Joon, Sang kakak langsung memukul topi
adiknya, sang ibu setuju dengan sikap Hong Sul.
“Jangan berani berkata begitu di depan ayahmu.” Perintah Ibunya dan siap memberikan pukulan. Hong Joon
memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.
Hong Sul teringat sesuatu, apakah dicafe pamanya itu
memiliki piano listrik, Ibunya pikir masih ada.
Hong Sul tersenyum sambil memakan roti buatan ibunya.
In Ho sedang mengangkat karung menaiki tangan dan hampir
terjauh karena kaget melihat Hong Sul sudah berdiri didepan pintu gudang. Hong
Sul membawakan colokan panjang, karena tadi In Ho ingin membelinya didepan
toko, lalu memberikan isi dalam tasnya agar bisa digunakan, In Ho binggung Hong
Sul bisa tahu yang dicarinya.
Hong Sul membuka piano merasa ada beberapa yang perlu
diperbaiki, In Ho melihat buku not yang dibawakan Hong Sul, berpikir diminta
untuk memainkanya. Hong Sul menjelaskan tak ada buku yang dimilikinya jadi
membawakan yang ada dirumah.
In Ho melihat disampul depan bertuliskan, “Dunia
Musik Beyer.” Lalu mengejek tulisan nama yang tertera
“Red Seol” seperti tentara, dan itu
buku saat kelas tiga SD, ada tulisan dibawah bukunya, In Ho pun membaca tulisan curhatan Hong Sul pada buku pianonya, “Aku dapat pujian hari ini, senang rasanya. Piano sangat menyenangkan. Aku akan lebih berusaha, semua teman berteriak,
"Semangat!"”
Hong Sul mengambil buku miliknya merasa musik Beyer
terlalu mudah untuk In Ho, jadi memilih untuk membawa
kembali saja semuanya kerumah. In Ho ingin mengambilnya, Hong Sul pikir dengan
barang bawanya itu akan membuat In Ho makin stres saja. In Ho tak terima karena
Hong Sul sudah memberikanya, Hong Sul menarik tasnya merasa In Ho tak
membutuhkanya.
In Ho merasa Hong Sul marah, Hong Sul mengaku tak marah
dan menarik dengan keras tasnya, tarik menarik pun terjadi. Akhirnya Hong Sul
melepaskanya dan membuat In Ho terjatuh. Hong Sul tersenyum karena In Ho membutuhkanya dan
memberikan semangat. In Ho mengumpat kesal masuk dalam rencana Hong Sul, lalu
mengumpat saat Hong Sul meninggalkan gudang.
Akhirnya In Ho mengeluarkan colokan, merasa tertipu lalu
memasang pada piano agar menyala. Pelahan menekan satu not, lalu memainkan
tangga nada dan memulai memainkan lagunya.
Yoo Jung berusaha untuk tidur tapi bayangan kedekatan In
Ho dengan dua bersaudara Hong membuatnya gelisah. Ponselnya berdering dengan
wajah malas mengangkat telpnya.
“Kau akhirnya mengangkat
teleponku! Apa kau
tak akan mengaktifkan
credit card-ku?” jerit In Ha, Yoo Jung hanya
diam. In Ha makin menjerit karena Yoo Jung mengabaikanya.
“Kau lah yang duluan tidak mau masuk di akademi itu, Sekarang Kau harus pindah dari apartement
itu, karena Aku
akan menjualnya bulan ini.” ucap Yoo Jung dengan
mata tertutup,
In Ha menjerit kesal lalu berguling-guling diatas tempat
tidurnya dengan melempar bantal dan membuat lampu tidurnya jatuh berantakan.
Prof Kang masuk ruangan, menyapa Yoon Seob apakah sudah
sarapan, Yoon Seob mengangguk. Prof Kang mengaku karena sibuk hanya bisa makan pisang, lalu melihat sertifikatnya
tapi hanya mendapatkan dua padahal ia mengajak empat mata kuliah, jadi meminta
segera mencetaknya. Yoon Seob terlihat binggung menjelaskanya, Prof Kang
melihat Yoon Seob yang gugup meminta menjelaskanya.
“Sebenarnya, mata kuliah yang anda ajarkan itu ada beberapa yang dibatalkan.
Jadi...” jelas Yoon Seob, Prof Kang menjerit mengetahui ada mata
kuliah yang dibatalkan lalu menanyakan alasanya.
“Kelas berbasis kelompok sedikit mendapatkan masalah... Kita tak bisa mengabaika evaluasi siswa... Anda harus lebih ramah pada nilai mereka di akhri semester.”jelas Yoon Seob
Prof Kang ingin mengumpat tapi menahan diri karena ada
kampus, Yoon Seob menanyakan keadaan Prof Kang. Prof Kang mengaku baik-baik
saja, sambil mengatur nafasnya. Yoon Seob ingin mengambilkan air minum, Prof
Kang yang marah melempar pisangnya untuk Yoon Seob.
