In Ah mendatangi sebuah toko klontong, menanyakan pada
kasir apakah ia mengenali pria yang ada di foto. Paman melihat tiga foto yang
berbeda, sepertinya tak mengenali pria itu. Pria tambun bermata sipit ke kasir
menyelonong membayar makanan karena harus terburu-buru. In Ha melihat tangan
dari si pria bertatto kalajengking.
Matanya langsung melotot, teringat ucapan Jin Woo tentang
ciri-ciri pelaku “Berdarah Korea-Cina, 30-an! Tato kalajengking di tangan kanannya.” Jin Woo melihat tiga orang dengan foto berbeda, tapi
dengan mata yang jeli mengatakan kalau semua adalah orang yang sama, dengan
alamat hanya beda blok saja dan langsung bisa tahu Pembunuhnya
tinggal di Serimdong.
In Ha mengikuti pria yang keluar dari toko klontong,
pergi ke jalan 33 Saerim-ro, lalu
menelp Jin Woo memberitahu kalau sudah menemukan pria itu dan ingin mengatakan
alamatnya, tapi pria itu sudah menghilang dibelokan. Si pria sudah ada
dibelakang In Ha dan langsung memukul kepalanya dengan batu, seketika In Ha
langsung terkapar ditanah dan tak sadarkan diri.
Jin Woo yang menerima telp In Ha berteriak karena tak
mendengar suaranya lagi, Dibelakang Dong Ho turun dari mobilnya. Dengan
kacamata hitam seperti mencari-cari seseorang, In Ha masih dibiarkan saja
tertungkup ditangan oleh si pelaku.
Dong Ho berjalan di jalan yang bersebelahan dengan Jin
Woo berdiri, sementara Jin Woo mengingat seluruh jalan yang pernah dilaluinya,
mulai dari 18 Saerim-ro, Hangang-gu, Seoul sampai terakhir bertemu dengan pria itu berpapasan
ketika ingin kerumah saksi.
“Jika kau tak sibuk, aku mau meneraktirmu makan malam. Kutunggu di Gombo Restaurant. Depan tukang jam itu, kita akan
pesta.”
Jin Woo ingat dengan ucapan pelaku yang berbicara di
telp, dalam kelapanya seperti membuat sebuah peta alamat yang berbeda-beda oleh
si pelaku. Jin Woo langsung berlari bisa menemukan restoran dan ada toko jam
didepanya. Dong Ho tetap berjalan disamping jalan yang dilalui Jin Woo.
In Ha masih tak sadarkan diri, ponselnya bergetar Jin Woo
berusaha terus menelpnya. Pelaku dengan sengaja merejectnya, In Ha tersadar,
menegakan tubuhnya, wajahnya pucat dan bergetar melihat si pelaku mendekatinya.
“Apa kau pikir bias bebas selamanya? Siapa
yang menyuruhmu? Siapa
yang memintamu untuk
menjebak Seo Jin Woo?” teriak In Ha,
Si pelaku mengeluarkan benang dari jamnya dan menjerat
leher In Ha, Di depan toko jam Dong Ho baru datang memeriksa pintu terkunci.
Pelahan mundur dan langsung memecahkan kaca jendela dengan alat pemadam
kebakaran. Jin Woo terus berlari sambil menelp In Ha.
Si pelaku melepaskan talinya dan melihat Dong Ho masuk ke
dalam tokonya, lalu bertanya siapa yang berani datang ke tempatnya. Dong Ho
melepaskan kaca matanya, lalu bertanya apakah Seok Joo
yang memerintahkanya dan menyuruh untuk
melepaskan wanita itu karena In Ha tak ada hubungan dengan masalah ini.
Pria itu tak peduli, berpikir Dong Ho ingin mati juga
lalu memberikan pukulanya, Dong Ho bisa menangkis lalu membanting kepalanya di
lemari, setelah itu memelintir tanganya diatas meja. Jin Woo masuk langsung
menghampiri In Ha yang tak sadarkan diri. Ia berusaha menyadarkan In Ha, Dong
Ho bisa melihat In Ha yang perlahan-lahan membuka matanya. In Ha melihat Jin
Woo datang menyelamatnya.
