Hye Jin
mencoba menebak password untuk masuk ke dalam rumah mulai dari1-1-1-1 Atau
0-0-0-0, tapi menurutnya itu tak mungkin, karena si Brengsek Joon yang memiliki
jiwa yang berantakan. Lalu berusaha berpikir sambil mengatup-ngatupkan giginya,
teringat sesuatu tanggal di buku agendanya.
Flash Back
Hye Jin
sengaja membawakan kue dan menyanyikan selamat ulang tahun, sebelum selesai
menyanyi Sung Joon sudah meniupnya memberitahu bahwa Hari ini bukan hari ulang
tahunnya, sambil menyolek krim kue dan memakannya. Hye Jin heran karena Sung
Joon selalu mengunakan tanggal hari itu untuk loker, kode sepeda dan semua
kunci-kunci lain.
“Jika
hari ini bukan hari ulang tahunmu, jadi nomor apa itu?” tanya Hye Jin
“Ini hari
favoritku dalam setahun ini. Ini hari Kidal Internasional.” kata Sung Joon
bangga mengangat tangan kirinya,
“Apa? Ada
hari seperti itu? Hari untuk apa?” ucap Hye Jin heran
“Hari
untuk orang-orang kidal seperti aku.” ucap Sung Joon.
Hye Jin
akhirnya bisa masuk dengan tanggal yang selalu dia tandai dalam agendanya,
pelahan-pelahan masuk ke dalam rumah dan saat itu Sung Joon tersadar dari
pingsannya.
Hye Jin
yang melihat puzzle kaget karena Sung Joon tiba-tiba sudah ada dibelakangnya
melotot marah, ketika berjalan mundur Sung Joon menariknya dan membuat Hye Jin
terlihat sangat gugup. Hye Jin tersadar berusaha melepaskan tangan Sung Joon
yang memelukanya.
“Aku
tanya kau, Kenapa kau di rumahku?” ucap Sung Joon dengan nada tegas
“Itu...
makan malam, kau pergi... ke luar... HP... tapi bam!” kata Hye Jin terbata-bata
karena gugup.
“Setelah
makan malam, aku pergi duluan dan kau ke luar untuk menelepon tapi aku pingsan
di luar. Jadi kau membawaku ke dalam rumahku. Apa Saat membawaku ke sini, kau
sendirian?” ucap Sung Joon
“Aku
tidak sendirian tapi dengan orang aneh... maksudku, Editor Kim.” jelas Hye Jin,
Sung Joon
menanyakan keberadan Shin Hyuk, Hye Jin memberitahu sudah pergi lebih dulu. Sung
Joon bertanya kenapa Hye Jin tak pergi, Hye Jin mengatakan baru akan pergi.
Tapi sebelumnya Sung Joon bertanya Bagaimana Hye Jin masuk ke rumahnya, Hye Jin
berbohong masuk dengan kartu kunci. Sung Joon terdengar marah karena Hye Jin
mengambil dari dompetnya tanpa seizinnya.
Hye Jin
menjelaskan tak ada cara lain lalu memilih untuk pamit pergi. Tapi teringat
pecahan kaca dan ingin membersihkan, Sung Joon menariknya untuk membiarkan saja
tapi Hye Jin yang merasa bersalah harus membersihkanya. Sung Joon hanya meminta
agar Hye Jin tak menyentuhnya dan pergi. Hye Jin pamit pergi tapi Sung Joon
kembali menariknya, memberitahu arah pintu ada didepanya, Hye Jin buru-buru berlari
meninggalkan rumah berjalan ke arah depan.
Saat
sampai dirumah dengan nafas terengah-engah bertanya-tanya kapan Sung Joon sadar
lalu tersadar dengan sepatunya yang salah memakainya. Ia pun mengumpat pada
dirinya sendiri lalu makin binggung bagaimananya cara agar bisa masuk ke dalam
untuk menukar sepatunya.
