Hye Jin
mengemudi mobilnya tanpa sadar dibelakang mobilnya sudah mengeluarkn asap,
dalam pikiranya kalau ada kabut dimalam hari.Beberapa saat kemudian sadar bukan
kabut tapi asap yang keluar dari cap mobil depannya, wajahnya langsung panik
karena tiba-tiba mobil sedikit ngadat. Akhirnya ia menepi dan hujan pun turun,
dengan mengunakan payung mengecek mesin dibagian depan.
“Aku
tidak bisa bilang siapa-siapa kalau tidak tahu aku dimana. Apa tidak ada gedung
disini ?” kata Hye Jin bertanya-tanya melihat sekeliling.
Akhirnya
Hye Jin berjalan mencari pertolongan walaupun kedinginan, tak sengaja melihat
Sung Joon yang menjerit histeris menanyakan keadaan si pengemudi. Hye Jin
dengan wajah binggung memanggilnya, Sung Joon melihat Hye Jin yang baik-baik
saja langsung memeluknya dan payung pun terlepas dari tangan Hye Jin.
Shin Hyun
di seberang jalan melihat Sung Joon yang lebih dulu datang dan memeluk Hye Jin.
Sung Joon melepaskan pelukannya, mengumpat Hye Jin yang bodoh karena mengambil
mobil yang salah, terdengar sangat khawatir apabila terjadi sesuatu yang buruk.
Hye Jin binggung melihat Sung Joon yang datang menemuinya.
“Tapi....
WaPemRed tak apa-apa? Hujannya deras sekali, Apa kau bisa menyetir? Bagaimana
kau bisa menyetir?” ucap Hye Jin malah khawatir, Sung Joon terdiam, Hye Jin
melihat atasanya itu sudah basah kuyup akhirnya mengambil kembali payung yang
terjatuh.
“Sungguh,
Kau tidak apa-apa? Maksudku, ini deras sekali, mana bisa kau datang sejauh ini”
ucap Hye Jin benar-benar khawatir sambil memayungi Sung Joon.
“Aku
tidak tahu ....kalau sedang hujan.” ucap Sung Joon yang benar-benar tak sadar
kalau hujan dan bisa mengendarai mobil dan traumanya tak datang.
Shin Hyuk yang sudah basah kuyup di seberang jalan memilih untuk pergi meninggalkan
keduanya. Tangan kanannya terlihat mengeluarkan darah yang bercampur dengan air
hujan, seperti air yang mengalir. Di sisi jalan lainya, terlihat helm dan motor
yang tergeletak seperti baru terjadi kecelakaan tunggal.
Di mobil,
Hye Jin menelp Joo Young meminta maaf karena sudah membuatnya khawatir, lalu
memberitahu Mobilnya sudah di derek dan
juga sudah minta maaf pada penulis dan mengatur ulang pertemuan wawancara, di Haein-ri
untuk selanjutnya, lalu menutup telpnya.
Suasana
hening sejenak, Sung Joon mengambilkan selimut dibangku belakang dan memberikan
pada Hye Jin, Tapi Hye Jin menolak karena Sung Joon basah kuyup karena dirinya.
Sung Joon memaksa Hye Jin untuk tetap memakainya karena merasa dirinya
baik-baik saja. Hye Jin masih saja tak enak hati, Sung Joon memperingati Hye
Jin untuk mendengarkan karena ia baik-baik saja.
“Aku
nyalakan pemanas jadi tempat dudukmu akan terasa hangat.” ucap Sung Joon lalu
melihat hidung Hye Jin yang kotor dan akan membersihkanya. Hye Jin gugup akan
membersihkanya sendiri.
Di perjalanan
susana terasa sunyi, Hye Jin meminta izin untuk menyalakan radio, terdengar
lirik lagu ♫ Saat aku dalam pelukanmu, aku merasakan apa yang sudah kau lalui ♫ suasana malah makin gugup, Hye Jin buru-buru
menganti saluran radio yang lain, lagu lain terdengar ♫Peluk aku.. peluk
aku...Aku memintamu untuk memelukku♫ Sung Joon benar-benar makin gugup, Hye Jin
akhirnya memilih untuk mematikan radio saja.