Prof Kang menyebutkan mata kuliahnya “Perilaku
Organisasi” lalu membanting buku dimeja membuat
semua muridnya kaget dan menatapnya, lalu ia membahas tentang kabar yang
berhembus anak muridnya tak senang dengan tugas kelompok yang diberikannya, menurutnya tujuan dari tugas itu hanya
menekankan komunikasi
di kelasnya.
“Jadi, bagaimana mungkin kalian tak menyukainya? Apa ini yang namanya kelas? Aku berharap ada yang bisa mengerti dengan prinsipku
ini.. Apa
permintaanku berlebihan? Padahal,
aku punya harapan yang
tinggi pada kalian semua.” Ungkap Prof Kang mengoceh
dengan nada tinggi lalu meminta anak muridnya membuka bukunya.
“Baiklah, semester ini akan berfokus pada nilai individu Tapi, dalam bentuk kelompok. Kalian bisa mementingan nilai
sendiri, Akan ada penilaian 50:50 antara kerja tim dan individu Dan anggota yang menjadi parasit, serta yang tak bekerja sama akan langsung dikeluarkan. Kalian mengerti?” tegas Prof Kang
Hong Sul yang mendengarnya terlihat tegang, karena tugas
kelompok membuat nilainya jelek dimata kuliah Prof Kang. Semua anak menjawab
mengerti dengan ucapan Prof Kang.
In Ho dan Hong Joon berjalan dibawah pohon yang rindang,
Hong Joon baru tahu kampus kakaknya dan melihat kampusnya sangat besar,
menurutnya ketika berada diSeoul maka mereka harus makan juga. In Ho setuju,
Hong Joon pun akan meminta kakaknya untuk mentraktir mereka. In Ho makin setuju
dengan mengangkat jempolnya.
Hong Sul mencoba menelp tapi telpnya tak diangkat,
berpikir sedang ada didalam kelas. In Ho melihat ada mahasiswa membawa alat
musik, lalu dibawa pohon ada musik klasik yang dimainkan. Hong Joon mengajak In
Ho untuk menuju gedung management, In Ho menyuruh Hong Joon duluan karena ingin
mengecek sesuatu dan berjalan mendekati musik klasik seperti sangat
menikmatinya.
Prof Kang masih mengajar dengan campuran bahasa inggris,
mengatakan pelajaran itu akan membantunya nanti pada dunia kerja lalu melihat
jamnya dan memutuskan untuk istirahat selama 10 menit.
Hong Sul memilih untuk membaringkan kepalanya diatas
meja, Pesan masuk ke dalam ponselnya “Aku sedang di kampus bersama In Ho-hyung. Jika kau tak keluar, aku akan
meminta Yoo Jung-hyung yang mentraktirku.” Membaca pesan adiknya, Hong Sul langsung mengumpat
kesal akan keluar kelas.
Min Soo mendatangi Hong Sul mengajaknya untuk makan
sandwich bersama, Hong Sul meminta maaf harus menolak dan akan makan bersama
lain kali dan berlari keluar kelas. Min Soo sempat mengejarnya dan melihat
gantungan ponsel Hong Sul jatuh, ketika ingin memanggilnya Hong Sul sudah jauh.
“Ini milik Sul.... Lucunya,
sangat mirip dengannya.” Komentar Min Soo melihat
gantungan ponsel berbentuk singa.
Hong Sul berusaha menelp adiknya tapi ponselnya tak aktif,
akhirnya mencoba menelp In Ho untuk menanyakan keberadaanya. In Ho terlihat
binggung dengan menatap petujukan musik klasik. Hong Sul mendengarnya, menduga
In Ho sedang ada di jurusan Musik. In Ho menyangkal kalau sedang ada dikamar
mandi lalu menutup telpnya. Hong Sul yakin In Ho sedang di gedung jurusan
musik, langsung berlari mencarinya.
In Ho berjalan kedalam gedung melihat ruangan dengan
seorang wanita yang berlatih piano, lalu berjalan kedepan ada seorang pria yang
berlatih piano dengan seorang dosen. Tiba-tiba sang Dosen melihat In Ho yang
mengintip dari jendela pintu. In Ho berusaha kabur tapi si Dosen mengejarnya
sambil memanggilnya.
Sang Dosen akhirnya menarik In Ho dan bisa mengenalinya,
In Ho binggung dosen itu bisa mengenalinya. Dosen itu sudah pasti mengenalinya karena In Ho adalah
murid Profesor
Noh Eun Ho, lalu bertanya apakah In Ho tak
mengenalinya. In Ho dengan tangan
menunjuk, kalau Dosen itu yang selalu mengikutinya.
“Ya, sepertinya sikap kasarmu belum berubah. Untuk apa kau ke sini?” tanya Dosen
“Aku hanya kebetulan lewat saja.” Kata In Ho ingin pergi, Dosen menahan In Ho untuk tak
pergi.
“Tapi, kenapa kau tak pernah menghubungi Profesor Noh?” tanya Dosen, In Ho dengan ketus mengatakan bukan
urusanya lalu pergi meningalkanya. Dosen itu tetap mengejarnya.