Tiba-tiba
pintu terbuka, sebuah tongkat keluar dengan mengantungkan sepatu Hye Jin yang
terlihat lusuh. Hye Jin langsung menukar sepatunya, sambil mengaku salah karena
mengunakan sepatu yang salah, lalu pintu kembali ditutup dengan cepat.
“Pria
macam apa yang pingsan karena seteguk alkohol? Mungkin dia punya hati yang
buruk.”ejek Hye Jin sambil menjatuhkan sepatunya, tiba-tiba pintu akan kembali
terbuka, Hye Jin menjerit lalu buru-buru kabur. Sung Joon menatap Hye Jin yang
lari terbirit-birit.
Sung Joon
duduk didalam rumahnya, terlihat sangat sedih menatap toples yang berisi puzzle
yang sudah rusak karena dijatuhkan oleh
Hye Jin.
Pagi
harinya, Ha Ri terpesona dengan sepatu high heels putih lalu meminta pelayan
membawakan ukuran 250. Pelayan memberitahu bahwa sepatu itu hanya tinggal satu-satunya
yang dipajang disana dan ukuranya 245. Ha Ri terlihat sedih karena sepatu itu
sangat cantik dimatanya, tapi meminta pelayan untuk memberikan sepatu ini saja.
“Tapi ini
kecil jadi... meski kau menyukainya, pasti akan sakit saat kau pakai. Apa tidak
apa-apa?” tanya pelayan meyakinan Ha Ri sebelum memberi
“Ini
filsafat dewiku. Aku harus memiliki semua yang aku suka.” kata Ha Ri
Ayah Hye
Jin mendapatkan pesanan 2000 pamflet dan
harus bisa selesai dalam hari. Ha Ri datang kerumah Hye Jin dengan senyuman,
Ayah Hye Jin pun menatap Ha Ri selayaknya seperti anak sendiri. Ha Ri pun
menyapa ayah Hye Jin dengan ramah menanyakan keadaanya.
Ketika
didalam rumah, Ibu Hye Jin menyuapi Ha Ri seperti anaknya sendiri. Ha Ri memuji
Kimchinya sangat enak lalu dengan yakin bahwa ibu Hye Jin tidak membuatnya. Ibu
Hye Jin mengaku bahwa ia yang memotong karena betapa pentingnya memotong
kimchi. Ha Ri tersenyum karena Kimchi itu adalah teknik pemotonganya.
Hye Jin
datang tapi tak ada yang mengubrisnya karena sibuk mengobrol dan ayah ibunya saling
menyuapi makanan. Hye Jin memberitahu bahwa ia sudah datang, semua hanya sibuk
makan, akhirnya Hye Jin berteriak kesal karena sudah datang tapi tak ada yang
menyambutnya.
Ayahnya
pun menyuruh Hye Ji untuk segera duduk, Hye Jin mengeluh bahwa itu pesta
perayaan dirinya masuk kerja tapi malah memulai makan tanpa dirinya. Hye Rin
menyindir kalau ada orang seperti mereka dan juga ada orang yang selalu kelihatan
buruk, apapun yang dilakukanya.
“Hei!
Siapa yang kau maksud begitu?” teriak Hye Jin merasa tersindir
“Harus
kau tanya saat kau sudah tahu?” balas Hye Rin
“
Dasar.... Anak kecil ini. Baiklah. Nikmati saja saat kalian bisa. Aku seusiamu
saat perubahan mengerikan ini mulai terjadi. Mungkin segera, kau juga... terlihat
seperti aku!” ejek Hye Jin dengan santai makan semangkuk nasinya.
“Bagaimana
kau bisa mengatakan sesuatu yang sangat kejam! Dan menyebut dirimu saudariku?
Aku tidak akan pernah sepertimu!” jerit Hye Rin tak terima sambil mengunakan
alat agar mengencangkan kulit wajahnya.
“Teruskan.
Bagaimanapun kita berdua mirip ayah.” ucap Hye Jin, ibunya membela bahwa tak
pernah melihat pria yang tampan seperti suaminya, sambil mengusap pipi yang
kemerahan.