Sung Joon mengantarkan
Hye Jin sampai depan jalan rumahnya, Hye Jin mengucapkan terimakasih dan ingin
langsung turun. Sung Joon memanggilnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi
yang keluar dari mulutnya agar Hye Jin bisa istirahat yang baik, Hye Jin pun berpesan
supaya Sung Joon hati-hati dijalan.
Hye Jin berjalan
sedikit gugup karena mengingat saat Sung Joon datang dan langsung memeluknya
lalu merek berdua basah kuyup sambil berpelukan. Sebelumnya Sung Joon juga
pernah menahan kepalanya saat tertidur di kantor. Pipinya juga di pegang oleh
Sung Joon dan memanggil namanya di tengah jalan saat hujan deras.
“Saat kita ingin mengakui
kebohongan kita, maka kita akan merasa ragu-ragu dan takut.Dan ... dalam
keraguan yang panjang itu, pada satu titik, membuatmu merasa mustahil untuk
berani berkata benar.”
Sung Joon
melihat Hye Jin yang hanya diam saja, akhirnya kembali mengemudikan mobilnya.
Hye Jin berbalik, melihat mobil Sung Joon yang sudah pergi, berlari
mengejarnya, tapi karena sudah jauh ia mencari cara agar bisa menemuinya.
Hye Jin
akhirnya sampai di apartement Sung Joon dengan taksi, melihat cinta pertamanya
itu sedang berjalan di lobby lalu memanggilnya. Sung Joon juga memanggil nama “Hye
Jin” wajah Hye Jin sempat tersenyum. Tapi yang didatangin Sung Joon adalah Ha
Ri bukan dirinya.
“Tapi, bahkan saat kita
mengumpulkan keberanian dan berniat berkata jujur, bisa saja kebenaran terasa
lebih tidak nyaman dibandingkan kebohongan.”
Hye Jin
benar-benar tak percaya ternyata Ha Ri diam-diam masih berhubungan dengan Sung
Joon dengan mengunakan namanya.
Ha Ri
yang menunggu Sung Joon melihat pakaian yang basah kuyup menanyakan keadaanya.
Sung Joon menatap Ha Ri meminta maaf karenatidak bisa menepati janji lagi. Ha
Ri binggung menanyakan apakah terjadi sesuatua. Sung Joon seperti merasa
bersalah kembali meminta maaf pada Hye Jin ( Ha Ri)
“Hari ini
...Boleh aku langsung naik keatas ?” ucap Sung Joon
“Baiklah...
Kau juga terlihat tidak sehat. Pergilah istirahat.” kata Ha Ri yang mengenggam
suratnya tanpa bisa diberikan pada Sung Joon.
Sung Joon
menatap kepergian Hye Jin (Ha Ri) sambil bergumam “Mulai sekarang, Akumungkin akan semakin
merasa bersalah padamu.Seharusnya aku tidak begini, tapi... Janjiku untuk tidak
akan membuatmu cemas, Mungkin tidak bisa kutepati.”
Hye Jin
berjalan keluar dari apartement dengan wajah sedih mengingat sebelumnya Joon
Woo mengossip kalau Wakil PemRed punya pacar yang mirip model tubuhnya.
Setelah
melakukan perjalanan bisnis dengan Sung Joon, Ha Ri terlihat penasaran
menanyakan “Apa terjadi sesuatu dalam perjalanan bisnis ?” Hye Jin binggung
dengan pertanyaan Ha Ri saat itu. Lalu Ha Ri terlihat kaget waktu ia masuk
kedalam kamar dan berteriak mengucapakan selamat pada mereka karena sudah
berkencan.
Hye Jin
berjalan menyebrangi jalan dengan tatapan kosong tanpa memperdulikan lampu
hijau, mobil yan sedang berjalan pun membunyikan klakson dan terpaksa berhenti
membiarkan Hye Jin berjalan. Hye Jin berdiri di tengah jalan seperti tak
mendengar bunyi klakson dan juga lampu mobil yang menyorotinya.