Kantor polisi
Si pelaku berada di dalam sel, Joo Il datang dengan suara
berbisik memerintahkan hanya perlu menutup mulutnya dan ia yang akan mengurus semuanya jadi tinggal menunggu saja. Deketif Gwan melirik
keduanya, dengan sinis menyuruh untuk Cepat mengurus masalah lalu mengumpat Joo Il
gangster bodoh. Joo Il sempat
melirik tapi memilih untuk menahan amarahnya.
Depan kantor Polisi
Pengacara Song bahagia melihat Jin Woo keluar dengan
selamat, karena selama ini sangat mengkhawatirkanya. Jin Woo menatap In Ha
didepanya, menanyakan keadaanya. In Ha mengatakan baik-baik saja dengan
senyuman dan bertanya balik. Jin Woo mengatakan keadaanya baik-baik saja.
Manager Yoon berkomentar Jin Woo
sedang syuting film action tadi, Pengacara Song pikir
tak sehebat itu. Jin Woo memilih tak membahasnya, dengan senyuman mengajak
semuanya untuk pulang.
Di dalam mobil, Sek Ahn menelp Gyu Man memberitahu Jin
Woo sudah bebas, kalau Jaksa In Ah telah menangkap pelaku yang sebenarnya. Gyun Man tak percaya kalau In Ha itu ikut campur lagi
dalam masalahnya.
Tiba-tiba mobil menyalip didepan Gyu Man membuatnya harus
sedikit menginjak rem, tertulis kalau sedang belajar dan mengunakan lampu
hazard. Sek Ah melaporkan Seo Jin Woo juga terbebas dari daftar buronan sekarang. Gyu Man tak ingin mendengar lagi memilih untuk melempar
hands freenya, lalu sengaja menyalip dan memberhentikan mobil didepan mobil
merah yang tadi menyalipnya.
“Aku bingung, kenapa tak ada orang yang bisa dengan becus bekerja? Aku sungguh tak mengerti. Ini Menyebalkan sekali!!!!” ucap Gyu Man dingin, keluar dari mobil memakai
sarung tangan dan mengeluarkan stick golf dari bagasinya.
Wanita yang ada didalam mobil, melotot dengan wajah
ketakutan. Gyu Man melambaikan tangan dengan senyuman pembunuh berdarah dingin,
lalu menaik ke atas kap mobil dan melonggokan wajahnya didepan kaca depan.
“Ahjumma.... Apa kau bisa seenaknya hanya karena kau pemula? Kau telah salah memilih teman
bermain. Mood-ku
sedang jelek hari ini. Jangan
keluar, oke? Kau bisa
terluka nantinya.” Ucap Gyu Man
Setelah itu Gyu Man melampiaskan amarahnya, memukul kaca
depan dengan stick golf, terdengar jeritan wanita tua didalam mobil. Gyu Man
langsung melempar stick golf dan berteriak penuh amarah, lalu turun dengan
tertawa bahagia karena sudah melampiaskan amarahnya. Dengan santai menelp Dong
Ho, melaporkan kalau ia membuat masalah lagi jadi meminta agar cepat
mengurusnya.
Joo Il masuk keruangan dengan wajah penuh amarah,
memarahi Dong Ho yang harus bertindak sejauh itu dan tak tahu alasan dirinya setuju melakukan perintah
dari Gyu Man,
“Aku tak ingin lagi... kau membunuh demi mereka.” Tegas Dong Ho, Joo Il berteriak kesal, Dong Ho pun
berdiri dengan memukul meja.
“Kenapa...kau harus mengotori
tanganmu itu demi
perintah orang lain? Apa
kau tak bisa hidup sebagai manusia
mulai dari sekarang?” ucap Dong Ho menyadarkan
Joo Il sudah mulai kelewatan
“Dengarkan aku baik-baik. Aku... tak pernah membuat keputusan yang akan aku sesali nantinya Bahkan jika aku harus membunuh seseorang, akan kupastikan bahwa keputusan itu adalah benar.” Tegas Joo Il, Dong Ho memohon kakaknya sudah
berlebihan.