Hong Sul mencari-cari In Ho dibagian jurusan musik,
sambil mengomel adiknya tak juga mengangkat telpnya. In Ho tiba-tiba keluar
dari gedung sambil berlari dan berteriak meminta dosen itu tak mengikutinya.
Hong Sul manggilnya tapi In Ho dengan cepat berlari menghindari si Dosen.
Dosen itu pun memanggil Hong Sul karena tak bisa
mengejar In Ho, dengan nafas terengah-engah bertanya apakah ia mengenal In Ho.
Hong Sul terlihat binggung, Dosen itu mengenalkan diri Prof dari jurusan musik,
bertanya apakah In Ho mahasiswa dikampus itu. Hong Sul mengelengkan kepala. Akhirnya Dosen itu mengeluarkan kartu namanya meminta
agar memberikan pada In Ho dan diminta untuk menemuinya. Hong Sul menganggu
mengerti lalu melihat nama kartu nama tertulis [Universitas YonYi, Shim Myung Soo] setelah itu mengeluarkan ponselnya dan baru menyadari
gantungan singa miliknya hilang.
Yoo Jung berkeliling melihat disemak-semak, Hong Sul
keluar dengan wajah binggung mencari-cari kemana jatuhnya gantungan singanya.
Yoo Jung memanggil Hong Sul, karena sudah mencari ditempat itu dua kali, meminta
agar tak mencarinya lagi. Hong Sul tak bisa merelakan begitu saja karena itu
hadiah pemberian dari pacarnya.
“Kenapa mereka harus dating ke sini? Awas saja mereka!” umpat Hong Sul kesal, mondar mandir mencari gantungan
singanya.
“Jangan marah. Nanti kubelikan lagi. Sekarang Keluarlah, nanti kubantu carikan.” Kata Hong Sul menguluarkan tanganya
Hong Sul akhirnya mendekat, Yoo Jung dengan baik hati
mengendongnya agar bisa melewati tanaman yang tinggi lalu mengajaknya pulang.
Hong Sul belum puas ingin mencari sekali lagi dalam tasnya, kalau memang tak
ada maka akan menyerah. Yoo Jung membantu membereskan lalu melihat kartu nama
Prof Shim dari jurusan musik dalam tas, Hong Sul terlihat gugup menjelaskanya.
“Profesor itu... Dia memintaku memberikan kartu namanya pada Baek In Ho.” Jelas Hong Sul sambil memasukan semua buku dalam
tasnya.
“Aku yang akan memberikannya.” Kata Yoo Jung tak ingin memberikan kartu namanya pada
Hong Sul
“Apa kau mau bertengkar lagi
dengannya? Kartu itu tinggal kuberikan, itu saja kok. ” ucap Hong Sul ketakutan
Yoo Jung mengaku dirinya tak suka Hong Sul melakukan itu
pada In Ho, Hong Sul heran melihat sikap pacarnya itu. Yoo Jung menegaskan
dirinya memang harus bersikap seperti itu sambil menaruh kartu nama dalam saku
celananya. Hong Sul memutuskan mereka akan menemui In Ho bersama karena tak
ingin melihat keduanya bertengkar. Yoo Jung setuju lalu mengandeng tangan Hong
Sul untuk pergi.
In Ho menatap piano didepannya sambil bergumam “Kenapa aku mau memaikan piano sekarang?” Hong Sul
masuk lebih dulu lalu Yoo Jung melihat In Ho yang terus menatap Piano tanpa
memainkanya.
“Apa kau ingin bermain piano?” ucap Yoo Jung, In Ho melihat Hong Sul datang dengan Yoo
Jung ke gudang dengan tatapan sinis.
“Aku bertanya apa kau ingin bermain piano? Prof. Shim Myung Soo meminta kami untuk memberikan ini padamu. Melihat sikapmu ini, sepertinya kau ingin bermain
lagi.” Ucap Yoo Jung memberikan kartu nama Prof Shim, In Ho
dengan sinis tak mengambil kartu namanya. menyuruh Yoo Jung diam saja karena
tak ada urusan denganya.
“Pergilah belajar di luar negeri. Aku akan membiayai sekolahmu.” Ucap Yoo Jung
In Ho mengumpat Yoo Jung benar-benar lucu, Yoo Jung mengaskan dirinya hanya
ingin membantu karena melihat In Ho seperti sangat
bersungguh-sungguh, jadi menurutnya temanya itu
tak harus menjaga
harga dirinya, tapi sekarang dikembalikan lagi pada
keputusan In Ho.
“Tapi, jangan pernah melibatkan Sul
dalam keraguanmu itu.” Ucap Yoo Jung memperingati
lalu mengajak Hong Sul pulang denga memeluknya. Hong Sul hanya bisa diam
mengikutinya. In Ho menghela nafas kesal
bersambung ke episode 8
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Makasih mb dee di tunggu eps 8 nya yach, makin penasaran ama sunbae bener2 misterius...... tapi aq sukaaaa
BalasHapusTuh kan in ha emang sadis parrahh wkkk
BalasHapusDi tunggu mba dee kelanjutannya
Semangaaatt
Lanjut terusssss,
BalasHapusfighting mbk dee ^^