“Jika aku
berubah seperti Kim Hye Jin, kau harus menjual rumah percetakan dan membawaku
operasi plastik. Oke, ayah?”ujar Hye Rin yang tak mau berubah seperti kakaknya,
Ayah dan ibunya memuji anaknya itu akan teta cantik. Ha Ri yang melihat
keluarga Hye Jin seperti sedih karena keluarganya tak seperti itu lagi.
Hye Jin
mencari-cari digudang untuk celana baggynya, saat menemukan kotaknya tak
sengeja menjatuhkan kotak-kotak yang ada diatasnya. Ia membuka melihat tumpukan
surat berwarna-warni yang dikirimkan Sung Joon saat masih tinggal di Amerika,
lalu melihat lagi tumpukan piagan penghargaan disana.
Flash Back
Hye Jin
yang masih terlihat cantik saat masih sekolah dasar berdiri didepan kelas
dengan senyuman manisnya.
“Impianku
adalah menjadi pengarang buku anak-anak.Di buku dongeng, terbang di langit
tanpa sayap, keliling dunia dalam sehari dan membuat apa pun yang kau mau
seperti pesulap dimana semuanya mungkin. Menulis cerita dimana orang bisa
menjadi pahlawan menakjubkan, menjadi penulis buku anak-anak yang membawa
kebahagiaan untuk semua orang adalah impianku.” ucap Hye Jin.
Hye Jin
melihat tumpukan kertas lainnya tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh, bagian
puzzel dan tak menyangka ternyata masih tersimpan disana. Teringat terahir kali
Sung Joon memberikan potongan puzzle dan menciumnya
“Terima
kasih telah menjadi payungku selama ini. Saat kita bertemu lagi, aku akan jadi
payungmu” ucap Sung Joon saat itu lalu Hye Jin tersenyum melihat dibaliknya
bergambar sebuah payung.
“Saat
itu, kita tidak bisa membayangkan... bertemu lagi seperti ini.” ucap Hye Jin
melihat potongan puzzle ditanganya,
Ha Ri dan
Hye Jin pun pulang bersama, Ha Ri yang tak ingin terlihat gemuk mengomel karena
Hye Jin tak mencegahnya ketika makan terlalu banyak, lalu panik dengan kalori
yang baru saja dimakan jadi ia harus olahraga sebelum pulang sambil
mengoyangkan jarinya. Hye Jin mengumpat wanita cantik sangat menyebalkan dan
terlihat buruk, lalu ponsel Hye Jin berdering.
“Ini aku.
Kau bilang kau tinggal dekat kantor, kan?” ucap Han Sul, Hye Jin binggung
bertanya siapa yang menelpnya.
“Omo, kau
bahkan tidak tahu suaraku? Ini Han Sul. Kau tahu yang cantik dan kurus tapi
tetap glamor. Asisten tim kecantikan.” ucap Han Sul bangga, Hye Jin pun
bertanya alasan Seniornya menelp diakhir pekan.
“Kau
pikir aku menelepon karena aku merindukanmu? Ini tentang kerjaan. Aku sedang
rapat penting dan tidak bisa bergerak sekarang. Jadi pergi ke kantor sekarang
dan kirimkan padaku beberapa dokumen melalui email.” ucap Han Sul dalam
kenyataanya sibuk melakukan perawatan disalon.
Hye Jin
terlihat tak bisa menolak, Han Sul memberitahu ada USB diatas meja dan meminta
untuk tak memberitahu siapa pun tentang hal ini. Hye Jin pun berjanji tidak
akan bilang siapa pun lalu menutup telpnya. Setelah itu meminta Ha Ri
mengantarnya ke kantor karena ada seseorang yang memintanya untuk mengerjakan
sesuatu dengan cepat.
“Ada apa? Kenapa seseorang menyuruhmu
melakukan pekerjaan mereka? Aneh. Siapa dia? Ini sudah di jalan pulang. Kau
harus bilang pada mereka kau tidak bisa melakukannya dan Kau itu terlalu baik.”
keluh Ha Ri kesal
“Oh! Ini
lagu yang kita suka saat kita kecil.” teriak Hye Jin mendengar lagi kesukaanya
di radio.
