Hong Sul menatap langit-langit, didepanya sudah ada Yoo
Jung dengan jasnya duduk seperti sedang dimeja makan, lalu bertanya kenapa Yoo
Jung ada ditempat itu juga. Yoo Jung terlihat tertunduk dengan wajah dinginya,
Hong Sul pikir seharusnya mereka tak bertemu
seperti ini.
“Apa kau memang punya hobi
berdebat? Kaulah
yang selalu menilaiku dan
salah padam padaku. Sejak
awal, saat pesta itu dan
insiden pendaftaran kelas Sang Chul.” Ucap Yoo
Jung, saat itu juga meja keduanya seperti memajang dan makin memisahkan jarak
yang semakin jauh.
“Kenapa kau selalu saja melebih-lebihkan sesuatu? Kenapa kau selalu ingin berdebat denganku?” ucap Yoo Jung, meja mereka kembali memanjang dan jarak
semakin jauh.
“Kenapa sekarang kau malah menyudutkanku?” balas Hong Sul tak terima
“Ataukah, seharusnya aku berbuat salah saja? Tapi, tidak seperti itu ‘kan. Aku
selau mencoba
yang terbaik. Aku
melepas beasiswa itu, membantumu mendapatkan
tutor, pekerjaan dan tugasmu. Jadi,
apanya yang salah dari itu?” teriak Yoo Jung kesal,
meja mereka makin jauh bergeser membuat tubuh Hong Sul dan Yoo Jung sempat
terpental.
“Tapi, bukan itu yang aku
inginkan!” tegas Hong Sul berdiri dari tempat
duduknya,
“Jadi, kau tak suka kebaikanku? Jujurlah. Kau menyukainya, 'kan? Pikirkan baik-baik. Kau sudah menikmati semuanya, dan kau anggap aku ini jahat? Memangnya kau ingin aku menjadi pria sempurna seperti
apa?” teriak Yoo Jung, lampu diatas meja makan bergoyang dan
akhirnya jatuh, meja pun kembali memanjang dan Hong Sul pun harus terpental
kembali dengan kursinya kebelakang.
“Apa yang akan kau lakukan
sekarang? Apa kau
akan terus membuat jarak
kita semakin jauh begini?” tanya Yoo Jung, Hong Sul
terdiam dengan mata berkaca-kaca
Hong Sul tertidur dengan mimpi hubunganya dengan Yoo
Jung, bunyi pesan masuk ke dalam ponselnya membuatnya terbangun. Bo Ra
mengirimkan pesan “Hong, ayahku sudah keluar dari rumah sakit. Aku akan mentraktirmu nanti.” Akhirnya Hong Sul duduk diatas tempat tidurnya berbicara
sendiri kalau Yoo Jung didalam mimpinya pun selalu mengatakan yang ingin
dikatakanya.
Di cafe
Bo Ra tak percaya Hong Sul itu tak
menghubungi Yoo Jung, padahal kalau itu dirinya
mungkin rela menari hula di Gwangwamun demi dapat pacar
seperti Yo Jung. Hong Sul hanya bisa diam mendengar komentar
temanya.
“Apa kau tak tahu, kau itu sangat beruntung?” ungkap Bo Ra
“Tapi, aku tak suka dengan caranya dan Aku takut akan terbiasa.” Jelas Hong Sul
“Jadi, kau mau apa? Lanjut atau Putus? Aku tahu memang sikapnya itu agak
aneh Dan kau
tak suka dengan sikapnya itu. Tapi,
apa yang kau rasakan? Apa
kau ingin putus dengannya?” tanya Bo Ra yang
membuat Hong Sul terlihat binggung.
Hong Sul bersadar ditempat lesnya sambil mengirimkan
pesan untuk Yoo Jung “Sunbae, aku ingin bertemu...Aku ingin bertemu dan bicara denganmu. Apa kau...Kau punya
waktu besok?” wajah Hong
Sul saat menulis pesan terlihat gugup.
In Ho sedang berjalan dilorong, pesan dari kakaknya
kembali masuk “Uangku sudah habis. Kirimkan aku uang.” Membaca
pesan yang kakak membuat amarah In Ho memuncak dengan mengumpat adiknya itu
gila.