“Apa kau tahu... ada lebih dari 150 mulut yang harus aku berikan makan? Putuskanlah. Apa kau akan terus melindungi Jin
Woo, ataukan
hidup di bawah naungan keluarga
Nam bersamaku?” ucap Joo il lalu berjala keluar ruangan.
Langkahnya terhenti, mengucapkan harapannya agar mereka
bisa berjalan di jalan
yang sama lalu membalikan badanya. Dong Ho menatap
Joo Il dengan wajah sedih, karena harus melakukan sesuatu yang kotor hanya demi
perintah orang dan uang.
Jin Woo berjalan masuk ke dalam kantornya, membahas
tentang In Ah yang berani mengejar si pelaku sendirian. In Ha pikir sudah Tak
ada pilihan lain kaena harus menangkapnya dan membersihkan
nama Jin Woo sebagai pelakunya. Jin Woo meminta agar In Ah
tak melakukan lagi. In Ah menganguk mengerti.
Seorang wanita keluar dari kantor Jin Woo dengan wajah
tertunduk. Jin Woo dan In Ah seperti tak mengenal siapa wanita yang datang.
Jin Woo duduk bersama si wanita dan In Ah menanyakan
tujuannya datang ke kantornya. Si wanita sudah mendengar bahwa
pembunuh sebenarnya
sudah tertangkap lalu mengeluarkan ponsel
dari tasnya dan menaruh diatas meja.
“Ibuku bilang, jika terjadi sesuatu... Aku harus memberitahu dunia... tentang video ini. Tapi, sepertinya, kau yang pantas menyebarkannya. Aku tahu ini sudah terlambat, tapi aku harap ayahmu bisa dibuktikan tak bersalah dan dibebaskan. Aku minta maaf... atas nama ibuku. Aku sungguh minta maaf.”kata si anak dari Nyonya Kim, Jin Woo menatapnya seperti
mengerti perasaan anaknya.
Dong Ho turun dari mobil melihat seorang wanita yang
sedang menelp dengan kaca depanya yang retak, tanganya langsung menurunkan
telpnya lalu memberikan amplop berisi uang yang sangat tebal.
“Jadi, aku mohon kejadian ini tak akan tersebar di dunia maya. Mohon kerja samanya.” Ucap Dong Ho, Si wanita melihat isi amplop, Dong Ho
membuka pintua lalu menyuruh si wanita itu untuk pulang saja.
“Masalah macam apa lagi ini?” keluh Dong Ho dengan helaan nafas.
Jin Woo dan In Ah menonton Video rekaman Nyonya Kim.
“Aku adalah... Kim Hyun Ok. 4 tahun yang lalu, dalam siding pembunuhan mahasiswi Seochon, aku telah memberikan kesaksian
palsu. Aku tak
pernah melihat Seo Jae
Hyuk, menyembunyikan
sesuatu di ruang
pegawai” ucap Nyonya Kim dengan menahan tangisnya
Jin Woo menatap video tak percaya, disampingnya masih
tersimpan foto dengan ayahnya.
“Pada tanggal 2 Desember.... Hari itu, Seo Jae Hyuk bahkan tak masuk bekerja. Yang telah aku katakan ini adalah kebenarannya.Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf” kata Nyonya Kim sambil menangis
Hakim Kang ikut menonton video pengakuan Nyonya Kim
sebagai bukti, dengan memikirkan dua pilihan cap didepanya, lalu memilih cap
yang bertuliskan Persidangan Ulang Diterima.
Berita di SBC disiarakan
“Persidangan ulang atas pembunuhan
mahasiswa Seochon
pada November 2011 telah diterima. Alasan pengadilan menyetujuinya adalah karena saksi mengakui kebohongannya
selama persidangan.”
Gyu Man masuk kedalam ruangan melihat ayahnya sedang
menonton TV, Jin Woo sedang ditanyai wartawan saat keluar pengadilan, tentang
perasaan setalah Kasus pembunuhan mahasiswi Seochon telah dibuka kembali.