Hye Jin
pun mulai menari sambil memulai menyanyi ♫Hei,
lihat aku ♫ Ha Ri terlihat kesal
menjerit menyuruh temanya itu menelp rekan kerjanya untuk mengerjakan sendiri
tugasnya karena Hye Jin dianggap mudah-mudah disuruh ketika ditelp. Hye Jin
seperti memberikan temannya mengomel dan kembali bernyanyi ♫Dengan
pikiran membuatmu menyukaiku. Aku bahkan memakai rok pendek untuk pertama
kalinya dalam hidupku. Min Ha Ri! ♫
Ha Ri
yang tadiya cemberut akhirnya melanjutkan nyanyian dari temanya, ♫ Lihat bibirku yang malu. Jangan pura-pura dan ragu. Seperti dalam film
yang kita tonton kemarin. ♫ Keduanya bahkan hanyut
dalam lagu menari-nari didalam mobil dan sangat bahagia.
Ibu Hye Jin mengirimkan
pesan sambil mengirimkan foto keluarganya dengan Ha Ri “Dia bahkan lebih cantik, kan? Seolah-olah
seseorang akan ragu dia puterimu, aku merasa seperti melihatmu dan terkejut berulang-ulang.
Hye Jeong, kau baik-baik saja, kan? Aku merindukanmu. Aku akan menunggu kabarmu.”
Hye Jin
baru saja mengirimkan email pada Han Sul, tapi Han Sul yang tak tahu
terimakasih menutup telpnya begitu saja. Hye Jin akan pulang tapi melihat lampu diruangan Sung
Joon masih menyala berpikir atasanya itu pulang tanpa mematikan lampu.
Ia pun
masuk ke dalam ruangan untuk matikan lampu tapi matanya melihat jarum pasir
yang ada diatas meja dan remote untu menutup jendelanya dan mencoba
memainkanya. Setelah itu ia duduk dibangku Sung Joon, memperagakan cara Sung
Joon mengomel yang tak ingin membuang-buang waktu
“Oh, dia
juga punya ini? Ini bagus. Mana tanganmu. Mana tanganmu!” ucap Hye Jin memainkan
manekin lalu tak sengaja tanganya lepas, dengan panik mencoba memasang kembali
dan tiba-tiba terdengar bunyi ponsel yang diangkat oleh Sung Joon. Hye Jin pun
panik mencari tempat persembunyian.
“Ya, aku
mengerti.... Sama sekali tidak..... Aku akan melakukan semuanya untuk meraih
nilai.The Most Korea tidak akan berhenti terbit setelah 3 bulan. “ ucap Sung
Joon
Hye Jin
menutup mulutnya yang bersembunyi didalam lemari, Sung Joon mengeser pintu
lemari untuk mengambill jasnya, Hye Jin panik karna Sung Joon bisa menemukanya,
tapi ternyata mengeser pintu sebelah kiri dan menutup Hye Jin yang berdiri
disebelah kanan. Setelah itu Sung Joon mengeser pintu sebelah kanan dan membuat
Hye Jin melempar tangan manekin kearah Sung Joon karena kaget sambil menutup mulutnya
“Aku
yakin kau punya penjelasan.” ucap Sung Joon dingin menatap Hye Jin
“Itu...
aku datang karena ada yang mau dikerjakan tapi lampunya hidup.. Aku tidak tahu
kau di sini. Aku lihat ada....”Jelas Hye Jin benar-benar gugup keluar dari
lemari mencoba memasang kembali tangan manekin yang lepas
“Sudah Lupakan.