“Kenapa dia selalu minta uang padaku? Memangnya aku ini Bank? Kapan dia bisa sadar ? Aku juga tak punya uang dan Aku kan baru saja memberinya
uang.” Jerit In Ho mengomel sambil berjalan ke tempat foto
copy
Saat itu Hong Sul yang sedang bersadar melihat In Ho
mengomel sendiri bertanya ada apa dengan temanya. In Ho mengungkapkan sedang
dapat masalah serius. Hong Sul bertanya masalah
apa itu. In Ho merasa binggung kapan si rambut Anjing mentraktirnya makan. Hong Sul hanya bisa menghela nafas mendengarnya.
“Sudahlah. Aku bosan terus mengingatkanmu. Tapi, sayang juga sih jika rejeki tidak diterima. Mungkin inilah perasaan saat seseorang meminjam uang pada
kita. Aku jadi
tahu sekarang.” Ungkap In Ho menyindir
“Kenapa kau selalu saja membahas makanan jika bertemu denganku? Kau pasti hanya mengejekku, 'kan?” keluh Hong Sul
“Kau kan yang bilang mau mentraktir karena insiden batu bata itu? WAH! Sekarang kau mau pura-pura lupa, ya? Kau memang "hebat"!” jerit In Ho mengejek, Hong Sul terlihat benar lupa
dengan janji mentraktir In Ho
Akhirnya Hong Sul memutuskan akan mentraktirnya hari
ini. In Ho tak percaya, Hong Sul menyakinkan akan
mentraktirnya. In Ho pun memperingatkan agar Hong Sul tak kabur darinya. Hong
Sul pikir tak akan kabur karena sudah janji.
Yoo Jung mengosok gigi sambil melihat ponselnya, membuka
percakapanya dengan Hong Sul [Aku sudah sampai rumah, kau sedang apa?] akhirnya ia
memilih untuk menghapusnya. Ia melihat kebagian atas ada banyak pesan dan
memilih untuk menghapus semuanya.
Lalu terdiam saat melihat wallpapernya masih ada fotonya
dengan Hong Sul, pesan dari Hong Sul masuk “Sunbae, aku ingin bertemu dan bicara
denganmu. Apa kau punya waktu besok?” Membaca pesan Hong Sul, Yoo Jung langsung dengan cepat menyelesaikan
sikat giginya, masuk ke kamar mandi.
Hujan turun sangat deras, In Ho sudah menunggu didepan
minimarket, Hong Sul mengirimkan pesan akan telat 10 menit. Membaca pesan Hong
Sul, In Ho mengeluh seharusnya Hong Sul tak perlu mengirimkan pesan kalau
memang hanya telat 10 menit saja.
Lalu terdengar suara wawancara yang ada diTV, In Ho
mendekat melihat siaran TV tentang seseorang yang menceritakan seperti
mutiara di padang pasir dan pembaca acara menanyakan
bagaimana menemukan mutiara itu. In Ho terdiam melihat pria yang ada di TV.
“Ya, dia sudah bersinar sejak pertama aku melihatnya. Dia memiliki bakat dan keterampilan yang tinggi. Yang perlu dia lakukan hanyalah terus berlatih saja. Rasanya bisa bertemu dengan anak yang memiliki bakat yang besar adalah suatu kehormatan dalam hidup saya ini.” ungkap sang Maestro, In Ho menatapnya dengan mata
berkaca-kaca dan membiarkan bajunya basah kuyup.
Flash Back
In Ho memainkan piano, seorang memberitahunya harus
tulus di depan pianonya. In Ho terus saja memainkan piano dengan kemauannya, pria
yang berdiri disampingnya mengomel karena In Ho mungkin akan main-main
saat di atas panggung.
“Aku sudah siap dan sangat serius.” Ungkap In Ho lalu kembali memainkan pianonya.
“jangan bersikap angkuh begitu di depan pianomu.” Tegas gurunya, In Ho mengerti dan langsung menganti
irama pianonya dengan beat cepat. Gurunya pun memuji permainan piano In Ho.