“Orang yang tak bersalah sekarang berada dalam penjara. Kasus ini bermula karena ada seseorang yang telah memainkan
hukum. Kami tak
hanya membela klien kami, tapi
untuk keadilan Negara dan tak akan
pernah menyerah.” Tegas Jin Woo,
“Terdakwa adalah ayah anda. Apa anda memiliki rencana khusus?” tanya wartawan
“Seperti biasa, kami akan mencoba yang terbaik untuk membebaskan
klien kami. Tak ada
rencana lain hanya karena
dia adalah ayah saya. Ketidakbersalahan
terdakwa dan kebenarannya
akan terungkap.” Tegas Jin Woo dengan
menatap ke kamera.
Tuan Nam langsung mematikan TV dengan wajah sinis, Gyu
Man langsung berlutut didepan ayahnya, mengatakan akan mengurusnya, dengan yakin pasti akan menang dalam persidangan. Tuan Nam sangat marah menatap anaknya lalu pergi
keruangan kerjanya, akan mengambil tongkat. Gyu Man kembali mengikutinya dan
berlutut, memohon agar memberikan kesemapatan.
“Sampai kapan aku harus membersihkan masalahmu itu? Sampai kapan?” teriak Tuan Nam
“Aku pasti tak akan mengecewakan ayah.” Janji Gyu Man
“Jika kau tak mau bernasib seperti ibumu, menangkan kasus ini. Apabila nama ayah tercemar karena masalah bodoh ini, Aku tak akan memaafkanmu.” Tegas Tuan Nam mengancam, Gyu Man mengerti berjanji pasti
memenangkannya.
In Ah memeriksa berkas kasus Nyonya Kim dengan melihat
hasil otopsi, Jaksa Hong masuk kedalam ruangan, buru-buru In Ah langsung
menutup berkasnya. Jaksa Hong marah merasa In Ah pikir dirinya bercanda. In Ah hanya bisa tertunduk.
“Aku sudah menugaskanmu kasus
lain, kenapa
kau menyelidiki kasus Saerim-dong?” ucap Jaksa
Hong marah
“Aku menyelidikinya, karena kasus ini juga terkait dengan
Jungsan-dong.” Jelas In Ah
“Apa kau tahu aturan tentang bekerja dengan polisi? [Jaksa harus menuruti perintah Kepala Jaksa.] “ sindir Jaksa Hong
“Sebagai jaksa, aku tak bisa diam
saja....” tegas In Ah membela diri
Jaksa Hong menyela kalau In Ah itu harus
menaati aturan jadi harus
mengingatnya. Lalu memperingatikan kalau sekarang
masih dimaafkan, tapi kalau terulang lagi maka tak akan tinggal diam. In Ah
sebagai bawahan hanya bisa tertunduk diam mengerti dengan perintah atasanya.
Jaksa Hong pun keluar ruangan.
Ponsel In Ah bergetar, Polisi sengaja menjauh berbicara
dengan In Ah melaporkan ada yang ingin cepat menutup kasus Jungsan-dong. In Ha terlihat kaget, Polisi menjelaskan Surat
perintahnya sedang dalam proses. Disisi lain
Detektif Gwan melirik polisi yang sedang menelp. In Ah menutup telp dan
mengumpat Detektif Gwan itu memang sangat licik.
Di ruangan kerjanya, Tuan Nam terdiam memikirkan masalah
anaknya lalu mengambil ponselnya. Jaksa Hong mengungkapkan sudah
menunggu teleponnya. Tuan Na meminta agar
dipilihkan "anak kudanya". Jaksa Hong mengerti memberitahu seseorang penerima
beasiswa Il Ho
Grup dan pasti Tuan Nam akan
menyukainya.
Pengacara Song pergi ke Penjara
Hongseong, melihat sesuatu seperti mau
syuting drama, memberitahu Jin Woo kalau si tua yang
duduk di kursi roda adalah Ketua hosan Group. Beberapa wartawan langsung mengerubiti pria yang menutup
wajahnya dengan masker dan terlihat sakit dengan duduk dikursi roda.
“Dia adalah pelaku korupsi $30
juta dan hanya
dipenjara selama 5 tahun. Dia bisa mendapat
5 tahun penjara bukan 10, karena
uangnya juga, dia bias dibebaskan
5 bulan lebih awal, Selain Dia
juga berpura-pura menderita
penyakit Parkinson. Pria itu memang
aktor yang hebat.” Ucap Pengacara Song dengan
penuh amarah. Jin Woo tak banyak komentar milih untuk masuk ke dalam penjara.