Berapa banyak percakapan... maksud, berapa banyak kau mengerti?” tanya Sung
Joon
“Majalah
The Most... apa mungkin... tidak ada lagi?” kata Hye Jin
“Dengar
baik-baik. Jika orang di tim mendengar tentang hal ini, maka aku anggap itu
berasal darimu dan kau harus tanggung jawab. Jika kau tidak menyebarkan tentang
hal ini, tidak akan jadi isu, jadi sederhananya tutup mulutmu. Jika kau
mengerti, pergi lah.” ancam Sung Joon
Hye Jin
berusaha cepat-cepat pergi, Sung Joon kembali memanggilnya menyindirnya apakah
ingin membawa tangan manekinya, Hye Jin pun tersadar lalu menaruhnya diatas
meja dan mencoba cepat-cepat keluar ruangan.
“Kelebihanku
adalah bisa jaga rahasia. Aku tidak akan mengatakan siapa pun jadi biarkan aku
pergi.” ucap Hye Jin yang merasa Sung Joo menahanya untuk tak pergi.
Tapi saat
menoleh kebelakang ternyata tasnya itu terjepit oleh pintu bukan ditarik oleh
Sung Joon, Sung Joon yang melihat tingkah Hye Jin hanya bisa menghela nafas
panjang. Hye Jin kebingungan berusaha untuk menarik tasnya dan buru-buru
keluar, saat itu juga tak sadar potongan puzzle nya jatuh.
Ha Ri
yang baru saja berolaharaga terlihat sangat kelelahan dan berusaha untu
beristirhata. Saat itu juga Sung Joon datang dan menyapanya dengan memanggil
Hye Jin.
“Kau
sudah selesai olahraga? Jika aku tahu, aku datang di jam yang sama denganmu.”
ucap Sung Joon.
“Tidak,
aku juga baru sampai. Ayo kita olahraga.” kata Ha Ri dengan senyuman manisnya.
Keduanya
berjalan diatas treadmeal, Hye Jin terlihat melambat karena sudah terlalu lelah
tapi ketika Sung Joon melihatnya mencoba berlari dengan penuh semangat. Setelah
itu mengayuh sepeda statis bersama, ketika Sung Joon pergi sejenak, Ha Ri
memelaskan ototnya menegang karena terlalu lelah dan kembali mengayuh saat Sung
Joon kembali datang.
Sung Joon
baru selesai olahraga melihat Hye Jin yang sangat kelelahan merasa temannya itu
tak istirahat. Ha Ri menyangkal karena merasa segar setelah berolahraga lalu
bertanya dimana Sung Joon memarkir mobilnya, Sung Joon mengatakan tidak bawa
mobil hari ini.
Ha Ri pun
menawarkan agar bisa mengantarnya pulang, Sung Joon menolak karena melihat
temannya sangat kelelahan. Ha Ri tetap menyakinkan bahwa ia tak lelah dan akan
mengantar Sung Joon ke rumahnya di Seocho-dong yang jaraknya hanya 15 menit
dari tempat fitness.
Sung Joon
menarik Ha Ri sebelum pergi memberitahu bahwa bulu matanya itu jatuh, Ha Ri
menunjuk wajahnya sendiri agar bisa mengambilnya. Sung Joon pun mendekat dan berusaha mengambil bulu mata
yang jatuh diwajah Ha Ri. Ketika Sung Joon mendekat, Ha Ri terlihat sangat
gugup tak seperti biasanya.
Sung Joon
tersenyum setelah bisa mendapatkanya lalu meminta Hye Jin ( Ha Ri) membuat permintaan.
Ha Ri terlihat binggung permintaan seperti apa.
“Jika kau
membuat permintaan sebelum kau menghembusnya, itu akan jadi kenyataan. Kita
percaya takhyul ini saat kita kecil. Ini murahan tapi tidak ada salahnya. Kau
tidak punya permintaan?”ucap Sung Joon, Ha Ri masih binggung
Akhirnya
Sung Joon pun yangakan akan melakukannya, sambil menutup matanya mengucapkan
permintaanya dalam hati setelah itu meniup bulu mata ditanganya. Lalu ia
berjanji apabila permintaanya menjadi nyata akan mentraktirnya,karena harus membayarnya
untuk penyedia bulu mata.