“Penonton akan bertepuk tangan jika permaiananmu bisa seperti
ini. Tepuk
tangan itu seperti pisau dan
pujian itu seperti racun. Kau
pasti akan mengerti maksud
perkataanku ini. Kau
tahu ‘kan kau adalah murid kesayanganku?” kata gurunya, In Ho mengerti dengan mengacungkan
jempolnya lalu kembali memainkan piano dengan irama cepat dan membanggakan
kalau dirinya hebat.
Sang guru datang ke rumah sakit, meminta In Ho masuk ke
ruang rehabilitasi saja. In Ho berbaring dirumah sakit dengan luka lebam di
wajahnya, sang guru yang anak muridnya itu pasti bisa sembuh. In Ho menatap
tangan kirinya yang di gips dan tak mungkin bisa bermain piano lagi.
In Ho membiarkan tangan kirinya kena air hujan, seperti
masih membayangkan tanganya itu bisa bermain piano lagi, lalu menatap ke TV ada
anak murid dari gurunya yang bermain piano.
Hong Sul berlari dengan memakai payung, lalu berhenti
melihat In Ho yang terus menatap TV sedang menyiarakan pemaianan piano. In
Homengusap wajahnya yang basah karena air hujan dan tangisnya yang tumpah. Hong
Sul ikut sedih melihat In Ho yang menangis karena tak bisa bermain piano lagi.
In Ho ingin pergi dengan mata memerah, dan tersadar Hong
Sul sudah berdiri didekatnya. Hong Sul berpura-pura tak melihat lalu berlari
dengan memayungi In Ho yang sudah basah kuyup. In Ho mengomel karena Hong Sul
datang terlambat jadi membuatnya basah kuyup kehujanan.
Hong Sul mengikuti In Ho yang berjalan lebih dulu, In Ho
pun akhirnya memegang payung yang dibawakan Hong Sul mengajaknya minum saja
karena hujan turun dengan deras. Hong Sul terdiam sejenak, In Ho menyuruh Hong
Sul untuk cepat mengikutinya.
Sementara Yoo Jung menunggu Hong Sul didepan rumahnya,
seperti berharap pacarnya itu terkejut melihatnya. Lalu melihat ada siput yang
berjalan diatas daun, pelahan memindahkan siput ke tanganya. Ia seperti gemar
dengan binatang yang merayap didedaunan dan berjalan ditanganya.
In Ho memakan pancake dan juga meminum soju, Hong Sul
hanya diam menatap In Ho dengan baju yang sudah kering. In Ho menegur Hong Sul
tak ikut minum, Hong Sul mengaku tak kuat minum jadi ingin pelan-pelan saja. In
Ho mengejek menurutnya selain
belajar tak ada
lagi yang bisa Hong Sul lakukan.
“Dan kau pasti bangga bisa
melakukan semuanya
kecuali malas belajar.” Balas Hong Sul mengejek
“Apa? Aku tak mau berdebat. Apa kau melihatku, Yang tadi itu?” tanya In Ho
“Yang mana ? Saat kau kehujanan?” kata Hong Sul sambil menuangkan soju dan berpura-pura
tak melihatnya. In Ho hanya bisa tersenyum karena Hong Sul menutupinya.
Yoo Jung tiba-tiba datang melihat Hong Sul ternyata ada
dibar itu, lalu duduk disamping Hong Sul. In Ho dan Hong Sul binggung melihat
Yoo Jung datang. Yoo Jung ingat pernah datang dengan Hong Sul jadi mampir ke
tempat itu dan ternyata pacarnya itu ada ditempat itu juga. Hong Sul hanya bisa
diam karena harus bertemu Yoo Jung saat dengan In Ho.
“Ah... situasinya bisa menjadi seperti
ini? Aku merasa seperti sedang mencuri dan langsung ketahuan. Tapi, kan aku yang seharusnya marah?” gumam Hong
Sul binggung.