Tuan Seo berjalan perlahan keruang pertemuan, Jin Woo
tersenyum melihat ayahnya tapi kaki ayahnya seperti diseret ketika berjalan.
Tuan Seo duduk dengan wajah tertunduk. Jin Woo dengan senyuman memberitahu Pengadilan
ulang telah
diterima dan kasusnya akan
dibuka kembali. Tuan Seo mengatakan tak mau melakukannya. Jin Woo terlihat sedih
“Aku... Pria itu, dia memberitahuku bahwa aku telah membunuh seseorang.” Ucap Tuan Seo mengingat ucapan Gyu Man saat datang
mengunjunginya “Kau pasti merasa
beruntung bisa melupakan kejahatanmu, 'kan?”
“Dia yang membunuhnya, Pria yang mengatakan itu pada
anda.” Kata Jin Woo sudah tahu pasti Gyu Man yang menyudutkan
ayahnya. Tuan Seo seperti masih tak percaya
“Anda tidaklah bersalah. Jadi, jangan khawatir Dan terimalah persidangan ini.” tegas Jin Woo meyakinkan
“Apakah... aku... tidak membunuhnya?” tanya Tuan Seo masih tak percaya dan menahan rasa sakit
dibagian perutnya.
“Tidak… Aku telah menunggu hari ini selama 4 tahun. Jadi, percayalah.” Jelas Jin Woo, Tuan Seo berani menatap Jin Woo,
mengucapakan berterimakasih pada pengacaranya sambil menahan sakit. Jin Woo
melihat ayahnya menahan rasa sakit.
Jin Woo masuk ke dalam ruang dokter penjara, memberitahu
Tuan Seo tak mengenali anaknya dan Penyakit Alzheimer-nya semakin
parah. Dokter merasa tak peduli menanyakan maksud Jin Woo
datang keruanganya. Jin Woo mengeluarkan selembar kertas, Dokter menyindir Jin
Woo mendapatkan surat itu dari mana.
“Hasil ini menunjukkan bahwa dia menderita sakit perut parah. Jika penundaan eksekusi tidak
bisa, setidaknya
dia harus menerima perawatan.” Jelas Jin Woo
“Apa kau memintaku memberikan perlakukan khusus pada ayahmu? Hanya karena sakit perut Pada tahanan hukuman mati?” sindir Dokter
“Aku mengajukan permohonan ini
bukan sebagai
anaknya tapi pengacaranya. Aku
tak meminta perlakuan khusus. Tapi,
ini adalah aturan untuk tahanan.” Tegas Jin
Woo
“Lalu, bagaimana dengan tahanan yang baru saja anda bebaskan itu? Orang yang hanya berpura-pura
sakit, sementara
orang yang sungguhan sakit
tak menerima pengobatan. Apa
ini adil?” teriak pengacara Song menyindir dokter.
Si Dokter berdiri mengejek keduanya itu bukan dokter,
karena tahan tadi memang sakit dan dibebaskan serta
keputusannya bukan darinya tapi dari Jaksa.
Pengacara Song ingin melawan, Jin Woo menahanya dengan tatapan kesal melihat
Dokter yang sangat licik memperlakukan ayahnya.
In Ah masuk ke kantor polisi menemui Detektif Gwan, menanyakan alasan mereka yang sudah
ingin menutup
kasus Jungsan-dong, padahal Pembunuhnya
sudah tertangkap dan
buktinya juga sudah jelas.
“Inilah prosedurnya... Memangnya apa yang salah, Jaksa?” kata Detektif Gwan
“Dia adalah pembunuh bayaran, Pasti ada yang memerintahkannya.” Tegas In Ah ingin polisi menyelidiki lebih dalam.
“Sepertinya anda salah tempat... Mengeluhlah pada atasan anda,
bukan aku. Bukannya
jaksa yang memiliki wewenang
dalam penyelidikan ini? Aku
hanya mengikuti perintah
Kepala Jaksa.” Tegas Detektif Gwan, In Ah bisa tahu
ternyata semua itu perintah Kepala Jaksa Hong Moo Suk.