Ha Ri
tersenyum mendengarnya, Sung Joon mengumbar senyum manisnya pada Hye Jin (Ha
Ri) karena dianggap sebagai temanya yang paling berarti. Joon Wo yang sedang
bersepeda melihat Sung Joon berjalan dengan wanita dan berpikir bahwa itu wakil
Pemrednya itu sudah memiliki pacar.
Sung Joon
duduk disamping Ha Ri dan sengaja menyentuh tangan Ha Ri lalu meminta maaf
karena tangan kidal jadi mungkin tidak sengaja menyenggolnya da meminta
pengertiannya dimasa depan. Ha Ri tersenyum mendengar ucapan Sung Joon yang
terdengar lucu.
Lalu Sung
Joon mendengar lagu yang disukainya di putar di radio, sambil memberitahu Heath
Ledger menyanyikan lagu ini di film, lalu bertanya apakah Hye Jin (Ha Ri) sudah
melihatnya. Ha Ri mengatakan sudah tapi berpura-pura lupa. Sung Joon terlihat
kesal karena melupakan judul filmnya, lalu menyakinkan lagu yang diputar.
♫ I Love ove
you, baby... And if it's quite alright, I need you baby. To warm my lonely
night.. I love you baby. Trust in me when I say♫
Sung Joon sengaja
menyanyikan lagu dengan nada false, Ha Ri tertawa berkomentar nyanyianya sangat
jelek. Sung Joon kembali menyanyi dengan nada yang sama, Ha Ri tak bisa menahan
tawanya meminta Sung Joon berhenti tapi Sung Joon malah mengajak Hye Jin (Ha
Ri) menyanyi bersama.
“Aku
ketawa sampai keluar airmata.” ucap Ha Ri menghapus air matanya yang mengalir ketika
turun dari mobil.
“Setiap
kau nangis, aku harus bernyanyi untukmu.” kata Sung Joon, Ha Ri terdiam karena
sikap Sung Joon yang penuh perhatian pada seorang wanita dan terlihat tulus.
Sung Joon
pun menyuruh Hye Jin (Ha Ri) pulang, Ha Ri pun melambaia tangan pada Sung Joon.
Penjaga apartement datang mengingat Sung Joon penghuni dikamar 502 lalu
memberitahu ada paket untukmu dari Amerika. Sung Joon mengucapkan terimakasih
dan akan segara mengambilnya.
“Pacarmu
sangat cantik.” komentar si penjaga, Ha Ri menyangkal bahwa ia bukan pacar dari
Sung Joon.
“Jadi
apa? Apa kau teman laki-lakiku?” ejek si penjaga, Ha Ri jadi serba salah untuk
menjelaskanya, Sung Joon tersenyum lalu menyuruh Hye Jin ( Ha Ri ) untu pulang
karena terlihat lelah.
Hye Jin
dirumah sedang sibuk diatas meja, melihat Ha Ri yang baru pulang mengejek
temanya itu baru pergi olimpiade karena olahraganya sangat lama. Ha Ri mengaku
memang sangat lama lalu bertanya kapan temannya datang, Hye Jin memberitahu
setelah selesai berkerja dikantor.
“Tapi
saat aku di sana, Ji Sung Joon ada di kantor. Ini tidak ada deadline tapi aku
rasa dia juga kerja di akhir pekan.” cerita Hye Jin, Ha Ri seperti berpura-pura
tak peduli lalu memilih untuk pergi mandi. Saat menutup kamar mandi, Ha Ri
mencoba mengatur nafasnya seperti tak ingin ketahuan kalau ia habis jalan
dengan Sung Joon.
Seorang
recepetionist menceritakan Shin Hyuk yang baru keluar dari kamarnyad dengan
berjalan dilobby “Dia jadi tamu selama
setahun tapi tidak ada yang tahu tentangnya.Kita hanya menganggapnya anak dari
keluarga kaya.”
Ha Ri
melihat Shin Hyuk yang pergi lalu mengambil daftar resevasi dari meja
receptionist. Tiba-tiba Shin Hyuk sudah berdiri disampingnya dengan berteriak
kalau Ha Ri adalah pegawai yang menyangka dirinya adalah gelandangan. Ha Ri
langsung membungkuk 90 derajat meminta maaf kalau tamunya tersinggung.
“Tentu.
Sangat menyakitkan. Kau menyebutku gelandangan Tapi,saat kau minta maaf seperti itu, semua pria
pasti memaafkanmu, kan? Karena kau cantik.“ komentar Shin Hyuk, Ha Ri terlihat
binggung.
“Tetap
saja, karena kau menemukan garis hidupku, aku menganggapnya seri (toong)” ucap
Shin Hyuk mengepalkan jarinya agar bisa melakukan tos.
Ha Ri
terlihat binggung Toong itu seperti apa, Shin Hyuk menunjuk kepalan jarinya, Ha
Ri pun menyetuhnya walaupun terlihat gugup, lalu Shin Hyuk mengajak untuk
saling menyapa ketika bertemu dan meminta untuk ber-highfive Ha Ri pun mengangkat tanganya dan Shin Hyuk menepuknya
lalu pamit pergi.
“Dia
tidak kelihatan seperti anak dari keluarga yang berkecukupan.” komentar Ha Ri
melihta Shin Hyuk yang pergi meninggalkan hotel.
Sung Joon
menunggu lampu hijau untuk menyeberang, saat lampu hijau menyala Hye Jin yang
ada disana kembali berteriak “ayo berjalan”. Sung Joon langsung mencari-cari
darimana asalnya suara itu, matanya melihat Hye Jin sipegawai magang yang
menyebrang jalan didepanya.
Lalu saat
masuk ke dalam lift ternyata, Sung Joon melihat Hye Jin yang lebih dulu ada
didalam. Hye Jin pun membungkuk menyapanya dengan sopan, Sung Joon masuk dengan
wajah dingin, lalu matanya melirik dan berpaling, kemudian Hye Jin juga melirik
pada pria cinta pertamanya.
Sung Joon
kembali melirik melihat jari telunjuk Hye Jin yang memakai plester, teringat
saat membersihkan pecahan kaca ada noda darah yang tertinggal disana. Ketika
membuka pintu seperti ingin memberikan plester tapi Hye Jin sudah ketakutan dan
memilih kabur.
Keduanya
tiba-tiba tak sengaja saling menatap, suasana mulai terasa canggung. Sung Joon
berusaha berdeham ingin membahas tentang kaca yang pecah tapi pintu lift
terbuka akhirnya memilih untuk kembali acuh dan keluar lebih dulu.
“Ada apa
sebenarnya? Apa dia khawatir dengan puzzle-nya?” pikir Hye Jin sambil memasukan
tanganya ke kantung jaketnya, lalu panik karena tak menemukan puzzlenya disana.
Ia
mencoba mencari dikantung celananya juga tak ada, teringat saat kemarin tasnya
sempat tersangkut di pintu. Akhirnya ia berlari masuk ke dalam kantor melihat
bibi cleaning service baru saja selesai membersihkan ruangan Sung Joon,
bertanya apakah ia melihat kepingan puzzle, Bibi itu terlihat bingung kepingan
seperti apa.
“Kepingan
puzzle. Itu... uh.. Seukuran ini dan seperti ini dan ini dan ini.” jelas Hye
Jin menjelaskan ukuran dengan dua jari dan mengambar lekukan diudara.
“Ah!
Seukuran itu dan seperti itu dan itu dan itu?” ucap bibi, Hye Jin gembira
karena bibi itu mengerti lalu bertanya apakah ia melihatnya, si bibi mengeleng
karena tak melihatnya.
Hye Jin
makin panik karena takut Sung Joon itu bisa menemukan itu, Eun Yong tiba-tiba
berteriak karena kaget melihat Hye Jin yang merangkak keluar dari kolong mejanya.
Sun Min yang melihatnya mengejek Hye Jin sedang pacaran dengan lantai. Hye Jin
seperti tak peduli terus berusaha mencari sampai ketemu.
Akhirnya
saat ia melihat kebagian bawah pot, potongan puzzle ada disana. Dengan bantuan
penggaris berusaha mengeluarkanya, ia pun bisa bernafas lega melihat puzzle
yang hilang akhirnya ketemu. Tapi saat itu Poong Ho lewat dan menendang puzzle
dan meluncur cepat masuk ke dalam ruangan Sung Joon.
Hye Jin
tak bisa menutupi wajah paniknya, Poong Ho dengan santai menyuruh Hye Jin
bangun karena lantainya kotor. Mata Hye Jin melihat puzzle didalam ruangan lalu
menempel di sepatu Sung Joon karena berjalan diatasnya. Sung Joon yang sedang
menelp kaget melihat Hye Jin yang menempelkan wajahnya dikaca dengan wajah
menakutkan.
Hye Jin
berusaha berkonstrasi saat mengeti tapi giginya kembali mengatup-ngatup tanda
dirinya sedang panik berpikir cara agar bisa mengambilnya, tapi mau tak mau
harus masuk ke dalam ruangan. Seorang kurir datang memanggil nama Sung Joon
karena ada paket datang, Hye Jin melesat mengambilnya dan akan memberikanya.
Sung Joon
yang melihat tingkah Hye Jin hanya mengerutkan dahinya. Didalam ruangan Hye Jin
memberikan surat yang baru sampai, Sung Joon menyuruh untuk menaruhnya diatas
meja. Hye Jin menaruhnya lalu melihat ke arah bawah untuk mencari puzzlenya.
“Apa ada
yang mau kau lihat?” tanya Sung Joon.
“Ya, ada sesuatu yang mau aku
lihat. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus aku lihat.” gumam
Hye Jin dengan wajah serius
Hye Jin
mencoba menawarkan Sung Joon untuk membawakan kopi, Sung Joon memperlihatakan
gelas kopi yang ada diatas meja. Hye Jin pun akan pergi tapi dalam hati
menjerit untuk mencari cara agar bisa menemukanya. Matanya melihat pensil yang
ada di atas meja dengan sengaja menjatuhnya.
Ia pun
tak menghilangkan kesempatanya untuk mencari puzzle di kolong meja, tepat saat
itu juga kaki Sung Joon diangkat. Hye Jin tersenyum melihat potongan puzzle
menempel disana. Ketika akan mengambil kaki Sung Joon malah bergoyang-goyang. Sung
Joon tersadar dengan Hye Jin yang belum keluar dari kamarnya tapi tak melihat
dimana-mana.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Sung Joon akhirnya melonggo ke kolong mejanya, Hye Jin
menjerit kaget lalu dengan cepat mengambil kembali pensil yang terjatuh dan
mengembalikanya.
“Permisi,
wakil pemimpin redaksi. Sepatumu kotor, haruskah aku semir? Aku sangat mahir
menyemir sepatu. Jika kau lepaskan sepatumu, aku akan...” ucap Hye Jin
mencari-cari kesempatan. Sung Joon medengarkanya sambil menopang dagunya.
Poong Ho
masuk ke dalam karena ingin meminta tanda tangan, Sung Joon mengatakan dirinya
tak butuh sepatu yang mengkilat. Poong Ho yang mendengarnya meminta supaya Hye
Jin untuk mengelap sepatunya, Hye Jin hanya bisa melonggo.
Hye Jin
yang melamun tersadar saat sepatu Poong Ho mengeluarkan api dan buru-buru
meniupnya, tiba-tiba ia kembali menjerit melihat Sung Joon yang keluar dan
menatap sepatunya dengan melotot tajam.
Puzzlenya
pun terlepas dari sepatunya, Saat itu Sung Joon merasakan sesuatu ada yang
menempel dan memeriksa sepatunya. Hye Jin kembali menjerit panik, Sung Joon
menoleh kebelakang ingin melihatnya, Shin Hyuk tiba-tiba menariknya dan
langsung memeluknya.
bersambung ke part 2
Kocak. . Hehe
BalasHapus