“Kenapa kau bisa ada di sini? Bukannya sudah kubilang untuk tak mengganggu hidupku? Kau sungguh keras kepala.” Ucap Yoo Jung dingin menyindir In Ho
“Oh, iya ya? Tapi, aku harus bagaimana? Si Bulu Anjing punya utang padaku. Jadi, aku tak bisa menurut
padamu. Jika kau
tak suka, kau bisa
pulang saja.” Kata In Ho, Hong Sul pun memilih untuk
meminum soju saja.
“Baiklah, aku akan ikut jika memang Sul yang teraktir.” Balas Yoo Jung lalu meminta satu gelas lagi pada
pelayan.
“Sepertinya kau punya banyak waktu luang, ya? Tapi, kau seharusnya terus
bekerja untuk
menghidupi kakakmu itu. Jangan
santai begini terus.” Sindir Yoo Jung menuangkan
soju pada gelas In Ho
“Brengsek! Kaulah yang telah membuat situasinya jadi seperti
ini. Tak usah
selalu menyangkutkan kakakku.” Tegas In Ho kesal
sambil mengebrak meja
“Jadi, menurutmu akulah yang salah di sini? Kenapa? Bukannya kau kembali lagi karena mau bertemu denganku?” balas Yoo Jung, Hong Sul menyuruh keduanya berhenti
bertengkar ketika bertemu.
In Ho mengadu kalau Yoo Jung memang seperti itu orangnya
dan mencoba melupakanya dengan meminum soju kembali, menurutnya lebih enak lagi
apabila kakaknya ikut bergabung. Hong Sul terdiam dengan wajah sedih bergumam
kalau In Ha itu adalah kakak dari In Ho dan menurutnya sangat cantik, lalu
menatap Yoo Jung dan keduanya saling menatap.
“Apa hubungannya
dengan Sunbae?”gumam Hong
Sul penasaran
“Terima kasih sudah mau mengirimkan pesan padaku.” Kata Yoo Jung, Hong Sul pun hanya bisa mengangguk
dengan sedikit menahan soju yang ingin ditelanya.
“Apa dia yang mengajakmu minum
duluan?” tanya Yoo Jung, In Ho membenarkan lalu mengeluh Yoo
Jung yang selalu curiga padanya. Hong Sul menjelaskan kalau ia sudah berhutang
pada In Ho.
“Kenapa kau tak pernah
memberitahuku?” ucap Yoo Jung, Hong Sul mengingatkan
mereka itu kemarin sedang bertengkar.
“jadi Kalian bertengkar? Ahh.... Lucu sekali. Kalian sungguh tidak romantic, seharusnya berkencan itu saling berciuman dan
berpelukan. Lebih baik Putus
saja! Kalian
tidak cocok.” Ejek In Ho, Yoo Jung menyuruh temanya
itu diam saja.
"Apa kau mau tahu dia ini seperti apa dulunya? Dia ini playboy karena banyak wanita suka dengan
uangnya. Jika kau
gabungkan air mata wanita yang
diputuskannya, akan jadi Sungai Han. Dia
pasti akan memutuskan mereka
saat sudah jenuh. Jika
dia sudah putus, dia
pasti langsung punya pacar baru Dia
ini pria yang tak setia
sama sekali dan juga
pilih-pilih tentang wanita.
Dia suka yang modist.” Cerita In Ho mengebu-gebu
Yoo Jung menyuruh In Ho menyudahi ceritanya, In Ho pikir
dirinya tak salah. Hong Sul menuangkan soju, dengan menopang kepalanya berkata
kalau Yoo Jung itu playboy dan suka wanita cantik, lalu bertanya apakah Yoo
Jung itu pernah berpacaran dengan In Ha juga. Keduanya sama-sama menjerit kalau
itu tak mungkin.
Hong Sul binggung keduanya terlihat kompak padahal hanya
ingin bertanya saja dan mengetahui keduanya sudah berteman sejak kecil. In Ho
menegasakan Yoo Jung itu tak pernah pacaran dengan kakaknya, lalu berpikir Hong
Sul itu baru pernah pacaran sekarang.
“Aku pernah pacaran waktu SMA, Dia sangat tampan. Semua orang iri padaku karena dia sangat tampan.” Cerita Hong Sul yang mulai mabuk, In Ho menebak pasti
pria itu anak gereja.
“Oh, bagaimana kau bisa tahu? Dia jago main drum” kata Hong Sul bangga
“Kau pasti selalu mengikutinya dan akhirnya malah diputuskan,
iyakan?” tebak In Ho, Hong Sul menyangkalnya. In Ho yakin pasti
seperti dugaanya, Yoo Jung menegus In Ho yang gampang sekali membuat gossip.
In Ho pikir menyenangkan seperti itu, Yoo Jung menatapnya
dengan mata dinginnya, In Ho kembali mengomel karena Yoo Jung menatapnya
seperti mengajaknya berkelahi. Yoo Jung menegaskan dirinya tak takut, Hong Sul
mengeluh keduanya kembali bertengkar lagi.
“Pria yang suka gym sepertimu tak akan menang melawan pria bebas
sepertiku. Jika kau
mau, kau bias kutendang
sampai langit.” Ejek In Ho
“Kau sungguh kekanak-kanakan. Lalu, aku harus bilang apa sekarang? Agar otakmu itu bisa mencernanya.” Balas Yoo Jung
“Kau bilang apa? Aku ini seorang tutor, kau tahu? Mencerna apanya? Otakku ini sangat hebat” tegas In Ho dengan nada tinggi
“Otakmu itu jauh di bawah otakku.” Komentar Yoo Jung sambil menuangkan soju kedalam
gelasnya. In Ho semakin kesal, Hong Sul akhirnya mengebar meja menyuruh
keduanya diam, lalu berdiri dengan sempoyongan.
“Apa kalian ini masih anak SD? Aku berhutang apa memangnya? Yang satu ini orangnya pemarah
dan yang satunya selalu minta diteraktir.” Jerit Hong
Sul sambil memukul dua pria didepanya.
In Ho melihat si bulu anjing sudah mambuk, Hong Sul tak
terima dengan panggilan itu, lalu memberita adalah
rambut ikal alami dan sangat tebal. Yoo Jung
dan In Ho melonggo melihat Hong Sul sudah mulai mabuk. Yoo Jung melihat Hong
Sul kembali minum meminta berhenti lalu menarik bangku agar Hong Sul kembali
duduk.
“Hanya karena aku diam, kau pikir aku tak penasaran? Banyak hal yang ingin aku
ketahui.” Kata Hong Sul, Yoo Jug bertanya apa yang ingin
diketahui pacarnya.
“Apa...kau pernah pacaran dengan kakak Baek In Ho?” tanya Hong Sul, keduanya kembali bersama mengatakan
“Tidak”. Hong Sul mulai cekukan lalu mengucap syukur kalau memang tak pernah
dan akhirnya tak sadarkan diri dengan membanting kepalanya dimeja.
Yoo Jung akhirnya mengendong Hong Sul, sementara In Ho
membawa payung dan juga tas sambil mengomel pada Hong Sul tak bisa bangun
karena mabuk. Yoo Jung pikir untuk apa In Ho mengikutinya kalau memang terus
mengomel. In Ho memberi alasan kalau takut Yoo Jung melakukan sesuatu yang aneh
pada Hong Sul lalu memperingatkan Yoo Jung dengan tangan tangan yang mengendong
Hong Sul.
“Aku ramah padamu karena Seol ada. Jadi, tak usah bercanda lagi dan pulanglah.” Tegas Yoo Jung, In Ho pikir tak akan menurutinya dan
kembali berjalan bersamaan.
“Oh ya... Apa kau sungguh... tak merasa bersalah padaku?” kata In Ho memulai perbicaran serius.
“Bagaimana denganmu?” ucap Yoo Jung balik bertanya, keduanya saling menatap
cukup lama. In Ho pun memutuskan tak akan bertanya lagi.
Tiba-tiba terdengar teriakan dan lemparan botol minum
langsung mengenai dahi In Ho, Pria muda, memarahi keduanya yang berani
melakukan sesuatu pada kakaknya dan menyuruh agar menurunkannya. In Ho memegang
kepalanya yang kesakitan masih binggung.
“Kau siapa, brengsek?! Kau siapa hingga berani melemparku botol?” teriak In Ho kesal
“Turunkan kakakku cepat!” teriak Hong Joon, adik dari Hong Sul lalu menyuruh
kakaknya bangun dan turun dari pundak Yong Jung
Hong Sul sedikit membuka matanya bisa melihat kalau
adiknya yang datang. Hong Joon terus saja mengomel kakaknya yang mabuk dan
pulang dengan pria. Hong Sul tiba-tiba ingin muntah, ketiganya panik menyuruh
Hong Sul untuk menahanya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Hong Sul terbangun dari tidurnya dan binggung melihat ada
sosok pria dikamarnya, Hong Joon bermain games melihat kakaknya yang sudah
bangun. Hong Sul berteriak menanyakan kenapa adiknya bisa ada dikamarnya dan
kapan datang. Hong Joon memiringkan badanya mengatakan sudah
hampir semingguan.
“Bagaimana dengan sekolahmu?” ucap Hong Sul
“Aku tak mau bersekolah. Ayah sudah berhenti kerja dan ibu sedang membuka toko mie. Bagaimana mungkin aku bias dengan santainya belajar di
Amerika?” kata Hong Joon, Hong Sul bertanya apakah ayah dan
ibunya sudah tahu.
“Seol, ayah yang memberikan memar
ini. Dia kejam
sekali pada anaknya, jadi Aku
akan tinggal di sini sementara.”kata Hong Joon sambil
menunjuk memar di pipinya.
Hong Sul menarik bantal guling yang menyanggal kepala
adiknya dimeja, kepala Hong Joon langsung terbentur keras. Hong Sul memukul
adiknya dengan bantal guling, sambil mengumpat adiknya anak
nakal dan egois. Hong Joon membalas kakaknya itu sudah gila.
Hong Sul tak terima diejek sudah gila.
Pukulan Hong Sul terhenti ketika ada pesan masuk, dengan
kesal adiknya itu bisa beruntung sekarang. Pesan dari Yoo Jung masuk “Apa tidurmu
nyenyak? Perutmu sudah tak sakit lagi?? Hubungi aku jika kau sudah bangun.” Hong Sul
mengaruk kepalanya karena tak mengingat kejadian tadi malam.
“Diantara mereka, yang mana pacarmu? Si Preman atau si Mahasiswa Keren
itu? Mereka
berdua tampan, Tapi, semoga bukan si Mahasiswa itu.” Kata adiknya, Hong Sul menanyakan alasan adiknya
“Apa Kau tak ingat? Seol, kau muntah di kepalanya semalam.” Ungkap Hong Joon,
Hong Sul panik dengan menutup wajahnya, Hong Joon
bernyanyi dengan mengoda kakaknya kalau ia berbohong dan memberitahu kakaknya
muntah didepan pintu dan mengungkapkan itu sangat jorok jadi mungkin saja akan
segera diputuskan oleh pacarnya. Hong Sul mengucap syukur karena yang
ditakutanya tak terjadi, lalu kembali memukul adiknya karena sudah membuatnya
kaget.
Sang adik membela diri kalau hanya bercanda. Hong Sul
berguling-guling dikamarnya dengan frustasi berjanji tak akan minum alkohol
lagi sekarang. Hong Joon semakin mengejek kakaknya itu tadi malam sangat
berantakan didepan pacarnya.
Hong Sul sambil menelp keluar dari tempat kostnya
memberitahu adiknya akan menginap ditempatnya beberapa hari jadi tak perlu
khawatir. Joo Yong sibuk mengeluarkan barang-barangnya dari tempat kost,
menyapa Hong Sul yang akan pergi. Hong Sul menanyakan apa yang sedang
dikerjakan Joo Yong.
Joo Yong memberitahu akan pindah, Hong Sul pikir pemilik
rumah belum datang. Joo Yong menjelaskan tak bisa menundanya sekarang. Hong Sul ingin tahu alasanya, tapi Joo Yong memohon
bantuan agar Hong Sul tak membicarakan Tentang hubungan dirinya dan Yoon Seob. Hong Sul mengatakan Joo Yong tak perlu khawatir dan
berjanji tak akan memberitahu siapapun. Joo Yong mengucapkan terimakasih dan meminta maaf
apabila selama selalu saja membuat keributan lalu kembali masuk ke dalam untuk mengeluarkan semua
barangnya.
Yoo Jung dan Hong Sul duduk bersama di depan cafe, wajah
Hong Sul terlihat tegang, dalam hatinya kembali bergumam “Kami bertengkar karena aku tak suka dengan sikapnya dan Soju adalah musuhku.” Lalu memulai pembicaran dengan bertanya jam berapa Yoo
Jung sampai rumah. Yoo Jung mengatakans udah memikirkanya, Hong Sul menyela
meminta agar tak salah paham,
seperti takut kalau mereka akan putus
“Seol, jangan pernah pergi minum-minuman sendirian lagi. Mengerti?” kata Yoo Jung, Hong Sul langsung mengangguk mengerti.
“Apa aku jadi gila kemarin?” tanya Hong Sul terlihat malu
“Apa kau sungguh ingin tahu?” goda Yoo Jung, Hong Sul langsung mengelengkan
kepalanya. Yoo Jung mengungkapkan sikap Hong Sul kemarin sangat lucu. Hong Sul
menceritakan tetangganya itu akan pindah, Yoo Jung menanggapinya dengan wajah
datar.
“Sunbae.... Maaf, karena aku hanya memikirkan dari sisi Asdos Heo dan marah padamu. Aku tahu kau tak punya niat buruk. Jadi, aku akan mengerti kali ini. Tapi, tolong berjanjilah kau tak akan mengulanginya. Jika memang hal itu berkaitan denganku, tanyakan padaku dulu.” Pinta Hong Sul, Yoo Jung berjanji akan melakukanya.
Hong Sul bisa tersenyum sumringah lalu mengajak Yoo Jung
untuk makan dan nonton film setelah ini, Yoo Jung terlihat tak percaya Hong Sul
mengajaknya lebih dulu. Hong Sul menceritakan sudah memilih film yang akan
ditontonya. Yoo Jung merasa banyak melakukan kesalahan kemarin seperti tak enak
hati kalau mereka nonton film hari ini. Hong Sul mengaku sudah memaafkanya kali
ini. Yoo Jung tersenyum menatap pacarnya yang sangat baik hati.
In Ho berjalan dan merasakan ada seseorang yang
mengikutinya, lalu menengok kebelakang tak melihat ada yang mencurigakan,
akhirnya ia berteriak menyuruhnya keluar karena sudah melihatnya. Sang Keun
keluar dari persembunyianya menyapa In Ho.
“Bagaimana kau bisa tahu aku di
sini? Apa Presdir
yang menyuruhmu?” kata In Ho panik, Sang Keun
mengelengkan kepala
“Aku selalu membantu saat kau berada dalam kesulitan uang Dan begini caramu berterima
kasih?” keluh In Ho
“Bukan begitu.... Aku ke sini, setelah aku melihat brosur ini.” jelas Sang Keun memperlihatkan gambar In Ho menjadi
model untuk les bahasa inggris.
In Ho menyuruh temanya itu membuang saja, Sang Keun
menceritaka kalau Presdir sudah tahu jadi In Ho harus cepat kabur. In Ho mengumpat kesal, Sang Keun meminta agar In Ho
memberitahu nomor telpnya yang baru. In Ho hanya bisa mengaruk-garukan
kepalanya.
Sang Keun mengajak In Ho untuk makan bersama karena sudah
lama tak bertemu, In Ho mengumpat temanya itu bisa makan dalam keadaan seperti
ini lalu menyuruhnya untuk pulang saja sambil menendangnya. Sang Keun setuju
dan menyuruh In Ho segera bersembunyi. In Ho menyuruh Sang Keun cepat pulang
saja.
“Bagaimana mereka bisa tahu? Apa aku harus pindah lagi? Padahal aku sudah suka dengan tempat ini. Apa aku harus ganti nomor dan pindah rumah lagi? Dan bagaimana dengan Baek In Ha? Kupikir, hidupku bias menjadi tentram sekarang.” Jerit In Ho kebingungan
In Ha seperti sedang menentramkan dirinya dengan
melakukan teknik yoga lalu dengan mata melotot melirik ponselnya dan langsung
menelp seseorang. Dengan suara ramah menyapa pria mengungkapkan sengaja menelp
karena sedang merindukannya.