Ia
akhirnya menaiki bus dengan menatap kosong ke arah jendela, sopir bus memberitahu
sudah sampai ke halte terakhir, beberapa penumpang turun dari bus tapi Hye Jin
tetap diam saja. Akhirnya sopir bus menepuknya memberitahu perhentian terakhir.
Hye Jin
kebinggungan turun dengan banyak bus disekelilingnya, ponselnya berdering, Shin
Hyuk menelp menanyakan keberadaan Jakson. Hye Jin binggung dimana keberadaanya
dan apa yang terjadi. Sementara di rumah sakit, Perawat binggung melihat pasien
kecelakaan motor yang sudah tak ada di tempat tidurnya.
Shin Hyuk
sudah mengendarai mobil sport merah sampai ke tempat Hye Jin yang berjongkok
sendirian. Ia bertanya kenapa Shin Hyuk sampai di tempat itu. Hye Jin balik
bertanya kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Shin Hyuk mengangkat satu
tanganya yang sakit diatas dengkulnya, ikut berjongkok disamping Hye Jin.
“Jadi,
apa yang akan kau lakukan ? Kau mau bertengkar dengan temanmu, dan tanya kenapa
dia melakukannya Atau kau mau langsung menceritakan semuanya pada Wakil PemRed?”
tanya Shin Hyuk
“Tidak....
Sepertinya aku harus menunggu. Sampai Ia bisa menceritakan semuanya sendiri. Ha
Ri memintaku untuk menunggu. Dia pasti
punya alasan. Sama seperti aku yang sudah berbohong pada Sung Joon, Ha Ri pasti
punya alasan juga.” jelas Hye Jin
“Aku iri
padanya. Bukan biasanya seseorang akan berteriak “Teganya kau begitu !!! Beraninya menyebutku teman !!! Dasar perempuan
jahat !!” Tapi Jackson percaya pada orang yang membohonginya karena dia
adalah teman. Aku iri dan Dia beruntung sekali.” komentar Shin Hyuk
“Karena
ini bukan orang lain. Ini Ha Ri ... Karena dia temanku, Ha Ri.”ucap Hye Jin
Shin Hyuk
mengajak Hye Jin pergi saja karena sudah larut malam, ketika berdiri kedua
kakinya kesemutan begitu juga Hye Jin karena sudah terlalu lama berjongkok.
“Tapi, Apa itu mobil sewaan ? Sepertinya mahal.”
komentar Hye Jin melihat mobil yang dibawa Shin Hyuk
“Oh, aku
pinjam dari teman.” kata Shin Hyuk berbohong .
Hye Jin
menanyakan motor yang bisa dipakai seniornya, Shin Hyuk malah bertanya ada apa
dengan motornya sambil tersenyum lalu masuk ke dalam mobil dengan kaki pincang
karena kesemutan.
Hye Jin
mengucapkan terimakasih pada Shin Hyuk karena berkatnya bisa pulang tanpa
tersesat dan sangat bersyukur. Shin Hyuk mengaku tak tahu harus berkata apa,
mungkin karena mendadak sekali. Hye Jin merasa memiliki teman yang bisa diajak
bicara seperti ini membuatnya sangat bersyukur.
“Kalau
sudah tahu begitu, bagaimana kalau kasih aku 1000 Won atau apa saja, Daripada cuma
kata-kata ?” rengek Shin Hyuk menadahkan tanganya.
“Kau Lagi!!!!
lagi!!!! Bercanda!!! Masuklah dan Makasih untuk hari ini.” ucap Hye Jin akan
berjalan masuk ke dalam rumah.
“Hey,
Jackson. semuanya kembali normal, apa kau akan kembali pada Wakil PemRed ?”
tanya Shin Hyuk
“Ya, aku
akan kembali. Aku ... menyukai Seong Joon dan yakin Sung Joon juga merasa hal
yang sama.” ucap Hye Jin dengan senyuman.
Shin Hyuk
mengerti dengan mendengarnya lalu memberikan semangat untuk berjuang, Hye Jin
pun memberikan selamat agar bisa berjumpa esok.