Di ruang rahasia, Jin Woo memberikan dokumen
yang menunjukkan aliansi
antara Il Ho dan Hong Moo Suk. In Ah melihat berkas
dari tahun 2013 tentang Keputusan
Penutupan Kasus seperti masih tak percaya Hong
Moo Suk menutup
semua kasus itu. Jin Woo menjelaskan selama ini Jaksa
Hong yang membantu kasus Il Ho Grup. In Ah melihat semua berkas tak percaya jadi selama ini
kasus Il Ho tak bisa didalami karena campur tangan Jaksa Hong.
Malam hari, Tuan Seo merintih kesakitan diruang dokter
penjara, Dokter datang dengan membawa majalah dan duduk dengan santai. Tuan Seo
meminta tolong karena perutnya terasa sangat sakit sekali, Dokter memanggil
Tuan Seo dengan panggilan Tahanan 3729, meminta agar berhentilah berpura-pura.
Tuan Seo berkaca-kaca, mengatakan kalau ia benar-benar
sakit, jadi meminta obat. Dokter menyuruh perawatnya untuk memberika obat
penghilang rasa sakit setelah itu membawanya keluar. Perawat menaruh obat ditanganya, Tuan Seo masih merintih
kesakitan memohon untuk memeriksanya, Dokter melepaskan tangan Tuan Seo dan
menyuruh penjaga untuk membawanya.
Setelah itu dengan senyuman licik dan berbicara di telp
dengan tawa bahagia. Sek Ahn menerima telp dari Dokter penjara, melaporkan pada
Gyu Man bahwa Dokter tak memberikan obat yang memperlambat penyakit
Alzheimer-nya. Gyu Man pikir Tuan Seo bahkan
tak ingat untuk minum obat. Sek Ahn menganguk
setuju.
“Syukurlah dia mengidap Alzheimer. Bahkan lebih menyenangkan jika dia mengidap hyperthymesia. Bukannya begitu?” ungkap Gyu Man kejam, Sek Ahn berusaha setuju walaupun
terlihat gugup.
“Mau bagaimana lagi? Dia adalah orang miskin.” Ejek Gyu Man sombong, Sek Ahn melirik mata Gyu Man yang
benar-benar tak punya hati manusia.
Dong Ho melamun dalam ruangan, Gyu Man datang memberikan
tepuk tangan karena pengacaranya itu membuat masalahnya langsung selesai. Dong Ho berdiri mengungkapan bukan
masalah besar yang tadi diselesaikanya. Gyu Man
menyindir Dong Ho tak bisa sehebat itu dalam mengurus kasus Jungsan-dong, padahal ia sudah
berusaha sangat keras untuk
menghancurkan Seo Jin Woo.
“Aku sedikit sensitif belakangan ini karena pengajuan sidang Seo
Jin Woo. Pengacara
Park Dong Ho, jadilah
anjing yang baik, dan
tangkap mangsaku cepat. Aku... bisa membunuh anjing yang tak berguna. Kau harus ingat itu.” Tegas Gyu Man memberikan ancaman dengan menepuk pundak
Dong Ho, setelah itu kelur ruangan.
Jaksa Tak datang
ke restoran dengan seseorang, lalu melihat Dong Ho sedang makan
sendirian lalu memilih untuk bergabung. Dong Ho menuangkan soju, pada pria tua
yang sudah mengetahui kalau ia adalah teman sekampung Jaksa Tak. Pria itu mencaritakan bukan seperti itu tapi ada alasan
dirinya jadi teman sekampung Jaksa Tak. Jaksa Tak yang
mendengar ocehan temanya, memberitahu kalau temanya
itu sudah mulai mabuk.