“Apa kau punya waktu besok? Apa kita bisa bertemu?” ucap In Ha mengoda
“Kenapa? Apa uangmu sudah habis? Ataukah stok pacarmu sudah habis?? Tapi, bagaimana ini? Aku ada kencan besok.” Ejek si pria diseberang telp
“Dasar sial! Aku hanya merasa bersalah telah memutuskanmu.” Jerit In Ha
“Akulah yang harus merasa kasihan padamu.< Aku tahu kau akan jadi miskin begitu. Jika kau sudah putus asa, pacari saja pecundang itu.Jangan
hubungi aku lagi.” Balas si pria
In Ha hanya bisa menjerit kesal lalu melihat isi
dompetnya hanya tinggal beberapa lembar uang saja. Setelah itu pasti mencoba
menelp adiknya walaupun tahu kalu nanti pasti akan dipukul karena meminta uang
lagi. In Ho menghela nafas menerima telp dari adiknya lalu memberitahu kalau
sudah tak memiliki uang. In Ha tak percaya, In Ho meminta agar kakaknya tak
menghubunginya karena ingn bersembunyi dan akan segera menganti nomor telpnya.
Sang kakak binggung berpikir adiknya itu melakukan
masalah lagi, In Ho pikir kakaknya tak perlu peduli karena tak mungkin bisa
membantunya lalu segera menutup telpnya dan kembali berkerja.
Yoo Jung mengantar Hong Sul pulang, berkomentar film dan
makana yang dipilihkan pacarnya sangat baik. Hong Sul pun mengucap syukur, Yoo
Jung bertanya kapan Hong Sul akan pindah dari tempat kostnya. Hong Sul pikir
saat kuliah dimulai.
“Ya, semuanya akan selesai. Les bahasa Inggris, tinggal di
sini dan juga
liburan semester ini. Aku jadi
sedih rasanya.” Ungkap Hong Sul
“Tapi, tidak dengan hubungan kita. Kita akan tetap sering bertemu bahkan jika perkuliahan dimulai.” Kata Yoo Jung,
Hong Sul tersipu malu membenarkanya lalu memberikan
sebuah kotak hadiah karena tahu Yoo Jung menyukai jam tangan. Yoo Jung tak
percaya Hong Sul bisa memberikan hadiah itu padanya. Hong Sul merasa malu kalau
mungkin jam tangan itu tak sesuai dengan seleranya.
Yoo Jung membuka kotak hadiah lalu menatap Hong Sul tanpa
bicara apapun. Hong Sul bertanya apakah Yoo Jung menyukainya, saat itu lampu
jalan mati dan kembali hidup kembali. Yoo Jung hanya menatap jam tangan
pemberian pacarnya. Hong Sul pikir Yoo Jung tak menyukainya. Yoo Jung menatap
kembali jam tanganyanya lalu memeluk Hong Sul membisikan kalau sangat
menyukainya dan mengucapkan terimakasih.
Yoo Jung pulang kerumah dengan wajah sumringah, langsung
membuka kotak hadiah dan mengeluarkan jam dari kotaknya. Setelah itu melepaskan
jam yang dipakainya lalu menganti dengan jam pemberian Hong Sul. Ditatapnya jam
tangan yang terlihat biasa tapi pemberian Hong Sul dengan senyuman, lalu
menyimpan jam tangan miliknya dilaci. Ia kembali menatap jam tanganya seperti dengan
memakain jam tangan dari Hong Sul membuatnya jadi dekat dengan sang pacar.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Sweet sweet sweet yg lagi jatuh cinta kkkk Suka deh sama hbungan mereka :)
BalasHapusKasian in ho hidupnya kayak gk pernah tenang apa lagi punya kakak yg super nyebelin hahhaha #emosi
Ditunggu lanjutannya
BalasHapusterimakasih...fighting
BalasHapus