Hye Jin
pulang kerumah melihat Ha Ri sibuk didepan meja, bertanya temanya itu sedang
apa. Ha Ri menceritakan saat masuk ke dalam rumah terlihat berantakan dan karena
Hye Ji pasti tak mau membuang sepatu itu jadi ia yang membantu mengelemnya,
tapi ternyata lem tak bisa menempelkan sol sepatunya.
“Ini
tidak bisa dilem, Aku harus menyeretmu untuk membeli sepatu baru.Nanti kalau
aku belikan, tolong gunakan dan jangan ditolak.” ucap Ha Ri, Hye Jin setuju
temannya memberikan sepatunya.
“Ada apa???
Biasanya kau tidak suka kalau aku membelikanmu sesuatu.” komentar Ha Ri
binggung
“Kau kan
temanku.... Lakukan saja.” kata Hye Jin, Ha Ri senang mendengarnya jadi meminta
agar Hye Jin nanti makainya. Hye Jin pun menunggunya, Ha Ri tersenyum
mendengarnya bagaiaman kalau ia tidak menawarkan untuk membelikan sepatu. Ha Ri
menatap temannya yang menunggu pengakuan Ha Ri sebenarnya tentang Sung Joon.
Sung Joon
duduk sambil menatap sebuah foto, sambil bercerita “Setelah kupikir, ini pertama kalinya. Aku tidak memikirkan apa yang
terjadi saat menyetir dalam hujan.” Sebuah foto dirinya saat masih kecil
dengan ibunya, Sung Joon memberitahu ibunya bahwa ini pertama kalinya.
Di
kamarnya, Hye Jin duduk sambil menatap bagian puzzle yang diberikan Sung Joon
padanya, setelah itu Hye Jin berpikir sejenak dan kembali menata puzzle dengan
gambar payung dibagian belakanganya.
Pagi hari
Hye Jin
melihat Sung Joon yang berjalan di arah kedai coffee, teringat kembali saat Sung
Joon yang memeluknya dan basah kuyu karena hujan. Sung Joon yang juga melihat
Hye Jin berjalan mendekatinya, Hye Jin panik karena menatap Sung Joon seperti
itu dan tak tahu harus bersikap seperti apa.
“Kau datang lebih awal, Kita minum
kopi dulu. Aku traktir.” ajak Sung Joon.
“Tidak
usah.... Aku sudah minum kopi.” tolak Hye Jin dengan cepat berjalan pergi, Sung
Joon menarik tali tas Hye Jin untuk kembali.
“Kalau
begitu minum lagi.... Ikut aku.” kata Sung Joon menarik Hye Jin untuk masuk ke
dalam cafe.
Sung Joon
langsung memesan Americano Ristretto 3 shot, lalu bertanya pada Hye Jin apa
yang ingin diminum. Hye Jin gemetar kebinggung mau meminta apa. Sung Joon
kembali menanyakan apa yang dingin diminumnya. Hye Jin akhirnya meminta apa
saja yang manis.
“Karena
kau sudah minum kopi, jadi beli yang tidak terlalu keras. Aku minta Krim Latte
buat dia.” ucap Sung Joon,
Keduanya
menunggu disamping kasir, akhirnya kopi mereka sudah siap. Hye Jin ingin
membawanya untuk cepat pergi. Sung Joon membawa dua gelas kopi pesananya
mengajak Hye Jin untuk minum di tempat karena masih ada waktu meminumnya.
Hye Jin
duduk didepan Sung Joon dengan wajah tertunduk panik, Sung Joon menatapnya
bertanya apakah Hye Jin tidur dengan nyenyak. Hye Jin mengangguk dan meminum
cepat cream lattenya agar mengurangi rasa gugupnya, Sung Joon mengakui tak bisa
tidur karena terus berpikir soal kejadian kemarin. Hye Jin langsung tersedak
dan terbatuk-batuk.
“Ahh.. Reporter
Kim !!! Aku harus menyampaikan sesuatu padanya. Kalau begitu... Aku pergi dulu”
ucap Hye Jin langsung buru keluar.
Shin Hyuk
bingung melihat Hye Jin yang keluar dari kedai kopi, Hye Jin meminta Shin Hyuk
untuk berpura-pura bicara dan terus berjalan. Shin Hyun binggung ingin melihat
kebelakang, Hye Jin menyuruh mereka melihat kedepan karena ada Sung Joon
dibelakang. Sung Joon melihat keduanya
yang berjalan bersama.
“Aku
tidak tahu harus bicara apa dan harus bagaimana menatapnya. Rasanya aku bisa
gila.” kata Hye Jin benar-benar gementar.
“Jadi kau
mau aku bersandiwara ?” tanya Shin Hyuk, Hye Jin mengiyakan. Shin Hyuk mulai
berakting berlebihan dengan menjerit bahagia dengan memberikan selamat, lalu
menyuruh Hye Jin tertawa bersama.
Sung Joon
mengerutkan dahinya melihat keduanya yang tertawa ditengah jalan, Hye Jin pun
mengajak Shin Hyuk berhenti dan mengajaknya jalan saja. Sung Joon yang
melihatnya menarik nafas panjang, seperti tak bisa melihat kedekatan keduanya.
Ha Ri
menaiki eskalator sambil berlari melihat salah satu pegawai mengunakan dasi
meminta untuk melepaskanya. Setelah itu menemui tamu hotel yang mengumpat
karena dasinya ketumpahan kopi.
“Mr David....
Aku bisa mencarikan dasi yang lain.” ucap Ha Ri menyapanya dengan bahasa
inggris yang fasih
“Kau baik
sekali. Terima kasih... Aku menghargai ini.” kata Mr David mengambil dua buah
dasi sebagai pengantinya berjalan pergi.
Salah
satu pengawai melihat Mr David itu tamu kamar 2009 dan Buyer dari Amerika. Ha
Ri membenarkan, Mr David akan ada pertemuan, tapi kesal karena dasinya terkena
noda, jadi ia kesana kemari mengambil dasi pegawai lelaki sambil mengeluh
pinggangnya yang pagi-pagi sudah terasa sakit. Pegawainya mengejek Ha Ri yang rajin
olah raga pagi-pagi.
Hye Jin
ingin masuk ruang rapat, tapi ingin kembali ke tempat duduknya. Shin Hyuk yang
melihat Hye Jin tak masuk bertanya alasan juniornya tak masuk. Hye Jin mengaku
ada Sung Joon sendirian disana. Shin Hyuk tak percaya melihat Hye Jin yang
begitu cemas, Hye Jin mengakui sangat cemas sampai rasanya mau gila, lalu
buru-buru masuk bersama dengan pegawai lainnya.
“Ini
edisi ulang tahun ke 20, jadi kita letakkan 12 lembar artikel yang berkaitan
dengan itu. Beruntungnya, kita punya banyak wawancara dengan artis yang
berkaitan dengan itu. Pembaca tertarik untuk tahu soal perayaan kita jadi bagian itu bisa diperbesar ditambah
dengan kisah pendukungnya.” jelas Joo Young
Sung Joon
menatap Hye Jin tanpa mendengarkan penjelasan dari Joo Young tentang edisi
ulang tahun. Hye Jin yang masih gugup benar-benar tak konsetrasi saat mengetahui
Sung Joon yang terus menatapnya. Setelah Joo Young berbicara, Sung Joon
langsung setuju saja dan menyudahi rapat dan mengucapkan selamat istrihata
karena sudah akhir pekan dan bertemu minggu depan.
Sebelum
keluar Sung Joon memanggil Hye Jin, terlihat Hye Jin benar-benar mencoba
memalingkan wajahnya akhirnya berusaha menatapnya. Sung Joon meminta supaya bawa notulennya ke
ruangannya kalau sudah selesai. Shin
Hyuk melirik melihat Hye Jin yang benar-benar cemas.
Hye Jin
menarik nafas panjang lebih dulu sebelum masuk ke dalam ruangan, tapi saat Sung
Joon menatapnya pikirannya kembali teringat dengan pelukananya hujan deras,
berulang-ulang. Akhirnya Hye Jin menyadarkan dirinya dengan mengelengkan
kepalanya dengan cepat.
Sung Joon
yang melihat bertanya kenapa Hye Jin tiba-tiba mengelengkan kepalanya, Hye Jin
mengatakan bukan apa-apa sambil memberikan laporan dan akan segera pergi. Sung
Joon dengan cepat menyuruh Hye Jin untuk duduk sampai selesai membacanya kalau
nanti ada yang salah.Hye Jin sempat panik tapi karen atasan yang menyuruhnya
jadi menarik kursi dan duduk didepanya.
Sung Joon
melihat Hye Jin duduk lebih rendah darinya,
menyuruhnya agar menaiki kursinya karena pasti tak nyaman. Hye Jin
mengaku sangat nyaman duduk dengan posisi seperti itu dengan nada suara bergetar.
Sung Joon menegaskan memang nyaman untuknya tapi tak nyaman untuk dirinya.
Ia pun
menarik tuas dibagian bawah untuk menaikan kursi Hye Jin, tangan Sung Joon
sempat menyentuh pundak Hye Jin agar tak jatuh. Hye Jin benar-benar tak bisa
menutupi rasa gugupnya karen harus berdekatan bahkan tangan Sung Joon
menyentuhnya.
Sung Joon
kembali duduk menatap Hye Jin yang duduk didepanya, sambil berkomentar bahwa
itu sudah bagus. Terlihat Hye Jin yang duduk dengan kursi lebih tinggi
dibanding mejanya.
“Soal
kemarin ...” ucap Sung Joon sambil berpura-pura membaca berkasnya. Hye Jin
langsung turun dari kursinya sambil berteriak.
“Re-Reporter
Kim mintaku mencarikan ... artikel untuknya. Kau Bacalah, kalau ada yang ...
salah ... beritahu aku.” kata Hye Jin terbata-bata dan buru-buru keluar
ruangan.
Tapi
pintunya tak bisa terbuka, wajahnya panik tak bisa keluar dari ruangan yang
membuat jantungnya berdegup kencang. Sung Joon membuka pintu yang sebelah kanan
karena memang pintu itu yang bisa dibuka, Hye Jin pun buru-buru keluar. Sung
Joon bersandar di pintunya sambil menghela nafas karena Hye Jin terus
menghindar.
Nyonya
Kim mendorong pintu tanpa melihat ada Sung Joon yang sedang bersandar, lalu
kebinggungan mencari wakilnya tak ada disana. Sung Joon memanggilnya karena ada
dibelakang pintu. Nyonya Kim kaget karena Sung Joon ada dibelakangnya,
menanyakan apa yang dilakukan didepan pintu.
Sung Joon
mengaku sedang berpikir, dengan wajah genit Nyonya Kim menduga Sung Joon sedang
memikirkanya. Sung Joon langsung mengelengkan kepalanya, Nyonya Kim mengeluh
Sung Joon yang terlalu jujur.
“Oh iya,
pertemuan makan malam dengan perwakilan Bally,Kau tidak lupa, kan? Pukul 7 di
Ara Hotel. Pastikan memakai setelah jas ini saat datang dan Sebaiknya memakai
merk yang mereka keluarkan saat bertemu” pinta Nyonya Kim memberikan setelan
jasnya. Sung Joon mengerti dengan menerima setelah jasnya.
“Kau
tahu, aku berpikir untuk bertemu denganmu saat akhir pekan, perasaan
berdebar-debar apa ini ?” goda Nyonya Kim lalu pamit pergi dan akan bertemu
esok. Setelah Nyonya Kim pergi, ponsel Sung Joon berdering terdengar suara adik
Hye Jin menelpnya. Sung Joon bertanya siapa yang menelpnya
Ah Reum
menjerit mengetahui Ten memperbaharui status. Joon Woo dan Han Sul ikut
bersemangat bersama-sama melihatnya, lalu membaca dari gambar yang menuliskan
statusnya dalam tulisan tangan "Akhirnya,
aku bisa bertemu dengan pembacaku dalam 3 minggu. Judul novel baruku adalah
'Memory'."
Joon Woo
tak sabar karena buku barunya akan terbit 3 minggu lagi. Han Sul berpikir beberapa
minggu lagi akan terbit di Korea, Sun Min melihat judulnya benar-benar tak bisa
ditebak.
“Jadi Buku
baru Ten berjudul 'Memory'? Kalau gitu tokoh utamanya bernama 'USB' ?” komentar
Shin Hyuk bercanda
“Oh iya. Tadi
penerbit menelepon dan Ia ingin kita memberi ulasan buku baru Ten saat terbit.”
kata Eun Yung, semua langsung riuh mendengarnya.
“Pastinya
itu tugas sunbae Shin Hyuk. Jujur saja, tiap kali Ia menulis ulasan, pasti jadi
berita.” komentar Joon Woo
“Aku
tidak terlalu menyambung dengan Ten. Penulis yang kelewat tenar. Tidak asik
mengulas buku penulis yang sudah terkenal. Lebih mengasikkan kalau mengulas
buku dari penulis baru berbakat.” keluh Shin Hyuk
Ah Reum
mengejek obsesi Shin Hyuk yang aneh lagi. Joo Young masih penasaran siapa
sebenarnya Ten itu, tiga cewa yakin bahw Haruki Murakami, tapi Joon Woo yakin
Ten adalah ahjumma dari Korea berusia 40an.
Nyonya
Kim berjalan masuk ke dalam ruangan berbicara dengan bahasa asingnya. “Oui?
Lentment s'il vous plait....” semua orang bertanya-tanya bahasa apa yang
digunakan Nyonya Kim sekarang.
Eun Young
tak bisa menebaknya, Sun Min yakin itu bahasa prancis. Joon Woo yang melihatnya
benar-benar kagum dengan pemred memang yang terbaik, mengangkat dua jempolnya.
“Aigooo, kau memuji bibinya
sendiri.Kenapa aku bisa tidak tahu padahal kentara sekali ?” gumam
Han Sul bahagia melihat sikap Joon Woo yang berpikir menutupi jati dirinya.
Joo Young
ingat saat di pidato pembuka Nyonya Kim berbicara dengan beberapa bahasa. Ah
Reum tak percaya karena selama ini berpikir Nyonya Kim hanya mengarang tapi
ternyata memang bisa dan bertanya-tanya
pimred mereka itu sebenarnya identitasnya seperti apa.
Joo Young
dkk siap-siap untuk makan siang bersama, Han Sul mengajak semuanya makan mie
bihun bersama didepan kantor. Ketika akan pergi, Joon Woo teringat dengan Shin Hyuk
yang tak ada dikantor, Ah Reum tak peduli dengan Shin Hyuk si reporter gila.
Tapi Hye Jin peduli meminat semuanya duluan saja karena aan menelpnya.
Hye Jin
langsung bertanya dimana Shin Hyuk berada saat telpnya diangkat, seorang perawat
berbicara kalau pasien baru keluar untuk merapikan diri. Hye Jin binggung
wanita yang memanggil Shin Hyuk pasien dan bertanya ada dimana. Hye Jin kaget
mengetahui Shin Hyu ada dirumah sakit.
Shin Hyuk
berjalan lebih dulu, Hye Jin baru keluar melihat seniornya langsung menghampiri
sambil menanyakan alasannya ke rumah sakit, apa yang terjadi, apakah ia
terluka. Shin Hyuk hanya menjawab tidak ada dan mengajaknya makan.. Hye Jin
tetap penasaran menanyakan dimana lukanya, apakah itu parah.
“Ahhh,
aku lapar setengah mati. Ayo cepat.. Kita Makan, makan, makan. Go.. Go.. Go”
ucap Shin Hyuk
“Kalau
sampai kerumah sakit pasti bukan sakit biasa. Lukamu parah?” tanya Hye Jin
kembali karena belum mendapatkan jawaban
“Ayo
cepat kita makan !!! Aku mau mie !!!!” jerit Shin Hyuk berjalan lebih dulu, Hye
Jin tetap bertanya dimana luka Shin Hyuk.
bersambung ke part 2
Makin seruuu. . Aku penasaran sama penulis Ten, kok sering disebut-sebut ya.. Jangan Ten itu nama samaran shin hyuk. . Haha menghayal aku nya. .
BalasHapusSelalu cepet updatenya...makasih mb dyah...
BalasHapuslucu liat perhatian SungJoon ke HyeJin...