“Aku, Bae Joong Sik, adalah detektif terhebat di Seoul dan hanya aku ditugaskan ke kampung itu saja, lalu Aku bertemu dia di sana.” Cerita Detektif Bae
“Dia memang cerewet saat mabuk. Jangan pedulikan dia.” Jelas Jaksa Tak, Dong Ho melihat Detektif Bae itu sangat
kesal
“Hidupku pasti akan damai jika
bukan karena
kasus kecelakaan lalu lintas itu,” kata Detektif
Bae, Dong Ho menanyakan kasus apa yang membuatnya dipindahtugaskan
“Kecelakaan biasa saja, Tapi, dia terlalu dalam
menggalinya. Menurutku, aku tak
yakin karena itu
alasan penugasannya.” Jelas Jaksa Tak
“Kau ini! Sudah berapa kali aku bilang, itu bukanlah kecelakaan
biasa. Apa kau
pernah melihat pria mabuk mengantar anaknya?” teriak Detektif Bae, Dong Ho menatap Detektif Bae
dengan wajah penuh arti.
Flash Back
Dong Ho remaja berdiri dikantor polisi yakin Ayahnya tidak mabuk. Detektif yakin Tuan Park itu pasti
mabuk, karena itu kabur dari tes kesadaran jadi
membuat berkendara ugal-ugalan.
“Apa kau pernah melihat pria mabuk
mengantar anaknya? Pak
Polisi, ayahku bahkan tak
minum setetes soju. Bagaimana
mungkin dia mabuk?” ucap Dong Ho memohon.
“Sudahlah. Kasus ini telah tutup.” Kata Detektif melepaskan tanganya.
Pengadilan Seoul, Tuan Nam dan Gyu Man berjalan masuk ke
dalam, Jaksa Hong dan beberapa pegawai lain menyambutnya. In Ha melihat Tuan
Nam dan Jaksa Hong berjabat tangan, Tuan Nam pun berjabat tangan dengan seorang
wanita yang berdiri disamping Jaksa Hong.
Setelah selesai bertemu, Gyu Man memberitahu ayahnya
dengan Jaksa Hong akan pergi minum bersama, dengan gaya merayu melihat wanita didepanya itu akan
melindungi dengan
sepenuh jiwa dan raga, jadi menurutnya harus
menyuruh wanita itu. Wanita itu setuju dan akan memilihkan tempat yang enak.
Gyu Man setuju karena Tim pendukung juga ada di sana.
Dong Ho masuk ke dalam ruang pertemuan, Gyu Man
memperkenalkan wanita didepanya bernama Jaksa
Chae dan sebaliknya, memperkenalkan Pengacara Park yang akan
membelanya. Pengacara Park langsung duduk disamping Jaksa Chae,walaupun dengan
wajah tak suka. Gyu Man binggung melihat keduanya tak mau
saling menyapa. Jaksa Chae menceritakn mereka sudah
berteman sejak pelatihan.
“Baguslah... Sebentar lagi sidang akan
dimulai. Kau akan
membantu, Jaksa Chae, 'kan?” ucap Gyu Man sambil
menuangkan soju ke gelas Dong Ho
“Aku mungkin tak bisa membantu
banyak.” Kata Dong Ho dingin,
“Apa maksudmu? Peranmu sangat penting dalam sidang pertama itu. Peran pentingmu itu akan terulang, 'kan?” sindir Gyu Man
“Kita tak akan tahu, takdir apa yang akan mendatangi
kita.” Tegas Dong Ho, jaksa Chae melirik sinis, Gyu Man
seperti tak peduli dan meminum sojunya.
Gyu Man pulang lebih dulu setelah makan, Dong Ho
berkomentar hidup itu sangat dramatis, menurutnya kelas Chae itu dulu atas kelasnya saat
pelatihan dan nama panggilanya itu Dike sebagai simbol keadilan dan bermimpi
menjadi jaksa
paling adil di Korea, menurutnya hidup memang
merubah seseorang yaitu dirinya dan juga Jaksa Chae.
“Jangan anggap aku sampah hanya karena pertemuan ini. Kau percaya keadilan bisa dibeli dengan uang. Bukannya begitu? Apa sekarang kau menjualnya lagi? Kau masih tak berubah, Sementara aku tak serendah kau.” Tegas Jaksa Chae membela diri
“Tapi, kau membantu Keluarga Nam, jadi Kau sama saja denganku.” Balas Dong Ho
“Tapi, aku tak akan mengubah
arahku di
pengadilan sepertimu dulu.” Ucap Jaksa Chae lalu
meninggalkannya, Dong Ho melihat jaksa Chae memang tak
pernah berubah.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar